MODUL PRAKTIKUM PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN PRODUKSI
2012
1
MODUL PRAKTIKUM PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN PRODUKSI
2012
TATA TERTIB PRAKTIKUM PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN PRODUKSI 2012 LABORATORIUM SISTEM PRODUKSI DAN OTOMASI
KEHADIRAN
Semua Praktikan wajib mengikuti seluruh rangkaian praktikum serta tidak boleh diwakilkan. Apabila praktikan tidak dapat mengikuti praktikum maka alasan yang diterima adalah SAKIT (dengan ketentuan Praktikan wajib menyerahkan surat keterangan dokter maksimal tiga hari
setelah praktikum dilaksanakan) dan ALASAN KHUSUS yang telah mendapat persetujuan dari seluruh asisten Laboratorium SISPROMASI ( misal : lomba, keluarga meninggal).
Yang berhak mengikuti praktikum susulan HANYA praktikan yang sudah mendapat izin dari asisten Laboratorium SISPROMASI.
Praktikan wajib datang tepat waktu pada saat praktikum dilaksanakan. Jika terlambat maka akan dikenakan sanksi dengan ketentuan sebagai berikut : - Keterlambatan < 15 menit DIPERKENANKAN praktikum, namun TIDAK DIBERI tambahan
waktu pengerjaan Tes Awal. - Keterlambatan 15 – 20 menit DIPERKENANKAN mengikuti praktikum, TANPA ADA Tes awal
susulan dan mendapat diskon 50 % dari nilai akhir praktikum keseluruhan untuk modul yang bersangkutan. - Keterlambatan > 20 menit TIDAK DIPERKENANKAN mengikuti praktikum.
PRAKTIKUM
Praktikan WAJIB mengenakan seragam resmi IT TELKOM ( BUKAN JEANS dan khusus hari jumat serta sabtu di perbolehkan mengenakan atasan batik)
Asisten BERHAK MENGELUARKAN praktikan yang tidak lengkap persyaratannya, hingga dapat dapat memenuhi kelengkapan praktikum.
Syarat kelengkapan praktikum yang HARUS dibawa pada saat praktikum untuk setiap praktikan yaitu kartu praktikum yang sudah dilengkapi dengan foto formal dan terdapat cap Laboratorium SISPROMASI
Semua praktikan WAJIB melaksanakan praktikum dengan ketentuan sebagai berikut : - Melaksanakan praktikum sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan
2
MODUL PRAKTIKUM PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN PRODUKSI
2012
- Bagi kelompok yang telah melakukan tukar jadwal, WAJIB membawa form tukar jadwal resmi yang dikeluarkan oleh Laboratorium SISPROMASI. Jika tidak maka TIDAK DIPERKENANKAN untuk mengikuti praktikum.
Tukar jadwal dilakukan antar kelompok (bukan individu), dengan mengisi form tukar jadwal MAKSIMAL
1x24 Jam sebelum pelaksanaan praktikum dan ditandatangani oleh Asisten
SISPROMASI dan seluruh anggota kedua kelompok yang akan tukar jadwal serta diberi cap Lab SISPROMASI.
Pada saat praktikum Praktikan di WAJIB kan mengikuti ketentuan sebagai berikut : -
TIDAK DIPERKENANKAN membuat gaduh sehingga menggangu jalannya praktikum.
-
Mengikuti praktikum hingga selesai TANPA mengerjakan tugas lain di luar modul yang bersangkutan
-
TIDAK BOLEH membawa fasilitas, perlengkapan dan / atau peralatan praktikum keluar dari
Lab
SISPROMASI.
Sebelum
melakukan
praktikum,
praktikan
akan
diberikan
peralatan/perlengkapan oleh asisten beserta form peminjaman alat pada modul tersebut. Peralatan/perlengkapan praktikum TIDAK BOLEH dipertukarkan dengan kelompok lain. Semua peralatan/perlengkapan praktikum menjadi TANGGUNG JAWAB anggota kelompok selama jalannya praktikum.
-
Mengkondisikan alat komunikasi saat praktikum berlangsung.
-
Praktikan WAJIB menjaga kebersihan laboratorium saat praktikum
Bagi praktikan yang melakukan kecurangan pada pada saat mengerjakan Tes Awal atau Tes Akhir maka Asisten akan memberikan DISKON 100% pada nilai Tes Awal atau Tes Akhir
PRAKTIKAN
Praktikan WAJIB mengikuti semua modul praktikum tanpa terkecuali.
Praktikan WAJIB mengikuti pra-praktikum, apabila tidak mengikuti ataupun berhalangan saat praktikum, maka praktikan akan mendapatkan tugas t ugas tambahan.
Praktikan WAJIB mengerjakan tugas tambahan yang diberikan, jika tidak mengerjakan maka praktikan akan mendapatkan pengurungan point sebanyak 10% pada modul pertama.
Praktikan WAJIB mengerjakan tugas selama praktikum sesuai dengan instruksi yang diberikan Asisten.
Praktikan WAJIB mematuhi semua Tata Tertib yang telah disebutkan sebelumnya.
3
MODUL PRAKTIKUM PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN PRODUKSI
2012
UMUM
Setiap pengumuman yang berkaitan dengan praktikum akan dipublikasikan melalui media social dan mading Laboratorium SISPROMASI.
Waktu yang akan digunakan dalam setiap kegiatan yang berkaitan dengan praktikum adalah waktu Laboratorium Sistem Produksi dan Otomasi (WLSISPROMASI).
Praktikan DILARANG mengambil/meng-copy data-data yang berkaitan dengan kepentingan praktikum tanpa seizin asisten Laboratorium SISPROMASI.
Hal-hal yang belum diatur dalam Tata Tertib Praktikum Perancanaan dan Pengendalian Produksi 2012 akan ditetapkan kemudian melalui rapat koordinasi Asisten
4
MODUL PRAKTIKUM PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN PRODUKSI
2012
1st MODULE PROCESS PLANNING AND STANDARD TIME CALCULATION
1. Objective 2. Student able to create production process planning 3. The student understands and able to create product’s Bill of Material 4. The student understands and able to map Operation Process C hart 5. The student understands and able to do product's fabrication and assembly 6. Student able to evaluate the production process in addition to increase the end of product.
2. Product Description:
In production planning and control, there are many systems that can use to create process planning, such as MRP II ( Manufacturing Resource Planning), JIT (Just in time), OPT (Optimized Production Technology) and many more. But, before making the process planning in production system, the first thing that we should do is deciding what product will be manufactured. The manufacturing process is a process to transform the raw material into a product. Manufacturing consists of fabrication, assembly, material handling and maintenance. In this lab work, we will simulate the manufacturing process. We will transform triplex into hand-made product called SISPROMASI CLOCK. This product consists of three main parts: frame, clock, and flip-flop lamp.
Figure 1.1 SISPROMASI CLOCK
5
MODUL PRAKTIKUM PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN PRODUKSI
2012
Below is descriptions of each main parts : 2.1
Clock The clock is assembled from machine, and three clock needles. It needs two battery with the each capacity is 1,5 V as the power supply.
2.2
Flip-flop lamp The flip-flop lamp consists of four lamps, 8 cables, battery holder, and PCB. PCB or Printed Circuit Board is a board metal circuit connects one component to others without cable. For example PCB multi-layer of mother board of a pocket computer due to the lot number of component. The PCB scheme that is used is shown below:
Figure 1.2 Flip-flop lamps PCB scheme The basic electrical component which is connected in PCB are : 2.2.1
Resistor Resistor is a restructure (obstacle) for current in a circuit. It has color code which has its value.
Figure 1. 3 Resistors
6
MODUL PRAKTIKUM PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN PRODUKSI
2012
Generally, resistor has 4 color code used for low tolerance, such as 5%, 10% and 20%. The first and second color shows the resistor value. The third color shows the multiplier, how much the zero added. When the third band is gold or silver then it is divided by 10 or 100. Generally, the deviation of the tolerance band of specific value showed in a certain distance of another band. For example a resistor with 560 ohm, 5%, and then the band are green, blue, brown and gold. Explanation: green and blue shows (56); brown is the multiplier and the gold shows the 5% of tolerance. Thus, the value is 56*10 = 560
Figure 1.4 Resistor Table 2.2.2
Transistor Transistor is a modern vacuum cube. Simply, the transistor is 2 diodes combined used
for semiconductor. The uses of transistor are: a. Amplifier b. Switch on-off There are two kinds of transistor based on semiconductor material; those are PNP (positive-negative-positive) and NPN (negative-positive-negative). An operator may choose based circuit design. There are 3 parts of transistor are emitter, basis and collector.
7
MODUL PRAKTIKUM PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN PRODUKSI
2012
Figure 1.5 Transistors 2.2.3
Capacitor
Capacitor generally used for current storage than other function due to circuit design. The value of capacitor shows in its body print. An electrolytic capacitor shows the value without certain code. It is opposite with ceramic capacitor.
Figure 1.6 Capacitor
2.2.4
Electric switch
Electric switch is a tool to switch the current on and off. It also used for low current electronic component.
Figure 1.7 three kind of electric switch
8
MODUL PRAKTIKUM PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN PRODUKSI
2012
Simply, an electric switch has two kinds of metal which patch to circuit and connected when the line is on. It is generally known to prevent the corrosion. It is different if we use oxide as the raw material; the electric switch won’t work well. The
metal connector should be covered by anti-corrosion metal to prevent corrosion. An operator applies this kind of electric switch as mechanical sensor due to the usage for microcontroller to control circuit.
2.3
Frame The frame is made from triplex and covered by recycling paper. It consists of
eleven part, every parts will will be assembled by using glue glue gun. The dimension of each parts are shown below :
9
MODUL PRAKTIKUM PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN PRODUKSI
2012
10
MODUL PRAKTIKUM PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN PRODUKSI
2012
11
MODUL PRAKTIKUM PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN PRODUKSI
2012
12
MODUL PRAKTIKUM PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN PRODUKSI
2012
3. BASIC CONCEPT 3.1
MRP II ( Manufacturing Resource Planning)
MRP II is a computer based planning, schedulling, and control system. It gives management a tool to plan and control its manufacturing acitivities and supporting operations, obtaining a higher level of customer service while reducing costs ( Sipper, 1997). MRP II can be viewed as a method for the effective planning of all resources of a manufacturing organization. The II in MRP II was necessary to distuingish it from Material Requirements Planning (MRP). The MRP II Model is presented below, It can include more or fewer components than those shown.
Figure 1.8 MRP II Model 3.2
Just In Time Just In Time is a production system or a modern fabrication management system
developed by Japanese companies that in principle only produces the types of goods demanded in required amounts and at the time needed by the consumer (Monden, 2000) The concept of just-in time is a concept in which the raw materials used for production activity brought in from the supplier or the supplier of the material was right on time needed
13
MODUL PRAKTIKUM PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN PRODUKSI
2012
by the production process, so it will greatly save even eliminate the cost of inventory. The basic idea Just In Time is to produce a number of items required at the time requested by eliminating all forms of waste of time that is not required to obtain low production costs and make a continuous process.
The seven types of waste are : 1. Over production 2. Waiting 3. Transportation 4. Unnecessary process 5. Inventory 6. Unnecessary movement 7. Rejection
The 5S’s Principle in JIT
1. Seiri
Putting things in order
Distinguishing between the necessary and the unnecessary
Getting rid of the unnecessary
Stratification management
2.
Seiton
Having things in the right places/layout (eliminating searches)
Functional management
3. Seiso
Cleaning (is a form of inspection)
Eliminating waste
4. Seiketsu
Continually and repeatedly maintaining the above 3Ss
Visual management
5. Shitsuke
Doing the right thing as a matter of course
Practicing good habit and discipline
14
MODUL PRAKTIKUM PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN PRODUKSI
2012
3.3 Bill of Material
BOM (Bill of Material ) is a list of the number of components, material and the ingredients. The list of material costs also belongs to a BOM; it might be a reference to production cost. BOM appears the product assembly stage of manufacturing process. It could be as MRP’s basis to
calculate the number of material in period time. There are such kinds of BOM as: a. Modular Bills is an arranged BOM. It is a place surround the component assembled for a
unit product, called as a module. Planning Bills and Phantom Bills. Planning Bill for planning purposes to lead the initial
b.
BOM. Then, Phantom bill is the BOM of component, generally for subassembly in temporary time. c.
Low-level code is the BOM of homogeneous product which there are available different
codes for each support component Level 0 Produk Jadi
Part 1 Sub Assembly
Part 2 Sub Assembly (x,y,z)
Part 3 Sub Assembly
Level 1
(x,y,z)
(x,y,z)
Part 1.1 Sub sub Assembly
Part 1.2 Sub sub Assembly
Part 1.3 Sub sub Assembly
Part 1.4 Saub sub Assembly
Part 3.1 Sub sub Assembly
Part 3.2 Sub sub Assembly
(x,y,z)
(x,y,z)
(x,y,z)
(x,y,z)
(x,y,z)
(x,y,z)
Level 2
Figure 1.9 Product Structure
15
MODUL PRAKTIKUM PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN PRODUKSI
2012
The table of Bill of Material based on product structure:
Level
Product
Part Code
0
Name of Part
Quantity
Unit
Lead Time
Number of Worker
Work Station
Finish Product 1
Product x
Part 1 2
Part 1.1
2
Part 1.2
2
Part 1.3
2
Part 1.4
1
Part 2
1
Part 3 2
Part 3.1
2
Part 3.2 Figure 1.10 Table of Bill of Material
Notes: (x,y,z) = ( inventory status, Lead Time, Quantity/parent) Statement: Inventory Status
: available material in the warehouse.
Lead Time
: interval time of order time to distribution.
Quantities/parent : the number of unit needed to produce a product or initial assembly. Example: 1st level of part 1 (100, 2, 4) X = 100. It shows 100 of available item in the warehouse Y = 2. It shows lead time; the time needed from order to distribution is 2 days. Z = 4. It shows the unit needed for the product is 4 units. 3.2 Operation Process Chart
Operation Process Chart is a chart performs the process of raw material into a product which the operation steps and inspection belongs. The information included such as; time spent, raw material, a process needed, tools and equipment. The Benefit of Operation Process Chart, such as : a.
To know the production costs and machine.
b.
To know raw material spent (efficiency consideration in each step and inspection)
c.
A tool for layout and facilities design.
d.
A tool to diagnose work method.
e.
A tool for work experience.
16
MODUL PRAKTIKUM PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN PRODUKSI
2012
Operation Process Chart Analysis:
4 considerations to achieve expected work process by operation process chart, such as:
Raw material an operator should consider all alternatives of raw material, proce ss and tolerance related to function, reliability, service and time.
Operation the others alternative related to process, such as manufacture, machine work, assembly method, tools and equipment should be considered. The maintenance of process could be simplifying the operation.
Inspection an operator should define the quality standard. A non-defect object is an object which is in control limit. Work sampling could be a good solution to take the sample or inspect one by one, notes for small numbers of productions.
Time method, tools and equipment is a consideration to gain the shortest production time. Operation Process Chart: OPERATION PROCESS CHART Name of Objek Number of Map Mapped by Date Mapped
: : : :
Suggestion
Existing Mt
Mt d e l b m e s s a e r a s t r a p e h t f o t r a P
d e l b m e s s a e r a s t r a P
Material (Mt)
Mt
W
W
O-N
I-N
M
M
Mt
t c u d o r p n i a m e h T
s s e c o r p e h t n i s e g n a h c e c n e u q e s e h T
Storage
The sequence of materials that enter the process
Figure 1.11 Operation Process Chart Notes W
= time needed to operate or inspect (in hour)
O – N
= list number for each activity
I – N
= list number for inspection
M
= shows the name of machine and place
17
MODUL PRAKTIKUM PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN PRODUKSI
2012
The sign for operation process: 1. Operation
When the object changed physically and chemically, then the operation is done; assembly or disassembly by another object; change into another operation, transportation, inspection or storage. An operation might be done when information sent or received, or planning and calculating. It also shows the worker works. 2. Inspection
Inspection is an activity when the object inspected in term of quality and quantity. 3. Storage
Storage would be done in the long term. 3.3 Standard Time
Standard time is the time needed by the worker on average to do the assignment without pressure in a workstation. There are 2 kinds of standard time method, those are: 1. Directly a. Stopwatch The steps are:
Measure the initial time per activity
Uniformity test
Sufficiency test
Standard time decision
Standard time calculation:
Calculate the cycle time (Ws)
Ws =
Notes:
Calculate the normal time (Wn)
Calculate the standard time (Wb)
∑Xi
= total time measurement
N
= number of measurements
P (adjustment factor)
= 1 + ∑ operator performance level
k
= allowance
18
MODUL PRAKTIKUM PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN PRODUKSI
2012
Example: 1. There are 20 data of cycle time : 20,18,26,24,28,30,29,26,27,28,24,23,26,26,26,35,28,28,26,25 Operator performance level: Effort: 0, 08 Consistency: 0, 03 Condition: 0, 02 Skill: 0, 06 Allowance= 15% It is considered that the data is adequate Calculate the Cycle Time, Normal Time and Standard Time (subgroup 4x5)!
Solution: Sub group4x5 Sub Group
Time
1
20
18
26
24
28
2
30
29
26
27
28
3
24
23
26
26
26
4
35
28
28
26
25 Σ
104,6
Uniformity Test: The level of confidence is 95% and the level of significant is 5%
=
=
=
σ=
σx =
= 26,15
σ
=
=
= 3,56
= 1,78
BKA =
+ Z . σx = 26,15 + 2 (1,78) = 29,71
BKB =
- Z . σx = 26,15 - 2 (1,78) = 22,59
19
MODUL PRAKTIKUM PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN PRODUKSI
2012
Sufficiency Test: N’ =
=
= 28,09 ∞28 (N’>N = need more data) consider that the data is adequate WS =
=
= 26,5
WN = WS x P
=26,15 x 1,19 = 31,12 WB = WN x (1+K) = 31,12 (1+0,15) = 35,79 b. Work Sampling An observer may use work samples to measure “uncertainty time needed” by doing some assignment. Example: secretary. A secretary may do multitasking in a same time, such as typing, calling, and prepare any archive.
2. Indirectly a. Standard Time Data Standard time data is an indirectly time measurement, by tables, curves and formulas gained by direct measurement. It is about the historical data of time needed. In addition, the standard time is known. b. Motion Time Data It is different with company’s sta ndard time which has been developed. Motion
time data uses developed table by some institute.
4. Lab Work Procedures 1. Students devide in two groups, six students as t imer and the rest as the operators. 2. Students will produce SISPROMASI CLOCK in six work stations. The lay out of work
stations are shown below:
20
MODUL PRAKTIKUM PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN PRODUKSI
2012
i. Ws 1 = Patterning (2 OP & 1 TM ) ii. Ws 2 = Cutting ( 2 OP & 1 TM ) iii. Ws 3 = Drilling ( 2 OP & 1 TM ) iv. Ws 4 = PCB assembly and soldering ( 1 OP & 1 TM ) v. Ws 5 = Assembly ( 2 OP & 1 TM ) vi. Ws 6 = Finishing ( 2 OP & 1 TM )
3. Students set up the raw materials and tools for each work stations.
i. Materials: 1. Triplex ( thickness : 0,2 and 0,5 ) 2. Recycling Papers 3. A set of Clock 4. Flip-flop PCB + 4 LED + 8 cables 5. 3 Batteries
ii. Tools: a. Scissors
b. Gloves
c. Screwdrivers
d. Stationery
e. Solder
f. Stopwatch
g. Saw
h. Electric drill
i. Pump
j. Glue gun
k. Ruler
l. Cutter
21
MODUL PRAKTIKUM PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN PRODUKSI
2012
4. Students simulate the productions in 100 minutes. 5. Student create BOM and OPC of Sispromasi Clock. 6. Student calculate the standard time of Sispromasi Clock and processing time of Sispromasi Clock ‘s part.
Reference
Apple, James M. 1990. Tata Letak Pabrik dan Pemindahan Bahan edisi ketiga. Bandung: ITB Sipper, Bulfin. 1997. Production Planning, Control, and Integration. Singapore : McGRAW-HILL Barnes, Ralph M. 1990. Motion and Time Study Design and Measurement Of Work. Canada Ginting, Rosnani Ir. 2007. Sistem Produksi. Yogyakarta: Graha Ilmu. Malik ST., Ibnu Moh. 2006. Pengantar Membuat Robot. Yogyakarta : Gava Media. Sutalaksana, Anggawisastra dkk. 1979. Teknik Tata Cara Kerja . Bandung: ITB Turner, wayne C; Joe H Mize, Kenneth E Case dkk. Teknik Produksi (Manufaktur). Alih bahasa : Ir Janti Gunawan, Nyoman Sutari ST. Surabaya: Guna Widya. Modul Perencanaan dan Pengendalian Produksi 2011 www.stekpi.ac.id/skin/modul
22
MODUL PRAKTIKUM PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN PRODUKSI
2012
MODUL II PERAMALAN DAN PERENCENAAN PRODUKSI
I
Tujuan Praktikum
1. Praktikan memahami dan mampu meramalkan kebutuhan produksi untuk beberapa periode ke depan menggunakan software Minitap 15. 2. Praktikan mampu membuat target produksi. 3. Praktikan mampu membuat Jadwal Induk Produksi.
II
Alat dan Bahan
1. Software Microsoft Excel 2. Software Minitab 15.0 3. Data dari Laboratorium Sispromasi
III. Materi Praktikum 3.1 Peramalan Produksi 3.1.1 Konsep Dasar Peramalan
Peramalan meupakan bagian awal dari suatu proses pengambilan keputusan . Sebelum melakukan peramalan harus diketahui terlebih dahulu apa sebenarnya persoalan dalam pengambilan keputusan itu Peramalan adalah suatu perkiraan tingkat permintaan yang diharapkan untuk suatu produk atau beberapa produk dalam periode waktu yang ditentukan di masa yang akan datang. (John E. Biegel,1992). Tujuan peramalan dalam kegiatan produksi adalah untuk meredam ketidakpastian, sehingga diperoleh suatu perkiraan yang mendekati keadaan yang sebenarnya. (Ginting, 2007)
Tujuan Peramalan
Jangka Pendek (Short Term)
Menentukan kuantitas dan waktu dari item dijadikan produksi. Biasanya bersifat harian ataupun mingguan dan ditentukan oleh Low Management.
Jangka Menengah (Medium Term)
Menentukan kuantitas dan waktu dari kapasitas produksi. Biasanya bersifat bulanan ataupun kuartal dan ditentukan oleh Middle Management.
23
MODUL PRAKTIKUM PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN PRODUKSI
2012
Jangka Panjang (long Term)
Merencanakan kuantitas dan waktu dari fasilitas produksi. Biasanya bersifat tahunan, 5 tahun, 10 tahun, ataupun 20 tahun dan ditentukan oleh Top Management.
Kegunaan Peramalan •
Menentukan apa yang dibutuhkan untuk perluasan pabrik
•
Menentukan perencanaan lanjutan bagi produk-produk yang ada untuk dikerjakan dengan fasilitas yang ada
•
Menentukan penjadwalan jangka pendek produk-produk yang ada untuk dikerjakan berdasarkan peralatan yang ada
3.1.2 Metode Peramalan RISET PASAR
KONSTAN
LINIER
EXCECUTIVE MODEL
MANAGEMENT
KUALITATIF
REGRESI SIKLIS
METODE DELPHI KUADRATIS
PERAMALAN
TIME SERIES
RATA-RATA
MODEL
SINGLE
KUANTITATIF
SMOOTHING
MOVING AVERAGE
DOUBLE/LINIER
KAUSAL CENTERED
SINGLE
EXPONENTIAL
DOUBLE/TREND
SMOOTHING
WINTER
Gambar 2.1 Metode Peramalan
Metode peramalan dapat dibagi menjadi dua kategori yaitu : 1. Metode Peramalan Kualitatif
Peramalan kualitatif umunya bersifat subjektif, dipengaruhi oleh intuisi, emosi, pendidikan, dan pengalamanan seseorang. Oleh karena itu, hasil peramalan dari satu orang dengan orang lain dapat berbeda. Penggunaan Model Kualitatif: 1. Tidak memerlukan data kuantitatif 2. Unsur subyektifitas peramalan sangat besar pengaruhnya dalam hasil peramalan 3. Baik untuk peramalan jangka panjang
24
MODUL PRAKTIKUM PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN PRODUKSI
2012
Contoh metode peramalan kualitatif:
Riset Pasar ( Market Research) Executive Management atau Panel Consensus Metode Delphi 2. Metode Kuantitatif
Penggunaan model kuantitatif membutuhkan:
Data kondisi masa lalu
Data tersebut dapat dikuantifisir
Diasumsikan pola data masa lalu akan berlanjut pada masa yang akan datang
Metode kuantitatif dibagi menjadi dua metode yaitu :
Metode kausal Metode kausal mengasumsikan faktor yang diperkirakan menunjukan adanya hubungan sebab akibat dengan satu atau beberapa variable bebas. Contohnya jumlah pendapatan berhubungan dengan faktor-faktor seperti jumlah penjualan, harga jual, dan tingkat promosi. Kegunaan dari metode kausal adalah untuk meramalkan suatu variable tidak bebas (dependen) berdasarkan hubungan antara variable-variabel tersebut. (Ginting, 2007)
Metode deret berkala (times series) Metode yang digunakan untuk menganalisis serangkaian data yang merupakan fungsi dari waktu. Metode ini mengasumsikan beberapa pola atau kombinasi pola lalu berulang sepanjang waktu, dan pola dasarnya dapat diidentifikasi semata-mata atas dasar data historis atau data masa lalu. Plot data pada metode time series adalah sebagai berikut: a.
Pola Data Horizontal
Pola data ini terjadi apabila nilai data berfluktuasi di sekitar nilai rata-rata. b.
Pola Data Musiman
Pola data ini terjadi bila nilai data dipengaruhi faktor musim, misalnya selama musim panen durian, harga durian akan menjadi turun karena jumlah durian yang dibutuhkan tersedia dalam jumlah besar, begitu juga sebaliknya. c.
Pola Data Siklis
Pola data ini terjadi bila nilai data dipengaruhi pola pergerakan aktivitas ekonomi yang terkadang memiliki kecendrungan periodik. d.
Pola Data Trend
Pola data ini terjadi bila nilai data memiliki kecenderungan untuk naik atau turun terus menerus dalam jangka panjang.
25
MODUL PRAKTIKUM PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN PRODUKSI
2012
Gambar 2.2 Pola Data
Prosedur umum yang digunakan dalam peramalan secara kuantitafif adalah: Langkah I Definisikan Tujuan Peramalan
Langkah V Hitung setiap kesalahan setiap methode
Langkah III Pilih beberapa metode
Langkah II Buat Diagram pencar
Langkah IV Hitung parameterparameter
Langkah VII Verfikasi peramalan
Langkah VI Pilih metode dengan kesalahan terkecil
3.1.3 Kriteria Performansi Peramalan
1. Mean Square Error (MSE)
2. Standar Error of Estimate (SEE)
3.
Mean Absolute Precentage Error (MAPE)
3.1.4 Verifikasi Peramalan
Verifikasi dilakukan untuk memverifikasi apakah fungsi peramalan yang digunakan mewakili data yang ada. Seperti halnya peramalan, verifikasi juga mempunyai tahap-tahap tertentu dalam pelaksanaannya.
26
MODUL PRAKTIKUM PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN PRODUKSI
2012
1.2 Perencanaan Produksi
Perencanaan produksi adalah pernyataan rencana produksi ke dalam bentuk agregat. Perencanaan produksi ini merupakan alat komunikasi antara top management dan manufacture. (Ginting, 2007). Rencana produksi harus menyediakan jumlah produk yang diinginkan pada waktu yang tepat dan pada jumlah biaya yang minimum dengan kualitas yang memenuhi syarat. (John E. Biegel,1992).
1.3 Perencanaan Agregat
Perencanaan agregat adalah proses penetapan tingkat output/kapasitas produksi secara keseluruhan guna memenuhi tingkat permintaan yang diperoleh dari peramalan dan pesanan dengan tujuan meminimalkan total biaya produksi. Untuk menggunakan AP kiat dapat
merencanakan operasi pada level aggregate, dimana mungkin hanya melibatkan produk tunggal, shift tunggal, tipe overtime tunggal, dan sumber sub kontrak tunggal. Atau kita mungkin merencanakanoperasi-operasi secara detail, dan melibatkan banyak produk, banyak shift, banyak tipe overtime, dan banyak subkontrak, dan mengikutsertakan backorder, kerugian penjualan, pemberhentian pekerja dan penyewaan pekerja.
1.4 Software Minitab 15.0 Minitab adalah suatu software yang dirancang untuk melakukan pengolahan data statistik. Minitab
mengkombinasikan
kemudahan
penggunaan
layaknya Microsoft
Excel dengan
kemampuannya melakukan analisis statistik yang kompleks.Selain digunakan untuk melakukan pengolahan statistik, Minitab juga dapat digunakan untuk mengolah data permintaan untuk mengetahui forecast beberapa periode kedepan.
IV. Prosedur Praktikum
1. Buatlah peramalan dengan menggunakan metode yang sudah ditetapkan di dalam praktikum dengan menggunakan software Minitab 15. a. Membuat Kasus Baru a. Pilih atau klik “new” pada menu file
27
MODUL PRAKTIKUM PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN PRODUKSI
2012
b. Setelah memilih menu “ new ”, maka akan tersedia lembar kerja baru, yang terdiri dari 2 kotak dialog,yaitu session dan worksheet .
28
MODUL PRAKTIKUM PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN PRODUKSI
c.
2012
Masukkan data permintaan ( Historical Demand) yang telah disediakan di study case pada dialog box “worksheet” .
b. Penyelesaian Masalah a. Untuk mengetahui pola historical demand kita dapat menggunakan menu “graph”
Pilih menu graph
Pilih time series plot
29
MODUL PRAKTIKUM PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN PRODUKSI
Pilih bentuk grafik dengan kategori “simple” OK
Atur parameter-parameter yang akan digunakan didalam peramalan : -
Pilih variable yang akan di cari hasil peramalan nya C1
-
Pilih menu “time/scale” calendar pilih satuan waktu untuk setiap data
2012
historical demand (misalnya month)
-
Tentukan judul/title dari kasus yang telah diberikan. Pilih labels
30
MODUL PRAKTIKUM PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN PRODUKSI
2012
Hasilnya akan muncul seperti dibawah ini :
b. Setelah mengetahui grafik pola data demand maka kita dapat melakukan peramalan beberapa periode kedepan dengan metode yang telah disediakan, diantaranya adalah metode trend linear,simple moviang average,single exponential smoothing dan double exponential smoothing. Sebagai contoh, metode permalan yang akan kita gunakan adalah metode trend linear (linear). Langkah-langkah nya adalah sebagai berikut :
Klik menu stat time series trend analysis
31
MODUL PRAKTIKUM PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN PRODUKSI
2012
Atur parameter-parameter yang telah tersedia pada dialog box -
Pilih variable yang akan digunakan C1
-
Pada menu model type pilih linear
-
Pada dialog box generate forecasts, masukkan jumlah periode untuk hasil peramalan pada kotak number of forecasts peramalan untuk 5 periode kedepan OK
Setelah kita melengkapai parameter-parameter yang ada pada dialaog box, m aka akan menghasilkan output sebagai berikut :
32
MODUL PRAKTIKUM PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN PRODUKSI
2012
Kita dapat mencoba untuk melakukan peramalan menggunakan metode yang lain nya dengan cara yang sama seperti diatas.
2. Lakukan verifikasi terhadap metode yang dipilih berdasarkan nilai MSE terkecil a. Carilah nilai MR yang merupakan nilai absolute dari
BULAN
T
Y
Y'
Y'-Y
Jan
1
78
71,95
-6,05
Feb
2
91
91,25
0,25
6,3
Mar
3
108
110,55
2,55
2,3
Apr
4
126
129,85
3,85
1,3
Mei
5
151
149,15
-1,85
5,7
Jun
6
182
168,45
-13,55
11,7
Jul
7
179
187,75
8,75
22,3
Agst
8
190
207,05
17,05
8,3
Sept
9
224
226,35
2,35
14,7
Okt
10
252
245,65
-6,35
8,7
Nov
11
266
264,95
-1,05
5,3
Des
12
290
284,25
-5,75
4,7
JUMLAH
MR
91,3
33
MODUL PRAKTIKUM PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN PRODUKSI
2012
b. Carilah nilai batas bawah dan batas atas Mean Of MR (MR)
c.
7,608333
UCL (2,66XMR)
=
20,23817
LCL (-2,66xMR)
=
-20,2382
A (+) (2/3xUCL)
=
13,49211
A (-) (2/3xLCL)
=
-13,4921
B (+) (1/3xUCL)
=
6,746056
B (-) (1/3xLCL)
=
-6,74606
Lalu buatlah grafik Verifikasinya 30 20 10 0 -10
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
-20 -30 Y'-Y
UCL
LCL
A(+)
A(-)
B(+)
B(-)
3. Cek data hasil verifikasi.
4. Hitung hasil peramalan 5 bulan mendatang (dengan pembulatan) BULAN
T
Y'
Jan
13
304
Feb
14
323
Mar
15
342
Apr
16
361
Mei
17
381
5. Buat perencanaan agregat dengan menggunakan chase strategy,level strategy,mix strategy dan transportation model dengan data sebagai berikut :
Diketahui demand untuk 5 periode ke depan sebagai berikut: (didapatkan dari data hasil peramalan melalui software Minitap 15 )
34
MODUL PRAKTIKUM PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN PRODUKSI
2012
Demand kumulatif merupakan hasil penjumlahan demand pada periode (t-1) dengan demand periode (t) Periode
Demand
Kumulatif
1
304
304
2
323
627
3
342
969
4
361
1330
5
381
1711
Diketahui: ongkos produksi:
Reguler Time = Rp. 10000/unit Over Time = Rp. 20000/unit Hiring cost = Rp. 100000/unit Layoff cost = Rp. 150000/unit Inventory Cost = Rp. 50000/unit Ongkos Subcontract = Rp. 80000/unit Initial inv = 150
a. Level Strategy
Periode
Demand
Production Level
Inventory
1 2 3 4 5
304 323 342 361 381
343 343 343 343 343
39 59 60 42 4
Adjusted Inventory 189 209 210 192 154 Total ongkos
Ongkos Inventory 9450000 10450000 10500000 9600000 7700000 47700000
Production Level
Inventory periode (t) [ Production Level periode (t)
–
demand periode (t) ] + Inventory periode (t-1)
Adjusted Inventory periode (t) Initial Inventory + Inventory periode (t)
35
MODUL PRAKTIKUM PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN PRODUKSI
2012
Ongkos Inventory periode (t) Adjusted Inventory periode (t) * Ongkos Inventory
b. Chase Strategy
Periode
Demand
Hiring
Layoff
Total
1
304
0
0
0
2
323
1900000
0
1900000
3
342
1900000
0
1900000
4
361
1900000
0
1900000
5
381
2000000
0
2000000
Total ongkos
7700000
Masukkan data demand hasil forecasting
Pada periode ke-1 tabel hiring dan layoff akan selalu bernilai 0 karena belum diketahui adanya kenaikan/penurunan tingkat produksi
Jika dari periode (t) ke periode (t-1) terjadi kenaikan tingkat produksi, maka tabel hiring didapat dengan persamaan sebagai berikut : Jumlah kenaikan tingkat produksi *Ongkos hiring
Sebaliknya, jika dari periode (t) ke periode (t-1) terjadi penurunan tingkat produksi, maka tabel layoff didapat dengan persamaan sebagai berikut : Jumlah unit penurunan tingkat produksi *Ongkos layoff
c. Subcontract Strategy
Periode
Demand
1 2 3 4 5
304 323 342 361 381
Production Level
Subcontract
304 304 304 304 304
Incremental Cost 0 19 38 57 77
Total
Masukkan data demand hasil forecasting
Production Level didapatkan dari data demand terkecil
0 1520000 3040000 4560000 6160000 15280000
36
MODUL PRAKTIKUM PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN PRODUKSI
2012
Subcontract didapatkan dengan persamaan sebagai berikut : Demand – Production Level
Incremental Cost didapatkan dengan persamaan sebagai berikut : Subcontract * Ongkos Subcontract
d. Mixed Strategy Periode
Demand Regular Production Additional Units Needed Overtime Production Added Inventory after RT + OT
Inventory Cost
Overtime Cost
Changing Work Force
Total
1
304
300
4
20
-16
-16
0
400000
0
400000
2
323
300
23
20
3
-13
0
400000
0
400000
3
342
300
42
20
22
9
180000
400000
900000
1480000
4
361
300
61
20
41
41
820000
400000
3200000
4420000
5
381
300
81
20
61
61
1220000
400000
2000000
3620000
Total Ongkos
10320000
Asumsikan strategi yang digunakan pada reguler production adalah tetap pada level 300 unit
Additional Units Needed Merupakan jumlah unit yang perlu ditambahkan pada saat berproduksi. Dimana , didapatkan melalui persamaan sebagai berikut : Demand – Reguler Production
Overtime Production Jika additional units needed bernilai positif, maka hal ini menunjukkan bahwa jumlah produksi belum bisa memenuhi demand, sehingga memerlukan adanya overtime (OT merupakan strategi utama yang akan diambil oleh perusahaan ketika jumlah demand > jumlah reguler production). Diasumsikan, setiap dilakukan OT akan menghasilkan 20 unit.
Added Inventory after RT+OT Apabila nilai added inventory pada kolom sebelah kiri bernilai negatif, hal ini menunjukkan bahwa perusahaan masih dapat memenuhi demand dengan sisa inventory sebesar n unit.
Inventory cost didapatkan melalui persamaan sebagai berikut : Inventory kumulatif *Ongkos Inbventory
37
MODUL PRAKTIKUM PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN PRODUKSI
2012
Changing workforce Changing workforce terjadi ketika perusahaan masih belum dapat memenuhi demand melalui RT dan OT,sehingga perusahaan perlu melakukan perubahan beban kerja dengan formula sebagai berikut : (Inventory kumulatif periode t - Inventory kumulatif periode t-1) x Ongkos perubahan jumlah produksi *)
*) Ongkos perubahan produksi terdiri dari 2 kondisi, yaitu pada saat hiring dan layoff e. Transportation Model TRANSPORTASI MODEL
Periode 1 2 3 4 5
RT 300 400 330 340 350
Supply Capacity OT SC 200 Unlimited 200 Unlimited 200 Unlimited 200 Unlimited 200 Unlimited
Demand 304 323 342 361 381
Data lain sebagai pendukung adalah sebagai berikut :
Inventory awal
Inventory akhir yang diinginkan = 0 unit
Ongkos RT
= $ 100/unit
Ongkos OT
= $ 130/unit
Ongkos SC
= $ 150/unit
Ongkos simpan
= $ 25/unit/periode
= 0 unit
38
MODUL PRAKTIKUM PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN PRODUKSI
2012
TRANSPORTASI MODEL PERIODE
13
Persediaan
14
Rp.
15
Rp.
16
Rp.
17
0 Rp.
0 Rp.
Kapasitas
Kapasitas
Kapasitas
0 Tersedia
Terpakai
Sisa
13 RT
300
$ 100,00
$
125,00
$
150,00
Rp175,00
Rp200,00
300
300
0
OT
4
$ 130,00
$
155,00
$
180,00
Rp205,00
Rp230,00
200
4
196
$ 150,00
$
175,00
$
200,00
Rp225,00
Rp250,00 unlimited
SK 14 RT
$ 100
$
125,00
$
150,00
Rp175,00
400
OT
323
$ 130
$
155,00
$
180,00
Rp205,00
200
SK
$ 150
$
175,00
$
200,00
Rp225,00 unlimited
unlimited 323
77 0 unlimited
15 RT
330
$ 100
$
125,00
$
150,00
330
330
0
OT
12
$ 130
$
155,00
$
180,00
200
12
188
$ 150
$
175,00
$
200,00 unlimited
SK
unlimited
16 RT
340
$ 100
$
125,00
340
340
0
OT
21
$ 130
$
155,00
200
21
179
$ 150
$
175,00 unlimited
SK
unlimited
17 RT
350
$ 100
350
350
0
OT
31
$ 130
200
31
169
SK
$ 150
Demand
304
323
342
361
unlimited
unlimited
381
Lakukan perhitungan jumlah biaya produksi berdasarkan data yang diperoleh.
Rekap Kapasitas Terpakai Perioda RT 13 300 14 323 15 330 16 340 17 350 SUBTOTAL BIAYA TOTAL BIAYA
Biaya RT 30000 32300 33000 34000 35000 164300
OT 4 0 12 21 31
Biaya OT Subkontrak Biaya SC 520 0 0 0 0 0 1560 0 0 2730 0 0 4030 0 0 8840 0 173140
Referensi
Biegel, John E. 1992. Pengendalian Produksi Suatu Pendekatan Kuantitatif. Jakarta: Akademika Pressindo. Ginting, Rosnani Ir. 2007. Sistem Produksi. Yogyakarta: Graha Ilmu. Fogarty, Donald W. 1991. Production & Inventory Management. Ohio: South-Western P ublishing Co.
39
MODUL PRAKTIKUM PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN PRODUKSI
2012
MODUL III RCCP DAN MRP
I.
Tujuan Praktikum
1. Praktikan mampu memahami dan membuat RCCP 2. Praktikan mampu memahami dan membuat perencanaan kebutuhan bahan (MRP).
II.
Alat dan bahan
1. Software Microsoft Excel 2. Data dari Laboratorium Sispromasi
III.
Prosedur Praktikum
1. Praktikan membuat RCCP dari data JIP yang telah ada. 2. Praktikan membuat perencanaan kebutuhan bahan berdasarkan perencanaan produksi yang telah ada.
IV.
Materi Praktikum
4.1.
RCCP (Rough Cut Capacity Planning)
RCCP (Rough Cut Capacity Planning) adalah Rencana untuk menentukan kapasitas yang diperlukan untuk memenuhi JIP
(Jadwal Induk Produksi). RCCP
digunakan sebagai proses validasi JIP untuk menentukan sumber-sumber spesifik tertentu khususnya yang diperkirakan akan menjadi hambatan potensial (potential bottlenecks). RCCP mengkonversi JIP ke dalam kebutuhan kapasitas yang berkaitan dengan sumber-sumber daya kritis, seperti : tenaga kerja, mesin dan peralatan, kapasitas gudang, kapabilitas pemasok material dan parts, dan sumber daya keuangan. 4.1.1. Empat Langkah RCCP
Memperoleh informasi tentang rencana produksi dari JIP.
Memperoleh informasi tentang struktur Produk dan Waktu Tunggu (Lead Time).
Menentukan Bill of Resource.
Menghitung kebutuhan sumber daya spesifik dan membuat laporan RCCP.
40
MODUL PRAKTIKUM PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN PRODUKSI
2012
RCCP merupakan bagian dalam manajemen kapasitas yang posisinya dapat kita lihat dalam bagan berikut :
Gambar 4.1 Capacity Planning
4.1.2
Teknik-teknik RCCP
Terdapat beberapa teknik RCCP yang sering digunakan dalam industry, antara lain BOLA, CPOF, dan RPA. Namun dalam industry, metode yang sering digunakan adalah BOLA ( Bill Of Labour Approach). Oleh karena itu dalam modul ini hanya metode BOLA yang akan dijelaskan.
1. Bill of Labor Approach (BOLA)
Pendekatan Daftar Tenaga Kerja (Bill of Labor Aproach) menggunakan data detail waktu standar untuk setiap unit produk. Waktu standar adalah waktu yang diperlukan operator untuk memproduksi satu unit produk. Jika memproduksi lebih dari satu kategori produk maka kapasitas yang dibutuhkan tiap unit produk dapat diidentifikasi dengan perkalian antara BOLA dengan JIP. Perkalian yang digunakan adalah perkalian matriks yang akan digunakan untuk membuat Rough Cut
41
MODUL PRAKTIKUM PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN PRODUKSI
2012
Requirement dengan matriks BOLA dan JIP harus di transpose untuk melaksanakan perkalian (Donald W.Fogarty). Contoh penggunaan BOLA : a. 1 Produk Month
Forecast
Regular
Overtime
Total
Inventory
(Thousand)
Production
Production
production
Available
15 January
22
15
0
15
8
February
8
15
0
15
15
March
10
15
0
15
20
April
10
15
0
15
25
May
20
15
0
15
20
June
14
15
0
15
21
July
8
15
0
15
28
August
8
15
1
16
36
September
12
15
4
19
43
October
15
15
4
19
47
November
30
15
4
19
36
December
40
15
4
19
15
Total
197
180
197
Keterangan : Produksi berjalan 1 Shift, 40 Jam seminggu. Maksimum lembur 10 jam/minggu. Produksi rata-rata 15.000 unit/bulan (tanpa lembur), atau 19000/bulan (dengan lembur maksimal). Kemampuan perusahaan yang rendah dalam peramalan maka perusahaan memiliki inventory 8000 unit. Tahun 1991 adalah inventory yang paling maksimal dimiliki perusahaan yaitu 47000 unit. Persediaan diakhir tahun juga diketahui 15000 unit (cukup untuk mengantisipasi persediaan awal januari, 1992).
42
MODUL PRAKTIKUM PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN PRODUKSI
2012
Produksi minimum adalah 15.000 unit perbulan 180000 unit per- tahun. Total demand di peramalan adalah 197000 unit. 17000 unit dapat diproduksi dengan lembur untuk alokasi agustus, september, oktober, november, dan desember secara bertahap. 1. Menentukan Bill Of Labour Lamp LAXX
Lamp Assembly
0.10 Hour
Oven
0.01 Hour
Base Forming
0.05 Hour
Plastic Molding
0.02 Hour
Socket Assembly
0.04 Hour 0.22 Hour
Work Center
Jan
Feb
Mar
Apr
May
Jun
Jul
Aug
Sep
Oct
Nov
Dec
Total Hours
1500
1500
1500
1500
1500
1500
1500
1600
1900
1900
1900
1900
19700
Oven
150
150
150
150
150
150
150
160
190
190
190
190
1970
Base Forming
750
750
750
750
750
750
750
800
950
950
950
950
9850
Plastic
300
300
300
300
300
300
300
320
380
380
380
380
3940
600
600
600
600
600
600
600
640
760
760
760
760
7880
3300
3300
3300
3300
3300
3300
3300
3520
4180
4180
4180
4180
43340
Lamp Assembly
Molding Socket Assembly Total Capacity Requirements
January : Total Capacity requirement = 0.10 x 15000 = 1500
43
MODUL PRAKTIKUM PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN PRODUKSI
2012
b. 2 Produk
Langkah-langkah pembuatan BOLA untuk 2 Produk : 1. Pembuatan JIP a. Untuk pembuatan JIP dilakukan pada masing-masing departemen Tabel Jadwal induk untuk produksi dua produk Bulan M1
M2
Produk1
b11
b12
Produk2
b21
b22
Produk
2. Waktu total pembuatan produk diperoleh dari daftar tenaga kerja (BOLA) Tabel Daftar tenaga kerja Produk P1
P2
Stasiun Kerja Stasiun kerja1
a11
a12
Stasiun kerja2
a21
a22
3. Hitung kapasitas untuk tiap departemen. Maka perencanaan kebutuhan kapasitas kasar (RCCP) Tabel perencanaan kebutuhan kapasitas kasar
Bulan M1
M2
Stasiun kerja1
c11
c12
Stasiun kerja2
c21
c22
Stasiun Kerja
44
MODUL PRAKTIKUM PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN PRODUKSI
Perhitungan kapasitas:
2012
c11 = a11 . b11 + a12 . b21 c12 = a11 . b12 + a12 . b22 c21 = a21 . b11 + a22 . b21 c22 = a21 . b12 + a22 . b22
Rumus RCCP :
Capacity Required =
Keterangan :
untuk i,j
n = jumlah JIP
k = produk
i : Stasiun kerja
j : periode
Contoh :
4.1.3 1.
Keputusan yg diambil berdasarkan RCCP Menentukan Kapasitas yang tersedia
Kapasitas tersedia diperoleh dengan mengalikan waktu tersedia dikali utilisasi dikali efisiensi.
45
MODUL PRAKTIKUM PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN PRODUKSI
2012
2. Membandingkan Kapasitas Yang dibutuhkan dengan Kapasitas yang tersedia
Ketika kapasitas tidak mencukupi, beberapa alternatif pilihan dasar tersedia untuk meningkatkan kapasitas, antara lain: a. Overtime Overtime mungkin adalah solusi paling populer bagi kapasitas yang tidak
memadai karena sedikit pengaturan yang harus dibuat. Semua departemen harus mencapai neraca keuangan untuk satu tahun, yang mana menentukan batasan pada overtime tahunan.
b. Subcontracting
Pengaturan untuk subcontracting dimulai dengan baik untuk selanjutnya memperbolehkan waktu untuk menemukan seorang vendor yang mampu melaksanakan kerja berkualitas. Kelemahan subcontracting adalah lead time-nya meningkat, biaya transportasi meningkat, dan sulit menjamin kualitas produk.
c. Alternate routing
Jika hanya sedikit work center yang bekerja penuh, work center yang tersisa akan cenderung untuk bekerja sangat sedikit selama periode yang diberikan. Adalah mungkin untuk mempertimbangkan perubahan sementara dalam routing dari partpart yang spesifik, jadi kerja yang biasanya dilaksanakan di work center A sementara dilaksanakan di work center B. Ada 2 alasan bahwa work center B tidak sedang digunakan, yaitu : 1. Jika work center B tidak dapat menghasilkan kualitas yang dibutuhkan maka jangan
pakai alternate routing . 2. Jika work center B tidak sedang digunakan karena waktu, alternate routing bisa
dipakai. d. Penambahan Personel
Menambah personel yang akan menambah kapasitas peralatan yang tersedia bukan merupakan batasan. Ada tiga jalan untuk menambah personel : menambah shift, menambah pekerja baru pada shift yang sudah ada atau memindahkan personel yang sudah ada dari work center yang sedikit digunakan.
46
MODUL PRAKTIKUM PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN PRODUKSI
2012
e. Revisi JIP
Banyak perusahaan menganggap revisi JIP sebagai solusi terakhir pada saat kekurangan kapasitas, hanya dilakukan ketika pilihan yang lain tidak berhasil. Padahal revisi JIP sebenarnya harus menjadi hal pertama yang dipertimbangkan oleh perusahaan. Macam-macam sebab dapat menyebabkan pesanan dipercepat dan jarang memperlambat pesanan. Mungkin ada beberapa pesanan pada master schedule yang ada, tidak lagi dibutuhkan secepat yang ditunjukkan tanggal jatuh
tempo.
Jika ada kapasitas yang tidak mencukupi tidak mungkin untuk menyelesaikan semua order pesanan sesuai waktu. Pilihan kita adalah dengan membuat manajemen menentukan pesanan mana yang akan terlambat. Sebaliknya, jika ada kelebihan yang tidak dapat dihindari manajemen harus mengambil tanggung jawab untuk merevisi tanggal jatuh tempo suatu pekerjaan supaya menghasilkan JIP yang realistis.
4.2
MRP (Material Requirement Planning)
4.2.1
Definisi MRP
merupakan
suatu
metode
yang
digunakan
untuk
perencanaan,
pengendalian, dan pengelolaan persediaan item barang (komponen) yang tergantung pada item-item tingkat (level) yang lebih tinggi.(Ginting,2007) 4.2.2
Tujuan MRP
Tujuan MRP adalah menentukan kebutuhan dan jadwal untuk pembuatan komponen-komponen dan subassembling-subassembling atau pembelian material untuk memenuhi kebutuhan yang telah ditetapkan sebelumnya oleh Jadwal Induk Produksi (JIP) / MPS (Master Production Schedulle).
Ada 4 tujuan yang menjadi ciri utama sistem MRP yaitu sebagai berikut : -
Menentukan kebutuhan pada saat yang tepat
-
Menentukan kebutuhan minimal setiap item
-
Menentukan pelaksanaan rencana pemesanan
-
Menentukan penjadwalan ulang atau pembatalan atas suatu jadwal yang sudah direncanakan
47
MODUL PRAKTIKUM PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN PRODUKSI 4.2.3
2012
Fungsi MRP
Sistem MRP mempunyai tiga fungsi utama, yaitu: 1. Kontrol tingkat persediaan. 2. Penugasan komponen berdasarkan urutan prioritas. 3. Penugasan kebutuhan kapasitas ( capacity requirement ) pada tingkat yang lebih detail daripada proses perencanaan pada rough cut capacity requirement . (Ginting,2007)
4.2.4
Input dan Output MRP
Input MRP Terdapat 3 input yang dibutuhkan oleh sistem MRP, yaitu :
1. Jadwal Induk Produksi (JIP), didasarkan pada peramalan atas permintaan dari setiap produk akhir yang akan dibuat. JIP berisi perencanaan secara mendetail mengenai “juimlah produksi” yang dibutuhkan untuk setiap produk akhir beserta “periode waktunya” untuk suatu jangka perencanaan dengan memperhatikan
kapasitas yang tersedia.
2. Catatan Keadaan Persediaan ( inventory), catatan keadaan
persediaan
menggambarkan status semua item yang ada dalam persediaan
3. Struktur Produk, berisi informasi tentang hubungan antara komponen-komponen dalam suatu proses assembling
Disamping ketiga input diatas, memerlukan input lain sebagai masukan tambahan sebagai berikut : -
Pesanan komponen perusahaan lain
-
Peramalan atas item yang independen (bersifat tidak bergantungan)
Gambar 4.1 Input Sistem MRP (Teguh Baroto)
48
MODUL PRAKTIKUM PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN PRODUKSI
2012
Output MRP Output yang dapat diperoleh dari sistem MRP dapat dirangkum sebagai berikut : 1. Menentukan jumlah kebutuhan material serta waktu pemesananya dalam rangka memenuhi permintaan produk akhir yang sudah direncanakan dalam JIP 2. Menentukan jadwal pembuatan komponen yang menyusun produk akhir 3. Menentukan pelaksanaan rencana pemesanan yang berarti MRP mampu memberikan indikasi kapan pembatalan atas pesanan harus dilakukan 4. Menentukan penjadwalan ulang produksi atau pembatalan atas suatu jadwal produksi yang sudah direncanakan
4.2.5
Penentuan MRP Matriks MRP
Periode 0
1
2
3
4
5
6
Gross Requirements (GR) Schedule Receipts (SR) On-Hand Inventory (OH) Net Requirements (NR) Planned Order Receipts (PORc) Planned Order Releases (PORl)
o Periode
Periode atau rentang waktu perencanaan dasar, bisa dalam hari, minggu, bulan atau yang lainnya. o Schedule Receipt (SR)
Merupakan jumlah item yang telah dibeli, tetapi belum sepenuhnya diterima oleh pembeli (purchaser). Hal tersebut terjadi karena beberapa hal, diantaranya item masih diproses oleh pemasok, atau sedang diantar ke tempat purchaser, atau sedang diperiksa oleh departmen penerimaan purchaser. o Gross Requirement (GR)
Untuk produk akhir, nilai ini diambil dari hasil disagregasi sedangkan pada level item yang lebih rendah, Gross Requirement untuk masing-masing periode sama dengan item’s
(parent’s)
Planned
Order
Release
level
diatasnya
dikalikan
dengan
jumlah/kuantitas untuk masing-masing parent (usage).
49
MODUL PRAKTIKUM PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN PRODUKSI
2012
o Inventory On Hand (OH)
Adalah jumlah item yang menjadi inventori pada awal periode dan kuantitas inventori yang diharapkan pada akhir periode waktu adalah 0. (OH)t = (PORc)t + (OH)t-1 - (GR)t dimana : (OH)t = Inventory On Hand pada periode t (GR)t = Gross Requirement pada periode t o Net Requirement (NR)
Adalah kuantitas yang secara aktual dibutuhkan untuk diterima atau diproduksi dalam sebuah periode partikular. (NR)t = (GR)t- (OH)t-1 Nilai NR negatif mengindikasikan bahwa tidak ada produksi yang dibutuhkan dalam suatu periode. o Planned Order Receipt (PORc)
Adalah jumlah item yang harus diterima atau diproduksi pada akhir periode waktu particular. Penentuan nilai PORc tergantung dari metoda lot sizing yang digunakan. (POR)t
= (NR)t untuk (NR)t > 0 = 0 untuk (NR)t =<0
o Planned Order Release (PORl)
Adalah jumlah item yang harus diterima atau diproduksi pada akhir periode waktu particular dengan memperhatikan lead time untuk masing-masing komponen.
4.2.6
Prosedur Sistem MRP
Sistem MRP memiliki empat langkah utama yang selanjutnya keempat langkah ini harus diterapkan satu per satu pada periode perencanaan dan pada setiap item. Prosedur ini dapat dilakukan secara manual bila jumlah item yang terlibat dalam produksi relatif sedikit. Suatu program (software) diperlukan bila jumlah item sangat banyak. Langkah – langkah tersebut adalah sebagai berikut.(Teguh Baroto) 1. Netting
Netting adalah proses perhitungan untuk menetapkan jumlah kebutuhan bersih, yang besarnya merupakan selisih antara kebutuhan kotor dengan keadaan persediaan (yang ada dalam persediaan dan yang sedang dipesan). Data yang diperlukan dalam proses perhitungan kebutuhan bersih ini adalah:
Kebutuhan kotor untuk setiap periode.
Persediaan yang dipunyai pada awal perencanaan.
50
MODUL PRAKTIKUM PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN PRODUKSI
2012
Rencana penerimaan untuk setiap periode perencanaan.(Teguh Baroto)
Setelah kebutuhan kotor ditentukan berikutnya adalah perhitungan kebutuhan bersih (netting). (NR)t = (GR)t - (SR)t - (OH)t-1 Dimana : NR
= kebutuhan bersih (nett requirement )
GR
= kebutuhan kotor (gross requirement )
SR
= jadwal penerimaan (scheduled receipt )
OH
= persediaan di tangan (on hand inventory )
2. Lotting Lotting adalah suatu proses untuk menentukan besarnya jumlah pesanan
optimal untuk setiap item secara individual didasarkan pada hasil perhitungan kebutuhan bersih yang telah dilakukan. Ada banyak alternatif metode untuk menetukan ukuran lot . Beberapa teknik diarahkan untuk meminimalkan total ongkos set-up dan ongkos simpan. Teknik-teknik tersebut diantaranya teknik lot for lot, economic order quantity, fix order quantity, fix period review, dan lain-lain.
(Teguh Baroto)
Terdapat beberapa teknik yang digunakan dalam menentukan ukuran lot (lot sizing): Fixed Order Quantity (FOQ) : Menggunakan
konsep jumlah pemesanan yang
tetap. Konsep ini digunakan karena adanya beberapa keterbatasan akan fasilitas atau perlengkapan, misalnya ukuran gudang, kapasitas transportasi pengirim barang, kemampuan supplier dan pabrik. Jadi, dalam menentukan ukuran lot
51
MODUL PRAKTIKUM PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN PRODUKSI
2012
didasarkan intuisi atau pengalaman sebelumnya, atau bisa juga berdasarkan jumlah diskon yang didapat ketika melakukan pemesanan.
Contoh metode FOQ
OH = 80 , SR periode ke-2 = 50, safety stock = 5
Lot for Lot (LFL) : Pendekatan menggunakan konsep dengan pertimbangan
minimasi dari ongkos simpan, jumlah yang dipesan sama dengan jumlah yang dibutuhkan yang akan menghasilkan jumlah On-Hand Inventory bernilai nol. Metode ini biasanya digunakan pada barang yang sifatnya tidak tahan lama disimpan seperti makanan.
Contoh metode LFL
OH = 80 , SR periode ke-2 = 50, safety stock = 5
Economic Order Quantity (EOQ) : Pendekatan yang bertujuan meminimumkan
ongkos persedian, yang biasanya digunakan untuk kebutuhan material yang bersifat kontinu dengan pola permintaan yang stabil. Lot pemesanan dibuat sama dengan EOQ.
52
MODUL PRAKTIKUM PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN PRODUKSI
2012
EOQ=2dS/h Dimana : d = rata-rata demand, s = ongkos set-up, h = ongkos penyimpanan (holding cost) Contoh metode EOQ
OH = 80 , SR periode ke-2 = 50 , d = 105 , s = 1500 , h = 3.5, safety stock = 5, EOQ = 300
Least Unit Cost (LUC) : Pendekatan yang bertujuan meminimasi ongkos persedian
per unit, yang mana keputusan ditentukan berdasarkan ongkos per unit (ongkos pengadaan per unit + ongkos simpan per unit) terkecil dari setiap ukuran lot yang dipilih. Untuk ukuran pemesanan dan interval pemesanannya dapat bervariasi
Contoh metode LUC
OH = 80 , SR periode ke-2 = 50 , s = 50000 , h = 10, safety stock = 5
1
2
3
4
5
6
70
125
140
90
110
95
300
210
100
5
50 80
10
440 70 505
505
komb
setup
simpan
tot
trial
cost
2
50000
50
50050
70
715
2.3
50000
1500
51500
210
245.2381
2,3,4
50000
3350
53350
300
177.8333
2,3,4,5
50000
6700
56700
410
138.2927
2,3,4,5,6
50000
10550
60550
505
119.901
53
MODUL PRAKTIKUM PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN PRODUKSI
2012
Period Order Quantity (POQ) : Pada teknik ini jumlah pemesanan dibuat
berdasarkan jumlah lot yang dapat memenuhi POQ dari kebutuhan bersih. Pada penentuan interval periode , bila ada periode yang kebutuhan bersihnya nol maka penentuan interval periode dilewati. Berikut ini adalah prosedur cara perhitungan POQ: -
Hitung EOQ.
-
Gunakan EOQ untuk menghitung N, banyaknya pesanan setiap tahun dengan cara membagi kebutuhan tahunan (R) oleh EOQ
-
Hitung POQ dengan membagi jumlah perencanaan kebutuhan setiap tahun dengan N.
-
Pemesanan dimulai sesuai dengan POQ yang telah didapatkan melalui perhitungan.
Untuk menentukan periode dalam POQ memakai rumus sebagai berikut : POQ =
S = Biaya Set-up atau biaya pesan per periode D = rata-rata demand H = biaya simpan per period
Contoh metode POQ
OH = 80 , s = 50000 , h = 10, safety stock = 5
Dengan rata – rata demand 105 unit, maka periode yang dibutuhkan dalam POQ sebagai berikut : POQ =
= 9,759 periode
54
MODUL PRAKTIKUM PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN PRODUKSI
2012
Hasil di atas dapat diartikan bahwa periode yang bisa dipakai dalam POQ antara 9 (dibulatkan kebawah) sampai 10 (dibulatkan keatas). Tetapi, karena table di atas hanya memiliki enam periode, maka periode yang dipakai adalah sampai periode ke-6, yaitu penjumlahan demand dari periode ke-2 sampai periode ke-6 untuk mendapatkan jumlah barang yang akan dipesan (PORc).
Least Total Cost (LTC) : Metoda ini berawal dari logika bahwa untuk permintaan yang
bersifat diskrit maka ongkos total minimum akan dicapai pada saat ongkos simpan dan ongkos pesan berimbang. Metoda LTC ini dijalankan dengan langkah-langkah berikut: -
Mulai dengan perioda awal saat suatu order diperlukan
-
Jumlahkan permintaan ke depan, perioda per perioda, dan hitung ongkos simpan kumulatif pada setiap kali penjumlahan permintaan dilakukan, sampai nilai ongkos simpan kumulatif tersebut mendekati ongkos pesan.
-
lakukan hal yang sama untuk perioda yang belum termasuk kedalam pemesanan sebelumnya. Contoh metode LTC
80
1
2
3
4
5
6
70
125
140
90
110
95
10
235
95
5
100
5
120
110
350
205
350
205
komb
setup
simpan
tot
trial
cost
2
4000
50
4050
120
33.75
2.3
4000
1500
5500
260
21.15385
2,3,4
4000
3350
7350
350
21
2,3,4,5
4000
6700
10700
460
23.26087
5
4000
50
4050
110
36.81818
5.6
4000
1050
5050
205 24.63415
55
MODUL PRAKTIKUM PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN PRODUKSI
2012
Dari tabel di atas terlihat bahwa ongkos simpan kumulatif yang terdekat ke nilai ongkos pesan (Rp. 4000,00) adalah sebesar Rp. 3350,00, yaitu pada saat ukuran lot sebesar 350 unit, yang mencakup permintaan untuk periode 2, 3 dan 4. Selanjutnya ongkos simpan kumulatif berikutnya yang terdekat ke nilai ongkos pesan adalah Rp. 1050,00 yaitu pada saat ukuran lot sebesar 205 unit yang mencakup permintaan untuk periode 5 dan 6.
3. Offsetting Offsetting bertujuan untuk menentukan saat yang tepat untuk melakukan rencana
pemesanan dalam rangka memenuhi kebutuhan bersih. Rencana pemesanan diperoleh dengan cara mengurangkan saat awal (periode) tersedianya ukuran lot yang diinginkan dengan besarnya lead time. Lead time adalah besarnya waktu saat barang mulai dipesan atau diproduksi samapi
barang tersebut selesai dan diterima siap untuk dipakai. Table dibawah ini memberikan contoh proses offsetting dan lead time sebesar dua periode.
Offsetting merupakan langkah terakhir penerapan sistem MRP pada suatu item. Perhitungan
selanjutnya dilakukan pada item pada level bawahnya. Proses awal dilakukan lagi pada item tersebut. 4. Explosion Explosion adalah proses perhitungan kebutuhan kotor untuk tingkat item/ komponen
yang lebih bawah. Perhitungan kebutuhan kotor ini didasarkan pada rencana pemesanan itemitem produk pada level yang lebih atas. Untuk penghitungan kebutuhan kotor ini, diperlukan
struktur produk dan informasi mengenai berapa jumlah kebutuhan tiap item untuk item yang akan dihitung. (Teguh Baroto).
56
MODUL PRAKTIKUM PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN PRODUKSI
2012
4.2.7 Faktor-Faktor Kesulitan Dalam MRP
Terdapat 5 faktor utama yang mempengaruhi tingkat kesulitan dalam MRP yaitu : 1.
Struktur Produk
Pada dasarnya struktur produk yang kompleks dapat menyebabkan terjadinya proses MRP seperti Net, Lot, Offset, dan Explode yang berulang-ulang, yang dilakukan satu persatu dari atas sampai kebawah berdasarkan tingkatannya dalam suatu struktur produk tersebut. Kesulitan tersebut sering banyak ditemukan dalam proses Lot sizing, dimana penentuan Lot Size pada tingkat yang lebih bawah perlu membutuhkan teknik yang sangat sulit (multi level lot sizing technique) 2.
Lot Sizing.
Dalam suatu proses MRP, terdapat berbagai macam penentuan teknik lot sizing yang diterapkan, sebab proses lotting ini merupakan salah satu fundamen yang penting dalam suatu sistem rencana kebutuhan bahan. Pemakaian serta pemilihan teknik-teknik lot sizing yang tepat sesuai dengan situasi perusahaan akan sangat membantu dan mempengaruhi keefektifan dari rencana kebutuhan bahan sehingga dapat memperoleh hasil yang lebih memuaskan. Hingga kini telah banyak dikembangkan oleh para ahli mengenai teknik-teknik penetapan ukuran lot. Sampai saat ini teknik ukuran lot dapat dibagi menjadi 4 bagian : besar, yaitu : 1.
Teknik ukuran lot untuk satu tingkat dengan kapasitas tak terbatas.
2.
Teknik ukuran lot satu tingkat dengan kapasitas terbatas.
3.
Teknik ukuran lot banyak tingkat dengan kapasitas tak terbatas.
4.
Teknik ukuran lot banyak tingkat dengan kapasitas terbatas. Dilihat dari cara pendekatan pemecahan masalah, juga terdapat dua aliran, yaitu
pendekatan level by level dan period by period. Nampak jelas dalam hal ini bahwa teknik lot sizing masih dalam tahap perkembangan, khususnya untuk kasus multi level.
3.
Lead Time
Suatu proses perakitan tidak dapat dilakukan apabila item-item yang diperlukan dalam proses perakitan tersebut tidak tersedia dilokasi perakitan pada saat diperlukan. Dalam proses tersebut perlu diperhitungkan masalah networknya yang dilakukan berdasarkan lintasan kritis, saat paling awal, atau saat paling lambat, atau suatu item dapat selesai. Persoalan yang penting dari masalah ini bukan hanya penentuan ukuran lot size pada setiap level akan tetapi perlu mempertimbangkan masalah lead time serta networknya yang ada.
57
MODUL PRAKTIKUM PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN PRODUKSI
4.
2012
Kebutuhan yang Berubah
Salah satu keunggulan MRP dibanding dengan teknik lainya adalah mampu merancang suatu sistem yang peka terhadap perubahan-perubhan, baik yang datangnya dari luar maupun dari dalam perusahaan itu sendiri. Kepekaan ini bukan tidak akan menimbulkan masalah. Adanya perubahaan kebutuhan akan produk akhir tidak hanya mempengaruhi kebutuhan akan jumlah penentuan jumlah kebutuhan yang diinginkan, akan tetapi juga tempo pemesanan yang ada. 5.
Komponen Umum
Komponen umum yang dimaksudkan dalam hal ini adalah komponen yang dibutuhkan oleh lebih dari satu induknya. Komponen umum tersebut dapat menimbulkan suatu kesulitan dalam proses perencanaan kebutuhan bahan khususnya dalam proses netting dan lot sizing. Kesulitan-kesulitan tersebut akan semakin terasa apabila komponen umum tersebut ada pada level yang berbeda
Langkah-langkah Praktikum
Menghitung RCCP 1. Lakukan perhitungan RCCP dengan metode perkalian Bill Of Labor Approach
Bill Of Product
Work Center WC1 (Frais)
90
WC2 (Bubut)
60
WC3 (Drill)
30
WC4 (Assembly)
60
Sehingga didapat hasil seperti :
Product Product 'A'
2.
Master Schedule Weeks 250
300
400
200
Hitung actual capacity Actual capacity = jumlah mesin x efisiensi per WC x jumlah jam kerja
58
MODUL PRAKTIKUM PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN PRODUKSI
3.
2012
Bandingkan jumlah hasil perkalian dengan Bill Of Labor Approach dengan Actual Capacity dari perusahaan tersebut. Apakah perusahaan sudah membuat Jadwal Induk Produksi yang tepat?
Menghitung MRP 1. Tentukan jumlah inventory pada awal periode sesuai dengan persentase yang diharapkan dan masukan pada kolom On Hand inventory sebelum awal periode.
2. Tentukan jumlah ukuran lot yang ingin dipesan dengan menggunakan ketiga metode, yaitu metode Lot For Lot, EOQ dan Minimum Least Cost . 3.
Masukan
jumlah
kebutuhan
ke
dalam
Gross
Requirement
setiap
periode
dengan
memperhatikan quantitas / parent dari level produk tersebut dan masukan jumlah Schedule Receipts jika ada.
4. Hitung jumlah kebutuhan setiap periode untuk Net Requirement dengan memperhatikan nilai gross requirement dan safety stock yang ada. Setelah itu, tentukan jumlah pesanan pada Planned Order Receipts dengan pertimbangan pilihlah ukuran pemesanan dengan ketiga teknik yang menghasilkan biaya terkecil. Untuk nilai On Hand Inventory ditentukan dengan menjumlahkan nilai Planned Order Receipts. Terakhir, tentukan Planned Order Releases dengan melihat lead time pada data BOM.
59
MODUL PRAKTIKUM PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN PRODUKSI
2012
Referensi
Biegel, John E. 1992. Pengendalian Produksi Suatu Pendekatan Kuantitatif. Akademika Pressindo, Jakarta. Ginting, Rosnani Ir. 2007. Sistem Produksi. Graha Ilmu, Yogyakarta. Baroto, Teguh. 2002. Perencanaan dan Pengendalian Produksi. Ghalia Indonesia, Jakarta. Fogarty, Donald W. 1991. Production & Inventory Management. South-Western Publishing Co, Cincinnati, Ohio.
60
MODUL PRAKTIKUM PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN PRODUKSI
2012
MODUL IV ASSEMBLY LINE BALANCING
I
Tujuan Praktikum 1.
Praktikan dapat merencanakan lintasan produksi yang tepat dan sesuai dengan target produksi perusahaan
2.
Praktikan dapat menentukan waktu siklus, tingkat efisiensi dan efektifitas dalam pengerjaan suatu produk
II
Alat dan Bahan
1. Software Microsoft Excel 2007 2. Software Microsoft Visio 2007 3. Software LINGO 11.0 4. Data dari Laboratorium Sispromasi
III
Materi Praktikum 3.1 Pengertian
Suatu metode penugasan sejumlah pekerjaan kedalam serangkaian stasiun kerja dalam suatu lintasan produksi sehingga setiap stasiun kerja yang ditangani oleh seorang atau lebih operator memiliki waktu kerja (beban kerja ) yang tidak melebihi waktu siklus dari stasiun kerja tersebut. Dengan demikian, tercapai kondisi keseimbangan beban.
Gambar 4.1 contoh flow balance
61
MODUL PRAKTIKUM PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN PRODUKSI
2012
Konsep line balancing adalah bertujuan untuk meminimalkan total idle dalam proses produksi (Biegel, 1981). Dalam konsep ini, elemen-elemen operasi akan digabung-gabung menjadi beberapa stasiun
kerja.
Tujuan
umum
penggabungan
ini
adalah
untuk
mendapatkan
rasio delay / idle (menganggur) yang serendah mungkin dan dicapai suatu efisiensi kerja yang tinggi di tiap stasiun kerja. (Bedworth, 1997). Konsep line balancing dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar 4.2 Masalah yang timbul sebelum menggunakan LB
Gambar 4.3 Setelah menerapkan LB Adanya kombinasi penugasan kerja terhadap operator atau grup operator yang menempati stasiun kerja tertentu juga merupakan awal masalah keseimbangan lintasan produksi, sebab penugasan elemen kerja yang berbeda akan menimbulkan perbedaan dalam
62
MODUL PRAKTIKUM PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN PRODUKSI
2012
jumlah waktu yang tidak produktif dan variasi jumlah pekerjaan yang dibutuhkan untuk menghasilkan keluaran produksi tertentu dalam lintasan tersebut. Masalah-masalah yang terjadi pada keseimbangan lintasan dalam suatu lintasan produksi biasanya tampak adanya penumpukan material, waktu tunggu yang tinggi dan operator yang menganggur karena beban kerja yang tidak teratur. Untuk memperbaiki kondisi tersebut dengan keseimbangan lintasan yaitu dengan menyeimbangkan stasiun kerja sesuai dengan kecepatan produksi yang diinginkan.
Waktu yang dibutuhkan dalam menyelesaikan pekerjaan pada masing-masing stasiun kerja biasanya disebut service time atau stasion time. Sedangkan waktu yang tersedia pada masing-masing stasiun kerja disebut waktu siklus. Waktu siklus biasanya memiliki nilai sama dengan waktu stasiun kerja yang paling besar. 3.2 Konsep Line Balancing
Dua konsep penting dalam keseimbangan lini : 1. Minimum workload rational work element adalah sejumlah pekerjaan yang mempunyai tujuan tertentu yang terbatas ( elemen kerja) ne
T wc T ek
Tek : waktu penyelesaian elemen kerja k
k 1
ne : jumlah elemen kerja, k = …, n Asumsi tentang waktu elemen kerja : - Waktu elemen bernilai konstan - Nilai Tek bersifat aditif 2. Kendala Precedence (Precedence Constraint) Adalah batasan terhadap urutan pengerjaan elemen kerja. Kendala precedence dapat digambarkan secara grafis dalam bentuk diagram precedence. A. Precedence Constraint Precedence Constraint merupakan batasan terhadap urutan pengerjaan elemen kerja. Kendala precedence dapat digambarkan secara grafis dalam bentuk diagram precedence. Dimana pada proses assembling ada dua kondisi yang biasanya muncul, yaitu:
63
MODUL PRAKTIKUM PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN PRODUKSI
2012
1. Tidak ada ketergantungan dari komponen-komponen dalam proses pengerjaan, jadi setiap komponen mempunyai kesempatan untuk dilaksanakan pertama kali dan disini dibutuhkan prosedur penyeleksian untuk menentukan prioritas. 2. Apabila satu komponen telah dipilih untuk di assembly maka urutan untuk mengassembly komponen lain dimulai. Disinilah dinyatakan batasan precedence untuk pengerjaan komponen-komponen. Precedence diagram digunakan sebelum melangkah pada penyelesaian menggunakan
metode keseimbangan lintasan. Precedence diagram merupakan gambaran secara grafis dari urutan operasi kerja, serta ketergantungan pada operasi kerja lainnya yang tujuannya untuk memudahkan pengontrolan dan perencanaan kegiatan yang terkait di dalamnya. (Baroto, 2002). Diagram ini memperlihatkan bahwa beberapa job tidak dapat dikerjakan apabila predecessornya belum selesai dikerjakan. Layout stasiun kerja sepanjang lini perakitan tergantung pada precedence diagram. Precedence diagram dapat disusun menggunakan dua symbol dasar:
a. Elemen symbol, adalah lingkaran dengan nomor atau huruf elemen terkandung di dalamnya. Elemen akan diberi nomor/huruf berurutan untuk mempermudah identifikasi asli dari suatu proses operasi. Angka di atas simbol lingkaran adalah waktu standar yang diperlukan untuk menyelesaikan setiap proses operasi. Hubungan antara nomor dan huruf elemen dapat dilihat pada gambar 4.4 0.3
0.3
Atau
b
2
Gambar 4.4 Elemen symbol b. Hubungan antar symbol, biasanya menggunakan anak panah untuk menyatakan hubungan dari elemen simbol yang satu terhadap elemen simbol lainnya. Tanda panah menunjukkan ketergantungan dan urutan proses operasi. Dalm hal ini, operasi yang ada di pangkal panah berarti mendahului operasi kerja yang ada pada ujung anak panah. Hubungan antar symbol dan anak panah dapat dilihat pada gambar 4.5 0.2 0.3 1
2
0.1 3
Gambar 4.5 Hubungan antar symbol
64
MODUL PRAKTIKUM PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN PRODUKSI
2012
Gambar tersebut menyatakan bahwa elemen 1 harus mendahului ( precedence) elemen 2 dan elemen 2 harus mendahului elemen 3. B. Zoning Constraint Pengalokasian dari elemen-elemen kerja pada stasiun kerja juga dibatasi oleh zoning constraint yang menghalangi atau mengharuskan pengelompokan elemen kerja tertentu
pada stasiun tertentu. Zoning Constraint yang negatif menghalangi pengelompokan elemen kerja pada stasiun yang sama. Misalnya operasi 1 mempunyai sifat antagonis dengan operasi 2 menyebabkan percikan/konseling api maka tidak dapat disatukan walaupun dari segi makna
dapat
disatukan.
Sebaliknya
zoning constraint yang
positif
menghendaki
pengelompokkan elemen-elemen kerja pada 1 stasiun yang sama dengan alasan misalnya menggunakan peralatan yang sama dan peralatan itu mahal (Ginting,2007). 3.3
Istilah-Istilah Dalam Line Balancing
3.3.1. Waktu Menganggur (Idle Time)
Idle Time yaitu waktu menganggur selama jam kerja (berth working time), yang disebabkan antara lain hujan, menunggu muatan, menunggu dokumen, alat rusak, dan lain-lain. Waktu menganggur (idle time) terjadi jika dari stasiun pekerjaan yang ditugaskan padanya membutuhkan waktu yang sedikit daripada waktu siklus yang telah diberikan. Dengan kata laimn Idle time adalah selisih atau perbedaan antara Cycle Time (CT) dan Stasiun Time (ST), atau CT
dikurangi ST. (Baroto, 2002). n
Idle _ time n.Ws Wi i 1
Keterangan: n = Jumlah stasiun kerja Ws = Waktu stasiun kerja terbesar Wi =Waktu sebenarnya pada stasiun kerja i = 1,2,3,…,n
65
MODUL PRAKTIKUM PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN PRODUKSI
2012
3.3.2 Waktu Siklus (Cycle Time)
Cycle time adalah waktu yang tersedia pada masing-masing stasiun kerja untuk menyelesaikan suatu unit produksi.
T c
60(efficiency _ line ) kecepa tan_ produksi
menit
3.3.3 Keseimbangan Waktu Senggang ( Balance Delay ) Balance Delay merupakan ukuran dari ketidakefisienan lintasan yang dihasilkan dari
waktu mengganggur sebenarnya yang disebabkan karena pengalokasian yang kurang sempurna di antara stasiun-stasiun kerja. Balance Delay dapat dirumuskan sebagai berikut (Baroto, 2002).
Keterangan: N = jumlah total waktu tiap elemen S = Jumlah stasiun kerja TS max = waktu stasiun kerja maksimum
3.3.4 Efisiensi Stasiun Kerja
Efisiensi stasiun kerja merupakan rasio antara waktu operasi tiap stasiun kerja (Wi ) dan waktu operasi stasiun kerja terbesar (Ws).
E b 3.3.5
W i W s
x100%
Efisiensi Lintasan Produksi ( Line Efficiency ) Line Efficiency merupakan rasio dari total waktu stasiun kerja dibagi dengan siklus
dikalikan jumlah stasiun kerja (Baroto, 2002) . Line Efficiency dapat menunjukan tingkat efisiensi suatu lintasan.
Keterangan: N = jumlah total waktu tiap elemen S = Jumlah stasiun kerja TS max = waktu stasiun kerja maksimum
66
MODUL PRAKTIKUM PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN PRODUKSI 3.3.6
2012
Smoothest Indeks
Smoothet Indeks merupakan indeks yang menunjukkan kelancaran relatif atau cara untuk
mengukur tingkat waktu tunggu relatif dari penyeimbangan lini perakitan tertentu.
Keterangan: TS max = waktu stasiun kerja maksimum Tsi
= waktu satsiun, di stasiun kerja i
3.3.7 Work Station Work Station merupakan tempat pada lini perakitan di mana proses perakitan dilakukan.
Setelah menentukan interval waktu siklus, maka jumlah stasiun kerja yang efisien dapat ditetapkan dengan rumus (Baroto, 2002):
w min integer
T wc T c
Keterangan :
T wc = waktu operasi (elemen) T c
= jumlah stasiun kerja minimal
3.4 Metode Line Balancing 1.
Metode Helgeson dan Birnie / Ranked Positional Weight (RPW)
Metoda Helgeson dan Birnie (RPW) ini disebut juga Teknik Bobot Posisi. Adapun cara penggambaran precedence diagram adalah sebagai berikut: 1. Hitung bobot posisi setiap elemen kerja. Bobot posisi suatu elemen adalah jumlah waktu
elemen-elemen pada rantai terpanjang mulai elemen tersebut sampai elemen terakhir. Bobot (RPW) = waktu proses tersebut + waktu proses operasi-operasi berikutnya. 2. Urutkan elemen-elemen menurut bobot posisi dari yang terbesar ke terkecil 3. Hitung waktu siklus 4. Tempatkan elemen kerja dengan bobot terbesar pada stasiun kerja sepanjang tidak melanggar
hubungan precedence dan waktu stasiun tidak melebihi waktu siklus
67
MODUL PRAKTIKUM PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN PRODUKSI
2012
5. Ulangi Langkah 4 sampai seluruh elemen ditempatkan 6. Setelah membentuk suatu stasiun kerja yang terdiri dari elemen-elemen kerjanya, maka
tentukan nilai efisien, balance delay, dan smoothness index nya ( Ginting,2007). 7. 2.
Metode Kilbridge and Wester Heuristic(Region Approach)
Pendekatan ini melibatkan elemen-elemen yang memiliki tingkat keterkaitan yang sama ke dalam sejumlah kolom./daerah. Adapun langkah-langkah yang harus dilakukan adalah sebagai berikut:
1.
Buat precedence diagram dari persoalan yang dihadapi. Bagi elemen-elemen kerja dalam diagram
tersebut
ke
dalam
kolom-kolom
dari
kanan
ke
kiri.
Berikut
contoh
pengelompokannya:
2.
Tentukan waktu siklus (TC) dari bilangan prima waktu total elemen kerja, dan tentukan jumlah stasiun kerja
3.
Tempatkan elemen-elemen kerja ke stasiun kerja sedemikian sehingga total waktu elemen kerja tidak melebihi waktu siklus. Hapus elemen kerja yang sudah ditempatkan dari daftar elemen kerja.
4.
Bila penempatan suatu elemen kerja mengakibatkan total waktu elemen kerja melebihi waktu siklus maka elemen kerja tersebut ditempatkan di stasiun kerja berikutnya
5.
Ulangi Langkah 3 dan 4 sampai seluruh elemen kerja ditempatkan.
6.
Tentukan nilai efisien, balance delay, dan smoothness index-nya ( Ginting,2007).
68
MODUL PRAKTIKUM PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN PRODUKSI 3.
2012
Largest Candidate Rule
Prinsip dasarnya adalah menggabungkan proses-proses atas dasar pengurutan operasi dari waktu proses terbesar hingga elemen dengan waktu operasi terkecil. Sebelum dilakukan penggabungan, harus ditentukan dahulu, berapa waktu siklus yang akan dipakai. Waktu siklus ini akan dijadikan pembatas dalam penggabungan operasi dalam satu stasiun kerja. Algoritma ini terdiri dari beberapa tahap : 1. Mulai dari atas, pilih elemen yang akan ditugaskan pada stasiun pertama, yang memenuhi persyaratan precedence dan tidak menyebabkan total jumlah T ek pada stasiun tersebut melebihi T s. 2. Jika tidak ada elemen lain yang dapat ditugaskan tanpa melebihi T s, maka lanjutkan ke stasiun berikutnya 3. Ulangi langkah 1 dan 2 untuk stasiu lainnya sampai seluruh elemen selesai ditugaskan 4. Tentukan nilai efisien, balance delay, dan smoothness index nya ( Ginting,2007).
a.
STUDI KASUS
Sebuah UD. Ergonomic Chairs yang bergerak dibidang industri pengrajinan kayu bekas berupa pembuatan kursi, ingin mengetahui keefisienan dari pembuatan kursi tersebut. Dalam proses pembuatannya operator bekerja selama 5 shift/minggu 8 jam/shift 60 mgg/thn. Sedangkan jumlah produksi 7200 kursi/tahun. Pengalaman sebelumnya menunjukkan bahwa uptime efficiency untuk lini adalah 95% dan waktu repositioning lost per siklus adalah 2 menit. Adapun operasi penyelesaian tersebut adalah sebagai berikut. Tabel 3.1 Data Operasi Line Balancing
Operasi
Deskripsi
Operasi
Waktu
Pendahulu
(menit)
1
Mengukur kayu untuk bagian kaki
-
2
2
Memotong kayu sesuai ukuran
1
3
3
Menghaluskan kayu yang sudah dipotong
2
4
69
MODUL PRAKTIKUM PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN PRODUKSI
4
Mengukur kayu untuk bagian dudukan
-
3
5
Memotong sesuai ukuran dudukan
4
4
6
Menghaluskan dudukan yang sudah dipotong
5
4
7
Merakit dudukan dengan bagian kaki
3,6
5
8
Memberikan sandaran pada bagian rakitan
7
6
9
Pengecatan
8
7
10
Pengeringan
9
10
2012
Dari data diatas tentukanlah diagram pendahuluan, waktu siklus ( cycle Time), stasiun kerja, efisiensi stasiun kerja dan efisiensi lintasan dari pembuatan kursi tersebut dengan menggunakan metode Kilbridge-Wester Heuristic, Ranked Positional Weight (RPW) , dan regional approach
3.1.2
Perhitungan
1. Metode Kilbridge-Wester Heuristic : a. Precedence diagram Berdasarkan data operasi maka dapat dibuat diagram pendahuluan sebagai berikut:
I
II
III
IV
V
VI
VII
Gambar 3.1 Diagram Pendahulu
70
MODUL PRAKTIKUM PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN PRODUKSI
2012
Tabel 3.5 Pengelompokkan Stasiun Kerja
Elemen
Kolom
Kerja 1
I
Total time
Elemen
per column
pendahulu
5
--
Tek
2
4
I
3
2
III
3
1 7
5
III
4
4
3
III
4
2 8
6
III
4
7
IV
5
5
6
8
V
6
6
7
9
VI
7
7
8
10
VII
10
10
9
Production Speed (Rp) =
Rp =
Cycle Time
Rp =
= Tc = Tc =
5
unit / jam
= 3 unit/jam
menit
= 19 menit
Ts = Tc – Tr = 19 – 2 = 17 menit Jumlah work station teoritis (w) : w = min interger
= min interger
= 2.8 ≈ 3workstation
Pengelompokkan stasiun kerja Setelah waktu siklus dan stasiun kerja diperoleh, selanjutnya mengelompokkan tugas untuk masingmasing stasiun kerja. Pengelompokkannya adalah sebagai berikut:
71
MODUL PRAKTIKUM PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN PRODUKSI
2012
Tabel 3.2 Pengelompokkan Stasiun Kerja
Stasiun
Pengelompokan
kerja
Tugas
1
Waktu
Waktu siklus
1, 4, 2, 5, dan 3
16
17
94.12%
2
6, 7, dan 8
15
17
88.23%
3
9 dan 10
17
17
100%
Efficiency line : LE =
Balance delay : BD =
x 100% = 94.12 %
Smoothness Index : SI =
% Efisiensi
x 100% = 5.88 %
Efficiency work station I =
Efficiency work station II =
2
x 100 % = 94.12 %
Efficiency work station III =
2
+ --- + (17- 17) = 2.23
x 100 % = 88.23%
x 100 % = 100 %
Idle time work station I = 17 – 16 = 1 menit Idle time work station II = 17 – 15 = 2 menit Idle time work station III = 17 – 17 = 0 menit
Elemen 1,4,2,5, dan 3
Elemen 6,7, dan 8
Elemen 9 dan 10
72
MODUL PRAKTIKUM PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN PRODUKSI
2012
2. Metode Ranked Positional Weight (RPW) a.
Precedence Diagram Berdasarkan data operasi maka dapat dibuat diagram pendahuluan sebagai berikut:
Gambar 3.2 Diagram Pendahulu
Pada diagram pendahuluan diatas dapat dilihat setiap stasiun kerja dengan keterangan sebagai berikut ini: Tek Elemen pendahulu
Elemen kerja
RPW
(menit)
4
39
3
-
1
37
2
-
5
36
4
4
2
34
3
1
6
32
4
5
3
30
4
2
7
28
5
3,6
8
22
6
7
9
17
7
8
10
10
10
9
Production Speed (Rp) =
Rp =
unit / jam
73
MODUL PRAKTIKUM PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN PRODUKSI
Rp =
Cycle Time Tc
Tc = Tc =
2012
= 3 unit/jam
menit
= 19 menit
Ts = Tc – Tr = 19 – 2 = 17 menit Jumlah work station teoritis (w) : w = min interger
= min interger
= 2.8 ≈ 3workstation
Pengelompokkan stasiun kerja Setelah waktu siklus dan stasiun kerja diperoleh, selanjutnya mengelompokkan tugas untuk masingmasing stasiun kerja. Pengelompokkannya adalah sebagai berikut: Tabel 3.2 Pengelompokkan Stasiun Kerja
Stasiun
Pengelompokan
kerja
Tugas
1
Waktu
Waktu siklus
1, 4, 2, 5, dan 3
16
17
94.12%
2
6, 7, dan 8
15
17
88.23%
3
9 dan 10
17
17
100%
Efficiency line : LE = Balance delay : BD =
x 100% = 94.12 %
Smoothness Index : SI =
% Efisiensi
x 100% = 5.88 %
Efficiency work station I =
Efficiency work station II =
2
x 100 % = 94.12 %
Efficiency work station III =
2
+ --- + (17- 17) = 2.23
x 100 % = 88.23%
x 100 % = 100 %
Idle time work station I = 17 – 16 = 1 menit
74
MODUL PRAKTIKUM PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN PRODUKSI
2012
Idle time work station II = 17 – 15 = 2 menit Idle time work station III = 17 – 17 = 0 menit
Elemen 1,4,2,5, dan 3
Elemen 6,7, dan 8
Elemen 9 dan 10
3. Metode Largest Candidate Rule: Precedence Diagram Berdasarkan data operasi maka dapat dibuat diagram pendahuluan sebagai berikut:
Gambar 3.4 Precedence Diagram Tabel 3.5 Pengelompokkan Stasiun Kerja
Operasi
Deskripsi
Operasi
Waktu
Pendahulu
(menit)
10
Pengeringan
9
10
9
Pengecatan
8
7
8
Memberikan sandaran pada bagian rakitan
7
6
7
Merakit dudukan dengan bagian kaki
3,6
5
3
Menghaluskan kayu yang sudah dipotong
2
4
5
Memotong sesuai ukuran dudukan
4
4
6
Menghaluskan dudukan yang sudah dipotong
5
4
4
Mengukur kayu untuk bagian dudukan
-
3
75
MODUL PRAKTIKUM PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN PRODUKSI
2
Memotong kayu sesuai ukuran
1
3
1
Mengukur kayu untuk bagian kaki
-
2
Production Speed (Rp) =
Rp =
Cycle Time
Rp =
= Tc = Tc =
unit / jam
= 3 unit/jam
menit
= 19 menit
Ts = Tc – Tr = 19 – 2 = 17 menit Jumlah work station teoritis (w) : w = min interger
Staiun Kerja
1
2
Elemen
Rasio Min (menit)
4
3
1
2
5
4
6
4
2
3
7
5
3
4
8
6
9
7
3 10
2012
Total Waktu
= min interger
= 2.8 ≈ 3workstation
Efisiensi
Waktu
Stasiun Kerja
menganggur
16
94,12%
1 menit
15
88,23%
2 menit
17
100%
0 menit
Stasiun Kerja (menit)
10
76
MODUL PRAKTIKUM PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN PRODUKSI
Efficiency line : LE =
Balance delay : BD =
x 100% = 94.12 %
Smoothness Index : SI =
2012
x 100% = 5.88 %
Efficiency work station I =
Efficiency work station II =
2
x 100 % = 94.12 %
Efficiency work station III =
2
+ --- + (17- 17) = 2.23
x 100 % = 88.23%
x 100 % = 100 %
Idle time work station I = 17 – 16 = 1 menit Idle time work station II = 17 – 15 = 2 menit Idle time work station III = 17 – 17 = 0 menit
Elemen 4,1,5,6 dan 2
Elemen 3,7, dan 8
Elemen 9 dan 10
Kesimpulan : Dari hasil ketiga perhitungan di atas, ketiga metode tersebut dapat
digunakan
dapat
karena memiliki hasil yang sama. Sehingga perusahaan dapat memilih sendiri
metode yang ingin digunakan. 4. LINGO
Lingo adalah sebuah software yang digunakan untuk membangun dan menyelesaikan masalah optimasi, baik permasalahan linier, non linier, kuadratik, stokastik ataupun model permasalahan yang lain. Software ini dikembangkan oleh perusahaan LINDO System Inc. LINGO juga dapat digunakan untuk membantu merancang keseimbangan lintasan. Tahap dalam menggunakan software LINGO untuk line balancing adalah sebagai berikut: 1. Misalkan diketahui kasus seperti 3 metode sebelumnya, sehingga diperoleh ws teoritis sebanyak 3 ws dan cycle time teoritis sebesar 17. 2. Buka software LINGO 11.0
77
MODUL PRAKTIKUM PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN PRODUKSI
2012
3. Klik icon new di pojok kanan atas
4. Ketikkan syntax di bawah ini pada LINGO Model: Ops adalah operasi yang dilakukan, sedangkan tops adalah waktu operasi
sets: ops /1..10/:tops; ws /1..3/:y,tws; b (ops,ws): x; pred(ops,ops)/ 1,2 2,3 3,7 7,8 8,9 9,10 4,5 5,6 6,7/; endsets data: tops = 2 3 4 3 4 4 5 6 7 10; C =17; Z=10; enddata
Ws adalah work station yang ada, dan tws adalah waktu siklus tiap ws
Pred adalah precedence yaitu operasi-operasi pendahulu ex: 1,2 artinya operasi 2 bisa dilakukan setelah operasi 1 selesai
Waktu Operasi secara berurutan
C= waktu siklus teoritis
min= @sum(ws(k):Y(k));
Z= banyaknya operasi yang dilakukan
@for(ops(j): @sum(b(j,k):x(j,k))=1); @for(ws(k): tws(k)<=C); @for(ws(k): @sum(ops(j):tops(j)*x(j,k))=tws(k)); @for(pred(m,n):
78
MODUL PRAKTIKUM PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN PRODUKSI
2012
@sum(ws(k):k*x(m,k)-k*x(n,k))<=0); @for(ws(k): @sum(b(j,k):x(j,k))-Z*y(k)<=0); @for(ws(k): @for(ops(j): @bin(x(j,k)))); @for(ws(k): @bin(y(k))); End
5. Kemudian klik solve untuk mendapatkan hasil algoritma.
Variable C Z TOPS( 1) TOPS( 2) TOPS( 3) TOPS( 4) TOPS( 5) TOPS( 6) TOPS( 7) TOPS( 8) TOPS( 9) TOPS( 10) Y( 1) Y( 2) Y( 3) TWS( 1) TWS( 2) TWS( 3) X( 1, 1) X( 1, 2) X( 1, 3) X( 2, 1) X( 2, 2) X( 2, 3) X( 3, 1) X( 3, 2) X( 3, 3) X( 4, 1) X( 4, 2) X( 4, 3) X( 5, 1) X( 5, 2) X( 5, 3) X( 6, 1) X( 6, 2) X( 6, 3)
Value 17.00000 10.00000 2.000000 3.000000 4.000000 3.000000 4.000000 4.000000 5.000000 6.000000 7.000000 10.00000 1.000000 1.000000 1.000000 16.00000 15.00000 17.00000 1.000000 0.000000 0.000000 1.000000 0.000000 0.000000 0.000000 1.000000 0.000000 1.000000 0.000000 0.000000 1.000000 0.000000 0.000000 1.000000 0.000000 0.000000
Reduced Cost 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 1.000000 1.000000 1.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000
79
MODUL PRAKTIKUM PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN PRODUKSI X( 7, 1) X( 7, 2) X( 7, 3) X( 8, 1) X( 8, 2) X( 8, 3) X( 9, 1) X( 9, 2) X( 9, 3) X( 10, 1) X( 10, 2) X( 10, 3)
0.000000 1.000000 0.000000 0.000000 1.000000 0.000000 0.000000 0.000000 1.000000 0.000000 0.000000 1.000000
2012
0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000
Keterangan : 1= true 2= false Contoh: X(1,1) berarti operasi tujuh di work station 4 X(1,1) = 1.000000 bernilai true, maka operasi 1 akan ditempatkan di ws 3, sehingga X(1,2) dan X(1,3) akan bernilai 0 ( false)
6. Langkah selanjutnya adalah meletakkan operasi-operasi yang ada ke dalam tabel sesuai ws masing-masing dan dihitung LE, BD, dan smoothness Index-nya ( Sama dengan tahapan metode yang lain).
IV.
Prosedur Praktikum 1.
Praktikan mempelajari studi kasus yang diberikan
2.
Praktikan membuat precedence diagram sesuai lintasan produksi yang ada pada studi kasus, dengan menggunakan software Microsoft Visio 2007
3.
Praktikan mengisi setiap tabel dan formula line balancing pada worksheet yang telah disediakan pada software Microsoft Excel 2007
4.
Praktikan merancang keseimbangan lintasan dengan menggunakan software LINGO 11.0
5.
Praktikan melakukan evaluasi terhadap efisiensi lini dan balance delay pada studi kasus yang diberikan dengan membandingkan keempat metode yang telah dikerjakan.
80
MODUL PRAKTIKUM PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN PRODUKSI
2012
Referensi
Bedworth, David D . 1987. Integrated Production Control Systems . Canada: John Wiley & Sons Inc Rosnani, Ginting. 2007. Sistem Produksi . Yogyakarta: Graha Ilmu. Baroto, Teguh . 2002. Perencanaan dan Pengendalian Produksi . Jakarta: Ghalia Indonesia. E.Biegel, John. 1992. Pengendalian Produksi . Jakarta: Akademika Pressindo. http://www.lindo.com/index.php?option=com_content&view=article&id=2&Itemid=10
81