Pengolahan Data Seismik 2D Menggunakan Software Echos dari Paradigm 14.1 Pada dasarnya pengolahan data seismik menggunakan beberapa software memiliki konsep yang sama hanya tools atau menu yang berbeda. Software Echos 14.1 dioperasikan dengan operating System UNIX/LINUX. Software ini dapat melakukan pengolahan data seismik 2D atau 3D mulai dari geometri hingga migrasi. Langkah awal yang dilakukan adalah klik ikon Paradigm 14.1 pada desktop sehingga muncul jendela utama paradigm session manager. Kemudian pilih menu file dan aktifkan program Echos dengan cara membuka domain/solution klik Seismic Processing and Imaging dan pilih Echos Seismic Processing. Kemudian klik tulisan Echos untuk mengaktifkan program tersebut hingga muncul tanda (x) disamping tulisan Echos.
Gambar 1. Logo Paradigm 14.1
Gambar 2. Jendela utama Paradigm 14.1 Session Manager
Setelah itu membuat project baru untuk mendefinisikan project yang akan dilakukan. Pembuatan project meliputi nama project, server, dan lokasi yang digunakan untuk menyimpan data-data yang dibuat. Setelah semua dibuat langkah selanjutnya adalah membuat line. Langkah selanjutnya dibagi 3 tahap : 1. Persiapan Data 2. Pre-Processing
3. Main Processing A. Persiapan Data Persiapan data merupakan langkah awal sebelum data seismik dapat diolah lebih lanjut oleh Echos. Data mentah yang didapatkan berupa data SEGY dan data geometri.
Gambar 3. Data geometri dan data SEGY
Persiapan data ini dibagi menjadi 3 tahap yaitu Pembuatan Geometri Data, Perubahan Data SEGY menjadi Data PDS, Penempelan RAW Data Dengan Geometri berikut adalah penjelasannya : 1. Pembuatan Geometri Data. Tools yang digunakan pada pembuatan geometri data adalah spreadsheet. Spreadsheet merupakan proses memasukan informasi geometri pada data seismik ke dalam project line yang telah dibuat. Pilih menu spreadsheet pada jendela echos, maka akan mucul jendela spreadsheet-survey yang nantinya akan diisi data geometri dengan beberapa mode. Terdapat 5 mode yang akan dilakukan pada tahap pembuatan geometri yaitu mode station, mode shot, mode relation, mode pattern dan mode CDP. a. Mode Station Data yang digunakan pada mode station berupa data dengan extensi “.RPS”. Data ini berisikan informasi mengenai kondisi receiver.
Gambar 4. Jendela Spreadsheet untuk Mode Sation
b. Mode Shot Data yang digunakan pada mode shot berupa data dengan extensi “.SPS”. Data ini berisikan informasi mengenai kondisi pada shot atau source point.
Gambar 5. Jendela Spreadsheet untuk Mode Shot
c. Mode Relation Data yang digunakan pada mode relation berupa data dengan extensi “.XPS”. Data ini berisikan informasi mengenai hubungan antara kondisi pada shot dengan kondisi receiver.
Gambar 6. Jendela Spreadsheet untuk Mode Relation
d. Mode Pattern Data yang digunakan pada mode pattern berupa data relation hasil pengisian data dari mode relation dengan ekstensi .txt dan dari data shot hasil pengisian data dari mode shot dengan ekstensi .txt. Mode pattern berfungsi untuk mengidentifikasikan data yang mirip penjalaran gelombangnya kedalam suatu pattern tertentu.
Gambar 7. Jendela Relation Input File untuk Mode Pattern
e. Mode CDP Mode ini digunakan untuk membuat kondisi keberadaan CDP sehingga nantinya dapat dibentuk CDP gather.
Gambar 8. Jendela Spreadsheet untuk Mode CDP
2. Perubahan Data SEGY menjadi Data PDS. Pembuatan Dataset pada Echos menggunakan tools Create Dataset Descriptor. Pembuatan dataset bertujuan untuk memformat atau mengubah data eksternal (data SEGY) menjadi data dalam format internal yang dapat dibaca oleh program Echos kedalam format PDS (Paradigm Data Set). 3. Penempelan RAW Data Dengan Geometri. Setelah geometri dibuat dalam Spreadsheet dan raw data sudah dalam format PDS maka langkah selanjutnya adalah menempelkan raw data dengan geometri pada Spreadsheet. Pekerjaan ini dilakukan pada softwart Echos dan membuat Job Flow seperti berikut.
Gambar 9. Flow kerja penempelan Raw data dengan spreadsheet
Modul DSIN digunakan untuk membaca masukkan dari file. Modul GEOMLD digunakan untuk membuat header geometri untuk setiap trace data seismik. Modul DSOUT digunakan untuk menghasilkan data keluaran dari proses diatas.
Gambar 10. Tampilan hasil penempelan raw data dengan geometri
B. Pre-Processing Pre processing merupakan tahapan awal untuk mendapatkan tingkat rasio S/N yang tinggi dengan meredam noise dan menguatkan sinyal dari data yang didapatkan dari lapangan. Berikut adalah alur kerja pre processing :
Gambar 11. Alur kerja Pre processing
TFCLEAN digunakan untuk untuk meredam noise yang koheren dalam domain waktu-frekuensi tanpa mempengaruhi trace seismic di sekitarnya. FILTER digunakan untuk melakukan berbagai macam filter untuk menghilangkan noise yang berapa dalam trace dengan domain time. MUTE dilakukan mematikan trace pada wilayah yang diperkirakan noise sehingga menghasilkan wilayah yang bebas noise. AMPSCAL ( amplitude scaling) digunakan untuk meredam noise bursts, cable slashes air blast, dan frost breaks. Selain itu, menyeimbangkan amplitudo yang berbeda bentuk (terlalu tinggi atau terlalu rendah) berdasarkan trace disekitarnya.
GAIN berfungsi untuk memunculkan amplitudo-amplitudo gelombang seismik yang lemah. DECONA digunakan untuk meningkatkan resolusi trace seismic dengan memperjelas event seismic dan memperluas bandwith frekuensi. Selain itu, berfungsi menghilangkan efek ground roll dan multiple serta mengkompresi wavelet agar memiliki bentuk spike sehingga terlihat reflektifitas bumi dengan jelas. QUIXTAT dilakukan untuk koreksi statik lapangan. SORT digunakan untuk mengurutkan data seismik. Urutan data pada tahap ini mengubah data shot gather yang berupa FFID menjadi CDP gather.
Gambar 12. Perbandingan setiap tahapan Pre Processing
Alur kerja dalam pre-processing dilakukan sesuai dengan keadaan data yang dimiliki. C. Main Processing Main processing merupakan tahapan lanjutan dari pre-processing dan akan lebih memperjelas data seismik 2D yang akan diolah dalam kenampakan penampang seismik. Sehingga dapat meningkatkan rasio S/N. Tahapan ini meliputi Koreksi
Statik, Analisa Kecepatan, Stacking, dan NMO (Normal Move Out). Berikut adalah penjabaran prosesnya. 1. Analisa Kecepatan, Koreksi Statik, Stacking dan NMO A. Analisa Kecepatan Proses analisa kecepatan adalah proses yang penting dalam rangkaian penglahan data seismik karena proses analisa kecepatan akan menghasilkan nilai kecepatan yang dapat dipergunakan dalam proses-proses pengolahan data selanjutnya. Analisa kecepatan juga akan mempengaruhi kemenerusan lapisan.
Gambar 13. alur proses analisa kecepatan
Gambar 14. Proses picking kecepatan
B. Koreksi Statik Koreksi statik adalah koreksi untuk menghilangkan deviasi pada data seismik agar tidak mempengaruhi kelurusan reflektor ketika akan dilakukan stacking. C. NMO Koreksi normal move out digunakan untuk menghilangkan efek jarak offset yang berbeda-beda dari tiap receiver. Karena semakin jauh jarak offset suatu receiver maka semakin besar waktu yang diperlukan gelombang untuk merambat dari shot point untuk sampai ke receiver, sehingga efek yang ditimbulkan dari peristiwa ini adalah reflektor yang terekam seolaholah berbentuk hiperbolik. D. Stacking Stacking adalah menjumlahkan seluruh komponen dalam suatu CDP gather, seluruh trace dengan koordinat mid point yang sama dijumlahkan menjadi satu trace.
Gambar 15. Alur kerja proses Residual Stack
2. PSTM (Pre Stack Time Migration) Migrasi bertujuan untuk mengembalikan reflektor ke posisi yang sebenarnya atau dengan kata lain membuat penampang seismik sesuai dengan kondisi geologi yang sebenarnya berdasarkan reflektifitas lapisan bumi. Dalam
pengolahan data kali ini, migrasi yang digunakan adalah PSTM (Pre Stack Time Migration). PSTM merupakan proses migrasi sebelum dilakukan stacking. Terdapat beberapa metode dalam proses PSTM seperti Finite Difference dan Khirchhoff Summation.
Gambar 16. Alur kerja Migrasi dengan metode Finite Difference
Gambar 17. Hasil Migrasi dengan metode Finite Difference
Gambar 18. Flowchart Pre Stack Time Migration
Penulis : Rizki Rahmandani Kontak :
[email protected]