Nama NPM Mata Kuliah
: Doni Nurlisa : 1214111023 : Avertebrata Akuatik
EKSTRIM MOLTING NAMUN PENTING BAGI CRUSTACEA Molting atau proses “ganti kulit” merupakan proses alami yang umum terjadi pada Crustacea. Hal ini dikarenakan, sebagai hewan dengan kerangka luar (eksoskeleton) yang keras (karapas) serta tidak dapat tumbuh , Crustacea perlu mengganti kerangka luar tersebut seiring pertumbuhan tubuhnya. Pada Crustacea, pertumbuhan merupakan proses perubahan panjang dan bobot yang terjadi secara berkala pada setiap rangkaian proses pergantian kulit atau molting (Fujaya, 2008). Ada empat fase dalam siklus molting: intermolt, premolt (persiapan untuk mencapai molting), molt (molting), dan post molt (recovery dari molting). Selama intermolt, exoskeleton terbentuk sempurna dan hewan mengakumulasi kalsium dan energi untuk disimpan. Premolt dimulai ketika exsoskeleton yang lama mulai memisahkan diri dari epidermis dan mulai terbentuk exsoskeleton baru. Kalsium dan beberapa nutrien lainnya diabsorbsi dari eksoskeleton lama dan disimpan di dalam daging kepiting dan selanjutnya dikembalikan pada eksoskeleton baru. Ada beberapa faktor yang mengontrol molting, yaitu faktor eksternal dari lingkungan seperti cahaya, temperatur, dan ketersediaan makanan. Selain itu, faktor internal juga sangat berperan, seperti ukuran tubuh yang membutuhkan tempat yang lebih luas. Kedua faktor ini akan mempengaruhi otak dan menstimulasi menstimulasi organ-Y untuk menghasilkan hormon molting [hormon ekdisteroid (hormon pemicu proses proses molting) dan Molt Molt Inhibiting Hormon (MIH)] (MIH)] (Fujaya, 2008). 2008). Pada peristiwa pergantian kulit ini, proses biokimia yang terjadi, yaitu pengeluaran (ekskresi) dan penyerapan (absorbsi) kalsium dari tubuh hewan. Kulit baru yang terbentuk berwarna pucat dan setelah 2-3 hari kemudian barulah warna semula kembali, sebabnya adalah berubahnya kualitas air ataupun karena makanan serta proses pengeluaran zat zat tertentu di tubuh udang (Romimohtarto (Romimohtarto dan Juwana, Juwana, 2007). Secara umum, frekuensi pergantian cangkang akan selalu beriringan dengan pertambahan umur, pada juvenile terjadi setiap 10 hari, sedangkan setelah dewasa terjadi 4-5 kali setahun, ketika sudah menjadi induk dan pernah memijah biasanya melakukan melakukan molting 112 kali setahun. Kondisi lingkungan dan makanan merupakan faktor utama yang mempengaruhi frekuensi molting. Sebagai contoh, suhu yang tinggi tinggi dapat meningkatkan meningkatkan frekuensi molting. Penyerapan oksigen oleh Crustacea kurang efisien selama molting, akibatnya selama proses ini beberapa udang mengalami kematian akibat hypoxia hypoxia atau kekurangan oksigen dalam tubuh. Molting merupakan proses yang rumit. Proses pergantian kulit (molting) berlangsung secara priodik, dan lebih sering pada saat Crustacean menjelang dewasa. Proses molting ini menghasilkan peningkatan ukuran tubuh (pertumbuhan) secara berkala. Ketika molting, tubuh Crustacean Crustacean menyerap air dan bertambah besar, terjadi pengerasan kulit. Setelah kulit luarnya keras, ukuran tubuh Crustacean tetap sampai pada siklus molting berikutnya. Pada peristiwa pergantian kulit ini, proses biokimia yang terjadi, yaitu pengeluaran (ekskresi) dan penyerapan (absorbsi) kalsium dari tubuh hewan. Kulit baru yang terbentuk berwarna pucat dan setelah 2-3 hari kemudian barulah warna semula kembali,
sebabnya adalah berubahnya kualitas air ataupun karena makanan serta proses pengeluaran zat tertentu di tubuh. 1. Kanibalisme Dalam kondisi molting, Crustacea sangat rentan terhadap serangan spesies sejenis lainnya, karena disamping kondisinya masih sangat lemah, kulit luarnya belum mengeras, Crustacea pada saat molting mengeluarkan cairan molting yang mengandung asam amino, enzim dan senyawa organik hasil dekomposisi parsial eksoskeleton yang baunya sangat merangsang nafsu makan. Hal tersebut bisa membangkitkan sifat kanibalisme Crustacea yang sehat. 2. Pertumbuhan Crustacea akan tumbuh setelah ganti kulit (molting). Kondisi udang pada saat tersebut lemah dan kulit dalam keadaan belum mengeras serta selama proses molting Crustacea menyerap Kalsium dan Magnesium. Kandungan zat tersebut sangat dibutuhkan dalam jumlah yang tinggi. Pergantian kulit ini merupakan indikator terjadinya pertumbuhan. Selama Crustacea berganti kulit umumnya tidak memiliki nafsu makan, tidak banyak bergerak dan dalam kondisi yang lemah.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2012. http://paj89.blogspot.com/2012/09/fisiologi-udang.html Fujaya Y., E Suryati, E Nurcahyono, N Alam. 2008. Titer ekdisteroid hemolimph dan ciri morfologi rajungan selama fase molting dan reproduksi. Jurnal Torani, 18 (3):266-274.
Romimohtarto, K dan Juwana, S. 2007. Biologi Laut edisi I Ilmu Pengetahuan Tentang Biota Laut . Djambatan. Jakarta.