PATOFISIOLOGI PATOFISIOLOGI KERATITIS a. Keratitis
Kare Karena na korn kornea ea bersi bersifa fatt avask avaskul uler er,, maka maka meka mekani nism smee pert pertah ahan anan an pada pada wakt waktu u peradangan tidak segera berlangsung, seperti pada jaringan lain yang mengandung banyak vaskularisasi. Maka badan kornea, wandering cell dan sel-sel lain yang terdapat dalam stroma kornea, segera bekerja sebagai makrofag, baru kemudia disusun dengan dilatasi pembuluh darah yang terdapat di limbus dan tampak sebagai injeksi perikornea. Sesudahnya baru terjadi infiltrasi dari sel-sel mononuclear, sel plasma, polimorfonuklear (M!" yang mengakibatkan timbulnya infiltrat, yang tampak sebagai bercak bewarna kelabu, keruh dengan batas-batas tak jelas dan permukaan tidak licin, kemudian dapat terjadi kerusakan epitel dan timbulah ulkus kornea (# aughan, $%%&". Kornea mempunyai banyak serabut saraf maka kebanyakan lesi pada kornea baik superfisial maupun profunda dapat menimbulkan rasa sakit dan fotofobia. 'asa sakit juga diperberat dengan adanya gesekan palpebra (terutama palpebra superior" pada kornea dan menetap sampai sembuh. Kontraksi bersifat progresif, regresi iris, yang meradang dapat menimbulkan fotofobia sedangkan iritasi yang terjadi pada ujung saraf kornea merupakan fenomena reflek yang berhubungan dengan timbulnya dilatasi pada pembuluh iris. otofobia yang berat pada kebanyakan penyakit kornea minimal pada keratitis herpes karena hipestesi terjadi pada penyakit ini, yang juga merupakan anda diagnostik berharga. Meskipun berair mata fotofobia umumnya umumnya menyertai penyakit penyakit kornea, umumnya umumnya tidak ada tahi mata kecuali pada ulkus bakteri purulen (# aughan, aughan, $%%&". Karena kornea berfungsi sebagai jendela bagi mata dan membiasakan bekas cahaya, lesi kornea umumnya agak mengaburkan penglihatan, terutama kalau letaknya di pusat (# aughan, $%%&".
++/ K0'+11S
aktor eksternal) virus,
faktor internal) hipersensitivitas,
jamur,bakteri
gangguan !ervus, trigeminus, idiopatik
mengenai lapisan kornea mata
gangguan sensilibilitas * metabolisme kornea
inflamasi kekeringan pada terbentuknya infiltrasi,
permukaan kornea
sel plasma, pada konjungtiva dan kornea
abrasi pada lapisan kornea
penimbunan infiltrat
kerusakan epitel mata
pada kornea
kerusakan epitel sel kornea
ulserasi pada kornea
K0'+11S
eradangan
meransang kejernihan * kelengkungan kornea
elepasan mediator kimia (bradikinin,
prostaglandin, serotin, histamine"
merangsang pembiasan cahaya ke retina
Meransang nosiseptor serabut nyeri( delta 2"
pandangan kabur
Meransang spinal
penurunan fungsi pengelihatan
thalamus di hipotalamus penurunan ketajaman pengelihatan '0S1K6 2070'+
cortek serebri NYERI
perubahan status kesehatan
kurang pengetahuan
dapat menularkan pada orang lain 3 orang sehat
RESIKO INFEKSI
DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. 4angguan persepsi sensori5 penglihatan berhubungan dengan inflamasi pada kornea 2. !yeri berhubungan dengan proses inflamasi5 iritasi atau infeksi pada mata 3. 'esiko tinggi cidera berhubungan dengan penurunan ketajaman penglihatan
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN No.
8
Diagnosa keera!tan 4angguan persepsi sensori5 penglihatan berhubungan dengan inflamasi pada kornea
NOC
NIC
a. #ision compensation behaviour englihatan •
a. 0ye 2are Monitor adanya kemerahan dan • •
meningkat •
!yeri berhubungan dengan proses inflamasi5 iritasi atau infeksi pada mata
a. ain level !yeri berkurang • Mampu •
•
mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri". Mampu
mengontrol nyeri b. 2omfrot level Menyatakan rasa •
•
nyaman setelah nyeri berkurang anda vital dalam rentang normal
penglihatan atau tes tajam penglihatan. 1ntruksikan pasien untuk tidak
•
menyentuh mata. monitor reflek kornea. +njurkan pasien untuk
•
menggunakan kaca mata katarak. 9akukan tindakan untuk
•
membantu pasien menangani keterbatasan penglihatan. 7orong pasien untuk
•
$
adanya eksudat. entukan derajat penurunan
mengekspresikan perasaan tentang kehilangan penglihatan. a. ain management 9akukan pengkajian nyeris •
•
ecara komperhensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presifitasi 6bservasi reaksi nonverbal dari
•
ketidaknyamanan Kontrol lingkungan yang dapat
• •
mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan. Kurangi faktor presipitasi nyeri +njurkan tentang teknik non
farmakologi b. +nalgesic administrasion entukan lokasi, karakteristik •
•
• •
kualitas. 7an derajat nyeri sebelum pemberian obat. 2ek intruksi dokter tentang jenis obat, dosis, dan frekuensi 2ek riwayat alergi Monitor vital sign sebelum dan
:
'esiko tinggi a. 'isk kontrol Klien terbatas • cidera berhubungan dari cidera dengan penurunan Klien mampu • ketajaman menjelaskan cara penglihatan atau metode untuk mencegah injuri atau cidera Klien mampu • menjelaskan faktor resiko dari lingkungan atau perilaku personal
sesudah pemberian analgetik pertamakali a. 0nvironment management (management lingkungan" Sediakan lingkungan yang • •
aman untuk pasien Menghindarkan lingkungan
•
yang berbahaya (misalkan memindahkan perabotan". Memasang side rail tempat
•
tidur Menyediakan tempat tidur yang nyaman dan bersih.