PEMBUATAN EKSTRAK KERING DARI HERBA MENIRAN ( Phyllanthus Phyllanthus niruri L.*)
Nama : Mayang Dwi Lianova Nim
: 2008013 BAB 1 PENDAHUL PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tanaman obat memiliki khasiat dan kegunaan masing ± masing, salah satu diantaranya
adalah Herba
meniran
yang
berkhasiat untuk
menghambat menghambat
pertumbuhan bakteri staphylococcus, bakteri staphylococcus, dan hasil penelitian terhadap herba meniran menunjukkan adanya kandungan minyak atsiri. Dalam infus meniran juga diketahui berkhasiat sebagai a ntidiare. (Dalimartha, 2000) Bahan obat sediaan fitofarmaka umumnya menggunakan ekstrak cair, ekstrak kental dan tingtur. Sediaan fitofarmaka yang dibuat dari bahan ekstrak cair jika disimpan dalam jangka waktu yang lama akan lebih cepat mengalami gangguan penyimpanan dalam penyimpanan secara fisika, kimia, dan mikrobiologi. Berdasarkan hal tersebut, ekstrak kering perlu dikembangkan dalam penggunaan obat pada sediaan s ediaan fitofarmaka. (Anonim, (Anonim, 2004) *)Proposal ini diseminar kan di Akademi Akademi Farmasi Ranah Miang Padang pada : Hari/tanggal : Jam : Tempat : Ruangan Seminar Akademi Farmasi Pembimbing : 1.Drs.Harrizul Rivai.M 2.Vivaldi Ersil, S.Si,Apt 1
Ekstrak kering adalah sediaan tanaman yang diperoleh dengan cara pemekatan dan pengeringan ekstrak cair sampai mencapai konsentrasi yang diinginkan menurut cara ± cara yang memenuhi syarat. Pengaturan biasanya dilakukan berdasarkan kandungan bahan aktif dengan cara penambahan bahan inert. (Anonim, 2004) Berdasarkan uraian diatas maka peneliti mengembangkan pembuatan ekstrak kering dari simplisia herba meniran (P hyllanthus hyllanthus niruri L. ) ) sebagai ekstrak kering yang memenuhi standarisasi Farmakope Far makope Indonesia. 1.2 Perumusan Masalah
1. Bagaimana cara membuat ekstrak kering herba meniran (P hyllanthus hyllanthus niruri L. ) ) yang bermutu baik. 2. Bagaimana karakteristik ekstrak kering herba meniran (P hyllanthus hyllanthus niruri L.)
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui cara pembuatan ekstrak kering dari herba meniran yang bermutu baik dan memenuhi standarisasi esktrak. 1.3.2
Manfaat Penelitian
1. Manfaat penelitian ini berguna untuk menambah pengetahuan kita tentang cara pembuatan ekstrak kering dari herba meniran (P hyllanthus hyllanthus niruri L.) 2.
Untuk
mengetahui karakteristik ekstrak kering herba meniran (P hyllanthus hyllanthus
niruri L.) sehingga dapat dipakai untuk standarisasi.
2
Ekstrak kering adalah sediaan tanaman yang diperoleh dengan cara pemekatan dan pengeringan ekstrak cair sampai mencapai konsentrasi yang diinginkan menurut cara ± cara yang memenuhi syarat. Pengaturan biasanya dilakukan berdasarkan kandungan bahan aktif dengan cara penambahan bahan inert. (Anonim, 2004) Berdasarkan uraian diatas maka peneliti mengembangkan pembuatan ekstrak kering dari simplisia herba meniran (P hyllanthus hyllanthus niruri L. ) ) sebagai ekstrak kering yang memenuhi standarisasi Farmakope Far makope Indonesia. 1.2 Perumusan Masalah
1. Bagaimana cara membuat ekstrak kering herba meniran (P hyllanthus hyllanthus niruri L. ) ) yang bermutu baik. 2. Bagaimana karakteristik ekstrak kering herba meniran (P hyllanthus hyllanthus niruri L.)
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui cara pembuatan ekstrak kering dari herba meniran yang bermutu baik dan memenuhi standarisasi esktrak. 1.3.2
Manfaat Penelitian
1. Manfaat penelitian ini berguna untuk menambah pengetahuan kita tentang cara pembuatan ekstrak kering dari herba meniran (P hyllanthus hyllanthus niruri L.) 2.
Untuk
mengetahui karakteristik ekstrak kering herba meniran (P hyllanthus hyllanthus
niruri L.) sehingga dapat dipakai untuk standarisasi.
2
1.4 Hipotesis
Herba meniran (P hyllanthus hyllanthus niruri L. ) dapat dibuat menjadi ekstrak kering dan memiliki karakterisasi yang sesuai dengan standar mutu ekstrak kering Farmakope Indonesia. 1.5 Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup ini merupakan bagian dari penelitian pengembangan obat tradisional menjadi sediaan fitofar maka. Obat tradisional yang diteliti ini adala h dari herba meniran (P hyllanthus hyllanthus niruri L. ) Penelitian yang dilakukan adalah penelitian untuk pembuatan ekstrak kering dan penentuan karakteristik dari herba meniran (P hyllanthus hyllanthus niruri L. ) L. )
3
1.6 Kerangka Konsep
Herba Meniran ( P hyllanthus niruri L.)
Daun Kering
Identifikasi di Herbarium y
Pemanenan
y
Sortasi Basah
y
Pencucian
y
Pengeringan
y
Penetapan susut pengeringan
y
Penetapan kadar abu
y
Penetapan Kadar Abu Tidak Larut Asam
y
Penetapan kadar abu yang larut air
Simplisia Herba Meniran ( P hyllanthus niruri L.) Ekstraksi dengan maserasi
Ekstrak Kental Pengeringan dengan penambahan saccharum lactis Ekstrak Kering Karakterisasi Ekstrak Terkarakterisasi
Non Spesifik
Spesifik
Identitas Organoleptis Kadar senyawa larut air Kadar senyawa larut etanol
Susut pengeringan Bj Nyata dan Bj Mampat
Kadar abu total Kadar abu tak larut asam
4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Botani Herba Meniran
Meniran atau yang disebut juga dengan ( P hyllanthus niruri L.) merupakan tumbuhan yang berasal dari hutan tropis. Meniran tumbuh di hutan-hutan liar, di kebun-kebun, maupun pekarangan halaman rumah. Pada umumnya tidak dipelihara karena dianggap tumbuhan rumput biasa. Nama lain dari herba meniran ini adalah Kilanelli ( India ), Meniran ( Jawa ), Zhen chu cao, Ye xia zhu ( Cina ), Child pick a back ( Inggris ). Klasifikasi Divisi
: Spermatophyta
Subdivisi
: Angiospermae
Kelas
: Dicotyledonae
Bangsa
: Geraniales
Family
: Euphorbiaceae
Marga
: P hylianthus
Jenis
: P hyllanthus niruri L .
( Jayusman dan Sulaksana, 2004)
Varietas dari herba meniran ini adalah meniran putih, meniran hijau,dan meniran merah. Dan jenis meniran yang a kan diujikan disini adalah meniran hijau.
5
2.2
Tinjauan farmakologi
2.2.1 Penggunaan Secara Tradisional Untuk
obat yang diminum, rebus 15 ± 30 gram herba meniran kering, lalu air
rebusannya diminum. Cara lain, Tumbuk herba meniran segar lalu peras. Air yang terkumpul diminum,untuk pemakaian luar cuci herba segar lalu giling sampai halus, bubuhkan bahan tersebut ketempat yang sakit kemudian di balut. 2.2.2 Uji Laboratorium (Uji Farmakologi)
Salep
ekstrak metanol herba meniran dosis 200 dan 400 mg/kgBB
(disuspensikan dengan DMSO 10%), yang diberikan pada tikus yang dibuat luka pada bagian ketiaknya, secara bermakna dapat mengurangi diameter luka tersebut masing±masing sebesar 90,9 dan 93,7% pada hari ke -18 setelah kejadian luka. Selain itu juga dapat mengurangi waktu epitelisasi pada luka karena terpotong dan meningkatkan laju penutupan luka [WC (wound closure) 50] sebesar 8,7 %. Ekstrak herba meniran dosis 400 mg/kgBB tikus, juga dapat meningkatkan berat jaringan granuloma secara bermakna (Anonim, 2010) 2.2.3
Uji Klinik
Bagian-bagian tanaman meniran telah dimanfaatkan untuk berbagai penyakit, daun dan batang meniran digunakan untuk mengobati penyakit kelamin akut. Ekstrak air dari meniran telah dimanfaatkan oleh masyarakat Brazil dan Peru untuk melarutkan batu ginjal dan batu saluran kemih. Sedangkan di Afrika utara, meniran digunakan untuk mengobati demam, diabetes, gangguan menstruasi, dan sebagai pencahar. Meniran juga banyak dimanfaatkan di belahan bumi lainnya, seperti di India, Thailand, dan Indonesia untuk mengobati penyakit kuning, disentri, diare, gonorhoea, keputihan, asma, anti radang, sakit pinggang, dan tetanus. Meniran dapat 6
digunakan sebagai terapi adjuvan, yaitu obat yang dikonsumsi untuk menunjang efek obat utama. Hasil penelitian yang dilakukan di beberapa rumah sakit di Jakarta dan Surabaya, dilaporkan bahwa terapi adjuvan dengan ekstrak meniran berhasil mempersingkat waktu pengobatan beberapa jenis penyakit, di antaranya adalah tuberkulois (TBC). ( Kusuma dan Kardinan, 2004) 2.3
Tinjauan Kimia Herba Meniran
Meniran mengandung golongan senyawa kimia golongan flavonoid, antara lain
quercetin,
quercetrin,
isoquercetrin,
astragalin,
rutin
kaemperol-4¶-
rhamnopyranoside, eriodictyol-7-rhamnopyranoside, fisetin-4¶-O-glicoside, 5, 6, 7, 4¶-tetrahydroxy-8-(3-methylbut-2-enyl)-flavonone-5-O-runoside
(nirurin).
Pada
akarnya terdapat 3, 5, 7-trihydroxyflavonl-4´-O- -L-(-) rhamnopyranoside; suatu _
senyawa glikosida flavonoid dengan kaemperol sebagai aglikon dan rhamnosa sebagai bagian glikon. Ikatan glikosida terdapat pada posisi 4 sebagai gliksida flavonoid terdapat pula 5, 3¶, 4;-rihydroxyflavononone-7-O- -L-(-), suatu flavonone _
(eriodictyol); L(-)-rhamnose sebagai bagian gikon. Disamping itu terdapat senyawa lignan,
norsecurinine,
securinine,
allosecurinine,
dan
senyawa
alkaloid
(entnorsecurinine). Ignan; nirphyllin (3, 3¶, 5, 9, 9¶-pentamethoxy-4-hydroxy, 4¶, 5methylendioxylignan, phyllnirurin (3,4-methylendioxy-5¶-methoxy-9-hidroxy-4¶-7 epoxy8,3¶neolignan), isolintetrain, hypophyllanthin (tidak pahit). Nirtetralin, niranthin,
phyllanthin (pahit), hinikinin, ligtetralin, phyllanthostatin A, dan
alkaloid dari trans-phytol (Sudarsono dkk, 1996).
7
2.4 Tinjauan Farmakognosi Herba Meniran (Anonim, 1977) 1977 ) 2.4.1 .4.1 Bentuk Makroskopik
Batang ramping, bulat, garis tengah sampai 3 mm, garis tengah cabang sampai 1 mm. Daun kecil, bentuk bundar telur sampai bundar memanjang, pada varietas javanicus panjang helai daun 5 mm sampai 10 mm, lebar 2,5 mm sampai 5 mm, pada varietas genuinus panjang helai daun 7 mm sampai 20 mm,lebar 3 mm sampai 5 mm, bunga dan buah terdapat pada ketiak daun. Buah berwarna hijau kekuningan sampai kuning kecoklatan. 2.4.2 .4.2 Bentuk Mikroskopik
Daun : Epidermis atas terdiri dari 1 lapis sel dan agak menonjol keluar, epidermis bawah lebih menonjol dari epidermis atas, pada penampang tangensial sel epidermis atas dan bawah mempunyai dinding samping yang bergelombang; kutikula jelas dan berbintik. Stomata tipe a nisositik, terdapat pada kedua permukaan, pada permukaan bawah lebih banyak. Jaringan palisade terdiri dari 1 lapis sel berbentuk silindrik, silindrik, tebal jaringan hampir setengah tebal mesofil da un. Pada jaringan palisade dari varietas genuinus terdapat hablur kalsium oksalat berbentuk prisma berukuran 10 µm sampai 5 µm, pada jaringan palisade dari varietas javanicus terdapat hablur kalsium oksalat berbentuk roset berukuran lebih kurang 20 µm. Jaringan bunga karang terdiri dari beberapa lapis sel. Berkas pembuluh tipe kolateral, tulang daun di dalam mesofil disertai hablur kalsium oksalat berbentuk roset, umumnya berukuran lebih kecil dari hablur di jaringan palisade. Batang : Epidermis terdiri dari 1 lapis sel dengan bentuk memanjang. Korteks terdiri dari jaringan kolenkim dan parenkim yang berisi butir hijau daun
8
atau berisi hablur kalsium oksalat
berbentuk roset besar; besar; kelompok serabut
perisikel, berlignin dan tersusun dalam lingkaran yng terputus-putus. Floem sedikit, Xilem sekunder tersusun radial. Jari- jari xilem terdiri dari 1 sampai 2 deret sel yang agak terentang radial. Dalam paremkim empulur terdapat hablur serupa hablur di korteks. Buah : Kulit buah terdiri dari 1 lapis sel parenkim jernih, 2 lapis sel-sel kecil dengan dinding radial agak menebal, selapis sel serupa jaringan palisade yang jernih dengan dinding tangensial dalam dan luar lebih tebal dan berlignin. Biji : Di dalam kulit biji terdapat 1 lapis sklerenkim yang terdiri sel batu berbentuk segi empat atau segi panjang, dinding luar dan dinding radial lebih tebal dari dinding dalam, berlignin, lumen berbentuk segi tiga, saluran noktah bercabangcabang. Endosperm Endosperm terdiri t erdiri dari sel-sel kecil. Serbuk : Warna hijau kelabu. Fragmen pengenal adalah fragmen epidermis atas dan bawah serta hablur kalsium oksalat berbentuk prisma atau berbentuk roset yang berasal dari jaringan palisade atau parenkim di sekitar berkas pembuluh; fragmen mesofil; fragmen kulit buah dengan dinding tangensial serupa serabut sklerenkim; sklerenkim; fragmen fra gmen kulit biji, tampak tangensial. 2.5 Pengeringan Simplisia
Pengeringan adalah suatu cara pengawetan dan pengelolaan simplisia dengan cara mengurangi kadar air sehingga pembusukan dapat terhambat dalam proses ini. Kadar air dan reaksi ± reaksi zat aktif dalam simplisia akan berkurang, air yang masih tersisa dalam simplisia pada kadar tertentu dapat menjadi pertumbuhan kapang dan jasad renik lainnya. Enzim lain tertentu dalam sel masih dapat bekerja 9
menguraikan senyawa aktif saat setelah sel mati dan selama bahan simplisia tersebut mengadung air tertentu. Simplisia dinilai cukup aman bila mempunyai kadar air < 10%. Kadar air adalah banyaknya hidrat yang terkandung atau banyak air yang terserap zat. Teknik pengeringan secara alami tergantung dari zat aktif yang terkandung dalam organ yang dikeringkan, dapat dilakukan dengan dua cara yaitu : a. Dengan panas cahaya matahari langsung. Cara ini dilakukan untuk mengeringkan simplisia yang relatif keras (kayu, kulit kayu, akar, biji, dsb), dan mengandung zat aktif yang relatif stabil. b.
Dengan cara diangin ± anginkan dan tidak kena cahaya matahari langsung, cara ini untuk pengeringan simplisia lunak (bunga, daun, dsb), dan mengandung zat atau kandungan zat aktif yang mudah menguap dan tidak tahan terhadap panas matahari
2.6 Standarisasi Standarisasi Ekstrak
Menurut Farmakope Indonesia Edisi IV, Ekstrak adalah sediaan kental yang diperoleh dengan mengekstraksi senyawa aktif dari simplisia nabati atau hewani menggunkan menggunkan pelarut yang yang sesuai, kemudian semua semua atau hampir hampir semua semua
pelarut
diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah ditetapkan. Standarisasi ekstrak dilakukan secara parameter non spesifik dan parameter spesifik (Farmakope (Farma kope Indonesia, Indonesia, 1995). Ekstrak kering adalah sediaan yang berasal dari tanaman, diperoleh dengan cara pemekatan dan pengeringan ekstrak cair sampai mencapai konsentrasi yang diinginkan menurut cara-cara yang memenuhi syarat. Pengaturan biasanya
10
dilakukan berdasarkan kandungan bahan aktif dengan cara penambahan bahan tambahan inert (Anonim, 2004). 2.6.1 Ekstraksi Dengan Mengunakan Pelarut
Ekstraksi dilakukan dengan menggunakan pelarut etanol 95% dilakukan dengan cara maserasi. Maserasi adalah proses pengekstrakan simplisia, dengan cara perendaman
menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengadukan pada
temperatur ruangan (kamar). Secara teknologi termasuk ekstraksi dengan prinsip metoda pencapaian konsentrasi pada keseimbangan. Maserasi kinetik berarti dilakukan pengadukan yang kontiniu (terus-menerus). Remaserasi berarti dilakukan pengulangan penambahan pelarut setelah dilakukan penyaringan maserat pertama dan seterusnya (Anonim, 2000). Cairan pelarut dipilih agar dapat melarutkan hampir semua metabolit sekunder yang terkandung di dalamnya. Faktor utama untuk pertimbangan pada pemilihan cairan antara lain stabil, selektif, ekonomis, dan aman. Namun kebijakan pemerintah dalam hal ini juga membatasi pelarut yang dibolehkan. Pada prinsipnya pelarut yang digunakan memenuhi syarat kefarmasian ³ P harmaceutical Grade´ Sampai saat ini pelarut yang diperbolehkan adalah air dan alkohol (etanol) serta campurannya (Anonim, 2000).
11
2.7 Standarisasi Ekstrak (Anonim, 2000). 2.7.1 Parameter Non Spesifik
a) Susut Pengeringan Pengukuran sisa zat setelah pengeringan pada temperatur 105rC selama 30 menit atau sampai berat konstan, yang dinyatakan sebagai nilai persen. Tujuan penentuan parameter ini adalah memberikan batasan maksimal (rentang) tentang besarnya senyawa yang hilang pada proses pengeringan. a) Bobot Jenis Nyata dan Bobot Jenis Mampat Merupakan massa per satuan volume pada suhu kamar tertentu (25 rC) yang ditentukan dengan alat khusus tab volumeter. b) Kadar Abu Prinsip penentuan parameter kadar abu adalah bahan dipanaskan pada temperatur dimana senyawa organik dan turunannya terdestruksi dan menguap. Sehingga tinggal unsur mineral dan anorganiknya saja. Tujuan penentuan parameter ini adalah memberikan gambaran kandungan mineral internal dan eksternal yang berasal dari proses awal sampai terbentuknya ekstrak. Penentuan kadar abu ada dua macam yaitu : 1) Penetapan kada abu total 2) Penetapan kadar abu tidak larut asam
12
2.7.2
Parameter Spesifik (Depkes, 2000)
a) Identitas Merupakan parameter tentang deskripsi tata nama :
Nama ekstrak
Nama latin tumbuhan
Bagian tumbuhan yang digunakan Nama Indonesia tumbuhan Senyawa Identitas
Bertujuan memberikan identitas obyektif dari nama dan spesifik dari senyawa identitas. b) Organoleptik Merupakan
parameter
yang
ditentukan
dengan
penggunaan
pancaindera mendiskripsikan bentuk, warna, bau, dan rasa. Tujuan penentuan parameter ini adalah pengenalan awal yang sederhana dengan seobyektif mungkin. c) Senyawa Terlarut Dalam Pelarut Tertentu Merupakan parameter yang ditentukan dengan melarutkan ekstrak dengan pelarut (alkohol atau air) untuk ditentukan jumlah solut yang identik dengan jumlah senyawa kandungan ekstrak secara gravimetri. Sehingga memberikan gambaran awal jumlah kandungan senyawa. Dibedakan atas dua, yaitu : 1) Kadar senyawa yang larut dalam air 2) Kadar senyawa yang larut dalam etanol
13
1) Kadar senyawa yang larut dalam air Maserasi sejumlah 5,0 gram ekstrak sela ma 24 jam dengan 100 ml air kloroform LP menggunakan labu bersumbat sambil berkali-kali dikocok selama 6 jam pertama dan kemudian dibiarkan selama 18 jam. Saring, uapkan 20 ml filtrat hingga kering dalam cawan dangkal yang telah ditara, panaskan residu pada suhu 105rC hingga bobot tetap. Hitung kadar dalam persen senyawa yang larut dalam air, dihitung terhadap ekstrak awal (Anonim, 2000). 2) Kadar senyawa yang larut dalam etanol Maserasi sejumlah 5,0 gram ekstrak selama 24 jam dengan 100 ml etanol (95%), menggunakan labu bersumbat sambil berkali-kali dikocok selama 6 jam pertama kemudian dibiarkan selama 18 jam. Saring cepat dengan menghindarkan penguapan etanol 90%, kemudian uapkan 20 ml filtrat hingga kering dalam cawan dangkal berdasar rata yang telah ditara, panaskan residu pada suhu 105rC hingga bobot tetap. Hitung kadar dalam persen senyawa yang larut dalam etanol (95%), dihitung terhadap ekstrak awal ( Anonim, 2000).
14
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
2.1 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Mei ± Juni 2011 di Laboratorium Penelitian Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Taman Siswa Padang. 2.2 Alat dan Bahan
a. Alat ± alat yang digunakan adalah: Corong pisah, alat ± alat gelas, perkolator, rotari evaporator, 1 set alat refluks, krus, piknometer, kertas saring, timbangan, dan labu bersumbat. b. Bahan ± bahan yang digunakan antara lain: Aquadest, herba meniran, etanol 90%, laktosa, kloroform, larutan HCl, dan asam sulfat encer. 2.3 Prosedur Penelitian 2.3.1
Pengumpulan dan Identifikasi Sampel (Soetarno, 1997)
1. Pemanenan herba meniran (P hyllanthus niruri L.) Tumbuhan dipanen secara manual, diambil semua bagian dari tumbuhan meniran (P hyllanthus niruri L. ) yang diatas permukaan tanah, tumbuh tegak, bercabang ± cabang dipanen pagi hari dan diambil tumbuhan yang telah dewasa atau telah berbunga.
15
2. Identifikasi herba meniran (P hyllanthus niruri L. ) Identifikasi tumbuhan di Herbarium
Universitas Andalas.
3. Sortasi Basah Dilakukan untuk pemisahan pengotor pada simplisia sebelum pencucian, dengan cara membuang bagian ±bagian yang tidak perlu sebelum pengeringan, sehingga didapatkan herba yang layak untuk digunakan, cara ini dapat dilakukan dengan manual. 4. Pencucian Simplisia Dilakukan untuk menghilangkan pengotor yang masih melekat pada simplisia setelah pelaksanaan sortasi basah. Pencucian dilakukan dengan air mengalir dan dalam waktu yang sesingkat mungkin bertujuan untuk menghilangkan mikroba dan pengotor, namun tidak menghilangkan zat berkhasiat simplisia tersebut. 5. Pengeringan Simplisia Dilakukan pengeringan dengan cara diangin ± anginkan atau tidak kena cahaya matahari langsung atau pada suhu kamar. Pengeringan ini berlangsung ±10 hari sampai kadar air <10%.
16
6. Pengujian Simplisia (Anonim, 1980) a. Penetapan susut pengeringan Timbang seksama 1 g sampai 2 g zat dalam botol timbang dangkal bertutup yang sebelumnya telah dipanaskan pada suhu penetapan selama 30 menit dan telah ditara. Jika zat berupa hablur besar, sebelum ditimbang digerus dengan cepat hingga ukuran butiran lebih kurang 2 mm. Ratakan zat dalam botol timbang dengan menggoyangkan botol,
hingga merupakan
lapisan setebal lebih kurang 5 mm sampai 10 mm, masukkan ke dalam ruang pengering, buka tutupnya, keringkan pada suhu penetapan hingga bobot tetap. Sebelum setiap penimbangan, biarkan botol da lam keadaan terlebur zat lebih rendah dari suhu penetapan, pengeringan dilakukan pada suhu antara 5
o
o
dan 10 dibawah suhu leburnya selama 1 jam sampai 2 jam, kemudian pada suhu penetapan selama waktu yang ditentukan atau hingga bobot tetap. b. Penetapan kadar abu total Lebih kurang 2 g sampai 3 g zat yang telah digerus dan ditimbang seksama, masukkan ke dalam krus platina atau krus silikat yang telah dipijarkan dan ditara, ratakan. Pijarkan perlahan ± lahan hingga arang habis, dinginkan, timbang. Jika dengan cara ini arang tidak dapat dihilangkan, tambahkan air panas, saring melalui kertas saring bebas abu. Pijarkan sisa dan dan kertas saring dalam krus yang sama. Masukkan filtrat kedalam krus, uapkan, pijarkan hingga bobot tetap, timbang. Hitung kadar abu terhadap bahan yang telah dikeringkan diudara. Rumus Kadar Abu =
x100%
Keterangan 17
Wo=Berat krus porselen kosong W1= Berat krus porselen dan simplisia W2=Berat krus porselen setelah pengeringan konstan
c. Penetapan kadar abu yang tidak larut dalam asam Abu yang diperoleh pada Penetapan kadar abu, didihkan 25 ml asam klorida encer P selama 5 menit, kumpulkan bagian yang tidak larut asam, saring melalui krus kaca masir atau kertas saring bebas abu, cuci dengan air panas, pijarkan hingga bobot tetap, timbang. Hitung kadar abu yang tidak larut dalam asam terhadap bahan ya ng telah dikeringkan diudara.
Rumus Kadar Abu Tidak Larut Asam
=
x100%
Keterangan : Wo=Berat krus porselen kosong W1= Berat krus porselen dan simplisia W2=Berat krus porselen setelah pengeringan konstan d. Penetapan kadar abu yang larut dalam air Abu yang diperoleh pada penetapan kadar kadar abu, didihkan dengan 25 ml air selama 5 menit, kumpulkan bagian yang tidak larut, saring melalui krus kaca masir atau kertas saring bebas abu, cuci dengan air panas dan pijarkan selama 15 menit pada suhu tidak lebih dari 450 0. Hingga bobot tetap, timbang. Perbedaan bobot sesuai dengan jumlah abu yang larut dalam air terhadap bahan yang dikeringkan di udara. 18
7. Pembuatann ekstrak kental Pembuatan Ekstrak Kental Ekstrak dibuat dengan cara maserasi menggunakan etanol 95%. Satu bagian serbuk kering herba meniran dimasukkan kedalam maserator, ditambah 10 bagian etanol 95% direndam selama 6 jam sambil diaduk-aduk kemudian didiamkan sampai 24 jam. Maserat dipisahkan, dan proses diulangi 2 kali dengan jenis dan jumlah pelarut yang sama. Semua maserat dikumpulkan dan diuapkan dengan penguap vakum menggunakan rotari evaporator hingga diperoleh ekstrak kental. Rendeman yang diperoeh ditimbang dan dicatat. (Anonim, 2004).
8. Pengeringan Ekstrak Pengeringan ekstrak antara lain caranya adalah : Ekstrak kental yang telah didapat,keringkan dengan menambahkan sebagian pati atau laktosa. Pada serbuk kering ini tambahkan pelarut heksan 300ml heksan untuk tiap 100 gr ekstrak, kemudian aduk sempurna beberapa kali selama 2 jam, biarkan mengendap dan enaptuangkan cairan, lalu campurkan sisa dengan heksan lagi 300 ml aduk sempurna dan pisahkan kelebihan heksan, ulangi pencucian sekali lagi dengan heksan, baru o
keringkan pada suhu 70 C , timbang serbuk ini dan tentukan kadar zat aktif dan karakteristiknya (Martin, at. al, 1961)
19
9. Karakterisasi ekstrak kering
Parameter Non spesifik
A. Susut Pengeringan dan Bobot Jenis a) Susut Pengeringan Ekstrak ditimbang secara seksama sebanyak 2 gram dan dimasukkan ke dalam botol timbang dangkal tertutup yang sebelumnya telah dipanaskan pada suhu 105oC
selama 30 menit dan telah ditara. Sebelum ditimbang
ekstrak diratakan dalam botol timbang, dengan menggoyangkan botol, hingga terdapat lapisan setebal lebih kurang 5 mm sampai 10 mm. Jika ekstrak yang di uji berupa ekstrak kental, ratakan dengan bantuan pengaduk. Kemudian dimasukkan kedalam ruang pengering, buka tutupnya, keringkan o
pada suhu 105 C hingga bobot tetap. Sebelum setiap pengeringan, biarkan botol dalam keadaan t ertutup mendingin dalam eksikator hingga suhu kamar. Jika ekstrak sulit kering dan mencair pada pemanasan, ditambahkan 1 gram silika pengering yang telah ditimbang seksama setelah dikeringkan dan disimpan dalam eksikator pada suhu kamar. Campurkan silika tersebut secara rata dengan ekstrak pada saat panas, kemudian keringkan kembali pada suhu penetapan hingga bobot tetap. (Anonim, 2000) b) Bobot Jenis Gunakan piknometer bersih, kering
dan telah dikalibrasi dengan
menetapkan bobot piknometer dan bobot air yang baru didihkan pada suhu 25oC, masukkan kedalam piknometer. Atur suhu piknometer yang telah diisi hingga suhu 25 oC, buang kelebihan ekstrak cair dan timbang, Kurangkan bobot piknometer yang telah diisi. Bobot jenis ekstrak cair adalah hasil yang 20
diperoleh dengan membagi bobot ekstrak dengan bobot air, dalam piknometer pada suhu 25oC (Anonim, 2000)
Bobot Jenis
=
(
)
Keterangan : =
Bobot piknometer kosong
b = Bobot piknometer ta mbah air c = bobot piknometer tambah ekstrak B. Kadar Air Penetapan kadar air menggunakan metode gravimetri. Masukkan lebih kurang 10 gram ekstrak dan timbang seksama dalam wadah yang telah ditara. Keringkan pada suhu 105 oC selama 5 jam dan ditimbang, Lanjutkan pengeringan dan timbang pada jarak 1 jam sampai perbedaan antara 2 penimbangan berturut ± turut tidak lebih dari 0,25%. (Anonim, 2000) C. Kadar Abu a) Penetapan Kadar Abu 2,5 gram ekstrak yang telah digerus dan ditimbang seksama, dimasukkan kedalam krus silikat yang telah dipijarkan dan ditara, diratakan. Pijarkan perlahan ± lahan hingga arang habis, dinginkan dan timbang. Jika cara ini arang tidak dapat dihilangkan, tambahkan air panas, saring melalui kertas saring bebas abu. Pijarkan sisa dan kertas saring dalam krus yang sama. Masukkan filtrat kedalam krus, uapkan, pijarkan hingga bobot tetap,
21
timbang, hitung kadar abu terhadap bahan yang telah dikeringkan di udara. Penetapan kadar abu total tidak lebih dari 8,9%. (Anonim, 2000) b)
Penetapan Kadar Abu Yang Tidak Larut Asam Abu yang diperoleh pada penetapan kadar abu, didihkan dengan 25 ml asam sulfat encer P selama 5 menit, kumpulkan bagian yang tidak larut dalam asam, saring melalui krus kaca masir atau kertas saring bebas abu, cuci dengan air panas, pijarkan hingga bobot tetap, timbang. Hitung kadar abu yang tidak larut dalam asam terhadap bahan yang telah dikeringkan diudara, penetapan kadar abu tidak larut asam tidak lebih dari 2,0%. (Anonim, 2000)
Parameter Spesifik
A. Identitas Identitas tanaman uji ini dikeluarkan oleh Herbarium Universitas Andalas B. Organoleptis a) Bentuk Pengujiannya : Ekstrak dilihat dengan kasat mata bagaimana bentuknya b) Warna Pengujiannya : Ambil dengan spatel sedikit ekstrak kering diletakkan diatas wadah yang beralaskan warna putih c) Bau Pengujiannya : Ambil sedikit sampel lalu cium bau apa yang terjadi. d) Rasa 22
Pengujiannya : sedikit sampel diletakkan diujung lidah dan dirasa kan C. Senyawa Terlarut Dalam Pelarut Tertentu a) Kadar senyawa yang larut dalam air Maserasi sejumlah 5,0 gram ekstrak selama 24 jam dengan 100 ml air kloroform LP menggunakan labu bersumbat sambil berkali ± kali dikocok selama 6 jam pertama dan kemudian dibiarkan selama 18 ja m. Saring, uapkan 20 ml filtrat hingga kering dalam cawan dangkal yang telah ditara, panaskan residu o
pada suhu 105 C hingga bobot tetap. Hitung kadar dalam persen senyawa yang larut dalam air, dihitung terhadap ekstrak awal (Anonim, 2000) b) Kadar senyawa yang larut dalam etanol Maserasi sejumlah 5,0 gram ekstrak selama 24 jam dengan 100 ml etanol (90%), menggunakan labu bersumbat sambil berkali -kali dikocok selama 6 jam pertama
kemudian
dibiarkan
selama
18
jam.
Saring
cepat
dengan
menghindarkan penguapan etanol 90%, kemudian uapkan 20 ml filtrat hingga kering dalam cawan dangkal berdasar rata yang telah ditara, panaskan residu o
pada suhu 105 C hingga bobot tetap. Hitung kadar dalam persen senyawa yang larut dalam etanol (90%), dihitung terhadap ekstrak awal. (Anonim, 2000)
23
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
Hasil identifikasi tanaman di Herbarium FMIPA
Universitas
Universitas
Andalas Jurusan Biologi
Andalas (ANDA) adalah spesies P hyllanthus niruri L. (famili
Euphorbiaceae) (Lampiran 1). Hasil pengujian simplisia herba meniran (P hyllanthus
niruri L.) adalah
sebagai berikut : Tabel 1 Hasil Pengujian Parameter fisikokimia Simplisia Kering Herba Meniran ( Phyllanthus niruri L.) No
1
Parameter
Susut pengeringan
Nilai
Rata-rata ± SD
6,660% 7,463%
6,779%
0,598%
7,098%
0,573%
1,401%
0,479%
5,697 %
1,075 %
6,275% 2
U
ji Kadar abu total
6,888% 6,660% 7,747%
3
U ji
kadar abu tidak
larut asam
1,932% 1,000% 1,271%
4
U ji
air
kadar abu larut
4,956% 5,660 % 6,476 %
24
Tabel 2 Hasil Pembuatan Ekstrak Kering Herba Meniran
No
Tahapan
Hasil
1
Simplisia segar
4 kg
2
Simplisia kering
1,35 Kg
3
Ekstrak kental
30,082 gram
4
Ekstrak kering
50,061 gram
Setelah dilakukan penelitian tentang pembuatan ekstrak kering herba meniran P yllanthus niruri L. dan karekteristiknya maka didapatkan hal sebagai berikut :
25
Tabel 3 Hasil Pengujian Parameter Non Spesifik Ekstrak Kering Herba meniran ( Phyllanthus niruri L.) No
1
Parameter
Nilai
Susut
1,098%
pengeringan
2,789%
Rata-rata ± SD
2,027%
0,736%
2,193% 2
Bobot jenis nyata
0,625 g/ml 0,588 g/ml
0,606 g/ml
0,018 g/ml
0,681 g/ml
0,039g/ml
10,899 g/ml
1,396/ml
0,606 g/ml
3
Bobot
jenis
mampat
0,714 g/ml 0,653 g/ml 0,675 g/ml
4
Index Carr¶s
12,505% 9,969 % 10,222%
5
Rasio Hausner
1,142 1,110
1,121
0,017
1,113 6
Kadar Abu total
1,297% 1,197%
1,329%
0,151%
0,115%
0,076%
1.497% 7
Kadar abu yang
0,049%
Tidak larut asam
0,099% 0,199%
26
Tabel 4 Hasil Pengujian Parameter Spesifik Ekstrak Kering Herba Meniran ( Phyllanthus niruri L.) No
1
Parameter
Nilai
Rata-rata ± SD
Organoleptis Bentuk
Serbuk Kering
Warna
Coklat Tua
Bau
Khas
Rasa
Herba Meniran Pahit
2
Kadar senyawa yang
79,600%
Larut dalam air
84,500%
69,033%
22,678%
28,433%
9,469%
43,000% 3
Kadar senyawa yang
18,200%
Larut dalam etanol
30,700% 36,400%
27
4.2. Pembahasan
Pengambilan sampel ini dilakukan di daerah Simpang Tiga, Kabupaten Pasaman Barat, Sumatera Barat. Meniran yang diambil adalah yang masih muda karena kandungan senyawa aktifnya masih banyak dan pengambilan dilakukan pada pagi hari sebelum mengalami fotosintesis, hal ini dilakukan untuk menyeragamkan waktu panen, setelah dipanen dilakukan sortasi basah, pencucian dengan air mengalir, dan pengeringan. Sampel yang digunakan untuk pengujian ini adalah herba meniran ( P hyllantus niruri L.) yang telah dilakukan uji identifikasi di Herbarium Andalas (ANDA), Jurusan Biologi FMIPA
Universitas
Universitas
Andalas Kampus Limau
Manis, Padang, Sumbar, Indonesia dengan hasil specimen P hyllanthus niruri L. (famili : Euphorbiaceae). Pengeringan sampel dilakukan dengan cara di anginkan atau tidak kena cahaya matahari langung, selama
10 hari sampai diperoleh kadar air <10%. Alat
yang digunakan untuk pengeringan sampel adalah wadah yang terbuat dari plastik yang ada lobang-lobang udaranya. Hal ini bertujuan agar sampel memperoleh udara yang baik sehingga sampel yang didapatkan cepat kering, tidak berjamur atau tidak ditumbuhi kapang. Kadar air yang diperoleh berkisar antara 6,201%
7,397%. Jadi
kadar air memenuhi standar parameter, dimana kadar air dari daun tidak lebih dari 10%.
28
Setelah itu dilanjutkan dengan pengujian simplisia yang bertujuan untuk mendapatkan simplisia yang bermutu baik dan memenuhi standarisasi Materia Medika Indonesia (1977), yaitu di antaranya : y
U ji
kadar abu total
Hasil yang didapat 7,098% y
U ji
kadar abu tidak larut asam
Hasil yang didapat 1,401% y
U ji
0,573% berkisar antara 6,525% - 7,671%.
0,479% berkisar antara 0,922% - 1,880%.
kadar abu larut air
Hasil yang didapat 5,697%
1,075% bekisar antara 4,622% - 6,772% .
Setelah itu dilanjutkan dengan pembuatan ekstrak, sampel yang telah kering dirajang sampai halus, ditimbang sebanyak 100 g untuk dijadikan ekstrak. Ekstrak dibuat dengan cara maserasi, pelarut yang digunakan adalah etanol 95%. 100 g serbuk kering herba meniran dimasukkan ke dalam maserator, ditambah 1000 ml etanol 95% direndam selama 6 jam sambil sekali-kali diaduk. Maserat dipisahkan dan proses diulangi 2 kali dengan jenis dan jumlah pelarut yang sama. Semua maserat dikumpulkan dan diuapkan dengan penguap vakum (Rotary Evaporator) pada suhu dibawah
50 rC, hal ini bertujuan agar ekstrak tidak rusak, hingga
diperoleh ekstrak kental. Sehingga hasil yang diperoleh dari maserasi sebanyak 100 g sampel dalam 3000 ml etanol 95% adalah 30.082 g ekstrak kental. Ekstrak kental yang telah jadi tersebut, dilanjutkan dengan pembuatan ekstrak kering dengan cara : Ekstrak dimasukkan ke dalam lumpang yang telah dipanaskan (30,082 g ekstrak kental) lalu tambahkan saccharum lactis sama banyak (30.082 g), sedikit demi sedikit aduk sempurna, penambahan saccharum lactis ini bertujuan untuk
29
membantu mengeringkan ekstrak. Setelah tercampur sempurna lalu tambahkan 90,24 ml heksan, kemudian aduk sempurna beberapa kali selama 5 menit. Biarkan mengendap dan enaptuangkan cairan, lalu campurkan sisa dengan heksan lagi 90.24 ml aduk sempurna dan pisahkan kelebihan heksan, ulangi pencucian sekali lagi dengan heksan, heksan digunakan untuk membebaskan lemak pada ekstrak sehingga ekstrak mengumpul dan tidak melengket pada lumpang dan mortir. Baru keringkan pada suhu
rC, timbang serbuk ini dan tentukan karakteristiknya. Ekstrak yang 70
didapat berupa ekstrak kering sebanyak 50,061 g. Hal ini berarti ekstra k kering yang diperoleh 1 : 3 dari 100 g simplisia yang dimaserasi dalam 3000 ml etanol 95%. Selanjutnya dilakukan pengujian karakteristik ekstrak kering herba meniran ( P hyllanthus niruri L.) antara lain : 1.Parameter Non Spesifik a. Susut Pengeringan Nilai yang diperoleh pada susut pengeringan ekstrak kering herba meniran ( P hyllanthus niruri L.) 2,027%
0,736% dengan rentang 1,291% -
2,763% adalah berarti ekstrak herba menira ( P hyllanthus niruri L.) ini tidak banyak mengandung air dan memenuhi parameter standar umum ekstrak tumbuhan obat, dimana kadar air dari ekstrak tidak lebih dari 10%. Ekstrak yang diperoleh diharapkan tidak ditumbuhi jamur dan kapang. b. Bobot Jenis Nyata Dan Bobot Jenis Mampat Nilai yang diperoleh : o
BJ nyata 0,606 g/ml
0,018g/ml berkisar antara 0,588 g/ml
0,624
g/ml
30
o
BJ mampat 0,681 g/ml
0,039 g/ml berkisar antara 0,642 g/ml
0,720 g/ml. o
Index carr¶s 10.899%
o
Rasio hausner 1,121
1,975% berkisar antara 8,924% - 12.874%. 0,017 berkisar antara 1,104
1,138. Maksimal
atau rentang yang diperbolehkan terkait dengan kemurnian dan kontaminasi. c. Kadar abu total Nilai yang diperoleh
1,329%
0,151 dengan rentang 1,178% -
1,480%. Maksimal atau rentang yang diperbolehkan terkait kemurnian dan kontaminasi. Kadar abu yang diperoleh pada ekstrak kering herba meniran rendah, berarti ekstrak kering hanya sedikit mengandung oksida logam dibandingkan ekstrak kental herba meniran ( P hyllanthus niruri L). d. Kadar abu tidak larut asam Nilai yang diperoleh 0,115%
0,076% dengan rentang 0,039% -
0,191%. Maksimal atau rentang yang diperbolehkan terkait dengan kemurnian dan kontaminasi. 2.Parameter Spesifik a. Identitas y
Nama ekstrak
: Extractum P hyllanthy niruri L. Siccum
(ekstrak kering herba meniran) y y
Nama latin Bagian tumbuhan
y Nama Indonesia tumbuhan
P hyllanthus :( niruri L) : batang, daun, biji : Meniran (Indonesia).
31
b. Organoleptis Ektrak kering herba meniran ( P hyllanthus niruri L.) yang diperoleh berupa serbuk kering, yang berwarna coklat tua, dengan bau khas simplisia herba meniran dan rasanya yang pahit. c. Kadar Senyawa Yang Larut Dalam Air Nilai yang diperoleh 69,033 %
22,678 % dengan rentang 46,325% -
91,681%. Kadar senyawa larut air yang diperoleh cukup tinggi ini berarti ekstrak kering herba meniran ( P hyllanthus niruri L.) banyak mengadung senyawa polar. d. Kadar Senyawa Yang Larut Etanol Nilai yang diperoleh 28,433%
9,469% dengan rentang antara
18,964% - 37,902%. Kadar senyawa larut etanol yang diperoleh rendah, ini bearti ekstrak kering herba meniran P ( hyllanthus
niruri
L) sedikit
mengandung senyawa semi polar.
32
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di dapatkan kesimpulan sebagai berikut : a) Ektrak kering herba meniran ( P hyllanthus niruri L) dapat dibuat dengan maserasi simplisia herba meniran ( P hyllanthus niruri L) dengan etanol 95%, dilanjutkan dengan penguapan pelarut memakai rotary evaporator dan penambahan saccharum lactis untuk membantu pengeringan ekstrak, pembebasan lemak memakai heksana dan pengeringan ekstrak dengan menggunakan waterbath pada suhu < 70 rC.
Identitas : o
Nama ekstrak
: Extractum P hyllanthus niruri
L.
siccum (ekstrak kering herba meniran) o
o
o
Nama latin
P hyllanthus :( niruri L)
Bagian tumbuhan
: Herba
Nama Indonesia tumbuhan
: Meniran (Indonesia).
Organoleptis :
y
Bentuk
: Serbuk Kering
y
Warna
: Coklat Tua
y
Bau
: Khas simplisia herba meniran
y
Rasa
: Pahit
33
Kadar senyawa larut air
=
69,033%
22,678%
Kadar senyawa larut etanol
=
28,433%
9,469%
b) Karakteristik ekstrak kering herba meniran ( P hyllanthus niruri
L) yang
diperoleh sebagai berikut :
Susut pengeringan
=
2,027%
0,736%
Kadar abu total
=
1,329%
0,151%
Kadar abu tak larut asam
=
0,134 % 0,050%
Bobot jenis nyata
=
0,606 g/ml
0,018 g/ml
Bobot jenis mampat
=
0,681 g/ml
0,039 g/ml
Index Carr¶s
=
10,899%
Rasio Hausner
=
1,121 g/ml
1,396% 0,017 g/ml
5.2. Saran
Disarankan pada peneliti berikutnya agar dapat menentukan kadar zat aktif pada ekstrak herba meniran (P hyllanthus niruri
L) untuk melengkapi standar
ekstrak kering herba meniran ( P hyllanthus niruri L).
34
DAFTAR PUSTAKA Anief M. 1997. I lmu meracik obat Teori dan P raktek . Yogyakarta : Gadjah Mada University Press. Anonim. 2004; Monografi Ekstrak Tumbuhan Obat I ndonesia, volume I. Jakarta: Badan Pemeriksaan Obat dan Makanan RI. Anonim. 2010; Acuan Sediaan Herbal , Volume 5, Edisi 1. Jakarta : Pemeriksaan Obat dan Makanan RI.
Badan
Anonim. 1972; Farmakope I ndonesia, edisi II. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Anonim. 1977; Materia Medika I ndonesia, Jilid IV. Jakarta : Departemen Kesehatan RI Anonim. 1979; Farmakope I ndonesia, edisi III. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Anonim. 1980; Materia Medika I ndonesia, Jilid IV. Jakarta : Departemen Kesehatan RI Anonim. 1983; P emanfaatan tanaman obat, edisi III. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Anonim. 1989; Materia Medika I ndonesia, jilid V. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Anonim. 1995; Farmakope I ndonesia, edisi IV. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Anonim. 2000; P arameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat, cetakan I. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Anonim.1981; P emanfaatan Tanaman Obat, Kesehatan RI.
edisi II. Jakarta: Departemen
Dalimartha. 2000; Atlas Tumbuhan Obat I ndonesia , jilid II, Trubus Agriwidya, Jakarta, PT Pustaka Pembangunan Swadaya Nusantara. Djamal. 1980. Kimia Bahan Alam. Padang: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Andalas. Kardinan A, Kusuma FR, 2004; Meniran penambah daya tahan tubuh alami. Jakarta: Agromedi Pustaka Martin, E, W, E. Fullerton Cook, E. Emerson Leuallen, Arthur Osol, Linwood F. Tice, Clarence T. VanMeter. 1961; Remington¶s P ractice Of P harmacy. Easton: Mack Publishing Company.
35
Soetarno K & Soediro Iwang S. 1997; Cara P embuatan Jamu Yang Terbaik . Bandung: Prosiding Temu Ilmiah Nasional Bidang Farmasi. Sulaksana J. dan Jayusman D.I. 2004; Meniran Budidaya dan P emanfaatan untuk Obat. Jakarta: Penebar Swadaya. Supriadi. 2001; Tumbuhan Obat I ndonesia , Edisi I. Jakarta: Pustaka Populer Obat. Yuniarti, T., 2008; Ensiklopedia Tanaman Obat Tradisional . Yogyakarta: Medpres.
36
Lampiran 1. Data Hasil Penelitian
37
Lampiran 1 (Lanjutan) Tabel 5 Susut Pengeringan Simplisia Herba Meniran ( Phyllanthus niruri L.) No.
(Wo) Cawan
(W1) Cawan
(W2) Cawan
Susut
Penguap Kosong
penguap dan
penguap setelah
pengering-
sampel
pengeringan
an
1
53,893 g
54,899 g
54,832 g
6,660 %
2
55,275 g
56,280 g
56,205 g
7,463 %
3
39,202 g
40,206 g
40,143 g
6,275%
Tabel 6 Kadar Abu Total Simplisia Herba meniran ( Phyllanthus niruri L.) No.
(Wo) Krus
(W1) Krus Porselen
(W2) Krus
Porselen Kosong
dan sampel
Porselen setelah
Abu Total
simplisia menjadi abu
1
61,543 g
64,548 g
61,750 g
6,888 %
2
32,156 g
35,159 g
32,356 g
6,660 %
3
57,254 g
60,300 g
57,490 g
7,747 %
Tabel 7 Kadar Abu Tak Larut Asam Herba Meniran ( Phyllanthus niruri L.) No.
(Wo) Krus
(W1) Krus Porselen
(W2) Krus
Abu tak
Porselen Kosong
dan sampel
Porselen setelah
larut asam
simplisia menjadi abu
1
61,543 g
61,750 g
61,547 g
1,932 %
2
32,156 g
32,356 g
32,158 g
1,000 %
3
57,254 g
57,490 g
57,257 g
1,271 %
38
Lampiran 1 (lanjutan) Tabel 8 Kadar Abu Larut Air Simplisia Herba Meniran ( Phyllanthus niruri L). No.
Abu total
Abu tak larut asam
Abu larut air
1
6,888 %
1,932 %
4,956 %
2
6,660 %
1,000 %
5,660 %
3
7,747 %
1,271 %
6,476 %
Tabel 9 Susut Pengeringan Ekstrak Kering Herba Meniran ( Phyllanthus niruri L.) No.
(Wo) Cawan
(W1) Cawan
(W2) Cawan
Susut
Penguap Kosong
penguap dan
penguap
pengeringan
sampel
setelah pengeringan
1
34,153 g
35,155 g
35,144 g
1,098 %
2
32,460 g
33,464 g
33,436 g
2,789%
3
38,944 g
39,947 g
39,925 g
2,193%
Tabel 10 Kadar Abu Total Ekstrak Kering Herba Meniran ( Phyllanthus niruri L.) No.
(Wo) Krus
(W1) Krus Porselen
(W2) Krus
Porselen Kosong
dan sampel
Porselen setelah
Abu Total
ekstrak menjadi abu
1
57,262 g
59,266 g
57,288 g
1,297 %
2
61,802 g
63,806 g
61,826 g
1,197 %
3
32,161 g
34,168 g
32,191 g
1,494 %
39
Lampiran 1 (lanjutan) Tabel 11 Kadar Abu Tak Larut Asam Ekstrak Kering Herba Meniran ( Phyllanthus niruri L.) No.
(Wo) Krus
(W1) Krus Porselen
(W2) Krus
Abu tak
Porselen Kosong
dan abu sebelum
Porselen dan
larut asam
penambahan HCl
abu setelah tambah HCl
1
57,262 g
59,266 g
57,263 g
0,049%
2
61,802 g
63,806 g
61,804 g
3
32,161 g
34,168 g
32,165 g
0,099% 0,001%
Tabel 12 Bobot Jenis Nyata Dan Bobot Jenis Mampat Ekstrak Kering Herba Meniran ( Phyllanthus niruri L.) No
Berat
Volume
Volume
Bj Nyata
Bj
Index
Rasio
Serbuk Sebelum
Setelah
( g/ml )
Mampat
Carr¶s
Hausne
( g/ml )
( %)
r
(g)
Ketukan
Ketukan
( ml)
( ml )
1
10 g
16 ml
14 ml
0,625
0,714
12,505
1,142
2
10 g
17 ml
15,3 ml
0,588
0,653
9,969
1,110
3
10 g
16,5 ml
14,8 ml
0,606
0,675
10,222
1,113
40
Lampiran 1 (lanjutan) Tabel 13 Kadar Senyawa Larut Air Ekstrak Kering Herba Meniran ( Phyllanthus nirurui L.) No.
(W o) cawan
(W1) cawan penguap
(W2) Ekstrak
Senyawa
Penguap kosong
dan sampel setelah
Awal
Larut
pengeringan
Air
1
34,209 g
35,005 g
5g
79,600 %
2
32,158 g
33,003 g
5g
43,000 %
3
38,988 g
39,418 g
5g
84,500%
Tabel 14 Kadar Senyawa Larut Etanol Ekstrak Kering Herba Meniran ( Phyllanthus niruri L.) No.
(W o) cawan
(W1) cawan penguap
(W2) Ekstrak
Senyawa
Penguap kosong
dan sampel setelah
Awal
Larut
pengeringan
Etanol
1
26,185 g
26,367 g
5g
18,200 %
2
37,993 g
38,300 g
5g
30,700%
3
26,185 g
26.549 g
5g
36,400%
41
Lampiran 2. Contoh Perhitungan Hasil Penelitian a. Susut Pengeringan Simplisia Herba Meniran ( Phyllanthus niruri L)
Susut pengeringan
=
100% - (
W 2 W o W 1 W o
X 100%)
Penimbangan 1 Wo = Berat cawan penguap kosong (53,893 g) W1 = Berat cawan penguap kosong dan 1 g simplisia (54,899 g) W2 = Berat cawan penguap dan simplisia setelah pengeringan (54,832 g) Susut pengeringan
=
=
=
100% - (
100% - (
W 2 W o W 1 W o
X 100%)
54,832 53,893 54,899 53,833
x100 % )
6,660%
b. Kadar Abu Total Simplisia Herba Meniran ( Phyllanthus niruri L.)
Rumus kadar abu total
=
W 2 W o W 1 W o
X 100%
Penimbangan 1 Wo = Berat krus porselen kosong (61,543 g) W1 = Berat krus porselen dan 3 g simplisia (64,548 g) W2 = Berat krus porselen setelah simplisia menjadi abu (61,750 g) Kadar abu total
=
W 2 W o W 1 W o
=
X 100%
61,750 61,543 64,548 61,543
=
x100 %
6,888 %
42
Lampiran 2 (Lanjutan) c. Kadar Abu Tak Larut Asam Herba Meniran ( Phyllanthus niruri L.)
Rumus kadar abu tak larut asam
=
W 2 W o W 1 W o
X 100%
Penimbangan 1 Wo = Berat krus porselen kosong (61,543 g) W1 = Berat krus porselen dan abu sebelum ditambah HCl (61,750 g) W2 = Berat krus porselen dan abu setelah tambah HCl (61,544 g) Abu yang tak larut asam
=
W 2 W o W 1 W o
=
X 100%
61,547 61,543 61,750 61,543
=
x100 %
1,932 %
d. Kadar Abu Larut Air Simplisia Herba Meniran ( Phyllanthus niruri L).
Kadar abu total ± kadar abu yang tak larut asam Sisa kering
=
6,888% - 1,932%
=
4,956%
43
Lampiran 2 (lanjutan) e. Susut Pengeringan Ekstrak Kering Herba Meniran ( Phyllanthus niruri L)
Susut pegeringan
=
100% - (
W 2 W o W 1 W o
X 100%)
Penimbangan 1 Wo = Berat cawan penguap kosong (34,153 g) W1 = Berat cawan penguap dan 1 g ekstrak (35,155 g) W2 = Berat cawan penguap dan ekstrak setelah pengeringan (35,144 g) Susut pengeringan
=
=
=
100% -
100% -
W 2 W o W 1 W o
X 100%
35,144 34,153 35,155 34,153
x100 %
1,098%
44
f .
Kadar Abu Total Ekstrak Kering Herba Meniran ( Phyllanthus niruri L.)
Rumus kadar abu total
=
W 2 W o W 1 W o
X 100%
Penimbangan 1 Wo = Berat krus porselen kosong (57,262 g) W1 = Berat krus porselen dan 2 g ekstrak (59,266 g) W2 = Berat krus porselen setelah ekstrak menjadi abu (57,288 g) Kadar abu total
=
W 2 W o W 1 W o
=
X 100%
57,288 57,262 59,266 57,262
=
x100%
1,297 %
45
Lampiran 2 (Lanjutan) g. Kadar Abu Tak Larut Asam Ekstrak Kering Herba Meniran ( Phyllanthus niruri L)
Rumus kadar abu tak larut asam
=
W 2 W o W 1 W o
X 100%
Penimbangan 1 Wo = Berat krus porselen kosong (57,262 g) W1 = Berat krus porselen dan abu sebelum penambahan HCl 59,266 g) W2 = Berat krus porselen dan abu setelah tambah HCl (57,263 g) Kadar abu yang tak larut asam
=
W 2 W o W 1 W o
=
X 100%
57, 263 57, 262 59,266 57,266
=
x100%
0,049 %
46
Lampiran 2 (lanjutan) h. Bobot Jenis Nyata Dan Bobot Jenis Mampat Ekstrak Kering Herba Meniran ( Phyllanthus niruri L .)
Penimbangan 1 Berat serbuk
=
10 g
Volume sebelum ketukan
=
16 ml
Volume setelah ketukan
=
14 ml beratserbu k
Bj Nyata
=
Bj Nyata
=
volumeserb uksebelume tukan
10 g
=
16 ml
Bj Mampat
=
Bj Mampat
=
0,625 g/ml
eratserbuk
volumeserb uksetelah1250 ketukan 10 g
=
14 ml
0,714 g/ml
Index Carr¶s dan Rasio Hausner dihitung dengan rumus :
Index Carr¶s
=
Index Carr¶s
=
Bjmam pat Bjnyat a Bjmam pat
Rasio Hausner =
0,714 0,625 0,714
Bjmam pat Bjnyat a
X 100
X 100
Rasio Hausner
=
12,505 %
=
0,714 0,625
=
1,142
47
Lampiran 2 (Lanjutan) i.
Kadar Senyawa Larut Air Ekstrak Kering Herba meniran ( Phyllanthus niruri L.)
Penimbangan 1 Wo = Berat cawan penguap kosong (34,209 g) W1 = Berat cawan penguap dan sampel setelah pengeringan konstan (35,041 g) W2
=
Berat ekstrak awal ( 5,000 g)
P
=
Faktor Pengenceran
Kadar senyawa yang larut dalam air =
= =
W 1 W o W 2
v
100 20
v 100%
35,005 34,209 5
v
100 20
v 100%
79,600%
48
j.
Kadar Senyawa Larut
Etanol
Ekstrak
Kering
Herba
Meniran
( Phyllanthus niruri L.)
Penimbangan 1 Wo = Berat cawan penguap kosong (26,185 g) W1 = Berat cawan penguap dan sampel setelah pengeringan konstan (26,367 g) W2 = Berat ekstrak awal (5,000 g) P
=
Faktor Pengenceran
Kadar senyawa yang larut dalam etanol
=
= =
W 1 W o W 2
v
100 20
v 100
26,367 26,185 100 5
v
20
v 100
18,200%
49
Lampiran 3. Perhitungan Statistik Hasil Penelitian
Tabel 15 Susut Pengeringan Herba Meniran ( Phyllanthus niruri L.)
No
(x)Susut Pengeringan
( x x)
( x x )
2
1
6,660 %
-0,139 %
0,019321 %
2
7,463 %
0,664 %
0,440896 %
3
6,275 %
-0,504 %
0,254016 %
6,799 %
Jumlah
0,714233 %
( x ) rata
SD
=
SD
=
SD
=
2
§
( xi x ) 2 ni
0,714233% 3 1 0,598%
Jadi susut pengeringan atau kadar air dari herba meniran ( P hyllanthus nirurui L.) adalah 6,799%
0,598%, berkisar antara 6,201% - 7,397%.
50
Lampiran 3 (lanjutan)
Tabel 16 Kadar Abu Total Herba Meniran ( Phyllantus niruri L.) 2
(x) Abu Total
( x x)
( x x )
1
6,888 %
-0,21%
0,0441%
2
6,660 %
0,438 %
0,191844 %
3
7,747 %
0,649 %
0,421201 %
7,098%
Jumlah
0,657145 %
No
( x ) rata
2
Lampiran 3 (lanjutan)
SD
=
SD
=
SD
=
§
( xi x )
2
ni
0,657145 3 1 0,573
Jadi kadar abu total dari herba meniran 7,098%
( P hyllanthus niruri L.) adalah
0,573%, berkisar antara 6,525% - 7,671%.
51
Lampiran 3 (lanjutan)
Tabel 17 Kadar Abu Tak Larut Asam Herba Meniran ( Phyllanthus niruri L.)
No
(x) Abu Tak Larut Asam
( x x)
( x x )
2
1
1,932 %
0,531%
0,281961 %
2
1,000 %
-0,130%
0,0169 %
3
1,271 %
-0,401%
0,160801 %
1,401%
Jumlah
0,459662 %
( x ) rata
SD
=
SD
=
SD
=
2
§
( xi x ) 2 ni
0,459662 3 1 0,479%
Jadi kadar abu tak larut asam dari herba meniran ( P hyllanthus niruri L.) adalah 1,401%
0,479%, berkisar antara 0,922% -1,880%.
52
Lampiran 3 (lanjutan)
Tabel 18 Kadar Abu Larut Air Herba Meniran ( Phyllanthus niruri L.)
No
(x) Abu Larut Air
( x x)
( x x )
2
1
4,956 %
-0,741%
0,549081 %
2
5,660 %
-0,037%
0,001369 %
3
6,476 %
0,779%
0,060841 %
5,697 %
Jumlah
1,157291 %
( x ) rata
SD
=
SD
=
SD
=
2
§
( xi x )2 ni
1,157291 31 1,075
Jadi kadar abu larut air dari herba meniran ( P hyllanthus niruri L.) adalah 5,697%
1,075%, berkisar antara 4,662% -6,777%.
53
Lampiran 3 (lanjutan)
Tabel 19 Susut Pengeringan Ektrak Kering Herba Meniran ( Phyllanthus niruri L)
No
(x) Susut Pengeringan
( x x)
( x x )
2
1
1,098 %
-0,929%
0,863041 %
2
2,789 %
0,762%
0,580644%
3
2,193 %
0,166%
0,027556 %
2,027 %
Jumlah
1,471241 %
( x ) rata
2
SD
=
SD
=
SD
=
§
( xi x) 2 ni
1,471241 3 1 0,736
Jadi susut pengeringan dari ekstrak kering herba meniran ( P hyllanthus niruru L.) adalah 2,027%
0,736%, berkisar antara 1,291% - 2,763%.
54
Lampiran 3 (lanjutan)
Tabel 20 Kadar Abu Total Ektrak Kering Herba Meniran ( Phyllanthus niruri L.)
No
(x) Abu Total
( x x)
( x x )
2
1
1,297%
-0,032%
0,001024 %
2
1,197 %
-0,132%
0,017424 %
3
1,494%
0,165%
0,027225 %
0,532 %
Jumlah
0,045673 %
( x ) rata
SD
=
SD
=
SD
=
2
§
( xi x)
2
ni
0,045673 3 1 0,151
Jadi kadar abu total dari ekstrak herba meniran ( P hyllanthus niruri adalah 1,329%
L.)
0,151%, berkisar antara 1,178 % - 1,480%.
55
Lampiran 3 (lanjutan)
Tabel 21 Kadar Abu Tak Larut Asam Ekstrak Kering Herba Meniran ( Phyllanthus niruri L.)
No
(x) Abu Tak Larut Asam
( x x)
( x x)
2
1
0,049 %
-0,066%
0,004356 %
2
0,099 %
-0,016%
0,000256 %
3
0,199 %
0,084%
0,007056 %
0,115 %
Jumlah
0,011668%
( x ) rata
SD
=
SD
=
SD
=
SD
=
2
§
( xi x )
2
ni
0,011668 % 3 1
0,005834% 0,076%
Jadi kadar abu yang tak larut asa m dari ekstrak herba meniran ( P hyllantus niruri L.) adalah 0,115%
0,076%, berkisar antara 0,039% - 0,191%.
56
Lampiran 3 (lanjutan)
Tabel 22 Bobot Jenis Nyata Ekstrak Kering herba meniran ( Phyllanthus niruri L.)
No
(x) Bj Nyata
( x x)
( x x )
2
1
0,625 g/ml
0,019 g/ml
0,000361 g/ml
2
0,588 g/ml
-0,018 g/ml
0,000324 g/ml
3
0,606 g/ml
0 g/ml
0 g/ml
0,606 g/ml
Jumlah
0,000685 g/ml
( x ) rata
SD
=
SD
=
SD
=
2
§
( xi x )
2
ni
0,000685 3 1 0,018 g/ml
Jadi Bj Nyata dari ekstrak herba meniran ( P hyllanthus niruri 0,606 g/ml
0,018 g/ml, berkisar antara 0,588 g/ml
L.) adalah
0,624 g/ml.
57
Lampiran 3 (lanjutan)
Tabel 23 Bobot Jenis Mampat Ekstrak Kering Herba Meniran ( Phyllanthus niruri L.)
No
(x) Bj Mampat
( x x)
( x x )
2
1
0,714g/ml
0,033g/ml
0,001089g/ml
2
0,653g/ml
-0,028g/ml
0,000784g/ml
3
0,675g/ml
0,006g/ml
0,000036g/ml
0,681 g/ml
Jumlah
0,001909 g/ml
( x ) rata
SD
=
SD
=
SD
=
2
§
( xi x )
2
ni
0,001909 3 1 0,039 g/ml
Jadi Bj Mampat dari ekstrak kering herba meniran ( P hyllanthus niruri L.) adalah 0,681 g/ml
0,039 g/ml, berkisar antara 0,064 g/ml - 0,720 g/ml.
58
Lampiran 3 (lanjutan) Tabel 24 Index Carr¶s
No
(x) Index Car¶s
( x x)
( x x)
2
1
12,505 %
1,606%
2,579236 %
2
9,969 %
-0,93%
0,8649 %
3
10,222 %
-0,677%
0,458329 %
( x ) rata2
10,899 %
Jumlah
3,902465 %
SD
=
SD
=
SD
=
§
( xi x )
2
ni
3,902465 3 1 1,396 %
Jadi index carr¶s adalah 10,899%
1,396%. Berkisar antara 9,503% -
12,295%.
59
Lampiran 3 (lanjutan) Tabel 25 Rasio Hausner
No
(x) Rasio Hausner
( x x)
( x x)
2
1
1,142
0,021
0,000441
2
1,110
-0,011
0,000121
3
1.113
-0,008
0,000064
( x ) rata2
1,121
Jumlah
0,000626
SD
=
SD
=
SD
=
§
( xi x )
2
ni
0,000626 3 1 0,017
Jadi rasio hausner adalah 1,121
0,017. Berkisar antara 1,104
1,138
60
Lampiran 3 (lanjutan)
Tabel 26 Kadar Senyawa Larut Air Ekstrak Kering Herba Meniran ( Phyllanthus niruri L.)
No
(x) Senyawa Larut Air
( x x)
( x x)
2
1
79,600%
10,597%
112,296 %
2
84,500%
15,497%
240,157 %
3
43,000%
-26,003%
676,156 %
69,033 %
Jumlah
1028,609%
( x ) rata
SD
=
SD
=
SD
=
2
§
( xi x )
2
ni
1028,609 3 1 22,678%
Jadi senyawa yang larut air dari ekstrak herba meniran ( P hyllanthus niruri L.) adalah 69,003%
22,678%. Berkisar antara 46,325 % - 91,681%.
61
Lampiran 3 (lanjutan)
Tabel 27 Kadar Senyawa Larut Etanol Ekstrak Kering Herba Meniran ( Phyllanthus niruri L.)
No
(x) Senyawa Larut Etanol
( x x)
( x x)
2
1
18,200 %
-10,233%
104,714%
2
30,700 %
2,267%
5,139 %
3
36,400 %
7,967%
69,475 %
28,433 %
Jumlah
179,326 %
( x ) rata
SD
=
SD
=
SD
=
2
§
( xi x )
2
ni
179,326% 3 1 9,469%
Jadi senyawa yang larut etanol dari ekstrak herba meniran ( P hyllanthus niruri L.) adalah 28,433 %
9,469%. Berkisar antara 18,964 % - 37,902%.
62
Lampi an Dokumentasi proses pembuatan ekstrak kering herba meniran ( Phyll t hus ni ur i. L dan pengujian karakteristiknya. £
¡
¢
Herba Meniran ( Phyll nt hus ni rur i L.) ¡
hasil maserasi
simplisia yang telah diserbukkan
proses maserasi
S
Proses pengentalan
Estrak kental herba meniran ( Phyll nt hus ni rur i L.) ¤
63