Tugas Membuat Paper Tentang Pendidikan Sistem Ganda Kajian Teknologi dan Vokasi Dr. Siscka Elvyanti, MT
Disusun Oleh : Deri Rio Heryanto
1503711
S1-Teknik Elektro 2015
DEPARTEMEN PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
Latar Belakang Dilaksanakan Pendidikan Sistem Ganda
Pemerintah melalui Departemen Pendidikan dan Kebudayaan menetapkan kebijaksanaan and match yang berlaku pada semua jenis dan jenjang pendidikan di Indonesia
Direktorat Pendidikan Menengah kejuruan mendapat tugas lan gsung dari Mentri Pendidikan dan Kebudayaan untuk mengembangkan dan melaksanakan pendekatan pendidikan dengan Sistem ganda pada Sekolah Menengah Kejuruan.
Pendekatan Pendidikan dengan Sistem Ganda sebagai kajian tak terpisahkan dari kebijakan link and match dijadikan pola utama penyelenggaraan kurikulum sekolah menengah kejurua yang dimulai pada tahun pelajaran 1994/1995. Pendidikan adalah hal yang paling mendasar dibutuhkan oleh manusia jaman sekarang ini. Karena dengan pendidikan manusia itu dapat berkembang dan tumbuh dengan baik selayaknya manusia yang sebenarnya. Pendidikan adalah serangkaian upaya manusia untuk mendidik watak, budi, akhlak, dan kepribadian peserta didik. Sedangkan pengajaran adalah upaya untuk mengisi intelektual peserta didik dengan sejumlah ilmu pengetahuan.
Berdasarkan pendapat di atas kita semua dapat memahami dua kata itu memberikan pemahaman bahwa pendidikan dan pengajaran saling terkait. Lantas bagaimana dengan keadaan pendidikan formal yang ada di Indonesia? Dengan segala kekurangan dan kelebihan yang ada. Kemudian bagaiamana mengembangkan pendidikan yang bisa menberikan dan meningkatkan potensi dari peserta didik. Hal ini, yang menjadi pemikiran para ahli pendidikan untuk terus mengembangkan pendidikan yang tepat untuk karakater orang Indonesia.
Namun, kita semua sering melihat kenyataan yang ada bahwa pendidikan di Indonesia telah bergeser dari pendidikan karakarter bangsa. Hal ini terlihat banyak orang yang memandang sebelah mata Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di bandingkan dengan Sekolah menengah atas (SMA). Apakah yang menjadikan masyarakat umum memiliki persepsi kurang baik terhadap SMK.
Disisi lain, SMK itu memiliki sistem pendidikan yang menyiapkan siswanya untuk dapat memiliki ketrampilan dengan dunia kerja. Salah satu sistem yang digunakan adalah Pendidikan Sistem Ganda (PSG) atau yang lebih dikenal dengan praktek kerja lapangan (PKL). Dimana siswa itu melakukan praktek kerja lapangan dengan jurusan yang dipilih untuk jangka waktu tertentu, dengn tujuan bahwa siswa itu akan memiliki ketrampilan prakt dan lebih siap ketika dibenturtkan dengan dunia kerja.
Untuk tujuan dari PSG sendiri itu, menghasilkan tenaga kerja yang memiliki keahlian profesional ( dengan tingkat pengetahuan, keterampilan, dan etos kerja yang sesuai dengan tuntutan lapangan kerja ). mem perkokoh ” link and macth ” antara sekolah dengan dunia kerja. Dan memberikan pengakuan, kalau magang adalah salah satu proses dari pembelajara
Pengertian Pendidikan Sistem Ganda
PSG merupakan suatu kombinasi antara penyelenggaraan pembelajaran di sekolah (SMK) dengan penyelenggaraan praktek kerja industri (prakerin) di institusi kerja pasangan
(perusahaan; jasa, dagang, industri), secara sinkron dan sistematis, bertujuan menghantarkan peserta didik pada penguasaan kemampuan kerja tertentu, sehingga menjadi lulusan yang berkemampuan relevan seperti yang diharapkan. PSG yang dikenal dengan istilah dual system atau dual education system dapat dijelaskan
sebagai berikut: “A dual education system is pract iced in several countries, notably German
Austria and Switzerland, but also Denmark, the Netherlands and France, and for s ome years now in China and other countries in Asia: It combines apprenticeships in a company and vocational education at a vocational school in one course” (from Wikipedia, the free encyclopedia; 2011). Pendidikan sistem ganda yang dilaksanakan pada beberapa negara,
seperti; Jerman, Austria and Swiss, juga Denmark, Belanda dan Francis, dan beberapa tahun
terakhir di China dan di beberapa Negara Asia, merupakan kombinasi antara praktek kerja d
perusahaan dan pelaksaan pembelajaran di sekolah kejuruan yang terintegrasikan dalam satu kegiatan. Secara khusus, Pendidikan sistem ganda pada sekolah-sekolah kejuruan di Jerman, adalah :
“Vocational training in the Federal Republic of Germany is divided in on -the-job training an theoretical education in vocational training schools. This system in called the dual system.
The characteristic feature of this system is that theoretical knowledge and practical skills are combined already during the training. Only on-the-job will a trainee be able to learn how to
cope with the constantly changing demands of the job and to appreciate the variet y of social relationships that exist in the working life” (www.rheinneckar.ihk24.de; 2011). Pendidikan kejuruan di Republik Federal Jerman adalah kombinasi antara kegiatan magang
dan belajar di sekolah-sekolah kejuruan. Pola tersebut dinamakan sistem ganda. Karakteristi sistem ganda adalah kombinasi antara pengetahuan teori dan keterampilan praktek dalam suatu pelatihan. Di tempat kerja peserta didik belajar bagaimana mengatasi masalah sesuai dengan perubahan permintaan pasar, serta menghargai perbedaan kehidupan sosial yang
Jerman merupakan pendidikan sistem ganda, karena mengkombinasikan antara pelaksanaan pelatihan dengan teori di sekolah-sekolah umum. Sejalan dengan itu Wikipedia (2011)
menyatakan: Dual Education System is called “dual” because it combines apprenticeships in
a company and vocational education at a vocational school in one course. In the company, th
apprentice receives practical training which is supplemented by theoretical instruction in the vocational school. Sistem pendidikan disebut “ganda” karena merupakan kombinasi antara pelaksanaan magang di perusahaan/industri dan pelaksanaan pembelajaran di sekolah kejuruan dalam satu kegiatan. Di perusahaan peserta didik melaksanakan magang setelah memiliki bekal kemampuan teori dari sekolah kejuruan. Muliaty A. M. (2005/2007) dalam promosi doktornya di UNJ mengemukakan ; “Basically Dual System of Education of Vocational High School is education and training system for
vocational competence that is conducted in vocational schools and business work to produce middle level workers with special skills”. Pendidikan sistem ganda pada sekolah menengah kejuruan merupakan sistem pendidikan dan pelatihan untuk memperoleh kemampuan kerja yang diselenggarakan pada sekolah-sekolah kejuruan dan bekerja di perusahaan untuk menghasilkan tenaga kerja tingkat menengah yang mempunyai keahlian tertentu. Dalam penerapan pendidikan sistem ganda di SMK di Indonesia, disebutkan : “The Indonesia vocational education system is somewhat similar to what is implemented in Germany and Finland” (Dual Education System on Wikipedia). Pendidikan sistem ganda di Indonesia relatif sama, seperti yang diselenggarakan di Jerman dan Finlandia. Adapun Crow and Crow (1960: 20) mengemukakan “the function of educa tion must be
recognized to be guidance of a learner, at all stages of his wants, needs, and potentialities th will insure for him a personally satisfying and socially desirable patter n of living”. Fungsi pendidikan harus difahami sebagai upaya membimbing peserta didik yang sesuai dengan keinginan, kebutuhan, dan kemungkinannya untuk dapat memberikan kepuasan secara pribadi maupun dalam kehidupan sosial secara layak. PSG sebagai alternatif perubahan
dalam pelaksanaan pembelajaran di SMK, dengan melibatkan banyak institusi kerja sebagai pasangan langsung dan aktif dalam proses pembelajaran, diharapkan bisa menghantarkan
a. Untuk membantu meningkatkan keterampilan dan pengetahuan kepada siswa mengen
dunia kerja yang akan dijalani dan menjadikannya bekal untuk menghadapi persaingan di dun kerja. b. Dapat lebih membuka wawasan tentang dunia telekomunikasi.
c. Sebagai wujud implementasi program “Link and Match” antara dunia pendidikan dan dun kerja. Manfaat Bagi Dunia Industri (DUDI)
a. Memberikan kontribusi dalam mencapai target pekerjaan di lapangan baik secara kualit maupun kuantitas.
b. Untuk membantu dunia industri mengidentifikasi potensi sumber daya manusia pada bidan telekomunikasi di pasar tenaga kerja. Kendala-kendala dalam Pendidikan Sistem Ganda
Dalam pelaksanaan PSG, kendala dirasakan oleh kedua belah pihak, yaitu sekolah dan industri (Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan, 1996). Disebutkan bahwa kendala yan dihadapi oleh sekolah antara lain: (1) keragaman geografis, (2) keragaman kesiapan dan tingkat kemajuan SMK, dan (3) keragaman program SMK yang belum seimbang dengan keragaman industri di sekitarnya. Selanjutnya, kendala yang dirasakan oleh industri antara lain: (1) belum dimiliki struktur jabatan dan keahlian yang mantap, terutama pada industri kecil, dan menengah, (2) belum ada perencanaan alokasi biaya untuk pengembangan pendidikan, (3) belum dimilikinya persepsi tentang keuntungan PSG bagi industri, dan (4) kurangnya kesadaran tentang peningkatan keefektifan, efisiensi, dan kualitas dalam pelaksanaan pelatihan di industri. Sementara itu, menurut hasil penelitian Sonhadji, dkk. (1997), pelaksanaan PSG menghadapi kendala-kendala, aptara lain sebagai berikut: (1) pendelegasian tugas dan tanggung jawab di antara perangkat organisasi Pokja PSG belum merata, dan ada kecenderungan dominan pada Ketua Pokja, (2) guru pembimbing belum berfungsi secara optimal di industri, dan diantara mereka ada yang tidak relevan dengan bidangnya, (3) kesulitan menjalin kerjasama dengan institusi pasangan yang tergolong menengah dan besar, (4) rendahnya manajemen pengelolaan pelatihan siswa oleh industri, terutama pada industri kecil, (5) instruktur di industri banyak yang tidak memenuhi persyaratan serta belum berperan secara efektif, (6) masih banyak siswa yang mencari sendi tempat pelatihan industri, (7) kurangnya waktu yang disediakan Majelis Sekolah untuk berkoordinasi, (8) lamanya pengurusan perijinan dan permohonan pelatihan, (9) kurangnya disiplin dan rendahnya kepedulian siswa terhadap keselematan kerja, dan (10) tidak berimbangnya antara jumlah SMK dan jumlah dunia usaha/industri. Dari temuan-temuan di atas dapat disebutkan bahwa pelaksanaan PSG selama ini mengalami kendala-kendala struktural, geografis, potensi teknologis, psikologis, akademis, manajerial, dan kultural.
sebagai strategi dalam kebijakan Link and Match diantaranya adalah model penyelenggaraan Pendidikan Sistem Ganda (PSG).
PSG pada dasarnya merupakan suatu bentuk penyelenggaraan pendidikan keahlian profesional yang memadukan secara sistematik dan sinkron program pendidikan di sekolah dan program penguasaan keahlian yang diperoleh melalui kegiatan bekerja langsung di duni kerja, terarah untuk mencapai suatu tingkat keahlian profesional tertentu. Pada hakekatnya PSG merupakan suatu strategi yang mendekatkan peserta didik ke dunia kerja dan ini adalah strategi proaktif yang menuntut perubahan sikap dan pola pikir serta fungsi pelaku pendidikan di tingkat SMK, masyarakat dan dunia usaha/industri dalam menyikapi perubaha dinamika tersebut.
Bila pada pendidikan konvensional, program pendidikan direncanakan, dilaksanakan dan dievalusi secara sepihak dan lebih bertumpu kepada kepemimpinan kepala sekolah dan guru maka pada PSG program pendidikan direncanakan, dilaksanakan dan dievaluasi bersama secara terpadu antara sekolah kejuruan dengan institusi pasangannya, sehingga fungsi operasional dilapangan dilaksanakan bersama antara kepala sekolah, guru, instruktur dan manager terkait, untuk itu perlu diciptakan adanya keterpaduan peran dan fungsi guru serta instruktur sebagai pelaku pendidikan yang terlibat langsung dalam pelaksanaa PSG dilapangan secara kondusif.
Menurut Dikmenjur (1994 : 19), kualitas guru tetap memegang peranan kunci, oleh sebab itu program Pendidikan Menengah Kejuruan (SMK) akan dilaksanakan dengan kegiatan pokok peningkatan mutu dan relevansi, diantaranya melalui peningkatan mutu, karena itu program penataran guru akan tetap penting, terutama dalam meningkatkan kemampuan professional guru yang akan dilaksanakan melalui penataran yang memakai pendekatan “ production. Training “ Serta peningkatan penataran dalam bentuk “ on the job training” di industri.
Hal tersebut menunjukkan, bahwa peranan dan fungsi guru dalam PSG merupakan salah satu parameter terhadap keberhasilan pelaksanaanya sebagaimana dinyatakan pranarka (1991), bahwa “peran gurulah pelaksana utama di medan pendidikan aktual “.
Menurut T. Raka Joni (1991) tugas guru adalah teramat penting, secara makro tugas itu berhubungan dengan pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) yang pada akhirnya aka menentukan kelestarian dan kejayaan kehidupan bangsa karenanya Nana Sujana (1989 : 12) menyatakan, bahwa kehadiran guru dalam Proses Belajar Mengajar (PBM) tetap memegang peranan penting dan belum dapat digantikan oleh alat secanggih apapun. Gambaran oleh pakar pendidikan tersebut dapat dipahami, sebab masih terlalu banyak unsur-unsur manusiawi seperti sikap, system nilai perasaan, motivasi, kebiasaan, kesiapan dan lainnya yang diharapkan merupakan hasil proses pengajaran. Fenomena tersebut menunjukkan, bahwa dalam suatu proses pendidikan, keprofesionalan sangat diperlukan, lebih tegas Pranarka (1991) menyatakan, bahwa “para guru sebagai
tenaga kerja yang memiliki tingkat pengetahuan, keterampilan dan etos kerja yang sesuai dengan tuntutan lapangan kerja” (Aburizal Bakrie,1996:8).
Dalam upaya merealisasikan kebijakan link and match melalui pelaksanaan PSG, selain diperlukan guru SMK yang profesional serta instruktur yang mewakili dunia usaha / industri yang profesional pula. Instruktur dalam PSG memiliki fungsi dan peranan yang sangat penting dan strategis dalam menentukan keberhasilan peserta PSG. Menurut slamet PH. (1997) tugas instruktur dalam PSG antara lain adalah memberikan bimbingan, pengarahan, melatih, memotivasi dan menilai peserta PSG, oleh karenanya instruktur dituntut mampu memahami aspek-aspek pendidikan dan pengajaran.
Dari uraian diatas, diketahui bahwa salah satu faktor yang dapat menentukan keberhasilan pelaksanaan PSG adalah guru dan instruktur, oleh sebab itu baik guru maupun instruktur dituntut memiliki kompetensi yang dipersyaratkan untuk melaksanakan peran dan fungsinya masing-masing dalam PSG, hal ini senada dengan pernyataan T. Raka Joni (1991) bahwa diluar lapisan tenaga propesional untuk bidang-bidang ajaran yang memiliki kandungan keterampilan tinggi, penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar yang efektif dan efisien mempersyaratkan peran serta instruktur.” Namun demikian kenyataan yang ada menunjukkan, bahwa guru dan instruktur belum sepenuhnya memiliki kemampuan yang dipersyaratkan dalam melaksanakan PSG, sebagaimana dinyatakan Dikmenjur (1997).
Bahwa permasalahan yang dihadapi adalah guru pada saat ini belum memiliki wawasan industri dan tenaga instruktur belum memiliki wawasan kependidikan. Rusdiono (1999) menyebutkan bahwa alasan utama melencengkan pelaksanaan PSG. Lebih jauh Rusdiono menyebutkan bahwa alasan utama melencengkan pelaksanaan PSG di Indonesia disebabkan oleh belum dipahaminya konsep/pengertian PSG oleh pihak sekolah.
Bertolak dari sejumlah permasalahan, tersebut apabila dicermati ada satu permasalahan yang perlu dikaji lebih mendalam sebab masalah itu dihadapi baik oleh guru maupun instruktur, yakni tentang kemampuan membimbing siswa PSG. Kemampuan (kompetensi) guru dan instruktur dalam membimbing siswa PSG adalah salah satu tugas dan tanggung jawab mendidik yang paling esensi terutama dalam pelaksanaan PSG. Kemampuan guru dan instruktur dalam membimbing sis wa PSG ini banyak dipengaruhi berbagai aspek, seperti pengetahuan, pengalaman, minat, sikap, persepsi, wawasan latar belakang pendidikan dan faktor lingkungan lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Direktorat Pendidiakn Menengah Kejuruan. 1996. Indikator Keberhasilan Sekolah Meneng Kejuruaan. Jakarta: Dikmenjur, Depdikbud.
Direkturat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan, 2009, Bahan bimbingan teknis (Bimtek Peningkatan Mutu SMK ” Pelaksanaan Prakerin”, Jakarta http://www.depdiknas.go.id/sikep/Issue/SENTRA1/F40.html, Ahmad Sonhadji K.H., Alternatif Penyempurnaan Pembaharuan Penyelenggaraan Pendidikan Di Sekolah Menengah Kejuruan, diunduh tanggal 5 Oktober 2009 Wikipedia. The free Enclycopedia. 2011 (www.wikipedia.com)