NATRIUM BENZOAT SEBAGAI BAHAN PENGAWET MINUMAN ISOTONIK
MAKALAH
Disusun untuk memenuhi tugas matakuliah Praktikum Kimia Anorganik yang dibimbing oleh Bpk Muhadi dan Bpk Darsono Sigit
Oleh: Offering AA Kelompok 1 Neni Eka Suryani
(207331405949) (207331405949)
Nurul Fibriana
(207331408066) (207331408066)
Lina Ariyanti
(207331408074) (207331408074)
Anindya Kristanti
(207331408086) (207331408086)
UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM JURUSAN KIMIA
Maret 2009
BAB I PENDAHULUAN I.
Latar Belakang
Minuman dalam kemasan isotonik saat ini menjadi kecenderungan konsumsi masyarakat. Publik menilai minuman isotonik berfungsi mengganti cairan tubuh yang hilang setelah beraktivitas. Keyakinan itu diperkuat gencarnya produsen minuman itu mempromosikan produknya. Cairan tubuh berperan penting dalam metabolisme, di antaranya mengangkut dan menyerap zat-zat gizi di dalam darah, membantu proses pencernaan dan menjaga suhu tubuh. Mengingat fungsinya maka manusia membutuhkan cairan setiap hari untuk mengganti cairan yang keluar melalui pernapasan, keringat, dan urine. Jika cairan yang keluar tidak segera digantikan maka tubuh dapat mengalami dehidrasi. Gejala yang muncul antara lain badan lemas, mata berkunang-kunang hingga konsentrasi menurun. Aktivitas fisik yang terlampau berat juga bisa menyebabkan tubuh kehilangan banyak cairan yang ditandai dengan gejala mual, lelah, nyeri kepala, muntah, bahkan kejang otot. Perbedaan antara minuman isotonik dan air putih biasa adalah minuman isotonik mengandung berbagai mineral yang diperlukan tubuh, antara lain natrium, kalium, kalsium, magnesium, karbohidrat, vitamin dan sebagainya. Selain itu minuman isotonik dapat segera mengganti cairan tubuh yang hilang (mengganti ion atau elektrolit tubuh). Berdasarkan hasil riset Komite Masyarakat Anti Bahan Pengawet (Kombet) dan LP3ES menyatakan 70% minuman isotonik mengandung bahan pengawet. Kandungan pengawet yang ditemukan oleh Kombet salah satunya, yaitu natrium benzoat (Suara Karya, 2006). Dengan adanya fenomena di atas, maka perlu diketahui lebih lanjut tentang pengaruh bahan pengawet natrium benzoat terkait pemakaiannya di dalam minuman isotonik.
II.
Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini antara lain adalah: 1) mengetahui peran natrium benzoat dalam minuman isotonik, 2) mengetahui dampak yang ditimbulkan akibat pemakaian natrium benzoat sebagai bahan pengawet dalam minuman isotonik, 3) memperoleh
cara
penanggulangan
terhadap
dampak
yang
diakibatkan oleh bahan pengawet natrium benzoat pada minuman isotonik, dan 4) mengetahui langkah-langkah dalam memilih makanan dan minuman yang aman untuk dikonsumsi.
III.
Rumusan masalah
Masalah yang dibahas dalam makalah ini adalah: 1) bagaimana peran natrium benzoat dalam minuman isotonik? 2) apakah dampak yang ditimbulkan akibat pemakaian natrium benzoat sebagai bahan pengawet dalam minuman isotonik? 3) bagaimana cara menanggulangi dampak yang diakibatkan oleh pemakaian bahan pengawet natrium benzoat? 4) bagaimana langkah-langkah dalam memilih makanan dan minuman yang aman untuk dikonsumsi?
BAB II PEMBAHASAN
I.
Bahan Pengawet Natrium Benzoat dalam Minuman Isotonik
Zat Pengawet adalah bahan yang ditambahkan dalam makan dengan tujuan menghambat kerusakan oleh mikroorganisme (bakteri, khamir,kapang) sehingga proses pembusukan atau pengasaman atau penguraian dapat dicegah. Bahan pengawet pada makanan dan minuman berfungsi
menekan
pertumbuhan
mikroorganisme
yang
merugikan,
menghindarkan menghindarkan oksidasi makanan sekaligus menjaga nutrisi makanan. Penggunaan pengawet tersebut harus mengikuti takaran yang dibenarkan.
Upaya
produsen
(pelaku
usaha)
dalam
memberikan
perlindungan konsumen sehubungan dengan penggunaan bahan pengawet pada makanan adalah dengan memenuhi ketentuan tentang pengaturan penggunaan pengawet terhadap produk makanannya. Penggunaan pengawet yang diizinkan dan takaran yang benar, diharapkan dapat memberikan perlindungan terhadap konsumen dan kemungkinan penggunaan zat yang mengandung bahaya. Hak konsumen atas keamanan dan keselamatan terhadap barang yang dikonsumsi harus dihormati oleh produsen. Lama dan seringnya
mengonsumsi
makanan
dengan
pengawet
kemungkinan
menimbulkan terjadinya akumulasi zat-zat tertentu yang bisa memicu reaksi yang menyebabkan sakit. Salah satu bahan pengawet yang diijinkan untuk digunakan pada makanan adalah natrium benzoat. Natrium benzoat merupakan garam atau ester dari asam benzoat (C 6H5COOH) yang secara komersial dibuat dengan sintesis kimia. Natrium benzoat dikenal juga dengan nama Sodium Benzoat atau Soda Benzoat. Bahan pengawet ini merupakan garam asam Sodium Benzoic, yaitu lemak tidak jenuh ganda yang telah disetujui penggunaannya
oleh FDA dan telah digunakan oleh para produsen makanan dan minuman selama lebih dari 80 tahun untuk menekan pertumbuhan mikroorganisme (Luthana, 2008).
Menurut sebuah studi WHO, Sodium Benzoat adalah bahan pengawet yang digunakan untuk makanan dan minuman serta sangat cocok untuk jus buah maupun minuman ringan. Sodium benzoat banyak digunakan dalam berbagai produk makanan dan minuman seperti jus buah, kecap, margarin, mentega, minuman ringan, mustard, sambal, saus salad, saus tomat, selai, sirup buah dan lainnya. Sodium benzoat secara alami terdapat pada apel, cengkeh, cranberry (sejenis buah berry yang digunakan untuk membuat agar-agar dan saus), kayu manis, prem (yang dikeringkan) dan lain-lain. Rumus kimia natrium benzoat yaitu C 7H5NaO2 yang banyak terdapat pada buah-buahan dan sayuran, termasuk ke dalam zat pengawet organik. Produk pangan yang banyak menggunakan natrium benzoat sebagai pengawet adalah minuman ringan serta produk minuman yang terbuat dari buah. Pewarna putih, granula tanpa bau atau hampir bau, bubuk kristal atau serpihan. Lebih larut dalam air dibandingkan asam benzoat dan juga dapat larut dalam alkohol. Benzoat efektif pada pH 2,5-4,0. Dalam bahan pangan garam benzoat terurai menjadi bentuk efektif yaitu bentuk asam benzoat yang tak terdisosiasi. Memiliki fungsi sebagai anti mikroba yang optimum pada pH 2,5-4,0 serta menghambat pertumbuhan kapang dan khamir (Nurcahyani, 2005).
Struktur Natrium benzoat :
Penambahan pengawet natrium benzoat pada minuman isotonik tidak
dilarang
pemerintah.
Namun,
produsen
hendaknya
tidak
menambahkan pengawet dengan ukuran sesuka hati, karena bahan pengawet tersebut akan menjadi berbahaya jika dikonsumsi secara berlebihan (Siswoyo, 2007).
Hasil riset terhadap 15 produk isotonik yang dilakukan 17-20 Oktober 2006 oleh Sucofindo menunjukkan tiga produk Vitazone, Pocari Sweat, dan Rezza Sportion tidak terdeteksi natrium benzoat dan kalium sorbat. Produk-produk yang mengandung kedua pengawet itu antara lain Zporto (376,17 mg/l), Free Mix (267,84 mg/l), Arinda Sweat (286,08 mg/l), Zhuka Sweat (214,15 mg/l), Kino Sweat (260,86 mg/l), Amazone (433,30 mg/l), Boyzone (280,41 mg/l), Amico Sweat (289,93 mg/l), Pocap (263,39 mg/l). Produk yang terdeteksi mengandung kalium sorbat adalah Zegar (93,37 mg/l). Sementara produk berpengawet natrium benzoat dan kalium sorbat adalah Mizone masing-masing 107,28 mg/l dan 91,20 mg/l (Suara karya, 2006). II. Dampak Pemakaian Natrium Benzoat dalam Minuman Isotonik
Minuman isotonik dipercaya bukan hanya mampu menggantikan cairan tubuh. Tetapi juga dipercaya dapat menyembuhkan demam berdarah dan tifus. Sebenarnya, minuman ini hanya membantu mempercepat proses pemulihan penderita. Bila si pasien yang rajin mengonsumsi minuman isotonik, maka cairan tubuhnya yang hilang akan tergantikan secara efektif. Minuman ini juga baik dikonsumsi saat mengalami dehidrasi atau diare. Meski begitu, bila dikonsumsi dalam kondisi sedang tidak melakukan aktivitas fisik berat yang sampai mengeluarkan mengeluarkan banyak keringat, kandungan ion di dalam minuman ini tidak memberikan efek positif. Pasalnya, dalam keadaan normal atau segar bugar, tubuh tidak membutuhkan zat-zat elektrolit tersebut. Akhirnya, kandungan mineral minuman jenis ini tidak termanfaatkan. Penggunaan natrium benzoate sebagai pengawet dalam minuman isotonik harus mengikuti takaran yang dibenarkan. Penggunaan pengawet yang diizinkan dan takaran yang benar, diharapkan dapat memberikan perlindungan terhadap konsumen dan kemungkinan penggunaan zat yang mengandung bahaya. Hak konsumen atas keamanan dan keselamatan terhadap barang yang dikonsumsi harus dihormati oleh produsen. Lama dan seringnya
mengonsumsi
makanan
dengan
pengawet
kemungkinan
menimbulkan terjadinya akumulasi zat-zat tertentu yang bisa memicu reaksi yang menyebabkan sakit. Menurut Nova (2007), meski kandungan bahan pengawet natrium benzoat umumnya tidak terlalu besar, akan tetapi jika dikonsumsi secara terus-menerus akan berakumulasi dan menimbulkan efek terhadap kesehatan. Penggunaan Penggunaan pengawet pengawet tersebut
dalam jangka panjang dapat dapat
menimbulkan penyakit Lupus (Systemic Lupus Eritematosus/SLE). Efek samping lain yang bisa timbul adalah edema (bengkak) akibat dari retensi (tertahannya cairan di dalam tubuh) dan bias juga karena naiknya tekanan darah sebagai akibat bertambahnya volume plasma akibat pengikatan air oleh natrium. Dalam riset yang dilakukan oleh Sheffield University di Inggris terhadap bahan pengawet makanan dan minuman yang umum digunakan, menyatakan bahwa natrium benzoat diperkirakan dapat merusak DNA. Hal ini dikemukakan oleh Pete Piper (professor bidang biologi molekuler dan bioteknologi) yang telah meneliti natrium benzoat sejak 1999. Ia pernah menguji natrium benzoat pada sel ragi yang hidup, yang akhirnya menemukan bahwa substansi tersebut (natrium benzoat) dapat merusak DNA mitochondria pada ragi. Di dalam tubuh, mitochondria berfungsi menyerap oksigen untuk menghasilkan energi. Dan bila dirusak, seperti terjadi pada sejumlah kondisi pada saat sakit, maka sel mulai mengalami kegagalan fungsi yang sangat serius. Sehingga di dalam tubuh akan terjadi kerusakan DNA di dalam mitochondria. Dan ada sejumlah penyakit di mana yang sekarang dikaitkan dengan penyakit Parkinson dan beberapa penyakit akibat degenerasi saraf. Natrium benzoat dapat menghambat pertumbuhan jamur yang biasa ditemukan pada minuman isotonik, maupun minumanminuman ringan lainnya. Dampak lain dari natium benzoat pengawet minuman isotonik adalah kanker. Hal tersebut dikarenakan vitamin C (ascorbic acid) yang ditambahkan dalam minuman isotonik akan bereaksi
dengan natrium benzoat menghasilkan benzen. Benzen tersebut dikenal sebagai polutan udara dan dapat menyebabkan menyebabkan kanker (Avicenna, 2008).
III. Penanggulangan Penanggulangan terhadap Dampak Pemakaian Natrium Benzoat
Semakin banyaknya isu terhadap bahaya bahan pengawet khususnya natrium
benzoat
menjadikan
konsumen
lebih
berhati-hati
dalam
mengonsumsi makanan, dan lebih memilih bahan-bahan alami yang aman bagi kesehatan. Pemakaian bahan pengawet berupa natrium benzoat harus benarbenar memperhatikan batas kadar pemakaiannya terhadap makanan, hal ini dimaksudkan untuk menghindari timbulnya efek negatif sebagai akibat konsumsi makanan atau minuman tersebut. International Programme on Chemical Safety tidak menemukan adanya dampak terhadap kesehatan manusia dengan dosis sebesar 647-825 mg/kg berat badan per hari. Degradasi Sodium Benzoat (yang dihasilkan dalam tubuh dari garam sodium) telah dipelajari secara detail dan menunjukkan bahwa bahan-bahan ini tidak berbahaya. Sekitar 75-80% dalam jangka waktu 6 jam dikeluarkan melalui urine sebagai asam hipurat dan asam benzoil glukoronat (± 10%), 0.1% melalui paru-paru sebagai CO2 dan 2% tertinggal dikarkas dan seluruh dosis akan dikeluarkan dari dalam tubuh dalam jangka waktu sekitar 10 jam. Batasan yang ditentukan untuk Sodium Benzoat dalam makanan bukan karena sifat racunnya, melainkan karena jumlahnya melebihi 0.1%, bahan ini dapat meninggalkan rasa tertentu di mulut (Nova, 2007). Asam benzoat (C6H5COOH) dan garamnya merupakan bahan pengawet yang banyak digunakan secara luas pada bahan makanan yang bersifat asam. Bahan ini efektif untuk mencegah pertumbuhan khamir, kapang dan bakteri pada tingkat keasaman pH 2.5 – 4.0. US FDA (Food Drug Administration) memuat pengawet benzoat dalam sebagai kategori aman atau GRAS (generally recognized recognized as safe). safe). Pengguna Penggunaan an pada produk produk makanan diperbolehkan tidak melebihi dari 0.1% atau 1000 ppm (Luthana,2008). Konsumsi terhadap minuman isotonik maupun makanan dan minuman lainnya yang mengandung bahan pengawet natrium benzoat hendaknya memperhatikan besarnya kadar natrium benzoat yang terdapat dalam produk. Produk yang telah memiliki ijin dari badan kesehatan
makanan dinilai lebih memberikan jaminan kelayakan untuk dikonsumsi. Konsumsi yang terlalu sering sebaiknya dihindari karena akan menimbulkan penumpukan bahan pengawet di dalam tubuh.
IV. Langkah Memilih Makanan yang Aman untuk Kosumsi
Meski tidak semua bahan pengawet berbahaya namun hendaknya tetap berhati-hati. Bahan pengawet yang dikatakan aman, akan menjadi berbahaya jika dikonsumsi melebihi dosis maksimum.ada beberapa alasan mengapa para pembuat makanan mengawetkan produk mereka. Salah satunya karena daya tahan kebanyakan makanan memang sangat terbatas dan mudah rusak ( perishable). Dengan pengawetan, makanan bisa disimpan berhari-hari,
bahkan
berbulan-bulan
dan
ini
jelas-jelas
sangat
menguntungkan pedagang. Alasan lain, beberapa zat pengawet berfungsi sebagai penambah daya tarik makanan itu sendiri. Berikut adalah beberapa cara untuk mengetahui aman atau tidaknya suatu produk makanan: 1) Amati apakah makanan tersebut berwarna mencolok atau jauh berbeda dari warna aslinya. Snack, kerupuk, mie, es krim yang berwarna terlalu mencolok ada kemungkinan telah ditambahi zat pewarna yang tidak aman. Demikian juga dengan warna daging sapi olahan yang warnanya tetap merah, sama dengan daging segarnya. 2) mencicipi rasanya. Makanan yang tidak aman umumnya berasa tajam, semisal sangat gurih dan membuat lidah bergetar. 3) perhatikan kualitas makanan tersebut, apakah masih segar, atau malah sudah berjamur yang bisa menyebabkan keracunan. Makanan yang sudah berjamur menandakan proses pengawetan tidak berjalan sempurna, atau makanan tersebut sudah kedaluwarsa. 4) mencium aromanya. Bau apek atau tengik pertanda makanan tersebut sudah rusak atau terkontaminasi oleh mikroorganisme.
5) Amati komposisinya. Bacalah dengan teliti adakah kandungan bahanbahan makanan tambahan yang berbahaya. 6) kriteria aman itu bervariasi. Aman buat satu orang belum tentu aman buat yang lainnya. Pada beberapa orang bahan pengawet tertentu dapat menimbulkan reaksi alergi. 7) Memastikan bahwa produk yang dikonsumsi telah terdaftar di Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) yang bisa dicermati dalam label yang tertera di kemasannya. kemasannya.
BAB III KESIMPULAN
1. Natrium benzoat digunakan sebagai bahan pengawet dalam minuman isotonik dimaksudkan untuk mencegah tumbuhnya bakteri dan khamir, bahan ini dalam tubuh bereaksi dengan asam amino glisin dengan hasil asam Hipurat ( Benzoilglisina) yang akan dikeluarkan bersama urin. 2. Konsumsi minuman isotonik yang yang mengandung mengandung bahan pengawet pengawet natrium benzoat secara terus-menerus akan berakumulasi dan menimbulkan dampak buruk terhadap kesehatan antara lain penyakit lupus, edema, kerusakan pada sel, dan kanker. 3. Dampak akan bahaya konsumsi minuman isotonik yang mengandung bahan pengawet
natrium benzoat dapat dihindari yaitu dengan
memperhatikan besarnya kadar natrium benzoat yang terdapat dalam produk. Produk yang telah memiliki ijin dari badan kesehatan makanan dinilai lebih memberikan jaminan kelayakan untuk dikonsumsi. Konsumsi yang terlalu sering sebaiknya dihindari karena akan menimbulkan penumpukan bahan pengawet di dalam tubuh. 4. Langkah pemilihan makanan yang aman dari bahaya bahan pengawet dapat dilakukan dengan cara memperhatikan keadaan fisik produk dari segi warna, rasa, bau, kesegaran, komposisi dan ada tidaknya ijin dari Badan Pengawas Obat dan Makanan yang dicantumkan dalam kemasan produk.
DAFTAR RUJUKAN
Himafarma, avicenna. 2008. Natrium benzoat menyebabkan kerusakan DNA??. (online), (http://health.groups.yahoo.com/grou (http://health.groups.yahoo.com/group/himafarma_avice p/himafarma_avicenna/message/1 nna/message/17, 7, diakses 13 Maret 2009).
Fadli, nova. 2007. Menelisik Minuman Isotonik . (online), (http://blog.its.ac.id/fadliwdt/2007/08/20/menelisik-minuman-isotonik/, diakses 13 Maret 2009).
Siswoyo. 2007. Waspadai Penggunaan Pengawet Natrium Benzoat dan Kalium Sorbat. (online), (http://www.gizi.net/cgibin/berita/fullnews.cgi?newsid117265 bin/berita/fullnews.cgi?newsid1172659584,64317, 9584,64317, diakses 13 Maret 2009).
Suara Karya. 2006. Produk Minuman Isotonik Berpengawet . (online), (http://www.suarakarya-online.com/news.h (http://www.suarakarya -online.com/news.html?id=160028, tml?id=160028, diakses 13 Maret 2009).
Nurcahyani. 2005. Analisis Kadar Natrium Benzoat dan Jenis Zat Aditif Pewarna Pada Saus tidak Bermerk di Pasar Dinoyo Malang. (Online), (http://digilib.umm.ac.id/go.php?id=jiptummpp-gdl-s1-2 (http://digilib.umm.ac.id/g o.php?id=jiptummpp-gdl-s1-2005-nurcahya 005-nurcahyanini3390, diakses tanggal 13 Maret 2009).
Kastanya, luthana. 2008. Natrium Benzoat . (Online), (http://yongkikastanyaluthana.wor (http://yongkikastanyaluthana.wordpress.com/categ dpress.com/category/natrium-benzoat/, ory/natrium-benzoat/, diakses tanggal 13 Maret 2009).