BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyebaran infeksi akibat virus merupakan ancaman yang berarti di bidang penyakit, sosial dan ekonomi masyarakat. Sebagai contoh yaitu penyebaran virus infeksi penyakit yang ditularkan melalui udara yang berpotensi menjadi pandemik adalah penyebaran influenza pada tahun 1918, flu burung yang merupakan penyakit pernafasan yang disebabkan oleh virus influenza tipe H5N1 dan SARS (Severe Acute Respiratory Syndrome) di akhir tahun 20022003. Sindrom Pernapasan Akut Berat (SARS) adalah sebuah jenis penyakit pneumonia. SARS pertama kali muncul pada November 2002 di Provinsi Guangdong, Tiongkok (Lingappa, JR, 2004). Penyebaran virus infeksi yang ditularkan bukan hanya melalui udara, namun ada yang melalui hubungan kelamin seperti Herpes simpleks virus yang dapat menyebabkan luka di sekitar mulut dan juga dapat menyebabkan infeksi saluran kelamin. Penyakit ini disebabkan oleh virus Herpes, AIDS (Acquired Immuno-Deficiency Syndrome) Penyakit ini dikenali pertama kali pada tahun 1981. Sejak saat itu penyakit AIDS banyak mendapat perhatian dunia. AIDS disebabkan oleh virus HIV (Human Immunodeficiency Virus) yang merupakan kelompok retrovirus (Farid Ridwan, 2008). Ada juga penyebaran virus yang ditularkan melalui makanan, misalnya adalah Hepatitis disebabkan oleh Hepatitis virus. Penyakit ini ditularkan melalui air, makanan, saliva atau susu yang terkontaminasi feses. Hepatitis virus ini dapat menyebabkan penyakit hepatitits A, B, C, D, dan E. Infeksi yang disebabkan oleh Hepatitis A dapat mengakibatkan gangguan hati apabila infeksinya bersifat kronis. Hepatitis B disebabkan oleh virus hepatitis yang ditularkan melalui darah yang terinfeksi, Jenis hepatitis yang lain juga telah dikenali sebagai hepatitis C. Seperti halnya hepatitis B, hepatitis C ditularkan melalui darah dan hubungan seksual (Farid Ridwan, 2008). B. Rumusan Masalah 1. Apa pengertian virus? 2. Bagaimana cara penyebaran virus? 3. Apa penyebab dari infeksi tersebut? 4. Apa gejala dari infeksi virus tersebut? 5. Apa tindakan pencegahan dari infeksi virus tersebut? 6. Bagaimana pengobatan dari infeksi virus tersebut?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian dari virus. 2. Untuk mengetahui bagaimana cara penyebaran virus. 3. Untuk mengetahui penyebab dari infeksi virus. 4. Untuk mengetahui gejala dari infeksi virus. 5. Untuk mengetahui tindakan pencegahan dari infeksi virus. 6. Untuk mengetahui pengobatan dari infeksi virus.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Virus Virus berasal dari bahasa Yunani venom yang berarti racun. Virus merupakan suatu partikel yang masih diperdebatkan statusnya apakah ia termasuk makhluk hidup atau benda mati. Virus dianggap benda mati karena ia dapat dikristalkan, sedangkan virus dikatakan benda hidup, karena virus dapat memperbanyak diri (replikasi) dalam tubuh inang. Para ahli biologi terus mengungkap hakikat virus ini sehingga akhirnya partikel tersebut dikelompokkan sebagai makhluk hidup dalam dunia tersendiri yaitu virus.Virus merupakan organisme non-seluler, karena ia tidak memilki kelengkapan seperti sitoplasma, organel sel, dan tidak bisa membelah diri sendiri. Secara umum virus merupakan partikel tersusun atas elemen genetik yang mengandung salah satu asam nukleat yaitu asam deoksiribonukleat (DNA) atau asam ribonukleat (RNA) yang dapat berada dalam dua kondisi yang berbeda, yaitu secara intraseluler dalam tubuh inang dan ekstrseluler diluar tubuh inang. Partikel virus secara keseluruhan ketika berada di luar inang yang terdiri dari asam nukleat yang dikelilingi oleh protein dikenal dengan nama virion. Virion tidak melakukan aktivitas biosinteis dan reproduksi. Pada saat virion memasuki sel inang, baru kemudian akan terjadi proses reproduksi. Virus ketika memasuki sel inang akan mengambil alih aktivitas inang untuk menghasilkan komponen-komponen pembentuk virus. Virus dapat bertindak sebagai agen penyakit dan agen pewaris sifat. Sebagai agen penyakit, virus memasuki sel dan menyebabkan perubahan-perubahan yang membahayakan bagi sel, yang akhirnya dapat merusak atau bahkan menyebabkan kematian pada sel yang diinfeksinya. Sebagai agen pewaris sifat, virus memasuki sel dan tinggal di dalam sel tersebut secara permanen. Berdasarkan sifat hidupnya maka virus dimasukan sebagai parasit obligat, karena keberlangsungan hidupnya sangat tergandung pada materi genetik inang. B. Cara Penyebaran Virus 1. Penyebaran infeksi virus penyakit yang ditularkan melalui udara. a.
Influenza Influenza (atau “flu”) disebabkan oleh infeksi virus influenza A, B, dan lebih jarang, C. Penyakit ini terutama berdampak terhadap tenggorok dan paru-paru, tetapi juga dapat mengakibatkan masalah jantung dan bagian lain tubuh, terutama di kalangan penderita masalah kesehatan lain. Virus-virus influenza tetap berubah, dan mengakibatkan wabah setiap
musim dingin. Setelah beberapa dasawarsa, jenis influenza baru akan muncul yang mengakibatkan wabah (atau pandemi) yang parah dan meluas. Kebanyakan
penderita
sembuh
dalam
waktu
seminggu.
Dibandingkan dengan banyak infeksi lain (misalnya pilek), influenza cenderung mengakibatkan gejala dan komplikasi yang lebih parah. Komplikasi dapat termasuk pneumonia, kegagalan jantung atau semakin parahnya penyakit lain. Virus ini ditularkan dari orang ke orang melalui tetesan setelah orang yang terinfeksi batuk atau bersin, atau melalui bersentuh (misal. ketika seseorang berjabat tangan dengan orang lain). Lebih mudah untuk terkena influenza di tempat yang tertutup atau sesak. Pencegahan dapat dilakukan dengan cara vaksinasi. Siapapun di atas usia 6 bulan yang ingin mencegah influenza harus berjumpa dengan dokter untuk mendapatkan vaksin setiap tahun, lama sebelum musim dingin mulai. Vaksinasi influenza dianjurkan terutama untuk semua orang dewasa yang berusia 65 tahun ke atas. b.
Flu Burung (H5N1) Penyakit flu burung atau flu unggas (Bird Flu, Avian Influenza) adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh virus influenza tipe A dan ditularkan oleh unggas. Penyakit ini yang disebabkan oleh virus avian infuenza jenis H5N1 pada unggas dikonfirmasikan telah terjadi di Republik Korea, Vietnam, Jepang, Thailand, Kamboja, Taiwan, Laos, China, Indonesia dan Pakistan. Sumber virus diduga berasal dari migrasi burung dan transportasi unggas yang terinfeksi. Virus influenza termasuk famili Orthomyxoviridae. Virus influenza tipe A dapat berubah-ubah bentuk (Drift, Shift), dan dapat menyebabkan epidemi dan pandemi. Berdasarkan sub tipenya terdiri dari Hemaglutinin (H) dan Neuramidase (N). Strain yang sangat virulen atau ganas dan menyebabkan flu burung adalah dari subtipe A H5N1. Virus tersebut dapat bertahan hidup di air sampai 4 hari pada suhu 22ºC dan lebih dari 30 hari pada 30ºC. Virus akan mati pada pemanasan 60ºC selama 30 menit atau 56ºC selama 3 jam dan dengan detergent, desinfektan misalnya formalin, serta cairan yang mengandung iodin (Aditama TY., 2004).
Virus Flu Burung yang pada awalnya diketahui hanya bisa menular antar sesama unggas, menciptakan mutasi baru yang dapat juga menyerang manusia. Mutasi virus ini dapat menginfeksi manusia yang berkontak langsung dengan sekresi unggas yang terinfeksi. Manusia yang memiliki resiko tinggi tertular adalah anak-anak, karena memiliki daya tahan tubuh yang lebih lemah, pekerja peternakan unggas, penjual dan penjamah unggas, serta pemilik unggas peliharaan rumahan. Tingkat Kematian yang tinggi mendekati 100% dalam 2 hari hingga 1 minggu. Flu burung terdengar sangat mengerikan, mengingat banyak korban jiwa yang sudah jatuh karenanya. Mengetahui tentang mekanisme penularan sebuah penyakit akan membuat kita jauh lebih waspada akan penyakit tersebut. Dengan mengetahui secara detail tentang penularan penyakit flu burung, kita akan bisa mengetahui cara-cara untuk menghindarinya dengan tepat, tanpa membuat aksi yang berlebihan. c.
Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) Sindrom Pernapasan Akut Berat (SARS) adalah sebuah jenis penyakit pneumonia. SARS pertama kali muncul pada November 2002 di Provinsi Guangdong, Tiongkok. SARS disebabkan oleh virus coronavirus. WHO tengah berusaha mengidentifikasi spesies virusnya. Seperti virus lain, coronavirus menyebar lewat udara, masuk melalui saluran pernapasan lalu bersarang di paru-paru. Kesimpulan sementara virus penyebab SARS saat ini adalah virus baru hasil mutasi dari coronavirus . Dalam tempo sekitar dua hingga tujuh hari, maka penderita SARS mengalami peradangan paru-paru dan bernapas kian sulit. Penularannya melalui udara serta kontak langsung dengan penderita atau terkena cairan penderita. Misalnya terkena ludah saat penderita bersin dan batuk. Saat munculnya virus SARS, Tiongkok membungkam berita wabah SARS baik internal maupun internasional, sehingga penyakit ini menyebar sangat cepat, mencapai negeri tetangga Hong Kong dan Vietnam pada akhir Februari 2003, kemudian ke negara lain dengan perantaraan wisatawan internasional. Kasus terakhir dari epidemi ini terjadi pada Juni 2003. Dalam wabah itu, 8.069 kasus muncul yang menewaskan 775 orang.
2. Penyebaran infeksi virus penyakit yang ditularkan melalui hubungan kelamin a. Herpes Zoster Herpes zoster umumnya dialami para manula, terutama yang berusia di atas 50 tahun. Penyakit yang juga dikenal dengan istilah cacar api atau cacar ular ini disebabkan oleh virus yang sama dengan virus penyebab cacar air, yaitu varisela zoster. Virus varisela yang menetap di dalam tubuh bahkan setelah cacar air sembuh, dapat kembali aktif di kemudian hari dan menyebabkan herpes zoster. Hal ini juga terjadi pada orang dengan kondisi kekebalan tubuh melemah karena penyakit seperti kanker atau pengguna obat-obata seperti steroid atau kemoterapi. Penyakit ini umumnya tidak mengancam jiwa, tapi dapat menyebabkan rasa sakit yang parah. Karena itu, segera hubungi dokter jika merasakan gejala-gejalanya agar dapat ditangani sedini mungkin. b. AIDS (Acquired Immuno-Deficiency Syndrome) AIDS (Acquired Immuno-Deficiency Syndrome) Penyakit ini dikenali pertama kali pada tahun 1981. Sejak saat itu penyakit AIDS banyak mendapat perhatian dunia. Pengobatan untuk penyakit ini sampai saat ini masih dalam tahap penelitian. Penyebaran virus yang paling utama adalah dengan cara hubungan seks melalui vagina dan anal tanpa pelindung. Seks oral tanpa pelindung juga berisiko terinfeksi, tapi risikonya cukup kecil. Penyebaran HIV melalui seks oral akan meningkat jika orang yang melakukan seks oral sedang sariawan atau terdapat luka di mulut. Atau orang yang melakukan seks dengan orang baru saja terinfeksi HIV dan punya banyak virus di tubuhnya. Penyebaran virus infeksi penyakit yang ditularkan melalui makanan. 3. Penyebaran infeksi virus penyakit yang ditularkan melalui makanan a. Hepatitis Hepatitis disebabkan oleh Hepatitis virus. Penyakit ini ditularkan melalui air, makanan, saliva atau susu yang terkontaminasi feses. Hepatitis virus ini dapat menyebabkan penyakit hepatitits A, B, C, D, dan E. Infeksi yang disebabkan oleh Hepatitis A dapat mengakibatkan gangguan hati apabila infeksinya bersifat kronis. Hepatitis A menyebar dari usus melalui
aliran darah menuju hati dan mengakibatkan kulit dan mata berwarna kekuning-kuningan, air senin berwarna coklat akibat produksi getah empedu yang dihasilkan oleh hati yang terinfeksi virus ini tidak normal. Jenis makanan yang dapat menularkan virus ini adalah kerang yang diambil dari perairan yang tercemari feses. Namun hanya kerang mentah yang dapat menimbulkan masalah, karena virus ini akan mati dengan pemanasan. Hepatitis B disebabkan oleh virus hepatitis yang ditularkan melalui darah yang terinfeksi. Hepatitis B dapat juga ditularkan dari ibu ke anak pada saat dalam kandungan atau melalui hubungan seksual. Hepatitis B dapat mengakibatkan gangguan hati yang lebih akut dibanding hepatitis A, dan dapat menyebabkan kematian. Hepatitis A jarang menjadi penyebab kematian. Infeksi oleh Hepatitis B juga dapat mengakibatkan mudahnya terserang kanker hati. Jenis hepatitis yang lain juga telah dikenali sebagai hepatitis C. Seperti halnya hepatitis B, hepatitis C ditularkan melalui darah dan hubungan seksual. C. Penyebab Yang Ditimbulkan Dari Infeksi Virus 1.
Penyebab infeksi virus penyakit yang ditularkan melalui udara. a.
Influenza Flu disebabkan oleh tiga tipe virus – influenza A, B, dan C. Tipe A menyebabkan pandemi flu yang mematikan (epidemi pada belahan bumi) yang menyerang setiap 10 sampai 40 tahun. Tipe B menyebabkan pandemi dengan skala yang lebih kecil. Tipe A atau B dapat menyebabkan sirkulasi flu setiap musim dingin. Tipe C tidak pernah berkaitan dengan epidemi yang besar. Tipe C cukup stabil, tapi tipe A dan B secara konstan berubah dan memunculkan kekhawatiran baru bagi masyarakat secara reguler. Sekali anda terkena flu, antibodi yang terbentuk akan menekan penyebabnya, tetapi tidak akan melindungi anda virus yang telah bermutasi. Itulah mengapa dokter merekomendasikan suntikan flu setiap tahun.
b.
Flu burung (H5N1)
Virus influenza adalah partikel berselubung berbentuk bundar atau bulat panjang, merupakan genome RNA rangkaian tunggal dengan jumlah lipatan tersegmentasi sampai mencapai delapan lipatan, dan berpolaritas negatif. Virus influensa merupakan nama generik dalam keluarga Orthomyxoviridae dan diklasifikasikan dalam tipe A, B atau C berdasarkan perbedaan sifat antigenik dari nucleoprotein dan matrix proteinnya. Virus influensa unggas (Avian Influenza Viruses, AIV) termasuk tipe A. Telaahan yang sangat bagus mengenai struktur dan pola replikasi virus-virus influensa sudah dipublikasikan baru-baru ini (Sidoronko dan Reichi 2005). Determinan antigenik utama dari virus influensa A dan B adalah glikoprotein
transmembran
hemaglutinin
(H
atau
HA)
dan
neuroaminidase (N atau NA), yang mampu memicu terjadinya respons imun dan respons yang spesifik terhadap subtipe virus. Respons in sepenuhnya bersifat protektif di dalam, tetapi bersifat protektif parsial pada lintas, subtipe yang berbeda. Berdasarkan sifat antigenisitas dari glikoprotein-glikoprotein
tersebut,
saat
ini
virus
influensa
dikelompokkan ke dalam enambelas subtipe H (H1-H16) dan sembilan N (N1-N9). Kelompok-kelompok tersebut ditetapkan ketika dilakukan analisis filogenetik terhadap nukleotida dan penetapan urutan (sequences) gen-gen HA dan NA melalui cara deduksi asam amino (Fouchier 2005). c.
Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) Penyebab
Penyakit
SARS
adalah
virus
corona
dan
paramoxviridae. Kedua virus ini sudah lama ada tapi gejalanya tidak seganas dan separah seperti saat ini. Coronavirus selama ini dikenal sebagai virus penyebab demam flu, radang paru-paru dan diare, sedang virus paramoxyviridae adalah penyebab parainfluenza. Kesimpulan sementara virus penyebab SARS saat ini adalah virus baru hasil mutasi dari coronavirus.
Virus corona menyebar lewat udara, masuk melalui saluran pernapasan lalu bersarang di paru-paru. Dalam tempo sekitarnya dua hingga sepuluh hari, paru-paru akan meradang, bernapas kian sulit. Penularannya juga dapat terjadi melalaui melalui kontak langsung dengan pasien atau terkena cairan pasien. Misalnya terkena ludah saat pasien bersin atau batuk. 2. Penyebab infeksi virus penyakit yang ditularkan melalui hubungan kelamin a.
Herpes Penyebab herpes zoster sama dengan cacar air, yaitu virus varisela zoster. Virus ini akan menetap dalam jaringan saraf tubuh bahkan setelah cacar air sembuh. Alasan di balik virus yang aktif kembali belum diketahui secara pasti. Tetapi ada beberapa faktor pemicu yang diduga memengaruhinya, yaitu: 1. Usia. Penyakit ini umumnya menyerang manula (terutama yang berusia 50 tahun ke atas). 2. Pernah mengidap cacar air. 3. Sistem kekebalan tubuh yang menurun, misalnya karena mengidap diabetes, menggunakan obat steroid jangka panjang, atau menjalani kemoterapi. 4. Mengalami stres. Pengidap herpes zoster tidak bisa menularkan penyakit ini pada orang lain, tapi dapat menularkan cacar air. Jika Anda belum pernah terkena cacar air dan mengalami kontak langsung dengan ruam akibat herpes zoster, Anda dapat terinfeksi virus varisela zoster dan terkena cacar air.
b.
AIDS AIDS disebabkan oleh virus HIV (human immunodeficiency virus) yang merupakan kelompok retrovirus. Virus ini memiliki enzim reverse transkriptase yang menggunakan RNA sebagai cetakan yang kemudian diubah menjadi DNA. Dengan demikian virus ini dapat berintegrasi dengan DNA inang. Jenis sel inang yang diserang oleh
HIV adalah sel T limposit, sehingga fungsi normal T limposit sebagai sistem imun menjadi terganggu. Akibat terserang system imun maka akan menimbulkan infeksi yang kompleks yang mengakibatkan kematian pada penderita. D. Gejala Dari Infeksi Virus 1.
Gejala infeksi virus penyakit yang ditularkan melalui udara a.
Influenza Sebenarnya, flu seperti pilek biasa dengan hidung yang berair, bersin
dan
pembengkakan
tenggoroakan.
Tapi
pilek
biasanya
berkembangan secara lambat, dan flu datang secara tiba-tiba. Meskipun pilek dapat menjadi gangguan, anda biasanya lebih khawatir terhadap flu. Beberapa tanda dan gejala yang terjadi pada flu : 1.
Demam lebih dari 388̊ Celsius pada orang dewasa, dan sering sampai 39,58̊ Celcius sampai 40,58̊ Celcius pada anak.
b.
2.
Panas dingin dan berkeringat.
3.
Batuk kering.
4.
Nyeri otot, khususnya pada punggung, lengan dan kaki.
5.
Kelelahan dan lemah.
6.
Hidung tersumbat.
7.
Hilang nafsu makan.
8.
Diare dan muntah pada anak.
Flu Burung (H5N1) Virus Flu Burung yang pada awalnya diketahui hanya bisa menular antar sesama unggas, menciptakan mutasi baru yang dapat juga menyerang manusia. Mutasi virus ini dapat menginfeksi manusia yang berkontak langsung dengan sekresi unggas yang terinfeksi. Manusia yang memiliki resiko tinggi tertular adalah anak-anak, karena memiliki daya tahan tubuh yang lebih lemah, pekerja peternakan unggas, penjual dan penjamah unggas, serta pemilik unggas peliharaan rumahan. Masa inkubasi virus adalah 1-7 hari dimana setelah itu muncul gejala-
gejala seseorang terkena flu burung adalah dengan menunjukkan ciri-ciri berikut :
1.
Menderita ISPA.
2.
Timbulnya demam tinggi (> 388̊ Celcius).
3.
Sakit tenggorokan yang tiba-tiba.
4.
Batuk, mengeluarkan ingus, nyeri otot.
5.
Sakit kepala.
6.
Lemas mendadak.
7.
Timbulnya radang paru-paru (pneumonia) yang bila tidak mendapatkan penanganan tepat dapat menyebabkan kematian. Mengingat gejala Flu burung mirip dengan flu biasa, maka tidak ada
yang bisa membedakan flu burung dan flu biasa. Jika ada penderita yang batuk, pilek dan demam yang tidak kunjung turun, maka disarankan untuk segera mengunjungi dokter atau rumah sakit terdekat. Penderita yang diduga mengidap virus Flu burung disebut penderita suspect flu burung dimana penderita pernah mengunjungi peternakan yang berada di daerah yang terjangkit flu burung, atau bekerja dalam laboratorium yang sedang meneliti kasus flu burung, atau berkontak dengan unggas dalam waktu beberapa hari terakhir. c. Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) Awal gejalanya mirip seperti flu, demam, myalgia, lethargy, gejala gastrointestinal, batuk, radang tenggorokan dan gejala non-spesifik lainnya. Satu-satunya gejala yang sering dialami seluruh pasien adalah demam di atas 38 °C (100.4 °F). Dan selanjutnya napas menjadi sesak. Gejalanya biasa muncul 2–10 hari setelah terekspos, tetapi sampai 13 hari juga pernah dilaporkan terjadi. Pada kebanyakan kasus gejala biasanya muncul antara 2–3 hari. Sekitar 10–20% kasus membutuhkan ventilasi mekanis. Penderita penyakit ini, paru-parunya mengalami radang, limfositnya menurun, trombositnya juga mungkin menurun. Kalau sudah berat, oksigen
dalam darah menurun dan enzim hati akan meningkat. Ini semua gejala yang bisa dilihat dengan alat medis. 2.
Gejala infeksi virus penyakit yang ditularkan melalui kelamin a. Herpes Munculnya gelembung-gelembung kecil disekitar bagian tubuh yang mudah terlihat oleh mata, munculnya demam, pilek atau flu, dan tubuh yang mudah membentuk suatu lepuhan besar dan isinya adalah cairan. Akan menimbulkan rasa nyeri pada sendi yang menyerang bagian syaraf yang terkena. Biasanya lesi ini muncul sekitar 7 hari. Dan akan sembuh dengan sendirinya atau bahkan ada juga yang harus melakukan pemeriksaan ke dokter. b. AIDS Orang yang terinfeksi virus HIV akan menderita sakit mirip seperti flu. Setelah ini, HIV tidak menyebabkan gejala apa pun selama beberapa tahun. Gejala seperti flu ini akan muncul beberapa minggu setelah terinfeksi. Ini sering disebut sebagai serokonversi. Diperkirakan sekitar 8 dari 10 orang yang terinfeksi HIV mengalami ini. Gejala yang paling umum terjadi adalah: 1.
Tenggorokan sakit
2.
Demam
3.
Muncul ruam di tubuh, biasanya tidak gatal
4.
Pembengkakan noda limfa
5.
Penurunan berat badan
6.
Diare
7.
Kelelahan
8.
Nyeri persendian
9.
Nyeri otot
Gejala-gejala di atas bisa bertahan hingga satu bulan. Ini adalah pertanda sistem kekebalan tubuh sedang melawan virus. Tapi gejala tersebut bisa disebabkan oleh penyakit selain HIV. Kondisi ini tidak semata-mata karena terinfeksi HIV.
3.
Gejala infeksi virus penyakit yang ditularkan melalui makanan a. Hepatitis Gejala Hepatitis A biasanya timbul sekitar 4 minggu setelah Anda terinfeksi. Biasanya gejalanya adalah: 1. Kelelahan 2. Tubuh pegal dan sakit 3. Hilang nafsu makan 4. Merasa sakit dan muntah 5. Demam dan menggigil 6. Rasa sakit di perut bagian atas, biasanya di sebelah kanan 7. Mata atau kulit berubah menjadi kuning (jaundice) Anak kecil sering tidak menunjukkan gejala, tetapi anak yang lebih tua dan orang dewasamenampakkan gejala.Gejala biasanya hilang setelah beberapa minggu, tapi kelelahan bisa lebih lama. Tidak semua yang terinfeksi HBV mengalami gejala hepatitis. Antara 30 dan 40 persen orang terinfeksi virus ini tidak mengalami gejala apa pun. Gejala, bila ada, biasanya timbul dalam empat sampai enam minggu setelah terinfeksi, dan dapat berlangsung dari beberapa minggu sampai beberapa bulan. Gejala hepatitis B akut serupa dengan gejala infeksi HAV Beberapa orang yang mengalami gejala hepatitis B akut merasa begitu sakit dan lelah sehingga mereka tidak dapat melakukan apa-apa selama beberapa minggu atau bulan. Seperti dengan HAV, kurang dari 1 persen orang terinfeksi HBV dapat mengalami infeksi cepat dan berat (‘fulminant’); walaupun hal ini sangat jarang tetapi dapat menyebabkan kegagalan hati dan kematian. Bila sistem kekebalan tubuh tidak mampu mengendalikan infeksi HBV dalam enam bulan, gejala hepatitis B kronis dapat muncul. Tidak semua orang dengan hepatitis B kronis mengalami gejala. Beberapa orang kadang
kala mengalami gejala yang hilang setelah beberapa waktu, sementara yang lain mengalami gejala terus-menerus. Gejala hepatitis B kronis dapat serupa dengan yang dialami dengan hepatitis B akut. Gejala ini cenderung ringan sampai sedang dan biasanya bersifat sementara. Gejala tambahan dapat terjadi, terutama pada orang yang sudah lama mengalami hepatitis B kronis. Gejala ini termasuk ruam, urtikaria (kaligata – rasa gatal yang berbintik-bintik merah dan bengkak), artritis (peradangan sendi), dan polineuropati (semutan atau rasa terbakar pada dengan hepatitis C akut. Bila infeksi HCV menyebabkan kerusakan yang parah pada hati dan atau lengan dan kaki).
Banyak orang dengan hepatitis C kronis juga tidak mengalami gejala penyakit hati. Artinya, mereka tidak merasa atau kelihatan sakit. Bila terjadi, gejala biasanya ringan, tidak sangat khusus, cenderung bersifat sementara, dan mirip dengan gejala yang dialami sirosis, gejala bisa terjadi atau memburuk. Selain kelelahan, gejala ini dapat termasuk hilang nafsu makan, mual, sakit kepala, demam, muntah, sakit kuning, kehilangan berat badan, gatal, depresi, suasana hati berubah-ubah, bingung, sakit pada otot dan sendi, sakit perut, dan pembengkakan pada pergelangan kaki dan perut membuncit. 1. Pencegahan Yang Dapat Dilakukan 1.
Pencegahan infeksi virus penyakit yang ditularkan melalui udara.
a.
Influenza 1)
Gunakan vaksinasi flu secara rutin tiap tahun. Waktu yang tepat untuk vaksinasi adalah saat sebelum masa puncak dari musim flu. Perlu dua minggu bagi tubuh untuk membangun sistem imun tubuh mulai dari pemberian vaksin. Tanyakan pada dokter anda waktu yang tepat.
2)
Cuci tangan. Mencuci tangan adalah cara terbaik dalam mencegah infeksi flu biasa. Gosok telapak tangan anda sedikitnya 15 detik, sabuni dengan benar dan tutup keran menggunakan tisu. Atau gunakan jel pembersih tangan berbahan dasar alkohol paling sedikit berkadar alkhohol 60 persen.
3)
Makan secara benar dan tidur secara teratur. Diet yang salah kurang tidur melemahkan imunitas anda dan menyebabkan anda lebih rentan terinfeksi.
4)
Berolahraga secara teratur. Melatih kardiovaskuler secara taratur – berjalan, bersepeda, aerobik – meningkatkan sistem imun anda. Olahrga tidak dapat mencegah infeksi, tetapi jika anda terkena flu, anda akan lebih sedikit kemungkinannya terkena dampak yang parah dan sembuh lebih cepat dari pada orang yang tidak fit.
5)
Hindari kerumunan orang saat musim flu. Flu menyebar dengan mudah dimanapun orang – orang banyak berkumpul pada care center, sekolah, kantor, auditorium dan alat transportasi publik. Menghindari kerumunan orang pada saat musim flu akan mengurangi kesempatan anda terinfeksi flu.
b.
Flu Burung (H5N1) Walaupun begitu, alangkah lebih baik jika masyarakat melakukan pencegahan dan melakukan beberapa tindakan yang benar untuk mengantisipasi serangan flu burung. Tak perlu panik dan berlebih, hanya perlu untuk memperhatikan beberapa hal berikut : 1.
Gunakan pelindung (Masker, kacamata renang, sarung tangan) setiap berhubungan dengan bahan yang berasal dari saluran cerna unggas
2.
Setiap hal yang berasal dari saluran cerna unggas seperti sekresi harus ditanam/dibakar supaya tidak menular kepada lingkungan sekitar
3.
Cuci alat yang digunakan dalam peternakan dengan desinfektan
4.
Kandang dan Sekresi unggas tidak boleh dikeluarkan dari lokasi peternakan
5.
Memasak daging ayam dengan benar pada suhu 80 derajat dalam 1 menit dan membersihkan telur ayam serta dipanaskan pada suhu 64 derajat selama 5 menit.
6.
Menjaga kebersihan lingkungan dan diri sendiri.
Yang paling penting adalah : 1. Menjauhkan
unggas
dari
pemukiman
manusia
untuk
mengurangi kontak penyebaran virus 2. Segera memusnahkan unggas yang mati mendadak dan unggas yang jatuh sakit utnuk memutus rantai penularan flu burung, dan jangan lupa untuk mencuci tangan setelahnya. 3. Laporkan kejadian flu burung ke Pos Komando Pengendalian Flu Burung di nomor 021-4257125 atau dinas peternakanperikanan dan dinas kesehatan daerah tempat tinggal anda. c.
Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) Pencegahan paling utama adalah dengan tidak mengunjungi ke wilayah yang sudah terjangking SARS, karena sebagian besar infeksi terjadi di sini. Apabila tidak memungkinkan, sebisa mungkin hindari berdekatan dengan penderita atau penderita bergejala sama, dan gunakan selalu masker dan penutup hidung dan mulut serta sarung tangan. Pemakaian masker dan sarung ditunjukan untuk menghindari penularan melalui cairan dan udara(debu). Jika anda baru pulang dari luar negara yang terkena wabah SARS, setidaknya dalam 10 hari pertama harus waspada terhadap gejala SARS dan segera berobat jika gejala-gejalanya muncul. Selain itu perkuat daya tahan tubuh dengan makan makanan bergizi, istirahat cukup, dan berolahraga teratur. Dan tentu saja, jaga kebersihan tubuh misalnya segera mencuci tangan setelah berada ditempat umum.
2. Pencegahan infeksi virus penyakit yang ditularkan melalui hubungan kelamin. a.
Herpes Langkah pencegahan utama yang dapat dilakukan untuk menurunkan risiko munculnya herpes zoster adalah dengan menerima vaksin herpes zoster serta cacar air. Walau tidak mencegah terkena
herpes zoster sepenuhnya, setidaknya vaksinasi ini dapat mengurangi keparahan gejala yang akan dialami jika terserang penyakit ini. Anda juga dapat mencegah penyebaran penyakit ini dengan langkah sederhana seperti tidak meminjam barang-barang pribadi pengidap (misalnya handuk atau pakaian).
b.
AIDS Dalam upaya menurunkan resiko terinfeksi HIV, berbagai organisme
kesehatan
dunia
termasuk
Indonesia
menganjurkan
pencegahan melalui ABCD, yaitu : 1) A atau Abstinence, yaitu menunda kegiatan seksual, tidak melakukan kegiatan seksual sebelum menikah. 2) B atau Be faithful, yaitu saling setia pada pasangan setelah menikah. 3) C atau Condom, yaitu menggunakan kondom bagi orang yang melakukan perilaku seks beresiko. 4) D atau Drug, yaitu tidak menggunakan napza terutama napza suntik agar tidak menggunakan jarum suntik bergantian dan secara bersama-sama. Upaya pencegahan juga dilakukan dengan cara memberikan KIE (Komunikasi, Informasi, dan Edukasi) mengenai HIV/AIDS kepada masyarakat agar tidak melakukan perilaku beresiko, kusus nya remaja. 3. Pencegahan infeksi virus penyakit yang ditularkan melalui makanan a.
Hepatitis 1)
Menjaga kebersihan adalah cara terbaik dalam upaya pencegahan hepatitis A. Virus hepatitis A pun akan terinaktivasi (lemah) bila bahan makanan yang dimasak pada suhu minimal 85% selama 1 menit.
2)
Mencuci tangan dengan sabuh dibawah air yang mengalir juga dapat mencegah penyakit hepatitis A.
3)
Menghindari makanan dan minuman yang kotor. Hindari makanan yang sudah berjamur dan mengandung zat pengawet. Cuci bersih sayuran dan buah yang dimakan mentah.
4)
Memperbaiki sanitasi lingkungan dan pribadi. Lakukan cuci tangan yang bersih setelah kontak dengan darah, feses, dan cairan tubuh orang yang terinfeksi. Biasakan masyarakat agar buang air di wc. Selalu mencuci tangan sebelum makan.
5)
Vaksinasi membutuhkan dua suntikan, biasanya diberikandengan jarak waktu enam bulan. Efek samping pada vaksinasihepatitis A, jika terjadi, biasanya ringan dan dapat termasuk rasa sakit di daerah suntikan dan gejala ringan serupa dengan flu. Juga tersedia vaksin kombinasi untuk virus hepatitis A dan B. Vaksin HAV sangat efektif – lebih dari 99 persen orang yang menerima vaksinasi mempunyai kekebalan terhadap virus dan tidak akan terkena hepatitis A jika terpajan.
E. Pengobatan Inveksi Virus 1. Pengobatan infeksi virus penyakit yang ditularkan melalui udara a. Influenza Obat antivirus influenza yang pertama ditemukan adalah derivat adamantan yaitu, amantadin dan rimantadin. Kedua obat ini merupakan penghambat protein saluran ion M2 virus influenza. Obat tersebut cukup efektif, tetapi hanya aktif terhadap virus influenza A dan tidak terhadap influenza B karena virus influenza B tidak memiliki protein M2. Virus influenza A yang resisten amantadin segera muncul sesudah kedua obat tersebut digunakan, karena adanya mutasi yang mengakibatkan hilangnya efek hambat terhadap fungsi saluran ion M2 oleh obat amantadin.Mutasi ini pada beberapa galur influenza unggas terjadi secara alami. Hal ini mengakibatkan terjadinya resistensi terhadap amantadin pada penderita yang mendapat pengobatan. Oseltamivir merupakan satu-satunya obat penghambat neuraminidase yang cukup efektif dan dapat diberikan secara oral.Telah diketahui bahwa neuraminidase influenza sangat penting untuk replikasi virus, yaitu untuk lepasnya virus dari sel pejamu. Karena replikasi virus influenza sangat aktif
pada hari-hari pertama infeksi, hambatan terhadap neuraminidase dalam kisaran waktu ini dapat memotong siklus infeksi virus influenza. Oleh karena itu, pengobatan dengan oseltamivir sangat perlu diberikan sedini mungkin pada infeksi influenza agar dapat mencapai efikasi klinis yang maksimal. Enzim Neuraminidase pada tahun 1942 Hirst menemukan adanya aktivitas enzim pada permukaan virus influenza. Kemudian Gottschalk menemukan struktur kimia asam neuraminik, dan hubungannya dengan glycoconjugate serta spesifisitas enzim untuk ujung residu asam neuraminik. Penghambat neuraminidase pertama dikembangkan oleh Meindl dan Tuppy pada tahun 1969. Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, neuraminidase virus sangat penting untuk lepasnya virion influenza yang baru disintesis dari sel yang diinfeksi, tetapi penghambat yang pertama ditemukan potensi spesifisitas blokade neuraminidase-nya masih rendah b. Flu Burung (H5N1) Penanganan flu burung dapat dilakukan dengan pengobatan atau pemberian obat flu seperti Tamiflu atau jenis lainnya, tapi harus tetap dalam pengawasan dokter atau pihak rumah sakit yang ditunjuk oleh Dinas Kesehatan RI. Jenis obat penanggulangan infeksi flu burung ada 2, pertama adalah obat seperti amantadine dan rimantadine yaitu ion channel (M2) blocker, yang menghalagi aktivitas ion channel dari virus flu jenis A dan bukan jenis B sehingga aliran ion hydrogen dapat diblok dan virus tidak dapat berkembang biak. Sayang sekali bahwa jenis obat yang pertama ini dapat memicu tingkat resistensi virus terhadap zat obat, sehingga di hari ke 5 hingga ke 7 setelah konsumsi obat, 16-35% dari virus akan resisten karena adanya mutasi pada protein M2 pada virus. Oleh karena itu, obat jenis ini tidak dijual bebas di sembarang apotik, meskipun dengan pemberian resep dokter, karena dikhawatirkan kesalahan pemberian obat dapat menimbulkan munculnya jenis virus baru yang lebih ganas dan kebal terhadap obat ini.
Jenis obat yang kedua adalah Neurimidase (NA) inhibitor, jenis seperti Zanamivir dan Oseltamivir, dengan protein NA-nya yang berfungsi melepaskan virus yang bereplikasi di dalam sel, sehingga virus tidak dapat keluar dari dalam sel. Virus ini nantinya akan menempel di permukaan sel saja dan tidak akan pindah ke sel yang lain. Jenis obat yang kedua ini tidak menimbulkan resisten pada tubuh virus seperti jenis pada ion channel blocker. Hingga sekarang peneliti telah berusaha keras untuk menciptakan jenis vaksin yang dapat mengantisipasi pandemik virus H5N1, namun karena virus ini selalu bermutasi maka dirasa penciptaan vaksin yang efektif tidak dapat cukup kuat melawan jenis virus H5N1 yang sekarang walaupun dirasa dapat efektif untuk mengantisipasi jenis baru yang akan muncul. c. Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) Pengobatan SARS hingga kini masih bergantung pada anti-pyretic, supplemen oksigen dan bantuan ventilasi. Kasus SARS yang mencurigakan harus diisolasi, lebih baiknya di ruangan tekanan negatif, dengan kostum pengamanan lengkap untuk segala kontak apapun dengan pasien. Awalnya ada dukungan
anekadotal untuk penggunaan steroid dan
antiviral drug ribavirin, namun tidak ada bukti yang mendukung terapi ini. Sekarang banyak juru klinik yang mencurigakan ribavirin tidak baik bagi kesehatan. Ilmuwan kini sedang mencoba segala obat antiviral untuk penyekit lain seperti AIDS, hepatitis, influenza dan lainya pada coronavirus. Ada keuntungan dari penggunaan steroid dan immune system modulating agent lainnya pada pengobatan pasien SARS yang parah karena bebrapa bukti menunjukan sebagai dari kerusakan serius yang disebabkan SARS disebabkan oleh reaksi yang berlebihan oleh sistem kekebalan tubuh terhadap virus. Penelitian masih berlanjut pada area ini.
Desember 2004, laporan menyebutkan para penelitian tiongkok telah menemukan sebuah vaksin SARS yang telah diujicoba pada 36 sukarelawan, 24 diantaranya menghasilkan antibodi SARS. 2. Pengobatan infeksi virus penyakit yang ditularkan melalui hubungan kelamin a. Herpes Salah satu gejala herpes zoster berupa rasa nyeri dan ruam. Karena itu, diagnosis oleh dokter biasanya dilakukan dengan memeriksa lokasi dan bentuk ruam, serta rasa nyeri dan gejala-gejala lain yang dirasakan. Dokter mungkin akan mengambil sampel kulit ruam atau cairan dari ruam yang kemudian akan diperiksa di laboratorium jika dibutuhkan. Sama seperti cacar air, tidak ada langkah khusus untuk menangani herpes zoster. Tujuan pengobatannya adalah untuk mengurangi gejala sampai penyakit ini sembuh dengan sendirinya. Masa penyembuhan herpes zoster rata-rata membutuhkan waktu 14-28 hari. Langkah pengobatan medis yang dapat dilakukan untuk mempercepat kesembuhan sekaligus mengurangi risiko komplikasi adalah dengan pemberian obat antivirus. Contohnya, acyclovir dan famciclovir. Obat antivirus paling efektif jika diminum dalam tiga hari setelah ruam muncul dan biasanya diberikan oleh dokter untuk digunakan pengidap selama maksimal 10 hari. Kelompok orang yang khususnya memerlukan obat antivirus meliputi manula dan orang dengan sistem kekebalan tubuh yang menurun seperti pengidap kanker, HIV serta diabetes. Selain itu, antivirus juga diberikan pada pengidap dengan ruam atau nyeri yang parah dan jika herpes zoster berdampak pada mata. Menangani rasa nyeri sedini mungkin juga dapat menghindarkan pengidap dari gangguan saraf yang dapat menyebabkan rasa nyeri berlangsung selama berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun setelah ruam sembuh. Untuk mengatasi rasa nyeri, ada beberapa jenis obat yang biasanya akan diberikan dokter. Di antaranya:
1.
Obat pereda sakit, misalnya parasetamol, aspirin, ibuprofen dan kodein.
2.
Obat antikonvulsan, misalnya gabapentin.
3.
Obat antidepresan trisiklik (TCA), misalnya
amitriptyline dan
nortriptyline. Dokter biasa akan meningkatkan dosis obat ini perlahanlahan sampai rasa nyeri dapat teratasi. Obat antikonvulsan dan antidepresan umumnya membutuhkan waktu beberapa minggu sampai keefektifannya dapat dirasakan pengidap. b. AIDS 1)
Obat-obatan Antiretroviral Antiretroviral (ARV) adalah beberapa obat yang digunakan untuk mengobati infeksi HIV. Obat-obatan ini tidak membunuh virus, tapi memperlambat pertumbuhan virus. HIV bisa mudah beradaptasi dan kebal terhadap satu golongan ARV. Oleh karena itu kombinasi golongan ARV akan diberikan. Pengobatan kombinasi ini lebih dikenal dengan nama terapi antiretroviral (ART). Biasanya pasien akan diberikan tiga golongan obat ARV. Kombinasi obat ARV yang diberikan berbeda-beda pada tiap-tiap orang, jadi jenis pengobatan ini bersifat pribadi atau khusus. Beberapa obat ARV sudah digabungkan menjadi satu pil. Begitu pengobatan HIV dimulai, mungkin obat ini harus dikonsumsi seumur hidup. Jika satu kombinasi ARV tidak berhasil, mungkin perlu beralih ke kombinasi ARV lainnya. Jika menggabungkan beberapa tipe pengobatan untuk mengatasi infeksi HIV, hal ini bisa menimbulkan reaksi dan efek samping yang tidak
terduga.
Selalu
konsultasikan
mengonsumsi obat yang lain.
kepada
dokter
sebelum
2)
Pengobatan HIV Pada Wanita Hamil
Bagi wanita hamil yang positif terinfeksi HIV, ada obat ARV khusus untuk wanita hamil. Obat ini untuk mencegah penularan HIV dari ibu kepada bayinya. Tanpa pengobatan, terdapat perbandingan 25 dari 100 bayi akan terinfeksi HIV. Risiko bisa diturunkan kurang dari satu banding 100 jika diberi pengobatan sejak awal. Dengan pengobatan lebih dini, risiko menularkan virus melalui kelahiran normal tidak meningkat. Tapi bagi beberapa wanita, tetap disarankan untuk melahirkan dengan operasi caesar. Bagi wanita yang terinfeksi HIV, disarankan untuk tidak memberi ASI kepada bayinya. Virus bisa menular melalui proses menyusui. Jika Anda adalah pasangan yang menderita HIV, bicarakan kepada dokter sebagaimana ada pilihan untuk tetap hamil tanpa berisiko tertular HIV. 3)
Konsumsi Obat Secara Teratur
Anda harus membuat jadwal rutin untuk memasukkan pengobatan HIV ke dalam pola hidup sehari-hari. Pengobatan HIV bisa berhasil jika Anda mengonsumsi obat secara teratur (pada waktu yang sama setiap kali minum obat). Jika melewatkan satu dosis saja, efeknya bisa meningkatkan risiko kegagalan. 4)
Efek Samping Pengobatan HIV Semua pengobatan untuk HIV memiliki efek samping yang tidak menyenangkan. Jika terjadi efek samping yang tidak normal, Anda mungkin perlu mencoba kombinasi obat-obatan ARV yang lainnya. Berikut adalah contoh efek samping yang umumnya terjadi: a. b. c. d.
Kelelahan Mual Ruam pada kulit Diare
e.
Satu bagian tubuh menggemuk, bagian lain kurus
f.
Perubahan suasana hati
Di Indonesia penyebaran virus HIV/AIDS terbagi menjadi dua kelompok utama, yaitu melalui hubungan seks yang tidak aman dan bergantian jarum suntik untuk penggunaan narkotika. Entah terjadi gejala atau tidak, seseorang yang terinfeksi HIV bisa menularkan virus kepada orang lain. Orang yang positif mengidap HIV lebih mudah menularkan virus beberapa minggu setelah mereka tertular. Pengobatan terhadap HIV akan menurunkan risiko penyebaran kepada orang lain. 3.
Pengobatan infeksi virus penyakit yang ditularkan melalui makanan a. Hepatitis Pengobatan umum untuk hepatitis A adalah istirahat di tempat tidur. Juga ada penting minum banyak cairan, terutama bila kita mengalami diare atau muntah. Obat penawar rasa sakit yang dijual bebas, misalnya ibuprofen dapat mengurangi gejala hepatitis A, tetapi sebaiknya kita membicarakannya lebihdahulu dengan dokter. Bila kita merasa kita mungkin terpajan pada HAV – misalnya bila seseorang dalam rumah tangga kita baru didiagnosis hepatitis A – sebaiknya kita memeriksakan diri ke dokter untuk membicarakan manfaat suntikan immune globulin (juga disebut sebagai gamma globulin). Immune globulin mengandung banyak antibodi terhadap HAV, yang dapat membantu mencegah timbulnya penyakit bila kita terpajan pada virus. Immune globulin harus diberikan dalam dua hingga enam minggu setelah kita mungkin terpajan pada HAV. Bila kita menerima immune globulin untuk mencegah hepatitis A, sebaiknya kita juga menerima vaksinasi hepatitis A. Orang dengan hepatitis B akut tidak membutuhkan pengobatan. Biasanya seorang yang mengalami gejala hepatitis B akut hanya membutuhkan istirahat di tempat tidur, minum banyak cairan, dan obat penawar rasa sakit yang dapat dibeli tanpa resep, misalnya ibuprofen. Pengobatan hanya disarankan untuk orang dengan hepatitis B kronis. Tujuan terapi adalah untuk mengurangi viral load HBV menjadi tingkat yang tidak terdeteksi dan
mengembalikan enzim hati menjadi normal, dengan harapan untuk menghilangkan baik HBeAg maupun HbsAg. Jika kedua antigen ini dapat dihilangkan dari darah, kemungkin kecil viral load akan meningkat kembali. Waktu terbaik untuk mulai terapi anti HBV adalah saat viral load HBV di atas 100.000 kopi dan tingkat SGPT sedikitnya dua kali lipat di atas tingkat normal. Memulai terapi pada saat SGPT normal atau hanya sedikit lebih tinggi kemungkinan tidak sama efektif. Umumnya, pedoman di AS mengusulkan agar terapi dimulai sebelum terjadinya sirosis – ini dapat ditentukan melalui biopsi hati – tetapi hanya untuk orang yang dianggap berisiko tinggi menjadi sirosis pada waktu yang akan datang. Ini termasuk orang dengan semua persyaratan berikut: 1) SGPT yang tinggi 2) Viral load HCV yang terdeteksi 3) Biopsi hati yang menunjukkan tanda fibrosis yang sedang atau berat, radang, atau nekrosis (kematian sel) 4)
Tidak ada kontraindikasi pengobatan Bila kriteria ini dipenuhi, seorang pasien sebaiknya ditawarkan
pengobatan, tidak peduli adanya atau tiadanya gejala, genotipe HCV, atau tingginya viral load HCV. Sebaiknya dokter dan pasien berdiskusi bersama untuk mengambil keputusan untuk memulai pengobatan: 1) Hasil SGPT yang normal, walaupun HCV terdeteksi dengan PCR (pengobatan mungkin belum dibutuhkan); 2) Pencangkokan hati sebelumnya; 3) Masalah ginjal; 4) Penggunaan narkoba atau alkohol secara aktif; 5) Riwayat masalah yang mungkin mengganggu keamanan atau keefektifan terapi, misalnya depresi parah yang belum diobati (yang dapat diperburuk oleh interferon-alfa, obat yang baku untuk hepatitis C). Pengobatan tidak boleh dimulai dalam keadaan berikut: 1) Penyakit hati yang parah misalnya sirosis dekompensasi, yaitu bila hati tidak
lagi
mampu
mengkompensasi
kerusakan
yang
(pencangkokan hati mungkin pilihan terbaik dalam keadaan ini) 2) Pencangkokan ginjal atau jantung sebelumnya;
dialami
3) Perempuan yang hamil; 4) Perempuan yang tidak mampu atau sanggup memakai KB (terapi hepatitis C dapat menyebabkan cacat lahir yang berat).