D E MO
V E R S I ON Paper Lingkungan Hayati
PENURUNAN ESTETIKA LINGKUNGAN AKIBAT SAMPAH DAN SOLUSI PENANGANANNYA Oleh : I Putu Prana Wiraatmaja (1091261022)
1. Pendahuluan Masalah sampah merupakan salah satu isu utama yang timbul di Indonesia terutama kota-kota besar. Sampah perkotaan merupakan salah satu persoalan rumit yang dihadapi oleh pengelola kota dalam menyediakan sarana dan prasarana perkotaan. Dengan tingkat pertumbuhan penduduk yang tinggi disertai kemajuan tingkat perekonomian, maka akan sangat mempengaruhi peningkatan terhadap jumlah sampah. Selama ini sebagian besar masyarakat masih memandang sampah sebagai barang sisa yang tidak berguna, bukan sebagai sumber daya yang perlu dimanfaatkan. Masyarakat dalam mengelola sampah masih bertumpu pada pendekatan akhir (end-of-pipe), yaitu sampah dikumpulkan, diangkut, dan dibuang ke tempat pemrosesan akhir sampah. Padahal, timbunan sampah dengan volume yang besar di lokasi tempat pemrosesan akhir sampah berpotensi melepas gas metan (CH4) yang dapat meningkatkan emisi gas rumah kaca dan memberikan kontribusi terhadap pemanasan global. Agar timbunan sampah dapat terurai melalui proses alam diperlukan jangka waktu yang lama dan diperlukan penanganan dengan biaya yang besar. Paradigma pengelolaan sampah yang bertumpu pada pendekatan akhir sudah saatnya ditinggalkan dan diganti dengan paradigma baru pengelolaan sampah. Paradigma baru memandang sampah sebagai sumber daya yang mempunyai nilai ekonomi dan dapat dimanfaatkan, misalnya, untuk energi, kompos, pupuk ataupun untuk bahan baku industri. Pengelolaan sampah dilakukan dengan pendekatan yang komprehensif dari hulu, sejak sebelum dihasilkan suatu produk yang berpotensi menjadi sampah, sampai ke hilir, yaitu pada fase produk sudah digunakan sehingga menjadi sampah, yang kemudian dikembalikan ke media lingkungan secara aman. Pengelolaan sampah dengan paradigma baru tersebut dilakukan dengan kegiatan pengurangan dan penanganan sampah. Pengurangan sampah meliputi kegiatan pembatasan, penggunaan kembali, dan pendauran ulang, sedangkan kegiatan penanganan sampah meliputi pemilahan, pengumpulan, pengangkutan, pengolahan, dan pemrosesan akhir. Saat ini, sampah dan pengelolaannya menjadi hal yang kian mendesak untuk ditangani, sebab apabila tidak tertangani dengan baik akan mengakibatkan 1 Ilmu Lingkunga Lingkungan n
D E MO
V E R S I ON Paper Lingkungan Hayati
terjadinya perubahan keseimbangan lingkungan dan pencemaran lingkungan tanah, air dan udara. Oleh karena itu, untuk mengatasi berbagai masalah pencemaran tersebut diperlukan penanganan dan pengendalian terhadap sampah. Penanganan dan pengendalian akan menjadi semakin kompleks dan rumit dengan semakin kompleksnya timbulan maupun komposisi komposisi
sampah. Sejalan Sejalan dengan dengan
adanya Undang-Undang No. 18 Tahun 2008, maka Tugas Pemerintah Daerah dalam mengelola sampah terdiri atas : 1. Menumbuhkembangkan dan da n meningkatkan kesadar kesadaran an masya masya rakat dalam pengelolaan sampah. 2. Melakukan penelitian, pengembangan teknologi pengurangan, dan penanganan sampah. 3. Memfasil Memfas ilita itasi, si, me me ngemba ngembangkan, ngkan, dan melaksanakan mel aksanakan upaya pengura pengurang ngan an,, penanganan, dan pemanfaatan sampah. 4. Melaksanakan pengelolaan sampah dan memfasilitasi penyediaan prasarana dan sarana pengelolaan sampah. 5. Mendorong dan memfasilitasi pengembangan manfaat hasil pengola peng olahan han sampah. 6. Memfasil Memfas ilita itasi si penerapan pen erapan teknologi spesifik lokal yang berkembang pada masyarakat setempat untuk mengurangi dan menangani sampah. 7. Melakukan koordinasi antar a ntar lembaga peme rintah, rintah, masya ma syara rakat kat dan dunia dunia usaha agar terdapat keterpaduan dalam pengelolaan sampah. Tujuan dari penyusunan paper ini adalah untuk mengetahui jenis kerusakan lingkungan akibat sampah dan metoda pengelolaannya, sehingga dapat mengurangi kerusakan lingkungan akibat kurangnya penanganan sampah. 1. Tinjauan Pustaka 2. Pengertian Sampah Sebagai Salah Satu Limbah Padat Menurut Enri Damanhuri dan Tri Padmi (2004) limbah adalah semua buangan yang dihasilkan oleh aktifitas manusia dan hewan yang berbentuk padat, lumpur (sludge), cair maupun gas yang dibuang karena tidak dibutuhkan atau tidak diinginkan lagi. adapun pembagian limbah adalah sebagai berikut : 1. Berdasarkan sumber : 2. Limbah kegiatan kota (masyarakat) 3. Limbah industri 4. Limbah pertambangan 5. Limbah pertanian 6. Berdasarkan fasa / bentuk : 1 Ilmu Lingkunga Lingkungan n
D E MO
V E R S I ON Paper Lingkungan Hayati
7. Limbah padat 8. Limbah berlumpur (sludge) 9. Limbah cair 10. Berdasarkan sifatnya : 11. Limbah berbahaya dan beracun (B3) 12. Limbah domestik adalah limbah yang dihasilkan dari aktivitas primer manusia Dalam hal ini sampah termasuk limbah domestik, dimana sampah menurut SNI 19-2454-1991 Tentang Tata Cara Pengelolaan Teknik Sampah Perkotaan didefinisikan sebagai limbah yang bersifat padat terdiri dari zat organik dan zat anorganik yang dianggap tidak berguna lagi dan harus dikelola agar tidak membahayakan lingkungan dan melindungi investasi pembangunan. Sampah umumnya berbentuk sisa makanan (sampah dapur), daun-daunan, ranting pohon, kertas/karton, plastik, kain bekas, kaleng-kaleng, debu sisa penyapuan, dsb. Menurut Tchobanoglous, Theisen dan Vigil (1993), sampah adalah bahan buangan dalam bentuk padat atau semi padat yang dihasilkan dari aktifitas manusia atau hewan yang dibuang karena tidak diinginkan atau digunakan lagi. Sedangkan menurut UU RI Nomor 18 Tahun 2008 tentang pengelolaan sampah, sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam yg berbentuk padat. 1. Metoda Pengelolaan Sampah 2. Pengelolaan Sampah S ecara Umum Pengelolaan sampah secara umum dapat dilihat pada gambar berikut :
1 Ilmu Lingkungan
D E MO
V E R S I ON Paper Lingkungan Hayati
1. Metoda 3R Sampai saat ini metoda pengelolaan sampah yang baik adalah dengan menerapkan metoda 3R ( Reduce, Reuse dan Recycle). Konsep 3R adalah Paradigma baru dalam pola konsumsi dan produksi di semua tingkatan degan memberikan prioritas tertinggi pada pengelolaan limbah yang berorientasi pada pencegahan timbulan sampah, m inimisasi limbah dengan mendorong barang yang dapat digunakan lagi dan barang yang dapat didekomposisi secara biologi (biodegredeble),dan penerapan pembuangan limbah yang ramah lingkungan. 1 Ilmu Lingkungan
D E MO
V E R S I ON Paper Lingkungan Hayati
Pelaksanaan 3R tidak hanya menyengkut aspek teknis semata, namun jauh lebih penting menyangkut masalah sosial dalam rangka mendorong perubahan sikap dan pola pikir menuju terwujudnya masyarakat yang bersih lingkungan dan berkelanjutan. Prinsip Pertama Reduce adalah segala aktifitas yang mampu mengurangi dan mencegah timbulan sampah.Prinsip kedua Reuse adalah kegiatan penggunaan kembali sampah yang layak pakai untuk fungsi yang sama atau yang lain. Prinsip ketiga Recycle adalah mengelola sampah untuk dihjadikan produk baru. Untuk mewujudkan 3R diatas ,salah satu cara penerapannya adalah melalui pengelolaan sampah terpadu 3R berbasis masyarakat,yang diarahkan pada daur ulang sampah ( Recycle ).Hal ini dipertimbangkan sebagai upaya mengurangi sampah sejak dari sumbernya,karena adanya potensi pemanfaatan sampah organik sebagai bahan baku kompos dan komponen non organik sebagai bahan sekunder kegiatan industri seperti plastik,kertas,logam,gelas,dan lain-lain. 1. Pembangunan Instalasi Pengolahan Sampah Terpadu (IPST) Dengan bertambahnya jumlah penduduk, maka volume timbulan sampah juga akan bertambah. Semakin bertambahnya volume timbulan sampah, tentu saja memerlukan tempat penampungan yang lebih besar, padahal tempat penampungan sampah memiliki keterbatasan lahan sehingga berbagai upaya dilakukan dalam menangani sampah yang masuk ke TPA, salah satunya adalah dengan membuat instalasi Pengelolaan Sampah yang mampu mendaur ulang sampah, khususnya sampah organik menjadi pupuk. 1. Pembahasan 2. Permasalahan dan Dampak Untuk menjelaskan permasalahan persampahan yang terjadi dapat digunakan beberapa variabel, adapun variabel-variabel yang dimaksud adalah 1 Ilmu Lingkungan
D E MO
V E R S I ON Paper Lingkungan Hayati
sebagai berikut : 1. PengaruhKemauan/KesadaranMasyarakatyangDimilikiTerhadap Potensi yang Dimiliki Masyarakat Dalam Mereduksi Sampah yang Berbasis Masyarakat Variabel
pertama
adalah
kemauan/kesadaran
yang
dimilki.
Kemauan/kesadaran yang dimiliki disini adalah keinginan atau kemauan masyarakat pengetahuan
dalam yang
melakukan dimiliki
reduksi
sampah
berdasarkan
mengenai
sampah
itu
sendiri.
tingkat Untuk
meningkatkan kesadaran masyarakat dalam mereduksi sampah, dapat dilakukan dengan memasang iklan layanan masyarakat mengenai pentingnya reduksi sampah. 1. Pengaruh Kesanggupan yang Dimiliki Terhadap Potensi yang Dimiliki Masyarakat Dalam Mereduksi Sampah yang Berbasis Masyarakat Pada dasarnya setiap individual pasti memiliki kesadaran dalam mereduksi timbulan sampah, namun karena pengaruh tingkat kebutuhan baik itu untuk pribadi dan pekerjaan, volume timbulan sampah semakin lama akan semakin membesar. Tingkat kesanggupan didasarkan pada kegiatan reduksi sampah yang dilakukan, misalnya sanggup mengurangi pemakaian produk-produk yang menghasilkan sampah serta semaksimal mungkin mengurangi sampah dari sumbernya yaitu rumah tangga. 1. Pengar uh Kebiasaan Memisahkan Sampah Terhadap Potensi yang Dimiliki Masyarakat Dalam Mereduksi Sampah yang Berbasis Masyarakat Variabel
ketiga
adalah
kebiasaan
mamisahkan
sampah.
Kebiasaan
memisahkan sampah disini adalah kebiasaan yang dimiliki oleg masyarakat saat membuang sampah yang dihasilkan, yaitu sampah tersebut dibuang secara terpisah antara sampah basah dengan sampah kering. Untuk Kelurahan Renon kebiasaan memisahkan sampah masih tergolong kecil, dimana tempat penampungan sampah yang berjenis pemilahan hanya terdapat di pasar adat 1 Ilmu Lingkungan
D E MO
V E R S I ON Paper Lingkungan Hayati
Renon saja, dan jika dilihat dari kondisi tempat penampungan sampah tersebut sepertinya kurang dimanfaatkan dengan baik oleh masyarakat. Sedangkan
untuk masing-masing per rumah tangga penampungan
sampahnya masih dicampur.
Tempat Penampungan Sampah Pengaruh variabel kebiasaan memisahkan sampah terhadap potensi yang dimiliki masyarakat masih rendah dibandingkan dengan variabel kemauan/kesadaran dan kesanggupan yang dimiliki, tetapi masih lebih banyak da ripada va riabel sarana da n prasarana dan l uas lahan yang dimiliki. Agar masyarakat terbiasa untuk melakukan pemisahan sampah maka harus dilakukan sosialisasi mengenai pentingnya sistem pemilihan pada pengelolaan sampah. Sosialisasi dilakukan oleh perangkat desa pada masing1 Ilmu Lingkungan
D E MO
V E R S I ON Paper Lingkungan Hayati
masing banjar agar lebih efisien dan tepat sasaran. Sosialisasi ini dilakukan dengan cara penyuluhan maupun praktek secara langsung. 1. Pengaruh Sarana dan Prasarana yang Dimiliki Terhadap Potensi yang Dimiliki
Masyarakat
Dalam
Mereduksi
Sampah
yang
Berbasis
Masyarakat Sarana dan prasarana yang dimaksud adalah peralatan penunjang yang dimiliki oleh suatu kawasan dalam menunjang/mendukung reduksi sampah berbasis masyarakat pada skala kawasan.
1 Ilmu Lingkungan
D E MO
V E R S I ON Paper Lingkungan Hayati
Kontainer Sampah 1 Ilmu Lingkungan
D E MO
V E R S I ON Paper Lingkungan Hayati
Pada kondisi saat ini adanya sarana dan prasarana persampahan memiliki pengaruh
yang
kecil
daripada
kemauan/kesadaran
masyarakat
dan
kesanggupan masyarakat dalam memisahkan sampah namun lebih masih lebih banyak daripada luas lahan yang dimiliki. Untuk lebih meningkatkan potensi yang dimiliki masyarakat maka dilakukan penyuluhan pada masyarakat tentang sarana dan prasarana apa saja yang harus dimiliki untuk menciptakan sistem pengelolaan sampah yang berbasis masyarakat yang baik. 1. Pengaruh Luas Lahan yang DimilikiTerhadap Potensi yang Dimiliki Masyarakat Dalam Mereduksi Sampah yang Berbasis Masyarakat Luas lahan yang dimaksud disini adalah luas lahan yang dimiliki masyarakat yang akan digunakan untuk mengolah sampah/lahan untuk composting. Ada beberapa kemungkinan masyarakat tidak melakukan pengolahan sendiri, yaitu masyarakat tidak mengetahui cara melakukan pengolahan sampah, tetapi ada juga masyarakat yang mengerti cara melakukan pengolahan sampah tapi tidak mau melaksanakannya karena masyarakat menganggap pengolahan sampah merupakan tanggung jawab pemerintah dan masyarakat hanya mengumpulkan saja. Hal ini tentu saja akan mempengaruhi potensi yang dimiliki oleh masyarakat pada daerah perencanaan. Dari kelima variabel diatas dapat disimpulkan jika penanganan sampah tidak diajalankan dengan semaksimal mungkin, dapat dipastikan akan terjadi banyak kerusakan untuk fasilitas umum dan terganggunya kesehatan masyarakat. seperti contoh dalam gambar berikut :
1 Ilmu Lingkungan
D E MO
V E R S I ON Paper Lingkungan Hayati
Jenis Kerusakan Fasilitas Umum Akibat Tumpukan Sampah 1. Metoda Pengelolaan Sampah Sesuai dengan Permen PU 21/PRT/M/2006 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan Sistem Pengelolaan Persampahan, diperlukan suatu perubahan paradigma yang lebih mengedepankan proses pengelolaan sampah yang ramah lingkungan, yaitu dengan melakukan upaya pengurangan dan pemanfaatan sampah sebelum akhirnya dibuang ke TPA (target 20% pada tahun 2010). Paradigma baru tersebut adalah konsep 3R dalam pola konsumsi dan pola produksi di semua tingkatan dengan memberikan prioritas tertinggi bagi pengolahan limbah yang berorientsi pada timbulan sampah, minimasi limbah dengan memanfaatkan barang yang dapat digunakan lagi dan barang yang dapat didekomposisi secara biologis, dan penerapan pembangunan limbah yang ramah lingkungan. 1. Reduce atau reduksi sampah merupakan upaya untuk mengurangi timbulan sampah di lingkungan sumber dan bahkan dapat dilakukan sejak sebelum sampah dihasilkan. Setiap sumber dapat melakukan upaya reduksi sampah dengan cara merubah pola hidup konsumtif, yaitu perubahan kebiasaan dari 1 Ilmu Lingkungan
D E MO
V E R S I ON Paper Lingkungan Hayati
yang boros dan menghasilkan banyak sampah menjadi hemat dan sedikit sampah. 1. Reuse berarti menggunakan kembali bahan atau material agar tidak menjadi sampah (tanpa melalui pengolahan), seperti menggunakan kertas bolak-balik, menggunakan kembali botol bekas air mineral untuk tempat air, mengisi kaleng susu dengan susu refill, dan lain-lain. 1. Recycle berarti mendaur ulang suatu bahan yang sudah tidak berguna menjadi bahan lain setelah melalui proses pengolahan, seperti sampah basah menjadi kompos, atau mengolah sisa kain perca menjadi selimut, kain lap, keset dan sebagainya, atau mengolah botol plastik bekas menjadi biji plastik untuk dicetak menjadi ember, pot, dan sebagainya, atau mengolah kertas bekas dan dicetak kembali menjadi kertas dengan kualitas yang sedikit lebih rendah, dan sebagainya. Beberapa alasan mengapa daur ulang mendapat perhatian khusus dalam sektor industri, antara lain : 2. Alasan ketersediaan sumber daya alam : beberapa sumber daya alam bersifat dapat terbarukan dengan siklus sistematis, seperti siklus air. yang lain termasuk dalam kategori tidak terbarukan, sehingga ketersediaannya di alam menjadi kendala utama. Berdasarkan hal itu, maka salah satu alasan daur ulang adalah ketersediaan sumber daya alam. 1. Alasan nilai ekonomi : limbah yang dihasilkan dari suatu kegiatan ternyata dapat bernilai ekonomi bila dimanfaatkan kembali. pemanfaatan tersebut dapat dalam bentuk pemanfaatan enersi, atau pemanfaatan bahan, baik sebagai bahan utama ataupun sebagai bahan pembantu. 2. Alasan lingkungan : alasan lain adalah perlindungan terhadap lingkungan. komponen limbah yang dibuang ke lingkungan dalam banyak hal mendatangkan dampak negatif dengan pencemarannya.
Pengolahan sampah akan menjadi kewajiban. Namun bila dalam upaya tersebut dapat pula dimanfaatkan nilai ekonomisnya, maka hal tersebut akan menjadi cukup menarik. Hal utama dalam pelaksanaan Pengelolaan Persampahan dengan Metode 3R adalah proses pemilahan, sebab proses pemilahan merupakan proses yang paling berperanan penting dimana Pemilahan sampah merupakan langkah yang penting dalam proses daur ulang (recycle) dengan tujuan memanfaatan sampah basah dan sampah kering. Tujuan utamanya adalah untuk 1 Ilmu Lingkungan
D E MO
V E R S I ON Paper Lingkungan Hayati
memperoleh sampah basah yang baik untuk dibuat kompos dan sampah kering yang masih bernilai didaur ulang. Proses pemilahan dapat dilakukan dengan berbagai cara tergantung pada proses pengolahan sampah selanjut nya. Pada proses pengomposan a tau daur ulang sampah skal besar, biasanya pemilahan sampah dilakukan dengan mekanik, sedangkan untuk pembuatan kompos skala lingkungan ( misalnya : skala kelurahan, RT/RW ) dan skal rumah tangga, pemilahan dilakukan secara manual dngan mengunakan tenaga manusia. Proses pemilahan sampah perlu ketelitian dan keterampilan yang dapat dikembangkan melalui pengalaman dan kebiasaan. Salah satu cara meningkatan peranserta masyarakat adalah melalui pemberian insentif, bila mereka telah melakukan pemilahan dengan baik dan benar. Pemberian insentif dapat berupa potongan pebayaran iuran kebersihan atau bentuk-bentuk lain yang dapat meningkatkan minat ibu-ibu rumah tangga akan pemilahan sampah. Hasil pemilahan adalah diperolehnya : 1. Bahan organik yang dapat dikomposkan . Sampah yang termasuk dalam kategori ini adalah material organik yang mudah dan cepat membusuk. Contoh bahan organik yang dapat dikomposkan adalah sebagai berikut: rumput, daun-daunan, sisa makanan, buangan dapur, sisa sayuran, sisa buah-buahan , serbuk gergaji, dll. 1. Barang lapak. Barang lepak adalah barang/benda /sampah yang masih dapat digunakan atau diperjual belikan, sehingga merupakan salah satu sumber penghasilan bagi pengusaha kompos atau ibu rumah tangga. Jenis sampah yang termasuk golongan ini adalah:segala jenis kertas, karton, besi bekas, kaleng, Plastik, botol, berbagai jenis karet, dll. Barang-barang ini dapat disimpan dalam suatu wadah sebelum dijual atau diberikan kepada yang memerlukan. 1. Residu 1 Ilmu Lingkungan
D E MO
V E R S I ON Paper Lingkungan Hayati
Jenis sampah yang termasuk dalanm kelompok ini adalah material yang tidak kita butuhkan lagi, baik untuk pengomposan maupun sebagai bahan lapak (dapat didaur ulang). Termasuk didalam kategori ini adalah material organik yang sukar terurai, seperti kulit telur, kulit durian, dsb. Sel ain itu adalah barang lain yang tidak termasuk bahan lapak , dan barang-barang yang dianggap berbahaya, seperti batu baterai, pecahan lampu neon, dsb. 1. Sampah B3 (Barang Beracun dan Berbahaya) Jenis sampah yang termasuk kelompok ini adalah material sampah yang bersifat: 1. korosif 2. mudah terbakar 3. infektisius 4. menimbulkan iritasi 5. beracun Misalnya : baterai, bohlam, bekas kemasan cat atau tinner, bekas kemasan obat-obatan, bekas kemasan pembersih dan lain-lain. Sampah B3 ini dikumpulkan ditempat tersendiri, yang kering, kedap air dan tertutup. Bahan buangan berbentuk padat seperti kertas, logam dan plastik adalah bahan yang dapat didaur ulang. Bahan ini bisa saja didaur pakai secara langsung atau harus mengalami proses terlebih dahulu untuk menjadi bahan baku baru. Bahan buangan ini banyak dijumpai dan biasanya merupakan bahan pengemas produk. Bahan inilah yang pada tingkat konsumen kadang menimbulkan permasalahan, khususnya dalam pengelolaan sampah kota. Di Negara industri, aplikasi pengemas yang mudah didaur ulang akan me njadi salah satu faktor dalam meningkatkan nilai saing produk tersebut di pasar. Sebenarnya sampah mempunyai potensi untuk didaur ulang. proses daur ulang harus memperhatikan komposisi dan karakteristik limbah dominan, terutama bila daur ulang dilakukan di tempat pembuangan akhir. Hal lain yang mempengaruhi adalah ketersediaan tenaga operasional agar proses berkelanjutan. Proses daur ulang juga dilakukan di sumber timbulan dan tempat penampungan 1 Ilmu Lingkungan
D E MO
V E R S I ON Paper Lingkungan Hayati
sementara, atau pada skala kawasan. Daur ulang yang dilakukan di sumber naupun penampungan sementara atau di skala kawasan, dapat meminimalkan biaya pengangkutan ke tempat pembuangan akhir. Banyak pengolahan limbah (padat, cair dan gas menghasilkan residu seperti lumpur/ sludge atau residu lain, yang pada gilirannya harus ditangani lebih lanjut. Kadangkala limbah yang terbentuk tersebut, seperti sludge menjadi bermasalah karena berkategori sebagai limbah berbahaya. 1. Pembuatan Kompos Salah satu teknik pengolahan sampah organik rumah tangga adalah menggunakan
“KERANJANG
TAKAKURA”.
Keranjang
Takakura
(Mr.
Takakura adalah Profesor di Jepang yang sukses melakukan praktek pengolahan limbah organik rumah tangga di Jepang) adalah media pengolahan sampah secara biologi, karena menggunakan bakteri sebagai pengurai sampah. Keranjang Takakura sendiri adalah keranjang wadah yang biasa digunakan tempat pakaian kotor sebelum dicuci (rigen) yang umumnya berkapasitas 50 liter. Berikut ini cara pengolahan sampah organik menggunakan metoda keranjang Takakura : 1. Cari keranjang berukuran 50 liter berlubang-lubang kecil (supaya tikus tidak bisa masuk) dan tutupnya. 2. Cari doos bekas wadah air minum kemasan, atau be kas wadah super mi, asal bisa masuk ke dalam keranjang. Doos ini untuk wadah langsung dari bahanbahan yang akan dikomposkan. 3. Isikan ke dalam doos ini kompos yang sudah jadi. Tebarkan kompos ke dalam doos selapis saja setebal kurang lebih 5 cm. Lapisan kompos yang sudah jadi ini berfungsi sebagai starter proses pengomposan, karena di dalam kompos yang sudah jadi tersebut mengandung banyak sekali mikroba-mikroba pengurai. Setelah itu masukkan doos tersebut ke dalam keranjang plastik. 4. Bahan-bahan yang hendak dikomposkan sudah bisa dimasukkan ke dalam keranjang. Bahan-bahan yang sebaiknya dikomposkan antara lain: Sisa 1 Ilmu Lingkungan
D E MO
V E R S I ON Paper Lingkungan Hayati
makanan dari meja makan: nasi, sayur, kulit buah-buahan. Sisa sayuran mentah dapur: akar sayuran, batang sayuran yang tidak terpakai. Sebelum dimasukkan ke dalam keranjang, harus dipotong-potong kecil-kecil sampai ukuran 2 cm x 2 cm. 5. Setiap hari bahkan setiap habis makan, lakukanlah proses memasukkan bahanbahan yang akan dikomposkan seperti tahap sebelumnya. Demikian seterusnya. Aduk-aduklah setiap selesai memasukkan bahan-bahan yang akan dikomposkan. Bilamana perlu tambahkan lagi selapis kompos yang sudah jadi. Keuntungan metoda pengolahan sampah ini, doos dalam keranjang ini lama tidak penuhnya, sebab bahan-bahan dalam doos tadi mengempis. Terkadang kompos ini beraroma jeruk, bila kita banyak memasukkan kulit jeruk. Bila kompos sudah berwarna coklat kehitaman dan suhu sama dengan suhu kamar, maka kompos sudah dapat dimanfaatkan. Hal yang perlu diperhatikan adalah upayakan agar bekas sayuran bersantan, daging dan bahan lain yang mengandung protein tidak dimasukkan ke dalam doos. Mengingat starter-nya telah menggunakan kompos yang sudah jadi, maka MOL (mikroba loka) tidak digunakan. 1. Pembangunan Sarana Instalasi Pengolahan Sampah Terpadu (IPST) Seperti diketahui dengan semakin bertambahnya jumlah penduduk maka volume timbulan sampah juga semakin bertambah, namun kapasitas dari Tempat Pembuangan Akhir (TPA) memiliki keterbatasan lahan. Untuk mengatasi hal tersebut, perlu dibangun sbuah sarana IPST yang dapat di aplikasikan di setiap Kelurahan. Adapun sarana dan proses pengolahan sampah dalam sebuah TPST adalah sebagai berikut : 1. Sarana dan Proses Pengolahan Sampah di IPST Kegiatan 3R skala kawasan dilakukan di TPST (tempat pengolahan sampah 1 Ilmu Lingkungan
D E MO
V E R S I ON Paper Lingkungan Hayati
terpadu) dengan kegiatan, meliputi : 1. Penampungan sampah : Sampah yang masuk merupakan sampah yang dihasilkan dari warga. dimana telag di bagi dengan perbandingan 60% masuk ke TPST dan 40% ke TPA. Pengangkutan sampah dari sumber menggunakan alat angkut dimana sampah sudah terpilh sesuai jenisnya. 1. Pemilahan sampah : Pemilahan dilakukan dengan memilih dan menempatkan sampah sesuai dengan jenisnya. Umumnya dibedakan atas sampah kertas, plastik, gelas, kaca, karet, kulit, dan sebagainya, serta sampah organik yang bisa dikomposkan dan tidak bisa dikomposkan seperti serabut dan tempurung kelapa.
Contoh Pemilahan Sampah 1. Fermentasi Fermentasi dilakukan untuk mengurangi cairan (lindi) dari sampah organik. pengurangan cairan ini bertujan untuk mempermudah proses pencacahan sehingga dapat memperpanjang umur mesin cacah khususnya pisau/ blade dari mesin pencacah tersebut. Cairan lindi tersebut ditampung pada wadah tertentu, lindi yang sudah ditampung dapat disiramkan kembali pada proses pengiomposan dengan tujuan dapat mempercepat proses pengomposan dan menumbuhkan mikroorganisme homogen lebih banyak dari mikroorganisme patogen.
1 Ilmu Lingkungan
D E MO
V E R S I ON Paper Lingkungan Hayati
Contoh Proses Fermentasi 1. Pencacahan Pencacahan dengan mesin cacah dilakukan untuk menghasilkan potongan2 kecil dari sampah organik sehingga proses pengomposan nantinya dapat berjalan dengan baik dan mikroorganisme homogen pengurai mendapatkan makanan lebih mudah.
Contoh Proses P encacahan 1. Pengomposan Proses ini adalah proses paling utama dari pengolahan sampah, dari proses ini sampah organik dapat menghasilkan pupuk organik dari proses pembusukan sampah oleh bakteri homogen. Efektifitas proses pembuatan kompos sangat tergantung kepada mikroorganisme pengurai. Apabila mereka hidup dalam lingkungan yang ideal, maka mereka akan tumbuh dan berkembang dengan baik pula. Kondisi lingkungan yang ideal meliputi : 1. Keseimbangan Nutrien (rasio C/N) Parameter nutrien yang paling penting dalam proses pembuatan kompos adalah unsur karbon dan nitrogen. Dalam proses pengurai terjadi reaksi antara karbon dan oksigen sehingga menimbulkan panas (CO‚). Nitrogen akan ditangkap oleh mikroorganisme sebagai sumber makanan. Apabila mikroorganisme tersebut mati, maka nitrogen akan tetap tinggal dalam 1 Ilmu Lingkungan
D E MO
V E R S I ON Paper Lingkungan Hayati
kompos sebagai sumber nutrisi bagi makanan. Besarnya perbandingan antara unsur karbon dengan nitrogen tergantung pada jenis sampah sebagai bahan baku. Perbandingan C dan N yang ideal dalam proses pengomposan yang optimum berkisar antara 20 : 1 sampai dengan 40 : 1, dengan rasio terbaik adalah 30 : 1. 1. Derajat Keasaman (pH) Derajat Keasaman (pH) ideal dalam proses pembuatan kompos secara aerobic berkisar pada pH netral (6-8,5), sesuai dengan pH yang dibutuhkan tanaman. Pada proses awal sejumlah mikroorganisme akan mengubah sampah organik menjadi asam-asam organik, sehingga derajat keasaman akan selalu menurun. Pada proses selanjutnya derajat keasaman akan meningkat secara bertahap yaitu pada masa pematangan, karena beberapa jenis mikroorganisme memakan asam-asam organik yang terbentuk tersebut. Derajat keasaman dapat menjadi faktor penghambat dalam proses pembuatan kompos, yaitu dapat terjadi apabila : 1. pH terlalu tinggi (di atas 8), unsur N akan menguap menjadi NHƒ. NHƒ yang terbentuk akan sangat mengganggu proses karena bau yang menyegat. Senyawa ini dalam kadar yang berlebihan dapat memusnahkan mikroorganisme. 2. pH terlalu rendah (di bawah 6), kondisi menjadi asam dan dapat menyebabkan kematian jasad renik. 3. Suhu (Temperatur) Proses biokimia dalam proses pengomposan menghasilkan panas yang sangat penting bagi mengoptimumkan laju penguraian dan dalam menghasilkan produk yang secara mikroorganisme aman digunakan. Pola perubahan temperatur dalam tumpukan sampah bervariasi sesuai dengan tipe dan jenis mikroorganisme. Pada awal pengomposan, temperature mesofilik, yaitu antara 25 – 45p C akan terjadi dan segera diikuti oleh temperatur termofilik antara 50 - 65p C. temperatur termofilik dapat berfungsi untuk a) mematikan bakteri/ bibit penyakit baik pathogen maupun bibit vector penyakit seperti lalat; b) memetikan bibit gulma. Kondisi termofilik, kemudian berangsur-angsur akan menurun mendekati tingkat ambien.
1 Ilmu Lingkungan
D E MO
V E R S I ON Paper Lingkungan Hayati
Contoh Pemantauan Suhu 1. Ukuran partikel sampah Ukuran partikel sampah yang digunakan sebagai bahan baku pembuatan kompos harus sekecil mungkin untuk menc apai efisiensi aerasi dan supaya lebih mudah dicerna atau diuraikan oleh mikroorganisme. Semakin kecil partikel, semakin luas permukaan yang dicerna sehingga pengurai dapat berlangsung dengan cepat. 1. Kelembaban Udara Kandungan kelembaban udara optimum sangat diperlukan dalam proses pengomposan. Kisaran kelembaban yang ideal adalah 40-60% dengan nilai yang paling baik adalah 50%. Kelembaban yang optimum harus terus dijaga untuk memperoleh jumlah mikroorganisme yang maksimal sehingga proses pengomposan dapat berjalan dengan cepat. Apabila kondisi tmpukan terlalu lembab, tentu dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme karena molekul air akan mengisi rongga udara sehingga terjadi kondisi anaerobik yang akan menimbulkan bau. Bila tumpukan terlalu kering (kelembaban kurang dari 40%), dapat mengakibatkan berkurangnya populasi mikroorganisme pengurai karena terbatasnya habitat yang ada. 1. Homogenitas Campuran Sampah Komponen sampah organik sebagai bahan baku pembuatan kompos perlu dicampur menjadi homogeny atau seragam jenisnya, sehingga diperoleh pemerataan oksigen dan kelembaban. Oleh karena itu kecepatan pengurai di setiap tumpukan akan berlangsung secara seragam. 1. Pembalikan dan penyiraman Pembalikan dilakukan bila suhu tumpukan lebih dari 65p C atau kurang dari 45p C.Penyiraman dilakukan bila kelembaban bahan kurang dari 50%. Pembalikan dapat dilakukan dengan cara : 1. Pembalikan ganda, yaitu dengan cara membongkar tumpukan kemudian mengendalikan ke atas terowongan semula. 2. Pembalikan tunggal, yaitu membongkar tumpukan dan membua t tumpukan baru di atas terowongan lain. 1 Ilmu Lingkungan
D E MO
V E R S I ON Paper Lingkungan Hayati
Pembalikan Ganda Penyiraman dapat dilakukan dengan cara : 1. Penyiraman dengan pembalikan, yaitu penyiraman yang dilakukan bersama dengan pembalikan 2. Penyiraman tanpa pembalikan, yaitu penyiraman yang dilakukan tanpa membalik tumpuan Memeriksa kelembaban dilakukan dengan mengambil segenggam bahan dari bagian tumpukan, kemudian dikepal : 1. Bila tidak keluar air dan bahan buyar saat kepalan dilepas, berarti tumpukan terlalu kering sehingga harus disiram 2. Bila air dari kepalan mengucur cukup banyak dari sela-sela jari, berarti tumpukan terlalu basah sehingga perlu segera dilakukan pembalikan tumpukan 3. Bila air dari kepalan hanya berupa tetesan atau percikan kecil, berarti kelembaban cukup baik sekitar 50 %. Proses dilakukan dengan menumpuk sampah organik yang telah dicacah pada tumpukan dari bambu, pembuatan tumpukan dapat dilihat pada gambar berikut :
Contoh Terowongan Bambu Pengomposan
Kompos dinyatakan matang bila : 1. Bahan kompos telah hancur 2. Warna kehitaman menyerupai tanah 3. Suhu stabil kurang dari 45p C Selama waktu pematangan dilakukan : 1. Pembalikan tetap harus dilakukan walaupun suhu kurang dari 45p C atau dia tas 55p C 2. Penyiraman bila kering Pengujian kematangan kompos : Tumpukan dibalik (dicatat sebagai hari pertama pematangan). Apabila pada keesokan harinya suhu tetap rendah maka tumpukan dibalik lagi (pematangan hari kedua). Apabila suhu tetap kurang dari 45p C maka dapat disimpulkan 1 Ilmu Lingkungan
D E MO
V E R S I ON Paper Lingkungan Hayati
bahwa kompos sudah mulai matang. Apabila suhu dalam masa pematangan naik lagi (lebih dari 45p C) maka tumpukan perlu dibalik dan disiram bila kondisi tumpukan terlalu kering.
Contoh Proses Pengomposan 1. Pengeringan Setelah proses pengomposan, dilakukan proses pengeringan dengan cara mendederkan/meletakkan kompos yang telah matang dilantai. Tujuan dari pengeringan ini adalah membantu proses pengayakan sehingga menghasilkan kompos dalam bentuk butiran seperti pasir.
Contoh Proses Pengeringan 1. Pengayakan dan Hasil Kompos Organik Pengayakan dilakukan bila kompos telah benar-benar matang dan telah dikeringkan. Ayakan dapat dibuat dari kasa kawat dengan lubang berukuran 0,5 x 0,5 cm atau 1 x 1 cm. Ukuran kompos ditentukan sesuai permintaan pembeli, yaitu : 1. Kompos ukuran sedang (lubang 0,5 x 0,5 – 1 x 1 cm) 1 Ilmu Lingkungan
D E MO
V E R S I ON Paper Lingkungan Hayati
2. Kompos ukuran halus (lubang 0,5 x 0,5 cm) 3. Kompos sangat halus (lubang khusus 1 x 1 mm) Kegiatan Pengayakan : Kompos yang telah matang dan dikeringkan diayak dengan hasil kompos yang lolos ayakan dan kompos yang tidak lolos ayakan. Kompos yang lolos ayakan kemudian dikemas atau dapat diproses kembali untuk menghasilkan kompos organik granular, sedangkan kompos yang tidak lolos ayakan (residu) disatukan kembali dengan tumpukan aktif. Untuk memudahkan pekerjaan, pengayakan dilakukan dengan memindahkan ayakan dan melakukannya di dekat tumpukan kompos matang.
Ayakan Kompos
Kegiatan Pengayakan Kompos Berikut gambar contoh proses pengayakan dan hasil kompos organik :
1 Ilmu Lingkungan
D E MO
V E R S I ON Paper Lingkungan Hayati
Contoh Proses Pengayakan dan Hasil Kompos Organik 1. Granular Untuk membuat pupuk organik granular, kompos yang sudah di saring tadi di masukkan ke dalam mesin granul yang berputar stasioner dengan di campur dolomite dan kohe (kotoran sapi yang sudah kering) sebagai bahan perekat. Untuk membuat kompos curah menjadi bentuk granular menggunakan mesin granul membutuhkan waktu sekitar 30-45 menit dimana sekali proses bisa di hasilkan sekitar 100kg pupuk organik granular. Pupuk organik berbentuk granular tersebut kemudian di jemur sampai kering. Setelah kering pupuk organik granular tersebut bisa di kemas.
Contoh Proses Pembuatan Pupuk Granular 1. Pengemasan/Packing Bahan pengemas kompos harus bersifat kedap air, misalnya kantung atau karung plastik. Ukuran dan berat kemasan disesuaikan dengan permintaan pembeli, misalnya 1 kg, 5 kg, atau kemasan karung. Untuk lebih jelas tentang proses pengolahan kompos di TPST, dapat dilihat pada skema berikut ini :
1 Ilmu Lingkungan
D E MO
V E R S I ON Paper Lingkungan Hayati
PEMILAHAN
FERMENTASI
1 Ilmu Lingkungan
D E MO
V E R S I ON Paper Lingkungan Hayati
PENGAYAKAN
PENGOMPOSAN
PENGERINGAN
1 Ilmu Lingkungan
D E MO
V E R S I ON Paper Lingkungan Hayati
PENGAYAKAN DAN HASIL KOMPOS
PEMBUATAN GRANULAR Proses Pengolahan Kompos Organik 1. Bangunan IPST Sebagai kegiatan usaha yang diharapkan bersifat komersil, keberhasilan usaha pengomposan sangat tergantung pada lokasinya. Faktor pemilihan serta perencanaan lokasi akan sangat menentukan tingkat effisiensi dari usaha kompos. Pertimbangan teknis : 1. Lokasi pengomposan harus dapat dikendalikan agar tetap kering sehingga tidak mengganggu proses pengomposan 2. Kemiringan lantai 2-4 % adalah ideal untuk pembuanagan air hujan dari lokasi. Kemiringan lebih dari 4% akan terlalu curam bagi truk dan kendaraan pengangkut lainnya 3. Lokasi harus memiliki sumber air yang cukup karena proses pengomposan memerlukan air untuk penyiraman 4. Lokasi bukan bekas kegiatan yang limbahnya mencemari tanah seperti buangan oli dan lain-lain. Lokasi semacam ini akan mencemari atau mengganggu proses kompos yang dilakukan di atas tanah tersebut (kecuali daerah pengomposan dilapisi beton atau bahan lain yang membutuhkan biaya tinggi dalam pembangunannya). Pertimbangan lingkungan : 1. Jarak antara lokasi dengan sumur penduduk harus cukup jauh sehingga tidak akan menimbulkan gangguan pada sumber air penduduk di sekitarnya 2. Jarak terhadap tetangga/ penduduk harus cukup jauh untuk menghindari dari kemungkinan timbulnya gangguan berupa bau dari lokasi pengomposan 3. Posisi lokasi dipertimbangkan terhadap arah angin domi nan. Lokasi tidak boleh terletak ditempat pada arah datangnya angin ke arah pemukiman penduduk. Pertimbangan logistik : 1. Calon lokasi sebaiknya terletak sedekat mungkin dengan sumbe r sampah segar sehingga biaya transportasi sampah menjadi sekecil mungkin 2. Jadwal pengiriman sampah dan pengangkutan residu harus mudah diatur 3. Idealnya lahan pengomposan mempunyai jalan masuk yang pendek, terpelihara, dan pada waktu musim hujan pun harus masih dapat dilalui kendaraan bermotor 1 Ilmu Lingkungan
D E MO
V E R S I ON Paper Lingkungan Hayati
4. Kesimpulan dan Saran 5. Kesimpulan 6. Menurunnya estetika lingkungan aki bat timbulan sampah tidak bisa lepas dari faktor kesadaran masyarakat, sebab selama ini masyarakat masih mema ndang sampah sebagai barang sisa yang tidak berguna dan bukan sebagai sumber daya yang perlu dimanfaatkan. Masyarakat dalam mengelola sampah masih bertumpu pada pendekatan akhir (end-of-pipe ), yaitu sampah dikumpulkan, diangkut, dan dibuang ke tempat pemrosesan akhir sampah. 7. Kapasitas dari suatu TPA semakin lama semakin berkurang sejalan dengan meningkatnya timbulan sampah, untuk itu perlu adanya suatu metoda penanganan sampah berbasis masyarakat. Penanganan sampah berbasis masyarakat ini merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya pengelolaan sampah. Adapun metoda yang dimaksud adalah : (a) Metoda 3R ( Reduce, Reuse dan Recycle), metoda ini menitik beratkan untuk sebisa mungkin mengurangi timbulan sampah mulai dari sumber sampah tersebut ; (b) Pemanfaatan sampah khususnya sampah organik menjadi kompos organik ; (c) pembangunan IPST dengan tujuan mengurangi volume sampah yang masuk ke TPA. 8. Saran Persoalan kerusakan lingkungan akibat sampah sudah sangat kompleks dan mengkhawatirkan, untuk itu saran yang dapat disampaikan disini adalah perlunya sosialisasi lebih dari pemerintah melalui kebijakan dan peraturanperaturan untuk mengatur industri dalam pengelolaan limbah baik cair maupun padat dan sosialisasi ke masyarakat untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat akan pentingnya mengelola sampah mulai dari rumah tangga masing-masing dengan tujuan untuk mengurangi volume timbulan sampah. 1. Referensi 1 Ilmu Lingkungan
D E MO
V E R S I ON Paper Lingkungan Hayati
2. Ayi Bachtiar, 2007, Polusi Air Tanah Akibat Limbah Industri dan Rumah Tangga serta Solusi Pemecahannya 3. CV. Gama Konsultan, 2010, Perenca naan Teknis Persampahan Kawasan Renon, Kementerian Pekerjaan Umum Direktorat Cipta Karya Satker Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman Bali 4. Enri Damanhuri dan Tri Padmi, 2004, Diktat Kuliah TL-3150 : Pengelolaan Sampah, Departemen Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Bandung 5. Quratul Ain, 2009, Upaya Penaggulangan Kerusakan Lingkungan Hidup Dalam Pembangunan
Berkelanjutan
“Khususnya
Di
Indonesia”
[online],
http://nonequeen.wordpress.com/2009/12/31/upaya-penaggulangan-kerusakanlingkungan-hidup-dalam-pembangunan-berkelanjutan%E2%80%9Ckhususnya-di-indonesia%E2%80%9D/,
diakses
tanggal
21
September 2010
1 Ilmu Lingkungan