BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara tersering mengalami gempa bumi se-Asia Tenggara berdasarkan Natural Disaster Reduction (2007). Hal ini menunjukan Indonesia adalah negara rentan terhadap gempa. Melihat fenomena itu tentu banyak permasalahan fisik, psikologis, spiritual, sosial, dan ekonomi yang terjadi. Manajemen bencana yang cepat perlu dilakukan dalam mengatasi hal yang terjadi karena bencana. Manajemen bencana mencakup interdisiplin, usaha tim kolaborasi, dan jaringan lembaga dan individual untuk mengembangkan perencanaan bencana yang meliputi elemen kebutuhan untuk perencanaan yang efektif. Manajemen bencana memilki beberapa fase, fase dalam manajemen bencana merupakan hal penting yang harus diketahui. 1.2 Rumusan Masalah 1. Apakah pengertian dari bencana? 2. Apa saja jenis dari bencana? 3. Apa pengertian dari manajemen bencana? 4. Apakah tujuan dari manajemen bencana? 5. Apa saja fase pada manajemen bencana? 6. Apa saja pelayanan medis bencana berdasarkan siklus bencana? 7. Bagaimana peran perawat pada setiap tahapan siklus manajemen bencana? 1.3 Tujuan Penulisan 1. Tujuan Umum Penulisan ini ditujukan untuk memenuhi tuntutan akademik sebagai tugas penulisan makalah untuk mata kuliah manajemen bencana. 2. Tujuan Khusus Adapun tujuan khusus dari penulisan makalah ini, yaitu : a. b. c. d. e. f. g.
Untuk mengetahui pengertian dari bencana. Untuk mengetahui jenis dari bencana. Untuk mengetahui pengertian dari manajemen bencana. Untuk mengetahui tujuan dari manajemen bencana. Untuk mengetahui fase pada manajemen bencana. Untuk mengetahui pelayanan medis bencana berdasarkan siklus bencana. Untuk mengetahui peran perawat pada setiap tahapan siklus manajemen bencana.
1.4 Manfaat Penulisan Tulisan ini diharapkan dapat memberi manfaat kepada berbagai pihak di antaranya penting juga bagi seorang perawat agar mengerti akan perannya pada setiap tahapan
1
siklus manajemen bencana dan sangat penting untuk menunjang profesi sebagai seorang perawat yang profesional. 1.5 Metode Penulisan Metode penulisan yang digunakan dalam pembuatan makalah ini adalah focus group discussion dan studi pustaka. Pengkajian studi mengenai materi tersebut ditelaah melalui studi pustaka dengan menggunakan beberapa literatur dan pencarian data dari internet. Penulis mencari literatur-literatur baik dari buku literatur maupun dari internet yang berkaitan dengan topik dan sumbernya bisa dipercaya. Literatur tersebut kemudian dianalisis dengan cara berdiskusi dalam kelompok focus group discussion dan diinterpretasikan dengan topik peran perawat pada setiap tahapan siklus manajemen bencana.
BAB II TINJAUAN TEORI Pendidikan keperawatan bencana merupakan salah satu aktivitas yang dilakukan pada fase tenang (fase dimana bencana belum terjadi) dari siklusbencana. Tugas perawatan dalam situasi darurat adalah bukan tugas yang dapat dilakukan oleh semua perawat. Untuk 2
memberikan tindakan medis dan perawatan yang terbaik kepada korban dan orang-orang yang terluka dalam jumlah banyak pada saat kondisi darurat, maka perlu dilakukan pendidikan keperawatan bencana sebelum bencana terjadi sehingga perawat mendapatkan pemahaman dan keterampilan khusus yang memungkinkan menagani situasi khusus saat bencana secara cepat dan fleksibel. Pada akhir tahun 1990, banyak bencana alam dalam skala besar terjadi diseluruh dunia, menimbulkan kerusakan di Negara-negara secara luas, tidak terikat pada ukuran ataupun status sebagai Negara industry atau pertanian,
bahkan Negara-negara yang
teknologinya maju pun telah terkena bencana. PBB telah menetapkan periode dari tahun 1990-1999 sebagai “Dekade Internasional Pengurangan Bencana Alam (IDNDR: International Decade Natural disaster Reduction)” dan melakukan berbagai aktivitas untuk berkontribusi dan mempromosikan upaya untuk mengurangi dampak bencana alam dengan tema “Menciptakan Kultur Pencegahan”. Pada tahun 2000,
Strategi Internasional
Pengurangan Bencana (ISDR: International Strategy for Disaster Reduction) telah didirikan untuk meneruskan misi IDNDR. Keadaan ini menunjukkan pentingnya tenaga ahli keperawatan yang meningkatkan kesehatan masyrakat untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan kesiapsiagaan bencana, kemudian mningkatkan kesadaran mereka terhadap benacana dalam kehidupan sehari-hari, mempunyai pengetahuan khusus dan tepat tentang keperawatan bencana, dan belajar keterampilan diamana mereka dapat melakukan praktik dalam situasi darurat.
BAB III PEMBAHASAN 3.1
Pengertian Bencana Menurut (WHO) Bencana adalah setiap kejadian yang menyebabkan kerusakan, gangguan ekologis, hilangnya nyawa manusia atau memburuknya derajat kesehatan
3
atau pelayanan kesehatan pada skala tertentu yang memerlukan respon dari luar masyarakat atau wilayah yang terkena. Menurut (Depkes RI) Bencana adalah peristiwa/kejadian pada suatu daerah yang mengakibatkan kerusakan ekologi, kerugian kehidupan manusia serta memburuknya kesehatan dan pelayanan kesehatan yang bermakna sehingga memerlukan bantuan luar biasa dari pihak luar. Menurut Wikipedia: disaster is the impact of a natural or man-made hazards that negatively effects society or environment (bencana adalah pengaruh alam atau ancaman yang dibuat manusia yang berdampak negatif terhadap masyarakat dan lingkungan). Manajemen bencana adalah proses yang sistematis dimana didalamnya termasuk berbagai macam kegiatan yang memanfaatkan kemampuan dari kebijakan pemerintah, juga kemampuan komunitas dan individu untuk menyeseuaikan diri dalam rangka meminamalisir kerugian. Tindakan-tindakan tersebut pada umumnya meliputi kegiatan-kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengarahan, pemantauan, evaluasi dan pengendalian yang dapat teraktualisasi dalam bentuk sekumpulan kebijakan dan keputusan administratif maupun aktivitas-aktivitas yang bersifat operasional.
3.2
Jenis Bencana Usep Solehudin (2005) mengelompokkan bencana menjadi 2 jenis yaitu: 1. Bencana alam (natural disaster) yaitu kejadian-kejadian alami seperti kejadiankejadian alami seperti banjir, genangan, gempa bumi, gunung meletus, badai, kekeringan, wabah, serangga dan lainnya. 2. Bencana ulah manusia (man made disaster) yaitu kejadian-kejadian karena perbuatan manusia seperti tabrakan pesawat udara atau kendaraan, kebakaran, huruhara, sabotase, ledakan, gangguan listrik, ganguan komunikasi, gangguan transportasi dan lainnya. Sedangkan berdasarkan cakupan wilayah, bencana terdiri dari : 1. Bencana Lokal Bencana ini biasanya memberikan dampak pada wilayah sekitarnya yang berdekatan. Bencana terjadi pada sebuah gedung atau bangunan-bangunan
4
disekitarnya. Biasanya adalah karena akibat faktor manusia seperti kebakaran, ledakan, terorisme, kebocoran bahan kimia dan lainnya. 2. Bencana Regional Jenis bencana ini memberikan dampak atau pengaruh pada area geografis yang cukup luas, dan biasanya disebabkan oleh faktor alam, seperti badai, banjir, letusan gunung, tornado dan lainnya. 3.3
Pengertian Manajemen Bencana
3.4
Tujuan Manajemen Bencana 1. Menghindari kerugian pada individu, masyarakat, dan Negara melalui tindakan dini 2. Meminimalisasi kerugian pada individu, masyarakat dan Negara berupa kerugian yang berkaitan dengan orang, fisik, ekonomi, dan lingkungan bila bencana tersebut terjadi, serta efektif bila bencana itu telah terjadi. 3. Meminimalisasi penderitaan yang ditanggung oleh individu dan masyarakat yang terkena bencana. Membantu individu dan masyarakat yang terkena bencana supaya dapat bertahan hidup dengan cara melepaskan penderitaan yang langsung dialami. 4. Memberi informasi masyarakat danpihak berwenang mengenai resiko. 5. Memperbaiki kondisi sehingga indivudu dan masyarakat dapat mengatasi permasalahan akibat bencana.
3.5
Fase Pada Manajemen Bencana 1. Mitigasi Mitigasi merupakan kegiatan yang dirancang untuk mengurangi resiko dan potensi kerusakan akibat keadaan darurat. Analisa demografi populasi rentan dan kemampuan komunitas harus dianalisa. Mitigasi mencakup pendidikan kepada publik tindakan untuk menyiapkan bencana pada individu,keluarga,dan komunitas. Dimulai dengan mengidentifikasi hazard potensial yang mempengaruhi operator operasi. Indonesia kini tengah menuju mitigasi/tindakan preventif. Mitigasi yang dilakukan adalah dengan pembangunan struktural dan non struktural di daerah rentan gempa dan bencana alam lainnya. Tindakan mitigasi struktural contohnya 5
dengan pemasangan sistem informasi peringatan dini tsunami, yang bekerja setelah terjadi gempa. Mitigasi non struktural adalah penataan ulang tata ruang area rentan bencana. 2. Fase Kesiapsiagaan Dan Pencegahan (Prevention Phase) Fase kesiapsiagaan adalah fase dimana dilakukan persiapan yang baik dengan berbagai tindakan untuk meminamalisir kerugian yang ditimbulkan akibat terjadinya bencana dan menyusun perencanaan agara dapat melakukan kegiatan pertolongan serta perawatan yang efektif saat terjadi bencana. Tindakan terhadap bencana menurut PBB ada 9 kerangka: pengkajian terhadap kerentanan; membuat perencanaan; pengorganisasian; sistem informasi; pengumpulan sumber daya; sistem alarm; mekanisme tindakan; pendidikan dan pelatihan penduduk; gladi resik. Beberapa langkah yang dilakukan oleh Badan Nasional Penanganan Bencana baik tingkat Nasional dan Daerah telah diusahakan sekeras mungkin. Contohnya pemetaan daerah rawan bencana gempa, regionalisasi daerah bencana gempa, penetapan daerah yang menjadi wilayah basis pencapaian lokasi bencana gempa, serta penetapan daerah lokasi evakuasi saat dilakukan penanganan korban gempa bumi. 3. Fase Tindakan (Respon Phase) Fase tindakan merupakan fase dimana dilakukan berbagai aksi darurat yang nyata untuk menjaga diri sendiri atau harta kekayaan. Tujuan dari fase tindakan adalah mengontrol dampak negatif dari bencana. Aktivitas yang dilakukan: instruksi pengungsiaan; pencarian dan penyelamatan korban; menjamin keamanan dilokasi bencana; pengkajian terhadap kerugian akibat bencana; pembagian dan penggunaan alat perlengkapan pada kondisi darurat; pengiriman dan penyerahan barang material; dan menyediakan tempat pengungsian. Fase tindakan dibagi menjadi fase akut dan fase sub akut. Fase akut, 48 jam pertama sejak bencana terjadi disebut fase penyelamatan dan pertolongan medis darurat sedangkan fase sub akut terjadi sejak 2-3 minggu. 4. Fase Pemulihan Fase pemulihan merupakan fase dimana individu atau masyarakat dengan kemampuannya sendiri dapat memulihkan fungsinya seperti kondisi sebelumnnya. Pada fase ini orang-orang mulai melakukan perbaikan darurat tempat tinggal, mulai 6
sekolah atau bekerja, memulihkan lingkungan tempat tinggalnya. Fase ini merupakan masa peralihan dari kondisi darurat ke kondisi tenang. 5. Fase Rehabilitasi Fase Rehabilitasi merupakan fase dimana individu atau masyarakat berusaha mengembalikan
fungsi
fungsi-fungsinya
seperti
sebelum
bencana
dan
merencanakan rehabilitasi terhadap seluruh komunitas. Keadaannya mengalami perubahan dari sebelum bencana.
3.6
Pelayanan Medis Bencana Berdasarkan Siklus Bencana 1. Fase Akut Pada Siklus Bencana Prioritas di lokasi bencana, pertolongan terhadap korban luka dan evakuasi dari lokasi berbahaya ke tempat yang aman. 3 T (triage, treatment, dan transportation) penting untuk menyelamatkan korban luka sebanyak mungkin. Pada fase ini juga dilakukan perawatan terhadap mayat. 2. Fase Menengah Dan Panjang Pada Siklus Bencana Fase perubahan pada lingkungan tempat tinggal. Pada fase ini harus memperhatikan segi keamanan, membantu terapi kejiwaan korban bencana, membantu kegiatan untuk memulihkan kesehatan hidup dan membangun kembali komunitas social. 3. Fase Tenang Pada Siklus Bencana Fase
tidak
terjadi
bencana,
pada
fase
ini
diperlukan
pendidikan
penanggulangan bencana saat bencana terjadi, pelatihan pencegahan bencana pada komunitas dengan melibatkan penduduk setempat, pengecekan dan pemeliharaan fasilitas peralatan pencegahan bencana baik di daerah maupun fasilitas medis, serta membangun sistem jaringan bantuan. 3.7
Peran Perawat Dalam Manajemen Bencana 1. Peran dalam Pencegahan Primer Ada beberapa hal yang dapat dilakukan perawat dalam masa pra bencana persiapan menghadapi ancaman bencana kepada masyarakat ini, antara lain : a. Mengenali instruksi ancaman bahaya
7
b. Mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan saat fase emergency (makanan, air, obatobatan, pakaian dan selimut, serta tenda) c. Melatih penanganan pertama korban bencana. d. Berkoordinasi berbagai dinas pemerintahan, organisasi lingkungan, palang merah nasional maupun lembaga-lembaga kemasyarakatan dalam memberikan penyuluhan dan simulasi. Pendidikan kesehatan diarahkan kepada : a. Usaha pertolongan diri sendiri (pada masyarakat tersebut) b. Pelatihan pertolongan pertama dalam keluarga seperti menolong anggota keluarga dengan kecurigaan fraktur tulang, perdarahan, dan pertolongan pertama luka bakar. c. Memberikan beberapa alamat dan nomor telepon darurat seperti dinas kebakaran, RS dan ambulans. d. Memberikan informasi tentang perlengkapan yang dapat dibawa (misal pakaian seperlunya, portable radio, senter, baterai) e. Memberikan informasi tempat-tempat alternatif penampungan atau posko-posko bencana 2. Peran Perawat Pada Pase pra Bencana Siklus penanganan bencana pada pase pra bencana yaitu Kesiapan Dan Pencegahan dengan peran perawat pada pase pra bencana : a. Perawat mengikuti pendidikan dan pelatihan bagi tenaga kesehatan dalam penanggulangan ancaman bencana untuk setiap fasenya. b. Perawat ikut terlibat dalam berbagai dinas pemerintahan, organisasi lingkungan, paling merah nasional, maupun lembaga-lembaga kemasyarakatan dalam memberikan penyuluhan dan simulasi persiapan menghadapi ancaman bencana kepada masyarakat. c. Perawat terlibat dalam program promosi kesehatan untuk meningkatkan kesiapan masyarakat dalam menghadapi bencana yang meliputi hal-hal berikut. 1) Usaha pertolongan diri sendiri (pada masyarakat tersebut). 2) Pelatihan pertolongan pertama pada keluarga seperti menolong anggota keluarga yang lain. 3) Pembekalan informasi tentang bagaimana menyimpan dan membawa persediaan makanan dan penggunaan air yang aman. 8
4) Perawat juga dapat memberikan beberapa alamat dan nomor telepon darurat seperti dinas kebakaran, rumah sakit, dan ambulans. 5) Memberikan informasi tempat-tempat alternatif penampungan dan poskoposko bencana. 6) Memberikan informasi tentang perlengkapan yang dapat dibawa seperti pakaian seperlunya, radio portable, senter beserta baterainya, dan lainnya. 3. Peran Perawat dalam Keadaan Darurat (Impact Phase) Biasanya pertolongan pertama pada korban bencana dilakukan tepat setelah keadaan stabil. Setelah bencana mulai stabil, masing-masing bidang tim survey mulai melakukan pengkajian cepat terhadap kerusakan-kerusakan, begitu juga perawat sebagai bagian dari tim kesehatan. Perawat harus melakukan pengkajian secara cepat untuk memutuskan tindakan pertolongan pertama. Ada saat dimana ”seleksi” pasien untuk penanganan segera (emergency) akan lebih efektif. (Triase ) TRIASE Merah — paling penting, prioritas utama. keadaan yang mengancam kehidupan sebagian besar pasien mengalami hipoksia, syok, trauma dada, perdarahan internal, trauma kepala dengan kehilangan kesadaran, luka bakar derajat I-II Kuning — penting, prioritas kedua. Prioritas kedua meliputi injury dengan efek sistemik namun belum jatuh ke keadaan syok karena dalam keadaan ini sebenarnya pasien masih dapat bertahan selama 30-60 menit. Injury tersebut antara lain fraktur tulang multipel, fraktur terbuka, cedera medulla spinalis, laserasi, luka bakar derajat II Hijau — prioritas ketiga. Yang termasuk kategori ini adalah fraktur tertutup, luka bakar minor, minor laserasi, kontusio, abrasio, dan dislokasi Hitam — meninggal. Ini adalah korban bencana yang tidak dapat selamat dari bencana, ditemukan sudah dalam keadaan meninggal. 4. Peran Perawat Di Dalam Posko Pengungsian Dan Posko Bencana a. Memfasilitasi jadwal kunjungan konsultasi medis dan cek kesehatan sehari-hari b. Tetap menyusun rencana prioritas asuhan keperawatan harian c. Merencanakan dan memfasilitasi transfer pasien yang memerlukan penanganan kesehatan di RS 9
d. Mengevaluasi kebutuhan kesehatan harian e. Memeriksa dan mengatur persediaan obat, makanan, makanan khusus bayi, peralatan kesehatan f. Membantu penanganan dan penempatan pasien dengan penyakit menular maupun kondisi kejiwaan labil hingga membahayakan diri dan lingkungannya berkoordinasi dengan perawat jiwa g. Mengidentifikasi reaksi psikologis yang muncul pada korban (ansietas, depresi yang ditunjukkan dengan seringnya menangis dan mengisolasi diri) maupun reaksi psikosomatik (hilang nafsu makan, insomnia, fatigue, mual muntah, dan kelemahan otot) h. Membantu terapi kejiwaan korban khususnya anak-anak, dapat dilakukan dengan memodifikasi lingkungan misal dengan terapi bermain. i. Memfasilitasi konseling dan terapi kejiwaan lainnya oleh para psikolog dan psikiater j. Konsultasikan bersama supervisi setempat mengenai pemeriksaan kesehatan dan kebutuhan masyarakat yang tidak mengungsi 5. Peran Perawat Pada Pase Intra/Saat Bencana Siklus penanganan bencana pada pase intra/saat bencana yaitu Tanggap darurat dengan peran perawat pada pase intra/saat bencana : a. Bertindak cepat b. Do not promise. Perawat seharusnya tidak menjanjikan apapun dengan pasti, dengan maksud memberikan harapan yang besar pada para korban selamat. c. Berkonsentrasi penuh pada apa yang dilakukan d. Koordinasi danmenciptakan kepemimpinan. e. Untuk jangka panjang, bersama-sama pihak yang terkait dapat mendiskusikan dan merancang master plan of revitalizing, biasanya untuk jangka waktu 30 bulan pertama. 6. Peran Perawat Dalam Fase Postimpact Siklus penanganan bencana pada pase post/pasca bencana yaitu Rekuntruksi dan rehabilitasi dengan peran perawat pada pase post/pasca bencana : a. Bencana tentu memberikan bekas khusus bagi keadaaan fisik, sosial, dan psikologis korban. 10
b. Stres psikologis yang terjadi dapat terus berkembang hingga terjadi posttraumatic stress disorder (PTSD) yang merupakan sindrom dengan tiga kriteria utama. Pertama, gejala trauma pasti dapat dikenali. Kedua, individu tersebut mengalami gejala ulang traumanya melalui flashback, mimpi, ataupun peristiwa-peristiwa yang memacunya. Ketga, individu akan menunjukkan gangguan fisik. Selain itu, individu dengan PTSD dapat mengalami penurunan konsentrasi, perasaan bersalah, dan gangguan memori. c. Tim kesehatan bersama masyarakat dan profesi lain yang terkait bekerja sama dengan unsur lintas sektor menangani masalah kesehatan masyarakat pascagawat darurat serta mempercepat fase pemulihan menuju keadaan sehat dan aman.
BAB IV PENUTUP 4.1
Simpulan Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bencana dapat mengakibatkan masalah fisik, psikologis, sosial, spiritual, dan ekonomi. Manajemen bencana perlu dilakukan secara cepat dalam mengatasi bencana. Manajemen yang dilakukan dapat dilakukan sesuai fase. Manajemen yang cepat dan tepat dapat meminimalisir masalah dan kerugian yang terjadi akibat bencana. Peranan pelayanan medis juga penting dalam 11
manajemen bencana. Perawat memilki peranan dan kontribusi pada setiap fase dalam manajemen bencana. Oleh karena itu, manajemen bencana merupakan hal penting yang harus dilakukan dalam mengatasi bencana. 4.2
Saran
DAFTAR PUSTAKA Anonim.
(2010).
http://keperawatankomunitas.blogspot.com/2010/04/bencana.html.
Bencana. Diakses
Pada
Tanggal 21 Maret 2012. Pukul 08.45 WIB. Efendi, Ferry Makhfudli, 2009. Keperawatan Kesehtan Komunitas: Teori dan Praktik Dalam Keperawatan, Salemba Medika, Jakarta.
12
Science. Manajemen bencana. http://id.shvoong.com/exact-sciences/earth-sciences/1932953manajemen-bencana/ diunduh pada 2 Mei 2011 Weenbee.
(2011).
Peran
Perawat
Dalam
Manajemen
Bencana.
http://weenbee.wordpress.com/2011/08/23/peran-perawat-dalam-manajemenbencana/#more-94. Diakses Pada Tanggal 21 Maret 2012. Pukul 09.00 WIB. WHO, 2007 Risk reduction and emergency preparedness http://whqlibdoc.who.int/hq/ 200
/WHO
08.7_eng.pdFWikipedia.
(2011).
Bencana.
www.id.wikipedia.org/wiki/bencana. Diakses Pada Tanggal 21 Maret 2012. Pukul 08.30 WIB. http://bencana-kesehatan.net/arsip/images/referensi/riset_bencana/Pengetahuan %20perawatan%20IRD%20dala%20kesiapan%20menghadapi%20bencana.pdf https://weenbee.wordpress.com/2011/08/23/peran-perawat-dalam-manajemen-bencana
13