ARTIKEL EKOLOGI HEWAN KOMPONEN ABIOTIK HEWAN HUTAN
NELLA MUTHMAINI NIM. 16177024
Dosen Pembimbing: Dr. Abdul Razak, M.Si.
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS NEGERI PADANG 2016
ARTICLE KOMPONEN ABIOTIK HEWAN HUTAN Nella Muthmaini, Abdul Razak Program Studi Pendidikan Biologi, Program Pascasarjana Universitas Negeri Padang Correspondence to:
[email protected] Abstrak Hutan adalah suatu asosiasi kehidupan, baik tumbuh-tumbuhan (flora) maupun binatang (fauna) dari yang sederhana sampai yang bertingkat
tinggi
dan
dengan
luas
sedemikian
rupa
serta
mempunyai kerapatan tertentu dan menutupi areal, sehingga dapat membentuk iklim mikro tertentu. Hal ini mempertegas bahwa komponen utama penyusun hutan adalah komunitas flora dan fauna yang saling berkaitan satu sama lain. Keberadaan flora dan fauna yang menjadi satu-kesatuan dalam menyusun ekosistem hutan dan membentuk keanekaragaman hayati.
Pendahuluan Hutan merupakan ekosistem alami yang sangat kompleks, berfungsi sebagai gudang plasma nutfah, komponen penentu kesetabilan alam, produsen oksigen,tempat penyimpanan air, penahan longsor, sumber kehidupan, sumber daya alam yang memberikan devisa,dan sumber pemenuhan kebutuhan masyarakat. Selain itu, berpotensi juga sebagai obyek wisata alam, sarana penelitian dan mengagumi keagungan ciptaan Tuhan Yang Maha Esa (Djoko Marsono 2004; Bhattarai & Conway 2008; Indriyanto
2010).
Keanekaragaman
spesies
vegetasi
hutan
sangat
bervariasi yang dipengaruhi oleh berbagai faktor baik lingkungan fisik, kimia, dan iklim yang saling berhubungan secara rumit sehingga membentuk suatu ekosistem yang unik (Fitter & Hay 1992; Nahdi et al. 2012). Hutan Indonesia merupakan salah satu hutan tropis terluas ketiga di dunia
dan
ditempatkan
pada
urutan
kedua
dalam
hal
tingkat
keanekaragaman hayatinya. Keanekaragaman hayati yang ada terdapat di
bumi Indonesia meliputi: 10% spesies tanaman berbunga, 12% spesies mamalia,16% spesies reptilia dan amfibia, 17% spesies burung, Hutan merupakan salah satu habitat dari bermacam-macam jenis burung. Secara alamiah hutan dengan berbagai jenis tumbuhan akan menyediakan sumber makanan berupa biji-bijian dan buah bagi burung yang menjadi penghuninya, akan memberikan rasa aman bagi satwa tersebut untuk bersarang dan berkembangbiak. Keanekaragaman struktur habitat berpengaruh pada keanekaragaman jenis burung. Struktur hutan memberikan pengaruh nyata terhadap burung yang tinggal di dalam habitat tersebut (Sayogo, 2009). Hutan mempunyai banyak arti yaitu berperan dalam siklus hidrologi, memelihara kesuburan tanah, sebagai sumber keanekaragaman genetik, serta mencegah terjadinya banjir. Hutan mempunyai peranan yang sangat besar sebagai penyangga kehidupan, dimana bila hutan masih alami atau ekosistem hutannya belum terganggu maka semua fungsi dari hutan tersebut dapat berjalan dengan baik. Apabila terjadi kesalahan dalam pengelolaan salah satu sumberdaya alam maka akan sangat mempengaruhi sumber daya alam lainnya. Nilai ekologi dari hutan Kampung Wasur Distrik Merauke Kabupaten Merauke bukan saja berperan penting bagi kehidupan masyarakat di sekitar kampung, namun juga berperan sebagai habitat bagi berbagai macam fauna. Nilai ekologi hutan Kampung Wasur bagi masyarakat yaitu sebagai kawasan untuk menyuplai air bersih bagi masyarakat Kampung Wasur maupun kampung disekitarnya. Arief (1994) mengatakan bahwa hutan dengan pepohonan yang rapat akan mampu menyimpan jutaan liter air. Hutan juga merupakan gudang penyimpan air dan tempat penguapan air hujan dan embun yang pada akhirnya akan mengalir ke sungai-sungai yang memiliki mata air. Selain berfungsi sebagai penyuplai air, hutan Kampung Wasur juga mempunyai nilai ekologi yang lain yakni sebagai habitat bagi beberapa jenis fauna. Berbagai jenis serangga seperti semut, lalat, belalang, beberapa jenis burung serta jenis-jenis mamalia seperti kanguru dan rusa memanfaatkan hutan ini sebagai habitat tempat hidupnya. Sarang semut raksasa yang terdapat di hutan ini merupakan objek menarik untuk dipelajari. Nilai ekologi lain yang dimiliki oleh hutan ini yaitu berfungsi mencegah banjir mengingat rendahnya letak daratan terhadap permukaan air laut, memelihara iklim global yang menyangkut suhu, kelembapan udara dan curah hujan di daerah Merauke dan sekitarnya dikarenakan iklim Kabupaten Merauke yang mempunyai perbedaan menyolok antara musim penghujan dan musim kemarau. Nilai ekologi yang tidak kalah pentingnya yaitu berperan dalam siklus hidrologi dan memelihara kesuburan tanah.
Pembahasan Komponen Abiotik Hewan Hutan
1. PH Tanah Salah satu faktor lingkungan terukur dan cukup penting adalah keasaman
(pH)
tanah
Keasaman
tanah
(pH)
yang
tinggi
sangat
menentukan semua reaksi yang ada, sehingga di dalam tanah akan terbentuk NO3 dan NH 4. Hal tersebut terlihat bahwa semakin tinggi pH semakin tinggi pula nilai keanekaragamannya, 2. Suhu Suhu tanah rata–rata pada pohon di hutan biasanya adalah misalnya pinus 26,8°C, akasia 24,7°C dan kayu putih 36,6°C. Temperatur yang sangat tinggi dapat menyebabkan kerusakan yang berat pada daun tumbuhan, disebabkan oleh penutupan stomata sebagai respon terhadap stress air daun (Fitter 1992). Selain itu temperatur yang tinggi pada vegetasi
akan
menyebabkan
gangguan
terhadap
metabolisme
sel,mungkin karena denaturasi protein, produksi zat-zat beracun atau kerusakan
membran
sel
(Chaplin
et
al.
2011).Kondisi
demikian
menunjukkan bahwa tumbuhan lantai semak dan herba memiliki toleransi untuk tumbuh dengan baik pada kisaran suhu antara 24–27°C sedangkan untuk rumput lebih kecil dari 24°C. Salah satu faktor penentu 3. Intensitas Cahaya Intensitas cahaya mempunyai perbedaan sangat nyata, hal ini terjadi kemungkinan karena faktor jarak penanaman antara tanaman sangat
rapat
atau
umur
pohon
yang
sudah
cukup
tua.
Hal
ini
menyebabkan penutupan kanopi akan semakin luas sehingga cahaya matahari yang masuk semakin sedikit dan berakibat intensitas cahaya kecil. Keadaan naungan pinus sangat teduh, yang diakibatkan oleh daundaun, ranting dan batang menyebabkan dasar hutan sangat sedikit mendapat
sinar
matahari
dalam
intensitas
yang
sama
dengan
jangkauannya dengan daerah yang terbuka. Intensitas cahaya merupakan sumber
energidalam
proses
fotosintesa
untuk
memproduksi
tepung/karbohidrat dan oksigen namun apabila memiliki nilai yang tinggi dapat menghambat pertumbuhan karena pengurangan hormon auksin.
4. Kelembaban tanah Kelembaban tanah berpengaruh
terhadap
kehadiran
spesies,
semakin tinggi kelembabab menunjukkan semakin banyak air yang dapat diserap tumbuhan dan mendukung pemanjangan sel. Beberapa jenis pohon yang memiliki kelembaban yang tinggi Naungan Pinus memiliki kelembaban cukup tinggi yaitu 72,7%, Akasia 66,2% dan naungan Kayu putih tertinggi dibandingkan dua naungan lainnya yaitu 82,6%, pada kondisi normal seharusnya semakin tinggi kelembaban semakin tinggi pula
keaneragaman
spesiesnya.Hal
ini
menunjukkan
bahwa
pada
penelitian ini kelembaban tidak menjadi faktor yang berpengaruh terhadap tinggi rendahnya keanekaragaman hayati, kemungkinan ada faktor lain yang tidak terukur pada penelitian ini dan merupakan faktor pembatas. Sehingga hanya semak, herba, dan rumput tertentu saja yang mampu beradaptasi atau merespon dengan kelembaban tanah pada masing-masing naungan. Kelembaban sebagai ketersediaan air untuk pertumbuhan dan proses vital tumbuhan ditentukan oleh banyaknya hujan, khususnya yang jatuh di suatu daerah selama setahun (Polunin 1990).
DAFTAR PUSTAKA
Arief, A. 1994. Hutan Hakikat dan Pengaruhnya Terhadap Lingkungan. Yayasan Obor Indonesia. Jakarta. Fitter, A.H. & Hay, R.K.M. 1992. Fisiologi lingkungan tanaman (penerjemah Sri Andayani dan Purbayanti).Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Nahdi, Maizer Said, Djoko Marsono, Tjut Sugandawati,M & Baiquni. 2012 . konservasi ekosistem lahan kritis untuk pemenuhan hak hidup masyarakat (Studi Kasus di Imogiri Yogyakarta). Millah XII (1): 124–142. Polunin, N. 1990. Pengantar geografi tumbuhan dan beberapa ilmu serumpun. judul asli introduction to plant geography and some realted science. Penerjemah Gembong T. editor Wibisono S. Yogyakarta: UGM Sayogo, A. P. 2009. Keanekaragaman Jenis Burung Pada Beberapa Tipe Habitat di Taman Nasional Lore Lore Lindu Provinsi Sulawesi Tengah. Skripsi.Fakultas Kehutanan Institut PertanianBogor