LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI
IDENTIFIKASI KOMPONEN SIMPLISIA PENYUSUN JAMU
Disusun oleh:
1. Amalia Ulfa
(G1F011001)
2. Diah Ayu Wulandari
(G1F011003)
3. Herlina Agustyani
(G1F011005)
4. Nurmaning Nurmaningtias tias Fitri Fitri R.
(G1F0110 (G1F011007) 07)
5. Dwi Justitia Apriliani
(G1F011009)
6. Thea Widi Indiani
(G1F011011)
KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU ILMU-ILMU KESEHATAN JURUSAN FARMASI PURWOKERTO 2012
PERCOBAAN 4 IDENTIFIKASI KOMPONEN SIMPLISIA PENYUSUN JAMU
I.
PENDAHULUAN I.1 Tujuan Praktikum Mengidentifikasi komponen-komponen simplisia yang ada dalam jamu yang ada di pasaran, utamanya berupa jamu godhog.
I.2 Dasar Teori Jamu adalah bahan atau campuran bahan tanaman, hewan, mineral, sediaan galenik yang secara tradisional digunakan untuk mengobati, mencegah penyakit, atau meningkatkan kesehatan berdasarkan pengalaman. Masyarakat Indonesia mengenal sudah sejak lama mengenal jamu sebagai obat tradisional turun temurun yang diwariskan dari pengalaman nenek moyang (Jannah, Annisa Nur, 2012). Jamu merupakan ramuan dari berbagai simplisia bahan-bahan alami yang dengan cara-cara
tertentu dan
pengolahan sederhana
mampu
menghasilkan produk berkhasiat. Kandungan yang terdapat pada produk jamu merupakan suatu komposisi yang sangat kompleks. Bila ditinjau dari aktifitasnya, maka kandungan jamu dapat diklasifikasikan menjadi tiga bahan pokok yaitu : 1.
Bahan aktif, yaitu bahan yang berperan dalam efek terapik. Bahan aktif dibedakan menjadi 2, yaitu bahan aktif utama dan bahan aktif pembantu.
2.
Bahan sampingan, yaitu bahan yang dinyatakan sebagai beberapa senyawa yang mampu mempengaruhi efek terapik dari bahan aktif utama dan pembantu.
3.
Bahan pengotor, yaitu bahan yang sangat tidak efektif. Keberadaannya dalam sediaan obat sangat tidak dikehendaki karena pengaruh negatifnya terhadap kerja obat. Pengaruh yang utama antara lain terjadi perubahan
warna, bau, dan rasa dari sediaan obat sehingga timbul kekeruhan yang dapat mengurangi stabilitas serta dapat mengganggu kumpulan analitik bahan aktifnya (Anonim, 2008).
II.
ALAT DAN BAHAN Bahan-bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah campuran jamu berupa rajangan dan bentuk serbuk, akuades dan larutan kloral hidrat 70%. Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini adalah kaca pembesar, mikroskop, gelas obyek, kaca penutup, pipet tetes, pembakar spiritus, korek api.
III.
PROSEDUR KERJA Pada praktikum ini, dilakukan langkah-langkah kerja sebagai berikut : 1. Jamu yang berupa rajangan dipisahkan dan dikelompokkan berdasarkan simplisia penyusunnya. 2. Uji makrosopik dan uji organoleptis dilakukan pada setiap simplisia penyusun jamu. 3. Menentukan nama masing-masing simplisia penyusun jamu tersebut. 4. Jamu
yang
berupa
campuran
serbuk
dilakukan
pemeriksaan
secara
mikroskopik. 5. Menemukan fragmen-fragmen khas pada serbuk jamu tersebut. 6. Menentukan simplisia penyusun serbuk jamu tersebut.
IV.
HASIL PERCOBAAN Praktikum identifikasi komponen simplisia penyusun jamu ini, kelompok kami mendapatkan simplisia penyusun jamu dengan kode : G, E, O, 3, dan 15. Adapun hasil pengamatan yang kami peroleh :
O.
KODE
KOMPONEN
ORGANOLEPTIS
PENYUSUN 1. Glycyrrizae
radix
(Akar manis) 2. Foeniculum fructus
1.
G
flos
(Cengkeh)
E
folium
(Jati Belanda)
2. Caryophyli
flos
(Cengkeh)
1. Guazume
folium
2. Glycyrrizae radix
3
Warna : kuning gelap
ada lonjong dengan
(Akar manis) 3. Caryophyli (Cengkeh)
Bau : khas
Ukuran : kecil, halus
Rasa : hambar
Bentuk : serbuk halus
Warna : kuning
mint
bulat
lonjong,
ada
yang sedikit panjang
Bau : khas
Ukuran : kecil
Rasa : sedikit hambar,
Bentuk : serbuk halus,
agak manis Warna : kuning gelap
flos
Ukuran : kecil, halus
Rasa : hambar, agak Bentuk : serbuk halus,
Warna : kuning gelap
(Jati Belanda)
4.
Bentuk : serbuk halus,
Bau : khas
fructus (Kapulaga)
O
Rasa : agak manis
-kecoklatan
1. Cardamomi
3.
Ukuran : butir halus
ujung lancip seperti padi
1. Caryophyli
2.
MIKROSKOPIK
Bau : khas
(Buah Adas)
2. Guazume
MAKROSKOPIK
dengan sedikit bentuk panjang
1. Cardamomi fructus (Kapulaga)
Bau : khas
Ukuran : kecil
Rasa : agak manis,
Bentuk : serbuk halus,
2. Glycyrrizae radix
5.
15
(Akar manis) 3. Caryophyli
sedikit mint Warna : kuning
flos
ada
yang
lonjong
dengan
ujung
panjang
(Cengkeh)
V.
PEMBAHASAN Secara umum analisis obat tradisional jamu dikelompokkan menjadi dua macam analisis, yaitu analisis kualitatif dan analisis kuantitatif. Analisis kualitatif berfungsi untuk mengidentifikasikan jenis dari suatu zat atau simplisia yang terdapat pada bahan bakunya, sedangkan analisis kuantitatif yaitu penetapan kadar atau kemurnian dari zat atau simplisia yang akan dianalisis (Amin, A.2005). Pada praktikum yang kami lakukan ini, kami hanya melakukan pengujian secara kualitatif obat tradisional jamu biasanya yang dipergunakan untuk mengidentifikasi atau menganalisis jenis bahan baku dari suatu simplisia baik dari jenis tumbuhan maupun hewan. Di dalam pemeriksaan kualitatif ini, meliputi analisis sebagai berikut : 1.
Pengujian organolepik yaitu untuk mengetahui kekhususan warna, bau dan rasa dari simplisia yang diuji.
2. Pengujian
makroskopik
yaitu
pengujian
yang
dilakukan
dengan
menggunakan kaca pembesar atau dengan indera. Fungsinya untuk mencari kekhususan morfologi ukuran dan bentuk simplisia yang diuji. 3. Pengujian
mikroskopik
yaitu
pengujian
yang
dilakukan
dengan
menggunakan mikroskop dengan pembesar tertentu yang disesuaikan dengan
keperluan simplisia yang diuji dapat berupa sayatan melintang, radial, paradermal maupun membujur atau berupa serbuk. Fungsinya untuk mengetahui unsur-unsur anatomi jaringan yang khas dari simplisia (Dharma, A.P. 1985).
Langkah pertama yang kami lakukan dalam pengujian ini yaitu mengambil 5 jamu yang terdiri dari komponen-komponen simplisia dengan kode G, E, O, 3, dan 15. Kemudian tiap-tiap simplisia diamati secara makroskopik yang dilakukan dengan menggunakan kaca pembesar atau dengan indera meliputi ukuran dan bentuk dari komponen penyusun jamu tersebut. Lalu dilakukan pengujian kembali dengan uji organoleptis yang meliputi rasa, bau, dan warna. Selanjutnya pengujian dengan menggunakan mikroskop tujuannya untuk mengetahui fragmen-fragmen khas yang terdapat dalam komponen simplisia penyusun jamu tersebut. Pertama, masing-masing simplisia jamu tersebut diulas ke objek glass dan diberi 1-2 tetes akuades lalu ditutup dengan kaca penutup untuk diamati di bawah mikroskop dan diamati fragmen khasnya. Berdasarkan pengujian tersebut, maka kita dapat menentukan nama simplisia penyusun serbuk jamu tersebut. Untuk serbuk jamu dengan kode G diperoleh bau yang khas, rasa agak manis, dan berwarna kuning gelap pada pengujian organoleptis. Selanjutnya pada pengujian makroskopik, serbuk simplisia penyusun jamu tersebut berukuran kecil, berbentuk halus dengan serbuk terdapat bentuk lonjong dengan ujung lancip seperti padi. Kemudian pada uji mikroskopik, diperoleh struktur seperti balok panjang yang merupakan fragmen khas dari akar manis dan bulatan besar yang merupakan fragmen khas dari buah adas. Sehingga berdasarkan pengujian tersebut, kami dapat menentukan komponen simplisia penyusun jamu kode G adalah Glycyrrhizae radix atau akar manis dan Foeniculum fructus atau buah adas.
Untuk serbuk jamu dengan kode E diperoleh ciri-ciri bau yang khas, rasa hambar atau tidak berasa, dan berwarna kuning kecoklatan pada pengujian organoleptis. Selanjutnya
pada pengujian
makroskopik, serbuk simplisia
penyusun jamu tersebut berukuran kecil dan berbentuk halus. Kemudian pada uji mikroskopik, diperoleh struktur seperti bulat berkumpul yang merupakan fragmen khas dari cengkeh serta terdapat bentuk struktur seperti bintang yang merupakan fragmen khas dari jati belanda. Sehingga berdasarkan pengujian tersebut, kami dapat menentukan komponen simplisia penyusun jamu kode E adalah Caryophyli flos atau cengkeh dan Guazumae folium atau daun jati belanda. Untuk serbuk jamu dengan kode O diperoleh bau yang khas, rasa agak mit dan sedikit hambar, dan berwarna kuning gelap pada pengujian organoleptis. Selanjutnya pada pengujian makroskopik, serbuk simplisia penyusun jamu tersebut berukuran kecil, berbentuk halus dengan serbuk terdapat bentuk bulat lonjong, ada yang sedikit panjang lonjong dengan ujung lancip seperti padi. Kemudian pada uji mikroskopik, diperoleh struktur seperti balok kecil yang merupakan fragmen khas dari kapulaga dan bulatan besar yang mengumpul merupakan fragmen khas dari cengkeh. Sehingga berdasarkan pengujian tersebut, kami dapat menentukan komponen simplisia penyusun jamu kode O adalah Cardamomi fructus atau kapulaga dan Caryophyli flos atau cengkeh. Untuk serbuk jamu dengan kode angka 3 diperoleh bau yang khas, rasa sedikit hambar dan terasa agak manis, lalu berwarna kuning gelap pada pengujian organoleptis. Selanjutnya
pada pengujian
makroskopik, serbuk simplisia
penyusun jamu tersebut berukuran kecil, berbentuk serbuk halus dengan serbuk terdapat bentuk lancip panjang. Kemudian pada uji mikroskopik, diperoleh struktur seperti bulat berkumpul yang merupakan fragmen khas dari cengkeh serta terdapat bentuk struktur seperti bintang yang merupakan fragmen khas dari jati belanda, serta diperoleh struktur seperti balok panjang yang merupakan fragmen khas dari akar manis. Sehingga berdasarkan pengujian tersebut, kami dapat menentukan komponen simplisia penyusun jamu kode angka 3 ini terdiri dari 3
komponen simplisia, yaitu Caryophyli flos atau cengkeh, Guazumae folium atau daun jati belanda, dan Glycyrrhizae radix atau akar manis. Untuk serbuk jamu dengan kode angka 15 diperoleh bau yang khas, rasa agak manis dan sedikit mint, dan berwarna kuning cerah pada pengujian organoleptis. Selanjutnya
pada pengujian
makroskopik, serbuk simplisia
penyusun jamu tersebut berukuran kecil, berbentuk serbuk halus, ada yang berbentuk lonjong dengan ujung panjang/lancip. Kemudian pada uji mikroskopik, diperoleh struktur seperti balok kecil yang merupakan fragmen khas dari kapulaga, kemudian diperoleh juga struktur seperti balok panjang yang merupakan fragmen khas dari akar manis, serta diperoleh struktur seperti bulat berkumpul yang merupakan fragmen khas dari cengkeh. Sehingga berdasarkan pengujian tersebut, kami dapat menentukan komponen simplisia penyusun jamu dengan kode angka 15 terdiri dari 3 macam komponen simplisia penyusun jamu tersebut, yaitu adalah Cardamomi fructus atau Kapulaga, Glycyrrhizae radix atau akar manis, dan Caryophyli flos atau cengkeh.
VI.
KESIMPULAN •
Jamu merupakan suatu sediaan obat bahan alam yang keamanan dan khasiatnya telah diketahui secara turun temurun berdasarkan pengalaman empiric.
•
Berdasarkan hasil pengujian organoleptik, makroskopik, dan mikroskopik, diperoleh penyusun jamu : Kode G : Glycyrrhizae radix, Foeniculum fructus. Kode E : Caryophyli flos, Guazumae folium Kode O : Cardamomi fructus, Caryophyli flos Kode 3 : Glycyrrhizae radix, Guazumae folium , Caryophyli flos Kode 15 : Caryophily flos , Glycyrrhizae radix, Cardamomi fructus
VII. DAFTAR PUSTAKA Amin, A. 2005. Penuntun Praktikum Farmakognosi. Makassar : Fakultas Farmasi Universitas Muslim Indonesia. Anonim. 2008. Buku Ajar Mata Kuliah Farmakognosi. Jimbaran : Jurusan Farmasi FMIPA Universitas Udayana. Jimbaran. Dharma, A.P. 1985. Tanaman Obat Tradisional Indonesia . Jakarta : PN Balai Pustaka. Jannah, Annisa Nur. 2012. Saintifikasi Jamu dan Standardisasi Bahan Alam (http://farmasi.unsoed.ac.id/) diakses pada tanggal 15 Desember 2012.
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI
Disusun oleh:
1. Amalia Ulfa
(G1F011001)
2. Diah Ayu Wulandari
(G1F011003)
3. Herlina Agustyani
(G1F011005)
4. Nurmaningtias Fitri R.
(G1F011007)
5. Dwi Justitia Apriliani
(G1F011009)
6. Thea Widi Indiani
(G1F011011)
KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN JURUSAN FARMASI PURWOKERTO 2012