KATA PENGANTAR
Puji syukur Kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya kepada Kami semua sehingga Kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Beriman Kepada Qada’ dan Qadar”. Salawat serta salam Kami limpahkan kepada baginda Nabi Besar Muhammad SAW beserta keluarga dan kerabatnya. Dengan kehadiran makalah ini mudah-mudahan dapat membantu dalam proses belajar mengajar dalam bermakna bagi kita semuanya Amin. Namun, kami sadar bahwa dalam penyusunan makalah ini tentu ditemui berbagai kesalahan, baik mengenai bahasa, susunan ataupun penulisannya. Untuk itu kami sebagai manusia yang tak pernah luput dari salah dan kehilafan serta terbatasnya kemampuan Kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun dari pembaca. Akhirnya kata kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini.
Beriman Kepada Qada’ dan Qadar
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ………………………………………………………………………………………………… 1 DAFTAR ISI ……………………………………………………………………………………………………………. 2
BABA I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ..………………………………………………………………………….………..……… 3 B. Tujuan ..………………………………………………………………….……………………….………..…. 4 C. Manfaat ………………………………………………………………………………………………...…..... 4
BAB II PEMBAHASAN A. B. C. D. E. F.
Pengertian Beriman Kepada Qada’ dan Qadar …………………….………...……………… 5 Hubungan Qada’ dan Qadar …………………………………………………………...……………. 6 Ciri-Ciri Beriman Kepada Qada’ dan Qadar ……………………………………...…………… 7 Tanda-Tanda Orang Beriman Kepada Qada’ dan Qadar ………………...……….……. 10 Fungsi Beriman Kepada Qada’ dan Qadar …………………………….………..…………… 11 Contoh Prilaku Beriman Kepada Qada’ dan Qadar .………………….……..…………… 12
BAB III PENUTUP A. Kesimpulan ……………………………………………………………………………………..……….. 13 B. Hikmah …………………………………………………………………………………………..………... 13
Beriman Kepada Qada’ dan Qadar
2
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Beriman kepada Qada’ dan Qadar termasuk rukun Iman yang ke-enam dan harus diyakini kebenarannya oleh setiap muslimin dan muslimat. Beriman kepada Qada’ dan Qadar dalam kehidupan sehari-hari lebih popular dengan sebutan takdir. Beriman kepada Qadha dan Qadar artinya percaya dan yakin bahwasahnya Allah SWT memiliki kehendak, keputusan dan ketetapan atas semuanya makhlukNya termasuk segala sesuatu meliputi semua kejadian yang menimpa seluruh makhluk hidup, termasuk manusia dan benda-benda yang ada di alam semesta. Kejadian itu bisa berupa hidup atau mati, baik atau buruk, kemunculan atau kemusnahan. Beriman kepada Qada’ dan Qadar termasuk salah satu daripada kewajiban Rukun Iman, meyakini bahawa seluruh penciptaan alam semesta mengikut ilmu Allah dan kebijaksanaanNya, sesungguhnya Dia berkuasa ke atas setiap sesuatu dan berkuasa melakukan perkara yang dikehendaki-Nya. Maksudnya : “Sesungguhnya Kami menciptakan setiap sesuatu menurut Qadar (yang telah ditentukan).” (al-Qamar:49) Sabda Rasulullah s.a.w :
:
:
:
Maksudnya : “Sesungguhnya yang pertama diciptakan oleh Allah adalah ‘Al-Qalam’. Allah berfirman kepadanya ; ‘Tulislah.’ Al-Qalam pun berkata; ‘Ya Tuhan, apakah yang aku akan tulis?’ Allah berfirman; ‘Tulislah akan Qadar (ketetapan) dan segala apa yang terjadi sehingga menjelang Kiamat.” (Riwayat Abi Daud) Firman Allah : Maksudnya : “Tiada suatu bencana pun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauh Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.” (Al-Hadid:22)
Beriman Kepada Qada’ dan Qadar
3
B. Tujuan Tujuan pembuatan makalah ini untuk memenuhi tugas pada matapelajaran Pendidikan Agama Islam, serta untuk memperluas pengetahuan kita tentang “Beriman Kepada Qada’ dan Qadar” di mana kita dapat memahami apa yang Disebut Beriman kepada Qada’ dan Qadar serta fungsinya. dan berusaha mengimani dengan cara melaksanakan ibadah, seperti shalat lima waktu, puasa ramadhan, shalat sunah dan sebagainya. Qada’ dan qadar merupakan ketentuan atau ketetapan dari Allah SWT sehingga kita tidak dapat mengubah ketentuan tersebut.
C. Manfaat Kami berharap makalah ini bias bermanfaat bagi teman-teman khususnya, dan bagi pembaca pada umumnya.
Beriman Kepada Qada’ dan Qadar
4
BAB II PEMBAHASAN BERIMAN KEPADA QADA’ DAN QADAR
A. PENGERTIAN BERIMAN KEPADA QADA’ DAN QADAR 1. Arti Qadha 1. Qada’ berarti hukum atau keputusan terdapat ( Q.S. Surat An- Nisa’ ayat 65 ) 2. Qada’ berarti mewujudkan atau menjadikan ( Q.S. Surat Fussilat ayat 12 ) 3. Qada’ berarti kehendak ( Q.S. Surat Ali Imron ayat 47 ) 4. Qada’ berarti perintah ( Q.S. Surat Al- Isra’ ayat 23) 2. Arti Qadar 1. Qadar berarti mengatur atau menentukan sesuatu menurut batas-batasnya ( Q.S. Surat Fussilat ayat 10 ) 2. Qadar berarti ukuran ( Q.S. Surat Ar- Ra’du ayat 17 ) 3. Qadar berarti kekuasaan atau kemampuan ( Q.S. Surat Al- Baqarah ayat 236 ) 4. Qadar berarti ketentuan atau kepastian ( Q.S. Al- Mursalat ayat 23 ) 5. Qadar berarti perwujudan kehendak Allah swt terhadap semua makhluk-Nya dalam bentuk-bentuk batasan tertentu ( Q.S. Al- Qomar ayat 49 ) Menurut bahasa Qadar itu berarti “ketentuan” atau ukuran. Menurut ilmu tauhid Qadar itu ialah ketentuan yang ditetapkan Allah SWT bagi segala makhluknya. Qada’ adalah ketetapan atau ketentuan Allah yang sudah dibuat dari masa azali, yaitu masa yang tidak ada batas waktunya. Artinya dari dulu yang tidak diketahui kapan itu oleh manusia. Kata ini dalam konteks ilmu kalam banyak diartikan oleh pakarnya sebagai pengetahuan Allah atau semacamnya. Maksudnya ialah bahwa Allah dari dulu telah mengetahui secara pasti apa yang telah, sedang dan akan terjadi nanti. Semuanya telah ada dalam pengetahuan Tuhan. Ketika suatu kejadian terjadi adalah sesuai dengan pengetahuan Allah tersebut dan inilah yang disebut dengan Qada’ Allah. Qadar adalah ketentuan-ketentuan Allah yang harus berlaku bagi tiap-tiap makhluk, sesuai dengan batas berlaku bagi tiap-tiap makhluk, sesuai dengan batas ketentuan Allah sejak zaman azali, baik atau buruk semua menurut kehendak Allah. Jadi sebenarnya apa yang akan terjadi di dunia itu telah tersurat dan tercantum di “Lauh-Mahfudz” sejak zaman azali. Lauh Mahfudz adalah tempat yang dijaga oleh Malaikat. Tertulis disana tentang ajalnya, rizkinya, untung dan ruginya atau celakanya semua makhluk. jadi, Beriman kepada Qada’ dan Qadar berarti yakin bahwa segala sesuatu yang berlaku adalah ketetapan Allah SWT. Umat Islam akan menerima setiap ketetapan Allah SWT dengan keredaan selepas berusaha dengan bersungguh-sungguh. Dalam sebuah hadis Qudsi, Allah SWT berfirman, “Sesiapa yang tidak reda dengan Qada’-Ku dan Qadar-Ku serta tidak tabah terhadap ujian yang aku berikan, maka carilah Tuhan selain Aku”.
Beriman Kepada Qada’ dan Qadar
5
B. HUBUNGAN QADA’ DAN QADAR Qada’ adalah ketentuan atau ketetapan yang akan terjadi pada waktu yang akan datang. Ketetapan dan ketentuan itu hanya Allah yang membuat. Oleh karena itu hanya Allah saja yang tahu. Qadar adalah pelaksanaan dari rencana Allah atau sering disebut dengan takdir, yaitu keadaan terjadi yang menimpa makhluk Allah. Hubungan antara Qada’ dan Qadar. Qada’ mengacu pada hukum, undang-undang, peraturan, dan ketetapan Allah SWT yang berlaku atas semua makhluknya sedangkan Qadar mengacu kepada pelaksanaan dari rencana Allah atas hukum, undang-undang, dan ketetapan-Nya. Ulama Asy’ariah, yang di pelopori oleh Abu Hasan Al Asy’Ari (wafat di basrah Tahun 330 H), berpendapat bahwa qada’ ialah kehendak Allah SWT mengenai segala hal dan keadaan, kebaikan dan keburukan, yang sesuai dengan apa yang akan di ciptakan dan tidak akan berubah-ubah sampai terwujudnya kehendak tersebut. Sedangkan qadar adalah perwujudan kehendak Allah SWT terhadap semua mahkluknya dalam bentubentuk dan batasan-batasan tertentu, baik mengenai zat-zatnya ataupun sifat-sifatnya. Menurut ulama Asy’ariah ini, jelaslah bahwa hubungan qada dengan qadar merupakan satu kesatuan, karena qada merupakan kehendak Allah SWT, sedangkan qadar merupakan perwujudan dari kehendak itu. Qada’ bersifat Qadim (lebih dulu ada) sedangkan Qadar bersipat hadis (baru). Selain itu, ada pula ulama yang berpendapat bahwa hubungan antara Qada’ dan Qadar merupakan dwi tunggal, karena dapat di katakan bahwa pengertian Qada’ sama dengan pengertian Qadar. Rasulullah SAW ketika di tanya oleh malaikat Jibril tentang dasar-dasar iman, beliau hanya menyebutkan (iman kepada qadar”, tanpa menyebutkan iman kepada qada dan qadar. Rasulullah SAW bersabda :
)ااإل ميان أ ن تو من با هلل ومال ئكته وكتبه ورسله واليوم اال خر وتومن با لقد ر خريه وسره (رواه مسلم
Artinya : “Iman itu ialah engkau percaya kepada Allah, para malaikatnya, kitab-kitabnya, para Rasulnya, hari akhirat, dan engkau percaya kepada qadar yang baiknya ataupun yang buruk”. (H.R. Muslim) Qada’ dan Qadar disebut juga sebagai takdir dan takdir dibahagikan kepada dua yaitu: 1. Taqdir muallaq yaitu Qada’ dan QadarNya Allah yang masih digantungkan pada usaha atau ikhtiar manusia. Suatu contoh seseorang ingin kaya, pintar, sehat dan lain lain ini harus melalui proses usaha untuk mencapai tujuan tersebut. Sesuatu yang tidak mungkin semuanya itu diperoleh tanpa adanya ikhtiar. Sebagaimana firman Allah swt berikut : (۳۹) Artinya : “Dan bahwasannya seseorang itu tidak memperoleh selain apa yang diusahakan. Dan bahwasannya usahanya itu kelak akan diperlihatkan kepadanya, kemudian akan diberi balasan yang paling sempurna”. (QS. An- Najm : 53/39-40) ط
Artinya : “Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan (nasib) suatu bangsa sehingga bangsa itu mau mengubah keadaan (nasib) yang ada pada mereka sendiri”. (QS. Ar- Ra’du : 13/11)
Beriman Kepada Qada’ dan Qadar
6
2. Taqdir mubrom yaitu Qada’ dan QadarNya Allah swt yang sudah tidak dapat diubah lagi oleh manusia, walau ada ikhtiar dan tawakkal. Sebagaimana firman Allah swt berikut : Artinya : “Dan tiap-tiap umat memiliki. Maka apabila telah datang waktunya mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak dapat pula memajukannya”. (QS. Surat Al- A’raf : 7/34) Semua yang kamu lakukan selanjutnya harus dipasrahkan kepada Allah swt, karena Allah swt adalah zat yang mengatur dan menentukan segala sesuatunya. Sebagaimana firman Allah swt berikut : Artinya : “Dan hanya kepada Allah hendaknya kamu bertawakkal, jika kamu benar-benar orang yang beriman”. (QS. Al- Maidah : 5/23)
C. CIRI-CIRI BERIMAN KEPADA QADA’ DSN QADAR Qana’ah Dan Kemuliaan Diri. Seseorang yang beriman kepada Qadar mengetahui bahwa rizkinya telah tertuliskan, dan bahwa ia tidak akan meninggal sebelum ia menerima sepenuhnya, juga bahwa rizki itu tidak akan dicapai oleh semangatnya orang yang sangat berhasrat dan tidak dapat dicegah oleh kedengkian orang yang dengki. Ia pun mengetahui bahwa seorang makhluk sebesar apapun usahanya dalam memperoleh ataupun mencegahnya dari dirinya, maka ia tidak akan mampu, kecuali apa yang telah Allah tetapkan baginya. Dari sini muncullah qana’ah terhadap apa yang telah diberikan, kemuliaan diri dan baiknya usaha, serta membebaskan diri dari penghambaan kepada makhluk dan mengharap pemberian mereka. Hal tersebut tidak berarti bahwa jiwanya tidak berhasrat pada kemuliaan, tetapi yang dimaksudkan dengan qana’ah ialah, qana’ah pada hal-hal keduniaan setelah ia menempuh usaha, jauh dari kebakhilan, kerakusan, dan dari mengorbankan rasa malunya. Apabila seorang hamba dikaruniai sikap qana’ah, maka akan bersinarlah cahaya kebahagiaan, tetapi apabila sebaliknya (apabila ia tidak memiliki sikap qana’ah), maka hidupnya akan keruh dan akan bertambah pula kepedihan dan kerugiannya, disebabkan oleh jiwanya yang tamak dan rakus. Seandainya jiwa itu bersikap qana’ah, maka sedikitlah musibahnya. Sebab orang yang tamak adalah orang yang terpenjara dalam keinginan dan sebagai tawanan nafsu syahwat. Kemudian, bahwa qana’ah itu pun dapat menghimpun bagi pelakunya kemuliaan diri, menjaga wibawanya dalam pandangan dan hati, serta mengangkatnya dari tempat-tempat rendah dan hina, sehingga tetaplah kewibawaan, melimpahnya karamah, kedudukan yang tinggi, tenangnya bathin, selamat dari kehinaan, dan bebas dari perbudakan hawa nafsu dan keinginan yang rendah. Sehingga ia tidak mencari muka dan bermuka dua, ia pun tidak melakukan sesuatu kecuali hal itu dapat memenuhi (menambah) imannya, dan hanya kebenaranlah yang ia junjung. Qana’ah memberikan manfaat kepadaku berupa kemuliaan adakah kemuliaan yang lebih mulia dari qana’ah Jadikanlah ia sebagai modal bagi dirimu kemudian setelahnya, jadikanlah takwa sebagai barang dagangan.
Beriman Kepada Qada’ dan Qadar
7
Niscaya akan engkau peroleh keuntungan dan tidak perlu memelas kepada orang yang bakhil Engkau akan memperoleh kenikmatan dalam Surga dengan kesabaran yang hanya sesaat. Berkata Imam asy-Syafi’i rahimahullahu: Aku melihat qana’ah sebagai perbendaharaan kekayaan maka aku pegangi ekor-ekornya Tidak ada orang yang melihatku di depan pintunya dan tidak ada orang yang melihatku bersungguh-sungguh dengannya Aku menjadi kaya dengan tanpa dirham dan aku berlalu di hadapan manusia seperti raja. Tsa’alabi berkata, “Sebaik-baik ucapan yang saya dengar tentang qana’ah ialah ucapan. Ibnu Thabathaba al-‘Alawi: Jadilah engkau orang yang qana’ah dengan apa yang diberikan kepadamu maka engkau telah berhasil melewati kesulitan qana’ah orang yang hidup berkecukupan Sesungguhnya usaha dalam mencapai angan, nyaris membinasakan dan kebinasaan seseorang terletak dalam kemewahan. Cita-Cita Yang Tinggi Maksud dari cita-cita yang tinggi adalah menganggap kecil apa yang bukan akhir dari perkara-perkara yang mulia. Sedangkan cita-cita yang rendah, yaitu sebaliknya dari hal itu, ia lebih mengutamakan sesuatu yang tidak berguna, ridha dengan kehinaan, dan tidak menggapai perkara-perkara yang mulia. Iman kepada qadar membawa pelakunya kepada kemauan yang tinggi dan menjauhkan mereka dari kemalasan, berpangku tangan, dan pasrah kepada takdir. Karena itu, Anda melihat orang yang beriman kepada qadar -dengan keimanan yang benar- adalah tinggi cita-citanya, besar jiwanya, mencari kesempurnaan, dan menjauhi perkara-perkara remeh dan hina. Ia tidak rela kehinaan untuk dirinya, tidak puas dengan keadaan yang pahit lagi menyakitkan, dan tidak pasrah terhadap berbagai aib dengan dalih bahwa takdir telah menentukannya. Bahkan keimanannya mengharuskannya untuk berusaha bangkit, mengubah keadaan yang pahit serta menyakitkan kepada yang lebih baik dengan cara-cara yang disyari’atkan, dan untuk terbebas dari berbagai aib dan kekurangan. (Karena) berdalih dengan takdir hanyalah dibenarkan pada saat tertimpa musibah, bukan pada aib-aib (yang dilakukannya). Bertekad Dan Bersungguh-Sungguh Dalam Berbagai Hal Orang yang beriman kepada qadar, ia akan bersungguh-sungguh dalam berbagai urusannya, memanfaatkan peluang yang datang kepadanya, dan sangat menginginkan segala kebaikan, baik akhirat maupun dunia. Sebab, iman kepada qadar mendorong kepada hal itu, dan sama sekali tidak mendorong kepada kemalasan dan sedikit beramal. Bahkan, keimanan ini memiliki pengaruh yang besar dalam mendorong para tokoh untuk melakukan pekerjaan besar, yang mereka menduga sebelumnya bahwa kemampuan mereka dan berbagai faktor yang mereka miliki pada saat itu tidak cukup untuk menggapainya. Nabi SAW bersabda: “Artinya ; …Bersungguh-sungguhlah terhadap apa yang bermanfaat bagimu, minta tolonglah kepada Allah, dan janganlah bersikap lemah! Jika sesuatu menimpamu, janganlah mengatakan, 'Seandainya aku melakukan, niscaya akan demikian dan demikian.' Tetapi katakanlah, 'Ini takdir Allah, dan apa yang dikehendaki-Nya pasti terjadi.
Beriman Kepada Qada’ dan Qadar
8
Bersikap Adil, Baik Pada Saat Senang Maupun Susah Iman kepada qadar akan membawa kepada keadilan dalam segala keadaan, sebab manusia dalam kehidupan dunia ini mengalami keadaan bermacam-macam. Adakalanya diuji dengan kefakiran, adakalanya mendapatkan kekayaan yang melimpah, adakalanya menikmati kesehatan yang prima, adakalanya diuji dengan penyakit, adakalanya memperoleh jabatan dan popularitas, dan adakalanya setelah itu dipecat (dari jabatan), hina, dan kehilangan nama. Perkara-perkara ini dan sejenisnya memiliki pengaruh dalam jiwa. Kefakiran dapat membawa kepada kehinaan, kekayaan bisa mengubah akhlak yang baik menjadi kesombongan, dan perilakunya menjadi semakin buruk. Sakit bisa mengubah watak, sehingga akhlak menjadi tidak lurus, dan seseorang tidak mampu tabah bersamanya. Demikian pula kekuasaan dapat mengubah akhlak dan meng-ingkari sahabat karib, baik karena buruknya tabiat maupun sem-pitnya dada. Sebaliknya dari hal itu ialah pemecatan. Adakalanya hal itu dapat memburukkan akhlak dan menyempitkan dada, baik karena kesedihan yang mendalam maupun karena kurangnya kesabaran.Begitulah, keadaan-keadaan tersebut menjadi tidak lurus pada garis keadilan, karena keterbatasan, kebodohan, kelemahan, dan kekurangan dalam diri hamba tersebut. Kecuali orang yang beriman kepada qadar dengan sebenarnya, maka kenikmatan tidak membuatnya sombong dan musibah tidak membuatnya berputus asa, kekuasaan tidak membuatnya congkak, pemecatan tidak menurunkannya dalam kesedihan, kekayaan tidak membawanya kepada keburukan dan kesombongan, dan kefakiran pun tidak menurunkannya kepada kehinaan. Orang-orang yang beriman kepada qadar menerima sesuatu yang menggembirakan dan menyenangkan dengan sikap menerima, bersyukur kepada Allah atasnya, dan menjadikannya sebagai sarana atas berbagai urusan akhirat dan dunia. Lalu, dengan melakukan hal tersebut, mereka mendapatkan, berbagai kebaikan dan keberkahan, yang semakin melipatgandakan kegembiraan mereka. Mereka menerima hal-hal yang tidak disenangi dengan keridhaan, mencari pahala, bersabar, menghadapi apa yang dapat mereka hadapi, meringankan apa yang dapat mereka ringankan, dan dengan kesabaran yang baik terhadap apa yang harus mereka bersabar terhadapnya. Sehingga mereka, dengan sebab itu, akan mendapatkan berbagai kebaikan yang besar yang dapat menghilangkan hal-hal yang tidak disukai, dan digantikan oleh kegembiraan dan harapan yang baik. ‘Umar bin ‘Abdul ‘Aziz rahimahullahu berkata, “Aku memasuki waktu pagi, sedangkan kebahagiaan dan kesusahan sebagai dua kendaraan di depan pintuku, aku tidak peduli yang manakah di antara keduanya yang aku tunggangi.” Selamat Dari Kedengkian Dan Penentangan Iman kepada qadar dapat menyembuhkan banyak penyakit yang menjangkiti masyarakat, di mana penyakit itu telah menanamkan kedengkian di antara mereka, misalnya hasad yang hina. Orang yang beriman kepada qadar tidak dengki kepada manusia atas karunia yang Allah berikan kepada mereka, karena keimanan-nya bahwa Allah-lah yang memberi dan menentukan rizki mereka. Dia memberikan dan menghalangi dari siapa yang dikehendaki-Nya, sebagai ujian. Apabila dia dengki kepada selainnya, berarti dia menentang ketentuan Allah. Jika seseorang beriman kepada qadar, maka dia akan selamat dari kedengkian, selamat dari penentangan terhadap hukum-hukum Allah yang bersifat syar’i (syari’at) dan ketentuanketentuan-Nya yang bersifat kauni (sunnatullah), serta menyerahkan segala urusannya kepada Allah semata.
Beriman Kepada Qada’ dan Qadar
9
D. TANDA-TANDA ORANG YANG BERIMAN KEPADA QADA’ DAN QADAR Dengan beriman kepada qada’ dan qadar, banyak hikmah yang amat berharga bagi kita dalam menjalani kehidupan dunia dan mempersiapkan diri untuk kehidupan akhirat. Hikmah tersebut antara lain: a) Banyak bersyukur dan bersabar Orang yang beriman kepada qada’ dan qadar, apabila mendapat keberuntungan, maka ia akan bersyukur, karena keberuntungan itu merupakan nikmat Allah yang harus disyukuri. Sebaliknya apabila terkena musibah maka ia akan sabar, karena hal tersebut merupakan ujian Firman Allah: Artinya:”dan apa saja nikmat yang ada pada kamu, maka dari Allah( datangnya), dan bila ditimpa oleh kemudratan, maka hanya kepada-Nya lah kamu meminta pertolongan. ”( QS. AnNahl ayat 53). b) Menjauhkan diri dari sifat sombong dan putus asa Orang yang tidak beriman kepada qada’ dan qadar, apabila memperoleh keberhasilan, ia menganggap keberhasilan itu adalah semata-mata karena hasil usahanya sendiri. Ia pun merasa dirinya hebat. Apabila ia mengalami kegagalan, ia mudah berkeluh kesah dan berputus asa , karena ia menyadari bahwa kegagalan itu sebenarnya adalah ketentuan Allah. Firman Allah SWT: Artinya: Hai anak-anakku, pergilah kamu, maka carilah berita tentang Yusuf dan saudaranya dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir. (QS.Yusuf ayat 87) Sabda Rasulullah: yang artinya” Tidak akan masuk sorga orang yang didalam hatinya ada sebiji sawi dari sifat kesombongan.”( HR. Muslim) c) Bersifat optimis dan giat bekerja Manusia tidak mengetahui takdir apa yang terjadi pada dirinya. Semua orang tentu menginginkan bernasib baik dan beruntung. Keberuntungan itu tidak datang begitu saja, tetapi harus diusahakan. Oleh sebab itu, orang yang beriman kepada qadha dan qadar senantiasa optimis dan giat bekerja untuk meraih kebahagiaan dan keberhasilan itu. Firaman Allah: Artinya : Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan. (QS Al- Qashas ayat 77) d) Jiwanya tenang Orang yang beriman kepada qada’ dan qadar senantiasa mengalami ketenangan jiwa dalam hidupnya, sebab ia selalu merasa senang dengan apa yang ditentukan Allah kepadanya. Jika beruntung atau berhasil, ia bersyukur. Jika terkena musibah atau gagal, ia bersabar dan berusaha lagi.
Beriman Kepada Qada’ dan Qadar
10
Artinya : Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang tenang lagi diridhai-Nya. Maka masuklah kedalam jamaah hamba-hamba-Ku, dan masuklah kedalam sorgaKu.( QS. Al-Fajr ayat 27-30)
E. FUNGSI BERIMAN KEPADA QADA’ DAN QADAR Allah SWT mewajibkan umat manusia untuk beriman kepada qada’ dan qadar (takdir), yang tentu mengandung banyak fungsi (hikmah atau manfaat), yaitu antara lain : 1. Memperkuat keyakinan bahwa Allah SWT, pencipta alam semesta adalah tuhan Yang Maha Esa , maha kuasa, maha adil dan maha bijaksana. Keyakinan tersebut dapat mendorong umat manusia (umat islam) untuk melakukan usaha-usaha yang bijaksana, agar menjadi umat (bangsa) yang merdeka dan berdaulat. Kemudian kemerdekaan dan kedaulatan yang di perolehnya itu akan di manfaatkannya secara adil, demi terwujudnya kemakmuran kesejahteraan bersama di dunia dan di akherat. 2. Menumbuhkan kesadaran bahwa alam semesta dan segala isinya berjalan sesuai dengan ketentuan–ketentuan Allah SWT (sunatullah)atau hukum alam. Kesadaran yang demikian dapat mendorong umat manusia (umat islam) untuk menjadi ilmuan-ilmuan yang canggih di bidangnya masing-masing, kemudian mengadakan usaha-usaha penelitian terhadap setiap mahluk Allah seperti manusia, hewan, tumbuhan, air, udara, barang tambang, dan gas. Sedangkan hasil – hasil penelitiannya di manfaatkan untuk meningkatkan kesejahteraan manusia kearah yang lebih tinggi. (lihat dan pelajari Q.S. Almujadalah, 58 : 11) 3. Meningkatkan ketakwaan kepada Allah SWT. Iman kepada takdir dapat menumbuhkan kesadaran bahwa segala yang ada dan terjadi di alam semesta ini seperti daratan, lautan, angkasa raya, tanah yang subur, tanah yang tandus, dan berbagai bencana alam seperti gempa bumi, gunung meletus, serta banjir semata-mata karena kehendak, kekuasaan dan keadilan Allah SWT. Selain itu, kemahakuasaan dan keadilan Allah SWT akan di tampakkan kepada umat manusia, takkala umat manusia sudah meninggal dunia dan hidup di alam kubur dan alam akhirat. Manusia yang ketika di dunianya bertakwa, tentu akan memperoleh nikmat kubur dan akan di masukan kesurga, sedangkan manusia yang ketika di dunianya durhaka kepada Allah dan banyak berbuat dosa, tentu akan memperoleh siksa kubur dan di campakan kedalam neraka jahanam. (lihat dan pelajari Q.S. Ali Imran, 3 : 131 – 133). 4. Menumbuhkan sikap prilaku dan terpuji, serta menghilangkan sikap serta prilaku tercela. Orang yang betul-betul beriman kepada takdir (umat islam yang bertakwa ) tentu akanmemiliki sikap dan prilaku terpuji seperti sabar, tawakal, qanaah, dan optimis dalm hidup. Juga akan mampu memelihara diri dari sikap dan prilaku tercela, seperti: sombong, iri hati, dengki, buruk sangka, dan pesimis dalam hidup. Mengapa demikian? Coba kamu renungkan jawabannya! (lihat dan pelajari Q.S. Al-Hadid, 57 : 21-24)
Beriman Kepada Qada’ dan Qadar
11
5. Mempunyai semangat ikhtiar Qada’ dan qadar Allah SWT tentang nasib manusia rahasia Allah SWT yang yang semata.karna tidak tau nasibnya,maka manusi tidak boleh menunggu dengan pasrah. manusia harus tau nasibnya.bagaimana caranya?yaitu dengan mempajari dan dengan mempraktikkan hukum-hukum Allah SWT. yang telah diberikan kepada manusia. Ikhtar artinya melakukan perbuatan yang baik dengan penuh kesungguhan dan keyakinan akan hasil yang baik bagi dirinya.dengan pemahaman srperti itulah ,seorang muri akan bekerja keras agar biasa sukses,pedagang akan hidup hemat agar usahanya berkembang, dan sebagainya. Allah SWT berfirman; Artinya:“Dan bahwa manusia hanya meperoleh apa yang usahakannya.Dan sesungguhnya usahanya itu kelak akan diperlihatkan(kepadanya).’(Q.S.An-Najm,53:39-40) 6. Mempunyai sifat sabar dalam menghadapi cobaan Dengan percaya qada’ dan qadar,manusia akan sadar bahwa kehidupan adalah ujian-ujian yang harus dilalui dengan sabar.sabar adalah skap mental yang teguh pendirian, berani menghadapi tantangan ,tahan uji,dan tidak menyerah pada kesulitan.Teguh pendirian berarti tidak mudah goyah dalam memagang prisip atau pedoman hidup.berani menghadapi tantangan berarti berani menghadapi cobaan ,penderitaan ,kesakitan dan kesensaraan,.cobaan harus dihadapi dengan tenang,dipikir dengan jernih, dicari jalan keluarnya tampa menyerah pada kesulitan,dan akhirnya diserahkan kepada Allah SWT.Allah SWT berfirman: Artinya: Apakh manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan hanya mengatakan ,’kami telah beriman ,”dan mereka tidak di uji”(Q.S.AL-Ankabut,29:2)
F. CONTOH PRILAKU BERIMAN KEPADA QADA’ DAN QADAR 1. Haris adalah seorang murid yang cerdas. Ia jarang belajar dalam jangka waktu yang lama. Ia belajar hanya beberapa menit sebelum waktu ulangan dimulai. Ketika menerima hasil ulangannya ia mendapatkan nilai yang memuaskan. 2. Ketika kelas VII SMP Zahid adalah siswa yang berprestasi biasa saja. Namun berkat ketekunannya ia mampu mengejar ketertinggalan dari teman-temannya. Akhirnya pada waktu ujian akhir sekolah ia mampu menjadi yang terbaik. 3. Zidane berusia 13 tahun. Sekarang ia duduk di kelas VII. Kehidupan zidane masih panjang berdasarkan usia hidup rata-rata penduduk Indonesia yaitu sekitar 64 tahun. Menginjak usia yang ke 15, ia menderita sakit keras. Berbagai model pengobatan telah dijalaninya. Namun akhirnya ia meninggal dunia.
Beriman Kepada Qada’ dan Qadar
12
BAB III PENUTUP
KESIMPULAN Beriman adalah keyakinan yang diyakini didalam hati, diucapkan dengan lisan, dan dilaksanakan dengan amal perbuatan. Kalau kita melihat Qada’ menurut bahasa artinya Ketetapan. Qada’ artinya ketatapan Allah swt kepada setiap mahluk-Nya yang bersifat Azali. Azali Artinya ketetapan itu sudah ada sebelumnya keberadaan atau kelahiran mahluk. Sedangkan Qadhar artinya menurut bahasa berarti ukuran. Qadar artinya terjadi penciptaan sesuai dengan ukuran atau timbangan yang telah ditentuan sebelumnya. Qada’ dan Qadar dalam keseharian sering kita sebut dengan takdir. Beriman kepada Qada’ dan Qadar bermakna beriman kepada ketentuan Allah SWT sama ada baik ataupun buruk. Namun demikian, manusia harus berusaha dengan bersungguh-sungguh untuk mencapai kejayaan karena tidak ada seorang pun yang mengetahui nasibnya pada masa yang akan datang. Hanya Allah SWT sahaja yang mengetahui nasib setiap hamba-Nya. Oleh sebab itu, manusia wajib beriman dan percaya bahawa sesuatu kejayaan itu akan dicapai jika kita berusaha dengan bersungguh-sungguh.
HIKMAH
Melalui Beriman kepada Qada’ dan Qadar, Allah SWT akan diperoleh hikmah yang banyak dan menambah keyakinan yang besar akan adanya ketentuan yang pasti yang akan membawa kepada sikap dan prilaku manusia yang lebih baik. 1.Menjauhkan Sifat Sombong, Mendekatkan Sifat Rendah Hati 2.Melatih Tidak putus Asa dan Sabar 3.Bertambah Dekat dengan Allah
Beriman Kepada Qada’ dan Qadar
13