PENDIDIKAN DALAM KEPERAWATAN A.
Defenisi Pendidikan dalam Keperawatan •
•
•
•
•
Untuk mengatahui definisi pendidikan dalam perspektif kebijakan, kita telah memiliki memiliki rumusan rumusan formal dan operasional, operasional, sebagaimana sebagaimana termaktub dalam UU No. 20 Tahun 2003 Tentang SISDIKNAS, yakni: Pendidikan adalahusaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar danproses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Keperawatan Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan, didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan, keperawatan, berbentuk pelayanan bio-psiko-sosio-spiritual yang komprehensif, komprehensif, ditujukan kepada individu, keluarga kelompok dan masyarakat, baik sehat maupun sakit yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia. Pendidikan dalam keperawatan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya sesuai dengan ilmu dan kiat keperawatan yang dimilikinya sehingga dapat diaplikasikan dalam bentuk pelayanan professional yang berbentuk bio-psiko-sosio-spiritual yang komprehensif, ditujukan kepada individu, keluarga kelompok dan masyarakat, baik sehat maupun sakit yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia. Pendidik kesehatan adalah : seseorang yang memberi pendidikan maupun bimbingan kepada orang lain dibidang dibidang kesehatan, kesehatan, dengan tujuan terjadinya perubahan perubahan tingkah laku laku positif tentang kesehatan kesehatan untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal. Peserta didik adalah : klien (individu,keluarga,masyara (individu,keluarga,masyarakat) kat) yang mendapatkan mendapatkan materi pendidikan atau bimbingan di bidang bi dang kesehatan, sehingga klien tersebut secara mandiri mau melakukan perubahan perubahan tingkah laku yang positif dan permanen dalam meningkatkan derajat kesehatannya. Sejarah dan Perkembanagan Pendidikan Keperawatan
B.
1. •
Sejarah Pendidikan Keperawatan
Zaman purbakala ( Primitif Culture )
Manusia percaya bahwa apa yang ada di bumi, mempunyai kekuatan spritual/mistik yang mempengaruhi kehidupan manusia (animisme) Sakit di
sebabkan oleh kekuatan alam/kekuatan alam/kekuatan gaib (batu-batu besar, gunung tinggi & pohon-pohon besar) serta masyarakat masih percaya pada dukun •
Zaman mesir
Masyarakat Masyarakat percaya dewa ibis mampu menyembuhkan penyakit di Cina, syetan sebagai penyebab penyakit akibatnya perawat tidak di perkenankan untuk merawat. •
Pertengahan abad VI masehi
Keperawatan Keperawatan berkembang di benua asia tepatnya asia barat daya yaitu timur tengah seiring seiring dengan perkembangan perkembangan agama Islam. •
Abad VII
Di jazirah Arab berkembang pesat ilmu pengetahuan seperti ilmu pasti, ilmu kimia, hygiene dan obat-obatan. obat-obatan. Keperawatan Keperawatan mengalami kemajuan dengan prinsip dasar kesehatan pentingnya kebersihan diri (personal hygiene), kebersihan makanan, air & lingkungan. Tokoh yang terkenal dari dunia arab pada masa itu adalah Rafidah. •
Permulaan abad XVI
Orientasi masyarakat pada saat terjadi perang dimana rumah ibadah banyak yang tutup yang biasanya di gunakan untuk merawat orang sakit. Perawat Perawat di gaji rendah dengan jam kerja yang lama pada kondisi kerja yang buruk. Sisi positif dari perang untuk perkembangan keperawatan korban banyak membutuhkan tenaga sukarela sebagai perawat (orde-orde agama, istri yg mengikuti suami perang & tentara-tentara yang merangkap sebagai perawat) konsep P3K. Rumah sakit yang berperan besar tahap perkembangan keperawatan pada masa kini (zaman pertengahan) yaitu hotel Dieu di Lion awalnya perawat mantan seks yang bertobat, tidak lama kemudian menggunakan perawat yang terdidik dari rumah sakit tersebut. Hotel Dieu di Paris orde agama, setelah revolusi orde agama dihapus di ganti orang-orang bebas yang tidak terikat agama, pelapor perawat terkenal rumah sakit ini yaitu Genevieve Bouquet St. Thomas Hospital, di dirikan tahun 1123 M Florence Fl orence Nigtingale memperbaharui memperbaharui keperawatan. •
Pertengahan abad XVIII – XIX
Keperawatan Keperawatan mulai di percaya orang yaitu Florence Nigthingale. Beliau lahir tahun 1820 dari keluarga kaya, terhormat, terhormat, tumbuh & berkembang di Inggris, di terima mengikuti kursus pendidikan perawat usia 31 tahun.
2.
Perkembangan Keperawatan Di Indonesia
Masa pemerintahan Belanda •
•
•
Perawat berasal dari penduduk pribumi (Velpleger) di bantu penjaga orang sakit (Zieken Oppaser) Bekerja di R.S Binnen Hospital di Jakarta (1799) memelihara kesehatan staf & tentara Belanda Membentuk dinas kesehatan tentara & dinas kesehatan rakyat
Masa VOC (Gubenur Inggris Rafles 1812-1816) •
Kesehatan adalah milik manusia melakukan pencacaran umum.
•
Membenahi cara perawatan pasien dengan gangguann jiwa.
•
Memperhatikan kesehatan & perawatan para tahanan.
1. 3.
Perkembangan Organisasi Profesi Keperawatan
Beberapa organisasi keperawatan 1. ICN (International Council of Nurses) organisasi profesional wanita pertama di dunia di dirikan tgl 1 Juli 1899 o/ Mrs.Bedford Fenwick. Tujuannya: •
•
•
Memperkokoh silaturahmi perawat seluruh dunia Memberi kesempatan bertemu bagi perawat di seluruh dunia untuk membicarakan masalah keperawatan. Menjunjung peraturan dlm ICN agar dapat mencapai kemajuan dalam pelayanan, pendidikan keperawatan berdasarkan kode etik profesi keperawatan.
1. ANA di dirikan tahun 1800 yg anggotanya dari negara- negara bagian, berperan: •
•
Menetapkan standar praktek keperawatan. Canadian Nurse Association (CNA) tujuan sama dengan ANA memberikan izin praktek keperawatan mandiri.
1. NLN (National League for Nursing) di dirikan tahun 1952, tujuan untuk pengembangan & peningkatan mutu pelayanan keperawatan & pendidikkan keperawatan. 2. British Nurse Association di dirikan tahun 1887, tujannya: memperkuat persatuan & kesatuan seluruh perawat di Inggris & berusaha memperoleh pengakuan terhadap profesi keperawatan.
1. PPNI di dirikan 17 Maret 1974. 1. C.
Tujuan Pendidikan Dalam Keperawatan
Tujuan pendidikan sering bersifat sangat umum, seperti menjadi manusia yang baik, bertanggung jawaab, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, mengabdi kepada masyarakat, bangsa dan negara, dan sebagainya. Dalam dunia pendidikan dikenal sejumlah usaha untuk menguraikan tujuan yang sangat umum tersebut. Salah seorang diantaranya adalah Herbert Spencer (1860) yang menganalisis tujuan pendidikan dalam lima bagian, yang berkenaan dengan: 1. Kegiatan demi kelangsungan hidup. 2. Usaha mencari nafkah. 3. Pendidikan anak. 4. Pemeliharaan hubungan dengan masyarakat dan negara. 5. Penggunaan waktu senggang. Tujuan pendidikan yang dikemukakan Herbert Spencer tersebut didasarkan atas apa yang dianggapnya paling berharga dan perlu untuk setiap orang bagi kehidupannya dalam masyarakat. Bloom cs mebedakan tiga kategori tujuan pendidikan, yaitu : 1. 1.
Kognitif (head)
Tujuan kognitif berkenaan dengan kemampuan individual mengenal dunia sekitarnya yang meliputi perkembangan intelektual atau mental. Tujuan kognitif dibagi dalam 6 bagian, yaitu; a)
Knowledge (Pengetahuan)
Meliputi informasi dan fakta yang dapat dikuasai melalui hafalan untuk diingat. b)
Comprehension (Pemahaman)
Merupakan kesanggupan untuk menyatakan suatu definisi, rumusan, menafsirkan suatu teori. c)
Application (Penerapan)
Merupakan kesanggupan menerapkan atau menggunakan suatu pengertian, konsep, prinsip, teori yang memerlukan penguasaan pengetahuan dan pemahaman yang lebih mendalam. d)
Analysis (Analisis)
Yaitu kemampuan untuk menguraikan sesuatu d alam unsur-unsurnya misalnya analisis hubungan antara masyarakat dengan alam dan jagad raya. e)
Synthesis (Sintesis)
Yaitu kesanggupan untuk melihat hubungan antara sejumlah unsur. f)
Evaluation (Penilaian)
Penilaian berdasarkan bukti-bukti atau kriteria tertentu. 1. 2.
Afektif (heart)
Tujuan afektif mengenai perkembangan sikap, perasaan, dan nilai-nilai atau perkembangan emosional dan moral. Tujuan afektif dibagi dalam 5 bagian, yaitu; a)
Receiving
Menerima, menaruh perhatian terhadap nilai tertentu. b)
Responding (Merespon)
Yaitu memperlihatkan reaksi terhadap norma tertentu, menunjukan kesediaan dan kerelaan untuk merespon, merasa puas dalam merespon. c)
Valuing (Menghargai)
Yaitu menerima suatu norma, menghargai suatu norma, dan mengikat diri pada norma tersebut. d)
Organization (Organisasi)
Membentuk suatu konsep tentang suatu nilai, menyusun suatu sistem nilai-nilai. e)
Characterization by Value or Value Complex
Mewujudkan nilai-nilai dalam pribadi sehingga merupakan watak seseorang, norma itu menjadi bagian diri pribadi. 1. 3.
Psikomotor (hand)
Tujuan psikomotor menyangkut perkembangan keterampilan yang mengandung unsur motoris. Peran perawat tidak hanya care giver (pemberi asuhan) saja tetapi juga sebagai concelor, educator dan concultant, sehingga dengan perannya tersebut seorang perawat memerlukan pengetahuan tentang pendidikan agar bisa memberikan pendidikan secara sistematis sesuai cara, metode dan media pendidikan yang benar dan tepat terhadap klien, sehingga hasil dari pendidikan yang diberikan kepada klien bisa tercapai tepat sasaran dan tepat guna.
Perawat Harus menguasai bidang pendidikan, karena dengan mempelajari ilmu pendidikan seorang mahasiswa prodi keperawatan diharapkan dapat memberi dan menerima informasi yang akan dibutuhkan dalam menghadapi pasien ( orang lain) sehingga mampu mengarahkan pada pencapaian kompetensi profesional. 1. D.
Fungsi Pendidikan Keperawatan
1. Fungsi pendidikan Fungsi ini terdiri atas tiga hal yang perlu mendapat perhatian yaitu : 1. Peserta didik dalam hal kaulifikasi/persyaratan, mekanisme seleksi dan penerimaan, serta daya tampung peserta didik. 2. Proses pendidikan yang mencakup tujuan pendidikan/rumusan kompetensi, kurikulum pendidikan, proses pembelajaran/evaluasi hasil belajar, fasilitas sumber daya pendidikan, dan rumah sakit pendidikan. 3. Lulusan yang mencakup kaulifikasi/persyaratan, mekanisme penilaian akhir/keprofesian, dan jumlah yang diluluskan dan sebaran. 4. Fungsi penelitian Fungsi ini mencakup : 1. Berperan aktif dalam riset dasar dan terapan, pengembangan ilmu pengetahuan ilmu keperawatan, mengembangangkan teknologi keperawatan, meningkatkan mutu, dan memperluas jangkauan pelayanan 2. Manfaatkan tekhnologi maju secara tepat dalam rangka meningkatkan mutu dan memperluas jangkauan pelayanan professional 3. Melaksanakan berbagai bentuk kegiatan ilmiah yang meliputi ceramah/diskusi ilmiah, forum ilmiah, tulisan ilmiah/majalah ilmiah dan pengawal ilmu keperawatan. 4. Fungsi pengabdian masyarakat Fungsi ini mencakup : 1. Pelayanan kepada masyarakat melalui berbagai bentuk, sifat dan jenjang pelayanan kepada masyarakat, serta membangun model pelayanan/asuhan keperawatan 2. Pendidikan dan bimbingan masyarakat dengan cara membina kemampuan masyarakat mengatasi masalah keperawatan yang dihadapi. 3. Mengarahkan kemampuan masyarakat untuk mengorganisir dan melaksanakan pelayanan/asuhan keperawatan professional 4. Memberi konsultasi dalam keperawatan kepada berbagai pihak yang memerlukan.
1. E.
Peran Pendidikan Tinggi Keperawatan
1. Membina sikap pandangan dan kemampuan professional Pendidikan tinggi keperawatan sangat berperan dalam membina sikap, pandangan dan kemampuan professional, lulusannya. Diharapkan perawat mampu bersikap dan berpandangan professional, berwawasan keperawatan yang luas, serta mempunyai pengetahuan ilmiah keperawatan yang memadai, dan menguasai keterampilan professional secara baik dan benar (Husin, 1966). Sebagai perawat profesioanal diperoleh kepuasaan kerja yang selanjutnya memacu pencapaian kemampuan melalui penampilan kerja yang lebih baik lagi. Kemampuan berpikir kritis dalam mengambil keputusan serta mampu mempertanggungjawabkan keputusan dan tindakan yang dilakukan merupakan salah satu factor utama tercapainya kepuasaan kerja (Jones dan Beck, 1996). Kepuasaan kerja perawat akan menghasilkan kepuasaan pada pemakai jasa keperawatan, baik masyarakat maupun intitusi tempat bekerja. 1. Meningkatkan mutu pelayanan/ askep dan kesehatan Pendidikan keperawatan menghasilkan perawat yang bersikap professional mencakup keterampilan intelektual, interpersonal, dan tekhnikal, mampu mempertanggungjawabkan secara legal, keputusan dan tindakan yang dilakukan sesuai dengan standar dan kode etik profesi, serta dapat menjadi contoh peran bagi perawat lain. Teori dan model keperawatan dapat dikatakan bermanfaat, jika bisa diterapkan dipelayanan, begitu pula dengan system manajemen keperawatan yang dipelajari selama pendidikan. Fasilitas pelayanan yang dapat digunakan sebagai sumber pendidikan yang diharapkan cukup kondusif untuk proses pembelajaran peserta didik (Hamid, 1997) 1. Menyelesaikan masalah keperawatan dan mengembangkan iptek keperawatan melalui keperawatan Kerja sama yang terjalin dengan baik antara institusi pendidikan dan pelayanan memungkinkan terjadinya transformasi IPTEK, termasuk teridentifikasinya masalah kesehatan, khususnya yang terkait dengan masalah keperawatan untuk penelitian keperawatan yang bertujuan menghasilkan jawaban terhadap pertanyaan, menghasilkan solusi masalah, baik melalui produk berupa tekhnologi atau metode baru maupun produk jasa serta menguji teori berdasarkan kondisi atau fakta baru. (Leddy dan Pepper, 1993; Mayer, Medden dan Lawrence, 1990) 1. Meningkatkan kehidupan keprofesian melalui organisasi profesi Pendididkan tinggi keperawatan akan memfasilitasi perkembangan kehidupan organisasi keperawatan untuk lebih professional. Dengan pendidikan profesioanal, perawat sebagai anggota dari suatu organisasi profesi akan lebih memahami dan menghayati peran, tanggung jawab, dan haknya sebagai
anggota organisasi profesi yang memiliki sifat, pandangan, dan kemampuan professional sangat memungkinkan organisasi keperawatan berperan sabagai pengendali mutu pelayanan asuhan keperawatan kepada masyarakat melalui pengaturan hak, tanggung jawab, dan kewengan tiap perawat berdasarkan kompetensi yang dimiliki (SCHMALE,1996). Selain itu, organisasi profesi akan lebih berperan dalam proses pengembangan dan pembinaan keterampilan professional dan menerapkan kode etik profesi bagi tiap anggotanya melalui pengaturan dan pengadaan system pendidikan berkelanjutan serta mengendalikan pemanfaatan dan pengembangan IPTEK keperawatan(husin, 1999). 1. F.
Penataan Pendidikan Tinggi Keperawatan
Penataan pendidikan ini dimulai dengan penataan system pendidikan keperawatan yang dimulai dari: 1. Program pendidikan D-III keperawatan program pendidikan ini akan menghasilkan perawat Vokasional (ahli madya keperawatan) yang dikembangkan dengan landasan keilmuan dan keprofesian serta diharapkan memiliki tingkah laku dan kemampuan professional serta akuntabel dalam melaksanakan asuhan keperawatan dasar secara mandiri dibawa sepervisi. Mereka diharapkan mempunyai kemampuan mengelolah peraktek keperawatan yang sesuai dangan kebutuhan klien. 2. Program pendidikan ners Program pendidikan ini menghasilkan sarjana keperawatan dan professional (Ns = first professional degree) dengan sikap, tingkah laku, dan kemampuan professional, serta akuntabel untuk melaksanakan asuhan keperawatan dasar sampai dengan tingkat kerumitan tertentu secara mandiri. Mereka dituntut untuk memiliki kemampuan dalam meningkatkan mutu pelayanan dengan memanfaatkan IPTEK keperawatan yang maju secara tepat guna, serta kemampuan melaksanakan riset keperawatan dasar dan penerapan yang sederhana. 1. Program magister keperawatan program ini menghasilkan perawat ilmuan (scintist) dengan sikap tingkah laku dan kemampuan sebagai ilmuan keperawatan yang diharapkan mempunyai kemampuan: meningkatkan pelayanan profesi dengan jalan penelitian dan pengembangan, berpartisipasi dalam pengembangan bidang ilmunya, mengembangkan penampilanya dalam spectrum yang lebih luas dengan mengaitkan ilmu/profesi yang serupa serta merumuskan pendekatan penyelesaian berbagai masalah masyarakat dengan cara penalaran ilmiah (keputusan Mendikbud Nomor.056/U/1994/pasal 2 ayat 3). 2. Program pendidikan ners spesialis
Program pendidikan ini menghasilkan perawat ilmuan (magister) dan professional (Ns spesialis = second professional degree) dengan sikap, tingkah laku, dan keterampilan professional serta akuntabel untuk melaksanakan prektik keperawatan spesialistik ners spesialis merupakan ilmuan dalam bidang ilmu keperawatan klinik dengan kemampuan dan tanggung jawab sebagai ilmuan klinik (SK Mendikbud No.056/U/1994). 1. G.
Sistem Pendidikan Tinggi Keperawatan
Kata sistem menjadi populer dengan munculnya pendekatan sistem yang digunakan dalam berbagai bidang ilmu. Sistem secara teknis berarti seperangkat komponen yang saling berhubungan dan bekrja bersama – sama untuk mencapai suatu tujuan . kata sistem berasal dari bahasa latin (syst dan ema) dan bahasa yunani (sust dan ema ) adalah suatu kesatuan yang terdiri dari komponen atau elemen yang dihubungkan bersama untuk memudahkan aliran informasi, materi, atau energi. istilah ini sering digunakan untuk menggambarkan suatu kesatuan yang berintraksi, ketika suatu model matematika sering kali dapat buat. sistem merupakan kesatuan bagian – bagian yang saling berhubungan yang berada dalam suatu wilayah serta memiliki item-item penggerak. misalnya, negara yang merupakan suatu kumpulan dalam beberapa elemen kesatuan lain seperti provinsi yang saling berhubungan sehingga membentuk suatu negara dengan rakyat sebagai penggeraknya. ‘’ sistem’’ sering kali digunakan baik dalam prcakapan sehari-hari , forum diskusi maupun dokumen ilmiah. Landasan pembangunan sistem pendidikan tinggi keperawatan di indonesia merupakan bagian terintegrasi dari sistem pendidikan tinggi nasional karena hakikat pendidikan tinggi keperawatan sebagai pendidikan profesi dan tuntutan kebutuhan masyarakat. Melalui pelaksanaan tiga fungsi pokok pendidikan tinggi keperawatan, yaitu pendidikan keperawatan, riset keperawatan dan pengabdian masyarakat ,di harapkan pendidikan tinggi keperawatan menghasilkan berbagai karakter dan sifat lulusan yang kompoten dalam bidang pelayanan dan konsultasi keperawatan bagi masyarakat. Pengembangan kurikulum pendidikan keperawatan merupakan pandangan filosifis atau paradigma tentang keperawatan , orientsi pendidikan tinggi , kerangka konsep pendidikan tinggi keperawatan , dan kelompok ilmu keperawatan. 1. H.
Pendidikan Profesi Keperawatan
Pendidikan tinggi keperawatan dikembangkan berdasarkan dan bertolak dari paradigma keperawatan. Orientasi pendidikan tinggi keperawatan yang mantap dan kerangka konsep pendidikan tinggi yang kokoh memungkinkan profesi keperawatan menghadapi masa depan dan tidak tergoyangkan oleh perubahan – perubahan pandangan perorangan, terutama yang bersifat menyimpang dari hakikat keperawatan yang sesungguhnya. Kperawatan berkeyakinan dan berpandangan bahwa manusia dan kemanusian merupakan focus utama dari setiap upaya pelayanan keperawatan dengan menjunjung tinggi nilai dan martabatnya sebagai makhluk ciptaan Tuhan. Bertolak dari pandangan ini
disusun paradigm keperawatan yang terdiri dari 4 konsep yaitu manusia, lingkungan, sehat, dan Keperawatan. Kelly (1981) dalam Ma’rifin (2003) mengembangkan criteria profesi meliputi : 1. Layanan yang diberikan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi kemanusiaan. 2. Adanya body of knowledge yang khusus dipelajari dan dikembangkan melalui proses penelitian. 3. Layanan yang diberikan termasuk aktivitas intelektual, tanggung jawab dan tanggung gugat secara individu merupakan suatu tangtangan yang besar dan harus dijawab. 4. Perawat praktisi relative bebas dan dapat mengontrol kebijakan dan aktivitas yang mereka perbuat (otonomi). 5. Perawat praktisi harus memiliki dasar pendidikan di institusi pendidikan tinggi. 6. Pearwat praktisi`memberikan pelayanan dengan motivasi altruistikdan menganggap bahwa pekerjaan yang mereka lakukan merupakan kegiatan terpenting di hidupnya 7. Terdapat kode etik yang memberikan panduan dalam mengambil keputusan dan meneruskan praktik yang mereka lakukan 8. Terdapat organisasi profesi yang dapat memberikan bantuan dan dorongan dalam menerapkan standar praktek keperawatan. Pendidikan keperawatan sebagai pendidikan profesi mengarahkan hasil pendidikan menjadi tenaga professional. Melalui sistim pendidikan ini, dihasilkan perawat yang dapat menjalankan peran dan fungsinya sesuai dengan tuntutan profesi untuk memberikan pelayanan professional kepada masyarakat. Peran perawat sebagai : 1. Mitra kerja Hubungan perawat-klien merupakan hubungan yang memerlukan kerja sama yang harmonis atas dasar kemitraan sehingga perlu dibina rasa saling percaya, mengasihi dan menghargai. 1. Sumber informasi Perawat harus mampu memberikan informasi yang akurat, jelas, dan rasional kepada klien dalam suasana yang bersahabat dan akrab. 1. Pendidik Perawat harus berupaya memberikan pendidikan, pelatihan dan bimbingan pada klien atau keluarganya terutama dalam mengatasi masalah kesehatan.
1. Pemimpin Perawat harus mampu memimpin klien atau keluarga untuk memecahkan masalah kesehatan melalui proses kerja sama dan partisipasi klien. 1. Wali atau pengganti Perawat merupakan individu yang dipercaya klien untuk berperan sebagai orang tua, tokoh masyarakat atau rohaniawan guna membantu memenuhi kebutuhan. 1. Konselor Perawat harus dapat memberi bimbingan terhadap masalah klien sehingga pemecahan masalah akan mudah dilakukan. Akan tetapi pendidikan profesi keperawatan yang bertujuan mewujudkan pelayanan professional harus dilandasi oleh kemampuan meneliti dari peserta didiknya. Kemampuan ini ditimbulkan melalui keingintahuan yang tinggi selama proses pendidikan yang dipelihara sedemikan rupa sehingga setelah l ulus perawat dapat memberikan pelayanan keperawatan yang berbasis fakta (Evidence based practice).
DAFTAR PUSTAKA
Simamora Roymond H.,M.Kep, Ns.2009. Pendidikan Dalam Keperawatan. Jakarta:EGC. Salam dan Salmon,Ferry.2009. Pendidikan Dalam Keperawatan. Jakarta:Salemba. http://keperawatanadil.blogspot.com/2007/11/pendidikan-keperawatan.html http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2010/12/04/definisi-pendidikan-definisipendidikan-menurut-uu-no-20-tahun-2003-tentang-sisdiknas/ Suka
Sistem Pengembangan Karier Tenaga Keperawatan " Oleh Suratun
Tenaga keperawatan yang berkualitas mempunyai sikap profesional dan dapat menunjang pembangunan kesehatan, hal tersebut memberi dampak langsung pada mutu pelayanan di rumah sakit sehingga pelayanan yang diberikan akan berkualitas dan dapat memberikan kepuasan pada pasien sebagai penerima pelayanan maupun perawat sebagai pemberi pelayanan. Pemberdayaan sumber daya manusia mulai dari proses rekruitmen, seleksi dan penenpatan, pembinaan serta pengembangan karir harus dikelola dengan baik, agar dapat memaksimalkan pendayagunaan tenaga perawat dan memberikan kepuasan kerja bagi perawat.
Untuk dapat mewujudkan tercapainya pelayanan yang berkualitas diperlukan adanya tenaga keperawatan yang profesional, memiliki kemampuan intelektual, tehnikal dan interpersonal, bekerja berdasarkan standar praktek, memperhatikan kaidah etik dan moral (Hamid, 2000). Pada kenyataannya saat ini tenaga perawat yang ada dilapangan masih belum memenuhi standar. Pelayanan keperawatan yang berkualitas sangat dipengaruhi oleh faktor balas jasa yang adil dan layak, penempatan yang tepat sesuai dengan keahliannya, berat ringannya pekerjaan dan sifat pekerjaan yang monoton, suasana dan lingkungan pekerjaan, peralatan yang menunjang, serta sikap pimpinan atau supervisor dalam memberikan bimbingan dan pembinaan.
Pengembangan karir perawat merupakan suatu perencanaan dan penerapan rencana karir dapat digunakan untuk penempatan perawat pada jenjang yang sesuai dengan keahliannya, serta menyediakan kesempatan yang lebih baik sesuai dengan kemampuan dan potensi perawat. Hal ini akan meningkatkan kualitas kerja perawat, ia akan berusaha mengontrol karirnya dan memilih karir yang lebih baik sehingga ia terus berprestasi dan memperoleh kepuasan kerja (Marquis &Huston, 2000). Sehubungan dengan hal tersebut manajemen rumah sakit harus berusaha mencitakan kepuasan kerja sebaik-baiknya supaya moral kerja, dedikasi, kecintaan dan disiplin perawat meningkat serta mendukung terwujudnya rumah sakit (Hasibuan, 2003).
Menurut Gibson (1996) bahwa peningkatan jenjang/ posisi dan peningkatan penghasilan merupakan hasil kerja staf yang produktif. Menurut pendapat penulis penerapan dan pemberlakuan pengembangan jenjang karir di lahan klinik merupakan suatu perubahan yang mendasar bagi suatu organisasi pelayanan kesehatan dan merupakan upaya manajer keperawatan untuk terus mengembangkan diri perawat, sehingga perawat dapat mencapai kepuasan karir dan kepuasan kerja. Hal ini merupakan salah satu tantangan yang berat bagi manajemen rumah sakit saat ini, karena dalam pelaksanaannya membutuhkan kerjasama dan partisipasi antara pihak manajemen rumah sakit dan staf
keperawatan (Marquis, 2000)
Pengertian Karir Karir adalah suatu deretan posisi yang diduduki oleh seseorang selama perjalanan usianya (Robbins ,2001) Hal ini didukung oleh pendapat Saroso (2003), bahwa karir adalah suatu jalur yang dipilih atau kontrak yang dibuat seseorang untuk berkontribusi dalam suatu profesi dengan memuaskan. Menurut pendapat penulis untuk mendapatkan karir yang berhasil harus dibangun oleh diri perawat sendiri dan penilaian dari l ingkungan terhadap analisa pekerjaanya dan sehubungan dengan hal tersebut perawat harus terus memelihara dan menjaga pengetahuan dan ketrampilannya tetap mutakhir. Pemilihan karir secara bertahap akan menjamin individu untuk mempraktikkan bidang profesinya karena karir merupakan investasi dan bukan hanya untuk mendapatkan penghargaan dan imbalan jasa.
Pengembangan Karir Robbins (2001) menyatakan bahwa perawat menpunyai tanggung jawab utama terhadap karirnya sendiri. Selanjutnya ia menguraikan bahwa karir keperawatan mempunyai tiga komponen utama yaitu jalur karir, perencanaan karir da pola karir.
Komponen pertama adalah jalur karir, yaitu lintasan yang dapat ditempuh oleh seorang perawat mulai dari jenjang terendah sampai jenjang tertinggi, yang mungkin dapat dicapai apabila perawat mampu bekerja secara produktif, loyal kepada organisasi, menunjukkan perilaku yang profesional, serta mampu untuk tumbuh dan berkembang dan memberi kesempatan kepada perawat untuk berprestasi dan meniti karir ke jenjang yang lebih tiinggi, serta berhak mendapat imbalan sesuai jalur yang profesional.
Komponen kedua adalah perencanaan karir, yang merupakan tanggung jawab perawat sendiri untuk melakukan evaluasi diri atau menseleksi jalur karir tentang pencapaian pengetahuan, pengalaman, kemampuan dan keterampilan yang berhubungan dengan penyusunan tujuan karir, dan bagaimana cara untuk mencapai hal tersebut sehingga dapat mengembangkan profesionalisme. Dalam perencanaan karir dibutuhkan seorang perawat konselor karir/ supervisor/ staf
pengembangan yang akan menolong perawat pelaksana mengkaji dan menganalisa minat, keterampilan, dan pilihannya, sehingga dapat membantu memudahkan perawat pelaksana mencapai karirnya.
Komponen ketiga adalah pola pengembangan karir, merupakan suatu metoda atau sistem dimana manajer keperawatan membantu perawat profesional memilih tujuan karir, mengarahkan dalam merencanakan karir untuk meraih kepuasan karir dan mencapai tujuan karir yang telah ditetapkan sesuai dengan pengalaman dan keahliannya.
Ada enam prinsip pengembangan karir perawat (Direktorat Keperawatan Depkes RI, 2004) Yaitu: Kualifikasi Kualifikasi perawat dimulai dari lulusan D.III Keperawatan, saat ini sebagian besar lulusan SPK, sehingga perlu penanganan khusus terhadap pengalaman kerja, lamanya pengabdian terhadap profesi, uji kompetensi dan sertifikasi. Penjenjangan Penjenjangan mempunyai makna tingkatan kompetensi untuk melaksanakan asuhan keperawatan yang akontebel dan etis sesuai dengan batas kewenangan praktek dan kompleksitas masalah pasien. Penerapan asuhan keperawatan Fungsi utama perawat klinik adalah memberikan asuhan keperawatan langsung sesuai standar praktik dan kode etik. Kesempatan yang sama. Setiap perawat klinik mempunyai kesempatan yang sama untuk meningkatkan karir sampai jenjang karir profesional tertinggi, sesuai ketentuan yang berlaku. Standar profesi Dalam memberikan asuhan keperawatan mengacu pada standar praktik keperawatan dan kode etik keperawatan. Komitmen pimpinan Pimpinan sarana kesehatan harus mempunyai komitmen yang tinggi terhadap pengembangan karir perawat, sehingga dapat dijamin kepuasan pasien serta kepuasan perawat dalam pelayanan keperawatan.
Pengembangan karir perawat merupakan suatu perencanaan dan penerapan
rencana karir. Perencanaan karir merupakan bagian dari manajemen personal, dan menjadi hal utama untuk setiap organisasi keperawatan ( Gillies, 2000). Program pengembangan karir dapat digunakan untuk penempatan perawat pada jenjang yang sesuai dengan keahliannya, serta menyediakan kesempatan yang lebih sesuai dengan kemampuan dari potensi perawat. Dengan adanya program pengembangan karir akan meningkatkan kualitas kerja perawat, ia akan berusaha mengontrol karirnya dan mencapai karir yang lebih baik sehingga ia akan terus berprestasi dan memperoleh kepuasan kerja (Marquis &Huston, 2000).
Marquis (2000) Perawat mempunyai tanggung jawab utama terhadap karirnya sendiri dengan cara sebagai berikut: Perawat harus mengenali kekuatan, kelemahan, dan bakatnya, rencanakan karir pribadi dengan jujur pada diri sendiri. Mengelola reputasi diri sendiri dan lakukan pekerjaan kita berprestasi dan biarkan lingkungan menilai prestasi kerja kerja. Mengembangkan kontak jaringan kerja agar terinformasi perkembangan IPTEK yang mutakhir. Mengikuti perkembangan terbaru tentang pengetahuan, ketrampilan dan kemampuan. Menjaga keseimbangan antara kompetensi spesialis dan generalis agar mampu bereaksi terhadap lingkungan kerja yang terus berubah. Mendokumentasikan prestasi diri, carilah pekerjaan dan penugasan yang akan memberi tantangan yang semakin meningkat. Menjaga pilihan anda tetap terbuka.
Manajemen bertanggung jawab pada pengembangan karir perawat (Marquis, 2000 dan Robbins, 2001). Untuk itu perlu langkah-langkah : Manajemen institusi harus menciptakan jalur karir dan kenaikan pangkat, berupaya mencocokan lowongan kerja dengan orang yang tepat, meliputi: mengkaji kinerja, dan potensi perawat yang baru dan lama,agar dapat memberikan bimbingan karir, pendidikan dan pelatihan yang tepat. Membentuk jenjang karir, dan hal ini harus dikominikasikan pada seluruh staf staf dan diterapkan secara konsisten. Penyerahan informasi karir, direncanakan secara jelas tujuan dan strategi masa depan rumah sakit sehingga karyawan akan mampu mengembangkan rencana pribadi. Penerapan posisi kerja. Manajer yang efektif harus mengetahui siapa yang dibutuhkan dan siapa yang kompeten dalam menerima tugas, tanggung jawab serta tantangan yang besar. Penilaian kinerja karyawan. Salah satu keuntungan dari sistem penilaian yang baik adalah adanya informasi penting tentang gambaran kinerja, kemampuan perawat yang potensial dan memudahkan untuk mobilisasi karir.
Menciptakan peluang pertumbuhan dan perkembangan bagi perawat dengan memberi pengalaman kerja yang telah direncanakan, pengalaman baru, menarik dan secara profesional menantang dan memacu perawat menggunakan keahliannya yang maksimal. Memberikan dukungan dan dorongan dengan menyediakan pelatihan dan pensisikan agar perawat mendapatkan kesempatan pengembangan keterampilan, kemampuan dan pengetahuan yang terbaru. Mengembangkan kebijakan-kebijakan personel, dengan diterapkannya program pengembangan karir yang aktif yang menghasilkan beberapa kebijakan untuk mendukung program tersebut
Manajemen yang mempromosikan sistem jenjang karir berpotensi untuk mampu menjamin meningkatkan produktivitas dan harus dapat pula menjamin terpeliharanya asuhan keperawatan yang berkwalitas (Kron, 1987).
Berdasarkan uraian tersebut diatas dan memperhatikan pedoman pengembangan sistem jenjang karir tenaga perawat dari Direktorat Keperawatan (Depkes RI, 2004) penulis menyimpulan bahwa karir keperawatan ditentukan oleh tenaga perawat sendiri dengan dibantu oleh konselor karir/ supervisor dan difasilitasi serta didukung oleh pihak manajemen keperawatan dan manajemen rumah sakit untuk mengelola karir perawat untuk dipromosikan. Rumah sakit bertanggung jawab terhadap peningkatan karir perawat agar dapat dipromosikan. Rumah sakit bertanggung jawab terhadap peningkatan karir perawat melalui upaya membentuk dan mengembangkan sistem jenjang karir profesional keperawatan.
SEJARAH KEPERAWATAN Keperawatan sebagai bagian intergral dari pelayanan kesehatan, ikut menentukan menentukan mutu dari pelayanan kesehatan. Tenaga keperawatan secara keseluruhan jumlahnya mendominasi tenaga kesehatan yang ada, dimana keperawatan memberikan konstribusi yang unik terhadap bentuk pelayanan kesehatan sebagai satu kesatuan yang relatif, berkelanjutan, koordinatif dan advokatif. Keperawatan sebagai suatu profesi menekankan kepada bentuk pelayanan professional yang sesuai dengan standart dengan memperhatikan kaidah etik dan moral sehingga pelayanan yang diberikan dapat diterima oleh masyarakat dengan baik. lanjut A.
Sejarah
Keperawatan
Keperawatan sebagai suatu pekerjaan sudah ada sejak manusia ada di bumi ini, keperawatan terus berkembang sesuai dengan kemajuan peradaban teknologi dan kebudayaan. Konsep keperawatan dari abad ke abad terus
berkembang,
berikut
adalah
perkembangan
1.
keperawatan
di
dunia
Mother
: Instink
Pekerjaan keperawatan sudah ada sejak manusia diciptakan, keperawatan ada sebagai suatu naluri (instink). Setiap manusia pada tahap ini menggunakan akal pikirannya untuk menjaga kesehatan, menggurangi stimulus kurang menyengkan, merawat anak, menyusui anak dan perilaku masih banyak perilaku lainnya. 2.
Animisme
Manusia pada tahap ini memiliki keyakinan bahwa keadaan sakit adalah disebabkan oleh arwah/roh halus yang ada pada manusia yang telah meninggal atau pada manusia yang hidup atau pada alam ( batu besar, pohon, gunung, sungai, api, dll). Untuk mengupayakan penyembuhan atau perawatan bagi manusia yang sakit maka roh jahat harus di usir, para dukun mengupayakan proses penyembuhan dengan berusaha mencari pengetahuan tentang roh dari sesuatu yang mempengaruhi kesehatan orang yang sakit. Setelah dirasa mendapatkan kemampuan, para dukun berupaya mengusir roh dengan menggunakan mantra-mantra atau obat-obatan yang berasal
dari
3.
Keperawatan
penyakit
alam.
akibat
kemarahan
para
dewa
Pada tahap ini manusia sudah memiliki kepercayaan tentang adanya dewa-dewa, manusia yang sakit disebabkan oleh kemarahan dewa. Untuk membantu penyembuhan orang yang sakit dilakukan pemujaan kepada para dewa di tempat pemujaan (kuil), dengan demikian dapat dikatakan bahwa kuil adalah tempat pelayanan
kesehatan.
4.
Ketabiban
Mulai berkembang kemungkinan sejak ± 14 abad SM, pada masa ini telah dikenal teknik pembidaian, hygiene umum,
anatomi
5.
manusia.
Diakones
dan
Philantrop
Berkembang sejak ± 400 SM, para diakones memberikan pelayanan perawatan yang diberikan dari rumah ke rumah, tugas mereka adalah membantu pendeta memberikan pelayanan kepada masyarakat dan pada masa ini merupakan cikal bakal berkembangnya ilmu keperawatan kesehatan masyarakat. Philantop adalah kelompok yang mengasingkan diri dari keramaian dunia, dimana mereka merupakan tenaga inti yang memberikan pelayanan
di
pusat
6.
pelayanan
kesehatan
Perkembangan
ilmu
(RS)
pada
masa
kedokteran
itu. Islam
Pada tahun 632 Masehi, Agama Islam melalui Nabi Muhamad SAW dan para pengikutnya menyebarkan agama Islam keseluruh pelosok dunia. Selain menyebarkan ajaran agama beliau juga menyebarkan ilmu pengetahuan tentang 7.
perilaku
hidup
Perawat
bersih
dan
terdidik
pengobatan (
600
terhadap
penyakit –
(kedokteran). 1583
)
Pada masa ini pendidikan keperawatan mulai muncul, dimana program itu menghasilkan perawat-perawat terdidik. Pendidikan keperawatan diawali di Hotel Dien dan Lion Prancis yang kemudian berkembang menjadi rumah sakit terbesar disana. Pada awalnya perawat terdidik diseleksi dari para pengikut agama dimana tenaga mereka diperbantukan dalam kegiatan perawatan paska terjadinya perang salib. Tokoh perawat yang terkenal pada 8.
saat
(1182 Perawat
–
1226)
itu
Profesional
adalah
St
(abad
Fransiscas 18
dari
Asisi –
Italia. 19)
Perkembangan ilmu pengetahuan semakin pesat sejak abad ini termasuk ilmu kedokteran dan keperawatan. Florence Nightingale (1820-1910) adalah tokoh yang berjasa dalam pengembangan ilmu keperawatan, beliau mendirikan sekolah keperawatan moderen pada tahun 1960 di RS St. Thomas di London. Melihat perkembangan keperawatan di dunia dengan kemajuannya dari tahap yang paling klasik sampai dengan terciptanya tenaga keperawatan yang professional dan diakui oleh dunia internasional tentu dapat dijadikan cerminan bagi perkembangan keperawatan di Indonesia. Mengikuti perkembangan keperawatan di dunia, keperawatan di Indonesia juga terus berkembang, adapun perkembangannya adalah sebagai berikut : 1. Seperti halnya perkembangan keperawatan di dunia, di Indonesia pada awalnya pelayanan perawatan masih didasarkan pada naluri, kemudian berkembang menjadi aliran animisme, dan orang bijak beragama. 2.
Penjaga
orang
sakit
(POS/zieken
oppasser)
Sejak masuknya Vereenigge oost Indische Compagine di Indonesia mulai didirikan rumah sakit, Binnen Hospital adalah RS pertama yang didirikan tahun 1799, tenaga kesehatan yang melayani adalah para dokter bedah, tenaga perawat diambil dari putra pertiwi. Pekerjaan perawat pada saat itu bukan pekerjaan dermawan atau intelektual, melainkan pekerjaan yang hanya pantas dilakukan oleh prajurit yang bertugas pada kompeni. Tugas perawat pada saat itu adalah memasak dan membersihkan bagsal (domestik work), mengontol pasien, menjaga pasien 3.
agar
tidak
Model
lari/pasien
keperawatan
gangguan
Vokasional
(abad
kejiwaan. 19)
Berkembangnya pendidikan keperawatan non formal, pendidikan diberikan melalui pelatihan-pelatihan model vokasional 4.
dan
dipadukan
Model
dengan
keperawatan
latihan kuratif
kerja. (1920)
Pelayanan pengobatan menyeluruh bagi masyarakat dilakukan oleh perawat seperti imunisasi/vaksinasi, dan pengobatan 5.
penyakit Keperawatan
seksual. semi
profesional
Tuntutan kebutuhan akan pelayanan kesehatan (keperawatan) yang bermutu oleh masyarakat, menjadikan tenaga keperawatan dipacu untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan dibidang keperawatan. Pendidikan-pendidikan dasar keperawatan dengan sistem magang selama 4 tahun bagi lulusan sekolah dasar mulai
bermunculan.
6.
Keperawatan
preventif
Pemerintahan belana menganggap perlunya hygiene dan sanitasi serta penyuluhan dalam upaya pencegahan dan pengendalian wabah, pemerintah juga menyadari bahwa tindakan kuratif hanya berdampak minimal bagi masyarakat dan hanya ditujukan bagi mereka yang sakit. Pada tahun 1937 didirikan sekolah mantri higene di Purwokerto, pendidikan ini terfokus pada pelayanan kesehatan lingkungan dan bukan merupakan pengobatan. 7.
Menuju
keperawatan
profesional
sejak Indonesia merdeka (1945) perkembangan keperawatan mulai nyata dengan berdirinya sekolah pengatur rawat (SPR) dan sekolah bidan di RS besar yang bertujuan untuk menunjang pelayanan kesehatan di rumah sakit. Pendidikan itu diberuntukan bagi mereka lulusan SLTP ditambah pendidikan selama 3 tahun, disamping itu juga didirikan sekolah bagi guru perawat dan bidan untuk menjadi guru di SPR. Perkembangan keperawatan semakin nyata dengan didirikannya organisasi Persatuan Perawat Nasional Indonesia tahun 1974.
8.
Keperawatan
profesional
Melalui lokakarya nasional keprawatan dengan kerjasama antara Depdikbud RI, Depkes RI dan DPP PPNI, ditetapkan definisi, tugas, fungsi dan kompetensi tenaga perawat professional di Indonesia. Diilhami dari hasil lokakarya itu maka didirikanlah akademi keperawatan, kemudian disusul pendirian PSIK FK-UI (1985) dan kemudian didirikan pula program paska sarjana (1999). B.
Pengertian
Keperawatan
Pada lokakarya nasional 1983 telah disepakati pengertian keperawatan sebagai berikut, keperawatan adalah pelayanan professional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan, berbentuk pelayanan bio psiko sosio spiritual yang komprehensif yang ditujukan kepada individu, kelompok dan masyarakat baik sakit maupun sehat yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia. Florence Nightingale (1895) mendefinisikan keperawatan sebagai berikut, keperawatan adalah menempatkan pasien
alam
kondisi
paling
baik
bagi
alam
dan
isinya
untuk
bertindak.
Calilista Roy (1976) mendefinisikan keperawatan merupakan definisi ilmiah yang berorientasi kepada praktik keperawatan Dari
yang
beberapa
memiliki
definisi
di
sekumpulan atas
dapat
pengetahuan disimpulkan
untuk bahwa
memberikan keperawatan
pelayanan adalah
kepada
upaya
klien.
pemberian
pelayanan/asuhan yang bersifat humanistic dan professional, holistic berdasarkan ilmu dan kiat, standart pelayanan dengan berpegang teguh kepada kode etik yang melandasi perawat professional secara mandiri atau memalui upaya kolaborasi. C.
Definisi
Perawat
Definisi perawat menurut UU RI. No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan, perawat adalah mereka yang memiliki kemampuan dan kewenangan melakukan tindakan keperawatan berdasarkan ilmu yang dimiliki diperoleh melalui pendidikan
keperawatan.
Tyalor C Lillis C Lemone (1989) mendefinisikan perawat adalah seseorang yang berperan dalam merawat atau memelihara,
membantu
dengan
melindungi
seseorang
karena
sakit,
luka
dan
proses
penuaan.
Definisi perawat menurut ICN (international council of nursing) tahun 1965, perawat adalah seseorang yang telah menyelesaikan pendidikan keperawatan yang memenuhi syarat serta berwenang di negeri bersangkutan untuk memberikan pelayanan keperawatan yan bertanggung jawab untuk meningkatkan kesehatan, pencegahan penyakit dan pelayanan penderita sakit. D.
Tren
Keperawatan
Setelah tahun 2000, dunia khususnya bangsa Indonesia memasuki era globalisasi, pada tahun 2003 era dimulainya pasar bebas ASEAN dimana banyak tenaga professional keluar dan masuk ke dalam negeri. Pada masa itu mulai terjadi suatu masa transisi/pergeseran pola kehidupan masyarakat dimana pola kehidupan masyarakat tradisional berubah menjadi masyarakat yang maju. Keadaan itu menyebabkan berbagai macam dampak pada aspek kehidupan masyarakat khususnya aspek kesehatan baik yang berupa masalah urbanisaasi, pencemaran, kecelakaan, disamping meningkatnya angka kejadian penyakit klasik yang berhubungan dengan infeksi, kurang gizi, dan kurangnya pemukiman sehat bagi penduduk. Pergeseran pola nilai dalam keluarga dan
umur harapan hidup yang meningkat juga menimbulkan masalah kesehatan yang berkaitan dengan kelompok lanjut
usia
serta
penyakit
degeneratif.
Pada masyarakat yang menuju ke arah moderen, terjadi peningkatan kesempatan untuk meningkatkan pendidikan yang lebih tinggi, peningkatan pendapatan dan meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap hukum dan menjadikan masyarakat lebih kritis. Kondisi itu berpengaruh kepada pelayanan kesehatan dimana masyarakat yang kritis menghendaki pelayanan yang bermutu dan diberikan oleh tenaga yang profesional. Keadaan ini memberikan implikasi bahwa tenaga kesehatan khususnya keperawatan dapat memenuhi standart global internasional dalam memberikan pelayanan kesehatan/keperawatan, memiliki kemampuan professional, kemampuan intelektual dan teknik serta peka terhadap aspek social budaya, memiliki wawasan yang luas dan menguasi
perkembangan
Iptek.
Namun demikian upaya untuk mewujudkan perawat yang professional di Indonesia masih belum menggembirakan, banyak factor yang dapat menyebabkan masih rendahnya peran perawat professional, diantaranya
:
1. Keterlambatan pengakuan body of knowledge profesi keperawatan. Tahun 1985 pendidikan S1 keperawatan pertama 2.
kali
dibuka
di
Keterlambatan
UI,
sedangkan
di
pengembangan
negara
barat
pendidikan
pada
tahun
perawat
1869.
professional.
3. Keterlambatan system pelayanan keperawatan., ( standart, bentuk praktik keperawatan, lisensi ) Menyadari peran profesi keperawatan yang masih rendah dalam dunia kesehatan akan berdampak negatif terhadap mutu pelayanan kesehatan bagi tercapainya tujuan kesehatan “ sehat untuk semua pada tahun 2010 “, maka
solusi
1.
yang
harus
Pengembangan
ditempuh
adalah
pendidikan
:
keperawatan.
Sistem pendidikan tinggi keperawatan sangat penting dalam pengembangan perawatan professional, pengembangan teknologi keperawatan, pembinaan profesi dan pendidikan keperawatan berkelanjutan. Akademi Keperawatan merupakan pendidikan keperawatan yang menghasilkan tenaga perawatan professional dibidang keperawatan. Sampai saat ini jenjang ini masih terus ditata dalam hal SDM pengajar, lahan praktik dan sarana serta 2.
prasarana Memantapkan
penunjang
system
pelayanan
pendidikan. perawatan
professional
Depertemen Kesehatan RI sampai saat ini sedang menyusun registrasi, lisensi dan sertifikasi praktik keperawatan. Selain itu semua penerapan model praktik keperawatan professional dalam memberikan asuhan keperawatan 3.
harus
segera
di
Penyempurnaan
lakukan
untuk
menjamin organisasi
kepuasan
konsumen/klien. keperawatan
Organisasi profesi keperawatan memerlukan suatu perubahan cepat dan dinamis serta kemampuan mengakomodasi setiap kepentingan individu menjadi kepentingan organisasi dan mengintegrasikannya menjadi serangkaian kegiatan yang dapat dirasakan manfaatnya. Restrukturisasi organisasi keperawatan merupakan pilihan tepat guna menciptakan suatu organisasi profesi yang mandiri dan mampu menghidupi anggotanya melalui upaya jaminan kualitas kinerja dan harapan akan masa depan yang lebih baik serta meningkat. Komitmen perawat guna memberikan pelayanan keperawatan yang bermutu baik secara mandiri ataupun melalui jalan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain sangat penting dalam terwujudnya pelayanan
keperawatan professional. Nilai professional yang melandasi praktik keperawatan dapat di kelompokkan dalam : 1. Nilai
Nilai intelektual
dalam
a.
Body
b.
Pendidikan
c.
Menggunakan
pengetahuan
2.
intelektual
prtaktik
keperawatan
terdiri
dari
of
Knowledge
spesialisasi dalam
berpikir
Nilai
secara
(berkelanjutan) kritis
dan
kreatif.
komitmen
moral
Pelayanan keperawatan diberikan dengan konsep altruistic, dan memperhatikan kode etik keperawatan. Menurut Beauchamp & Walters (1989) pelayanan professional terhadap masyarakat memerlukan integritas, komitmen moral Aspek
dan moral
yang
tanggung harus
menjadi
jawab
landasan
perilaku
perawat
a.
etik. adalah
:
Beneficience
selalu mengupayakan keputusan dibuat berdasarkan keinginan melakukan yang terbaik dan tidak merugikan klien.
(Johnstone,
1994)
b.
Fair
Tidak mendeskriminasikan klien berdasarkan agama, ras, social budaya, keadaan ekonomi dan sebagainya, tetapi memprlakukan klien sebagai individu yang memerlukan bantuan dengan keunikan yang dimiliki. c.
Fidelity
Berperilaku caring (peduli, kasih sayang, perasaan ingin membantu), selalu berusaha menepati janji, memberikan harapan yang memadahi, komitmen moral serta memperhatikan kebutuhan spiritual klien. 3.
Otonomi,
kendali
dan
tanggung
gugat
Otonomi merupakan kebebasan dan kewenangan untuk melakukan tindakan secara mandiri. Hak otonomi merujuk kepada pengendalian kehidupan diri sendiri yang berarti bahwa perawat memiliki kendali terhadap fungsi mereka. Otonomi melibatkan kemandirian, kesedian mengambil resiko dan tanggung jawab serta tanggung gugat terhadap tindakannya sendiribegitupula sebagai pengatur dan penentu diri sendiri. Kendali mempunyai implikasi pengaturan atau pengarahan terhadap sesuatu atau seseorang. Bagi profesi keperawatan, harus ada kewenangan untuk mengendalikan praktik, menetapkan peran, fungsi dan tanggung jawab
anggota
Tanggung gugat berarti perawat bertanggung jawab terhadap setiap tindakan yang dilakukannya terhadap klien. Suka
profe