PT. PLN (Persero) PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
1. PENGENALAN SUTT/SUTET
1.1. Pendahuluan Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) dan Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET) berfungsi untuk menyalurkan tenaga listrik dari Pusat Pembangkit ke Gardu Induk atau dari Gardu Induk ke Gardu Induk atau dari Gardu Induk ke konsumen tegangan tinggi. Berdasarkan besaran tegangan yang saat ini masih digunakan PLN, SUTT memiliki tegangan 70 kV dan 150 kV sedangkan SUTET memiliki tegangan 500 kV. Pembangunan SUTT/SUTET adalah merupakan rangkaian proses yang panjang yang dimulai dari survey jalur, pengadaan lahan, pekerjaan pondasi, pengadaan material (tower, konduktor, isolator dan asesoris), erection tower, pembebasan jalur dari tanaman dan tumbuhan (ROW) dan pemasangan konduktor (stringing). Kegiatan pemasangan konduktor merupakan bagian akhir dari seluruh rangkaian proses pembangunan SUTT / SUTET namun bukan merupakan kegiatan yang mudah. Ada faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat keberhasilah penarikan konduktor ini. Secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan penarikan konduktor ini terdiri atas faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal yang menentukan keberhasilan penarikan konduktor adalah : -
Tahapan pembangunan SUTT / SUTET yang mengawali sebelum penarikan kawat dilakukan, telah diselesaikan seluruhnya. Penarikan konduktor tidak bisa dilakukan apabila didalam satu section penarikan masih ada tower yang belum berdiri lengkap atau urugan tanahnya belum sempurna bahkan apabila tahanan pembumiannya belum sesuai dengan spesifikasi teknis.
-
Bisa juga penarikan dimulai untuk beberapa section penarikan namun harus ada jaminan bahwa pada saat kegiatan di section penarikan telah dilakukan, section yang lainnya harus sudah siap. Dengan demikian diharapkan tidak ada kekosongan kegiatan penarikan karena hal ini akan mengakibatkan target penyelesaian jalur tidak tercapai.
On Becoming the Center of Excellence 1
PT. PLN (Persero) PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
-
Tersedianya dana pendukung operasional penarikan konduktor
-
Tidak adanya permasalahan sosial di sepanjang jalur SUTT / SUTET.
Faktor internal yang menentukan keberhasilan penarikan konduktor adalah: -
Tersedianya peralatan penarikan konduktor dengan jumlah yang cukup untuk melaksanakan penarikan secepat mungkin,
-
Tersedianya SDM yang benar-benar terampil serta berpengalaman (berkompeten) di bidang penarikan konduktor. Penarikan Konduktor pada dasarnya adalah Kerja Tim yang melibatkan PLN
selaku pemilik proyek dan Kontraktor selaku pelaksana. Setiap individu didalam Tim tersebut harus dapat bekerja sama secara sinergis untuk melaksanakan kegiatan penarikan konduktor sesuai jadwal yang sudah disepakati bersama. Peran PLN dalam Tim tersebut utamanya adalah : Memastikan kebutuhan material (konduktor, GSW/OPGW, isolator, asesoris) untuk stringing tersedia lengkap. Memastikan bahwa proses pembayaran untuk ROW berjalan lancar. Memastikan bahwa semua permasalahan sosial yang timbul dapat diselesaikan dengan baik. Memastikan koordinasi dengan pihak – pihak yang terkait untuk kelancaran proses penarikan berjalan dengan baik. Sedangkan peran Kontraktor dalam Tim adalah :
Memastikan peralatan utama (engine dan tensioner) dan peralatan bantu stringing berfungsi baik dan cukup lengkap.
Memastikan regu pembersihan jalur, regu penarikan, regu sagging clamping terampil dan cukup jumlahnya.
Memastikan akomodasi (base camp), transportasi, peralatan safety dan penempatan peralatan stringing terlaksana dengan baik.
Memastikan bahwa upah buruh pekerja dapat dibayar sesuai jadwal.
On Becoming the Center of Excellence 2
PT. PLN (Persero) PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
Apabila Tim Stringing dapat bersinergis maka diharapkan proses penyelesain pekerjaan pemasangan konduktor dapat mememnuhi target waktu yang ditentukan. 1.2. Pengenalan SUTT/SUTET Secara umum setiap SUTT/SUTET terdiri dari : -
Pondasi
-
Tower
-
Konduktor dan kawat tanah
-
Isolator dan kelengkapannya
-
Asesoris
1.2.1. Pondasi Pondasi adalah suatu bangunan dibawah tanah sebagai titik tumpu berdirinya tower. Bangunan pondasi harus kuat karena tower yang berdiri diatasnya memberikan 2 (dua) jenis gaya, yaitu : -
Gaya vertikal yang dihasilkan oleh beratnya tower
-
Gaya transversal yang dihasilkan oleh adanya tiupan angin dan tarikan konduktor
Kekuatan pondasi dipengaruhi oleh kondisi tanah dimana pondasi itu dibangun. Luasan tanah yang diperlukan untuk membangun pondasi tower ditentukan berdasarkan jenis tower yang akan dibangun. Pada umumnya kebutuhan luasan tanah untuk lattice tower yang banyak dibangun PLN adalah sebagai berikut :
Tower Lattice Suspension Tension
Luasan tanah yang diperlukan (m2) 70 kV 150 kV 500 kV 8x8 10 x 10
12 x 12 15 x 15
25 x 25 35 x 35
Adapun jenis – jenis tanah yang biasa dijumpai adalah : tanah normal, tanah berlumpur, tanah berpasir dan tanah berbatu. Dengan demikian, jenis pondasi tower dapat dikelompokkan berdasarkan jenis tanahnya sebagai berikut : a. Normal Fondation Adalah jenis pondasi untuk tanah normal seperti gambar berikut ini : On Becoming the Center of Excellence 3
PT. PLN (Persero) PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
Stub
Plinth
Chimney
Slab
Pondasi Normal b. Special Fondation Pondasi ini dipergunakan untuk keadaan tanah yang lembek. Pondasi ini tidak perlu tinggi tapi harus lebar untuk menjaga agar tower tidak roboh (L x L = L 2). c. Rock Fondation Jenis pondasi ini dipergunakan pada tanah berbatuan dimana bearing capacity tanahnya > 5 Kg/cm2. Semua pondasi di cor, chimney tidak perlu tinggi (30 – 50 cm) dan hanya untuk membungkus besi stub agar tidak karatan. d. Raft Fondation Jenis pondasi ini dipergunakan untuk daerah yang keadaan tanahnya sangat lembek dan berair. Ketinggian pondasi kurang lebih 50 cm namun cukup luas dan lebih besar dari pondasi spesial jadi seperti rakit dan seolah – olah mengambang. e. Auger Fondation (Bor Pile) Jneis pondasi ini dipergunakan sebagai pengganti pondasi tipe normal pada kondisi lahan yang cukup sulit. f. Rock Drilled Fondation Jenis pondasi ini merupakan perbaikan dari tipe rock dengan membuat beberapa lobang dengan diameter 10 cm dan kedalaman 6 – 10 m dengan menggunakan peralatan Jack Hammer. Setiap lobang diisi dengan besi beton dan diberi cabang cabang yang dilas untuk menjaga agar batang besi beton tepat ditengah lobang. On Becoming the Center of Excellence 4
PT. PLN (Persero) PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
Setelah pembesian kemudian dilakukan pengecoran dengan semen cair dan sedikit pasir dan dipadatkan dengan menggunakan vibrator. g. Special Pile Jenis pondasi ini merupakan pengembangan dari jenis special. Dibuat dengan concrete cetakan dengan penampang bujur sangkar (30x30 cm atau 40x40 cm) atau penampang lingkaran dengan diameter 30 – 40 cm. 1.2.2. Tower Tower adalah struktur bangunan tinggi diatas pondasi yang berfungsi untuk memikul beban konduktor dan kawat tanah. Tower listrik harus kuat terhadap beban yang bekerja padanya, antara lain yaitu: - Gaya berat tower dan kawat penghantar (gaya tekan). - Gaya tarik akibat rentangan kawat. - Gaya angin akibat terpaan angin pada kawat maupun badan tower. Tower dapat dibedakan berdasarkan material konstruksi dan fungsi. Berdasarkan struktur material, ada 2 jenis tower yaitu : a. Tower rangka baja. Tower rangka baja adalah jenis tower yang strukturnya disusun dari material baja. Ada dua jenis tower tower rangka baja yaitu steel pole dan lattice tower. i) Konstruksi steel pole tower terbuat dari baja berbentuk pipa (tubular). Tower jenis ini banyak digunakan didaerah perkotaan karena tidak membutuhkan lahan untuk pondasi yang luas. ii) Konstruksi lattice tower terbuat dari baja siku dan plat. Tower jenis ini banyak digunakan diluar perkotaan karena membutuhkan lahan pondasi yang luas. Ada beberapa model tower lattice, seperti : Triangle Arrangement digunakan untuk single circuit 3 phasa, satu earth wire. Horisontal Arrangement digunakan untuk single circuit 3 phasa, dua earth wire. Piramide Vertical Arrangement digunakan untuk double circuit 3 phasa, satu atau dua earth wire. On Becoming the Center of Excellence 5
PT. PLN (Persero) PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
b. Tower beton Konstruksi tower beton sama seperti tower steel pole, hanya saja materialnya terbuat dari beton. Berdasarkan fungsinya ada dua jenis tower, yaitu tower penyanggah (suspension tower) dengan sudut penyimpangan < 3 0 dan tower tarik (tension tower) dengan sudut penympangan > 30. Tabel berikut memperlihatkan penamaan tipe tower berdasarkan besaran sudut penyimpangan: TEGANGAN TINGGI
TEGANGAN EXTRA TINGGI SINGLE DOUBLE SINGLE DOUBLE . SUDUT SUDUT CIRCUIT CIRCUIT CIRCUIT CIRCUIT 0 0-2 1. A AA A AA 3-20 2-10 2. B BB B BB 20-60 10-30 3. C CC C CC 60-90 30-60 4. D DD D DD >90 60-90 5. E EE E EE >90 0-45 6. DR DDR F FF Jenis – jenis tower suspension dan tower tension berdasarkan fungsinya dilapangan No
sebagai berikut : a. Dead end tower, yaitu tiang akhir yang berlokasi di dekat Gardu induk, tower ini hampir sepenuhnya menanggung gaya tarik. b. Section tower, yaitu tiang penyekat antara sejumlah tower penyangga dengan sejumlah
tower
penyangga
lainnya
karena
alasan
kemudahan
saat
pembangunan (penarikan kawat), umumnya mempunyai sudut belokan yang kecil. c. Suspension tower, yaitu tower penyangga, tower ini hampir sepenuhnya menanggung gaya berat, umumnya tidak mempunyai sudut belokan. d. Tension tower, yaitu tower penegang, tower ini menanggung gaya tarik yang lebih besar daripada gaya berat, umumnya mempunyai sudut belokan. e. Transposision tower, yaitu tower tension yang digunakan sebagai tempat melakukan perubahan posisi kawat fasa guna memperbaiki impendansi transmisi. f. Gantry tower, yaitu tower berbentuk portal digunakan pada persilangan antara dua Saluran transmisi. Tiang ini dibangun di bawah Saluran transmisi existing. On Becoming the Center of Excellence 6
PT. PLN (Persero) PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
g. Combined tower, yaitu tower yang digunakan oleh dua buah saluran transmisi yang berbeda tegangan operasinya. Bagian – bagian tower diperlihatkan pada gambar berikut ini :
Peak Cross Arm
Upper Cross Arm
Middle Cross Arm
Lower Cross Arm
Body Parts (BP I sd BP IV)
Body Extension (+ 0, + 3, + 6, + 9)
Kaki Tower (Leg)
1.2.3. Konduktor dan Kawat Tanah
On Becoming the Center of Excellence 7
PT. PLN (Persero) PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
Konduktor (kawat penghantar) berfungsi untuk mengalirkan arus listrik dari suatu tempat ke tempat lainnya. Penghantar untuk saluran transmisi lewat udara (Overhead Lines) adalah kawat-kawat tanpa isolasi (bare, telanjang) yang bentuknya : -
padat (solid),
-
berlilit (stranded) atau
-
berongga (hollow),
dan terbuat dari logam biasa, logam campuran (alloy) atau logam paduan (composite). Untuk tiap-tiap fasa penghantarnya dapat berbentuk tunggal maupun sebagai kawat berkas (bundled conductors). Menurut jumlahnya ada berkas yang terdiri dari dua, tiga atau empat kawat. Kawat berkas penggunaannya untuk menyalurkan
daya
dalam
jumlah
besar.
Beberapa
SUTT
terutama
yang
diperhitungkan atau direncanakan untuk menyalurkan daya dalam jumlah yang besar, kawat berkas digunakan dalam sistem tegangan ekstra tinggi.
Konduktor berkas 2 kawat (twin conductors)
Konduktor berkas 4 kawat (quadruple)
Bahan konduktor yang dipergunakan untuk saluran energi listrik perlu memiliki sifat sifat sebagai berikut : a. konduktivitas tinggi b. kekuatan tarik mekanikal tinggi c. tidak berat d. biaya rendah e. tidak mudah patah
On Becoming the Center of Excellence 8
PT. PLN (Persero) PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
Untuk memenuhi syarat ini biasa digunakan bahan aluminium atau tembaga. Kawat yang dipasang tidak solid melainkan terdiri atas jalinan beberapa kawat (stranded). Jenis-jenis konduktor yang banyak digunakan pada SUTT/SUTET PLN saat ini antara lain : a. Konduktor ACSR (Alluminium Conductor Steel Reinforced) Konduktor ACSR terdiri dari aluminium dan baja dimana kawat baja berfungsi memikul
kekuatan
mekanikal
sedangkan
aluminium
berfungsi
sebagai
penghantar. b. Konduktor TACSR (Thermal ACSR) Konduktor ini merupakan pengembangan dari ACSR yang mempunyai kuat hantar arus lebih tinggi 1,5 kali ACSR. Hal ini disebabkan TACSR memiliki kemampuan tahan panas yang lebih tinggi daripada ACSR sehingga saat dibebani tinggi konduktor mengalami pemuaian yang lebih dibanding ACSR biasa. c. Konduktor GTACSR (Gap Thermal ACSR) Konduktor GTACSR merupakan teknologi baru setelah TACSR yang mempunyai karakteristik hantar arus kurang lebih 1,6 kali sampai 2 kali. d. Konduktor ACCC (Aluminium Conductor Compsite Core) Konduktor ACCC mempunyai kuat hantar arus kurang lebih 2 kali dibandingkan konduktor ACSR. Tabel capacity penyaluran daya untuk berbagai jenis dan ukuran konduktor dapat dilihat pada lampiran 1. Kawat Tanah atau yang biasa disebut denga Ground Steel Wire (GSW) biasanya terdiri dari lilitan kawat baja (St 35 atau St 50) yang ditempatkan diatas kawat penghantar berfungsi sebagai pelindung kawat penghantar terhadap
On Becoming the Center of Excellence 9
PT. PLN (Persero) PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
sambaran petir langsung. Selain GSW, kawat tanah lainnya yang banyak digunakan adalah jenis OPGW (Optic Ground Wire). Kawat Tanah jenis OPGW terdiri dari lilitan kawat aluminium baja (ACS : Alluminium Clad Steel Wire) yang berintikan kawat aluminium berongga. Rongga ini ditempati oleh saluran fiber optik yang digunakan untuk keperluan telemetering, telekomunikasi, teleproteksi, teledata dan lain sebagainya. 1.2.4. Isolator dan kelengkapnnya. Isolator berfungsi untuk memisahkan konduktor yang bertegangan dengan tower yang terhubung dengan tanah. Isolator dipasang atau digantung pada cross arm (travers) sedangkan konduktor yang bertegangan dipasang pada jepit isolator. Isolator dibuat dari bahan porselen, gelas atau polymer (composite) dan memiliki kekuatan yang mampu untuk memikul beban mekanikal dan elektrikal.
Renteng isolator SUTET 500 kV siap dirangkai untuk dipasang di tower On Becoming the Center of Excellence 10
PT. PLN (Persero) PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
Panjang jarak rayap isolator (creepage distance) adalah panjang jarak yang diukur dari salah satu elektroda menyusuri bentuk permukaan isolator hingga elektroda yang lain. Dengan demikian jarak rayap yang besar mempunyai tahanan permukaan yang tinggi. Berdasarkan panjang jarak rayap ini kemudian ditentukan jumlah renteng isolator untuk besaran tegangan yang digunakan sebagai berikut : a. 70 kV = 5 piringan isolator b. 150 kv = 12 piringan isolator c. 500 kV = 30x2 = 60 piringan isolator (tergantung type tower) Type Isolator : a. Fog b. Anti Fog c. Special Fog Macam-macam pemasangan isolator : a. Single suspension isolator
b. Double Suspension Isolator
On Becoming the Center of Excellence 11
PT. PLN (Persero) PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
c. Model V : Suspension Isolator (untuk 500 kV)
d. Strain Isolator (untuk tower sudut)
String set adalah perlengkapan untuk memegang konduktor agar tidak jatuh. String set terdiri dari : Suspension dan tension Suspension set terdiri dari: -
Shackle,
-
Ball eye,
-
Arcing horn,
-
Insulator,
-
Socket tongue,
-
Suspension clamp,
-
Armorod.
Tension string set terdiri dari : -
Straight link,
-
Sackle,
On Becoming the Center of Excellence 12
PT. PLN (Persero) PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
-
Yoke plate,
-
Ball clevis,
-
Single racket,
-
Arcing horn,
-
Insulator,
-
Sag adjuster,
-
Dead end clamp.
-
Terminal Jumper.
1.2.5. Asesoris Asesoris adalah peralatan yang digunakan pada konduktor dan kawat tanah untuk memenuhi ketentuan teknis yang dipersyaratkan. Beberapa asesoris yang digunakan pada SUTT/SUTET adalah sebagai berikut : a) Sambungan Konduktor (Joint) Sambungan (Joint) ini biasa dipakai untuk menyambung konduktor saat penarikan karena adanya keterbatasan panjang dalam satu drum (haspel) konduktor. Sambungan (joint) harus memenuhi beberapa persyaratan antara lain : a.
konduktivitas listrik yang baik
b.
kekuatan mekanis dan ketahanan yang tangguh.
Dalam proses penyambungan konduktor, perlu diperhatikan :
Joint jangan terlalu dekat dengan titik tower (sebaiknya > 25 meter dari cross arm)
Joint jangan dilakukan di lokasi crossing (persilangan) dengan utilities lainnya seperti rel KA, jalan raya, sungai, SUTT/SUTET lainnya dll.
Dalam 1 span sebaiknya hanya ada 1 joint.
b) Perentang (spacer) Perentang (spacer) dipasang untuk kawat berkas agar konduktor dalam satu fasa tidak mendekat atau bertumbukan karena adanya gaya elektromekanis atau angin. Spacer dipasang di dekat tiang dengan jarak sesuai ketentuan yang berlaku dalam
On Becoming the Center of Excellence 13
PT. PLN (Persero) PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
kontrak, pada umumnya 15 – 40 meter untuk SUTT 150 kV dan 75 meter untuk SUTET 500kV dan ditengah span (midspan).
Spacer untuk Konduktor berkas 4 kawat (quadruple)
c) Pelindung Konduktor (armour rod) Pelindung konduktor yang oleh pekerja biasa disebut Armour rod dipasang di tower suspensi untuk melindungi konduktor dari jepitan fitting suspension clamp saat konduktor bergerak karena pengaruh angin (swing).
Arching horn
Armour
rod
Damper konduktor
On Becoming the Center of Excellence 14
PT. PLN (Persero) PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
d) Peredam (damper) Peredam (damper) dipasang dekat pengapit (fitting clamp isolator) untuk menghidarkan kelelahan penghantar karena getaran (vibration).
e) Jumper terminal Adalah terminal untuk pennyambung konduktor pada tiang tension. f) Arcing Horn Adalah tanduk api untuk menghindarkan terjadinya loncatan api listrik akibat kelebihan
muatan sehingga loncatan api listrik terjadi antar arcing horn bukan
antar konduktor dengan tiang melalui permukaan isolator. g) Dead-end clamp Adalah
kompresion klem yang dipasang pada tiang tension untuk menjepit
konduktor. h) Sag Adjuster Adalah peralatan untuk memudahkan/mengatur andongan konduktor pada waktu sagging . i) Yoke Plate Adalah peralatan transmisi yang digunakan untuk menggantungkan isolator (suspension) dan memegang tarikan konduktor pada tiang tension. j) Suspension Clamp Adalah
klem
yang
berfungsi
untuk
memegang
konduktor
pada
tiang
penyangga(suspension tower). Gambar selengkapnya dari aksesoris string set tersebut lampiran. k) Protector tube
On Becoming the Center of Excellence 15
bisa dilihat pada
PT. PLN (Persero) PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
Adalah alat untuk mengamankan sambungan /Joint konduktor supaya tidak terjadi kerusakan pada waktu konduktor ditarik melalui montage roll.
2. PERALATAN STRINGING DAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD)
Peralatan kerja penarikan konduktor antara lain : -
Engine winch (mesin penarik)
-
Tensioner (mesin penegang)
-
Montage roll untuk konduktor
-
Montage roll untuk GSW
-
Mesin press (Hydraulic pressure machine)
-
Come along (termasuk lidah come along)
-
Hand wind (BV)
-
Tirfor 2 ton, 3 ton (sesuai beban yang akan ditarik)
-
Kunci, obeng, tang
-
Tambang
-
Keranjang peralatan kerja (tools bag)
-
Lever hoist (tackle rantai)
-
Anchor sackle (begel)
-
Tangga aspan
-
Snatch block
-
Seling bantu (untuk mencantolkan peralatan)
-
Screw anchor
-
Seling untuk skur
-
Joint protector
-
Gunting konduktor untuk memotong dan menyambung konduktor.
-
Drum jack (drum stand) untuk menempatkan konduktor dalam gulungan (haspel)
-
Kaki tiga (sebagai pengganti crane)
-
Mini engine winch
-
Handy talky
-
Swivel
-
Scaffolding.
On Becoming the Center of Excellence 16
PT. PLN (Persero) PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
Peralatan safety sebagai alat pelindung diri, antara lain : o Helmet o Sarung tangan o Sepatu kerja/sepatu panjat o Sabuk pengaman (safety belt) o Kaca mata (bila diperlukan)
On Becoming the Center of Excellence 17
PT. PLN (Persero) PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
On Becoming the Center of Excellence 18
PT. PLN (Persero) PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
3. TEKNIK MEMANJAT TOWER
3.1 Safety Procedure dalam memanjat tower Bekerja pada suatu ketinggian merupakan pekerjaan dengan resiko bahaya yang tinggi, demikian juga halnya dengan pekerjaan –pekerjaan yang dilakukan pada tower transmisi tenaga listrik dan tower telekomunikasi. Berdasarkan data U.S. Occupational Safety and Health Administration (OSHA) tahun 2006 dilaporkan bahwa dari 100.000 pekerja yang mengalami kecelakaan pada pemanjatan tower/pendakian menara sebanyak 184 orang, pilot 88 orang, petani 37 orang, Utility line (Jaringan Listrik) 35 orang dan roofers (pekerja atap bangunan) 34 orang. Dari data tersebut terlihat bahwa kecelakaan pada pekerjaan pemanjatan tower/pendakian menara merupakan kecelakaan paling tinggi (184 orang) Untuk melaksanakan pekerjaan pada tower transmisi tenaga listrik maupun tower telekomunikasi diperlukan pemanjatan pada tower tersebut, Untuk memastikan dan menjamin keselamatan bagi pemanjat maka diperlukan suatu prosedur keselamatan (Safety Prosedure) dalam memanjat tower yang benar dan aman. 3.1.1 Bahaya – Bahaya Dalam Memanjat Tower. Bahaya –bahaya yang dapat timbul pada saat memanjat tower adalah sebagai berikut a. Terjatuh / terpeleset. b. Tersengat listrik. c. Gangguan binatang berbisa.
On Becoming the Center of Excellence 19
PT. PLN (Persero) PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
d. Kondisi cuaca. 3.1.2 Alat Pelindung Diri (APD) Alat pelindung diri yang digunakan untuk memanjat tower antara lain ; a) Full Body Harnes Contoh full body harness dapat dilihat pada gambar 3.1.
Gambar 3.1. Berfungsi sebagai pengaman personil dari bahaya jatuh. b) Lanyard Contoh Lanyard dapat dilihat pada gambar 3.2.
Gambar 3.2. Berfungsi sebagai pengaman personil saat memanjat. c) Safety Helmet Contoh Safety Helmet dapat dilihat pada gambar 3.3.
On Becoming the Center of Excellence 20
PT. PLN (Persero) PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
Gambar 3.3. Berfungsi sebagai pelindung kepala dari benturan pada bagian keras dan benda jatuh. d) Safety Shoes Contoh Safety Shoes dapat dilihat pada gambar 3.4.
Gambar 3.4. Berfungsi untuk melindungi kaki dari bahaya terbentur serta material tajam. e) Kacamata Pengaman Contoh Kacamata Pengaman dapat dilihat pada gambar 3.5.
Gambar 3.5. On Becoming the Center of Excellence 21
PT. PLN (Persero) PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
Berfungsi untuk melindungi mata dari bahaya sinar ultra violet langsung serta material kecil (debu ) f) Sarung Tangan Kulit / Katun Contoh Sarung Tangan Kulit / Katun dapat dilihat pada gambar 3.6.
Gambar 3.6. Berfungsi untuk melindungi tangan. g) Keyker / Teropong Contoh Keyker / Teropong dapat dilihat pada gambar 3.7.
Gambar 3.7. Berfungsi sebagai alat bantu visual untuk memeriksa bagian-bagian tower yang kurang jelas dari posisi jarak tertentu. h) Peralatan Komunikasi Contoh Peralatan Komunikasi dapat dilihat pada gambar 3.8.
On Becoming the Center of Excellence 22
PT. PLN (Persero) PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
Gambar 3.8. Berfungsi sebagai alat komunikasi 2 (dua) arah. 3.1.3 Prosedur keselamatan (Safety Procedure) dalam memanjat tower Persyaratan personil yang akan memanjat tower : a. Sehat jasmani dan rohani b. Mempunyai kompetensi dalam memanjat tower. c. Ada pengawasan dalam setiap pemanjatan. d. Memahami pekerjaan yang akan dilaksanakan. Tahapan Safety Procedure dalam memanjat tower : I. Tahap I Persiapan Hal-hal yang harus dilakukan : 1) Pelajari rencana kerja (pekerjaan yang akan dilaksanakan pada tower harus direncanakan dengan sebaik-baiknya). 2) Pelajari dan pahami surat perintah kerja (SPK) / instruksi kerja (IK) 3) Pastikan kondisi jasmani dan rohani dalam keadaan siap 4) Siapkan peralatan kerja dan material yang diperlukan. 5) Siapkan dan periksa alat pelindung diri (APD) yang diperlukan. 6) Pastikan sudah ada pembagian tugas yang harus dilakukan oleh para pemanjat. 7) Pahami dan antisipasi tempat – tempat yang rawan bahaya. 8) Pastikan lokasi tower (nomor tower) yang akan dipanjat sudah betul 9) Pastikan kondisi tower dalam keadaan aman untuk dipanjat 10)Pastikan cuaca dalam keadaan baik II.
Tahap II Pelaksanaan Pekerjaan/Pemanjatan Hal-hal yang harus dilakukan
On Becoming the Center of Excellence 23
PT. PLN (Persero) PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
1) Lakukan Doa Bersama 2) Gunakan / pakai APD yang sudah disiapkan 3) Laksanakan pemanjatan tower dengan benar dan aman : - Pemanjatan dilakukan melalui step bolt/people ladder - Gunakan lanyard atau camlok vertical rope fall protection , perhatikan contoh Instruksi Kerja (IK) tentang pemanjatan tower yang telah dibuat oleh PLN P3B Jawa Bali (ada pada lampiran materi ini). - Atur jarak antar pemanjat. 4) Jaga konsentrasi selama melakukan pemanjatan. 5) Gunakan keseimbangan kaki dan tangan untuk memanjat (tumpuan badan lebih dominan pada kaki). 6) Jika mengalami kelelahan, pemanjat dapat beristirahat sejenak (kaitkan body harnes pada tower) sebagai pengaman. 7) Laksanakan pekerjaan sesuai rencana kerja (pastikan posisi pemanjat selalu dalam keadaan aman) III.
Tahap II Pekerjaan selesai dan turun kembali dari tower. Hal-hal yang harus dilakukan : 1) Periksa hasil pekerjaan, (apakah sudah sesuai dengan rencana ?) 2) Periksa semua peralatan kerja / material (apakah tidak ada yang tertinggal ?) 3) Pemanjat turun dari atas tower (Gunakan lanyard atau camlok vertical rope fall protection), perhatikan contoh Instruksi Kerja (IK) tentang pemanjatan tower yang telah dibuat oleh PLN P3B Jawa Bali (ada pada lampiran materi ini). 4) Periksa / rapihkan kembali peralatan kerja dan alat pelindung diri 5) Lakukan do’a bersama 6) Buat laporan sesuai format yang sudah disiapkan
3.1.4 Formulir yang digunakan 1) Formulir Pemeriksaan Kesiapan Personil Sebelum Memanjat / Bekerja Diatas Tower 2) Formulir Pembagian Tugas Dan Pemakaian Alat-Alat Pelindung Diri On Becoming the Center of Excellence 24
PT. PLN (Persero) PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
3) Formulir Pernyataan Pekerjaan Selesai. 3.1.5 Instruksi Kerja (IK) Pemanjatan Tower. Di PLN P3B Jawa Bali telah dibuat dan ditetapkan Instruksi Kerja yang berkaitan dengan pemanjatan tower SUTT / SUTET untuk beberapa macam pekerjaan yang dilakukan diatas tower SUTT / SUTET (Working On Top Tower). Instruksi Kerja (IK) tersebut dapat dilihat dalam lampiran materi ini. III.2
Teknik tali menali
III.2.1 Manfaat Tali Menali
Mengingat tidak semua pekerjaan dapat dikerjakan dengan menggunakan peralatan
mesin-mesin
pengangkat,
maka
fungsi
dari
tali
akan
menggantikannya. Oleh karena itu beberapa teknik tali menali yang tepat sangat diperlukan untuk kelancaran pekerjaan. III.2.2 Jenis –Jenis Tali Menali
Jenis tali menali terdiri dari : a. Simpul Reef Knot b. Simpul Sheet Bend c. Simpul Pangkal d. Simpul Clove Hitch e. Simpul Tarik f. Simpul Bowline g. Simpul Double Bowline h. Simpul Laso III.2.3 Simpul Reef Knot
Ikatan macam ini sebenarnya cenderung sebagai cara penyambungan. Melihat namanya maka ini dapat diartikan sebagai suatu ikatan yang bersifat pengunci. Simpul Reef knot digunakan hanya untuk tali yang memiliki ukuran dan jenis yang sama. sebab bila tidak sama akan sangat membahayakan dalam penggunaannya dilapangan. Contoh Simpul Reef Knot dapat dilihat pada gambar 3.9. On Becoming the Center of Excellence 25
PT. PLN (Persero) PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
Gambar 3.9. III.2.4 Simpul Sheet Bend
Seperti halnya simpul Reef Knot, Ikatan ini juga sebagai ikatan penyambungan yang bersifat khusus yaitu jenis bahan tali yang berbeda satu dengan yang lainnya. Bagian yang elastis digunakan pada bagian yang menyilang. Contoh Simpul Sheet Bend dapat dilihat pada gambar 3.10. Bagian yang menyilang
Gambar 3.10. III.2.5 Simpul Pangkal
Seperti sebutannya Simpul Pangkal, demikian juga dengan kenyataannya bahwa simpul ini umumnya ditempatkan pada pangkal. bagian dimana pada bagian ujungnya diperlukan untuk menahan, suatu tarikan yang bersifat tetap. Artinya kita bermaksud menahan suatu beban dalam beberapa waktu, kita dapat menambatkannya pada suatu patok atau bagian lain yang cukup kuat, cara itu dapat menggunakan cara ikatan atau simpul pangkal seperti yang tampak dalam gambar berikut. Contoh Simpul Pangkal dapat dilihat pada gambar 3.11.
On Becoming the Center of Excellence 26
PT. PLN (Persero) PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
Gambar 3.11. III.2.6 Simpul Clove Hitch
Simpul ini digambarkan sebagai Ikatan Kelopak Bunga Cengkeh. Simpul ini sama dengan pola ikatan simpul pangkal. Penggunaan simpul ini adalah untuk mengikat benda agar tidak bergeser pada media yang tidak berujung. Contoh Simpul clove Hitch dapat dilihat pada gambar 3.12.
Gambar 3.12. III.2.7 Simpul Tarik
Penggunaan simpul jenis ini adalah untuk ikatan - ikatan yang sedikitnya dapat dikendalikan dari bawah, dimana tujuannya adalah agar setiap keadaan dimana dibutuhkan dapat dilepaskan oleh petugas dari bagian bawah. Demikian juga halnya oleh petugas yang berada diatas tiang / tower dapat melepaskan ikatan. Namun mengingat kondisi ini sangat membahayakan, maka setiap penggunaan simpul macam ini harus selalu dalam pengawasan yang ketat, sehingga hanya petugas yang ditunjuk baik dari bagian bawah ataupun dari bagian atas saja yang dibenarkan membukanya. Sebab jika tidak, akan On Becoming the Center of Excellence 27
PT. PLN (Persero) PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
membahayakan jatuhnya peralatan yang berakibat rusaknya peralatan serta kecelakaan bagi petugas yang ada dibawahnya.
Contoh Simpul Tarik dapat dilihat pada gambar 3.13.
Gambar 3.13. III.2.8 Simpul Bergerak (Simpul Bowline)
Simpul ini pada dasarnya hampir sama dengan laso dimana ikatannya berada diujung tali, namun ia tidak lagi bersifat menjepit melainkan mengunci pada ikatan yang tetap, sehingga tidak lagi dikhawatirkan akan merusak barang yang diikat serta barang yang diikat itu sendiri dapat bebas bergerakgerak. Dilapangan umumnya lebih dikenal dengan simpul Mata Itik. Simpul ini mempunyai dua bentuk yakni : a) Simpul Bowline Contoh Simpul bowline dapat dilihat pada gambar 3.14.
On Becoming the Center of Excellence 28
PT. PLN (Persero) PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
Gambar 3.14. b) Simpul Double Bowline Contoh Simpul Double bowline dapat dilihat pada gambar 3.15.
Gambar 3.15. III.2.9 Simpul Laso
Simpul ini umumnya diperlukan pada saat kita memerlukan suatu ikatan yang sifatnya sedikit menjepit tetapi tidak bersifat ikatan, simpul mati dimana tetap mudah melepaskan ikatannya. Mengingat sifatnya yang demikian, tentunya kita tahu persis sifat dari bentuk benda mana yang dapat dan boleh diikat. Dengan cara demikian misalnya benda-benda yang berkaitan dan tidak rusak akibat terjepit sedemikian rupa . Contoh Simpul Lasso dapat dilihat pada gambar 3.16.
On Becoming the Center of Excellence 29
PT. PLN (Persero) PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
Gambar 3.16.
III.3
Pole Top Rescue (PTR)
3.3.1 Pengertian dan Tujuan Pole Top Resque (PTR) Pole Top Resque adalah suatu metode penanganan kasus kecelakaan petugas diatas tower pole pada saat melaksanakan pekerjaan. Pole Top Resque dimaksudkan untuk menyelamatkan manusia, barang dan bahkan diri sendiri diatas tower sewaktu sedang bekerja. Oleh karena itu penanganan semacam itu harus dilakukan secara benar dan aman. Pada prinsipnya PTR bisa diterapkan pada tower pole maupun tower lattice. 3.3.2 Contoh Pelaksanaan PTR Beberapa contoh pelaksanaan PTR dapat dijelaskan sebagai berikut ; Gambar
3.17. Menunjukan sikap dan posisi sempurna seorang petugas
yang sedang memanjat/bekerja diatas tiang dengan perlengkapan
Gambar 3.17. On Becoming the Center of Excellence 30
PT. PLN (Persero) PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
Gambar 3.18. menunjukan
posisi dan kondisi seseorang petugas yang
sedang pingsan / kehilangan kesadaran diatas tiang. Kondisinya masih dapat tertolong karena petugas tersebut dalam keadaan memakai sabuk pengaman / safety belt. Bisa dibayangkan jika yang bersangkutan tidak memakai sabuk pengaman.
Gambar 3.18 . Dalam kondisi yang demikian, segera salah seorang petugas memanjat ke tiang / tower dengan membawa tambang dan memeriksa kondisi petugas yang mengalami kecelakaan. Selanjutnya bila perlu segera berikan pertolongan napas bantuan.
On Becoming the Center of Excellence 31
PT. PLN (Persero) PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
Gambar 3.19. Bila kondisi darurat sudah dapat dilalui seperti yang tampak pada gambar 3.20. maka dilakukan persiapan tali dengan penempatan yang tepat agar tidak membahayakan.
Gambar 3.20. Setelah diberikan aba-aba kepada petugas yang berada di bawah, Untuk selanjutnya tambang dikendalikan dari bawah. Sementara yang lainnya mempersiapkan tempat yang teduh sambil tetap menghubungi petugas dari dinas kesehatan terdekat untuk memberikan pertolongan lebih lanjut . (perhatikan gambar 3.21.)
On Becoming the Center of Excellence 32
PT. PLN (Persero) PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
Gambar 3.21. Selanjutnya perhatikan gambar
3.22. yang menyesuaikan penempatan tali
kelengkapan pelaksanaan Pole Top Rescue. Letakkan simpul pada bagian dada korban dari sebelah kanan sehingga tidak menghimpit jantung. Atur pula posisi badan dengan sedikit kekiri memberikan bobot bagian atas dengan mambiarkan kepala terkulai kekiri, yang perlu diingat adalah tetap tidak melepaskan Helm / topi pengaman agar memberikan perlindungan terhadap benturan benda keras saat menggereknya ke bawah.
Gambar 3.22. On Becoming the Center of Excellence 33
PT. PLN (Persero) PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
Sedangkan yang tampak pada gambar 3.23. adalah cara membuat simpul yang di rekomendasikan untuk sampai pada tingkat aman dengan melebihkan bagian ujung tali sedikitnya satu meter atau lebih.
Gambar 3.23. Kalau diperhatikan gambar 3.25. menunjukan bahwa meletakkan tambang penggereknya pun tidak boleh sembarangan, sebab jika tidak seperti gambar 3.24. akan berakibat sangat fatal dimana bebannya akan jatuh tanpa terkendali. Tambang yang dipergunakan harus dililitkan dua kali serta terkendali atau tidak dibagian pinggir sehingga mudah tergelincir.
On Becoming the Center of Excellence 34
PT. PLN (Persero) PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
Gambar 3.24.
Gambar 3.25.
Sedangkan pada gambar 3.26. adalah prosedur penurunan beban, namun pada kedua gambar tersebut ada sedikit perbedaan dimana disarankan sebaiknya diperhatikan gambar A yang menempatkan ujung sisi beban justru dibagian dalam dan posisi penguncinya. Hal ini memungkinkan lebih meyakinkan dari kemungkinan, akan bergeser dan terlepas keluar dari posisinya. Gambar 3.26.
Gambar A
Gambar B
Setelah kemudian korban diturunkan dengan selamat dan ditempatkan pada tempat yang teduh, hendaknya bagian dari pakaian atau pengikatnya dikendurkan lalu diberi selimut seperti yang tampak pada gambar 3.27.
On Becoming the Center of Excellence 35
PT. PLN (Persero) PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
Gambar 3.27.
On Becoming the Center of Excellence 36
PT. PLN (Persero) PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
4. PENCEGAHAN KECELAKAAN DALAM PEMASANGAN KONDUKTOR SUTT / SUTET
4.1 Peraturan Keselamatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan unsur utama dan harus menjadi perhatian yang serius dalam melaksanakan pemasangan konduktor SUTT / SUTET. Hal ini mengingat bahwa : Pekerjaan
-
pemasangan
konduktor
merupakan
pekerjaan
yang
dilaksanakan di ketinggian tertentu Dalam bekerja di ketinggian mengalami keterbatasan tempat bergerak dan
-
berpijak. Dimungkinkan untuk melaksanakan pemasangan konduktor sirkit kedua
-
dimana sirkit pertama telah beroperasi (hot line stringing conductors) Lokasi SUTT / SUTET dimungkinkan untuk melalui kawasan padat
-
penghuni dan karena nampak asing bagi masyarakat, maka menimbulkan minat masyarakat untuk melihat pelaksanaan pemasangan konduktor tersebut. Uraian diatas menunjukkan bahwa pekerjaan pemasangan konduktor di SUTT dan SUTET merupakan pekerjaan yang beresiko cukup tinggi. Oleh karena itu faktor keamanan dan keselamatan dalam melaksanakan pekerjaan penarikan konduktor harus ditangani dengan sangat serius. Lengah sedikit, cacat atau nyawalah taruhannya. Saat ini K3 sudah dikembangkan dan dilaksanakan dengan lebih baik di lingkungan PLN. Bahkan pelaksanaan K3 merupakan bagian dari Kontrak Kinerja setiap unit PLN. Dalam melaksanakan K3 harus memperhatikan aturan tertulis seperti : Peraturan Perundang-undangan yang berlaku : -
UU No. Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.
-
Peraturan Pemerintah No 04 tahun 1996 tentang SMK3.
-
UU No 30 Tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan.
Ketentuan-ketentuan yang berkaitan antara lain SNI
On Becoming the Center of Excellence 37
PT. PLN (Persero) PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
Peraturan internal PLN : Keputusan Direksi PT PLN (Persero) Nomor 090.K/DIR/2005 tentang
-
Pedoman Keselamatan Instalasi di lingkungan PT PLN (Persero), Keputusan Direksi PT PLN (Persero) Nomor 091.K/DIR/2005 tentang
-
Pedoman Keselamatan Umum di Lingkungan PT PLN (Persero) Keputusan Direksi PT PLN (Persero) Nomor 092.K/DIR/2005 tentang
-
Keselamatan Kerja di Lingkungan PT PLN (Persero) 4.2 Pengertian Kecelakaan Kecelakaan adalah suatu kejadian yang tidak diinginkan / tidak diharapkan, yang dapat menimbulkan berbagai kerugian, baik kerugian harta benda (rusaknya peralatan) maupun kehilangan jiwa manusia. Kecelakaan Kerja tidak selalu diukur dari adanya korban manusia cidera atau mati. Upaya pencegahan kecelakaan ditujukan untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun rohani setiap tenaga kerja pada khususnya dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budaya, untuk meningkatkan kesejahteraan tenaga kerja. 4.3 Jenis-jenis Kecelakaan Kecelakaan yang terjadi pada perusahaan dapat berupa : -
Near Miss (Kejadian Hampir Celaka)
-
Kecelakaan Kerja (Ringan, Berat).
-
Kerusakan Harta dan Kerugian Proses.
-
Musibah (Bencana alam) dan Kehilangan.
-
Penyakit Akibat Kerja.
4.4 Penyebab Terjadinya Kecelakaan Suatu kecelakaan dapat terjadi disebabkan oleh 2 (dua) hal, yaitu : 4.4.1
Unsafe Action
On Becoming the Center of Excellence 38
PT. PLN (Persero) PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
Unsafe Action adalah Sikap atau tingkah laku manusia yang tidak aman (berbahaya). Contoh-contoh Unsafe Action diantaranya adalah : - Lalai, ceroboh - Bergurau di tempat kerja - Bekerja dengan cara yang salah - Menggunakan alat yang rusak - Bekerja tanpa wewenang - Tidak nenakai alat Pelindung diri (AD) - Dan lain-lain. 4.4.2 Unsafe Condition Unsafe Condition adalah Kondisi / Keadaan tempat Kerja atau peralatan kerja yang tidak aman (berbahaya). Contoh-contoh Unsafe Condition diantaranya adalah : - Tempat kerja licin, bau dan pengap - Peralatan rusak / tidak laik pakai - Peralatan listrik yang masih bertegangan - Peralatan / Mesin tanpa pelindung - Terdapat Bahaya Kebakaran / Ledakan - Dan lain-lain. Prosentase perbandingan penyebab kecelakaan : - Unsafe Action (Kesalahan Manusia)
: 80 %
- Unsafe Condition (Kerusakan Alat/lingkungan) : 18 % - Lain-lain 4.5 Kerugian-kerugian Akibat Kecelakaan Terhadap Karyawan : a. Luka ringan , luka berat, cacat atau bahkan tewas. b. Penderitaan dan kesedihan c.
Beban Masa Depan
d. Dan sebagainya. On Becoming the Center of Excellence 39
:
2%
PT. PLN (Persero) PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
Terhadap Perusahaan a. Kehilangan Jam Kerja b. Timbulnya biaya pengobatan c. Kerusakan Instalasi d. Merusak nama baik perusahaan e. Kelambatan produksi f. Dan sebagainya. Terhadap Masyarakan a. Kerusakan Lingkungan b. Kerusakan Harta Benda c. Kehilangan jiwa d. Dan Sebagainya. 4.6 Alat Pelindung Diri (APD) 4.6.1 Fungsi APD Mengurangi akibat / resiko dari suatu kecelakaan : APD bukan untuk mencegah kecelakaan Pemakaian AD tidak menjamin pemakaian bebas dari kecelakaan, karena : -
Kecelakaan ada sebabnya , pencegahan kecelakaan hanya bisa dilaksanakan jika sebab-sebab kecelakaan dihilangkan
-
Adanya gerakan tak sadar / reflek dari pemakainya.
-
APD mempunyai kemampuan terbatas.
4.6.2 Jenis-jenis APD Alat Pelindung wajah Alat Pelindung mata Alat Pelindung pernafaasan Alat Pelindung telinga Alat Pelindung badan Alat Pelindung tangan On Becoming the Center of Excellence 40
PT. PLN (Persero) PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
Alat Pelindung kaki Alat Pelindung jatuh Alat Pelindung tenggelam Pelindung Kepala 4.6.3 Hambatan Dalam Pemakaian APD 1. Hambatan dari Manajemen 2. Hambatan tingkah laku / sikap tenaga kerja 3. Hambatan dalam penyediaan. 4.7 Hak dan Kewajiban Setiap Tenaga Kerja Dalam K3 Sesuai dengan Pasal 12 UU No. 1 Tahun 1970, dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Memberikan keterangan yang benar tentang K3, bila diminta oleh Pengawas / ahli K3. 2. Memakai alat-alat pelindung diri yang diwajibkan. 3. Mematuhi dan mentaati semua syarat K3 4. Minta kepada Pengurus agar dilaksanakan semua syarat K3 yang diwajibkan. 5. Menyatakan keberatan kerja pada pekerjaan dimana syarat K3 dan alat pelindung diri yang diwajibkan diragukan olehnya, kecuali dalam hal-hal khusus ditentukan lain oleh pengawas dalam batas-batas yang masih dapat dipertanggungjawabkan. 4.8 Kasus-Kasus Kecelakaan Beberapa kasus kecelakaan yang pernah terjadi pada pekerjaan Stringing : a.
Suatu siang seorang pekerja pemasangan konduktor telah menyelesaikan kerjanya. Dalam bekerja ia menggunakan sarana K3 lengkap. Karena pekerjaan telah diselesaikannya maka ia bermaksud turun ke tanah. Untuk bisa turun maka sabuk pengaman dilepasnya sehingga ia bergerak bebas. Entah sudah sangat letih atau sedang lengah, kakinya terpeleset saat menginjak step bolt . Akibatnya ia jatuh ketanah dan meninggal dunia.
On Becoming the Center of Excellence 41
PT. PLN (Persero) PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
b.
Seorang pekerja penarikan kawat SUTET 500 kV bermaksud untuk mengerjakan clamping sirkit kedua. Sirkit pertama telah dioperasikan terlebih dahulu. Ia bermaksud untuk memasang grounding sementara di kawat agar proses clamping yang dilakukannya aman dari sengatan listrik. Karena keterbatasan alat digunakannya wire rope yang disambung
ke
kawat ground stick. Sebagian wire rope tambahan ini dililitkan ke badannya. Sewaktu ground stick hendak ditempelkan ke konduktor yang akan diclampingnya, tiba-tiba dia tersengat listrik dan perutnya mengalami kerusakan yang luar biasa sehingga si petugas clamping menghembuskan nafas terakhirnya. c.
Beberapa pekerja sedang memasang konduktor dalam rangka mengalihkan sirkit existing ke jurusan baru. Konduktor diturunkan dan dipegang oleh 3 orang ground crew. Kebetulan jalur SUTT crossing dengan JTR jenis twisted cables. Tiba-tiba ketiga pekerja menggeleparmenggelepar di tanah. Beruntung saja ada teman yang melihat dan cepat tanggap. Diraihnya sebatang kayu dan dipukulkan ke konduktor yang sedang dipegang ketiga temannya sehingga ketiga temannya bisa terselamatkan. Dalam SOP bersama telah disepakati untuk mematikan JTR, namun ternyata tidak dimatikan dan isolasi twisted cable bocor.
d.
Seorang anak menggapai kawat yang sedang bergerak. Tanpa sadar si anak ikut naik keatas tower. Seolah memang mungkin mengasyikkan tapi begitu kawat yang dipegangnya mendekati montage roll (conductor sheave) ia panik takut tangannya terjepit montage roll maka tanpa sadar dilepaskannya kawat yang dipegangnya. Akibatnya si anak tersebut jatuh ketanah dan meninggal dunia.
e.
Schaffolding (perancah / stegger) yang mengurung SUTM menarik minat anak anak untuk naik. Tanpa sadar ia terus naik dan masuk ke jarak tidak aman karena sudah sangat dekat dengan kawat SUTM. Akibatnya ia tersengat listrik dan meninggal dunia
f.
Suatu siang yang terik, menarik minat seorang anak kecil untuk berteduh dibawah (kolong) truk. Karena angin bertiup semilir membuat sang anak merasa nyaman di kolong truk dan tertidur dengan lelapnya. Tak lama kemudian, pengemudi truk datang ke truknya, menyalakan mesin dan
On Becoming the Center of Excellence 42
PT. PLN (Persero) PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
langsung tancap gas. Sang tunas bangsa terlindas ban truk tanpa pernah sempat bangun dari tidurnya serta meninggal dunia. Beberapa contoh tersebut diatas bukan dimaksudkan untuk menakut-nakuti, namun semata ingin menggambarkan bahwa kejadian-kejadian tersebut diatas terjadi karena kurangnya berkonsentrasi dalam bertugas sesuai preosedur keselamatan. Gambaran diatas juga menunjukkan bahwa masalah K3 tidak hanya sekedar memakai sabuk atau pakai helm semata. Ada masalah lain yang harus diperhatikan antara lain masalah koordinasi pihak manajemen dengan pelaksana dilapangan, masalah perlunya pengawas K3 dilapangan,
pengecekan
ulang
tentang
kesepakatan bersama serta menyusun
aturan
yang
sudah
menjadi
petunjuk kerja berikut check list
sebagai senjata pengamanan. 4.9 Pencegahan kecelakaan dalam pemasangan konduktor SUTT/SUTET. Dari kasus kecelakaan yang pernah terjadi pada saat melaksanakan Pemasangan Konduktor sebagaimana diuraikan diatas, maka langkah-langkah yang harus dilakukan oleh pihak Manajemen, pihak Pelaksana,Pengawas K3 dan Kepala Regu untuk mencegah terjadinya kecelakaan dalam pekerjaan pemasangan konduktor adalah sebagai berikut : Pihak manajemen : a. Pihak Manajemen harus memberikan jaminan kerja yang sesuai dengan peraturan yang berlaku (misalkan jaminan Asuransi Tenaga Kerja dalam jangka waktu serta lokasi kerja yang sesuai peruntukannya) b. Pihak Manajemen selalu terus menerus memperhatikan dan melaksanakan aturan K3 yang telah ada di lingkungan PT PLN (Persero) c. Pihak manajemen harus selalu memonitor penggunaan dan kondisi peralatan K3 (alat pelindung diri) yang digunakan oleh pekerja. On Becoming the Center of Excellence 43
PT. PLN (Persero) PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
d. Pihak Manajemen harus terbuka terhadap umpan balik kondisi peralatan K3 dari pelaksana di lapangan serta mengambil langkah strategis sesuai bidang tugasnya. e. Buat surat pengumuman ke khalayak ramai terutama seluruh daerah yang akan dilalui oleh SUTT / SUTET tentang hal-hal antisipasi yang harus diketahui oleh warga masyarakat saat Pemasangan Konduktor berlangsung. Penjelasan dalam surat pengumuman harus jelas, menggunakan bahasa yang sederhana sehingga mudah dipahami masyarakat luas. Pihak pelaksana a. Selalu memulai kegiatan dengan berdoa sesuai agama masing-masing. b. Pelaksana pekerjaan Penarikan Konduktor harus selalu melakukan pengecekan sebelum Peralatan Pengaman dan Pelindung Diri digunakan, c. Gunakan Peralatan Pengaman dan Pelindung Diri dengan baik dan benar (sabuk pengaman/body hardness, helm pengaman, kacamata ultra violet, masker anti polusi udara, sepatu panjat) d. Jangan sekali-kali menggunakan peralatan Pengaman dan Pelindung Diri yang diperkirakan
rusak
atau
berpotensi
rusak
saat
digunakan
sehingga
membahayakan penggunanya. e. Gunakan peralatan Pengaman dan Pelindung diri yang memenuhi standar serta telah teruji dengan baik (bila perlu lakukan pengujian langsung di lapangan). f. Sebelum memasang grounding sementara ke konduktor, yakinkan bahwa konduktor tersebut telah bebas tegangan antara lain dengan cara : -
Melakukan koordinasi dengan pengawas lapangan, operator GI, dispatcher, Unit Pengelola Transmisi, bahwa SUTT / SUTET telah bebas tegangan dan bukan padam karena ada gangguan sehingga tidak mungkin dilakukan pemasukan kembali oleh operator GI di kedua sisi.
-
Melakukan pengecekan tegangan dengan menggunakan Voltage Detector.
-
Ada ijin kerja dari Pengawas Lapangan / Kepala regu sesuai ketentuan yang ada di perusahaan.
g. Grounding stick harus standar dan dipasang sesuai urutan. Sebagai contoh bila akan memasang grounding ke konduktor, maka yang terlebih dahulu harus dipasang adalah kabel grounding yang dihubungkan ke body tower. Bila kabel On Becoming the Center of Excellence 44
PT. PLN (Persero) PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
grounding yang dihubungkan ke body tower telah terpasang dengan baik, lanjutkan dengan memasangkan ujung groundstick ke konduktor yang telah bebas tegangan. h. Jangan sekali-kali memegang ataupun sampai membelitkan / mengalungkan kabel grounding stick ke tubuh pekerja. i. Lakukan pemeriksaan secermat mungkin disepanjang jalur saat penarikan berlangsung terutama di daerah yang banyak anak-anak berlalu lalang dan melihat kegiatan pemasangan konduktor. j. Bila penarikan dilakukan di daerah penggaraman tinggi (tambak air asin), usahakan konduktor selalu dalam posisi mengapung. Kawat pancingan yang berpotensi terkena air asin harus dicelup larutan oli agar terhindar dari karat. k. Kepada pengemudi sebelum menjalankan kendaraannya agar meluangkan waktu sesaat untuk mengecek apakah tidak ada benda atau manusia yang berada dibawah kolong kendaraan. l. Pasang schaffolding (perancah / stegger) di lokasi yang diperkirakan membahayakan konduktor dan aktivitas dibawahnya antara lain : crossing jalan raya, crossing rel kereta, crossing SUTM/SUTR, crossing SUTT lainnya, atap rumah penduduk m. Buat dan pasang tanda larangan memanjat di schafollding (perancah / stegger) n. Beri tanda yang jelas (bisa memantulkan sinar lampu kendaraan) di schafollding yang terletak di tepi jalan raya sehingga bisa dilihat oleh pengemudi kendaraan di malam hari. o. Bila disekitar area lokasi mesin penarik dan mesin penegang banyak anak-anak kecil yang menonton, maka harus dilakukan pencegahan terhadap perilaku mereka terhadap peralatan yang sedang bergerak jangan sampai kena sentuhan anak-anak. p. Mesin penarik, mesin penegang harus dilengkapi dan terhubung dengan sistem pembumian sementara. q. Mesin penarik, mesin penegang harus di schoor arah gaya lawan yang cukup kuat agar tidak terguling karena sentakan gaya lawan. Pengawas K3 pemasangan konduktor SUTT / SUTET :
On Becoming the Center of Excellence 45
PT. PLN (Persero) PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
a. Pengawas K3 harus membuat check list semua kegiatan pengamanan yang dilakukan oleh pelaksana apakah sudah dilaksanakan seluruhnya b. Membuat laporan tertulis tentang pelaksanaan pengawasan K3 termasuk membuat daftar peralatan Pengaman dan Pelindung diri yang sudah tidak laik digunakan untuk diajukan penggantian kepada pihak manajemen. Hal - hal lain yang perlu mendapat perhatian untuk ketertiban dan keselamatan a. Team Work Penarikan konduktor adalah kerja beregu (team work). Artinya pelaksanaan pekerjaan ini harus dilakukan bersama-sama dalam bentuk tim kerjasama yang saling mendukung antara satu dan lainnya. Pelaksanaan pekerjaan mengandung kerawanan terutama bila terjadi salah komando penarikan. Untuk itu sebagai tambahan, perlu diberikan pengertian pentingnya nilai kebersamaan (team work) kepada seluruh petugas. Peran Kepala Regu sangat sentral. Selain mengendalikan pelaksanaan pekerjaan di lapangan, setiap malam Kepala Regu merencanakan kegiatan esok harinya serta membagi tenaga kerjanya. Rencana ini dibahas bersama kepala kelompok kerjanya. Sebagai contoh dalam satu hari pekerjaan yang akan dilakukan adalah persiapan maka langkah yang dilakukan sesuai jumlah SDM yang ada : -
memasang isolator dan montage roll
-
memasang perancah
-
mengatur lokasi mesin penegang
-
mengatur lokasi mesin penarik
-
mengatur kendaraan yang diperlukan lengkap dengan pengemudinya, dan lain sebagainya.
Setelah rencana kegiatan harian disusun, Kepala regu mengatur kelompok kerjanya seperti siapa saja yang harus memasang isolator berikut jumlahnya, siapa yang memasang perancah berikut lokasinya, siapa yang bertugas di mesin penegang, siapa yang bertugas di mesin penarik. Setelah kegiatan dan personil disusun, Kepala regu cukup menempelkan hasil rancangan rencana kerja di On Becoming the Center of Excellence 46
PT. PLN (Persero) PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
papan pengumuman. Malam hari atau esok paginya petugas tinggal melihat tugasnya apa langsung bersama regunya menyiapkan segala sesuatu yang diperlukan serta menuju ke kendaraan yang akan membawanya ke lokasi yang telah ditentukan. Dengan demikian tidak terjadi kerancuan kerja karena semua telah sepakat untuk bekerja sesuai target yang ditentukan. b. Dapur Umum Lokasi penarikan SUTT / SUTET umumnya terletak jauh dari pemukiman. Akibatnya relatif tidak mudah untuk mendapatkan konsumsi yang diperlukan oleh pekerja.
Pekerjaan
penarikan
konduktor
merupakan
kerja
berat
yang
membutuhkan fisik prima sehingga perlu ditunjang oleh makanan dan minum (terutama air putih) dalam jumlah yang cukup dan bergizi. Selain itu kadang waktu makan siang tiba ketika petugas sedang berada di atas tower. Turun untuk makan dan kembali lagi memanjat keatas merupakan satu faktor yang berat. Kenyataannya banyak yang memilih makan diatas tower (tentu saja sarana safety telah terpasang dengan baik). Dari hal tersebut diatas, pengalaman penulis dalam memimpin pelaksanaan pekerjaan penarikan konduktor selalu membuka dapur umum. Untuk membuka dapur umum diperlukan petugas masak yang menyiapkan makan pagi dan siang sekaligus sebelum petugas berangkat kelapangan. Peran petugas masak juga diperlukan saat petugas pulang dari lapangan, makanan sebaiknya juga sudah harus siap karena rata-rata petugas pulang dengan kondisi lapar. c. Pengembalian peralatan kerja dan sisa material Setelah seluruh pekerjaan diselesaikan tuntas, segera lakukan pengembalian peralatan kerja serta sisa material ke tempat kedudukan awal yang telah ditentukan. On Becoming the Center of Excellence 47
PT. PLN (Persero) PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
Pelaksanaan pengembalian ini harus cermat dan jangan sampai ada yang tertinggal karena memang sifatnya harus dipertanggungjawabkan dengan pihak penerima (petugas gudang peralatan dan petugas gudang material)
On Becoming the Center of Excellence 48
PT. PLN (Persero) PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
5. PROSEDUR STRINGING (PEMASANGAN KONDUKTOR) SUTT / SUTET
Stringing adalah pekerjaan pemasangan kondutor saluran udara tegangan tinggi/ekstra tinggi baik untuk kawat penghantar fasa maupun kawat tanah. Ini merupakan tahap akhir dari seluruh kegiatan pembangunan SUTT/SUTET. Prosedur stringing terdiri dar tahapan – tahapan sebagai berikut : -
Persiapan pelaksanaan.
-
Pekerjaan persiapan.
-
Penempatan dan pemasangan peralatan stringing.
-
Pelaksanaan penarikan kawat.
-
Sagging dan clipping in.
-
Pemasangn jumper (jumpering).
-
Pemasanngan asesoris.
Secara umum metode stringing yang digunakan adalah “Metode Tegang” (Tension Method), dimana kawat penghantar dipertahankan pada kondisi tegang selama proses stringing berlangsung. Beberapa hal perlu diperhatikan yaitu: Konduktor dijaga dari gesekan langsung dan terus menerus dengan tanah. Konduktor harus bebas dan terlindung dari kemungkinan bersentuhan dengan bagian sistem instalasi lainnya yang dalam keadaan bertegangan. Rintangan lainnya,seperti rintangan terhadap pandangan dll. 5.1. Persiapan pelaksanaan. 5.1.1. Pemeriksaan spesifikasi teknik dan gambar Spesifikasi teknik dan gambar pelaksanaan, line profile dan route map diteliti dengan baik dan telah disetujui. Demikian juga dengan peralatan stringing dan alat kerja lainnya sebaiknya dipastikan berfungsi baik. 5.1.2. Pemeriksaan Right of Way dan jalan masuk ke lokasi Kondisi tanam tumbuh sepanjang jalur telah bebas. Kondasi tanah, topografi sepanjang jalur SUTT/SUTET, halang On Becoming the Center of Excellence 49
PT. PLN (Persero) PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
rintang yang harus dilewati/dipindah. Jalan tol, jalan propinsi, saluran telepon, SUTR dan SUTM yang harus dilewati. Ketersediaan lahan untuk penempatan puller dan drum site. Kesiapan tower untuk memulai pekerjaan stringing. 5.1.3. Pembuatan jadwal pelaksanaan stringing. Pembagian stringing section dan tension section sepanjang jalur SUTT/SUTET. Rencana lokasi puller dan drum site Penentuan sagging methode. Rencana temporary back staying tower dan perkuatan cross arm. Rencana pemasangan scaffolding(guard structure). Pengaturan perlatan stringing dan alat kerja lainnya Dengan tersusunnya jadwal pelaksanaan stringing yang baik maka akan dapat ditargetkan penyelesaian pekerjaan. 5.2. Pekerjaan persiapan 5.2.1. Pemeriksaan tower Seluruh tower dalam stringing section harus diperiksa dengan teliti terutama kelengkapan member tower, pengerasan baut dan plat, dan telah dilakukan pengukuran pentahanan tower. 5.2.2. Back staying guys Back staying guys dipasang pada kedua ujung tower dalam satu stringing section yang berfungsi sebagai penyeimbang pada saat stringing dan sagging, biasanya menggunakan tali atau kawat. Demikian juga pada mid-span tower dimana beban yang timbul selama proses stringing dapat lebih besar dari beban design juga diperkuat dengan back staying guys. Pemasangan back staying guys diikatkan pada main post tower pada setiap level cross arm pada arah center line tower atau pada sisi yang berlawanan dari titik beban konduktor. On Becoming the Center of Excellence 50
PT. PLN (Persero) PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
Cross arm yang akan dibebani dengan gaya tarik yang berlebihan juga harus dipasang temporary skur. 5.2.3. Pengaturan alat komunikasi Pengaturan alat komunikasi diperlukan pada posisi drum site, puller site, main guard structure dan lokasi lainnya yang dianggap perlu. Alat komunikasi juga diperlukan untuk petugas yang mengikuti stringing yoke selama proses paying out konduktor. 5.2.4. Pemasangan guard structure/scaffolding/staiger. Guard structure/schaffolding/staiger dipasang pada setiap jalur kawat yang akan melewati bangunan ataupun fasilitas umum (SUTR, SUTM, saluran komunikasi, rel kereta api, jalan umum, jalan tol) yang diperkirakan
akan
membahayakan
makhluk
hidup
yang
ada
dibawahnya pada saat proses penarikan kawat. Apabila selama proses penarikan kawat tersebut tidak bisa dihindarkan menyentuh guard structure terus menerus maka harus dipasang stringing sheaves (roller). Jarak minimum standard guard structure terhadap tegangan listrik sebagai berikut : Tegangan
Jarak
bebas
(m) SUTR SUTM SUTT
380/220 20 70 150 500
V kV kV kV kV
1,2 1,8 2,2 3,2 8,5
5.3. Penempatan dan pemasangan peralatan Stringing Penempatan peralatan stringing dilakukan setelah adanya kepastian akan ketersediaan lahan yang akan dipakai/disewa. 5.3.1. Penempatan puller site Luas area yang diperlukan untuk puller site pada umumnya 150 – On Becoming the Center of Excellence 51
PT. PLN (Persero) PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
300 m2. Puller site biasa disebut dengan stringing car, reel winders dan reel untuk messanger wire ditempatkan dengan susunan sesuai gambar berikut :
Reel winder
Stringing Car
Tower
Dalam pemilihan lokasi perlu diperhatikan bahwa kondisi tanah cukup keras, rata dan akses jalan masuknya mudah. a.
Pemasangan Stringing Car
Stringing car harus diletakkan pada posisi dimana shaft capstan harus tegak lurus terhadap arah penarikan konduktor. Antara tower dan stringing car dipasang snatch block agar messanger wire masuk ke capstan secara horisontal sehingga akan meminimalkan daya angkat (lifting force) pada saat penarikan. Selain itu stringing car harus dijangkar ke bumi dengan menggunakan sling baja. Bila pekerjaan stringing berdekatan dengan saluran tenaga listrik yang bertegangan, maka stringing car harus diketanahkan. b.
Pemasangan Reel Winder
Reel winder dipasang horisontal tepat dibelakang stringing car dan dijangkar ke bumi dengan sling baja. Reel winder didesain untuk mengukur panjang messenger wire yang telah digulung oleh puller kedalam reel. Bila reel telah penuh dengan kawat maka harus digantikam dengan reel yang masih kosong. 5.3.2. Penempatan Drum site. Luas area yang diperlukan untuk drum site umumnya 500 – 1000 m2. Drum site ditempatkan sesuai susunan seperti gambar berikut :
On Becoming the Center of Excellence 52
PT. PLN (Persero) PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
Drum Stand
Tensioner
Tower
Drum c.
Pemasangan Tensioner Tensioner ditempatkan segaris dengan arah penarikan konduktor
dan
berfungsi
untuk
memberikan
tegangan
konstan pada penarikan. Bila konduktor ditarik dari tensioner dengan sudut >50 terhadap horisontal maka didepan tensioner harus dipasang snatch block yang berfungsi untuk memperkecil sudut atau dapat juga dengan memasang stringing sheaves (montage roll). d.
Pemasangan Drum Stand Drum stand ditempatkan segaris dengan tensioner pada posisi tetap dan dijangkar ke tanah + 10 m dibelakang tensioner. Drum stand berfungsi untuk menyangga drum konduktor yang akan ditarik.
5.3.3. Pemasangan stringing sheaves (montage roll). Stringing sheaves terbuat dari alluminium alloy dengan alurnya dilapisi dengan polyrethane rubber sehingga dapat digunakan untuk messanger wire dan konduktor secara bersamaan. Pada tower suspension stringing sheaves dipasang pada suspension insulator string set, sedangkan pada tower tension dipasang langsung pada cross arm dan diperkuat dengan skur untuk menjaga agar posisinya tetap pada saat penarikan. On Becoming the Center of Excellence 53
PT. PLN (Persero) PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
5.3.4. Pemasangan isolator dan montage roll konduktor serta montage roll GSW di tower suspensi. Untuk tower tension hanya dipasang montage roll, sedangkan isolator di tower tension dipasang saat sagging. Urutan pemasangan isolator dan montase rol :
Material siap dilokasi tower, yaitu insulator disc dan fitting kemudian keduanya dirangkai sehingga terbentuk insulator set
Rangkaian insulator terdiri dari 2 (dua) jenis, yaitu Suspension insulator set dan tension insulator set.
Insulator set diangkat dengan bantuan tackle untuk dipasang (dikaitkan) pada cross arm paling atas (upper cross arm), selanjutnya dilakukan hal yang sama insulator set dipasang pada middle cross arm dan lower cross arm
Pada saat pemasangan insulator set di upper, middle dan lower cross arm, masing – masing diikuti pemasangan running out block/roll block/montage roll. Di tension tower, running out block telah digantung langsung dibawah titik crossarm dari landing plate.
Pemasangan sudah benar sesuai dengan gambar referensi
Disck insulator – nya dalam kondisi baik dan bersih dari kotoran lumpur, tidak ada yang retak, gumpil dll.
Fitting dalam keadaan baik, tidak ada yang cacat, galvanize – nya dalam kodisi baik (tidak luka/terbuka/terkelupas).
Posisi sackle yang dipasang / dikaitkan ke cross arm tower sudah benar (posisi baut/mur sudah benar).
5.4. Pelaksanaan penarikan kawat. 5.4.1. Penarikan messenger wire. Setelah
penempatan
dan
pemasangan
peralatan
stringing
dipastikan selesai, maka proses penarikan kawat sudah dapat dilaksanakan. Penarikan kawat ini dimulai dengan penarikan pilot On Becoming the Center of Excellence 54
PT. PLN (Persero) PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
wire (steel wire) 8 mm, yang biasa disebut dengan kawat pancingan, dilakukan secara manual dari tower ke tower sepanjang stringing section. Apabila stringing section tersebut melewati sungai yang lebar, rawa – rawa, lembah atau daerah yang sulit untuk dilewati dengan berjalan kaki ataupun tidak adanya moda transportasi yang bisa digunakan, maka pilot wire digelar dengan menggunakan messanger wire gun. Messenger wire gun ini mampu membawa pilot wire dalam jarak + 300 m dengan pilot wire dari nylon rope, yang nantinya akan diganti dengan steel wire. Apabila penggelaran pilot wire selesai, maka ujung pilot wire disambung menggunakan shackle dengan ujung messenger wire (anti twist wire rope 12 mm – 25 mm) yang telah digulung pada reel pada posisi drum site. Pilot wire kemudian ditarik dengan stringing car melalui capstan membawa messanger wire. Bersamaan dengan itu pilot wire digulung dan sambungannya dengan messanger wire dilepas bila pilot wire tersebut telah melewati capstan. 5.4.2. Penarikan konduktor/kawat tanah. Setelah messenger wire selesai ditarik maka penarikan selanjutnya adalah penarikan kawat tanah, konduktor pada cross arm top, midle dan bottom. a. Drum site Konduktor/ kawat tanah ditarik dari drum yang telah ditempatkan pada drum stand dan diulur melalui tensioner ke arah tower. Konduktor masuk ke tensioner dari sisi kiri melalui guide roll dan keluar melalui sisi kanan menghadap ke penarikan. Ujung konduktor
disambung
dengan
messenger
wire
dengan
menggunakan stringing yoke, clamp grip dan swivel. Counter weight
dipasang
pada
stringing
yoke
untuk
mencegah
terputarnya yoke akibat puntiran messenger wire. Konduktor dan kawat tanah yang dapat ditarik oleh stringing yoke dalam satu tarikan tergantung dari jadwal stringing. On Becoming the Center of Excellence 55
PT. PLN (Persero) PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
Messenger
wire
yang
akan
digunakan
untuk
penarikan
konduktor lainnya juga harus dipasang stringing yoke. b.
Puller site Setelah semua persiapan yang diperlukan siap maka konduktor ditarik dengan stringing car melalui messenger wire yang dilewatkan melalui capstan dan digulung pada reel yang dipasang pada reel winder menurut arah penarikan. Tegangan tarik maksimum yang diberikan pada konduktor selama penarikan berlangsung dijaga agar < 1/3 tegangan sagging maksimum konduktor atau dijaga agar konduktor tetap diatas semua halangan – halangan yang terdapat ditanah. Untuk mengetahui kuat tarikan konduktor/kawat tanah dapat diketahui melalui Tension meter. Kecepatan penarikan konduktor tergantung pada tenaga tarikan stringing car dan kemampuan tensioner. Secara umum kecepatan penarikan dijaga pada 30 m/menit untuk konduktor tunggal dan 20 m/menit untuk twin konduktor. Pelu diperhatikan bahwa pada saat proses penarikan harus ada komunikasi yang baik antara operator pada stringing car, operator tensioner, petugas yang mengikuti stringing yoke dan petugas yang ditempatkan pada lokasi crossing utama.
c.
Pemindahan stringing yoke yang melewati stringing sheaves. Apabila stringing yoke mendekati stringing sheaves, maka petugas yang mengikuti stringing yoke menginformasikan ke operator stringing car untuk menurunkan kecepatan tarikan dan menghentikannya bilamana stringing yoke tiba di stringing sheaves.
Prosedur perpindahan
stringing
yoke
melewati
stringing sheaves sebagai berikut :
Stringing yoke dinaikkan dengan bantuan lever block yang telah disiapkan sebelumnya pada cross arm.
On Becoming the Center of Excellence 56
PT. PLN (Persero) PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
Kemudian digantung pada sambungan messenger wire sedemikian
rupa
sehinga
beban
stringing
yoke
dipindahkan dari stringing sheaves pada insulator string ke lever block.
Gate stringing sheaves dibuka dan messenger wire dikeluarkan. Kemudian stringing sheaves ditarik mundur kearah sisi tensioner dari stringing yoke sehingga konduktor dapat dimasukkan ke kedalam stringing sheaves, kemudian gate ditutup kembali.
Kemudian stringing yoke diturunkan dengan menggulung lever block ke stringing sheaves. Setelah itu pindahkan sling lever block dari stringing yoke.
Setelah
pelepasan
stringing
yoke
selesai,
tarik
messenger wire dengan perlahan – lahan dan proses penarikan dilanjutkan. d.
Penyambungan konduktor / kawat tanah. Bila seluruh konduktor /kawat tanah telah habis ditarik dari drum
pertama,
maka
ujung
konduktor/kawat
tanah
disambung dengan ujung konduktor/kawat tanah pada drum kedua. Sambungan ini dilakukan dibelakang tensioner dan sifatnya sementara dengan menggunakan stringing clamp atau
pulling
grip.
Setelah
melewati
tensioner
maka
sambungan sementara ini diganti dengan compression joint permanen (joint sleeve). Prosedur penyambungan compression joint adalah sebagai berikut :
Setelah penyambungan sementara melewati tensioner, proses penarikan dihentikan.
Dengan menggunakan come along, konduktor yang terdapat diantara ujung tower dan tensioner diikat dengan jangkar pada base tensioner. Akibatnya tegangan tarik konduktor dipindahkan ke sling come along dengan
On Becoming the Center of Excellence 57
PT. PLN (Persero) PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
menggulungnya dengan winch atau lever hoist yang telah dipasang untuk mengontrol tegangan tarik come along.
Konduktor
diturunkan
ketanah
untuk
dilakukan
pengupasan kawat aluminium sampai ke inti baja pada jarak tertentu untuk kedua ujung konduktor yang akan disambung.
Penyambungan inti baja pertama sekali dilakukan dengan menggunakan
compression
joint
untuk
inti
baja
menggunakan hydraulic compressor machine (mesin press).. Perlu diperhatikan didalam compression joint untuk inti baja harus ada grease untuk memudahkan pemasangan.
Selanjutnya inti baja yang telah tersambung dimasukkan kedalam compression joint kawat aluminium untuk dilakukan compression joint permanen menggunakan hydraulic compressor machine.
Setelah
penyambungan
selesai
tegangan
tarik
dikembalikan ketensioner dan come along dilepas dengan hati - hati. Setelah semua konduktor dan kawat tanah ditarik dalam stringing section maka konduktor ditegangkan sementara dengan tegangan 80% - 90% dari tegangan sagging yang telah direncanakan. e.
Penegangan sementara pada puller site.
Konduktor ditarik dengan stringing car sampai pada tegangan yang diinginkan, kemudian dijangkar sementara ke tanah dengan menggunakan come along.
Pada tower section puller site, tension clamp dipasang ke ujung konduktor yang telah dipotong dan dirangkai ke tension insulator string yang telah dipasang pada cross arm.
On Becoming the Center of Excellence 58
PT. PLN (Persero) PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
f.
Penegangan sementara pada drum site.
Pada drum site, come along dipasang pada konduktor dan dilewatkan dengan hand winch ke tanah. Kemudian konduktor ditarik dengan sling come along melalui snatch block yang telah diikat pada cross arm dan tower leg.
Pada tower section drum site, tension clamp dipasang ke ujung konduktor yang telah dipotong dan dirangkai ke tension insulator string yang telah dipasang pada cross arm.
g.
Konduktor ditegangkan ke section stringing yang telah ditegangkan sementara.
Pada drum site, konduktor yang telah ditegangkan sementara dijangkar ke tanah dengan sling come along, maka konduktor yang akan ditegangkan disambung ke konduktor yang telah dijangkar tadi.
Konduktor ditarik dari puller site, sementara itu come along pada drum site dilepas dari konduktornya dengan maksud
memindahkan
tegangan
konduktor
pada
stringing section sebelumnya ke konduktor pada stringing section berikutnya. 5.5. Sagging dan Clipping In Konduktor dan kawat tanah yang telah selesai ditarik dalam satu stringing section harus disagging sesuai dengan rencana sagging schedule yang telah
disetujui.
Sebelum
pekerjaan
sagging
dilaksanakan
harus
dipersiapkan pengaturan thermometer, pemasangan transit dan arget pada sagging span, fasilitas komunikasi antara sagging winch site dan sag sighting site. Sagging konduktor tidak boleh dilaksanakan pada kondisi angin kencang karena dapat mengakibatkan terangkatnya konduktor akibat tekanan angin. On Becoming the Center of Excellence 59
PT. PLN (Persero) PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
Pada umumnya sagging dilaksanakan dengan 2(dua) metode, yaitu : 5.5.1. Metode Sending out Pada metode ini, konduktor yang ditegangkan sementara ditarik kedepan sedemikian rupa, sehingga konduktor disagging dari arah dimana sagging section sebelumnya telah selesai.
Metode send out Gambar diatas memperlihatkan konduktor yang berada pada posisi yang berlawanan dengan sagging section harus diikat ke cross
arm
dengan
menggunakan
come
along
untuk
meminimalkan tegangan tarik yang tidak seimbang pada tower. Come along yang berada pada sagging section ditarik dengan wire rope dari winch yang dipasang di tanah melalui snatch block yang dirangkai ke cross arm dan tower leg. Setelah panjang konduktor yang terdapat pada sagging section diatur, maka konduktor diklem pada sagging side dari tower. Ujung konduktor yang berlawanan dengan tower dipasang pada tension insulator string dengan menggunakan tension clamp.
On Becoming the Center of Excellence 60
PT. PLN (Persero) PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
Urutan pelaksanaan Metode Sending Out Kemudian konduktor untuk span berikutnya diulur dengan merewinding winch dan mengendurkan tegangan sling dari come along. Konduktor harus ditarik bersamaan oleh winch yang ditempatkan pada ujung dari sagging secion berikutnya agar tegangan konduktor tidak mengakibatkan terjadinya ketidak seimbangan beban pada tower. Come along kemudian dibuka setelah beban tarikan dipindahkan keseluruhannya ke tension insulator string. 5.5.2. Metode Seimbang. Metode ini digunakan untuk sagging 2 (dua) section pada saat yang bersamaan untuk mempercepat jadwal penyelesaian.
Sagging dengan metode seimbang On Becoming the Center of Excellence 61
PT. PLN (Persero) PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
Konduktor diklem ke tension insulator string pada tower di kedua ujung dari 2 (dua) sagging section berdekatan yang mempunyai tegangan sedikit lebih kecil dari tegangan sagging. Kemudian konduktor pada kedua section ditegangkan dan diklem serentak pada section tower untuk menjaga keseimbangan tegangan pada tower. Metode sagging seimbang ini menghasilkan sisa konduktor yang tidak terpakai lebih banyak. 5.5.3. Pemasangan Sagging Winch. Sagging winch digunakan untuk pengaturan tegangan konduktor pada saat sagging dan dipasang di kaki tower. Ada 2 (dua) jenis winch yaitu portable hand winch atau engine driver winch. Winch harus memiliki kapasitas gulungan dan kekuatan yang cukup untuk operasi sagging. Pemasangan winch pada lokasi sedemikian rupa sehingga aman buat orang yang bekerja ditower maupun di tanah. Portable hand winch yang dipasang pada main post harus dilapisi dengan material pengaman sehingga tid ak merusak tower. 5.5.4. Pemasangan come along Untuk menahan konduktor pada saat penegangan digunakan come along yang dihubungkan ke bagian atas tension insulator string dengan wire rope langsung atau dapat juga dikombinasikan dengan pulling block yang disusun diantara come along dan insulator string. Wire rope diarahkan ke winch melalui snatch block yang ditempatkan ditower. Come along dipasang pada konduktor pada posisi + 3 m didepan tension clamp ketika konduktor ditegangkan. Setelah come along dipasang, maka pulling block dihibingkan ke come along. Pada konduktor yang lebih besar diameternya lebih baik menggunaan counter weight untuk mencegah rotasi come along akibat gaya puntir yang timbul karena penarikan.
On Becoming the Center of Excellence 62
PT. PLN (Persero) PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
5.5.5. Sambungan wire rope Wire rope dikencangkan ke bagian atas tension insulator string yang, dilewatkan melalui block yang dipasang di tower, kemudian dilewatkan melalui block yang dipasang pada come along dan ditarik ke cross arm dan diarahkan ke winch melalui block yang dipasang di tower. Untuk single insulator string, clamp insulator replacer dapat digunakan untu mengencangkan wire rope ke insulator string Untuk double insulator string, wire rope dikencangan ke yoke dari double insulator string. 5.5.6. Pemasangan snatch block Snatch block diikatkan pada bagian bawah cross arm sedemikian rupa sehingga wire rope dapat lewat melalui main member cross arm dan body tower. 5.5.7. Pemasangan Tension Clamp Tension clamp dipasang pada ujung konduktor dan dipasangpada tension insulator string sebagai berikut :
Konduktor antara come along dan insulator set ditndai pada titik yang akan menjadi bagian atas insulator hardware.
Konduktor dipotong pada posisi yang telah ditandai untuk tension clamp.
Tension clamp kemudian dipasang pada ujung konduktor dengan menggunakan hydraulic compressor.
Konduktor ditarik ke arah tower dengan winch sehingga tension clamp dapat dipasangkan pada insulator string, setelah itu konduktor digulung ulang denngan winch.
Come along kemudian dibuka setelah seluruh tegangan konduktor dipindahkan ke tension insulator.
5.5.8. Pengukuran Sag (Andongan) Andongan diukur dengan transit dan target yang dipasang pada On Becoming the Center of Excellence 63
PT. PLN (Persero) PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
tower yang dianggap sebagai sighting span. Sighting span pada suatu section dipilh bergantung pada jarak span dalam 1 (satu) sagging section sebagai berikut :
Jumlah span/sagging
Jumlah sighting span
Pemilihan sighting
section
span 1
3 span atau kurang 6 span atau kurang
2 atau lebih
Span panjang Span terpanjang atau
7 span atau kurang
3 atau lebih
span akhir Span panjang
diikat
dengan pusat section dan dngan
span kedua
pendek ujung
section Jika terdapat beberapa span dengan perbedaan level yang cukup besar diantara tower – tower pada keseluruhan section, maka sighting span harus dipilih span yang berdekatan dengan kedua ujung. Target (sagging board) dan transit (pocket compass) dipasang pada tower yang berada pada kedua sisi sighting span dibawah titik penopang konduktor sesuai hasil perhitungan sag. 5.5.9. Pengukuran temperature pada saat sagging dengan menggunakan glass
thermometer.
Untuk
mengetahui
temperature
dalam
konduktor, maka core wire harus diambil untuk memasukkan thermometer kedalamnya. Untuk menghindari efek radiasi panas maka contoh konduktor harus ditempatkan + 3 meter diatas tanah. 5.5.10. Pelaksanaan Penentuan Andongan. Setelah semua persiapan selesai dan petugas yang terlibat telah On Becoming the Center of Excellence 64
PT. PLN (Persero) PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
berada ditempat sesuai tugasnya, maka konduktor ditarik dengan mengoperasikan sagging winch atas komando komunikasi antara winch operator dan setiap transit observer sehingga andongan memenuhi target. Bila panjang konduktor yang ditarik melebihi beberapa span, maka
tegangan
pada
pulling
end
menjadi
lebih
tinggi
dibandingkan dengan ujung yang lain akibat gesekan dengan sheaves. Untuk mengatur konduktor pada andongan
yang
dikehendaki pada tegangan tertentu pada seluruh span, maka konduktor harus ditarik hati – hati dengan tegangan sedikit lebih tinggi daripada tegangan pada andongan yang dikehendaki, kemudian andongan diatur sesuai target. Konduktor tidak boleh di sagging dengan level yang sama dengan span sebelumnya. Andongan setiap span tergantung pada jarak antar tower, ketinggian dan lain sebaginya. 5.5.11. Clamping Sekali konduktor telah ditarik dan diatur sesuai target, maka konduktor harus di klem ke tension insulator string pada section tower. Untuk SUTT dengan twin konduktor dan SUTET Quaddrupple, untuk meminimalkan perbedaan antara 2 (dua) sag sub konduktor, maka come along salah satu sub konduktor dilengkapi dengan
tambahan
lever
block
ditarik
dan
diatur
untuk
menentukan posisi pemotongan konduktor untuk clamping. Sag untuk konduktor twin dan konduktor Quaddruple dapat diatur dengan sag adjuster. 5.5.12. Pemasangan Armour Rod dan Clipping In. Dalam waktu 48 jam setelah semua konduktor pada 1(satu) section stringing selesai di sagging, stringing sheaves harus dibuka dari intermediate suspension tower dan konduktor harus di clip in ke suspension insulator clamp secara permanen, bersama On Becoming the Center of Excellence 65
PT. PLN (Persero) PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
sama dengan armour rod. Prosedure pemasangan armour rod dan clipping in sebagai berikut : Konduktor ditandai langsung dibawah titik insulator attachment pada cross arm. Konduktor ditopang dengan lever block yang telah disiapkan pada cross arm dengan menggunakan sebuah konduktor hook untuk memindahkan berat konduktor dari stringing sheaves dan. Stringing sheaves dilepas dari insulator string. Armour rod dipasang pada konduktor tepat dibawah yang ditandai pada konduktor dan merupakan titik tengah suspension clamp. Suspension clamp dipasang pada insulator konduktor kemudian di clipping in bersama - sama dengan armour rod. 5.6. Jumpering Sebagai tindak lanjut proses clamping dan clipping in, pada kedua sisi tension
tower
jumper
dipasang
diantara
kedua
tension
clamp.
Pemasangan jumper ini untuk mendapatkan jarak bebas yang cukup antar tower member dengan konduktor. Panjang konduktor untuk jumper untuk setiap
tower
tension
ditentukan
dengan
pengukuran
langsung
menggunakan jumper buatan dalam bentuk busur. Jumper socket dari tension clamp dipasang pada kedua ujung dari jumper konduktor dengan menggunakan hydraulic compressor sesuai spesifikasi pabrikan. Jumper untuk setiap phase harus dibentuk sama/identik. Khusus untuk twin konduktor, jumper harus diatur pada level yang sama dan ditempatkan seragam dengan jumper spacer. 5.7. Pemasangan Asesories. 5.7.1. Pemasangan Vibration Dampers. Vibration dampers berfungsi untuk mencegah kerusakan yang mungkin terjadi akibat vibrasi akibat angin. Lokasi pemasngan vibration dampers harus ditentukan terlebih dahulu dengan toleransi 5 cm dari On Becoming the Center of Excellence 66
PT. PLN (Persero) PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
lokasi yang telah ditentukan. 5.7.2. Pemasangan Spacer Spacer hanya dipasang pada SUTT/SUTET dengan twin konduktor setelah selesai clipping in. Pemasangannya dengan menggunakan conductor car yang dijalankan dari tower ke tower. Lokasi spacer pada setiap span ditentukan berdasarkan jarak maksimum dari clamp dan spacer yang berdekatan dalam posisi + 60 cm dari posisi yang telah ditentukan. 5.7.3. Penggunaan Conductor Car.
Conductor car dipasang pada tower site dan 4 (empat) rodanya ditempatkan dengan sebaik – baiknya pada kedua sub konduktor. Rem tangan dan pengukur jarak (distance couter) harus dipasang dengan benar pada konduktor. Pengukur jarak harus diatur dalam posisi 0 (nol) sebelum dijalankan.
3 (tiga) conductor car harus digunakan pada saat bersamaan, masing – masing pada konduktor atas, tengah dan bawah.
Distribusi beban orang, car dan alat kerja harus dijaga agar tidak menambah andongan, sehingga dapat merusak konduktor pada saat conductor car lewat.
Conductor car sebaiknya digerakkan sendiri oleh petugas yang bersangkutan ke lokasi spacer yang telah ditentukan atau ditarik dari tanah oleh petugas yang lain.
Supaya conductor car tidak merusak conductor strands, maka conductor car harus dimaju mundurkan didekat pemasangan spacer.
On Becoming the Center of Excellence 67
PT. PLN (Persero) PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
Arah tarikan sagging
Pemotongan konduktor untuk di press ke tension clamp
Persiapan sagging. Petugas siap di tangga sagging (aspan)
Contoh pemasangan schoor saat sagging
On Becoming the Center of Excellence 68
Pelaksanaan pengepresan Sayang sekali petugas alpa menggunakan sarung tangan bahkan ada yang tidak menggunakan safety helmet.
PT. PLN (Persero) PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
Pemasangan jumper support SUTET 500 kV Konduktor berkas 4 (quadruple)
On Becoming the Center of Excellence 69
Jumper Tower Tension SUTT 150 kV
PT. PLN (Persero) PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
Lampiran Materi 3. Teknik Memanjat Tower
On Becoming the Center of Excellence 70