BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia dikenal sebagai negara tropis, dimana pengaruh sinar matahari sangat besar terhadap kehidupan makhluk hidup. Sinar matahari memberikan efek yang menguntungkan yaitu dapat mencegah atau mengobati gangguan pada tulang dengan cara mengaktifkan provitamin D yang terdapat dalam epidermis kulit menjadi vitamin D. Namun, pemaparan matahari yang berlebihan juga dapat menimbulkan efek merugikan terutama terhadap kulit dikarenakan sinar ultraviolet yang terkandung di dalamnya dapat menyebabkan eritema dan pigmentasi kulit, percepatan penuaan kulit, bahkan dapat menimbulkan kanker (Harry, 1975). Dalam menangani masalah pada kulit tersebut banyak digunakan berbagai macam kosmetika. Saat ini banyak kosmetika yang beredar mempunyai efek samping yang sangat merugikan. Walaupun bahan kosmetika tersebut hanya diaplikasikan pada permukaan luar tubuh tetapi ada bahan-bahan tertentu yang akan mengadakan reaksi atau ikatan kimiawi dengan unsur-unsur yang terdapat pada permukaan kulit atau bahkan reaksi terhadap lapisan di bawah kulit. Belum tentu suatu produk yang mahal dan mempunyai kerja cepat akan memberi manfaat positif bagi pemakainya. Kosmetika yang zat aktifnya terbuat dari bahan alam cenderung lebih aman dalam penggunaannya dibanding dengan kosmetika dari bahan kimia. Banyak tumbuhan asli Indonesiayang berkhasiat secara klinis dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Salah satunya adalah daun teh hijau (Camelia sinensis sinensis L.). Antioksidan yang terkandung dalam teh hijau mampu melawan radikal bebas yang menyebabkan kerusakan sel dan jaringan. Dalam makalah ini, daun teh hijau diformulasikan dalam s ediaan krim untuk mendapatkan penggunaan praktis dan mudah digunakan. Pemilihan krim sebagai bentuk sediaan tabir surya karena krim merupakan sediaan yang mudah dicuci, bersifat tidak lengket, memberikan efek melembabkan pada kulit serta memiliki kemampuan penyebaran yang baik.
1
1.2 Tujuan
1. Membuat sediaan krim dari ekstrak teh hijau (Camelia (Camelia sinensis L) sinensis L) sebagai krim pemutih wajah 2. Untuk memanfaatkan bahan herbal menjadi kosmetika yang aman, bebas dari bahan kimia yang berbahaya berbahaya
1.3 Manfaat
Manfaat dari penelitian ini adalah dapat memberikan informasi pembuatan krim pemutih wajah berbahan herbal dari ekstrak teh hijau (Camelia ( Camelia sinensis L). sinensis L).
2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Deskripsi Tanaman Teh ( Cameli Cameli a sin ensis L.)
Tanaman teh termasuk dalam jenis pohon. Ujung ranting dan daun muda berbentuk halus. Tanaman teh umumnya tumbuh di di ketinggian 200-2.300 meter di atas permukaan laut. Daun teh tersebar tunggal, bentuk daun elips memanjang dengan pangkal runcing, bergerigi seperti kulit tipis. Ukuran berkisar 6-8 x 2-6 cm ( Alamsyah, 2006 ).
Tanaman Teh
Secara taksonomi tanaman teh dapat diklasifikasikan sebagai berikut (Tuminah, 2004) : Kingdom
: Plantae (Tumbuhan)
Divisi
: Spermatophytae (tumbuhann biji)
Sub divisi
: Angiospermae (tumbuhan biji terbuka)
Kelas
: Dicotylydonae (tumbuhan biji belah)
Sub kelas
: Dialypetalae
Ordo
: Guttiferales (Clusiales)
Famili
: Camelliaceae (Theaceae)
Genus
: Camellia
Spesies
: Camellia sinensis
3
2.2 Klasifikasi Tanaman Teh
Teh dapat digolongkan menjadi tiga jenis, yaitu Teh Hijau (tidak difermentasi), Teh Oolong (semifermentasi), dan Teh Hitam (fermentasi penuh). Perbedaannya
terletak
pada
proses
pengolahan
teh
tersebut
sehingga
mempengaruhi kandungan katekinnya (Alamsyah, 2006). Teh Hijau : Dibuat melalui inaktivasi enzim polifenol oksidase yang
berada dalam teh segar. Metode inaktivasi enzim polifenol oksidase teh hijau dapat dilakukan melalui pemanasan (udara panas) dan penguapan. Kedua metode ini berguna untuk mencegah terjadinya oksidasi enzimatis katekin. Teh Oolong : Diproses melalui pemanasan daun dalam waktu singkat
setelah penggulungan. Oksidasi terhenti dalam proses pemanasan, sehingga teh oolong disebut semifermentasi. Teh Hitam : Dibuat melalui oksidasi katekin dalam daun segar dengan
katalis polifenol oksidase atau disebut dengan fermentasi. Proses fermentasi ini dihasilkan dalam oksidasi polifenol sederhana, yaitu katekin teh diubah menjadi molekul yang lebih kompleks dan pekat.
2.3 Kandungan Kimia Teh Hijau
Bahan-bahan kimia dalam daun teh dapat digolongkan menjadi 4 kelompok besar, yaitu substansi fenol, substansi bukan fenol, substansi penyebab aroma dan enzim (Alamsyah, 2006). 2.3.1 Substansi Fenol
Katekin (Polifenol) Polifenol teh sering disebut sebagai katekin. Katekin dalam teh tidak bersifat buruk terhadap pencernaan makanan. Katekin teh bersifat antimikroba, antioksidan, antiradiasi, memperkuat pembuluh darah, melancarkan sekresi urin dan menghambat pertumbuhan sel kanker. Katekin dalam tanaman teh dibagi menjadi 2 kelompok utama, yaitu proanthocyanidin dan polyester. Katekin teh hijau tersusun sebagian besar atas senyawa-senyawa katekin (C), epikatein (EC), galokatein
4
(GC), epigalokatein (EGC), epikatein galat (ECG), galokatein galat (GCG), dan epigalokatekin galat (EGCG) (Alamsyah, 2006).
Flavonol Flavonol merupakan senyawa golongan flavonoid yang memiliki oksidasi terendah. Efek flavonoid sangat banyak, oleh karena itu tumbuhan yang mengandung flavonoid banyak digunakan dalam pengobatan tradisional, diantaranya yaitu memiliki daya antibakteri dan antivirus ( Robinson, 1995). Flavonol tanaman teh memiliki senyawa yang sangat mirip komposisi kimianya dengan katekin. Flavonol teh meliputi quarsetin, kaemferol, dan mirisetin. Flavonol merupakan antioksidan alami yang mempunyai kemampuan mengikat logam (Alamsyah, 2006).
2.3.2 Substansi Bukan Fenol
Karbohidrat
5
Daun teh mengandung karbohidrat yang berasal dari gula sederhana hingga kompleks. Karbohidrat yang penting diantaranya sukrosa, glukosa dan fruktosa. Keseluruhan karbohidrat yang dikandung teh adalah 0,75 % dari berat daun kering (Alamsyah, 2006).
Substansi Pektin Pektin yang terurai menjadi asam pektat dan metil alkohol dengan bantuan enzim pektin metal esterase. Metil alkohol akan menguap dan sebagian diubah menjadi asam organik yang akan menghasilkan aroma khas (Rohdiana,2009).
Alkaloid Alkaloid pada teh memiliki sifat penyegar. Alkaloid utama dalam daun teh adalah kafein. Kafein akan bereaksi dengan katekin membentuk senyawa kesegaran dari seduhan teh (Alamsyah,2006).
Klorofil dan zat warna lain Dalam proses inaktivasi enzim terjadi pemanasan senyawa klorofil yang menyebabkan perubahan dari warna hijau segar menjadi hijau zaitun karena klorofil diubah menjadi feofitin. Jika terjadi suasana yang sangat asam , feofitin akan diubah menjadi feoforbid yang berwarna hijau kecoklatan (Alamsyah,2006).
Protein dan Asam Amino Asam amino , karbohidrat dan katekin akan membentuk senyawa aromatis. Asam amino yang berpengaruh adalah alanin, fenil alanin, valin, leusin dan isoleusin. Seluruh kandungan protein dan asam amino bebas adalah 1,4-5% dari berat daun kering (Alamsyah,2006). (Alamsyah,2006).
Substansi Resin Kandungan resin sekitar 3% dari berat daun kering. Peranan renin adalah menaikkan daya tahan tanaman teh terhadap kondisi beku (Alamsyah,2006).
Vitamin Daun teh mengandung vitamin C, K, A, B1 dan B2. Kandungan vitamin C pada teh hijau sebesar 100-250 mg dan vitamin K sebanyak 300-500 IU/g (Alamsyah,2006).
6
Substansi Mineral Kandungan mineral dalam teh cukup banyak diantaranya yaitu magnesium,flour, natrium, kalsium dan seng. Mineral berfungsi dalam pembentukan enzim di dalam tubuh (Alamsyah,2006). (Alamsyah,2006).
2.3.3 Substansi Penyebab Aroma Aroma teh berasal dari glikosida yang terurai menjadi gula sederhana dan senyawa yang beraroma. Aroma teh digolongkan menjadi 4 kelompok yaitu fraksi karboksilat, fenolat, karbonil dan fraksi netral bebas karbonil (Alamsyah,2006).
2.3.4 Enzim Peranan enzim adalah sebagai biokatalisator pada setiap reaksi kimia di dalam tanaman. Enzim yang terkandung dalam daun teh diantaranya invertase, amylase, β-glukosidase, β-glukosidase, oximetilase, protease dan peroksidase (Alamsyah,2006).
2.4 Efek Samping, Kontra Indikasi, Interaksi, Toksisitas dan Dosis dari Teh Hijau
Efek samping
Alergi, laksansia, konstipasi dan gangguan pencernaan lainnya akibat konsumsi berlebihan daun teh karena kandungan tanin dan asam klorogenat. Ansietas, insomnia, tekanan darah tinggi, mual, asam lambung meningkat dan reaksi hipersensitivitas (BPOM, 2010). Kontra indikasi
Hati-hati penggunaan pada ibu hamil dan menyusui dikarenakan kandungan kafein pada daun teh dapat menyebabkan gangguan tidur pada bayi (BPOM, 2010).
7
Interaksi Obat
Kandungan kafein dapat mengganggu kerja obat antihipertensi, meningkatkan kadar plasma karbamazepin, dipiridamol dan klozapin. Kadar tanin tinggi dapat menggangu absorbsi obat serta zat besi. Penggunaan bersamaan efedra dengan teh dapat meningkatkan kejadian hipertensi serta stimulasi SSP (Susunan Syaraf Pusat). Teh juga dapat meningkatkan resiko pendarahan jika digunakan bersamaan dengan obat-obat antikoagulan dan antiplatelet antiplatelet (BPOM, 2010).
Toksisitas
Secara umum dinyatakan aman (Generally ( Generally known as save/GRAS). save/GRAS). Konsumsi berlebihan daun teh (lebih dari 300 mg kafein atau 5 cangkir minuman teh per hari) dapat menyebabkan gelisah, tremor dan peningkatan refleks. Tanda awal keracunan adalah muntah dan kejang perut. Akan tetapi tidak mungkin menyebabkan keracunan yang fatal (BPOM, 2010).
Penyiapan dan Dosis
Secara tradisional digunakan cara seduhan. Sebanyak 1 sendok teh serbuk daun teh kering diseduh dengan 200 mL air panas, diminum 2-5 cangkir/hari (BPOM, 2010). Menurut hasil studi, suatu krim topikal dengan ekstrak teh hijau 3% akan memberikan hasil yang sama dengan larutan yang mengandung benzoil peroxide 4%. Studi tersebut dilakukan secara acak terhadap 108 subyek yang dibagi menjadi 2 kelompok di mana satu kelompok mendapat krim benzoil peroxide 2 kali sehari selama 12 minggu dan kelompok yang lain mendapat krim ekstrak teh hijau 2 kali sehari selama 12 minggu juga. Kemudian dilakukan pemeriksaan dan pengambilan foto oleh dokter kulit setiap minggu. Hasilnya menunjukkan bahwa terlihat krim teh hijau mampu mencerahkan warna kulit pasien dan memperbaiki keseluruhan wajah pasien (Anonim, 2010).
8
BAB III PEMBAHASAN
3.1 Mekanisme Teh Hijau Sebagai Pemutih
Khasiat utama teh berasal dari senyawa polifenol yang dikandungnya. Di dalam tubuh, senyawa ini membantu kinerja enzim superoxide dismutase (SOD) yang berfungsi menyingkirkan radikal bebas yang menyebabkan kulit menjadi keriput dan membentuk noda hitam. Kemampuan katekin teh hijau menangkap radikal bebas 100 kali lebih efektif daripada vitamin C dan 25 kali lebih efektif dari vitamin E (Alamsyah, 2006) Polifenol sebagai antioksidan dapat menghambat atau memperlambat oksidasi melalui penangkapan radikal bebas (free radical scavenging) dengan pengikatan logam menangkap oksigen, mengubah hirdoperoksida menjadi spesies non radikal, radikal, menyerap sinar ultraviolet dan tidak mengaktifkan oksigen single (Sofia, 2012).
3.2 Metode Pembuatan Ekstrak Teh Hijau
Pembuatan ekstrak pada penelitian ini dibuat dengan menyari simplisia nabati yaitu teh hijau dengan cara maserasi. Maserasi merupakan metode ekstraksi yang sederhana yang dilakukan dengan cara merendam sampel dalam pelarut organik. Pelarut organik akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif sehingga zat aktif akan larut.Karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam sel, maka larutan yang terpekat didesak keluar. Keuntungan metode ini, adalah metode dan peralatan yang digunakan sederhana dan mudah diusahakan. Pemilihan metode maserasi dikarenakan senyawa katekin rentan terhadap panas sehingga tidak bagus menggunakan metode soxhlet karena jika menggunakan metode soxhlet konsentrasi senyawa katekin akan mengalami penurunan (Hukmah,2007). Sebagai cairan penyari digunakan etanol 50%. Maserasi dilakukan sebagai berikut serbuk kering sebesar 1555 gram dengan derajat halus yang cocok yaitu ayakan ukuran 8/10 dimasukkan ke dalam sebuah bejana, lalu dituangi 11,66 liter cairan penyari, ditutup dan dibiarkan selama 5 hari terlindung dari cahaya sambil
9
sering diaduk. Setelah 5 hari campuran tersebut diserkai, diperas, dicuci ampasnya dengan cairan penyari, lalu maserat dipindah dalam bejana tertutup dan dibiarkan di tempat sejuk, terlindung dari cahaya selama 2 hari. Setelah 2 hari maserat dienaptuangkan atau disaring. Kemudian maserat disuling atau diuapkan pada tekanan rendah pada suhu tidak lebih dari 50 oC hingga konsistensi yang dikehendaki.
3.3 Formulasi Krim Ekstrak Teh Hijau R/ Ekstrak teh hijau
3 gr
Asam stearat
15 gr
Setil alkohol
1 gr
Vaselin album
4 gr
Adeps lanae
0,5 gr
Oleum olivae
4 gr
Nipagin
0,1 gr
Trietanolamin
1,2 gr
Propilen gliko
l7 gr
Dimetikon
1 gr
Aquadest
ad
100 gr
3.4 Cara Pembuatan Krim Ekstrak Teh Hijau
Fase minyak (asam stearat, setil alkohol, vaselin album, oleum olivae, benzofenon-3 dan adeps lanae) dipanaskan hingga temperatur 70 oC (campuran pertama)
Fase air (trietanolamin, metil parabean, dimetikon dan propilen glikol) masingmasing dilarutkan dalam air panas (campuran kedua).
Campuran kedua (fasa air) sedikit demi sedikit dimasukkan ke dalam campuran pertama (fase minyak) pada suhu 70 oC sambil terus diaduk. Setelah tercampur lalu digerus dalam mortir yang telah dipanaskan sampai terbentuk massa krim. Penggerusan dilakukan hingga mencapai suhu kamar. Setelah dingin ekstrak teh hijau dimasukkan sedikit hingga sedikit ke dalam basis sambil terus diaduk hingga homogen.
10
BAB IV KESIMPULAN
Dari makalah ini dapat disimpulkan bahwa :
Antioksidan yang terkandung dalam teh hijau mampu melawan radikal bebas yang menyebabkan kerusakan sel dan jaringan.
Ekstrak teh hijau ( Camelia sinensis L. sinensis L. ) dapat dibuat menjadi sediaan krim pemutih wajah berbahan herbal yang aman, tanpa mengandung bahan kimia berbahaya.
11