BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Dalam teknik tegangan tinggi, fungsi yang paling utama dari suatu bahan isolasi adalah untuk mengisolasi konduktor yang membawa tegangan terhadap yang lainnya sama baiknya terhadap tanah. Dan sebagai tambahannya, harus sering melakukan fungsi mekanis dan harus mampu menahan penekanan termal dan kimia. Serta juga memiliki daya tahan yang lama atau usia daya tahannya di bawah jenis-jenis penekanan yang bervariasi yang dihadapi dalam praktek sebagai pertimbangan penentuan aplikasi ekonomis. ekonomis. Bahan zat padat digunakan pada hampir seluruh rangkaian listrik dan peralatan listrik untuk mengisolir bagian-bagian pembawa arus dari bagian lainnya. Bahan zat padat yang baik harus mempunyai rugi-rugi dielektrikum yang rendah, kekuatan mekanis yang tinggi, bebas dari kemungkinan pembentukan gas dan debu, dan tahan terhadap perubahan temperatur dan pengaruh kimia. Isolasi padat mempunyai mempunyai kekuatan kekuatan tegangan tegangan tembus yang tinggi dibandingkan dengan isolasi cair dan gas. Studi yang paling penting dalam teknik isolasi adalah studi tegangan tembus dari dielektrikum padat. Jika terjadi tembus, maka isolasi padat akan rusak secara permanen sedangkan pada isolasi gas akan kembali ke sifatnya semula dan pada isolasi cair sebagian akan kembali ke sifatnya semula dan sebagian lainnya tidak. 1.2 TUJUAN Tujuan Umum
Sebagai tugas kelompok untuk mata kuliah Teknik Tegangan Tinggi
Tujuan Khusus 1. Untuk mengetahui apa itu kegagalan tembus pada zat padat 2. Untuk mengetahui mekanisme kegagalan tembus pada zat padat 3. Untuk mengetahui jenis-jenis kegagalan tembus pada zat padat 4. Untuk mengetahui bahan-bahan yang dapat menjadi isolator pada zat padat
1.3 RUMUSAN MASALAH
Dalam makalah ini akan membahas permasalahan tentang : 1. Apa itu kegagalan zat padat ? 2. Bagaimana mekanisme kegagalan pada zat padat ? 3. Bahan apa saja yang dapat menjadi isolator pada z at padat ?
1
BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian kegagalan tembus zat padat
Isolasi adalah salah satu bentuk peralatan tegangan tinggi yang berfungsi sebagai tahanan atau pelindung agar tidak terjadi tembus yang tidak diinginkan. Secara umum isolasi dibagi menjadi 3 (tiga) macam yaitu isolasi padat, cair dan gas. Kemampuan isolasi dalam menahan tegangan mempunyai batas-batas tertentu sesuai dengan material penyusun dan lingkungan sekitarnya. Apabila tegangan yang diterapkan melebihi kuat medan isolasi maka akan terjadi tembus atau breakdown yang menyebabkan terjadinya aliran arus antara peralatan tegangan tinggi. Atom-atom yang menyusun zat padat terikat kuat satu sama lain. Keistimewaan yang paling menyolok dari kebanyakan zat padat adalah atom-atomnya (atau grup-grup atom) yang tersusun oleh sebuah derajat tinggi dari urutan pola yang berulang-ulang yang teratur dalam tiga dimensi yang disebut kristalin. Zat padat yang atom-atomnya disusun dalam sebuah model yang tidak beraturan disebut non-kristalin atau tak berbentuk. Oleh karena sebagian besar dari sistem pengisolasian komersial adalah zat padat, studi kegagalan dielektrik padat menjadi sangat penting pada studi isolasi. Penerapan medan elektrik yang tinggi pada material diel ektrik padat dapat menyebabkan gerakan pembawa muatan bebas, injeksi muatan dari elektroda-elektroda, penggandaan muatan, formasi ruang muatan dan disipasi energi dalam material. Oleh karena kondisi-kondisi tersebut, yang dapat terjadi secara tunggal atau kombinasi, maka akhirnya mengacu pada material mengalami kegagalan elektris yang disebut juga breakdown. Pada prinsipnya dan dalam kondisi percobaan tertentu, mekanisme kegagalan dalam zat padat sama dengan proses yang terjadi pada gas dan udara. Perbedaannya, kegagalan dalam zat padat sedikit lebih rumit, karena ada mekanisme kegagalan yang tidak dijumpai pada kegagalan gas. Nilai suatu zat padat tergantung dari cara dan kondisi pengukuran. Mempelajari kegagalan yang terjadi pada benda padat adalah sangat penting. Pada benda padat, apabila terjadi kegagalan, maka ia adalah kegagalan permanen, karena ia termasuk bahan yang non-self restoring. Sebaliknya untuk benda cair dan gas, bila terjadi kegagalan maka kegagalan ini adalah kegagalan yang sementara. Sesudah beberapa lama maka kekuatannya akan kembali lagi. Bahan ini termasuk bahan yang self restoring.
2
Beberapa kegagalan pada benda padat dapat digolongkan seperti berikut : 1. kegagalan asasi (intrinsik) 2. kegagalan elektromekanik 3. kegagalan streamer 4. kegagalan termal 5. kegagalan erosi. Mekanisme kegagalan bahan isolasi padat terdiri dari beberapa jenis sesuai fungsi waktu penerapan tegangannya. Hal ini dapat dilihat sebagai berikut : ) V k ( n a l a g a g e K
Kegagalan intrinsik, elektromekanik
Kegagalan Streamer
Kegagalan Termal Kegagalan Erosi
log t (detik)
Gambar 2.1 Variasi tegangan tembus dan mekanisme kegagalan dengan waktu penerapan tegangan
2.2 Bahan Isolator Padat
Ada beberapa bahan isolasi bentuk padat yang dikenal dalam bidang kelist rikan. Bahan bahan tersebut antara lain: a. Kaca Kaca adalah substansi yang dibuat dengan pendinginan bahan-bahan yang dilelehkan, tidak berbentuk kristal tetapi tetap pada kondisi berongga. Kaca pada umumnya terdiri dari campuran silikat dan beberapa senyawa antara lain : borat, pospat. Kaca dibuat dengan cara melelehkan beberapa senyawa silikat (pasir), alkali (Na dan K) dengan bahan lain (kapur, oksida timah hitam). Karena itu sifat dari kaca tergantung dari komposisi bahan-bahan pembentuknya tersebut. Massa jenis kaca berkisar antara 2 hingga 8,1 g/cm2, kekuatan tekannya 6000 hingga 21000 kg/cm2 , kekuatan tariknya 100 hingga 300 kg/cm2. Karena kekuatan tariknya relatif kecil, maka kaca adalah bahan yang regas. Walaupun kaca merupakan substansi berongga, tetapi tidak mempunyai titik leleh yang tegas, karena pelelehannya adalah
3
perlahan – lahan ketika suhu pemanasan di naikkan. Titik pelelehan kaca berkisar antara 500 hingga 17000 C. Makin sedikit kandungan S1O2 nya makin rendah titik pelembekan suatu kaca. Demikian pula halnya dengan muai panjangnya, makin banyak kadar S1O2 yang dikandungnya akan makin kecil ? nya. Muai panjang untuk kaca berkisar antara 5,5-10,-7 hingga 150. 10-7 per derajat celcius.
b. Sitol Sitol mempunyai bahan dasar kaca yang merupakan pengembangan baru. Pemakaian sitol adalah sangat luas, struktur dan sifat-sifatnya adalah diantara kaca dan keramik. Sitol juga disebut keramik-kaca atau kaca kristal. Yang banyak dijumpai dipasaran antara lain : pyroceram, vitoceram. Sitol mempunyai struktur kristal yang halus (hal ini yang membedakannya dengan kaca biasa) tetapi berongga. Tidak seperti halnya keramik biasa, sitol tidak dibuat dengan pembakaran tetapi cenderung dengan fusi dari bahan-bahan mentahnya dengan menjadikannya meleleh dan kemudian kristalisasi. c. Porselin Porselin adalah bahan isolasi kelompok keramik yang sangat penting dan luas penggunaannya. Istilah bahan -bahan keramik adalah digunakan untuk semua bahan anorganik yang dibakar dengan pembakaran pada suhu tinggi dan bahan asal berubah substansinya. Bahan dasar dari porselin adalah tanah liat. Ini berarti bahan dasar tersebut mudah dibentuk pada waktu basah, tetapi menjadi tahan terhadap air dan kekuatan mekaniknya naik setelah dibakar. Penggunaan isolator dari porselin antara lain : isolator tarik, isolator penyangga, rol isolator 2.3 Jenis-jenis Kegagalan Bahan Isolator Padat 2.3 ( a ).Kegagalan asasi (intrinsik)
Kegagalan asasi (intrinsik) adalah kegagalan yang disebabkan oleh jenis dan suhu bahan dengan menghilangkan pengaruh luar seperti tekanan, bahan elektroda, ketidakmurnian, kantong kantong udara. Kegagalan ini terjadi jika tegangan yang dikenakan pada bahan dinaikkan sehingga tekanan listriknya mencapai nilai tertentu yaitu mencapai nilai tertentu yaitu 106 volt/cm dalam waktu yang sangat singkat yaitu 10 -8 detik. Kegagalan intrinsik terjadi jika diterapkan tegangan tinggi pada lapisan dielektrik yang tipis. Hal ini terjadi pada waktu yang singkat dan disebabkan karena medan listrik yang tinggi
4
V/cm dimana elektron mendapatkan energi dari tegangan luar sehingga melintasi celah yang terlarang ( forbidden energy gap) sampai kelapisan konduksi. Adapun sifat dari kegagalan ini adalah: a. Terjadi pada suhu yang rendah, suhu kamar atau lebih rendah. Kekuatan kegagalan tidak bergantung pada bentuk gelombang dari tegangan yang diterapkan dan terjadi pada waktu yang singkat. b. Kegagalan tergantung pada bentuk, besar dan spesimen dan bentuk dari kegagalan.
2.3 (b). Kegagalan elektromekanik
Kegagalan elektromekanik adalah kegagalan yang disebabkan oleh adanya perbedaan polaritas antara elektroda yang mengapit zat isolasi padat sehingga timbul tekanan listrik pada bahan tersebut. Tekanan listrik yang terjadi menimbulkan tekanan mekanik yang menyebabkan timbulnya tarik menarik antara kedua elektroda tersebut. Pada tegangan 10 6 volt/cm menimbulkan tekanan mekanik 2 s.d 6 kg/cm 2. Tekanan atau tarikan mekanis ini berupa gaya yang bekerja pada zat padat berhubungan dengan Modulus Young
Dengan rumus Stark dan Garton
Jika kekuatan asasi (intrinsik) tidak tercapai pada
maka zat isolasi akan gagal
bila tegangan V dinaikkan lagi. Jadi kekuatan listrik maksimumnya adalah:
. Dimana : F :gaya yang bekerja pada zat padat D L: pertambahan panjang zat padat L:panjang zat padat A:pertambahan zat yang dikenai gaya d0:tebal zat padat sebelum dikenai tegangan V d:tebal setelah dikenai tegangan V dan e 0e r :permitivitas
5
2.3 (c). Kegagalan streamer
Kegagalan streamer adalah kegagalan yang terjadi sesudah suatu banjiran (avalance). Sebuah elektron yang memasuki band conduction di katoda akan bergerak menuju anoda dibawah pengaruh medan memperoleh energi antara benturan dan kehilangan energi pada waktu membentur. Jika lintasan bebas cukup panjang maka tambahan energi yang diperoleh melebihi pengionisasi latis (latice). Akibatnya dihasilkan tambahan elektron pada saat terjadi benturan. Jika suatu tegangan V dikenakan terhadap elektroda bola, maka pada media yang berdekatan (gas atau udara) timbul tegangan. Karena gas mempunyai permitivitas lebih rendah dari zat padat sehingga gas akan mengalami tekanan listr ik yang besar. Akibatnya gas tersebut akan mengalami kegagalan sebelum zat padat mencapai kekuatan asasinya. Karean kegagalan tersebut maka akan jatuh sebuah muatan pada permukaan zat padat sehingga medan yang tadinya seragam akan terganggu. Bentuk muatan pada ujung pelepasan ini dalam keadaan tertentu dapat menimbulkan medan lokal yang cukup tinggi (sekitar 10 MV/cm). Karena medan ini melebihi kekuatan intrinsik maka akan terjadi kegagalan pada zat padat. Proses kegagalan ini terjadi sedikit demi sedikit yang dapat menyebabkan kegagalan total.
2.3 (d). Kegagalan termal
Kegagalan termal, adalah kegagalan yang terjadi jika kecepatan pembangkitan panas di suatu titik dalam bahan melebihi laju kecepatan pembuangan panas keluar. Akibatnya terjadi keadaan tidak stabil sehingga pada suatu saat bahan mengalami kegagalan. Gambar kegagalan ini ditunjukkan seperti :
Gambar 2.2 Kegagalan Termal
Dalam hukum konversi energi : U0 = U1+U2, dimana U0 :panas yang dibangkitkan
6
U1 :panas yang disalurkan keluar U2 :panas yang menaikkan suhu bahan atau Dimana :
:
Cv : panas spesifik k : konduktivitas termal d : konduktivitas listrik E: tekanan listrik. Pada arus bolak balik terdapat hubungan langsung antara konduktivitas dengan dengan frekuensi dan permitivitas yaitu : s = w 1e 0 e r dan e r = e r ' + j e r " dimana e 0 : konstanta dielektrik dan e r permitivitas relatif. Karena adanya faktor ini, maka rugi rugi pada medan arus bolak balik lebih besar dari arus searah. Akibatnya kuat gagal termal pada tegangfan AC lebih kecil daripda kuat gagal termal medan arus DC. Kuat gagal termal untuk medan bolak balik juga menurun dengan naiknya frekuensi tegangan.
2.3 ( e) Kegagalan Erosi
Pada pembuatan suatu isolasi dari kabel bawah tanah dan alat lainnya kadang-kadang tidak sempurna, sehingga sering terdapat rongga dalam isolasi. Rongga ini berisi udara atau benda lain, yang mempunyai kekuatan medan atau kekuatan dielektrik yang berbeda dengan kekuatan dielektrik dari bahan isolasi. Bila rongga berisi udara maka akan terdapat konsentrasi medan listrik. Karena itu, pada nilai tegangan normal kekuatan medan pada rongga dapat bernilai melebihi kekuatan kegagalan, sehingga dapat menyebabkan terjadinya kegagalan. Kekuatan medan dalam reongga ditentukan oleh perbandingan dari permitivitas dan bentuk rongga. Pada setiap pelepasan muatan terjadilah panas, dan lama kelamaan muka dari rongga akan terjadi karbonisasi dan dapat merusak susunan kimia isolasi dan terjadinya erosi. Kegagalan Erosi, adalah kegagalan yang disebabkan zat isolasi pada tidak sempurna, karena adanya lubang lubang atau rongga dalam bahan isolasi padat tersebut. Lubang/rongga akan terisi oleh gas atau cairan yang kekuatan gagalnya lebih kecil dari kekuatan zat padat.
7
Gambar kegagalan isolasi dan rangkaian ekivalennya ditunjukkan oleh gambar dibawah ini:
Gambar 2.3 Kegagalan erosi dan rangkaian
Gambar 2.4 Bentuk Gelombang rongga isolasi ekivalen padat
Untuk t <<< d yang mecerminkan keadaan sebenarnya, bila rongga terisi gas, maka tegangan pada C1 adalah V1= e r . t/dt Va dimana : C1 : Kapasitansi rongga yang tebalnya t C2 :Kapasitansi rongga yang tebalnya d V1 :Tegangan pada rongga Va :Tegangan terminal e r :Permitivitas relatif zat isolasi padat
8
Jika tegangan AC yang dikenakan tidak menghasilkan kegagalan, maka bentuk gelombang yang terjadi pada rongga adalah V 1, tetapi jika V1 cukup besar, maka bisa terjadi kegagalan pada tegangan V 1'. Pada saat terjadi lucutan dengan tegangan V 1' maka pada rongga tersebut terjadi busur api. Busur api yang terjadi diiringi oleh jatuhnya tegangan sampai V 1" dan mengalirnya arus. Busur api kemudian padam. Tegangan pada rongga naik lagi sampai terjadi kegagalan berikutnya pada tegangan V 1'. Hal ini juga terjadi pada setengah gelombang (negatif) berikutnya. Rongga akan melucut pada waktu tegangan rongga mencapai -V 1'. Pada waktu gas dala rongga gagal, permukaan zat isolasi padat merupakan katoda - anodadengan bentuk yang ditunjukkan seperti berikut:
Gambar 2.5 Bentuk Gas dalam rongga saat mengalami kegagalan
Benturan elektron pada anoda mengakibatkan terlepasnya ikatan kimiawi pada isolasi padat tersebut. Demikian pula pemboman katoda oleh ion ion positif akan mengakibatkan kenaikan suhu yang menyebabkan ketidakstabilan termal, sehingga dinding zat padat lama kelamaan menjadi rusak, rongga menjadi semakin besar dan isolasi menjadi tipis. Hubungan antara tegangan lucutan danumur dinyatakan dengan :
Dimana : Vi : tegangan dimana mulai terjadi lucutan Va : tegangan yang diterapkan n : nilai antara 3 dan 10 dan A adal ah konstanta.
A. Kegagalan Kimia Dan Elektro-kimia Kehadiran udara dan gas lainnya menyebabkan bahan isolasi padat mangalami perubahan struktur secara kimiawi yang dapat berlanjut pada tekanan listrik secara terus menerus yang pada akhirnya menyebabkan kegagalan isolasi. Beberapa reaksi kimia penting yang terjadi adalah :
9
a. Oksidasi : Kehadiran udara atau oksigen, pada material padat seperti karet dan polyethilene mengalami oksidasi yang dapat meyebabkan keretakan pada permukaan isolator. b. Hidrolisis : Ketika uap air dan embun muncul di atas permukaan suatu material padat, maka hidrolisis akan terjadi dan material tersebut dan menyebabkan material akan kehilangan atau berkurang sifat listrik maupun sifat mekanisnya. Hidrolisis biasanya terjadi pada material padat seperti kertas, kain dan beberapa material seluler akan mengalami perubahan sifat kimiawi yang sangat cepat. Perubahan kimia (hidrolisis) juga terjadi pada material padat lainnya seperti plastik ( polyethilene) yang menyebabkan penurunan umur pakai dari material tersebut (aging ). c. Aksi Kimiawi. Meskipun tidak terdapat medan listrik yang tinggi, namun peningkatan penurunan sifat kimia pada material isolasi dapat menyebabkan terjadinya berbagai proses material isolasi dapat menyebabkan terjadinya berbagai proses ketidakstabilan kimiawi karena adanya temperatur yang tinggi, oksidasi maupun terbentuknya ozon. Meskipun material isolasi padat digunakan pada berbagai kepentingan penggunaan dan kondisi yang berbeda, reaksi kimia akan terjadi pada berbagai material yang dapat mandorong terjadinya penurunan sifat listrik maupun sifat mekanis yang pada akhirnya dapat menyebabkan terjadinya kegagalan isolasi.
Efek elektro-kimia dan penurunan sifat kimia material dapat diperkecil dengan cara mengkaji lebih mendalam dan melakukan pengujian material secara lebih berhati-hati. Isolatornya yang terbuat dari bahan glass (campuran sodium) harus dihindarkan dari keadaan udara lembab dan basah, sebab sodium dapat menyebabkan keadaan menjadi tidak stabil, sehingga soda yang dilepaskan ke permukaan akan menimbulkan pembentukan suatu alkali kuat yang akan menyebabkan penurunan sifat material secara menyeluruh.
B. Kegagalan Tracking Dan Treeing Jika suatu bahan isolasi padat diterapkan tekanan listrik dalam jangka waktu yang lama maka akan mengalami kegagalan. Secara umum, terdapat dua gejala yang dapat diamati pada material tersebut, yaitu: (a) Adanya bagian konduksi pada permukaan isolator. (b) Suatu mekanisme yang bekerja yang menyebabkan arus bocor melalui bagian konduksi yang pada akhirnya mendorong ke arah pembentukan suatu percikan ( discharge). Percikan yang terjadi akan menyebar selama proses penjejakan karbon (tracking ) dan membentuk cabang-cabang yang menyerupai pohon ( pepohonan) yang dikenal dengan istilah “treeting ”.
10
Fenomena pepohonan listrik (treeing ) dapat dijelaskan dengan menggunakan sebuah spesimen (conducting film) yang diletakkan di antara dua elektroda. Dalam prakteknya, spesimen tersebut diberikan suatu cairan pelembab kemudian diterapkan tegangan, dan dalam waktu tertentu pada permukaan spesimen akan mengalami kekeringan. Pada saat yang sama terjadi percikan yang dapat menyebabkan kerusakan pada permukaan material. Pada material padat seperti kertas, akan terbentuk karbonisasi di daerah terjadinya percikan api, dan selanjutnya karbonisasi yang terben tuk akan bertindak sebagai saluran konduksi permanen yang kemudiannya dapat meningkatkan tekanan yang berlebihan. Proses ini adalah merupakan proses kumulatif, dan isolator mengalami kegagalan akibat terjadinya jembatan karbon diantara elektroda. Fenomena ini dikenal dengan istilah “tracking ”. Pada sisi yang lain, treeing terjadi karena erosi dari material pada ujung percikan. Erosi mengakibatkan permukaan menjadi kasar, dan oleh sebab itu dapat menjadi sumber pengotoran dan pencemaran. Kejadian ini akan meningkatkan konduktivitas, dan pada sisi yang lain akan membentuk jembatan antara bagian konduksi tadi dengan elektroda yang selanjutnya mengakibatkan kegagalan mekanik (keretakan ) pada bahan isolator. Umumnya, tracking terjadi pada tegangan yang rendah yaitu sekitar 100 V, sedang treeing terjadi pada tegangan tinggi. Treeing dapat dicegah melalui usaha membersihkan permukaan material, menciptakan keadaan kering, dan pada permukaan yang halus (yang tidak terjadi kekasaran permukaan). Oleh karena itu pemilihan material harus didasarkan pada material yang mempunyai resistansi yang tinggi terhadap fenomena “treeing ”.
(a)
(b)
Gambar 2.6 Pepohonan (treeing ) listrik di dalam isolasi polimer (a) Proses awal terbentunya treeing, (b) Treeing menjembatangi kedua elektroda
11
2.7.3 Tabel Modulus Bahan
Subtances
Young’s Modulus
Shear Modulus
Bulk Modulus
(N/m2)
(N/m2)
(N/m2)
Tungsten
35 x 1010
14 x 1010
20 x 1010
Steel
20 x 1010
8.4 x 1010
6 x 1010
Chopper
11 x 1010
4.2 x 1010
14 x 1010
Brass
9.1 x 1010
3.5 x 1010
6.1 x 1010
Aluminium
7.0 x 1010
2.5 x 1010
7.0 x 1010
Glass
6.5-7.8 x 1010
2.6-3.2 x 1010
5.0-5.5 x 10 10
Quartz
5.6 x 1010
2.6 x 1010
2.7 x 1010
Water
-
-
0.21 x 10 10
Mercury
-
-
2.8 x 10 10
12
2.7.4 Tabel Konstanta Bahan
2.7.4 Tabel Pengujian Tembus pada zat padat ( Keramik) dari sebuah hasil pengujian Isolator Keramik Platinum Dimensi Isolator Pengujian ke-
PriVoltage (V)
Tebal = 0,7 cm
Luas = 10 x 10 cm
Tegangan
Keterangan
Tembus ( kV)
1
15-18
7,5
Tembus
2
15-18
7,5
Tembus
3
15-18
7
Tembus
4
18-20
8
Tembus
5
18-20
8,5
Tembus
6
18-20
8
Tembus
7
20-25
9
Tembus
8
20-25
9,5
Tembus
Tegangan Tembus rata2 ( kV)
8,12
13
BAB III PENUTUP 3.1 KESIMPULAN
Isolasi padat mempunyai kekuatan tegangan tembus yang tinggi dibandingkan dengan isolasi cair dan gas. Studi yang paling penting dalam teknik isolasi adalah studi tegangan tembus dari dielektrikum padat. Jika terjadi tembus, maka isolasi padat akan rusak secara permanen sedangkan pada isolasi gas akan kembali ke sifatnya semula.
Kegagalan zat padat adalah terjadi tembus atau breakdown pada bahan isolator padat dimana tegangan yg diberikan lebih kuat dibanding medan isolasinya sehingga terjadi aliran tembus pada peralatan tegangan tinggi.
Mekanisme kegagalan pada zat padat merupakan mekanisme yang rumit dan tergantung pada lama diterapkannya tegangan pada material dielektrik tersebut seperti ditunjukkan pada Gambar 2.1. .Pada Gambar 2.1 terlihat bahwa semakin tinggi tegangan yang diberikan akan semakin mempercepat terjadinya kegagagalan isolasi padat bahan tersebut.
Jenis-jenis bahan yang dapat dijadikan isolator zat padat adalah : -
Kaca
-
Sitol (kermik kaca/kaca kristal)
-
Porselin
3.2 SARAN
Diharapkan adanya kritik dan saran atas hasil penulisan makalah ini agar pada penulisan selanjutnya dapat mengurangi kesalahan.
14
DAFTAR PUSTAKA
Arismunandar,Artono. 2001. Teknik Tegangan Tinggi.Jakarta : PT. PRADNYA BARAMITA.
Hani,Slamet, PENGUJIAN BAHAN ISOLASI KERAMIK TERHADAP TEGANGAN TEMBUS DENGAN MENGGUNAKAN ELEKTRODA BATANG,Yogyakarta : Institut Sains & Teknologi
AKPRIND.
http://www.elektroindonesia.com/elektro/ener13a.html .
https://www.scribd.com/doc/195982010/Isolator-pdf .
http://elektroindonesia.com/elektro/energi13.html.
https://www.scribd.com/doc/195982010/Isolator-pdf .
http://ancharyu.wordpress.com/2010/02/27/isolator-.
15