Pemeriksaan Fisik Sistem Urogenital a. Pemeriksaan Ginjal Pemeriksaan inspeksi daerah pinggang dimulai dengan meminta pasien duduk relaks dengan membuka penutup (pakaian) pada daerah perut sebelah atas. Diperhatikan adanya pembesaran asimetri pada daerah pinggang atau abdomen sebelah atas. Pembesaran itu mungkin disebabkan oleh karena hidronefrosis, abses paranefrik, atau tumor ginjal, atau tumor pada organ retroperitoneum yang lain. Palpasi ginjal dilakukan secara bimanual dengan memakai kedua tangan. Tangan kiri diletakkan di sudut kosto-vetebra untuk mengangkat ginjal ke atas sedangkan tangan kanan meraba ginjal dari depan di bawah arkus kosta. Pada saat inspirasi ginjal teraba bergerak ke bawah. Dengan melakukan bimanual, ginjal kanan yang normal pada anak atau dewasa yang bertubuh kurus seringkali masih dapat diraba. Ginjal kiri sulit diraba, karena terletak lebih tinggi daripada sisi kanan. Perkusi atau pemeriksaan ketok ginjal dilakukan dengan memberikan ketokan pada sudut kostovertebra. Pembesaran ginjal karena hidronefrosis atau tumor ginjal, mungkin teraba pada palpasi dan terasa nyeri pada perkusi. suara bruit yang terdengar pada saat melakukan auskultasi di daerah epigastrium atau abdomen sebelah atas patut dicurigai adanya stenosis arteria renalis, apalagi kalau terdapat bruit terus menerus (sistolik-diastolik). Bruit pada abdomen juga disertai oleh aneurisma arteria renalis atau malformasi arteriovenosus. b. Pemeriksan Buli-buli Pada buli-buli normal sulit untuk diraba, kecuali jika sudah terisi urine paling sedikit 150 ml. Pada pemeriksaan buli-buli diperhatikan adanya benjolan/massa atau jaringan parut bekas irisan/operasi di suprasimfisis. Massa di daerah suprasimfisis mungkin merupakan tumor ganas buli-buli atau karenan buli-buli yang terisi penuh dari suatu retensi urine. Dengan palpasi dan perkusi dapat ditentukan batas atas buli-buli. Seringkali dengan inspeksi terlihat buli-buli yang terisi penuh hingga melewati batas atas umbilikus. c. Pemeriksaan Genitalia Eksterna Inspeksi penis perhatikan meatus dan glans, terutama sulkus koronarius. Tentunya jika pasien belum menjalani sirkumsisi perpusisium harus diretraksi ke proksimal terlebih dahulu. Diperhatikan adanya kelainan pada penis/uretra, antara lain: makropenis, mikropenis, hipospadia, kordae, epispadia, stenosis pada meatus uretra eksterna, fimosis/parafimosis, fistel uretro-kutan, dan ulkus/tumor penis. Striktura uretra anterior yang berat menyebabkan fibrosis
korpus spongiosum yang teraba pada palpasi di sebelah ventral penis, berupa jaringan keras yang dikenal dengan spongiofibrosis. Jaringan keras yang teraba pada korpus kavernosum penis mungkin suatu penyakit Peyrone. d. Pemeriksaan Skrotum dan Isinya Perhatikan apakah ada pembesaran pada skrotum, perasaan nyeri pada saat diraba, atau ada hipoplasi kulit skrotum yang dijumpai pada kriptorkismus. Untuk membedakan antara massa padat dan massa kistus yang terdapat pada isi skrotum, dilakukan pemeriksaan transiluminasi (penerawangan) pada isi skrotum. Pemeriksaan penerawangan dilakukan pada tempat yang gelap dan menyinari skrotum dengan cahaya terang. Jika isi skrotum tampak menerawang berarti berisi cairan kistus dan dikatakan sebagai transiluminsai positif atau diafanoskopi positif. e. Colok Dubur (Rectal Toucher) Pemeriksaan colok dubur adalah memasukkan jari telunjuk yang sudah diberi pelicin ke dalam lubang dubur. Pemeriksaan ini menimbulkan rasa sakit dan menyebabkan kontraksi sfingter ani sehingga menyulitkan pemeriksaan. Oleh karena itu perlu dijelaskan terlebih dahulu kepada pasien tentang pemeriksaan yang akan dilakukan, agar pasien dapat bekerja sama dalam pemeriksaan. Pada colok dubur yang dinilai adalah (1) tonus sfingter ani dan refleks bulbokavernosus (BCR), (2) mencari kemungkinan adanya massa di dalam lumen rektum, dan (3) menilai keadaan prostat. Penilaian refleks bulbokavernosus dilakukan dengan cara merasakan adanya refleks jepitan pada sfingter ani pada jari akibat rangsangan sakit yang kita berikan pada glans penis atau klitoris. Pada wanita yang sudah berkeluarga pemeriksaan colok dubur, perlu juga diperiksa colok vagina guna melihat kemungkinan adanya kelainan di dalam alat kelamin wanita, antara lain massa pada serviks, darah di vagina, atau massa di buli-buli. Pemeriksaan Penunjang Urogenital 1. Urinalisis Urinalisis terdiri dari pemeriksaan makroskopis (warna, bau, kejernihan/kekeruhan, dan berat jenis), mikroskopis atau sedimen urin (eritrosit, leukosit, silinder, sel epitel, kristal, bakteri, parasit Trichomonas, candida, dan lain-lain), serta kimia urin (pH, berat jenis, protein, glukosa, keton, bilirubin, urobilinogen, nitrit, esterase leukosit, darah/Hb). Pemeriksaan kimia urin saat ini kebanyakan dikerjakan dengan cara kimia kering menggunakan carik celup (test strip), baik yang terdiri dari 1, 3, atau 9/10 uji sekaligus pada 1 carik celup (Cohen,1991). 2. Kadar ureum dan kreatinin darah
3.
4.
5.
6.
Ureum merupakan produk metabolit dari protein. Protein makanan dipecah menjadi asam amino yang kemudian sebagian oleh bakteria dipecah menjadi amoniak. Di hati amoniak diubah menjadi ureum yang masuk ke sirkulasi dan kemudian diekskresikan oleh ginjal dalam urin. Hampir 90% ureum darah diekskresikan oleh ginjal . Kadar ureum darah yang normal adalah 20 mg – 40 mg setiap 100 ccm darah, tetapi hal ini tergantung dari jumlah normal protein yang di makan dan fungsi hati dalam pembentukan ureum Kreatinin berasal dari pemecahan kreatinfosfat otot. Kadar kreatinin darah menggambarkan fungsi ginjal secara lebih baik, lebih stabil, daripada kadar ureum darah. Kreatinin umumnya dianggap tidak dipengaruhi oleh asupan protein namun sebenarnya ada pengaruh diet terutama protein tetapi tidak sebesar pengaruhnya terhadap kadar ureum. Kreatinin terutama dipengaruhi oleh massa otot. Karena itu kadar kreatinin darah lebih tinggi pada laki-laki daripada perempuan, meningkat pada atlit dengan massa otot banyak, dan juga pada kelainan pemecahan otot (rhabdomiolisis). Sebaliknya kadar kreatinin menurun pada usila (orang usia lanjut) yang massa ototnya berkurang. Nilai normal pada laki-laki adl 20-26 mg/kg BB. Sedang pada wanita adl 14-22 mg/kg BB (Cohen,1991). Uji Bersihan ureum (UCT) dan Uji bersihan kreatinin (Creatinine clearance test = CCT) Rumusnya: UCT = (kadar Ureum urin/kadar Ureum plasma) x (Volum urin/120) x (1,73/LPT) CCT = (kadar Kreatinin urin / kadar Kreatinin plasma) x (Volum urin / 1440) x (1,73/ LPT). Uroflowmetri Uroflowmetri adalah pemeriksaan untuk menentukan kecepatan pancaran urin. Volume urin yang dikeluarkan pada waktu miksi dibagi dengan lamanya proses miksi. Kecepatan pancaran urin normal pada pria adalah 20 ml/detik dan pada wanita 25 ml/detik. Bila kecepatan pancaran kurang dari harga normal menandakan ada obstruksi. Radiologi Diagnosa pasti dibuat dengan uretrografi, untuk melihat letak penyempitan dan besarnya penyempitan uretra. Untuk mengetahui lebih lengkap mengenai panjang striktur adalah dengan membuat foto bipolar sistouretrografi dengan cara memasukkan bahan kontras secara antegrad dari buli-buli dan secara retrograd dari uretra. Dengan pemeriksaan ini panjang striktur dapat diketahui sehingga penting untuk perencanaan terapi atau operasi. Instrumentasi
Pada pasien dengan striktur uretra dilakukan percobaan dengan memasukkan kateter Foley ukuran 24 ch, apabila ada hambatan dicoba dengan kateter dengan ukuran yang lebih kecil sampai dapat masuk ke bulibuli. Apabila dengan kateter ukuran kecil dapat masuk menandakan adanya penyempitan lumen uretra. 7. Uretroskopi. Untuk melihat secara langsung adanya striktur di uretra. Jika diketemukan adanya striktur langsung diikuti dengan uretrotomi interna (sachse) yaitu memotong jaringan fibrotik dengan memakai pisau sachse.
Sumber: Purnomo, Basuki P. 2012. Dasar-dasar Urologi. Jakarta: Sagung Seto