BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING PERENCANAAN
BANGUNAN
PENGAMAN
TEBING
TERHADAP
GERUSAN
Pendahuluan
Pada bab ini akan diuraikan masalah perencanaan bangunan pengaman tebing sungai jalan terhadap gerusan. Perencanaan yang akan diuraikan adalah langkah-langkah desain dan dasar-dasar desain. Pengaman tebing yang akan diuraikan adalah pengaman dengan jenis fleksibel (flexsible revetment) dan kaku (rigid revetment).
Selain pengaman tebing, akan diuraikan juga bangunan pengarah aliran dan peredam energi. Kedua bangunan ini akan melindungi tebing sungai terhadap gerusan secara tidak langsung.
Jenis pengaman tebing lainnya yang akan diuraikan adalah jenis bangunan dari tanaman (bioengineerinng). Pengaman ini memerlukan tumbuhan untuk membuat bangunan pengaman. Bangunan jenis ini cocok untuk daerah yang sulit mendapatkan bahan bangunan.
Tabel 8.1 menjelaskan jenis bangunan pengaman yang akan diuraikan proses desain dan langkah-langkahnya.
Tabel 8-1. Klasifikasi struktur pengaman tebing jalan di sungai
Jenis Pengaman Revetment
Bangunan 1. Riprap 2. Bronjongan (Gabion) Rigid (kaku) 1. Retaining Wall 2. Sheet pile Bangunan Pengarah Aliran 1. Krib (Groin) 2. Spur Bangunan Peredam Energi Chek Dam
By : Salmani, MS, MT.
Tipe Fleksibel
Page 1
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING Konsep Disain
Dalam mendesain suatu dinding pengaman (revetment) harus memperhatikan beberapa faktor. Faktor-faktor ini yang akan mempengaruhi jenis dan ukuran (desain) dari dinding pengaman. Faktor-faktor tersebut terdiri dari : 1. Debit desain 2. Jenis aliran 3. Geometri penampang 4. Aliran di tikungan 5. Tahanan aliran (Flow resistance) 6. Jenis pengamanan (revetment)
Debit Desain
Debit aliran yang digunakan untuk desain atau analisis bangunan jalan disekitar sungai biasanya menggunakan debit banjir ulangan dengan periode ulang 10 sampai 50 tahun. Dalam kebanyakan kasus, debit banjir ini dapat digunakan untuk mendesain riprap dan beberapa macam dinding pengaman sungai. Tetapi seorang perencana harus memperhatikan beberapa keadaan khusus, seperti debit yang kecil dapat menyebabkan kerusakan hidraulik terhadap kestabilan riprap. Oleh karena itu, seorang perencana dianjurkan untuk memperhatikan beberapa macam debit desain agar dapat digunakan untuk kondisi riprap yang direncanakan. Disarankan untuk menggunakan debit desain antara 5 – 10 tahun. Cara perhitungan debit desain disesuaikan pada SNI M-18-1989-F.
1 Jenis Aliran
Jenis aliran untuk saluran terbuka dapat diklasifikan menjadi tiga, yaitu : 1. Seragam (uniform), berubah lambat laun atau berubah tiba-tiba. 2. Tunak (steady) atau tak tunak (unsteady). 3. Subkritis atau superkritis.
Jenis aliran yang digunakan dalam konsep desain ini diasumsikan seragam, tunak (steady) dan subkritis. Jenis aliran ini juga dapat digunakan untuk aliran
By : Salmani, MS, MT.
Page 2
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING berubah lambat laun. Sedangkan untuk penggunaan jenis aliran berubah tibatiba, tak tunak atau super kritis akan dijelaskan selanjutnya.
Kondisi aliran berubah tiba-tiba dan tak tunak biasanya terjadi pada aliran yang membesar, berkontraksi dan balik. Kondisi ini terjadi biasanya pada daerah sungai yang dilintasi jembatan. Aliran superkirits atau mendekati superkritis biasanya terjadi pada penyempitan jembatan dan saluran dengan kelandaian yang curam.
Penelitian telah dilakukan bahwa aliran superkritis jarang terjadi di saluran alam (sungai). Tetapi, aliran yang terjadi pada saluran curam dan penyempitan saluran biasa aliran transisi yang terjadi diantara subkritis dan superkritis. Eksperimen yang telah dilakukan oleh U.S. Army Corps of Engineer menunjukkan bahwa aliran transisi terjadi pada bilangan Froude antara 0,89 dan 1,13. Ketika aliran terjadi diantara bilangan tersebut, maka terjadi kondisi tidak stabil pada gaya inersia dan gaya gravitasi. Hal ini mengakibatkan terjadinya gelombang yang tidak normal, lompatan hidraulik (hydraulic jump), perubahan lokal kemiringan muka air, dan turbulensi.
Aliran tidak seragam, tak tunak dan mendekati superkritis menyebabkan tegangan pada batas saluran yang berbeda pada aliran seragam, tunak dan subkritis.
2 Geometri Penampang
Geometri penampang saluran yang diperlukan seperti kedalaman aliran, lebar basah, jari-jari hidraulik dan sebagainya dalam mendesain pengaman sungai digunakan untuk pemasangan pengaman sungai. Geometri penampang saluran selalu berubah untuk jangka waktu panjang, sehingga pemeriksaan perubahan penampang diperlukan. Pemeriksaan perubahaan penampang sangat subjektif, tetapi tujuan dari pemeriksaan adalah untuk mendapatkan kondisi penampang yang terburuk untuk desain sehingga pengaman sungai dapat dibuat stabil. Informasi yang digunakan dalam memeriksa saluran adalah informasi keadaan geometri saluran yang dahulu, sekarang dan photo udara saluran. Dan perlu
By : Salmani, MS, MT.
Page 3
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING diperhatikan,
kestabilan
saluran
hanya
pada
bagian
tertentu
saluran.
Pembahasan hal ini telah diberikan pada bagian-bagian sebelumnya.
Masalah pertama yang akan timbul dalam pemeriksaan geometri penampang adalah menentukan profil dasar saluran yang ada. Masalah ini dapat diatasi dengan mensurvei dasar bagian saluran yang akan dipasang pengaman sungai. Pengaman sungai didesain bukan untuk hanya saat ini, tetapi hingga masa depan, sehingga diperlukkan perkiraan profil saluran yang akan terjadi pada masa depan. Berdasarkan pengamatan atas data tahunan, parameter geometri penampang saluran dapat berubah rata-rata bertambah 52 persen dan berkurang 40 persen untuk jangka waktu yang panjang. Dianjurkan bagi perencana, untuk merubah penampang saluran sampai 50 persen dari rata-rata penampang saluran. Dan diperlukan lebih dari satu penampang geometri saluran untuk mendesain pengaman sungai. Bila data tentang penampang saluran tidak tersedia, maka data penampang saluran yang terdahulu dapat digunakan dengan mengadakan perubahan seperti diatas atau menggunakan data penampang yang terdekat.
Pertimbangan terakhir dari penentuan geometri penampang saluran adalah kestabilan tepi/pinggir sungai. Berdasarkan pengamatan, kestabilan tepi/pinggir sungai dapat mencapai kedalaman 1,7 dari kedalaman rata-rata. Gambar 8-1 menunjukkan contoh perubahan penampang geometri saluran.
i. Aliran Di Tikungan
Kondisi aliran di tikungan adalah sangat kompleks, karena dipengaruhi adanya distorsi bentuk aliran. Aliran di tikungan saluran dipengaruhi oleh gaya sentrifugal, aliran tidak seragam dan aliran tidak simetris.
Dua aspek penting pada aliran di tikungan saluran yang mempengaruhi desain pengaman sungai. Pertama, peningkatan kecepatan dan tegangan geser yang diakibatkan aliran tidak seragam di tikungan saluran. Hubungan antara peningkatan kecepatan dan tegangan geser untuk desain riprap akan dijelaskan pada butir 8.3.1.1.8, Kedua, superelevasi aliran di tikungan saluran yang akan dibangun pengaman sungai. Meskipun nilai superelevasi aliran sangat kecil
By : Salmani, MS, MT.
Page 4
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING dibadingkan kedalaman saluran, namun penting untuk menentukan besarnya freeboard. Besarnya superelevasi dapat menggunakan persamaan 5.5.
ii. Hambatan Aliran
Salah satu komponen penting dalam analisis hidraulik dari pengaman saluran, seperti riprap adalah koefisien kekasaran Manning. Kekasaran suatu saluran dapat ditentukan dari keadaan fisik saluran. Keadaan fisik tersebut seperti dasar saluran, ketidakteraturan saluran, geometri saluran, vegetasi yang tumbuh di saluran dan sebagainya. Untuk menentukan koefisien kekasaran Manning „n‟ pada saluran alam dalam mendesain pengaman saluran dapat melihat pada bab 5.2.4.
By : Salmani, MS, MT.
Page 5
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING
By : Salmani, MS, MT.
Page 6
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING
iii. Perlindungan Tepi Sungai
Perlindungan tepi diperlukan untuk melindungi bagian tepi/pinggir sungai. Perlindungai ini terdiri dari dua, yaitu memanjang (longitudinal) dan vertikal.
1. Perlindungan memanjang (Horizontal)
Perlindungan memanjang diperlukan untuk melindungi tepi/pinggir sungai yang mengalami erosi sepanjang tepi saluran tersebut. Sacara umum, pengaman yang diperlukan lebih panjang daripada panjang erosi yang dialami tepi/pinggir sungai. Namun perlu diperhatikan panjang pengaman, sehingga pengamanan untuk bagian upstream tidak terlalu panjang dan untuk bagian downstream tidak terlalu pendek.
Salah satu kriteria untuk menentukan batas ukuran memanjang dari pengaman yang diperlukan diilustrasikan pada gambar 8-2. Dari ilustrasi itu, dapat ditentukan bahwa panjang minimum yang diperlukan adalah 1 kali lebar sungai pada downstream dan 1,5 kali lebar saluran pada upstream. Kriteria ini berdasarkan analisis aliran di saluran yang simetrik sedangkan untuk di lapangan kondisi ini sangat jarang ditemui. Untuk keperluan lapangan, kriteria diatas merupakan dasar untuk menentukan perlindungan.
Penyelidikan
lapangan
sangat
diperlukan
untuk
mengetahui
panjang
perlindungan yang digunakan. Perlindungan untuk saluran yang lurus berbeda dengan yang berbelok. Untuk perlindungan saluran yang lurus dianjurkan untuk menambah perlindungan minimal satu kali lebar saluran setelah tempat terjadinya erosi. Sedangkan untuk saluran yang berbelok, panjang perlindungan yang dibutuhkan adalah minimal satu kali lebar saluran pada upstream. Untuk downstream, tidak dapat ditentukan hanya dengan melihat tempat terjadinya erosi. Faktor lain yang menentukan adalah proses erosi yang terjadi.
Pengaman tepi/pinggir saluran juga dipengaruhi oleh bangunan yang ada di sekitar saluran, seperti jembatan. Kalau pilar jembatan berada dekat tepi/pinggir saluran, maka pilar tersebut dapat sebagai titik kontrol untuk kestabilan tepi
By : Salmani, MS, MT.
Page 7
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING saluran. Lokasi pilar jembatan biasanya menentukan batas gerakan aliran. Kalau tidak ada aliran yang berkontraksi (menyempit) atau membesar, maka pengaman tidak perlu dibuat. Tetapi bila sebaliknya, maka pengamanan perlu dibuat dengan panjang empat kali lebar sungai ke arah downstream.
Gambar 8-2. Luas longitudinal dari perlindungan revetment
H
By : Salmani, MS, MT.
Page 8
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING
2. Perlindungan Vertikal
Selain perlindungan horizontal, diperlukan perlindungan pada arah vertikal. Perlindungan vertikal memerlukan desain ketinggian dan pondasi perlindungan. 1. Desain Ketinggian Perlindungan Desain ketinggian perlindungan dari riprap merupakan ketinggian air saluran ditambah freeboard. Freeboard merupakan ketinggian yang digunakan untuk meliputi kejadian yang tidak terduga. Kejadian tersebut seperti gelombang yang dihasilkan angin maupun kapal yang lewat di sungai, superelevasi di tikungan saluran, lompatan hidraulik dan aliran tak tentu akibat pilar jembatan dan sambungan saluran.
Selain itu juga, kejadian yang tidak dapat
diperhitungkan seperti pengendapan pasir, tanaman yang tumbuh di saluran dan gelombang yang naik ke tepi saluran.
Perkiraan ketinggian gelombang yang diakibatkan oleh angin dan kapal yang lewat di sungai tidak seperti memperkirakan gelombang dari sumber bangkitan gelombang pada umumnya. Definisi tinggi gelombang dapat dilihat pada gambar 8-3. Tinggi gelombang dikarenakan kapal yang lewat di saluran dapat diperkirakan dari pengamatan. Sedangkan untuk tinggi gelombang yang diakibatkan dari angin merupakan fungsi dari panjang fetch, kecepatan angin, durasi angin dan kedalaman air. Selain tinggi gelombang, perlu diperkiraan juga besarnya gelombang yang naik ke tepi saluran sebagai hasil gelombang yang membentur saluran. Gelombang yang naik ke tepi saluran merupakan fungsi dari desain ketinggian gelombang, periode gelombang, kemiringan tepi saluran dan karakteristik permukaan tepi saluran. Untuk gelombang yang tingginya kurang dari 0,61 m dapat dihitung dengan grafik 8 pada gambar 8.23 dengan faktor koreksi pada tabel 8-1.
Dari uraian diatas, diketahui banyak faktor yang mempengaruhi penentuan tinggi freeboard (jagaan). Sebagai nilai minimum, disarankan untuk menggunakan nilai freeboard sebesar 0,30 sampai 0,61 m untuk jangkauan
By : Salmani, MS, MT.
Page 9
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING yang pendek dan 0,61 sampai 0,91 m untuk jangkauan yang panjang (kriteria jangkauan diusulkan ole Federal Emergency Management Agency, USA). Disarankan juga dalam penentuan tinggi jagaan untuk menyelidiki kondisi gelombang dan aliran pada musim tertentu, melihat catatan tinggi gelombang yang ada dan mewawancarai orang yang mengetahui kondisi masa lalu ketika membuat pengaman.
2. Kedalaman Pondasi Pengaman Penggerusan tanah ke bawah dari pengaman merupakan salah satu mekanisme utama yang menentukan kegagalan pengamanan. Dalam mendesain pengaman tepi/pinggir saluran, memperkirakan kedalaman penggerusan sangat penting sehingga pengaman dapat diletakkan pada lapisan tanah yang tepat untuk mencegah terjadinya penggerusan ke bawah (undermining). Kedalaman maksimal penggerusan harus memperhatikan terjadinya degradasi saluran seperti proses penggerusan alami dan pengisian tanah.
Kedalaman maksimum penggerusan berkenaan dengan penggerusan alami dan pengisian tanah pada saluran lurus maupun menikung dapat dilihat pada persamaan di bawah ini :
hs = 3.66 m untuk D50 < 0.0015 m hs = 1.14 D50
–0.11
untuk D50 > 0.0015m
(8.1) (8.2)
dimana : hs = kemungkinan kedalaman maksimum penggerusan (m) D50 = diameter rata-rata batuan dasar saluran (m)
By : Salmani, MS, MT.
Page 10
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING
b. Bangunan Pengaman Tebing (Revetment)
3 Jenis Fleksibel (Flexible Revetment)
Dalam bagian ini hanya dibahas beberapa jenis bangunan pengaman tebing fleksibel, yaitu riprap, gabion dan bioengineering.
1. Riprap
a. Deskripsi Riprap adalah bangunan pengaman yang melindungi tebing dari gerusan dengan menggunakan lapisan batuan. Kemiringan riprap hampir sama dengan kemiringan tebing saluran (sungai)
b. Dasar-Dasar Desain Dasar-dasar desain untuk membuat riprap terdiri dari -
Ukuran batuan
-
Gradasi batuan
-
Ketebalan lapisan riprap
-
Desain filter
-
Penanganan tepi riprap (ujung riprap)
-
Stabilitas
c. Ukuran Batuan Stabilitas riprap merupakan fungsi dari ukuran batuan yang digunakan, yaitu diameter dan berat batuan. Salah satu kegagalan riprap atau keruntuhan riprap adalah erosi partikel. Erosi partikel adalah fenomena hidraulik yang dihasilkan ketika gaya seret yang terjadi akibat aliran air yang melebihi gaya tahan batuan riprap.
By : Salmani, MS, MT.
Page 11
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING Dua metode atau pendekatan yang digunakan dalam membahas ketahanan batuan terhadap erosi adalah : 1. Kecepatan ijin Saluran akan stabil bila kecepatan yang dihitung lebih kecil dari kecepatan ijin. 2. Gaya seret ijin Gaya seret ijin berfokus pada tegangan yang terjadi pada lapisan antara aliran air dan material yang membentuk batas saluran. Gaya seret ijin merupakan pendekatan yang sering dipakai karena secara ilmiah dapat dibuktikan.
d. Hubungan Dengan Desain
Desain riprap berdasarkan gaya seret ijin yang diwakili dengan kecepatan aliran. Aliran yang diasumsikan berubah lambat laun. Hubungannya dapat dilihat pada persamaan sebagai berikut : D50 = 0.00594 va3/(davg0.5K11.5)
(8.3)
Dimana D50 = ukuran tengah batuan riprap C = faktor koreksi va = kecepatan rata-rata di saluran utama davg = kedalaman rata-rata di saluran utama
K1
1
sin 2 sin 2
0.5
(8.4)
Dimana : : sudut bantaran dengan bidang horizontal : sudut batuan riprap Kecepatan dan kedalaman rata-rata dapat dilihat pada gambar 8-4. Persamaan (8.3) diatas diasumsikan bahwa spesific gravity batuan adalah 2,65 dan faktor kestabilan adalah 1,2. Untuk faktor koreksi C dapat dilihat sebagai berikut :
C = Csg x Csf
By : Salmani, MS, MT.
(8.5)
Page 12
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING Csg = 2,12/(SG – 1)1.5
(8.6)
dimana : SG = spesifik gravitasi batuan riprap Csf = (FS/1,2)1.5 FS = faktor stabilitas (lihat tabel 8-2)
Faktor stabilitas merupakan perbandingan antara tegangan geser kritis batuan riprap dengan gaya seret rata-rata yang dihasilkan oleh aliran air di lapangan. Faktor stabilitas merupakan pencerminan dari tingkat ketidakpastian pada kondisi hidraulik. Persamaan (8.3), aliran diasumsikan berubah lambat laut. Sedangkan kedaan di lapangan sangat berbeda atau banyak ketidakpastian. Faktor stabilitas digunakan untuk memperbesar ukuran batuan agar lebih aman digunakan. Tabel di bawah ini menjelaskan pemilihan faktor stabilitas yang tergantung dari kondisi aliran yag terjadi :
Tabel 8-2. Faktor stabilitas untuk berbagai kondisi saluran KONDISI
FAKTOR STABILITAS Aliran seragam; saluran relatif lurus atau berbelok dengan jari- 1.0 – 1.2 jari/lebar saluran yang berbelok > 30 m; benturan akibat gelombang hampir tidak ada; sedikit parameter ketidakpastian Aliran berubah lambat laun; berbelok dengan jari-jari 1.3 – 1.6 10
By : Salmani, MS, MT.
Page 13
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING
e. Erosi Gelombang
Gelombang yang diakibatkan oleh angin maupun kapal yang lewat di sungai dapat menyebabkan erosi pada tebing saluran. Persamaan gelombang yang digunakan untuk hubungan antara ukuran riprap dengan tinggi gelombang adalah (persamaan Hudson) :
W50
H3 3 2.20 SG 1 cot s
(8.7)
dimana: W 50 = berat batuan rata-rata batuan riprap (N) s
= berat jenis batuan (N/m3)
SG = spesific gravity batuan riprap
f. Gradasi Batuan
Gradasi batuan riprap mempengaruhi ketahanan riprap terhadap penggerusan.. Batuan harus mempunyai gradasi yang baik dengan ketebalan riprap. Spesifikasi batuan riprap harus berada pada batas kedua kurva gradasi. Gradasi batuan sebaiknya dapat diatur sehingga tidak membuat biaya yang mahal.. Tabel 8-3 merupakan salah satu panduan untuk menentukan batas gradasi. Sedangkan tabel 8-4 menyajikan enam contoh kelas gradasi.
Tabel 8-3. Gradasi batuan Ukuran Batuan (m) 1.5 D50 sampai 1.7 D50 1.2 D50 sampai 1.4 D50 1.0 D50 sampai 1.4 D50 0.4 D50 sampai 0.6 D50
By : Salmani, MS, MT.
Berat Batuan Persentasi Gradasi (kg) Lebih kecil dari 3.0 W 50 sampai 5.0 W 50 100 2.0 W 50 sampai 2.75 W 50 85 1.0 W 50 sampai 1.5 W 50 50 0.1 W 50 sampai 0.2 W 50 15
Page 14
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING
Tabel 8-4. Contoh gradasi untuk beberapa kelas riprap Kelas RipRap Facing
Light
0.23 metric ton
0.45 metric ton
0.91 metric ton
1.81 metric ton
Ukuran Batuan Berat Batuan Persentase riprap (m) (kg) Lebih kecil dari 0.40 91 100 0.29 34 50 0.12 2.3 10 0.55 227 100 0.40 91 50 0.12 2.3 10 0.68 454 100 0.55 227 50 0.29 34 10 0.87 907 100 0.68 454 50 0.55 227 5 1.10 1814 100 0.87 907 50 0.68 454 5 1.37 3629 100 1.10 1814 50 0.87 907 5
Bila spesifikasi batuan di lapangan lebih kecil dari ukuran batuan pada tabel 8-3, maka ukuran pada tabel 8-3 dapat dikurangi seperti pada tabel 8-4. Sebagian besar keadaan, gradasi seragam yang berada pada D50 dan D100 akan mengghasil D85. Berat batuan riprap sebaiknya mempunyai gradasi yang baik dari yang paling kecil sampai paling besar. Batu yang paling kecil dengan ukuran 5 atau 10 persen sebaiknya tidak melebihi 20 persen dari berat.
Gradasi riprap yang digunakan di lapangan diawasi dengan visual. Untuk membantu pengawas, dua atau lebih contoh batuan riprap untuk gradasi disiapkan melalui penyusunan, berat dan campuran. Setiap sampel beratnya 4,5 kg sampai 9,0 kg. Satu sampel ditempatkan di lapangan dan satunya di penambangan.
g. Ketebalan Lapisan
By : Salmani, MS, MT.
Page 15
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING Filter adalah lapisan antara tanah dasar dengan riprap yang terdiri dari kerikil, batuan kecil atau lapisan buatan
(seperti geotextile). Filter mencegah
perpindahan partikel pasir dari tanah dasar ke riprap melalui ruang udara (void), menyebarkan beban riprap agar terjadi penurunan tanah yang merata dan dapat melepaskan tekanan hidrostatis yang berada dalam tanah. Untuk daerah diatas permukaan air, filter dapat mencegah erosi. Filter seharusnya ditempatkan di tanah yang nonkohesif untuk membuat drainase bawah permukaan. Yang harus diperhatikan dalam desain dari filter yang terbuat dari kerikil dan lapisan buatan (geotextile) adalah kestabilan tebing yang digunakan untuk riprap. Kalau lubang filter terlalu besar, maka akan terjadi aliran piping yang berlebihan melalui filter sehingga dapat menyebabkan erosi dan keruntuhan tanah di bawah filter. Jika lubang filter terlalu kecil, maka akan terjadi tekanan hidrostatik di bawah filter yang dapat menyebabkan bidang runtuh sepanjang filter.
h. Filter Kerikil
Untuk riprap batuan, perbandingan antara filter ketebalan riprap sebesar 5 persen
atau
kurang
dapat
menghasilkan keadaan
yang
stabil.
Rasio
perbandingan filter adalah perbandingan antara 15 persen ukuran batuan kasar (riprap) (D15) dengan 85 persen ukuran pasir halus (D85). Persyaratan tambahan untuk stabilitas adalah perbandingan 15 persen ukuran batuan kasar dengan 15 persen ukuran pasir halus sebaiknya melebihi 5 tetapi kurang dari 40. Persyaratan ini dapat dituliskan secara matematis sebagai berikut :
D15 (CoarserLay er ) D85 ( FinerLayer )
5
D15 (CoarserLay er ) D85 ( FinerLayer )
40
(8.8)
Pertidaksamaan sebelah kiri bertujuan untuk mencegah piping melalui filter, bagian tengah agar permeabilitas dapat tercapai untuk struktur tanah dasar dan bagian kanan untuk kriteria keseragaman.
Kalau satu lapisan tidak mencukupi, satu atau lebih lapisan diperlukan lagi. Bahan filter ditempat di lapisan antara tanah dasar dan lapisan filter (blanket),
By : Salmani, MS, MT.
Page 16
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING diantara lapisan-lapisan filter kalau lebih dari satu lapisan filter dan diantara lapisan filter dengan batuan riprap. Ketebalan dari lapisan filter sebaiknya diantara 150 mm sampai 380 mm untuk lapisan tunggal atau dari 100 mm sampai 200 mm untuk satu lapisan dengan banyak lapisan filter (blanket). Ketika kurva gradasi filter yang digunakan mendekati paralel, maka ketebalannya harus minimum. Ketebalan dari satu lapisan filter sebaiknya ditingkatkan sampai batas mininum ketika kurva gradasi material filter menjauhi dari kurva paralel.
i. Filter buatan (Fabric Layer)
Selain kerikil yang digunakan sebagai filter, ada juga filter buatan yang terdiri dari buatan pabrik seperti geotekstil. Disini akan dibahas keuntungan dan kerugian menggunakan filter buatan (filter sudah jadi). Keuntungan menggunakan filter buatan (jadi) : 1. Pemasangan yang cepat dan hemat tenaga kerja 2. Filter buatan lebih ekonomis dibandingkan filter kerikil 3. Filter buatan mempunyai konsistensi dan bahan yang berkualitas baik 4. Filter buatan mempunyai kekuatan yang merata.
Kerugian menggunakan filter buatan (jadi) : 1. Pemasangan filter buatan agak sulit di bawah permukaan air. 2. Pemasangan filter buatan harus hati-hati agar tidak terkena sinar ultraviolet 3. Ketahanan filter buatan di bawah tanah belum teruji sepanjang waktu proyek rekayasa. 4. Aktivitas bakteri didalam tanah atau diatas filter dapat mempengaruhi sistem hidraulik dari filter buatan 5. Bukti eksperimen menunjukkan bahwa ketika tebing terkena gelombang, tanah nonkohesif akan berpindah ke bawah menuju saluran (sungai) dibawah filter sedangkan pada filter kerikil tidak terjadi. 6. Filter buatan dapat memberikan keruntuhan transional ketika digunakan pada riprap yang dipasang pada tebing yang curam.
By : Salmani, MS, MT.
Page 17
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING Fungsi dari filter buatan adalah membuat drainase dan filtrasi dari air. Dengan kata lain, filter buatan harus membuat air dapat melalui tanah. Kedua fungsi tersebut harus terjadi selama riprap dipasang. Meskipun filter buatan mudah menggunakannya, tetap diperlukan desain. Untuk lebih jelasnya, biasanya pembuat filter buatan memberikan petunjuk (manual) agar dapat menggunakan filter dengan baik.
j. Penanganan ujung
Ujung-ujung riprap seperti kaki dan kepala memerlukan penanganan khusus, yaitu sayap, kaki dan kepala.
Sayap Sayap dari dinding pengaman sebaiknya didesain dengan mengikuti gambar 8-5
Kaki Penggerusan ke bawah adalah salah satu mekanisme penyebab keruntuhan dinding. Kaki riprap sebaiknya didesain seperti pada gambar 8-6. Bahan (material) pengaman kaki harus diletakkan di pangkal kaki sepanjang riprap (lihat gambar 8-6). Kalau pangkal kaki tidak dapat digali, lapisan riprap (blanket rirap) harus dibatasi tebalnya, batuan kecil diletakkan di dasar saluran (lihat alternatif desain pada gambar 8-6). Perhatikan pada saat pemasangan material pada kaki sehingga material tidak mound dan membentuk flow dike, flow dike sepanjang kaki dapat menyebabkan konsentrasi aliran sepanjang saluran yang dapat menyebabkan
tegangan
sepanjang
dinding
pengaman
sehingga
terjadi
keruntuhan. Dan harus diperhatikan bahwa pemasangan batuan pada kaki tidak mempengaruhi desain saluran.
Penentuan ukuran batuan untuk kaki dipengaruhi oleh kedalaman penggerusan yang akan terjadi atau diprediksikan akan terjadi. Ketika penggerusan terjadi, maka batuan pada kaki akan jatuh ke dalam lubang hasil penggerusan. Kalau hal ini terjadi, maka kemiringan riprap akan mendekati 1V : 2H. Volume batuan yang digunakan harus mempunyai satu atau dua kali volume batuan yang digunakan untuk menutupi penggerusan setebal riprap.
By : Salmani, MS, MT.
Page 18
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING
By : Salmani, MS, MT.
Page 19
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING
By : Salmani, MS, MT.
Page 20
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING
k. Stabilitas Riprap
Stabilitas riprap tergantung dari faktor-faktor sebagai berikut : a. besar dan arah kecepatan aliran di sekitar riprap. b. sudut kemiringan tebing. c. karakteristik batuan termasuk geometri, sudut dan kepadatan Hubungan antara faktor-faktor diatas dapat dinyatakan dalam persamaan matematik sebagai berikut :
e2Wscos
= e1Ws sin cos + e3 Fd cos + e4F1
(8.9)
untuk lebih jelas lihat gambar 8-7.
By : Salmani, MS, MT.
Page 21
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING Faktor stabilitas terhadap rotasi didefinisikan sebagai perbandingan antara momen tahanan partikel yang berotasi terhadap berat yang tenggelam dan momen gaya air yang menyebabkan rotasi partikel dari posisi semula. Secara umum dapat dinyatakan pada persamaan matematik :
FS
e2Ws cos e1Ws sin cos e3 Fd cos
(8.10)
e4 Fl
Selain itu faktor kestabilan dapat didefinisikan sebagai :
SF
'
cos tan tan sin cos
tan
dimana
2l
1
(8.11)
cos 2 sin sin tan
(8.12)
o
(8.13)
S s 1 Ds '
1 sin( 2
)
(8.14)
dimana: Ds adalah ukuran batuan, SG adalah spesific gravity,
sudut antara
kecepatan lapangan dengan bidang horizontal yang menghasilkan gaya seret
o
berada pada tebing dengan sudut .
l. Penyederhanaan desain untuk riprap
Ketika kecepatan sepanjang tebing tidak mempunyai komponen arah ke bawah (seperti kecepatan sepanjang tebing arah horizontal), maka penyederhanaan desain dapat dilakukan. Untuk aliran horizontal sepanjang tebing, persamaan yang berhubungan dengan faktor stabilitas, angka stabilitas, sudut kemiringan tebing dan sudut batuan didapat dari persamaan 8.12 dan 8.14 dengan
tan
1
tan 2 sin
By : Salmani, MS, MT.
= 0, maka (8.15)
Page 22
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING '
1 sin 2
(8.16)
Persamaan 8.15 dan 8.16 dimasukan ke persamaan 8.11, didapat :
SF
Sm 2
2
4
(8.17)
dimana :
Sm
S m sec
(8.18)
tan tan
(8.19)
Sm2 SF 2 cos SF.Sm
(8.20)
m. Prosedur Desain Prosedur perencanaan rock riprap terdiri dari tiga bagian utama: analisis data awal (preliminary data analysis), ukuran batuan (rock sizing), dan detail desain revetment (revetment detail design). Flow chart yang menjelaskan prosedur desain diperlihatkan pada gambar 8-8.
By : Salmani, MS, MT.
Page 23
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING
ANALISIS
MULAI
DATA
AWAL
Pengumpulan Data Penentuan Debit Rencana Perubahan penampang melintang rencana
PENENTUAN UKURAN BATU
Hitung kekasaran luas N Y
Evaluasi kedalaman aliran seragam
Aliran seragam ?
N Elevasi muka air tetap (backwater)
Hitung parameter hidraulik lain
Koreksi sudut tebing
Penentuan ukuran riprap Masukkan keliling basah yang melapisi ?
Y Ukuran
By : Salmani, MS, MT.
hitung
sama
dengan
asumsi ?
Y A
Page 24
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING
A
Penentuan
Y
tinggi
gelombang
Erosi gelombang
?
N
Hitung ukuran batu yang stabil
Pemilihan ukuran batu Gradasi riprap Ketebalan selimut
DETAIL DESAIN
Panjang pengaman
Desain filter
Desain detail ujung/tepi SELESAI
Gambar 8-8. Flow Chart Prosedur Perencanaan riprap
By : Salmani, MS, MT.
Page 25
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING
1) Analisis data awal (Preliminary Data Analysis)
Langkah 1. Kumpulkan data lapangan yang diperlukan yang meliputi (survey penampang melintang saluran, data tanah, foto udara (aerial photographs), studi kasus, dll).
Langkah 2. Tentukan debit rencana. (lihat subbab 8.2.1)
Langkah 3.
Tentukan perkiraan perubahan (development) penampang
melintang rencana (lihat subbab 8.2.1). 2) Menentukan Ukuran batuan (Rock Sizing) Prosedur ini untuk menentukan ukuran batuan yang digunakan dalam desain agar keruntuhan riprap akibat erosi partikel dapat dicegah. Langkah 4. Hitung elevasi muka air rencana. A. Untuk menentukan elevasi muka air rencana, besarnya nilai kekasaran "n" Manning's dapat diperkirakan dengan memakai prosedur pada subbab 8.2.5. Jika riprap direncanakan untuk melapis seluruh keliling basah, ukuran riprap diperlukan untuk menentukan koefisien kekasaran "n". (lihat formulir 4 pada gambar 8.14). B. Jika penampang berbentuk trapezium, dan aliran dapat dianggap seragam, gunakan desain chart seperti dalam referensi 3. C. Jika penampang irregular atau aliran tidak seragam, elevasi muka air ditentukan
dengan
menggunakan
analisis
backwater
curve
atau
menggunakan program komputer seperti DUFLOW, HEC-2, dan lain-lain. D. Analisis backwater harus didasarkan pada conveyance weighting aliran pada saluran utama, bantaran kiri dan kanan. Langkah 5. Tentukan kedalaman dan kecepatan rata-rata rencana. A. Kedalaman rata-rata dan kecepatan pada umumnya digunakan sebagai parameter desain.
By : Salmani, MS, MT.
Page 26
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING B. Jika riprap didesain untuk pengaman tebing saluran, abutment, atau pilar dilokasi bantaran banjir, kecepatan dan kedalaman rata-rata di bantaran banjir yang digunakan. Langkah 6. Hitung faktor koreksi sudut tebing K1. Faktor koreksi sudut tebing adalah
K1
1
sin 2 sin 2
0.5
Dimana: : sudut bantaran dengan bidang horizontal : sudut batuan riprap Persamaan tersebut dapat diselesaikan dengan melihat grafik 4 pada gambar 8.19
Langkah
7. Tentukan ukuran riprap yang diperlukan untuk menahan erosi
partikel. A. Tentukan ukuran rata-rata batuan riprap dengan persamaan
D50
0.00594Va3 .5 1.5 d0avg K1
Dimana: D50 = ukuran rata-rata batuan riprap (m) Va = kecepatan rata-rata di tengah saluran (m/s) davg = kedalaman rata-rata aliran di tengah saluran Persamaan tersebut dapat diselesaikan dengan melihat grafik 1 pada gambar 8.16. B. Pada dugaan awal, faktor koreksi saluran digunakan. Tentukan faktor koreksi spesifik graviti rock riprap dan faktor stabilitas dengan persamaan C = Csg x Csf Dimana: Csg = 2,12/(SG – 1)1.5 SG = spesifik gravitasi batuan riprap Csf = (FS/1.2)1.5 FS = faktor stabilitas (lihat tabel 8-2)
By : Salmani, MS, MT.
Page 27
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING
C. Jika riprap direncanakan untuk pilar atau abutment diterapkan koreksi pier/abutment (CP/A) atau 3,38. D. Hitung ukuran rock riprap yang telah dikoreksi : D'50 = C(CP/A)D50 Langkah
8. Jika D50 digunakan dalam penentuan Manning's 'n' untuk
perhitungan backwater, kembali kelangkah 4 dan ulangi langkah 4 sampai 7.
Langkah
9. Jika gelombang permukaan turut diperhitungkan, maka lihat
formulir 2 pada gambar 8.12. A. Tentukan tinggi gelombang signifikan (grafik 6 pada gambar 8.21). B. Gunakan persamaan W50
H3 3 2.20 SG 1 cot s
dimana
s
adalah berat jenis
batuan (N/m3); H adalah tinggi gelombang; SG (spesific gravity) = 2.65. Persamaan diatas dapat diselesaikan dengan grafik 7 pada gambar 8.22 untuk menentukan ukuran batuan yang diperlukan untuk menahan aksi gelombang. Langkah 10. Pilih ukuran D50 riprap akhir, tentukan gradasi material (lihat Formulir 3 pada gambar 8.13), dan tentukan ketebalan lapisan riprap. Untuk menentukan gradasi material dapat dilihat pada tabel 8-2. Contoh klasifikasi gradasi riprap berdasarkan AASHTO dapat dilihat table 8-3. Spesific gravity diasumsi 2.65. Formulir dapat dijadikan sebagai alat untuk menentukan batas gradasi untuk menentukan tebal lapisan riprap melalui kriteria sebagai berikut : 1. Tebal lapisan riprap tidak boleh kurang dari diameter lingkaran batuan D100(W 100) atau lebih kecil dari 1.5 kali diameter lingkaran batuan D50(W 50). 2. Tebal lapisan tidak boleh kurang dari 300 mm untuk penempatan praktis. 3. Tebal lapisan yang diperoleh dari no (1) dan (2) harus ditambah 50 persen untuk riprap yang ditempatkan di bawah air. 4. Tambahan tebal lapisan antara 150 – 300 mm, bisa dengan menambah ukuran batuan, untuk melindungi lapisan dari gelombang akibat angin atau kapal yang lewat.
By : Salmani, MS, MT.
Page 28
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING
3) Detail Dinding Panahan (Revetment Details)
Langkah 11. Tentukan panjang pengamanan yang diperlukan (lihat bab 8.1)
Langkah 12. Tentukan tinggi pengaman yang sesuai (lihat bab 8.1)
Langkah 13. Desain lapisan filter mengikuti persyaratan dengan persamaan sebagai berikut :
D15 coarser layer D85 Finer layer
5
D15 coarser layer D15 Finer layer
40
Tentukan ukuran material filter yang sesuai, dan gradasinya. Tentukan ketebalan lapisan.
Langkah
14. Desain rincian daerah sudut (flanks and toe). Desain daerah
tersebut dapat dilihat subbab 8.3.1.1.14 tentang konsep desain.
Langkah 15 Hitung kestabilan riprap dengan menggunakan persamaan matematis yang ada bagian langkah desain kestabilan riprap.
n. Spesifikasi Material 1) Deskripsi Dalam pemasangan material ini, perlu diperhatikan dengan baik seperti pemasangan riprap di dasar dan sisi slope dari saluran atau seperti yang telah diarahkan oleh engineer. Tipe-tipe riprap adalah : a. Rock riprap Terdiri dari batu kali dengan filter blanket atau slope dengan rongga minimum serta batuan bergradasi baik. b. Rubble Terdiri dari material sisa konstruksi, termasuk didalamnya broken concrete, rock spoils, dan steel furnace slag.
By : Salmani, MS, MT.
Page 29
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING
2) Material Syarat-syarat materialnya adalah: a. Rock riprap Batuan yang digunakan haruslah keras, tahan lama, dalam bentuk angular, tahan terhadap cuaca dan air, tidak mengalami tekanan yang berlebihan, spoil, shale dan bahan organik, dan memenuhi gradasi yang telah disyaratkan. Lebar dan ketebalan dari batuan harus kurang dari 1/3 dari panjangnya. Batuan bulat (rounded stone) atau boulder tidak diperbolehkan kecuali telah diizinkan sebelumnya. Shale dan batuan dengan lapisan berserpih juga tidak dizinkan. Berat minimum haruslah 2,482 kg/m3 yaitu 1,000 kg/m3 dikalikan berat jenis (bulk-saturated-surface-dry basis, AASHTO Test T 85).
Asal batuan juga dapat menjadi pertimbangan dalam pemilihan batuan. Kelayakan batuan akan dipertimbangkan dengan tes uji kelayakan. Jika tes dibutuhkan, contoh batuan yang sesuai haruslah sudah ada minimum 25 hari sebelum pemasangan riprap dimulai. Apabila tidak ada tes uji tersebut, ketahanan bebatuan tersebut akan diperiksa dengan beberapa tes seperti dibawah ini : Tes abrasi. Jika menggunakan AASHTO Test T 96, maka batuan tidak boleh mengalami kehilangan sebesar 40% setelah 500 kali putaran. Pada lokasi dimana batuan yang terkena air garam, perlu dilakukan sulfate soundness test (AASHTO Test T 104 untuk
batuan
dasar
menggunakan
sodium
sulfat).
Kehilangan dari batuan pada hasil tes ini tidak boleh mencapai 10% untuk 5 kali siklus. Tes freezing and thawing (AASHTO Test T 103 untuk prosedur A ledge rock) digunakan untuk melihat ketahanan terhadap cuaca. Dan tidak boleh mengalami kehilangan lebih dari 10% dari 12 kali siklus.
By : Salmani, MS, MT.
Page 30
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING Riprap haruslah menggunakan batuan well-graded. Batuan yang
lebih
kecil
dari
10%
dari
batuan
dasar
tidak
diperbolehkan untuk digunakan sebanyak 10% dari setiap beratnya.
Kontrol terhadap gradasi perlu diperhatikan. Kontraktor haruslah menyediakan 2 contoh sampel batuan sedikitnya 2,27 kg setiap gradasi. Contoh sampel pada lokasi konstruksi merupakan bagian dari penyelesaian pengerjaan awal riprap. Sampel yang lain juga harus ada di lokasi. Sampel-sampel ini digunakan sebagai referensi dalam penentuan gradasi riprap. Perbedaan pendapat antara engineer dan kontraktor dapat diselesaikan dengan memeriksa gradasi dari 2 buah truk yang dipilih secara acak. Peralatan mekanik, pengaturan lokasi, dan buruh juga perlu diperhatikan oleh kontraktor.
b. Rubble Material yang digunakan haruslah keras (hard), tahan lama (durable), dalam bentuk angular, tahan terhadap cuaca dan air, tidak mengalami tekanan yang berlebihan, spoil, shale dan bahan organik, dan memenuhi gradasi yang telah disyaratkan. Lebar dan ketebalan dari batuan harus kurang dari 1/3 dari panjangnya. Dalam pemilihan material yang digunakan perlu perhatian dan pengalaman yang lebih.
3) Syarat-Syarat Konstruksi A. Umum Tebing yang dilindungi oleh riprap haruslah bebas dari semak-semak, pepohonan, tunggul, dan objek material lainnya yang mengganggu kerataan permukaan slope. Semua material yang lembut atau berongga dipindahkan ke bagian dalam tanah dan digantikan dengan material alami lainnya. Daerah pengisian dipadatkan sebagai embankment. Untuk Toe trench digali dan dijaga sampai riprap telah diletakkan.
By : Salmani, MS, MT.
Page 31
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING Perlindungan terhadap struktur pondasi harus dilakukan secepatnya setelah konstruksi pondasi diizinkan untuk dimulai. Daerah yang dijaga haruslah terbebas dari material sisa dan begitu juga permukaannya. Tipe riprap akan disesuaikan dengan spesifikasi yang telah di modifikasi oleh ketentuan khusus.
Filter blanket atau filter fabric diletakkan pada slope yang telah disediakan atau daerah dengan perlindungan pondasi seperti tertera pada Table 8 sebelum batuan diletakkan. 1. Standard Kualitas Minimum a. Fiber yang digunakan pabrik untuk geotextile terdiri dari rangkaian sintetis polymer dengan komposisi sedikitnya 85% dari beratnya terdiri dari polyolafin, polyester atau polyamide. b. Geotextile dengan ketahanan rendah terhadap sinar ultraviolet (lebih dari 30% kehilangan pada 500 jam ASTM D-4355) tidak boleh terkena sinar matahari lebih dari 7 hari. Geotextile dengan ketahanan yang lebih tinggi tidak boleh lebih dari 30 hari. Catatan : geotextile dapat dibuat untuk menahan lebih lama sinar ultraviolet, sebagai contoh tahan selama bertahun-tahun (5 – 25 tahun), tetapi jarang ditemukan. c. Syarat-syarat Fisik dapat dilihat pada Table 8 dibawah ini
Table 8. Syarat Minimum Yang Dianjurkan Untuk Fabric Sintetis (Geotextile) Yang Digunakan pada Noncritical (1)/ Nonsevere Drainage (2), Penyaringan. Dan Pengontrolan Erosi
2. Sifat Hidraulik Minimum a.
Ketahanan Pipa (Soil Retention) (8) 1. Tanah dengan 50% atau kurang dari berat partikel lolos pada US No. 200 Sieve (9), AOS (10) kurang dari 0,6 mm (lebih besar dari #30 US Std. Sieve)
By : Salmani, MS, MT.
Page 32
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING 2. Tanah yang lebih dari 50% berat partikel lolos US No. 200 Sieve (9), AOS (10) kurang dari 0,3 mm (lebih besar dari #50 US Std. Sieve) b.
Permeabilitas
K dari fabric (11) lebih besar dari K tanah. Kontraktor haruslah menjaga riprap sampai semua pekerjaan dari kontrak telah selesai. Perawatan termasuk didalamnya perbaikan yang rusak akibat beberapa sebab.
B. Rock Riprap Batuan riprap diletakkan pada slope yang telah disediakan dan harus menjadikan batuan yang bergradasi baik (well-graded) dengan rongga (voids) yang minimum. Keseluruhan batuan diletakkan pada alur dan grade serta ketebalan sesuai rencana yang telah ditetapkan. Jangan sampai terjadi pergeseran pada material dasar. Pemasangan riprap pada lapisan dengan menggunakan chute atau metode lainnya jangan sampai mengakibatkan segregasi.
Batuan yang lebih besar dan seluruh batuan haruslah terdistribusi baik dan gradasi seperti yang diarahkan oleh engineer. Material yang menjadi pelindung riprap (riprap protection) diletakkan jangan sampai menumpuk.
Maksud dari meletakkan seluruh material pada tempatnya guna menghasilkan pemadatan riprap protection yang baik. Pemindahan dengan tangan atau peralatan mekanik mungkin akan dibutuhkan untuk mendapatkan hasil tertentu.
Riprap protection diletakkan pada konjungsi dalam konstruksi embankment yang pembuatan dari riprap protection penting untuk pelaksanaannya dan mencegah tercampurnya embankment dengan riprap. Kontraktor menjaga riprap protection sampai diterima langsung dan material yang dipindahkan untuk alur dan grade tidak menambah biaya bagi pemerintah.
By : Salmani, MS, MT.
Page 33
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING
Jika riprap dan material filter diletakkan di bawah air, ketebalan lapisan mesti ditingkatkan dan metode yang digunakan harus dapat meminimalisasikan segregasi.
Catatan : 1. Penggunaan
dalam
kondisi
darurat
(Critical
applications)
menyebabkan resiko kehilangan umur konstruksi, potensial untuk kerusakan struktur, atau biaya perbaikan yang terlalu membebani biaya instalasi. 2. Severe applications termasuk draining gap graded atau pipeable soil, gradien hidraulik yang tinggi atau kebalikannya, atau kocyclic flow conditions. 3. Semua nilai mewakili nilai rata-rata, contoh nilai untuk sampel (rata-rata dari seluruh hasil spesimen) harus sama atau lebih besar dari 2 sigma confidence level. Nilai ini disadari lebih kecil dari biasanya pada literatur pabrik. 4. Penerapan filtrasi dan drainase kelas A untuk fabric dimana pada pemasangan lebih berat daripada kelas B. Contoh penggunaan very sharp angular agregate, derajat kepadatan yang tinggi, atau kedalaman trench lebih dari 3 m. 5. Filtrasi dan Drainase Kelas B adalah dimana fabric yang digunakan dengan permukaan smooth graded tanpa sharp angular, pemadatan yang ringan, dan trench kurang dari 3 m. 6. Erosi Kontrol Kelas A adalah dimana fabric dengan kondisi instalasi lebih berat daripada kelas B. Contoh letak ketinggian batuan kurang dari 0,91 m dan berat batuan tidak melebihi 113 kg. Percobaan lapangan dibutuhkan dimana tinggi batuan tidak melebihi 0,91 m atau berat batu lebih dari 113 kg. 7. Erosi Kontrol Kelas B dimana fabric yang digunakan dilindungi oleh sand cushion atau “zero drop height”. 8. Desain hasil analisa engineering yang sesuai antara tanah, kondisi hidraulik, dan geotextile adalah penting (khusunya untuk aplikasi kritis/severe). Permasalahan tanah yang tidak boleh
By : Salmani, MS, MT.
Page 34
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING digunakan adalah lumpur, dan tanah seragam dengan 85% lolos ayakan #100. 9. Bila protected soil berukuran partikel lebih besar dari #4 US Std. Sieve size, maka hanya digunakan gradasi tanah yang lolos #4 US Std. Sieve dalam pemilihan fabric. 10. AOS untuk geotextile dicari dengan TF #25 method 6 Permeabilitas untuk geotextile dicari dengan TF #25 method 5
o. Contoh perencanaan riprap Berikut ini diberikan contoh bagaimana menggunakan metode desain dan prosedur seperti yang dijelaskan di atas. Dua contoh diberikan; contoh 1 rencana riprap sebagai pelapis saluran. Contoh 2 rencana riprap sebagai pengamanan tebing.
1) Contoh 1 Suatu ruas saluran sepanjang 381 m merupakan hasil realignment agar diperoleh lahan untuk pelebaran suatu jalan yang ada (eksisting). Akibat realignment saluran, terjadi pengurangan panjang dari 381 m sampai 305 m. Kapasitas saluran 141,6 m3/s. Kondisi lainnya : Aliran dapat dianggap seragam atau berubah lambat laun; Profil saluran eksisting menunjukkan bahwa kemiringan dasar bagian ruas yang lurus adalah 0,0049; Material saluran terdiri dari butiran dari pasir sampai kerikil kasar dengan gradasi seperti pada Formulir 3. Kurva gradasi menunjukkan karakteristik tanah sebagai berikut: D85 = 0,032 m D50 = 0,018 m D15 = 0,001 m K (permeability) = 3,5 X 10-4 m/s rock riprap yang tersedia mempunyai specific gravity (SG) 2,65. Rencanakan riprap sebagai pelapis saluran yang stabil. Grafik-grafik yang digunakan dalam contoh ini diberikan pada Formulir 1 (gambar 8.11), Grafik 4
By : Salmani, MS, MT.
Page 35
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING (gambar 8.19), Grafik 3 (gambar 8.18), Grafik 1 (gambar 8.16), Grafik 2 (gambar 8.17), Formulir 3 (gambar 8.13), dan Formulir 4 (gambar 8.14).
Langkah 1. Kumpulkan Data lapangan lihat informasi yang diberikan dalam contoh ini. Data lapangan lain berupa site history, geometric, site topography, dan lain-lain.
Langkah 2. Debit rencana. Lihat subbab 8.2.1 Diberikan sebagai 119 m3/s. Debit pada saluran utama sama dengan debit rencana karena saluran utama dapat menampung debit rencana. Langkah 3. Desain potongan melintang. Lihat subbab 8.2.3 Seperti dijelaskan, penampang direncanakan berbentuk trapesium. Asumsi awal, lebar dasar 6,1 m dengan kemiringan slope samping 1V:2H. lihat Formulir 1 pada gambar 8.11.
Langkah 4. Hitung elevasi muka air rencana. (a) Tentukan koefisien kekasaran dengan menggunakan Formulir 4 (lihat subbab 8.2.5). Gunakan prosedur seperti yang dijelaskan pada bab 5. n = (nb +n1 +n2 +n3 +n4 )m nb : base channel "n" slope = 0.0049 > 0.002 Oleh karenanya, gunakan persamaan 4 untuk perhitungan base n. nb = 0,3225 Sf 0,38 R-0,16 anggap R = 2,43 m nb = 0,037 n1 : faktor ketidakteraturan n1 = 0,00 untuk saluran alam yang halus n2 : variasi penampang melintang n2 = 0,00 bila bentuk penampang melintang tetap n3 : pengaruh hambatan
By : Salmani, MS, MT.
Page 36
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING n3 = 0,00 jika tidak ada hambatan n4 : jumlah tanaman n4 = 0,003 sedikit (anggap sedikit tumbuh di riprap) m : derajat meander m = 1.0 jika ruas lurus n = (0,037+0,00+0,00+0,00+0,003)1 n = 0,040 (b) Hitung kedalaman aliran. Persamaan
Manning's
dapat
digunakan
untuk
menentukan
kedalaman normal (gunakan program komputer, atau chart dan tabel yang tersedia dalam buku hidraulika saluran terbuka)
Q = (1/n) A R2/3 S1\2 ganti d = 3,60 m Kolom 1 dari Formulir 1 pada gambar 8.11 Hitung jari-jari hidraulik untuk membandingkan dengan nilai yang digunakan pada langkah 4a (gunakan program komputer yang tersedia, chart dan tabel, atau perhitungan secara manual).
R = A/P R = 47,9/22,2=2,16
R = 2,16 tidak sama dengan yang diasumsikan = 2,43 Oleh sebab itu, kembali ke langkah 4a nb = 0,3225 (0,0049)0,38 (2,16)-0,16 nb = 0,038 n = (0,038 + 0,003)1 = 0,041 yang mendekati 0,040 seperti yang digunakan ditas, oleh sebab itu, d = 3,60 m (Kolom 1 dari Formulir 1 pada gambar 8.11)
Langkah 5. Tentukan parameter rencana A = 3,6(3,6(4) + 6,1 + 6,1)/2 = 47,8 m2 (Kolom 2 dari Formulir 1) Va = Q/A = 141,6/47,8 = 2,96 m/s (Kolom 3 dari Formulir 1) da = d = 3,60 m (dasar saluran seragam) (Kolom 4 dari Formulir 1)
Langkah 6. Faktor koreksi sudut tebing.
By : Salmani, MS, MT.
Page 37
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING = 1V:2H (Kolom 5 dari Formulir 1). f = 41° (Grafik 4) K1 = 0,73 (Grafik 3)
Langkah 7. Tentukan ukuran riprap. l (a) Gunakan Grafik 1 untuk dasar saluran D50 = 0.085 m (Kolom 8 dari Formulir 1) untuk tebing saluran D50 = 0,131 m (Kolom 8 dari Formulir 1)
(b) spesifik gravity (SG) Riprap = 2,65 (diberikan) (Kolom 10 dari Formulir 1) faktor kemantapan = 1.2 (aliran seragam) C = 1 dari Grafik 2.
(c) tidak ada pilar atau abutment untuk evaluasi dalam contoh ini, oleh sebab itu: Cp/a = 1 (Kolom 12 dari Formulir 1)
(d) Ukuran riprap yang dikoreksi Untuk dasar saluran: D'50 = D50 = 0,085 m (Kolom 13 dari Formulir 1) Untuk tebing saluran: D'50 = D50 = 0,131 m (Kolom 13 dari Formulir 1)
Langkah 8. tidak dapat digunakan
Langkah 9. Gelombang permukaan. Gelombang permukaan tidak diperhitungkan pada contoh ini. Langkah 10. Tentukan ukuran Riprap, Gradasi, dan ketebalan lapisan. Ukuran D50: D50 = 0,29 m (untuk seluruh penampang basah) lihat Formulir 1. Gradasi: lihat Formulir 1. Ketebalan lapisan (T): T = 2 D50 =0,29 m T = 0,58 m
By : Salmani, MS, MT.
Page 38
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING atau T = D100 = 0,40 m gunakan T = 0,60 m lihat Formulir 1.
Langkah 11. Panjang pengamanan. Lihat subbab 8.2.6. Pelapisan dengan riprap ditetapkan pada sepanjang ruas lurus.
Langkah 12. Panjang vertikal pengamanan. Lihat subbab 8.2.6. Riprap meliputi semua keliling basah sampai kepuncak lereng. Langkah 13. perencanaan lapisan filter. (a) ukuran material filter:
D15 coarser layer D85 Finer layer
D15 coarser layer D15 Finer layer
5
40
Untuk riprap pada interface tanah:
D15 riprap D85 tan ah
0.18 0.032
6 5
Dan;
D15 riprap D15 soil
0.18 180 0.001
40
Oleh sebab itu, suatu lapisan filter diperlukan. Coba 50 mm filter dengan kerikil kasar dengan gradasi seperti pada Formulir 3 pada gambar 8.13.
Untuk filter pada interface tanah:
D15 filter D85 soil
0.030 0.032
0.94 5
Dan;
By : Salmani, MS, MT.
Page 39
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING D15 filter D15 soil
0.030 0.001
30
5 dan 40
Oleh sebab itu, filter pada interface tanah adalah cocok (OK).
Untuk riprap pada filter interface:
D15 riprap D85 filter
0.18 0.061
3 5
0.18 0.030
6
Dan;
D15 filter D15 soil
5 dan 40
Dengan demikian, material filter 50 mm adalah sesuai.
(b) Ketebalan lapisan filter: Jika kurva gradasi tanah dan kurva gradasi lapisan filter bukan mendekati paralel, gunakan ketebalan lapisan 200 mm. Langkah 14. Detail ujung sudut (edge). Lintasan penampang basah bagian dalam; detail ujung sudut dapat dilihat pada Gambar 8-7. (juga lihat sketsa pada Formulir 1 pada gambar 8.11).
Langkah 15 : Stabilitas riprap Dalam contoh soal ini diketahui : SS = 2,65 =26,60 DS = 0,131 m (dari perhitungan pada langkah sebelumnya) = 1000 kg/m3 S = 0,0049 = 400
diambil
= 900
Maka : o
= 0,75
b
By : Salmani, MS, MT.
Page 40
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING b
=
b.
d.s
= 1000. 3,6. 0,0049 = 17,64 kg/m2 o
= 0,75 x 17,64 = 13,23 kg/m2
Berdasarkan data yang sudah ada, maka bilangan stabilitas untuk partikel bidang datar :
1,95 x13 ,23 ( 2,65 1 )x1000 x0 ,131
η
0,12
selanjutnya sudut antara arah pergerakan partikel dan bidang vertikal :
tan
Cos 90 0 2 Sin 26 ,6 0 Sin 90 0 0 9 ,35 x tan 40
1
=0
Berdasarkan
dan
maka dapat dihitung angka stabilitas partikel pada tebing
(lereng) :
' 0,12
1 Sin(90 0 2
0)
= 0,12. Sehingga diperoleh:
FS
Cos 26,60 tan 400 0,12 tan 400 Sin26,60 Cos 0
0,75 0,548
1,37 1,1
ok.
2) Contoh 2 Site yang diilustrasikan pada gambar 8-1 mengalami pergerakan lateral menuju route 1 (lihat gambar 8-1a). Rencanakan revetment riprap yang stabil untuk menghindari erosi tebing. Kondisi tambahan yang diperlukan adalah : Aliran berubah lambat laun; Karakteristik saluran seperti yang diuraikan dalam subbab 8.2.3;
By : Salmani, MS, MT.
Page 41
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING Survey topographic menunjukkan: Kemiringan saluran = 0,0024 1. Lebar saluran = 91,4 m 2. Jari-jari tikungan = 365,8 m . Dasar saluran dilapisi dengan material batu sesar (cobble) dengan ukuran diameter D50 sekitar 0.15 m; Tanah tebing adalah pasir berlanau seperti dapat dilihat pada kurva gradasi pada Formulir 3 pada gambar 8-13. Kurva gradasi tersebut menunjukkan karakteristik tanah sebagai berikut: D85 = 0,0013 m. D50 =0,0005 m. D15 = 0,00014 m. K (permeabilitas) = 1 x 10-6 m/s Bahan riprap yang tersedia mempunyai specifik gravity (SG) 2,60, dan dapat dianggap sebagai angular. Pengamatan lapangan menunjukkan bahwa tebing secara umum tergerus daerah hilir ujung tikungan; erosi juga diamati pada daerah hilir tikungan dan udik sampai ke titik seperempat tikungan; Tinggi tebing sepanjang tergerus tebing (cut bank) mendekati 2,7 m.
Formulir dan grafik yang digunakan dalam contoh 2 ini sama dengan pada contoh 1. Penyelesaian: Langkah 1. Kumpulkan Data Lapangan. Lihat informasi yang diberikan dalam contoh ini. Lihat kasus yang diberikan dalam subbab 8.2.3.
By : Salmani, MS, MT.
Page 42
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING
Gambar 8-9. Potongan melintang sungai pada contoh 2, mengilustrasikan aliran dan kedalaman gerusan potensial
Langkah 2. Debit rencana. Lihat subbab 8.3.1. Diberikan 1,112 m3/s. Dari analisis backwater pada ruas ini, diperoleh bahwa debit pada saluran utama (Qmc) adalah 982.6 m3/s.
Langkah 3. Desain penampang melintang. Hanya tebing saluran yang diperkuat; oleh sebab itu, penampang saluran akan tetap seperti saluran eksisting dengan sudut tebing sesuai untuk mendukung revetment riprap. Gambar 8-9 meilustrasikan bagian saluran eksisting. Untuk meminimalkan kehilangan vegetasi tebing, dan batas the encroachment pada saluran pada lahan yang berdekatan, kemiringan slope yang digunakan 1V:2H. Seperti telah diberikan, tinggi tebing sepanjang tebing yang tergerus adalah 2,7 m. Langkah 4. Hitung elevasi muka air rencana. (a) Tentukan koefisien kekasaran. Lihat subbab 8.2.5. Gunakan prosedur dari Formulir 4.
By : Salmani, MS, MT.
Page 43
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING n = (nb +n1 +n2 +n3 +n4) m nb: base channel "n" kemiringan = 0.0024 > 0.002 gunakan persamaan 4 untuk perhitungan harga nb. nb = 0,3225 Sf 0,38 R-0,16 anggap R = 3,05 m nb = 0,028 n1: faktor ketidakteraturan n1 = 0,005 kecil – untuk slope tererosi sedang (moderately eroded side slopes) n2: variasi penampang melintang n2 = 0,005 jika perubahan penampang jarang menggeser aliran (occasional shape changes cause flow shifting) n3: efek hambatan n3 = 0,000 tidak ada hambatan n4: jumlah tanaman n4 = 0,000 tidak ada tanaman m: derajat meander m = 1,1 minor to appreciable n = (0,028 + 0,005 + 0,005 + 0,000 + 0,000) 1,10 n = 0,042 Ini menunjukkan nilai "n" di ruas saluran yang digunakan untuk analisis backwater curve.
(b) Hitung kedalaman aliran. Kedalaman aliran ditentukan dari analisis backwater. Maksimum kedalaman saluran utama ditentukan menjadi: dmax = 4.6 m, kolom 1 pada Formulir 1 pada gambar 8.11 Jari-jari hidraulik untuk saluran utama: R = 3,2 m (dari analisis backwater) Anggap R (3 m) mendekati nilai R aktual, oleh sebab itu, "n" Seperti yang dihitung adalah OK.
Langkah 5. Tentukan parameter rencana lainnya. Dari analisis backwater : (semua harga saluran utama).
By : Salmani, MS, MT.
Page 44
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING A =838,2 m2, kolom 2 pada Formulir 1 Va = 3,84 m/s, kolom 3 pada Formulir 1 da = d = 3,66 m, kolom 4 pada Formulir 1
Langkah 6. Faktor-faktor koreksi sudut tebing. = 1V:2H, kolom 5 pada Formulir 1 = 410, kolom 6 pada Formulir 1 (dari grafik 4 pada gambar 8.19) K1 = 0,73, kolom 7 pada Formulir 1 (dari grafik 3 pada gambar 8.20)
Langkah 7. Tentukan ukuran riprap. (a) Gunakan gunakan grafik 1 pada gambar 8.11. D50 = 0,27 m, kolom 8 pada Formulir 1 (b) spesifik gravity = 2,60 (diberikan). kolom 10 pada Formulir 1. Faktor stabilitas = 1,6. kolom 9 pada Formulir 1. (aliran berubah lambat laun, tikungan tajam – jari-jari tikungan terhadap lebar = 4). C = 1,6 lihat grafik 2 pada gambar 8.17 (c) tidak ada piers atau abutments, oleh sebab itu : Cp/a = 1, kolom 12 pada Formulir 1
(d) Ukuran riprap yang dikorosi: D'50 = D50 = (1,6)(1,0) = 0,44 m, kolom 13 pada Formulir 1
Langkah 8. tidak dapat digunakan
Langkah 9. Gelombang permukaan. Gelombang permukaan tidak diperhitungakan.
Langkah 10. Tentukan ukuran riprap, gradasi, dan ketebalan lapisan. Ukuran D50: D50 = 0,55 m Gradasi: lihat Formulir 1, Ketebalan lapisan (T): T = 2 D50 = 2(0,55) T = 1,10 m
By : Salmani, MS, MT.
Page 45
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING atau T = D100 = 0,68 m gunakan T = 1,10 m Langkah 11. Panjang pengamanan. Lihat subbab 8.2.6. Pengamatan lapangan menunjukkan bahwa tebing secara umum tergerus pada daerah hilir tikungan, erosi juga diamati di hilir apex tikungan dan udik sampai pada titik seperempat tikungan. Penetapan riprap untuk pengamanan tebing mulai dari suatu titik 91,4 m (W) udik pada bank entrance sampai ke suatu titik 137 m (1,5 W) hilir ujung tikungan.
Langkah 12. Panjang vertikal pengamanan. Lihat subbab 8.2.6. Riprap pada seluruh tebing saluran dari atas tebing sampai kedalaman bawah merupakan cara untuk mengantisipasi gerusan. Kedalaman gerusan dievaluasi seperti yang diilustrasikan dalam subbab 8.2.6: ds = 2,0 D50-0,11 ds = 2,0(0,55)-0,11 =2,14 m Penambahan ini untuk mengantisipasi kedalaman maksimum potensi gerusan: 4,6 + 2,1 = 6,7 m
Material tebing harus ditempatkan sampai pada kedalaman ini, atau suatu volume batu yang cukup akan ditempatkan pada tapak tebing untuk pengamanan kedalaman gerusan yang diperlukan.
Langkah 13. Perencanaan lapisan filter. (a) ukuran material filter: Formulir 5 pada gambar 8F-5.
D15 coarser layer D85 Finer layer
5
D15 coarser layer D15 Finer layer
40
Untuk riprap pada interface tanah:
D15 riprap D85 tan ah
0.15 0.0013
115 5
Dan;
By : Salmani, MS, MT.
Page 46
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING D15 riprap D15 filter
0.15 0.00014
1071
40
Oleh sebab itu, suatu lapisan filter diperlukan. Coba 13 mm filter kerikil halus dengan karakteristik gradasi seperti yang diilustrasikan dalam Formulir 3.
Untuk filter pada interface tanah:
D15 filter D85 tan ah
0.0047 0.0013
3. 7 5
Dan;
D15 filter D15 tan ah
0.0047 0.00013
33 .6 5 dan 40
Oleh sebab itu, filter pada interface tanah adalah OK.
Untuk riprap pada filter interface:
D15 riprap D85 filter
0.15 0.03
5
5
Dan;
D15 riprap D15 filter
0.15 0.0047
32
5 dan 40
Oleh sebab itu, material filter 13 mm cukup memadai. Lihat Formulir 3 untuk tanah, filter granular, dan kurva gradasi riprap.
(b) Ketebalan lapisan filter: Gunakan ketebalan lapisan 200 mm.
Langkah 14. Detail sudut. (a) detail sayap (flank): lihat gambar 8-10. (b) detail tapak (toe): lihat gambar 8-10. Potensi kedealaman gerusan di bawah dasar saluran eksisting pada tebing (d's) merupakan kedalaman gerusan yang dihitung dalam langkah 12 minus elevasi dasar yang ada pada tebing: lihat gambar 8-10. 6,7- 3,2 = 3,5 m kuantitas batuan (Rock quantity) yang diperlukan dibawah dasar eksisting:
By : Salmani, MS, MT.
Page 47
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING Rq = 0.0283 d's (sin-1 )(T)(1.5) dengan: Rq = jumlah riprap yang diperlukan per m tebing (m2) = sudut tebing terhadap sudut datar (degrees) T = ketebalan lapisan riprap (m) Rq = (3,048) (2,24) (0,9144) (1,5) = 9,38 m2 Tapak saluran trapezium kedalaman 1,83 m (deep trapezoidal toe trench) dengan kemiringan samping 1V:2H dan 1V:1H, dan suatu lebar dasar 1,8 m mengandung volume yang cukup.
Langkah 15 : Stabilitas riprap Sama seperti pada contoh 1, kestabilan riprap pada contoh 2 juga dihitung dengan menggunakan formula yang sama. Dari data dan hasil perhitungan di atas diperoleh: Ss= 2,60 ; Diambil
= 26,60 ; D50 = 0,27 m ; d = 3,66 m ; S = 0,0024 ; SF = 1,60.
= 400, dan
SF = 1,61 > 1,60
By : Salmani, MS, MT.
= 900, maka diperoleh : ok.
Page 48
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING
By : Salmani, MS, MT.
Page 49
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING Formulir 1. Ukuran Riprap Proyek……………………………………………………………………………… Uraian ………………………………………………………………………..
Sketsa Penampang :
Q Total Q RB
Kedalaman of WS. (m) 1
QMC
A
Va
d3
(m2) 2
(m/sec) 3
(m) 4
5
QLB
6
Sketsa Rencana :
1.22 m
Disiapkan Oleh/tanggal :…………………/…………..……….. Diperiksa Oleh/tanggal :…………………/……………………… Lembar……………………dari…………………….
Q TOTAL QMC
Karakteristik Tanah D15
QLB
D50
QRB
D85
K1
D50
SF
Ss
C
CP/A
D50
Catatan
7
(m) 8
9
10
11
12
(m) 13
14
Karakteristik Riprap : UKURAN : KETEBALAN : 20 50 2
3.61 m
1.22 m
1
AASSHTO Gradasi :
6.1 m
D100 gunakan Ukuran Persen (m) Lebih halus 100 50 5 - 10
Karakteristik Buatan : Butiran : Ukuran
Persen
(m)
Lebih Halus 85 50 15
Fabric : AOS' < Perm > Ukuran Buka Rata-rata
1. Elevasi Permukaan Air
5. Kemiringan Tebing
9. Faktor Stabilitas
13. Koreksi D50 = 8 + 11 + 12
2. Luas Basah Saluran Utama
6. Sudut Geser Alam Riprap (grafik 4)
10. Spesifikasi Gravitasi Riprap
14. Catatan atau Komentar
3. Kecepatan Rata-rata Saluran Utama
7. Koreksi Sudut Tebing (chart 3)
11. Faktor Koreksi Ukuran Riprap (grafik 2)
4. Kedalaman Rata-rata Saluran Utama
8. Ukuran Riprap (grafik 1)
12. Koreksi untuk Pilar/Abutment Correction (3.38 jika diambil secara umum)
Gambar 8-11. Formulir ukuran riprap
By : Salmani, MS, MT.
Page 1
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING Formulir 2 Proyek :………………………………………………………………………………………………….. Disiapkan Oleh/Tanggal :….../…………… Uraian :………………………………………………………………… Diperiksa Oleh/Tanggal :………/………… Lembar……dari……
Kecepatan Angin (mph)
fetch (m)
Hb (m) 1
e
Rv Ho 2
Faktor Koreksi 3
Rv (ft.) 4
Ukuran Riprap : D50…………………ft.
Ketebalan Revetment : 2D 50……………………………ft.
Jenis………………..
D100……………………..………ft. Digunakan……………………..ft.
D50 (ft.) 5
Gambar 8.12. Formulir Ukuran riprap - Erosi Gelombang
By : Salmani, MS, MT.
Page 2
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING
Gambar 8.13 Formulir 3 Gradasi Material
By : Salmani, MS, MT.
Page 3
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING Formulir 4. Evaluasi Kekasaran PROYEK : Contoh 1 ………………………………………… Disiapkan Oleh/Tanggal :…………… URAIAN : …………………...……………………………………….. Diperiksa Oleh/Tanggal : ……………… ………………………………………………………………… Lembar………dari… Perkiraan harga n FAKTOR
Uraian Kondisi Kemiringan = 0.0049; persamaan 4 tak beraturan, n1 (2) Kekasaran saluran pada kondisi alamiah menikung, n2 (2) ukuran dan bentuk dari potongan melintang
harga n 0.037 0.000
Harga awal n, nb (1,2)
0.000
penyempitann, n3 (2)tanpa penyempitan
0.000
Vegetasi, n4 (2)
0.003 1.000 0.040 0.040
belokan, m (2)
sedikit vegetasi (beberapa tumbuh dipermukaan riprap) mendekati lurus bobot n ditambah harga n (3) n yang digunakan
nb = {0.328 (D50)0.5} / (1.092 da) nb = 0.429 D50
0.167
untuk 1.5 < da / D50 < 35 untuk 35 < da / D50 < 30.000
nb = 0.3225 Sf R -0.16
(2) lihat referensi (17) (3) n = m(n1+n2+n3+n4)
untuk aliran pegunungan yang tidak kontinyu
Gambar 8.14. Formulir 4 Evaluasi Kekasaran
By : Salmani, MS, MT.
Page 4
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING Formulir 5. Perancangan Saringan Proye :………………………………………………………………………………………………….. Disiapkan oleh/Tanggal :……../……… Uraian :…………………………………………………………………………………………… Diperiksa oleh/ Tanggal : …./……… lembar………dari………. SARINGAN BERBUTIR : LAPISAN
URAIAN
RANGKUMAN :
D15
D85
ft.
ft.
URAIAN LAPISAN
RASIO
D15 Kasar D85 Halus
D15
D85
<5<
D15 Kasar D85 Halus
<40
KETEBALAN
SARINGAN BUATAN : Jenis bentuk fisik : Sifat Hidraulik Tahanan Pipa < 50% Saringan # 200 AOS < 0.6 mm < 50% saringan # 200 AOS < 0.3 mm Permeabilitas Permeabilitas Tanah < Permeabilitas Buatan Seleksi Spesifikasi Saringan Buatan………………………………………………………………..
Gambar 8.15 Formulir 5 Perancangan Saringan
By : Salmani, MS, MT.
Page 5
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING 0.08 d
D50
Va
a ve
0.036
1.0
15
0.1 0.10
8.0
6.0 8.0
0.2
K1
1.0 4.0
6.0
3.0
0.3
0.5 0.4
0.4 0.3
4.0
0.6
3.0
0.8
2.0
1.0 2.0
1.5
2.0
1.0
Contoh Diketahui Va = 2.96 m d (ave) = 3.6 m K1 = 0.73
Solusi D50 = 0.13 Dic ari: D50
Gambar 8-16. Hubungan Ukuran Riprap
Petunjuk Penggunaan Nomograph pada gambar 8-16: 1. Tentukan havg (kedalaman rata-rata), kecepatan rata (vavg) dan faktor koreksi tebing (K1). 2. Plot masing-masing nilai parameter pada masing-masing garis grafik. 3. Tarik garis dari havg ke vavg dan perpanjang sampai garis polos yang terletak diantara vavg dan K1. 4. Tarik garis lurus dari titik perpotongan di garis polos yang terletak diantara vavg dan K1 melalui K1 sampai garis grafik D50. 5. Baca hasilnya pada perpotongan garis perpanjang dengan garis grafik D50 .
By : Salmani, MS, MT.
Page 6
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING
C = 1.61 SF 1.5 / (SS -1) 1-5 C = D50 FAKTOR KOREKSI
SF = FAKTOR STABILITAS SS = GRAVITASI BATU C
SS
SF
5.0
2.0
2.0 4.0
1.9
2.1
1.8 3.0
2.2
1.7 2.5 1.6
2.3 2.0
1.5
2.4
1.4
1.5
2.5
1.3
2.6 1.0
2.7
1.2
0.8
2.8
1.1 2.9 0.6
3.0
1.0
0.5 CONTOH DIKETAHUI SS = 2.65 SF = 1.2
DICARI : C
SoluSI C = 1.0
Gambar 8-17. Faktor Koreksi untuk Ukuran Riprap
Petunjuk Penggunaan Nomograph pada gambar 8-17: 1. Tentukan nilai Ss dan SF (Safety Factor) 2. Plot nilai Ss dan SF pada masing-masing garis grafik 3. Tarik garis lurus dari titik Ss menuju SF melalui garis grafik C
By : Salmani, MS, MT.
Page 7
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING 4. Baca titik perpotongan antara garis lurus dengan garis grafik nilai C.
0.5
2
K1 =
1-
Sin
2
Sin
= Sudut Tebing dengan Horizontal = Sudut Material repose (lihat grafik 3)
(0)
(0) 35
30
K1
1.5:1
-10
30 2:1 25
-30 -50 -60
-70
35
2.5:1 -80 20 3:1
40
-85 -90 3.5:1
10
-92
Contoh 1: Diketahui : = IV : 2H Sangat Tajam 0 = 41
Dic ari K1
Solusi K1 = 0.73
Gambar 8-18. Faktor Koreksi Sudut Tebing (K1) Nomograph
Petunjuk Penggunaan Nomograph pada gambar 8-18: 1. Tentukan nilai θ dan Ф. 2. Plot nilai θ dan Ф pada masing-masing garis grafik. 3. Tarik garis lurus dari titik θ menuju Ф melalui garis grafik K1. 4. Baca titik perpotongan antara garis lurus dengan garis grafik nilai K1 .
By : Salmani, MS, MT.
Page 8
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING 3
12
-3.2
D50 = 0.00594V a / (d a vg K1 ) D50 = Median Riprap Size (m) Va = Average Velocity main channel (m/s) d avg = Average Depth in main channe (m)l K1 = Bank angle correc tion term
D50 (m) 0.06
Va (m/s)
d avg
0.08
8
12
0.1
7 10 9 8
6
4
0.25
0.6
5
0.4
3
0.4
0.3
4 3
0.2
1.0 0.0
7 6
0.15
K1
5
0.6
2
0.8 1
2
1.5
1
12
2
Example Given
Find :
Va = 4.9 (m/s)
D50
Solution D50 = 0.69 (m)
d avg = 2.75 (m)l K1 = 0.72
Gambar 8-19. Hubungan Ukuran Riprap
Petunjuk Penggunaan Nomograph pada gambar 8-19: 1. Tentukan nilai davg , Va dan K1. 2. Plot nilai davg , Va dan K1 pada masing-masing garis grafik. 3. Tarik garis lurus dari titik davg ke Va terus ke K1 sampai memotong garis grafik D50. 4. Baca titik perpotongan antara garis lurus dengan garis grafik nilai D50.
By : Salmani, MS, MT.
Page 9
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING
45
0.04 0.06 0.08 0.1
0.2
0.3 0.4
0.6 0.8 1.0
(m)
Sudut alam iah
Batu pecah besar
40
Sangat Curam Sangat Bulat
35
30 0.1
0.2
0.3 0.4
0.6 0.8 1.0
2.0
3.0 4.0 (ft)
Gambar 8-20. Sudut alamiah riprap sehubungan dengan ukuran rata-rata dan bentuk batu Ukuran Batuan Tengah (D50)
Petunjuk Penggunaan Nomograph pada gambar 8-20: 1. Tentukan nilai h dan slope. 2. Plot nilai h dan slope pada masing-masing garis grafik. 3. Tarik garis lurus dari titik h menuju slope melalui garis grafik D50 4. Baca titik perpotongan antara garis lurus dengan garis grafik nilai D50.
By : Salmani, MS, MT.
Page 10
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING H (m)
D50(m )
3
Slope 1:1.0
1.5
H
1.2 2
1 0.8
1:1.5
0.6
1
1:2.0
0.4
0.8 1:2.5 0.6
0.2 1:3.0
0.5 0.4
0.15
1:3.5 0.12
0.3
0.1
1:4.0
0.08 0.2
1:5.0
0.06
D50= 0.57
H Cot
1:6.0
1/3
D50= Ukuran Tenga h Rip ra p H = Tinggi Gelombang = Sudut Tebing Terhadap Horizontal
Gambar 8-21. Hubungan Ukuran Riprap yang Diperlukan Dari Hudson Untuk Menahan Erosi Gelombang
Petunjuk Penggunaan Nomograph pada gambar 8-21: 1. Tentukan havg (kedalaman rata-rata), kecepatan rata (vavg) dan faktor koreksi tebing (K1). 2. Plot masing-masing nilai parameter pada masing-masing garis grafik. 3. Tarik garis dari havg ke vavg dan perpanjang sampai garis polos yang terletak diantara vavg dan K1. 4. Tarik garis lurus dari titik perpotongan di garis polos yang terletak diantara vavg dan K1 melalui K1 sampai garis grafik D50. 5. Baca hasilnya pada perpotongan garis perpanjang dengan garis grafik D50 .
By : Salmani, MS, MT.
Page 11
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING 1.5
C = 1.61 SF / (SS -1) 1-5 C = D50 FAKTOR KOREKSI SF = FAKTOR STABILITAS SS = GRAVITASI BATU C
SS
SF
5.0
2.0
2.0 4.0
1.9
2.1
1.8 3.0
2.2
1.7 2.5 1.6
2.3 2.0
1.5
2.4
1.4
1.5
2.5
1.3
2.6 1.0
2.7
1.2
0.8
2.8
1.1 2.9 0.6
3.0
1.0
0.5 CONTOH DIKETAHUI
DICARI : C
SS = 2.61 SF = 1.60
Solusi C = 1.0
Gambar 8-22. Faktor Koreksi untuk Ukuran Riprap
Petunjuk Penggunaan Nomograph gambar 8-22: 1. Tentukan nilai Ss dan SF (Safety Factor). 2. Plot nilai Ss dan SF pada masing-masing garis grafik. 3. Tarik garis lurus dari titik Ss menuju SF melalui garis grafik C. 4. Baca titik perpotongan antara garis lurus dengan garis grafik nilai C.
By : Salmani, MS, MT.
Page 12
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING 0.5
2
K1 =
1-
Sin
2
Sin
= Sudut Tebing dengan Horizontal
= Sudut Material repose (lihat grafik 3) (0)
(0)
35
30
K1
1.5:1
-10
30 2:1
25
-30 -50 -60 -70
35
2.5:1 -80 20 3:1 40
-85 -90 3.5:1 10
-92
Contoh 1: Diketahui : = IV : 2H Sangat Tajam D50 = 0,56 m
Dic ari K1
Solusi 0 = 41 K1 = 0.73
Gambar 8-23. Faktor Koreksi Sudut Tebing (K1) Nomograph (grafik 3);
Petunjuk Penggunaan Nomograph pada gambar 8-23: 1. Tentukan nilai θ dan Ф. 2. Plot nilai θ dan Ф pada masing-masing garis grafik. 3. Tarik garis lurus dari titik θ menuju Ф melalui garis grafik K1. 4. Baca titik perpotongan antara garis lurus dengan garis grafik nilai K1.
By : Salmani, MS, MT.
Page 13
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING 8.3.1.2
Bronjongan (Gabion) dan Matras
8.3.1.2.1 Deskripsi Gabion merupakan batuan yang diisikan ke dalam sebuah wadah yang terbuat kawat atau plastik. Wadah membentuk dnding atau matras untuk mengendalikan erosi sepanjang tebing saluran.
8.3.1.2.2 Dasar – Dasar Desain Tipe gabion dalam penggunaan ada dua, yaitu batu dengan matras dan bronjongan. Hal-hal yang utama dalam mendesain gabion adalah : 1. Stabilitas pondasi. 2. Kecepatan partikel dan tegangan geser batas yang harus ditahan gabion. 3. Perlindungan kaki dan badan gabion. Dasar (kaki) gabion harus mempunyai kedalaman lebih besar dari kedalaman penggerusan yang akan terjadi. Atau kaki gabion dapat dilindungi dengan matras yang akan jatuh ke daerah penggerusan dan tidak mempengaruhi kestabilan tebing maupun tanah dasar yang dilindungi. Kalau perlindungan tebing tidak sampai ke atas permukaan air saluran, maka perlu digunakan penguat di belakang gabion.
Penggunaan filter buatan di belakang atau dibawah wadah gabion sangat penting untuk mencegah pergerakan tanah menuju gabion. Pergerakan (pergeseran) tanah melalui wadah dapat menyebabkan penggerusan ke bawah terhadap struktur tanah dan dapat menyebabkan gabion mengalami keruntuhan.
8.3.1.2.3 Pertimbangan Utama dalam Desain Pertimbangan utama dalam mendesain gabion adalah kecepatan yang terjadi pada permukaan gabion. Gabion harus didesain agar dapat menahan gaya air dalam aliran.
Karena matras gabion terletak dangkal dan mudah untuk bergerak, maka perlu diperhatikan dalam mendesain matras sehingga matras dapat menahan gaya
By : Salmani, MS, MT.
Page 14
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING akibat air. Tetapi, matras telah digunakan pada saluran dengan aliran berkecepatan tinggi dan tidak terjadi apapun pada matras. Namun proyek konstruksi yang memakai matras untuk gabion tetap harus menaruh perhatian.
Ukuran batuan yang digunakan untuk matras gabion dapat ditentukan dari persamaan sebagai berikut : 2 , 50
0,5
Dm
w
S f CS Cv d s
Cv
v gdK1
w
1,283 0 ,2 log
R W
(8.21)
(8.22)
dimana : CS
= koefisien stabilitas (digunakan 0,1)
Cv
= koefisien distribusi kecepatan :
Cv minimum = 1 Cv
= 1,25 pada ujung dike dan saluran dari beton.
Dm
= diameter batuan rata-rata
d
= kedalaman aliran lokal
g
= percepatan gravitasi
K1
= faktor koreksi kemiringan samping
R
= Radius tikungan saluran utama terhadap centerline.
Sf
= faktor keamanan (minimum 1,1)
v
= kecepatan rata-rata kedalaman
W
= lebar permukaan air dari saluran utama
s
= berat jenis batu
w
= berat jenis air.
Dimana K1 ditentukan dari tabel dibawah ini.
By : Salmani, MS, MT.
Page 15
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING Table 8-5 Koefisien K1 Kemiringan Tebing
K1
1V : 1H
0,46
1V : 1,5H
0,71
1V : 2H
0,88
1V : 3H
0,8
< 1V : 4H
1,0
Persamaan diatas dikembangkan untuk mendesain ukuran batuan untuk menahan pergerakan batuan pengisi pada matras. Hal ini dapat mengurangi deformasi yang dapat terjadi ketika ukuran batuan tidak terlalu besar untuk menahan gaya dari air. Hasil dari deformasi matras adalah tegangan pada wadah dan meningkatkan ketahanan pada aliran dan dapat menyebabkan keruntuhan pada wadah.
Stabilitas gabion terhadap tegangan geser sangat penting.
Berikut ini
persamaan tegangan geser untuk dasar saluran : b
w
xS xd
(8.23)
dengan tegangan geser pada tebing ( m) merupakan 75 persen dari tegangan geser dasar saluran. Nilai ini akan dibandingkan dengan tegangan geser kritis untuk dasar saluran, yaitu : c
0 ,1(
s
w
)dm
(8.24)
dan tegangan geser kritis untuk tebing adalah s
c
dimana
1 Sin 2 0 ,4304
(8.25)
adalah sudut tebing dari bidang horisontal.
Sebuah desain akan diterima bila
b
<
c
dan
m
<
harus diperiksa apakah mereka melebihi 120 dari kurang dari 120 dari
b
dan
m,,
s.
Kalau b
dan
b m
>
c
atau
m
>
s,
. Kalau nilainya
maka gabion tidak dapat menahan deformasi
yang telah disebutkan sebelumnya. Bagaimanapun juga, direkomendasikan ukuran batuan harus diperbesar untuk membatasi deformasi.
By : Salmani, MS, MT.
Page 16
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING Penelitian telah menunjukkan bahwa batuan didalam matras gabion sebaiknya mempunyai besar diameter tidak lebih dari dua kali diameter batuan yang paling kecil dan kedalaman matras sebaiknya minimal dua kali dari ukuran batuan terbesar. Pemilihan yang paling mudah adalah pilih batuan lalu pilih kedalaman wadah minimal dua kali ukuran batuan yang terbesar.
8.3.1.2.4 Stabilitas tanah dasar dan material tebing Hal lain yang harus diperhatikan dalam desain gabion adalah stabilitas pondasi gabion. Hal ini menyangkut stabilitas geoteknik dan ketahanan tanah di bawah gabion terhadap gaya erosi akibat pergerakan air melalui gabion. Disarankan menggunakan cerucuk dengan diamter 15 cm dan panjang 4 m.
Gabion dengan wadah tetap yang digunakan untuk stabilitas tebing harus ditempatkan miring 6 derajat dari arah vertikal tanah dengan keadaan berundakundak ke arah luar tanah dasar. Bila permukaan gabion datar yang ke arah aliran air, maka undakan harus ditempatkan di belakang gabion (tanah dasar).
Salah satu faktor yang menentukan dalam stabilitas adalah kecepatan air yang melalui gabion dan mencapai tanah di belakang gabion. Kecepatan air yang bergerak melewati gabion dan filter diperkirakan
vb
1 Dm nf 2
2/3
S1 / 2
(8.26)
Kecepatan batas untuk masing-masing tanah berbeda. Batas untuk tanah kohesif didapat dari grafik, dan kecepatan ijin maksimum untuk jenis tanah yang lain adalah ve, kecepatan ijin maksimum pada permukaan tanah, dan dibandingkan dengan vf, kecepatan residu di dasar contohnya dibawah matras atau filter buatan. ve untuk tanah halus sama dengan 16,1d1/2 dan vf adalah
vf
1 f
Dm 2
2/3
S .Va1 / 2
(8.27)
Kalau vf lebih besar dua sampai empat kali lebih besar dari ve, filter kerikil diperlukan untuk mengurangi kecepatan air pada permukaan gabion sampai kecepatan mencapai batas tertentu.
By : Salmani, MS, MT.
Page 17
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING Untuk memeriksa filter dapat dipakai gunakan ukuran rata-rata kerikil filter dm untuk persamaan 6. Kalau kecepatan Vf masih telalu tinggi, ukuran kerikil
8.3.1.2.5 Prosedur desain gabion Prosedur perencanaan gabion dapat dilihat pada flowchart sebagai berikut :
MULAI
Pengumpulan data lapangan : 1. Potongan Melintang 2. Perubahan penampang melintang 3. Data tanah
Tentukan parameter hidraulik sungai seperti : debit r encana, kekas ar an dasar s ungai, kecepatan dan kedalaman rata-rata Tentukan Faktor koreksi kemiringan samping k1 Tentukan ukuran batu bronjongan (gabion) dm
Cek terhadap geser ?
Tidak
Ya
Cek lapisan dasar dan material tebing ?
Tidak
Ya
Membutuhkan f ilter dan Tentukan ukuran f ilter
Cek Stabilitas struktur gabion (bronjongan) Gambar 8-24. ?Flow chart
perencanaan gabion
Langkah 1 : Penentuan Parameter Hidraulis SELESAI Berdasarkan data hidraulis dan geometrik saluran, dengan menggunakan
persamaan Manning (kalau tidak data, koefisien Manning dapat diambil n = 0,025) diperoleh kecepatan aliran (v) dan kedalaman rata-rata . Langkah 2 : Penentuan Faktor Koreksi Kemiringan Samping ( K1)
By : Salmani, MS, MT.
Page 18
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING K1 ditentukan dari tabel 8-5 diatas (hubungan antara K1 dan kemiringan tebing). Langkah 3 : Penentuan Ukuran Batu Gabion Untuk mendapatkan ukuran batu tengah dari gabion dapat ditentukan berdasarkan persamaan : 0,5
Dm
w
S f CS Cv d s
w
2 , 50
v gdK1
dimana : CS
= koefisien stabilitas (digunakan 0,1)
Cv
= koefisien distribusi kecepatan :
Cv
1,283 0 ,2 log
R W
Cv minimum = 1 Cv
= 1,25 pada ujung dike dan saluran dari beton.
dm
= diameter batuan rata-rata (m)
d
= kedalaman aliran local (m)
g
= percepatan gravitasi (9.81 m/dt2)
K1
= faktor koreksi kemiringan samping
R
= Radius tikungan saluran utama terhadap centreline (m)
Sf
= faktor keamanan (minimum 1,1)
v
= kecepatan rata-rata kedalaman (m/dt)
W
= lebar permukaan air dari saluran utama (m)
s
= berat jenis batu (kg/m3)
w
= berat jenis air (kg/m3)
Langkah 4 : Kontrol Terhadap Geser Untuk menghindari kerusakan struktur gabion, maka perlu diperhitungkan gaya geser yang terjadi akibat aliran. Tegangan geser pada dasar saluran dapat dihitung dengan rumus :
By : Salmani, MS, MT.
Page 19
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING b
w
xS xd
dimana : S = kemiringan permukaan air atau dasar saluran. Sedangkan tegangan geser yang terjadi pada tebing digunakan rumus :
m
0 ,75
b
Untuk tegangan geser kritis pada dasar saluran dihitung dengan persamaan :
c
0,1(
s
w
) Dm
Adapun pada tebingnya digunakan rumus :
s
dimana
c
1 Sin 2 0 ,4304
= sudut rotasi tebing terhadap horizontal.
Dari hasil perhitungan tegangan geser, baik pada dasar maupun pada tebing saluran diperoleh : Pada dasar saluran ; Pada tebing saluran ;
b
<
m
<
(ok)
c
s
(ok)
Dengan demikian baik pada dasar maupun tebing, saluran dengan diperkuat oleh kontruksi gabion aman terhadap gaya geser yang terjadi.
Langkah 5 : Stabilitas Lapisan Dasar dan Material Tebing Untuk menghitung stabilitas lapisan dasar dan material tebing sangat tergantung pada stabilitas pondasi gabion. Kondisi ini meliputi stabilitas geoteknik dan tahanan tanah di bawah konstruksi gabion terhadap gaya erosi. Salah satu faktor paling kritis dalam penentuan stabilitas ini adalah kecepatan yang melewati gabion dan ruas tanah dibelakang gabion. Kecepatan aliran di bawah filter yang dibuat yaitu air yang bergerak melalui gabion dan lapisan filter,
By : Salmani, MS, MT.
Page 20
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING diestimasikan 1/2 sampai dengan 1/4 kecepatan pada matres gabion dan interfase filter. Menurut Simons, Chen, dan Swanson (1984); kecepatan pada matras gabion (vb) adalah :
vb
1 nf
Dm 2
2/3
S1 / 2
SI .
dimana : vb = kecepatan aliran pada matras (m/dt) nf = 0,02 untuk filter yang dibuat ( sintetis ) = 0,022 untuk material filter dari krikil (gravel) S = kemiringan permukaan air atau dasar.
Batasan kecepatan yang diizinkan untuk tanah kohesif ditentukan dari grafik, sedangkan kecepatan maksimum untuk tipe-tipe tanah yang lain ditentukan dengan menghitung ve, yaitu kecepatan maksimum yang terjadi pada interfase tanah. Hasilnya dibandingkan terhadap vf, yaitu kecepatan pada dasar di bawah matras gabion dan filter yang dibuat. Adapun persamaan ve untuk tanah gembur adalah : ve = 16,1 d1/2 Sedangkan untuk vf menggunakan rumus :
vf
1
dm 2 f
2/3
S. v1a/ 2
,
dimana : va
= kecepatan rata-rata saluran (m/dt)
Dm
= diameter batuan rata-rata (m)
Jika vf > (2-4) ve, maka filter dari kerikil diperlukan untuk mengurangi kecepatan aliran pada interfase tanah di bawah kontruksi gabion. Kegunaan filter kerikil ini
By : Salmani, MS, MT.
Page 21
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING adalah untuk mendapatkan kecepatan vf sedemikian rupa tidak membahayakan lapisan dasar. Langkah 4 : Perhitungan stabilitas struktur gabion Kestabilan struktur gabion harus diperhitungkan terhadap: Guling Geser Daya dukung Detail perhitungannya dapat dilihat pada contoh perhitungan retaining wall.
8.3.1.2.6 Spesifikasi Material 1) Penjelasan Penting untuk meletakkan dengan baik gabion (bronjongan) pada dasar dan sisi slope dari saluran atau seperti yang diarahkan oleh engineer untuk mendapatkan hasil yang baik. Gabion (bronjongan) terdiri dari anyaman berbentuk keranjang (basket) yang terbuat dari kawat, diisi oleh batuan, saling dihubungkan, dan dipasang anchor ke slope-nya. Detail konstruksi tergantung dari kegunaannya, seperti untuk revetment atau untuk toe protection untuk tipe lain dari riprap.
2) Material 1. Rock Batuan yang digunakan untuk mengisi harus bergradasi baik dan 70% dari beratnya tidak boleh melebihi dari dimensi terkecil kawat. Ukuran maksimum batu diukur normal ke slope dan tidak melebihi ketebalan mattress. 2. Wire enclosure Kawat yang digunakan untuk mattress atau unit blok haruslah berukuran dan berdimensi seperti rencana. 3. Lacing wire (kawat pengikat) Kawat pengikat berukuran No 9 gage galvanized atau telah ditentukan.
By : Salmani, MS, MT.
Page 22
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING 3) Syarat-Syarat Konstruksi Syarat-syarat konnstruksi dapat dilihat pada Section 7.1.3. Bagian dari wire enclosure dapat dibuat dengan menggunakan tangan atau mesin. Serta
diletakkan,
diikat,
dan
diisi
untuk
memenuhi
syarat
keseragaman, kerapatan, dan lapisan perlindungan pada daerah yang diinginkan.
Bagian sisi keliling dari wire enclosed haruslah aman tersambung sehingga sambungan tersebut menghampiri nilai kekuatan pada kawat tersebut. Serta terikat dengan lainnya dengan interval 0,31 m untuk membentuk
struktur
sambungan
terus
(continuous
connected
structure).
Mattress pada sisi slope saluran mesti terikat pada bank dengan anchor stake sedalam 1,2 m untuk tanah padat (lempung) dan 1,8 m untuk tanah longgar (pasir). Anchor stake dipasang pada sisi dalam sudut dari diafragma basket sepanjang upslope (tertinggi) dinding basket, maka stake akan menjadi satu kesatuan. Jarak maksimum setiap stake tergantung pada konfigurasi basket dengan jarak minimum setiap 1,8 untuk slope 1V : 2,5H dan lebih curam, dan setiap 2,7 m untuk slope kurang dari 1V : 2,5H. Counterfort dapat digunakan untuk tambahan pada slope mattress. Stake slope mattres dibutuhkan meskipun counterfort digunakan atau tidak.
8.3.1.2.7 Contoh perencanaan gabion Suatu konstruksi jalan disepanjang tikungan saluran mengalami keruntuhan/erosi akibat aliran yang terjadi pada saluran tersebut. Untuk mengatasi hal ini, perlu direncanakan perkuatan tebing sehingga bahaya keruntuhan/erosi dapat teratasi. Saluran tersebut mengalirkan debit 125,50 m3 dengan lebar dasar 25 meter, kemiringan tebing 1:1, serta kemiringan dasar 1 : 1000. Sketsa kondisi kasus dapat dilihat pada gambar di bawah gambar 8-25. Untuk mengatasi masalah tersebut, rencanakan tipe revetment dari gabion.
By : Salmani, MS, MT.
Page 23
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING
Gambar 8-25. Kasus gerusan pada sungai dengan menggunakan pengaman Gabion Penyelesaian: Langkah 1 : Penentuan Parameter Hidraulis Berdasarkan data hidraulis dan geometrik saluran, dengan menggunakan persamaan Manning (koefisien Manning diambil n = 0,025) diperoleh kecepatan aliran (v) 2m/dt dan kedalaman rata-rata 2,3 m. Langkah 2 : Penentuan Faktor Koreksi Kemiringan Samping ( K1) Berdasarkan kemiringan tebing saluran yang akan diperkuat yaitu IV : 1H, dengan menggunakan tabel 1 diperoleh K1 = 0,46. Langkah 3 : Penentuan Ukuran Batu Gabion Untuk mendapatkan ukuran batu tengah dari gabion dapat ditentukan berdasarkan persamaan yang telah disebutkan di atas. Dalam contoh soal ini : s
= 2,2 t/m3
By : Salmani, MS, MT.
Page 24
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING = 1 t/m3
w
Sf
= 1,5
g
= 9,81 m/dt2
W
= B + 2 x h = 25 + 4,6 = 29,6 m.
Gunakan persamaan 8.22:
Cv
1,283 0 ,2 log
1,283 0 ,2 log
R W 150 W 29 ,6
Cv = 1,14
Berdasarkan
parameter
yang
telah
diketahui
tersebut,
maka
dengan
menggunakan persamaan 8.21 diperoleh :
Dm 1,5 x(0,1) x(1,14) x(2,3)
1 2,2 1
0,5
25
2,0 9,81x 2,3x0,46
Dm = 0,095 m. Dm
10 cm
Langkah 4 : Kontrol Terhadap Geser Untuk menghindari kerusakan struktur gabion, maka perlu diperhitungkan gaya geser yang terjadi akibat aliran. Gunakan pers. 8.23
b
1000 x 0 ,001 x 2,3
2,3 kg
m2
Sehinggga diperoleh tegangan geser pada tebing (pers. 8.24) :
m
0 ,75 x 2,3 1,73 kg
m2
Sedangkan tegangan geser kritis pada dasar :
By : Salmani, MS, MT.
Page 25
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING
12 kg
0 ,1( 2200 1000 ) 0 ,10
c
Dengan mengambil
m 2.
= 10 maka, tegangan geser pada tebing diperoleh (pers.
8.25) :
11,4
s
s
1
Sin 2 10 0 0 ,4304
= 10,99 kg/m2
Dari hasil perhitungan tegangan geser, baik pada dasar maupun pada tebing saluran diperoleh : Pada dasar saluran ;
b
Pada tebing saluran ;
<
m
<
(ok)
c
s
(ok)
Dengan demikian baik pada dasar maupun tebing, saluran dengan diperkuat oleh kontruksi gabion aman terhadap gaya geser yang terjadi.
Langkah 5 : Stabilitas Lapisan Dasar dan Material Tebing Berdasarkan prosedur desain di atas dan dari perhitungan pada langkah sebelumnya diperoleh : Dm = 0,1 m. Dengan demikian untuk filter sintetis diperoleh : 2/3
vb
1 0,1 0,02 2
vb
0,22 m / dt.
(0,001)1 / 2 .
Sedangkan bila lapisan filter kerikil yang digunakan, vb diperoleh :
vb
1 0,1 0,022 2
vb
0,20 m / dt.
By : Salmani, MS, MT.
2/3
(0,001)1 / 2
Page 26
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING Kecepatan maksimum pada interface tanah :
ve
16,1(2,3)1 / 2 = 24,42 cm/dt = 0,244 m/dt
Kecepatan residu pada dasar :
vf
1 0,1 2 / 3 ( ) (0,001)( 2)1 / 2 0,02 2
vf
9,6x10 3 m / dt
Dari perhitungan tersebut dapat disimpulkan : vf < (2 - 4) ve, maka filter dari krikil tidak diperlukan. Berdasarkan harga vb, maka kecepatan aliran di bawah lapisan filter sintetis : vu = (0,05 - 0,11) m/dt Dikarenakan kecepatan
di
bawah
lapisan
sintetis
sangat
kecil,
maka
kemungkinan terjadinya kerusakan lapisan dasar sangat kecil. Dari semua perhitungan tersebut di atas, saluran yang telah diperkuat tebingnya dengan gabion dapat dilihat pada gambar 8-26.
By : Salmani, MS, MT.
Page 27
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING
Gambar 8-26. Rencana Gabion Langkah 6 : Perhitungan stabilitas struktur gabion Kestabilan struktur gabion harus diperhitungkan terhadap: Guling Geser Daya dukung Detail perhitungannya dapat dilihat pada contoh perhitungan retaining wall.
8.3.2 Jenis Kaku (Rigid Revetment)
8.3.2.1 Dinding Penahan Tanah (Retaining Wall)
8.3.2.1.1 Deskripsi Dinding penahan tanah adalah dinding pengaman gerusan yang terbuat dari pasangan batu kali dengan campuran semen atau beton. Dinding pengaman ini bersifat tetap.
By : Salmani, MS, MT.
Page 28
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING
8.3.2.1.2 Dasar-Dasar Desain Jenis-jenis dinding penahan tanah (retaining wall) adalah gravity wall, semigravity wall dan cantilever wall. Gravity Wall adalah dinding penahan tanah dengan mengandalkan gaya gravitasi sebagai gaya penahan beban. Dinding ini tidak terdapat tegangan tarik. Semi-gravity Walls memerlukan baja untuk mengurangi massa beton. Cantilever Wall berbentuk dinding T dan bertindak sebagai kantilever. Biasanya terbuat dari beton bertulang.
Dalam mendesain dinding pengaman tipe ini, yang harus diperhatikan adalah stabilitas dinding. Dinding harus stabil terhadap gaya guling (overturning), gaya gelincir (sliding) dan daya dukung.
1) Gaya Guling Gaya guling dapat menyebabkan dinding penahan tanah terguling apabila tidak dapat menahan gaya akibat beban. Beban yang dapat menyebabkan dinding penahan tanah ini terguling adalah tekanan tanah horizontal. Sedangkan yang menahan agar dinding tidak terguling adalah gaya berat, tekanan aktif dan berat tanah timbunan. Agar lebih jelas dapat melihat gambar pada contoh perencanaan dinding penahan tanah.
Kestabilan dinding penahan tanah adalah perbandingan antara jumlah gaya yang membuat dengan gaya penahan guling. Secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut :
SF
Mr Mo
(8.28)
dimana: Mr : momen yang menahan dinding agar tidak guling Mo : momen yang membuat dinding terguling. 2) Gaya Gelincir (Sliding) Gaya gelincir dapat menyebabkan dinding penahan tanah tergelincir hingga jatuh. Gaya gelincir ditentukan oleh tekanan tanah horizontal akibat tanah di
By : Salmani, MS, MT.
Page 29
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING belakang dinding. Sedangkan gaya tahannya adalah berat dinding dan tekanan pasif.
Dinding dapat dikatakan aman apabila angka keamanan melebihi yang disayaratkan. Angka keamanan :
Re sisting forces driving
SF
(8.29)
3. Daya Dukung Daya dukung tanah diperlukan untuk menahan beban akibat berat dinding penahan tanah. Besarnya daya dukung ini dapat dihitung dengan menggunakan persamaan :
q
V 6e 1 A B
(8.30)
dimana: V = jumlah gaya vertikal yang bekerja A = luas penampang kaki dinding e = eksentrisitas yang dihitung dengan V . x
e
B 2
X.
M dan (8.30a)
B = lebar dinding pengaman.
By : Salmani, MS, MT.
Page 30
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING 8.3.2.1.3 Prosedur Desain Prosedur desaindapat dilihat pada flowchart sebagai berikut : MULAI
Pengumpulan data lapangan : 1. Potongan Melintang 2. Perubahan penampang melintang 3. Data tanah
Tentukan parameter hidraulik sungai seperti : debit r encana, kekas ar an dasar s ungai, kecepatan dan kedalaman rata-rata Tentukan jenis dan dimensi retaining w all
Tentukan kedalaman tapak dan pondasi
Cek stabilitas ?
Tidak
Ya
Tentukan jenis dan ukuran pengaman kaki
SELESAI
Gambar 8-27. Flow chart perencanaan retaining wall
Langkah 1 : Perhitungan parameter hidraulik/kapasitas saluran Langkah ini akan mendapatkan nilai-nilai parameter hidraulis yang digunakan untuk perhitungan dinding penahan tanah. Penentuan nilai parameter ini melalui catatan-catatan hidraulis yang ada maupun survei di lapangan.
By : Salmani, MS, MT.
Page 31
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING Berdasarkan catatan debit, lebar dasar, kemiringan dasar dan tebing untuk saluran/sungai tersebut di atas, maka dengan menggunakan persamaan Manning (koefisien Manning diambil 0,025) diperoleh tinggi aliran dan kecepatan rata-rata. Langkah 2 : Penentuan tipe Retaining Wall (dinding penahan tanah) Tentukan bentuk dan jenis retaining wall yang akan digunakan. Tentukan juga dimensi dari retaining wall. Apabila bentuk retaining wall ini tidak dapat memenuhi persyaratan kekuatan, maka ukuran dimensinya dapat diubah sehingga diperoleh hasil yang kuat dan ekonomis. Langkah 3 : Penentuan tapak pondasi berdasarkan gerusan dasar yang terjadi Menurut Liu, formula untuk perhitungan gerusan dapat ditulis :
hs h1
a 1,1 h1
0 , 40
Fr0,33
(8.31)
dimana: h1 : kedalaman di hilir hs : kedalaman penggerusan Fr : bilangan froude. Langkah 4 : Perhitungan Stabilitas Retaining Wall Dari desain awal pada langkah 2 telah dibuat bentuk awal dari retaining wall, maka akan dihitung stabilitasnya. Bila tidak stabil, maka kembali ke langkah 2. a. Guling (overturning) Yang mempengaruhi gaya guling secara keseluruhan adalah sebagai berikut :. Tekanan tanah aktif;
Pa
1 / 2 H 2 Ka
(8.32)
Tekanan tanah horizontal; Ph = Pa cos
By : Salmani, MS, MT.
(8.33)
Page 32
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING Tekanan tanah vertikal; Pv = Pa sin
(8.34)
Berat tanah timbun; W = jumlah berat tanah yang menimbun retaining wall Kemudian hitung momen guling Momen guling (Ph) = Jumlah gaya terjadi pada retaining wall x jarak antara titik acuan guling dengan resultan (jumlah gaya yang terjadi). Angka keamanan guling
SF
Mr Mo
Bila SF > SFpersyaratan, maka retaining wall aman b. Gelincir (Sliding) Koefisien geser;
f
tan
2 3
(8.35)
V .f
(8.36)
Gaya geser;
FR
Tekanan tanah pasif; Menurut Bowles (1968), Kp diperoleh dari hubungan kemiringan tanah timbun ( ).
Pp
1
2
f
H 2 kp
(8.37)
Angka keaman untuk gelincir dengan persamaan (8.29)
c. Perhitungan Titik Resultan Tapak Dinding (location of the resultant on the footing) Untuk menentukan lokasi (titik) ini dapat dihitung berdasarkan persamaan berikut.
V .x
M
By : Salmani, MS, MT.
Page 33
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING dengan: V : jumlah gaya vertikal yang bekerja M : selisih momen tahanan dengan momen guling Titik eksentrisitas dihitung dengan rumus (8.30a) d. Daya Dukung Untukl menguji daya dukung yang dapat ditahan oleh tanah dasar, maka dihitung dengan persamaan 8.30.
Langkah 5 : Penguatan kaki struktur Agar kaki struktur aman terhadap gerusan maka perlu digunakan perkuatan kaki (Toe Apron) pada struktur retaining wall. Bahannya bisa digunakan dari quarrystone atau riprap. Perencanaan riprap dapat dilihat pada detail perhitungan riprap. Bila digunakan quarrystone, maka parameter yang dihitung adalah seperti berikut ini. Lebar Toe Apron (Bt), dapat dihitung : Bt = 2H,
(8.38)
Bila digunakan dari quarrystone ;
Wmin
H3 ; NS N S3 ( SG 1 )3 a
1,8.
(8.39)
8.3.2.1.4 Spesifikasi Material Material yang digunakan tergantung dari jenis retaining wall yang digunakan. Material yang biasa digunakan untuk retaining wall adalah pasangan batu kali yang direkatkan dengan semen maupun beton bertulang.
8.3.2.1.5 Contoh Perencanaan retaining wall
By : Salmani, MS, MT.
Page 34
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING Pengamanan tebing saluran/sungai yang sekaligus merupakan bagian dari badan jalan dapat ditempuh dengan beberapa cara, antara lain dengan menggunakan retaining wall. Dalam contoh ini tinggi tebing yang harus diamankan 3,50 m.
Sedangkan catatan debit untuk saluran/sungai tersebut
3
sebesar 40.81 m /dt, dan lebar dasar 25 m. Kemiringan tebing saluran mendekati 1V:1H, dan kemiringan dasar saluran sekitar 0.0001. Data lain adalah: -
Sudut geser tanah ( ) = 360
-
Berat jenis tanah dasar ( a) = 2200 kg/m3
-
Berat jenis tanah timbun ( f) = 2100 kg/m3
-
Daya dukung tanah izin (qa) = 3,2 kg/cm2
Rencanakan retaining wall, agar tebing saluran (sekaligus menjadi tebing jalan) aman terhadap keruntuhan/gerusan. Penyelesaian: Langkah 1 : Perhitungan parameter hidraulik/kapasitas saluran Berdasarkan catatan debit, lebar dasar, kemiringan dasar dan tebing untuk saluran/sungai tersebut di atas, maka dengan menggunakan persamaan Manning (koefisien Manning diambil 0.025) diperoleh tinggi aliran 2,30 m dan kecepatan rata-rata 0,65 m/dt. Dengan demikian tinggi tebing (3,50 m) yang akan diamankan, secara hidrolis lebih dari cukup untuk menampung/mengalirkan debit aliran yang ada. Langkah 2 : Penentuan tipe Retaining Wall (dinding penahan tanah) Retaining wall direncanakan untuk tipe gravitasi. Adapun bentuk dan dimensi retaining wall yang akan digunakan seperti gambar 8-28. Dari gambar di atas dapat ditulis : H
= 5 m.
a1
= H/12 = 5/12
b
= 0,6 x 5 = 3 m.
C
= H/7 = 5/7
By : Salmani, MS, MT.
0,40 m.
0,70 m.
Page 35
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING D
= C = 0,70 m
d1
= d2 = 0,40 m.
d3
= 0,70 - 0,40 = 0,30 m
qa
= 3,2 kg/cm2
Gambar 8-28. Desain Retaining Wall
Langkah 3 : Penentuan tapak pondasi berdasarkan gerusan dasar yang terjadi Menurut Liu, formula untuk perhitungan gerusan dapat ditulis :
By : Salmani, MS, MT.
Page 36
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING hs h1
a 1,1 h1
0 , 40
Fr0,33
disini a diambil 6 meter, dan kecepatan aliran 0,65 m/dt (dari langkah 1)
Fr 1
hS 2,3
0 ,65
0 ,14
9 ,81( 2 ,3 ) 6 1,1 2,3
0, 4
0,14
0,3
hS = 0,84 m Berdasarkan kedalam gerusan yang terjadi, maka tapak pondasi retaining wall direncanakan sedalam 1,5 meter. Langkah 4 : Perhitungan Stabilitas Retaining Wall Untuk kemiringan tanah timbun ( ) diambil 100 terhadap horizontal. a. Guling (overturning) Dari tabel 6.3 (Bowles, 1968) untuk ( ) = 100 dan ( ) = 360 diperoleh Ka = 0,316. Tekanan tanah aktif;
Pa
1 / 2 H 2 Ka
1 (2,1)(5) 2 .0,316 8,295 t / m 2 2
Tekanan tanah tanah horizontal;
Ph
8 ,295 Cos 10 0
8 ,169 t / m 2
Tekanan tanah vertikal;
Pv
8 ,295 Sin 10 10
1,44 t / m 2
Berat tanah timbun;
W
( 4 ,3 0 ,9 )
1,15 ( 2 ,10 ) 6 ,28 t 2
Tabel 8-6. Perhitungan Stabilitas dinding No
Berat (t)
1.
1/2 (0,42)(4,3)(2,2) = 1,99
By : Salmani, MS, MT.
lengan (m) 1,11
momen (t/m) 2,21
Page 37
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING 2.
(0,40)(4,3)(2,2)
= 3,78
1,45
5,48
3.
1,15( 4 ,3 ) ( 2 ,2 ) 2
5 ,44
1,83
9,96
4.
tanah
2,22
13,94
5.
3x0,7(2,2)
4,62
1,50
6,93
Pv
= 1,440
= 6,280
2,42
3,49
V
= 23,55
42,01
Momen guling (Ph) = (8,169) x (2,13) = 17,40 t/m Angka keamanan guling (SF) =
42,01 17 ,40
2 ,41 1,5 ( ok )
b. Gelincir (Sliding) Koefisien geser;
f
tan
2 3
tan 2 ( 36 0 ) 0 ,444 3
Gaya geser;
FR
V .f
FR = 23,55 (0,444) = 10,36 t Tekanan tanah pasif; Menurut tabel 6.2 (Bowles, 1968) untuk ( ) = 100 diperoleh Kp = 3,25.
Pp
1
2
f
H 2 kp
1 (2,1)(1,5) 2 (3,25) 2
7,68 t
Angka keamanan untuk gelincir;
FS
10 ,36 7,68 8,169
2,21 1,5 (ok )
By : Salmani, MS, MT.
Page 38
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING
c. Perhitungan Titik Resultan Tapak Dinding (location of the resultant on the footing) Untuk menentukan lokasi (titik) ini dapat dihitung berdasarkan persamaan berikut.
V .x
M
dimana: V : jumlah gaya vertikal yang bekerja M : selisih momen tahanan dengan momen guling
42,01 17 ,40 23,55
X
e
B 2
X
1,04m.
3 1,04 2
0 ,46 m.
Berarti titik berat berada pada pusat massa (ok). d. Daya Dukung Untukl menguji daya dukung yang dapat ditahan oleh tanah dasar, maka dihitung:
q
V 6e 1 A B
qmax
23,55 6(0,46) 1 3.1 3 1,507 kg / cm 2
q m in
23,55 (0,08 ) 3 .1
By : Salmani, MS, MT.
15,07 t / m 2
3,2kg / cm 2
ok
0,63 t / m 2
Page 39
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING Retaining wall cukup aman, baik terhadap guling, geser dan daya dukung pondasi. Namun sebaliknya pondasi diperkuat dengan pemasangan cerucuk dengan diameter 15 cm dan panjang 4 m.
Langkah 5 : Pengaman kaki dari bahaya gerusan Untuk aman terhadap gerusan pada kaki retaining wall, maka perlu digunakan penguat pada struktur tersebut. Tipe penguat ini dapat digunakan dari riprap (rock riprap) atau quarry stone.
Penentuan ukuran rock riprap Ukuran rock riprap dapat dihitung dengan rumus;
D50 y
K Ss
V2 1 gy
dimana; K = 0,89, karena tipe retaining wall berupa spill through Ss = 2,65
9.81m / det 2 , maka dari persamaan (2), diperoleh;
g
D50 2.3
0.89 (0.65) 2 2.65 1 9.81x 2.3
D50 = 0,024 m. Diambil D50 = 3 cm. Perhitungan detailnya dapat dilihat pada contoh perhitungan riprap. Penentuan ukuran quarrystone Bila digunakan quarrystone, maka lebar Toe Apron (Bt), dapat dihitung : Bt = 2H, Bt = 2 x 2,30 m = 4,60m. Berat quarrystone ;
Wmin
H3 ; NS N S3 ( SG 1 )3 a
By : Salmani, MS, MT.
1,8.
Page 40
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING
2 ,65( 2 ,3 )3 ( 1,8 )3 ( 2 ,65 1 )3 = 1,23 ton
8.3.2.2 Tiang pancang (Sheet Pile)
8.3.2.2.1 Deskripsi Sheet pile merupakan salah satu jenis retaining wall. Sheet pile terbuat dari baja, beton, kayu atau sheet pile dari plastik yang saling berhubungan satu sama lainnya membentuk dinding yang kontinu sepanjang tebing saluran.
8.3.2.2.2 Dasar-Dasar Desain Dalam mendesain sheet pile perlu diperhatikan adalah kedalaman sheet pile dan jenis tanah. Kedalaman sheet pile menentukan kekuatan dari sheet pile tersebut. Kekuatan dari sheet pile berada pada ujungnya dan gesekan pada selimut sheet pile. Jenis tanah juga menentukan kekuatan sheet pile. Tanah kohesif dan nonkohesif akan berbeda dalam menentukan kekuatan sheet pile.
Kedalaman sheet pile dapat dinyatakan dengan persamaan matematis sebagai berikut :
Y
4
pp '
K'
Y
8Ra Y2 ' ' K
3
6Ra '
K'
'
2
2y K
'
p
' p
Y
6Ra yp 'p '
K'
4Ra2 2
0
(8.40) sehingga dapat diperoleh y , dimana y adalah kedalaman sheet pile. Parameter yang digunakan dalam penentuan kedalaman sheet pile adalah
pa
p a1
p a 2 ( Tekanan tanah aktif)
pa
h1 K a
Ra
p a1
h1 2
'
h2 K a'
p a1 h2
By : Salmani, MS, MT.
(8.40a) (8.40b)
pa 2
h2 2
pa
a (Resultan gaya) 2
(8.40c)
Page 41
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING K‟ = Kp – Ka (Koefisien tanah)
p 'p
h1 K p
h2
a
'
K p'
'
(8.40d)
aKa' (Tekanan tanah pasif pada titik perpotongan
sheet pile).
(8.40e)
Untuk lebih jelasnya, dapat melihat gambar pada contoh perencanaan.
8.3.2.2.3 Langkah-Langkah Desain Langkah-langkah desain dari sheet pile dapat dilihat pada flow chart sebagai berikut.
By : Salmani, MS, MT.
Page 42
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING MULAI
Pengumpulan data lapangan : 1. Potongan Melintang 2. Perubahan penampang melintang 3. Data tanah
Tentukan parameter hidraulik sungai seperti : debit r encana, kekas ar an dasar s ungai, kecepatan dan kedalaman rata-rata Sketsa Kondisi tipe turap (sheet pile)
Tentukan koefisien tanah aktif dan pasif
Tentukan kedalaman sheet pile (D=y+a)
Cek kedalaman turap ?
Tidak
Ya
Tentukan kedalaman gerusan pada kaki
Tentukan ukuran batu untuk perlidungan kaki
SELESAI
Gambar 8-29 Flow Chart Langkah Desain Sheet Pile
By : Salmani, MS, MT.
Page 43
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING 8.3.2.2.4 Contoh perencanaan sheet pile Selain dengan retaining wall, pengamanan tebing saluran/sungai (bagian dari badan jalan) dapat juga dilakukan dengan menggunakan turap (sheet pile). Dalam contoh ini tinggi tebing yang harus diamankan 6,0 meter. Sedangkan catatan debit untuk saluran/sungai tersebut sebesar 91 m3/dt, dan lebar dasar 40 m. Tebing saluran mendekati tegak lurus, dan kemiringan dasar saluran sekitar 0,0001. Data lain adalah: -
Sudut geser tanah ( ) = 300
-
Berat jenis tanah ( ) = 1950 kg/m3
-
Berat jenis tanah terendam ( ‟) = 1060 kg/m3
Rencanakan struktur turap, agar tebing saluran aman terhadap keruntuhan maupun gerusan. Penyelesaian: Langkah 1 : Perhitungan parameter hidraulik/kapasitas saluran Berdasarkan catatan debit, lebar dasar, kemiringan dasar dan tebing untuk saluran/sungai tersebut di atas, maka dengan menggunakan persamaan Manning (koefisien Manning diambil 0,025) diperoleh tinggi aliran mendekati 3,0 m dan kecepatan rata-rata 0,76 m/dt. Dengan demikian tinggi tebing (6,0 m) yang
akan
diamankan,
secara
hidrolis
lebih
dari
cukup
untuk
menampung/mengalirkan debit aliran yang ada. Langkah 2 : Sketsa kondisi tipe sheet pile yang diberikan Sheet pile direncanakan dengan tipe „centilever sheet pilling‟. Adapun bentuk dan dimensi sheet pile yang akan digunakan seperti gambar 8-30.
By : Salmani, MS, MT.
Page 44
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING
Gambar 8-30. Data dan Rencana Sheet Pile
By : Salmani, MS, MT.
Page 45
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING Langkah 3 : Penentuan koefisien tanah aktif dan pasif Dari tabel 6-3 (Bowles, 1968) untuk ( ) = 00 dan ( ) = 300 diperoleh Ka = Ka‟ = 0,333. Dari tabel 6-4 (Bowles, 1968) untuk ( ) = 00 dan ( ) = 300 diperoleh Kp = Kp‟ = 3,0. K = K‟ = Kp – Ka = 3,0 – 0,333 = 2,67
Tekanan tanah aktif;
pa
p a1
pa 2
pa
h1 K a
'
h2 K a'
pa
1948 ,05 1058 ,94
pa
3007 kg / m 2
diperoleh:
a
pa ' K
a 1,06 m
Gaya resultan (Ra);
h1 2
Ra
p a1
p a1 h2
pa 2
Ra
11948 ,345 k / m
h2 2
pa
a 2
Jumlah momen terhadap garis perpotongan sheet pile;
Ra y
1 pa a ( 32 a) 2
y
34145 ,06983 11948 ,345
y
2,86 m
pa 2
h2 a 2
h2 3
pa1h2 a
h2 2
pa1
h1 a h2 2
h1 3
Tekanan tanah pasif pada titik perpotongan sheet pile;
p 'p p 'p
h1 K p
h2
a
'
K p'
'
aKa'
30086,6412 k / m2
By : Salmani, MS, MT.
Page 46
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING Langkah 4 : Penentuan kedalaman sheet pile (D) Kedalaman sheet pile dari tekanan tanah pasif;
pp
Y4 '
'
K'
K'
'
K'
2
2y 'K '
p 'p
Y
6Ra yp 'p '
K'
4Ra2 2
0
10,63 m
K'
8Ra ' K'
33,77 m 2
6 Ra '
6Ra
2830 ,2 kg / m 3
pp '
8Ra Y2 ' ' K
Y3
K
2y 'K '
' 2
6 Ra yp 'p '
p 'p
4 Ra2
841,423 m 4
' 2
K
414,165 m 3
diperoleh;
Y4
10 ,63 Y 3
33,77 Y 2
414 ,165 Y
841,423
0
dengan cara coba-coba didapat Y = 6,65 meter. Kontrol:
z
p pY
2 Ra
pp
p 'p'
dimana; '
pp
K p'
K a' Y
pp
18820,83 k / m2
p 'p'
pp
p 'p'
48907,47 k / m 2
'
K p'
K a' Y
didapat : z = 1,495 meter.
FH
FH
Ra
pp
p 'p'
4,01 0
By : Salmani, MS, MT.
z 2
pp
Y 2
ok.
Page 47
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING Dengan penambahan 30 % (keamanan), maka kedalaman sheet pile yang diperlukan adalah:
D 1,30 Y
a
D 1,30 6,65 1,06
D 10 meter Langkah 5 : Perhitungan gerusan pada kaki sheet pile Sama seperti pada kasus retaining wall, persamaan untuk menghitung gerusan pada kaki sheet pile dapat juga digunakan dari Liu, et al (1961) dan Grill (1972), yaitu:
hs h1
a 2.15 h1
0.4 0.33
Fr1
dimana; h1 = 3 m V1 = 0,76 m/det
a Fr1 =
=
0.10m V1 gy1 0.76 9.81 x3
= 0.14 Dari persamaan (1) diperoleh;
hs 3
0.10 3
2.15
0.4
(0.14)0.33
hs = 0.86 m.
Langkah 5 : Penentuan ukuran rock riprap Berdasarkan bilangan Froude = 0.14 (< 0.8), maka ukuran riprap dapat dihitung dengan rumus;
D50 y
K Ss
V2 1 gy
dimana; K = 1.02, karena sheet pile dianggap dinding vertikal
By : Salmani, MS, MT.
Page 48
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING Ss = 2.65
9.81m / det 2 , maka dari persamaan (2), diperoleh;
g
D50 3
1.02 (0.76) 2 2.65 1 9.81x3
D50 = 0.036 m. Diambil D50 = 5 cm. Untuk perhitungan detail tentang rock riprap dapat dilihat pada contoh perhitungan detail riprap.
Spesifikasi Material Material yang digunakan untuk membuat sheet pile adalah : 1. Rolled Steel, beton pracetak, kayu atau plastik pile. 2. Dibutuhkan struktur pengait seperti cantilever. 3. Baja : interlocking, perbedaan berat rolled steel sheet pile dapat menancapkan ke dalam tanah. Baja material yang paling sering digunakan. 4. Kayu : interlocking dengan sendiri ke tepi tanah. Bisa digunakan permanen untuk dinding yang tingginya sedang sampai tinggi sekali 5. Beton : pracetak, pile beton lebih lama umur pelayanannya tetapi harganya mahal. Pile beton lebih rumit pemasangannya dibandingkan pile baja. Dapat berguna di aliran dengan tingkat abrasi yang tinggi dan dimana dinding memikul gaya axial. Plastik : kerapatan yang tinggi, interloking antar plastik. Biasanya digetarkan ke dalam tanah. Plastik mempunyai struktur yang lebih rendah daripada material struktur lainnya.
8.3.3 Bioengineering
Bioengineering
merupakan
jenis
dinding
pengaman
gerusan
dengan
menggunakan tumbuhan atau tanaman. Dinding pengaman jenis ini akan digunakan bila daerah tesebut sulit untuk menemukan bahan konstruksi seperti semen dan pasir. Berikut ini akan diperkenalkan dinding pengaman yang terbuat dari tanaman yang dapat digunakan dan sesuai dengan keadaan di Indonesia.
By : Salmani, MS, MT.
Page 49
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING 8.3.3.1
Konsep Desain
Penggunaan bioengineering (pengaman dari tanaman) diutamakan untuk mengontrol erosi, tetapi kadang digunakan untuk hal lain. Perencanaan pengaman bantaran dari bioengineering harus melibatkan aspek-aspek di sekitar pengaman. Aktivitas di sekitar pengaman yang mempengaruhi erosi harus diperhatikan. Pemasangan pengaman bioengineering di sekitar kawasan yang dilewati sapi adalah usaha yang kurang baik karena sapi tersebut akan memakan tanaman bioengineering sesudah dipasang.
Perencanaan bioengineering di sebuah saluran harus dievaluasi sebagai satu kesatuan sistem. Bagian-bagian dari perencanaan bioengineering terdiri penanganan kerusakan yang potensial dan aspek ekonomi dan politik. Bagianbagian perencanaan ini dapat dilihat pada gambar 8-31. Tentukan masalah akibat dari erosi Tentukan tujuan (dikarenakan masalah erosi) Contoh : - Meningkatkan kualitas air - Meningkatkan habitat perikanan
Pertanyaan yang muncul beserta jawabannya menyangkut komponen dari proyek
Politik
Ekonomi
Klimatologi
Kondisi fisik
Kondisi tanah
Kondisi biologi Peralatan dan Material (Bahan)
Rencana Pembangunan Pengadaan Tanaman
Implementasi Proyek
Persiapan Lahan
Penanaman
Pengawasan
Pemeliharaan
dan Konstruksi
By : Salmani, MS, MT.
Page 50
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING
Gambar 8-31 Langkah-Langkah Perencanaan dan Implementasi dari Pekerjaan Bioengineering Langkah-langkah diatas dijabarkan berikut ini.
8.3.3.1.1 Penentuan Masalah dan Tujuan Tujuan yang akan dicapai berdasarkan masalah yang muncul atau masalah yang diperlukan untuk sebuah proyek. Masalah yang timbul biasanya adalah akibat erosi seperti permasalahan kualitas air, perikanan yang sedikit dan lainnya. Tujuan dari proyek biasanya ditentukan oleh permasalahan tersebut, tetapi dapat juga dalam penyediaan habitat ikan dan hewan liar, peningkatan kualitas air, perlindungan sumberdaya alam atau maksud lainnya. Tujuan-tujuan yang akan dicapai tidak hanya ditimbulkan oleh masalah fisik akibat erosi tetapi juga oleh masalah hukum, seperti penggusuran lahan di sekitar bantaran saluran. Hal ini akan memerlukan keahlian antar disiplin ilmu yang minimal terdiri dari insinyur, hidrologis, peneliti kehidupan makhluk hidup dan ekonomi, sosiologi dan hukum.
8.3.3.1.2 Pertanyaan yang muncul beserta jawabannya menyangkut komponen dari proyek
Proyek pengendalian erosi di bantaran sungai/saluran mempunyai beberapa komponen.
Setiap
komponen
dapat
memiliki
penghambat
yang
harus
diselesaikan. Komponen-komponen yang berkaitan dengan penghambat adalah saling terlepas dan harus diperhatikan. Hal ini akan memunculkan pertanyaanpertanyaan yang harus dijawab. Komponen ini seperti politik, ekonomi, klimatologi, fisik, tanah dan komponen biologi. Pertanyaan dan jawaban yang
By : Salmani, MS, MT.
Page 51
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING muncul akan memandu ke dalam rencana pengembangan. Setelah rencana pengembangan
disetujui,
pengadaan
tanaman
dilakukan.
Setelah
atau
bersamaan dengan pengadaan tanaman, impelementasinya dapat dilakukan. Hal ini akan menyangkut peraturan pemerintah yang berlaku dan tekanan dari masyarakat seperti penggunaan tanaman yang berasal dari daerah tersebut. Komponen politik yang meliputi faktor manusia yang buruk dan jalan kaki yang dibuat dan kendaraan off road dapat menjadi faktor yang positif dalam perbaikan lingkungan.
Ekonomi merupakan salah satu komponen yang penting untuk proyek pengendalian erosi. Proyek bioengineering biasanya lebih murah dibandingkan dengan
struktur
lainnya.
Bagaimanapun
juga,
variabel
ekonomi
akan
mempengaruhi keputusan akhir dalam memilih tanaman dan kepadatan tanaman sesuai dengan pra-desain dan pemeliharaan. Desain dari pengaman tumbuhan (pengaman hijau)/bioengineering harus meliputi pembiayaan untuk pengawasan dan penanaman dan pengaturan lokasi untuk mencapai tujuan.
Komponen klimatologi meliputi beberapa aspek seperti hujan, suhu, kelembaban, penyinaran matahari dan lainnya. Klimatologi akan mempengaruhi pemilihan tanaman yang akan ditanam dan penanganannya setelah penanaman. Tanaman yang digunakan untuk daerah yang mempunyai musim hujan yang tinggi dan kering akan berbeda dengan daerah yang mempunyai musim kering lebih banyak dibandingkan musim hujan. Komponen fisik meliputi parameter proyek seperti kestabilan tanah seperti penurunan tanah; suhu dan evapotrasnpirasi, hidrodinamik seperti sumber air permukaan
dan
tanah,
frekuensi
air,
timing,
kedalaman
dan
lainnya;
geomorpologi seperti catatan arus, bentuk, bentuk penampang. Dari parameter fisik yang telah disebutkan, hidrologi dan geomorfologi merupakan faktor yang penting. Untuk menentukan tanaman yang digunakan dan jenisnya serta waktu penanamannnya, seorang perencana harus mengetahui data hidrologi dan geomorfologi dari saluran. Kalau tidak ada catatan mengenai data kedalaman muka air dari saluran, maka harus menggunakan tanda-tanda kedalaman di sekitar saluran, pengetahuan penduduk di sekitar saluran dan data lain yang didapat dari tanaman lokal dan tanah yang menunjukkan periodisitas banjir.
By : Salmani, MS, MT.
Page 52
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING Karakteristik geomorfologi seperti geometri bantaran sangat menentukan dalam desain bioengineering. Bantaran yang telah tererosi, curam dan tidak dapat ditanami harus dibentuk sehingga dapat ditanami. Kemiringan untuk tanah berpasir adalah 30o, sedangkan lempung dapat lebih curam. Kemiringan yang sering digunakan adalah kurang dari 1 – 1.2 V : 1 H. Tebing yang curam dimana penggerusan di kaki terjadi memerlukan perlindungan seperti riprap. Struktur yang khusus digunakan untuk penanganan selain drainase kalau geomorfologi turut menyumbang dalam erosi, seperti piping atau sadding.
Komponen tanah meliputi parameter tanah seperti tekstur, struktur, kesuburan, daya tahan erosi, kandungan kimia dan sebagainya. Tekstur tanah, struktur dan kedalaman mempengaruhi kandungan air di tanah dan perlu diperhatikan ketika menentukan tampungan air atau air irigasi selama musim kering. Untuk menjamin kestabilan bantaran dan perlindungan kaki, maka perlu perbaikan kondisi tanah. Tanah dengan lapisan humus 10 cm diharapkan. Pemindahan tanah sangat mahal dan harus diperhatikan untuk keadaan ekonomi. Tanah yang kurang atau tidak sesuai dengan bioengineering dapat diperbaiki dengan teknik atau metode perbaikan tanah tergantung dari permasalahan yang timbul.
Komponen biologi adalah salah satu komponen penting dan saling terkait dengan komponen lainnya. Termasuk habitat yang diperlukan untuk tanaman dan binatang serta rencana yang telah dibuat sehingga menemukan persyaratan yang dibutuhkan untuk masing-masing komponen. Untuk menggunakan bioengineering yang efektif, perencana harus mempelajari dan mengevaluasi tanaman yang tumbuh atau digunakan di seluruh bagian bantaran. Di dalam bioengineering, kondisi bantaran dan jenis tanaman harus dikaji sebanyak mungkin. Tanaman asli yang tumbuh di bantaran atau yang sudah tumbuh lama digunakan dengan normal. Sedangkan tanaman parasit harus disingkirkan.
Tanaman yang digunakan harus mempunyai kekuatan yang tinggi terhadap banjir. Bagian bawah pengaman hijau harus tahan banjir sedangkan bagian atas lebih sedikit tahan. Tanaman juga harus tahan terhadap keadaan kering.
8.3.3.1.3 Rencana pembangunan
By : Salmani, MS, MT.
Page 53
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING Rencana pembangunan merupakan hal yang puncak dari tahapan yang sebelumnya. Analisis tempat sebelum tanaman dibeli atau proyek diimplementasi merupakan hal yang penting. Dalam analisis tempat, setiap komponen harus dianalisis
termasuk
faktor
atau
parameter
dan
apa
saja
yang
akan
mempengaruhi pembangunan tanaman untuk bioengineering dan stabilitas bantaran. Panduan secara umum untuk analisis tempat adalah observasi keadaan tempat proyek di upstream maupun downstream. Dari pengamatan akan didapat tentang referensi tempat seperti tanaman yang akan digunakan, jenis spesies yang akan menyerang tanaman.
8.3.3.1.4 Peralatan dan Material Dalam rencana pembangunan, peralatan dan material diperlukan untuk menangani masalah tanaman dan penanamannya. Peralatan dan teknik penanaman tergantung dari jenis vegetasinya serta ukuran proyek dan kondisi lapangan.
8.3.3.1.5 Perizinan Setelah analisis kondisi lapangan dan pengerjaan mulai dilaksanakan, perizinan untuk membangun diperlukan. Perizinan ini dikeluarkan oleh pemerintah daerah setempat.
8.3.3.1.6 Pengadaan Tanaman Indikator tanaman yang paling baik digunakan untuk bioengineering adalah tanaman yang tumbuh di sekitar saluran secara alami. Hal yang perlu diperhatikan dalam pengadaan tanaman adalah undang-undang (aturan) mengenai pengadaan tanaman. Hal lain yang perlu diperhatikan hama dan penyakit yang dibawa oleh tanaman tersebut. Hama dan penyakit tersebut jangan sampai menyebar ke daerah sekitar saluran.
Ketersediaan tanaman dari beberapa spesies, ukuran dan kualitas sering menjadi batasan dalam menentukan pemilihan tanaman dan pengadaan tanaman. Beberapa tanaman yang asli tumbuh di sekitar saluran sangat sulit untuk dikembangbiakan dan tumbuh dan banyak jenis tanaman yang tertentu
By : Salmani, MS, MT.
Page 54
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING tidak tersedia di pasaran atau kualitasnya rendah. Untuk lebih mudah dalam memilih tanaman yang digunakan untuk pengaman hijau ini, sangat disarankan untuk mengidentifikasi tanaman sebanyak mungkin dan mempergunakan sedikit mungkin jenis tanaman yang ada.
8.3.3.1.7 Implementasi Implementasi (pelaksanaan) adalah kegiatan lanjutan dari perencanaan pembangunan dan terintegrasi dengan proses perencanaan. Implementasi ini terdiri dari persiapan lapangan dan konstruksi, penanaman dan pengawasan serta pemeliharaan. Tahap ini memerlukan detail pekerjaan. Kerjasama antar pemilik disiplin ilmu dalam perencanaan sangatlah penting dan harus terjaga sampai proyek ini selesai.
8.3.3.1.8 Teknik Penanaman Ada beberapa teknik penanaman dalam bioengineering mulai dari yang sederhana, yaitu hanya menggali dengan pacul dan memasukan stek (batang tanaman) sampai memindahkan akar tanaman yang besar. Teknik yang lain adalah menyebarkan bibit tanaman,
hydroseeding dan lainnya. Teknik
penanaman yang telah disebutkan harus dikombinasikan dengan material bangunan atau struktur untuk membentuk struktur yang tahan erosi.
8.3.3.1.9 Pengawasan dan pemeliharaan Pengawasan
dan
pemeliharaan
merupakan
bagian
yang
penting
dari
perencanaan dan pembangunan pengaman bioengineering ini. Intensitas dan frekuensi dari pengawasan dan pemeliharaan tergantung dari kondisi lapangan, klimatologi, kemungkinan perusakan oleh binatang, gelombang yang tinggi serta arus yang terjadi.
8.3.3.1.10 Penanganan bioengineering Seluruh bantaran saluran harus ditangani agar mencapai kemampuan maksimum untuk melindungi permukaan bantaran dan kaki dari erosi, untuk
By : Salmani, MS, MT.
Page 55
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING habitat binatang, peningkatan kualitas air. Penanganan seluruh bantaran dapat dilihat pada bab 6.5. Penanaman tumbuhan pada daerah mungkin terlalu lebar atau akan timbul kesulitan karena geomorfologi saluran. Seluruh daerah bantaran harus ditangani dengan sistematik. Penanganan yang akan sangat diperhatikan adalah penangan zona kaki bioengineering.
Penanganan Zona Kaki Zona kaki merupakan zona yang mudah terkena erosi sehingga dapat membentuk lubang. Penanganan zona kaki menggunakan batu-batuan, kayu, geotekstil, tanaman maupun gabungan dari material tersebut. Salah penanganan zona kaki yang mudah adalah dengan menggunakan batu-batuan, yaitu dengan riprap.
b. Bangunan Pengarah Aliran
8.4.1 Groin (Krib)
8.4.1.1
Prosedur Perencanaan
Prosedur perencanaan dari groin krib dapat disajikan dalam bentuk flowchart sebagai berikut :
By : Salmani, MS, MT.
Page 56
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING
MULAI
Pengumpulan data lapangan : 1. Potongan Melintang 2. Perubahan penampang melintang 3. Data tanah
Tentukan parameter hidraulik sungai seperti : debit r encana, kekas ar an dasar s ungai, kecepatan dan kedalaman rata-rata Tentukan tinggi krib
Tentukan sudut orientasi krib
Tentukan jarak antar groin
Tentukan jarak panjang pengunci
Tentukan lebar puncak
Tentukan ukuran material
Cek Stabilitas ?
Tidak
Ya
SELESAI
By : Salmani, MS, MT.
Page 57
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING Gambar 8-32. Flow chart perencanaan groin Langkah 1 : Penentu Tinggi Groin Tinggi groin direncanakan tidak melampaui tinggi tebing karena erosi pada daerah tebing dapat bertambah pada elevasi muka air tinggi. Oleh sebab itu tinggi groin yang direncanakan sangat bergantung pada hasil perhitungan parameter hidraulik Langkah 2 : Sudut /Orientasi Groin ditempatkan tegak lurus arah aliran, baik terhadap aliran hulu maupun arah aliran di hilir. Posisi ini merupakan posisi standar pada perencanaan groin. Langkah 3 : Panjang Groin Panjang groin rencana tidak melampaui 1/3 lebar rata-rata saluran (W), untuk lebih jelasnya dapat ditulis :
L
W 3
(8.41)
Langkah 4 : Jarak Antara Groin (spacing) Untuk menentukan spacing, ada beberapa formula yang dapat digunakan, yaitu : LaGrone, 1995 ;
S
R 1,5L W
0 ,8
L W
0,3
; S max
1
L 1 R
2
0, 5
(8.42)
Saele, 1994 ; S = (4
5) L
(8.43)
Langkah 5 : Panjang Pengunci (length of key) Untuk menjaga agar groin tidak terbawa arus atau runtuh pada saat aliran tinggi, maka groin tersebut harus dikunci kedalam tebing. Panjang pengunci ini bervariasi untuk setiap kasus. Menurut Saele (1994) ; LKmin = 2,4 m atau LKmin = 4 D100
By : Salmani, MS, MT.
(8.44)
Page 58
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING Menurut LaGrone (1995) ; R > 5 W dan S
Untuk :
LK = Stg
L tg
-L
(8.45)
Untuk : R > 5 W dan S < tg
LK
L W 2 L
0 ,3
5 R
0 ,5
(8.46)
Langkah 6 : Lebar Puncak Lebar puncak Groin bervariasi sekitar 1 m sampai 4 m, tapi tidak kurang dari (2 3) D100 Langkah 7 : Ukuran Material (material sizing) Untuk menentukan ukuran material groin sangat tergantung dari jenis material yang digunakan. Jadi dalam hal ini, penentuan ukuran material dapat merujuk ke referensi terkait. Langkah 8 : Perhitungan kestabilan struktur Kestabilan struktur groin harus diperhitungkan terhadap: Guling Geser Daya dukung Detail perhitungannya dapat dilihat pada contoh perhitungan retaining wall
8.4.1.2
Spesifikasi Material
Material yang digunakan untuk membuat groin (krib) adalah dari susunan kayu atau sheet pile. Material yang digunakan tergantung dari kondisi biaya yang dianggarkan. Kayu yang digunakan harus tahan terhadap air, karena kayu direndam di dalam air.
By : Salmani, MS, MT.
Page 59
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING
8.4.1.3
Contoh Perencanaan groin
Salah satu cara untuk menstabilkan/memantapkan tikungan saluran/sungai adalah dengan menggunakan konstruksi Groin. Dalam contoh soal ini diketahui lebar saluran/sungai 25 m, jari-jari tikungan saluran/sungai (terhadap garis as/center line) adalah 150 m. Sudut ekspansi untuk mengunci groin dalam tebing ditetapkan sebesar 20o. Rencanakan struktur groin tersebut, agar tikungan sungai aman dari gerusan akibat aliran yang terjadi. Penyelesaian : Lihat gambar 8-33.
B
Gambar 8-33. Rencana groin
Secara prosedur sebelum dilakukan perencanaan groin, terlebih dahulu harus diketahui kondisi hidraulik eksisting pada tikungan tersebut. Perhitungan parameter hidraulik ini didasarkan pada data aliran yang ada serta data geometriknya. Parameter ini akan lebih baik bila dihitung dengan program komputer seperti DUFLOW, WSPRO, HEC-2, maupun HEC-RAS.
By : Salmani, MS, MT.
Page 60
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING
Langkah 1 : Penentu Tinggi Groin Tinggi groin direncanakan tidak melampaui tinggi tebing karena erosi pada daerah tebing dapat bertambah pada elevasi muka air tinggi. Oleh sebab itu tinggi groin yang direncanakan sangat bergantung pada hasil perhitungan parameter hidraulik. Langkah 2 : Sudut /Orientasi Groin ditempatkan tegak lurus arah aliran, baik terhadap aliran hulu maupun arah aliran di hilir. Posisi ini merupakan posisi standar pada perencanaan groin.
Langkah 3 : Panjang Groin Panjang groin rencana tidak melampaui 1/3 lebar rata-rata saluran (W), untuk lebih jelasnya dapat ditulis :
L B 10
B 3 L
B 4
B = 25 m
B 10
2,5 m
B 4
6,25 m
diambil panjang groin (L) = 5 m.
Langkah 4 : Jarak Antara Groin (spacing) Untuk menentukan spacing, ada beberapa formula yang dapat digunakan, yaitu : LaGrone, 1995 ;
By : Salmani, MS, MT.
Page 61
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING
S max
150 1
5 1 150
2
0 ,5
Smax = 38,41 m
S
150 1,5.5 25
0 ,8
0 ,3
5 25
= 19,40 m Sedangkan menurut Saele ; S = (4 5) 5 = (20 – 25) m untuk itu diambil jarak antara groin (S) = 20 m.
Langkah 5 : Panjang Pengunci (length of key) Untuk menjaga agar groin tidak terbawa arus atau runtuh pada saat aliran tinggi, maka groin tersebut harus dikunci kedalam tebing. Panjang pengunci ini bervariasi untuk setiap kasus. R = 150 m B = 25 m
R > 5B
S = 20 m
S
L tg
L=5m = 200 maka digunakan rumus : LK = 20. Tg 200 - 5 LK = 2,3 m > 1,2 m
ok
Diambil LK = 2,4 m.
By : Salmani, MS, MT.
Page 62
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING Langkah 6 : Lebar Puncak Lebar puncak Groin bervariasi sekitar 1 m sampai 4 m, tapi tidak kurang dari (2 3) D100 Langkah 7 : Ukuran Material (material sizing) Untuk menentukan ukuran material groin sangat tergantung dari jenis material yang digunakan. Jadi dalam hal ini, penentuan ukuran material dapat merujuk ke referensi terkait.
Langkah 8 : Perhitungan kestabilan struktur Kestabilan struktur groin harus diperhitungkan terhadap: Guling Geser Daya dukung Detail perhitungannya dapat dilihat pada contoh perhitungan retaining wall.
8.4.2 Spur
8.4.2.1
Prosedur Perencanaan
Tahapan desain spur terdiri dari penentuan batas bantaran/tepi sungai yang akan dilindungi, pemilihan tipe spur dan desain pemasangan spur yang terdiri dari panjang spur, arah spur, permeabilitas, tinggi, profil dan jarak antar spur.
1.
Penentuan Batas Bantaran/Tepi Sungai yang akan Dilindungi
Panjang bantaran/tepi sungai yang akan dilindungi dapat melihat pada bab 8.2.6.
2.
Pemilihan Tipe Spur
Tipe spur yang akan digunakan dapat dilihat pada tabel 8-7.
By : Salmani, MS, MT.
Page 63
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING
By : Salmani, MS, MT.
Page 64
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING
Tabel 8-7 Tipe Spur dan Metode Pemilihan
By : Salmani, MS, MT.
Page 65
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING 3.
Desain Pemasangan Spur
Langkah 1 Tentukan Panjang Spur Panjang spur tergantung dari panjang sungai/saluran yang akan diperbaiki. Panjang spur yang baik digunakan adalah lebih besar dari 20 persen dari lebar sungai atau ;
Lminimum = 0.2 x lebar sungai
(8.47)
Langkah 2: Tentukan arah spur Spur yang mengarah ke upstream atau downstream akan berbeda dalam hal kinerjanya. Spur yang ke arah upstream tidak sebaik spur yang kearah downstream. Arah spur sebaiknya 90o diukur dari pinggiran sungai. Untuk spur yang lebih dari satu, jarak antar spur dipengaruhi oleh arah spur. Arah spur yang pertama sebaiknya 150o dari pinggir sungai.
Langkah 3: Tentukan Permeabilitas Spur Permeabilitas
spur
menentukan
banyaknya
air
atau
aliran
air
yang
melewati/menembus spur. Semakin tinggi permeabilitas, semakin banyak air yang dapat menembus dinding spur. Permeabilitas lebih dari 70 persen dapat mencegah terjadinya erosi pada bantaran sedangkan permeabilitas kurang dari 35 persen dapat terjadi erosi seperti halnya pada spur yang impermeabel. Tetapi harus diperhatikan panjang spur dan arah spur. Spur dengan permeabilitas lebih dari 35 persen akan memperpendek panjang spur. Hubungan permeabilitas spur dengan kedalaman gerusan dan arah spur dapat dilihat pada gambar 8-34 dan 8-35.
By : Salmani, MS, MT.
Page 66
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING
Gambar 8-34. Grafik permeabilitas spur dan orientasi vs kedalaman gerusan relatif pada ujung spur
Gambar 8-35. Permeabilitas dan arah spur vs sudut ekspansi
By : Salmani, MS, MT.
Page 67
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING Langkah 4 Tentukan Tinggi Spur Spur yang impermeabel sebaiknya tidak melebihi tinggi bantaran. Bentuk puncak dari spur sebaiknya miring dari bantaran menuju sungai. Langkah 5 Tentukan Jarak Spur Jarak antar spur (s) dapat ditentukan dengan rumus : S = L cot
(8.48)
Dimana: S = jarak antara ujung spur (m) L = panjang spur (m) = pebesaran sudut pada ujung spur
4.
Perlindungan Kaki
Kaki spur dapat dilindungi dengan riprap sepanjang spur. Prosedur penentuan riprap dapat dilihat pada bagian perencanaan riprap. Jenis perlindungan yang lain adalah dengan pondasi pile.
8.4.2.2
Spesifikasi Material
Material yang digunakan sama dengan material yang digunakan pada riprap atau gabion (bronjongan).
8.4.2.3
Contoh Perencanaan spur
Kasus degradasi/migrasi pada tikungan saluran/sungai (eksisting) seperti gambar 8-36.
Gambar 8-36. Denah kasus penerapan Spur
By : Salmani, MS, MT.
Page 68
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING Untuk mengatasi permasalahan ini diminta untuk merencanakan Spur yang dapat berfungsi sebagai : -
Menghentikan / mencegah perpindahan meander sebelum badan jalan yang melintasi saluran rusak / runtuh.
Untuk itu tipe deflector spur/permeabel retarder atau impermeabel deflector spur direkomendasikan untuk digunakan dalam kasus ini. Sudut ekspansi yang digunakan adalah 170 untuk panjang spur sekitar 20 % lebar saluran. Penyelesaian : Langkah 1 : Gambarkan Lokasi Thalweg Pada prinsipnya sebelum dilakukan penggambaran thalweq, terlebih dahulu harus dihitung parameter hidraulik untuk kasus eksisting. Perhitungan parameter ini didasarkan pada data aliran yang ada serta data geometriknya. Parameter yang paling penting dalam perencanaan spur ini adalah „streamline‟ pada tikungan saluran. Dalam contoh ini dianggap streamline sudah diketahui. Sket lokasi thalweg yang diinginkan secara mulus (smooth) dari arah aliran udik melalui kurva menuju garis lurus/sejajar arah aliran di bagian hilir. Langkah 2 : Gambarkan kurva yang mulus melalui ujung spur, konsentrik terhadap garis tebing yang diinginkan. Lihat gambar 8.37.
Gambar 8-37. Rencana Penempatan Spur
By : Salmani, MS, MT.
Page 69
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING
Langkah 3 : Posisi/lokasi Spur no. 1 Tempatkan spur no.1 pada bagian hilir dari kasus yang ditinjau dengan membentuk sudut ekpansi 170. Hitung jarak dengan spur berikutnya : Panjang efektif spur no. 1 (L1) = 20% x 50 = 10 m. Maka jarak spur no. 1 dengan spur berikutnya adalah : S1 = L1 cotg 170
10
1 0 ,305731
32,71
~ 33 Spur dipasang pada sudut 900 terhadap tangen yang merupakan kontruksi yang paling ekonomis Langkah 4 : Untuk spur yang lain (spur di hulu dari spur pertama) ditempatkan dengan menggunakan persamaan yang sama seperti diatas. Dengan penempatan spur seperti ini akan terjadi deposisi pada dasar antara garis tebing yang diinginkan dengan garis tebing yang tererosi (eksisting) Berdasarkan garis tebing yang diinginkan, maka panjang busur (gambar 8-38) yang dibutuhkan sehingga kasus ini dapat teratasi adalah :
By : Salmani, MS, MT.
Page 70
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING Gambar 8-38. Posisi /jarak lintasan penempatan Spur
PB
α x 2 rr o 360 70 x 2 . 250 360 305m
Sehingga jumlah spur yang harus dipasang adalah 305/32,71 +1 = 10,24
11
buah. Langkah 5 : Perhitungan kestabilan struktur Kestabilan struktur spur harus diperhitungkan terhadap: Guling Geser Daya dukung Detail perhitungannya dapat dilihat pada contoh perhitungan retaining wall.
8.4.3 Guide Bank
8.4.3.1
Prosedur Perencanaan
Prosedur perencanaan guidebank terdiri dari panjang guidebank, tinggi dan riprap. MULAI
Pengumpulan data lapangan : 1. Potongan Melintang 2. Perubahan penampang melintang 3. Data tanah
Tentukan parameter hidraulik sungai seperti : debit r encana, kekas ar an dasar s ungai, kecepatan dan kedalaman rata-rata Tentukan debit yang melew ati bantaran kiri dan kanan
A By : Salmani, MS, MT.
Page 71
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING
A
Tentukan debit dengan jarak 30 m dari bantaran Tentukan panjang, tinggi dan lebar guide bank
Cek Stabilitas ?
Tidak
Ya
Tentukan perlindungan kaki
SELESAI
Gambar 8-39. Flow Chart Perencanaan GuideBanks
a. Analisis data awal (Preliminary Data Analysis)
Langkah 1. Kumpulkan data lapangan yang diperlukan yang meliputi (survey penampang melintang saluran, data tanah, foto udara (aerial photographs), studi kasus, dll). Langkah 2. Tentukan debit rencana. (lihat subbab 8.2.1).
Langkah 3. Tentukan
perkiraan
perubahan
(development)
penampang
melintang rencana.
By : Salmani, MS, MT.
Page 72
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING b. Dimensi guidebank Langkah 4 Tentukan debit yang melewati bantaran kiri dan kanan (Qf) Qf = V x kedalaman x lebar bersih saluran Langkah 5 Tentukan debit dengan jarak 30 m dari pilar (Q30 m) dan Qf/Q30 m Q30 m = V x kedalaman bantaran x 30 m Langkah 6 Tentukan panjang Guidebank (Ls) Panjang guide ditentukan dari nomograh antara Ls dan Qf/Q30 m (gambar 8-40) Gambar
Gambar 8-40. Nomogram untuk menentukan panjang tebing penuntun (guidebank)
Petunjuk Penggunaan Nomograph padagambar 8-40: 1. Tentukan nilai Qf , Q30 dan Va. 2. Hitung Qf /Q30 .
By : Salmani, MS, MT.
Page 73
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING 3. Tarik garis lurus dari titik Qf /Q30 yang dihitung (sumbu vertikal) sampai garis Va yang dipakai dan tarik lagi garis ke bawah memotong sumbu horozontal. 4. Baca titik perpotongan antara garis lurus (garis vertikal) dengan garis sumbu horizontal untuk nilai Ls. Langkah 7 Tentukan ketinggian dan lebar guide bank Tinggi minimum guidebank adalah 0,6 m dari freeboard diatas permukaan air desain. Lebar atas guidebank antara 3 sampai 4 m dengan kemiringan pinggir 1V : 2H atau kurang. Langkah 8 Tentukan Ukuran Batuan Guidebank terdiri dari batuan yang tersusun (riprap). Desain untuk riprap ini dapat dilihat pada bagian perencanaan riprap. c. Perlindungan Kaki Kaki guidebank dapat dilindungi dengan riprap sepanjang spur. Prosedur penentuan riprap dapat dilihat pada perencanaan riprap. Jenis perlindungan yang lain adalah dengan pondasi pile.
8.4.3.2
Spesifikasi Material
Material yang digunakan sama dengan material yang digunakan pada riprap atau gabion (bronjongan).
8.4.3.3
Contoh Perencanaan guide bank
Pada suatu saluran/sungai yang dilintasi (crosing) oleh jalan jembatan seperti gambar di bawah. Sungai tersebut mempunyai debit aliran rencana 300 m 3/detik, sedangkan
bentuk sungai
terdiri
dari saluran utama
(main channel) dan
bantaran pada dua sisi. Adapun lebar dasar saluran utama 75 m, dan lebar bantaran mempunyai ukuran yang sama yaitu 100 m. Kemiringan tebing, baik pada saluran utama maupun bantaran adalah IV:2H. Koefisien Manning (n) untuk saluran utama adalah 0,025, sedangkan untuk bantaran 0.035. Kemiringan dasar saluran seragam 0,0001.
By : Salmani, MS, MT.
Page 74
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING Rencanakan struktur guidebank pada kedua sisi (kiri dan kanan) sehingga bukaan jembatan diperoleh selebar 85 m. Lihat gambar 8.41.
Gambar 8-41. Denah rencana Guidebank Penyelesaian : Langkah 1 : Tentukan parameter rencana hidraulik yaitu kedalaman dan kecepatan pada kondisi debit rencana. Pada prinsipnya parameter ini akan lebih baik bila dihitung dengan program komputer seperti DUFLOW, WSPRO, HEC-2, maupun HEC-RAS. Dalam contoh ini digunakan metode sederhana yaitu dengan menggunakan rumus Manning untuk memperoleh kedalaman normal serta kecepatannya.
V
1 2 / 3 1/ 2 R S n
Amc
(Bmc
Pmc
Bmc
A eb
B xh eb
P eb
B eb
m h )h mc mc 2 1 m2(h mc
h ) eb
1 m 2.h . eb
Q = Qmc + Qeb
By : Salmani, MS, MT.
Page 75
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING Dimana : hmc
: kedalaman aliran di saluran utama
heb
: kedalaman aliran di bantaran
Bmc
: lebar dasar saluran utama
Pmc
: keliling basah penampang saluran utama
Amc
: luas penampang basah saluran utama
m
: kemiringan tebing
Beb
: lebar dasar bantaran
Aeb
: luas penampang basah bantaran
Peb
: keliling basah penampang bantaran
Qmc
: debit aliran di saluran utama
Qeb
: debit aliran di bantaran
Sehingga diperoleh:
Q
Bmc
300
300 300
1 2 / 3 1/ 2 mh h R S mc mc n
75 2 H H
1 h 2 / 3 0.0001 1/ 2 0.025 mc
75 2h 0.4h mc mc 5/ 3
1 2 B .h .( R 2 / 3 S 1 / 2 ) eb eb n
5/ 3
1 2 100h . h 2 / 3 0.0001 1 / 2 eb 0.035 eb
57,143h 5 / 3 eb
8/ 3
5/ 3
30h 0.8h 57.143h mc mc eb 8/ 3 5/ 3 5/ 3 0.8h 30h 57.143h 300 mc mc eb
0
Dengan mengambil tinggi aliran di bantaran (heb) = 1 m, maka diperoleh kedalaman di saluran utama (hmc) = 3,35 m. Kecepatan pada saluran utama :
By : Salmani, MS, MT.
Page 76
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING
1 2 / 3 1/ 2 R S n 1 h 2 / 3S 1/ 2 0.025 mc 1 ( 3.35 )2 / 3( 0.0001 )1 / 3 0.025 1 ( 2.23896 )( 0.01 ). 0.025 v 0.896 /dt 1 v ( 1 )2 / 3( 0.0001 )1 / 2 bantaran 0.035 0.286m/dt. v
Luas penampang basah : Amc
= (75 + 2 x 3,35) 3,35 = 273,65 m2 (saluran utama )
Alb
= (100 x 1)
= 100,00 m2 (bantaran untuk satu sisi)
Qmc
= 273,695 x 0,896
= 245,231 m3/dt
Qlb
= 2 x 100 x 0.286
=
Q Q
57,20 m3/dt
= 302,431 m3/dt
Qtat. (300)
Langkah 2 : Tentukan debit pada bantaran kiri dan kanan (Qf) Debit ini sangat tergantung pada posisi abutment jembatan. Kalau kedua abutment (kiri dan kanan) ditempatkan pada tebing bantaran, maka Qf adalah debit yang dihitung untuk bantaran kiri maupun kanan pada langkah pertama yaitu 28,6 m3/dt (untuk satu sisi). Tetapi dalam contoh ini, abutment jembatan ditempatkan pada jarak 50 m dari tebing saluran utama, baik abutment kiri maupun kanan. Dengan anggapan aliran seragam maka : Qf = Veb x heb x50 m = 0.286 x 1 x 50 = 14.3 m3/dt masing-masing untuk sebelah kiri dan kanan.
By : Salmani, MS, MT.
Page 77
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING Langkah 3 : Tentukan Q30m dan Qf / Q30m untuk bantaran kiri dan kanan Q30m maksudnya adalah debit yang melewati pada bantaran sejauh 30 m dari batas saluran utama. Karena dalam kasus ini aliran dianggap seragam, maka : Q30 = Veb x hmc x 30 m = 0.286 x 1 x 30 = 8.58 m3/dt baik untuk bantaran kiri maupun kanan (untuk satu sisi). Berdasarkan Q30m maka diperoleh : Qf/Q30m = 14,3/8,58 = 1.667 Langkah 4 : Tentukan panjang guidebank ( Ls ) Untuk memperoleh panjang guidebank, harus dihitung dahulu penampang basah aliran pada bukaan jembatan ( An2 ). An2 = Amc + 2 { 50 .1} = 273.695 + 2 x 50 = 373.695 m2 Berdasarkan luas penampang basah bukaan tersebut, maka diperoleh kecepatan rata-ratanya ( Vn2 ) :
Vn 2
Q An 2
300 373.695
0.80 m / dt
Sesuai dengan harga Qf/Q30m pada langkah ke tiga dan harga Vn2, maka dengan menggunakan nomograf gambar 8-40, maka diperoleh panjang guidebank (Ls) kurang dari 15 m. Karena Ls yang dibutuhkan terlalu pendek, maka pada prinsipnya untuk kasus ini keberadaan guidebank tidak terlalu dibutuhkan. Langkah 5 : Spesifikasi tambahan Kalaupun guidebank diadakan/digunakan, maka ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, antara lain tinggi jagaan (elevasi guidebank terdapat elevasi muka air) dan lebar puncak guidebank. Kriteria perencanaan/perhitungan dari parameter ini dapat merujuk pada referensi-referensi terkait.
By : Salmani, MS, MT.
Page 78
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING Untuk bahan material guidebank dapat digunakan tipe rock riprap. Adapun perhitungan tipe revetment ini dapat dilihat dalam contoh perhitungan detail riprap. Langkah 6 : Perhitungan kestabilan struktur Kestabilan struktur check dam harus diperhitungkan terhadap: Guling Geser Daya dukung Detail perhitungannya dapat dilihat pada contoh perhitungan retaining wall.
c. Bangunan Peredam Energi
i.
Check Dam
1. Prosedur perencanaan
By : Salmani, MS, MT.
Page 79
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING Prosedur perencanaan secara ringkas dapat dilihat pada flow chart sebagai berikut. MULAI
Pengumpulan data lapangan : 1. Potongan Melintang 2. Perubahan penampang melintang 3. Data tanah
Tentukan parameter hidraulik sungai seperti : debit r encana, kekas ar an dasar s ungai, kecepatan dan kedalaman rata-rata Hitung kehilangan energi
Hitung kedalaman gerusan pada kaki
Tentukan panjang, tinggi dan lebar (dimensi) cek dam
Cek Stabilitas ?
Tidak
Ya
Tentukan perlindungan kaki
SELESAI
Gambar 8-42. Flow Chart Perencanaan Check Dam Langkah 1: Hitung Parameter Hidraulik Hitung parameter hidraulik, yaitu debit rencana, lebar dan profil saluran dan kedalaman di hulu, hilir dan tinggi bangunan drop (drop structure).
By : Salmani, MS, MT.
Page 80
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING Langkah 2 Hitung kehilangan energi akibat adanya struktur tersebut Sebelum menghitung kehilangan energi (Ht), beberapa parameter lain yang perlu dihitung: -
Debit persatuan lebar = Q/B
-
Kecepatan rata-rata di udik : Vu = q/hu
-
Kecepatan rata-rata di hilir : Vd = q/hd
Kehilangan energi dihitung dengan persamaan Bernauli. Tinjau bagian hulu dan hilir.
Yu Ht
Vu2 2g Yu
Zu Vu2 2g
Yd
Vd2 2g
Zu
Zd Yd
Ht Vd2 2g
; atau Zd
(8.49)
Langkah 2 : Hitung kedalaman gerusan pada kaki (toe) struktur tersebut Dengan menggunakan persamaan USBR, maka dapat diperoleh kedalaman gerusan : hs = K Ht0.225 x q0.54 - dm,
(8.50)
Langkah 3 : Pengaman struktur Check Dam Berdasarkan kedalaman gerusan yang diperoleh, maka tinggi check dam (struktur drop) yang perlu diperkuat adalah : hmc + hs
(8.51)
Untuk memperkuat struktur tersebut, perlu digunakan suatu dinding penahan (revetment) pada kaki (toe) struktur ini. Dalam kasus ini dicoba untuk menggunakan quarrystone atau riprap. a. Riprap
By : Salmani, MS, MT.
Page 81
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING Untuk memperkuat kaki struktur tersebut dapat digunakan tipe revetment dari riprap. Prosedur perhitungannya dapat dilihat pada detail perhitungan contoh soal riprap.
b. Quarrystone
hs = (0,5 – 1,0) hd
(8.52)
masuk dalam kriteria penggunaan toe dari quarrystone (0,5 – 1,0) Lebar toe Apron (Bt) : Bt = 2 H Berat batu toe :
Wmin
a
H3
N S3 SG 1
3
dimana NS = angka stabilitas
NS
atau
K
1 K ht 1,3 K 1/ 3 H
1 ,5
1,8 e
( 1 K )2 ht K1 / 3 H
(8.53)
NS = 1,8
2 kht sin 2 kB1 sin h 2 kht
(8.54)
2. Spesifikasi Material Material yang digunakan untuk check dam adalah struktur beton. Check dam merupakan bangunan yang terendam dalam air sehingga bangunan tersebut harus kuat.
By : Salmani, MS, MT.
Page 82
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING 8.5.1.3 Contoh Perencanaan check dam Suatu lokasi sekitar pondasi jembatan (eksisting) pada suatu saluran/sungai terjadi degradasi. Untuk mengatasi masalah tersebut dapat dilakukan dengan penambahan elevasi dasar setinggi 1,4 m dari elevasi dasar awal. Kondisi tersebut dapat didekati dengan membuat bangunan terjunan (drop structure) yang akan menstabilkan dasar saluran dan mengurangi kemiringan saluran di bagian udik. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 8.43.
Gambar 8-43. Rencana Check Dam
Adapun parameter hidraulik lain adalah: - Debit rencana (Q) = 170 m3 / dt, - Lebar saluran (B) = 35 m - Kedalaman aliran di hulu ( sebelum terjadi drop), hu = 3.25 m, - Kedalaman aliran setelah terjadi drop (hd) = 2.95 m - Tinggi drop (h) = 1.4 m Dalam kasus ini diminta untuk menghitung gerusan yang terjadi pada kaki struktur drop (Check Dam) serta cara memperkuatnya sehingga dapat diatasi gerusan tersebut.
By : Salmani, MS, MT.
Page 83
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING Penyelesaian : Langkah 1 : Hitung kehilangan energi akibat adanya struktur tersebut Sebelum menghitung kehilangan energi (Ht), beberapa parameter lain yang perlu dihitung : = 170/35 = 4,86 m3/dt/m'
-
Debit persatuan lebar = Q/B
-
Kecepatan rata-rata di udik : Vu = q/hu = 4,86/3,25 = 1,49 m/dt
-
Kecepatan rata-rata di hilir : Vd = q/hd = 4,86/2,95 = 1,65 m/dt
Kehilangan energi dihitung dengan persamaan Bernauli. Tinjau bagian hulu dan hilir.
hu Ht
Vu2 2g hu
Zu
hd
Vu2 2g
Zu
Vd2 2g
Zd hd
(1.9) 2 3.25 1.4 2 x9.81
Ht Vd2 2g
; atau Zd
(1.65) 2 2.95 0 2 x9.81
4.763 3.089 1.674m Langkah 2 : Hitung kedalaman gerusan pada kaki (toe) struktur tersebut Dengan menggunakan persamaan USBR, maka dapat diperoleh kedalaman gerusan : hs = K Ht0.225 x q0.54 - dm, dimana : K = 1,9, dm = hd = 2,95 m hs = 1,9 (1,674)0.225 (4,86)0.54 – 2,95 = 2,1335 x 2,3485 – 2,95 = 2,06 m
By : Salmani, MS, MT.
Page 84
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING Langkah 3 : Pengamanan struktur Check Dam Berdasarkan kedalaman gerusan yang diperoleh, maka tinggi check dam (struktur drop) yang perlu diperkuat adalah : hmc + hs = 1,4 + 2,06 = 3,46 m a. rock riprap Untuk memperkuat struktur tersebut, perlu digunakan suatu dinding penahan (revetment) pada kaki (toe) struktur ini. Dalam kasus ini dicoba untuk menggunakan quarrystone atau riprap. Dari data cek dam terdahulu diketahui bahwa; Kedalaman aliran di hilir 2,95 m Kecepatan aliran di hilir 1,65 m/det Fr =
=
V1 gh1 1.65 9.81 x 2.95
= 0,31 Berdasarkan bilangan froude di atas, maka ukuran rock riprap untuk pengaman pada kaki cekdam digunakan persamaan dari rumus Isbash, yaitu;
D50 hmc
K Ss
V2 1 gh
dimana; K = 1,02 SG = 2,65
g
D50 2.95
9.81m / det 2 , maka dari persamaan (2), diperoleh;
1.02 (1.65) 2 2.65 1 9.81x 2.95
D50 = 0,17 m. Diambil D50 = 20 cm. Perhitungan detailnya dapat dilihat pada detail perhitungan contoh soal riprap.
By : Salmani, MS, MT.
Page 85
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING b. Quarrystone Bila digunakan quarrystone, maka perlu ditinjau dulu parameter berikut.
hs hd
2,06 2,95
0,5 1,0
masuk dalam kriteria penggunaan toe dari quarrystone Lebar toe Apron (Bt) : Bt = 2 H = 2 x 2,95 = 5,90 m 6m Berat batu toe :
Wmin
a
H3
N S3 SG 1
3
dimana NS = angka stabilitas
NS
atau
1 K ht 1,3 K 1/ 3 H
1 ,5
1,8 e
( 1 K )2 ht K1 / 3 H
NS = 1,8
K
2 kht sin 2 kB1 sin h 2 kht
Dengan menggunakan Ns = 1,8, berat minimum material quarrystone adalah :
Wmin
2 ,65.2 ,95 3 1,8( 2 ,65 1 )3
= 8,41 ton = 8410 kg
By : Salmani, MS, MT.
Page 86
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING
d. Abutment dan Pilar Jembatan Untuk perencanaan abutment dan pilar jembatan yang tahan terhadap gerusan, prosedurnya mengikuti langkah-langkah pada Bab V dalam manual ini. Tabel 8-8 di bawah ini digunakan untuk perhitungan gerusan pada jembatan.
Tabel 8-8. Koefisien tipe pilar dan Faktor koreksi arah aliran dijembatan Koefisien Tipe Pilar Tipe-tipe pilar
Faktor koreksi arah aliran pada jembatan K1
Sudut
L/a = 4
L/a = 8
L/a = 12
(a) hidung persegi
1,1
0
1,0
1,0
1,0
(b) hidung bundar
1,0
15
1,5
2,0
2,5
(c)
silinder
1,0
30
2,0
2,5
3,5
(d) hidung tajam
0,9
45
2,3
3,3
4,3
(e) kelompok silinder
1,0
90
2,5
3,9
5,0
sudut = arah aliran L = panjang pilar
Proses perencanaan abutment dan pilar jembatan dapat dilhat pada flow chart sebagai berikut :
By : Salmani, MS, MT.
Page 87
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING
MULAI
Pengumpulan data lapangan : 1. Potongan Melintang 2. Perubahan penampang melintang 3. Data tanah
Tentukan parameter hidraulik sungai seperti : debit r encana, kekas ar an dasar s ungai, kecepatan dan kedalaman rata-rata
Cek tegangan geser di saluran utama dan bantaran ?
Tidak
Diperlukan penangan khusus agar tegangan geser dapat teratasi
Ya
Tentukan alokasi abutment dan pilar, aliran bantaran, a/y1, kondisi dasar dan tipe abutment dan pilar Tentukan kedalaman gerusan lokal pada abutment dan pilar Tentukan ukuran batuan untuk riparap pada abutment dan pilar
Cek Stabilitas struktur ?
Tidak
Ya
SELESAI
Gambar 8-44. Flow Chart Perencanaan Abutment dan Pilar Jembatan
By : Salmani, MS, MT.
Page 88
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING
8.6.1 Contoh Perencanaan Abutment dan Pilar Jembatan Suatu jalan jembatan melintasi (crossing) pada suatu saluran/sungai seperti gambar 8.45. Sungai tersebut mempunyai debit rencana 300 m3/detik, sedangkan bentuk sungai
terdiri
dari saluran utama
(main channel) dan
bantaran pada dua sisi. Lebar dasar saluran utama 75 m, dan lebar bantaran mempunyai ukuran yang sama yaitu 100 m. Kemiringan tebing, baik pada saluran utama maupun bantaran adalah IV:2H. Koefisien Manning (n) untuk saluran utama adalah 0,025, sedangkan untuk bantaran 0,035. Kemiringan dasar saluran seragam 0,0001. Data lain yang diketahui: Tegangan geser izin pada bantaran ( o) = 19,91 kg/m2 Bantaran dilapisi oleh vegetasi kelas A D50 = 5 mm, D75 = 6 mm.
Gambar 8-45. Posisi abutment di bantaran Penyelesaian: Langkah 1: Hitung parameter hidraulis aliran Karena kondisi saluran/sungai sama seperti pada contoh soal guidebank, beberapa parameter hidraulis tidak perlu dihitung lagi, cukup menggunakan hasil dari perhitungan pada kasus guidebank, yaitu : kedalaman aliran di saluran utama (h1) = 3,35 m kedalaman aliran di bantaran (kiri-kanan), h0 = 1,0 m. Debit saluran utama (Qmc) = 245,23m3/dt. Kecepatan aliran di saluran utama (Vmc) = 0,896 m/dt.
By : Salmani, MS, MT.
Page 89
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING debit di bantaran (Qeb) = 28,60 m3/dt. (untuk satu sisi) Kecepatan aliran di bantaran (Veb) = 0,286 m/dt. Berdasarkan parameter tersebut di atas, maka dapat dihitung bilangan Froude (Fr) pada bantaran dan saluran utama.
Pada bantaran Fr =
=
V gh 0.286 9.81x1.0
= 0,09
Saluran utama Fr =
0.896 9.81 x3.35
= 0,16
Langkah 2:
Perhitungan tegangan geser
Tegangan geser yang terjadi dapat dihitung dengan formula berikut. o
o
n2 v 2 Rh 1 / 3 satuan British 2.22
f v2 8
n 2 v 2 Rh 1 / 3
satuan SI
Tegangan geser yang terjadi pada saluran utama; 2
o
0.025 x1100 x 0.896 x (3,35)
1/ 3
0,412 kg / m2
Tegangan geser yang terjadi pada bantaran; 2
o
0.035 x1100 x 0.286 x (1.0)
1/ 3
0.385 kg / m2
Tegangan geser kritis (izin) di saluran utama ( c) c
0.0164 xD75
satuan British
c
0.088 xD75
satuan SI
c
0.088 x 6 mm
c
0,53 kg / m 2
Untuk saluran utama
By : Salmani, MS, MT.
o>
c
Page 90
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING Untuk bantaran
o<
c.
Langkah 3: Tentukan lokasi abutment, aliran bantaran, a/y1, kondisi dasar, tipe abutment.
Dalam kasus ini lokasi abutment di bantaran. Ada aliran dibantaran, abutment diletakkan 25 meter dari tebing bantaran (a = 25 m), dengan demikian a/y1 = 25/3,35 = 7.46 < 25. Kondisi sedimen dasar bergerak dan tipe abutment berlaku umum.
Berdasarkan kondisi di atas, maka perhitungan gerusan pada abutment dapat menggunakan tiga formula, yaitu Laursen‟s (1980), Froelich‟s‟s (1987) dan Laursen‟s (1980) untuk
o<
c.
Langkah 4: Perhitungan kedalaman gerusan lokal pada abutment
Menurut Laursen, 1980;
a h1
h 2.75 s h1
25 1.0
h 2.75 s 1.0
hs
hs 1 11.50
hs 1 11.5h1
hs 1 11.5
1.7
1 1.7
1
1.7
1
9.09
0
Dengan cara coba-coba diperoleh hs = 7,20 m. Menurut Froehlich;
hs y1
2.27 K1K 2
a' h1
0.43
Fr0.61 1
dimana; K1 = 1, dan K2 = 1 Atot = (273,65 + 200) m2 = 473,50 m2 Ae = 0,9 Atot = 0,9x473,50
By : Salmani, MS, MT.
Page 91
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING Ae = 426,15 m2
Q Ae
Ve =
300 426.15
= 0,70 m/det. Diambil a‟ = a = 25 meter, dan Fr1 =
Ve gh1 0.70
=
9.81 x1.0
= 0,22.
Dari persamaan 20 diperoleh;
hs 1.0
25 2.27(1)(1) 1.0
0.43
(0.22)0.61 1
hs = 3,50 m.
Menurut Laursen, 1980 untuk
Qo qmcho
h 2.75 s ho
hs 4.1ho
o<
c.;
7/6
1
1
dimana; qo = ho Vo = 1,0x0,286 = 0,286 m2/det Qo = q o a = 0,286x25 = 7,15 m3/det.
q mc
245 .23 m 3 / det
By : Salmani, MS, MT.
Page 92
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING diperoleh;
14.872 245.23x1.0
h 2.75 s 1.0
hs 1 4.1
7/6
1
dengan cara coba-coba diperoleh hs = 0,20 m. Langkah 5: Perhitungan kedalaman gerusan lokal pada pilar Pilar diletakkan di tengah-tengah saluran utama seperti gambar berikut. Tipe pilar round-nose dengan L/a = 8, dimana L = panjang pilar dan a = lebar pilar. Untuk menghitung gerusan lokal pada pilar jembatan, ada 4 formula yang dapat digunakan. 1. Persamaan Colorado State University’s Menurut Richardson et al., (1975), gerusan pada pilar jembatan dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
hS h1
a 2.0 xK1 xK 2 x h1
0.65
x Fr
0.43
y1 : kedalaman aliran pada lokasi pilar Fr = 0,16 Dari tabel 8-6, dengan bentuk pilar ujung bulat diperoleh K1= 1,0. Dari tabel 8-7, untuk L/a=4, dimana L = panjang pilar ; a = tebal pilar, diperoleh K2= 1,50 Sehingga;
hS 3,35
1.0 2.0 x1,0 x1.50 x 3,35
0.65
x 0.16
0.43
hs = 2,06 meter. 2. Persamaan Jani and Fisher (1979); Dalam langkah 2 di atas diperloeh untuk saluran utama
o
>
c
, berarti dasarnya
bergerak. Untuk dasar bergerak (Fr – Frc)> 0.20, maka;
hs a
2 Fr
Frc
0.25
By : Salmani, MS, MT.
h ( 1 )0.50 a
Page 93
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING untuk 0 < Fr – Frc < 0,20, berlaku :
hs a
1.84 Frc
0.25
h ( 1 )0.30 a
dimana; a = lebar pilar Fr = 0,16
Penentuan harga Frc Penentuan harga bilangan Froude kritis dilakukan dengan menggunakan nomograph di bawah ini.
Gambar 8-46. Batas anjuran tegangan geser untuk kanal
Petunjuk Penggunaan Nomograph pada gambar 8-46: 1. Tentukan nilai D50 2. Plot nilai D50 pada garis grafik (sumbu horizontal) 3. Tarik garis lurus dari titik D50 menuju garis satuan yang dinginkan, selanjutnya tarik horizontal menuju garis grafik
(sumbu vertikal)
4. Baca titik perpotongan antara garis lurus dengan garis grafik nilai .
By : Salmani, MS, MT.
Page 94
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING
Dengan demikian dapat ditentukan Frc sebagai berikut: - D50 diambil 0,10 m. - Dari diagram Lane‟s pada gambar 8-46, dengan D50 = 100 mm, diperoleh
c
=
8x10-3 kg/m2. - U*c; c
U *c
=
8x10 103
3
= 8,864x10-3 m/det. -
;
11 .6 U *c dimana
= 9,29x10-7 m2/det
11 .6 x9.29 .10 8.864 .10 3
7
= 0,0012 m. - K = D50, maka;
D50
0.10 0.0012 = 83,33
By : Salmani, MS, MT.
Page 95
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING
Gambar 8-47. Faktor pengali Einsten X pada persamaan kecepatan logaritmik
Petunjuk Penggunaan Nomograph pada gambar 8-47: 1. Tentukan nilai ks dan 2. Hitung ks / 3. Plot nilai ks /
pada garis grafik sumbu horizontal
4. Tarik garis lurus dari titik ks /
menuju garis grafik X (sumbu vertikal)
5. Baca titik perpotongan antara garis lurus dengan garis grafik nilai X.
Dari gambar 8-47 diperoleh X = 1.0. - Vc
Vc
U*c ln
11h1 X D50
= 8.86 .10
3
ln
11 x3.35 x1.0 0.10
= 0,05 m/det.
- Bilangan Froude kritis;
By : Salmani, MS, MT.
Page 96
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING Frc =
=
Vc gh1 0.05 9.81 x3.35
= 8,7x10-3 Fr – Frc = 0,16 – 8,7x10-3 = 0,1513, berarti 0 < Fr – Frc < 0,20. Maka untuk air jernih;
hs a
0.25
1.84 Frc
h ( 1 )0.30 a
Berdasarkan criteria di atas, maka ys diambil yang terbesar antara kedua rumus di atas, jadi;
hs 1.0
2 0.15
0.25
(
3.35 0.50 ) 1.0
diperoleh hs = 2,28 m.
hs 1.0
1.84 8.7 x10
3 0.25
(
3.35 030 ) 1.0
diperoleh hs = 0,81 m. Maka diambil harga terbesar yaitu ys = 2,28 m. 3. Persamaan University of Auckland (UAK); Bila
a 18 , dimana a = lebar pilar, digunakan; D50
hs a Bila
2.1K1K 2 K3
a 18 , maka; D50
hs a a D50
0.45K1K 2 K 3
a D50
0.53
1 / 0.10 , = 10, berarti < 18, maka digunakan kondisi pertama.
By : Salmani, MS, MT.
Page 97
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING K1 = koefisien untuk tipe pilar, untuk bentuk ujung bulat (rounded), dari table 8-7 diperoleh K1 = 1. K2 = faktor koreksi
= 0, K2 = 1 (table 8-8)
K3 = faktor koreksi akibat gradasi sedimen, diambil = 2. Diperoleh:
hs 1.0
1.0 0.45(1.0)(1.0)(1.0) 0.10
0.53
Maka diperoleh ys = 3.05 m.
4. Persamaan Froehlich (1988) untuk dasar bergerak; Dengan menggunakan analisis regresi linear pada 83 pengukuran lapangan terhadap gerusan pilar, Froehlich‟s (1988) dikembangkan untuk persamaan berikut:
ys
a' 0.32K1 a
0.62
y1 a
0.46
Fr
0.20
a' D50
0.08
1
dimana; K1 = koefisien untuk tipe pilar, untuk itu froehlich mengambil; K1 = 1,3 untuk pilar singular-nose. K1 = 1,0 untuk pilar round-nose. K1 = 0,70 untuk pilar sharp-nose.
a ' = lebar pilar yang diproyeksikan tegak lurus terhadap hampiran a ' aliran, dan a ' = a cos + L sin dimana; L = panjang pilar = sudut yang menuju pilar = 90o, maka;
bila
a‟ = L = 8 m, diperoleh;
ys
0.32K1
8 1.0
0.62
3.35 1.0
0.46
(0.16) 0.20
8 0.10
0.08
1
Maka diperoleh ys = 2,99 m.
By : Salmani, MS, MT.
Page 98
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING Dari hasil perhitungan dapat disimpulkan; Tabel 8-9 . Hasil perhitungan gerusan pada abutment Nomor
Metoda
ys (m)
Ys/y1
1.
Laursen, 1980
7,20
7,20
2.
Froechlich. 1987
3,50
3,50
3.
Laursen, 1990, untuk
0,20
0,20
o<
c
Tabel 8-10 . Hasil perhitungan gerusan pada pilar Nomor
Metoda
ys
Ys/y1
1.
Colorado States University
2,06
0,61
2.
Jain and Fisher, 1979
2,28
0,68
3.
University of Auckland
3,05
0,91
4.
Froechlich, 1988
2,99
0,89
Untuk mengatasi gerusan yang terjadi pada abutment maupun pada pilar, salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan memasang riprap, yang dalam hal ini digunakan rock riprap. Langkah 6 : Penentuan rock riprap pada abutment Menurut Isbash, untuk bilangan Froude
0,80 ukuran rock riprap pada abutment
dapat digunakan rumus berikut, yaitu:
D50 y
K V2 ( Ss 1) g y
dimana : D50
= diameter tengah batu (m)
V
= kecepatan rata-rata aliran (m/dt)
Ss
= spesifik gravity rock riprap
g
= percepatan gravitasi (9,81 m/dt2)
y
= kedalaman aliran pada bukaan jembatan (m)
K
= 0,89 untuk limpahan melalui abutment (spill-through abutment) 1,02 untuk dinding vertikal abutment (vertical wall abutment)
By : Salmani, MS, MT.
Page 99
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING Sedangkan untuk bilangan Froude > 0,80 dapat digunakan persamaan dari Kilgore, 1993, yaitu:
D50 y
K V2 ( Ss 1) g y
0.14
dimana : K = 0,61 untuk limpahan melalui abutment (spill-through abutment) 0,69 untuk dinding vertikal abutment (vertical wall abutment)
Pada lokasi abutment, bilangan Froude = 0,09, maka ukuran rock riprap yang digunakan adalah:
D50 1,0
1,02 0,2862 (2,65 1) 9,81.1,0
D50
5,15 x 10
3
m
Untuk perhitungan detail tentang rock riprap dapat dilihat pada contoh soal revetment tipe rock riprap.
Langkah 7 : Penentuan rock riprap pada pilar Menurut Richardson et al., 1990 untuk menghitung diameter batu (dalam satuan meter, media air tawar) menggunakan rumus berikut, yaitu:
D50
0,692 K V ( Ss 1) 2 g
2
dimana : D50
= diameter tengah batu (m)
V
= kecepatan pada pilar (m/dt)
Ss
= spesific gravity rock riprap (biasanya 2,65)
g
= percepatan gravitasi (9,81 m/dt2)
K
= 1,50 untuk ujung pilar bulat 1,70 untuk pilar persegi
Untuk lokasi pilar dekat tebing, kecepatan aliran (V) dikoreksi dengan koefisien 0,9. Sedangkan bila lokasi pilar berada pada tikungan saluran utama, maka kecepatannya dikoreksi dengan koefisien 1,7.
By : Salmani, MS, MT.
Page 100
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING Dalam contoh soal ini, bentuk pilar mempunyai ujung bulat (K = 1,5), dan lokasi pilar di tengah-tengah saluran utama (V dikali dengan 1,7).
D50
0,692 1,5 .1,7 . 0,896 (2,65 1) 2 . 9,81
D50
0,11 m
2
Untuk perhitungan detail tentang rock riprap dapat dilihat pada contoh soal revetment tipe rock riprap.
Langkah 8 : Perhitungan kestabilan struktur (abutment dan pilar) Kestabilan struktur abutment dan pilar harus diperhitungkan terhadap: Guling Geser Daya dukung Detail perhitungannya dapat dilihat pada contoh perhitungan retaining wall.
e. Geotekstil
i. Deskripsi
Geotekstil dapat digunakan untuk mengendalikan gerusan di jalan yang berada dekat sungai. Geotekstil biasanya digunakan bersamaan dengan jenis pengaman gerusan jalan lainnya, seperti riprap. Geotektil berbentuk bahan yang tersusun dengan bentuk anyaman tertentu sesuai dengan fungsinya.
ii. Perencanaan (desain) Pengaman dari Geotekstil
1. Kriteria Perencanaan
Kriteria-kriteria yang harus diperhatikan dalam perencanaan pengaman jalan dari geotekstil sebagai berikut : a. Durabilitas (Ketahanan).
By : Salmani, MS, MT.
Page 101
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING Geotekstil yang digunakan harus mempunyai ketahanan terhadap berbagai kondisi seperti kondisi akibat fisik, biologi, panas dan sinar ultra violet. Khususnya ketahanan terhadap sinar ultra violet, geotekstil yang digunakan harus diuji ketahanan terhadap sinar ultra violet selama minimal 30 hari. b. Kekuatan dan Ketahanan terhadap gerusan Kekuatan yang penting dari geotekstil yang digunakan untuk pengaman jalan akibat gerusan adalah kekuatan tarik, stabilitas, kekuatan tahan terhadap robekan, tidak mudah berlubang dan tidak mudah hancur.
Tabel 8-11. menyajikan rekomendasi kekuatan minimum yang dibutuhkan dari geotekstil Tipe Kekuatan
Metode Tes
Keadaan Geotekstil Kelas A
Kelas B
Kekuatan tarik
ASTM D 4632 200
90
Panjang tarik (%)
ASTM D 4632 15
15
Tidak mudah berlubang
ASTM D 4833 80
40
Tidak mudah robek
ASTM D 4533 50
30
Ketahanan terhadap abrasi
ASTM D 3884 55
25
Kekuatan jalinan bahan
ASTM D 4632 180
50
Ketahanan terhadap kehancuran ASTM D 3786 320
140
Keterangan : Kelas A : geotekstil berada pada keadaan yang lebih buruk dari kelas B seperti geotekstil dijatuhi beban dengan tinggi kurang dari 3 ft (0,6 m) dan berat kurang dari 250 pounds. Kelas B : geotekstil hanya dilapisi oleh pasir atau tidak dijatuhi beban. c. Material Penutup. Geotekstil biasanya ditutupi oleh material seperti batu, riprap, blok beton dan sebagainya. Material penutup geotekstil harus dapat melindungi dari gaya hidraulik, sinar ultraviolet dan tetap menjaga agar menyatu dengan tanah. Material yang melindungi geotekstil harus sama permeabilitasnya dengan geotekstl. Kalau material tidak sama permeabilitasnya, maka material yang halus seperti pasir harus diletakkan diantara geotekstil dan material penutup. Hal yang paling penting dalam mendesain material penutup adalah menjaga ruang udara (void) relatif kecil (tertutup).
By : Salmani, MS, MT.
Page 102
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING
d. Pengait (Anchorage) Pada bagian kaki sungai, geotekstil dan material penutup diletakkan sepanjang bantaran pada kedalaman dibawah permukaan air rata-rata untuk meminimalisir gerusan. Rekomendasi peletakan geotekstil adalah 3 ft dibawah permukaan air rata-rata atau di dasar sungai bila permukaan air kurang dari 3 ft. Sedangkan untuk bantaran bagian atas, geotekstil diletakkan sepanjang bagian atas bantaran atau 2 ft diatas tinggi air maksimum. Kalau pergerakan air terlalu kuat, maka dianjurkan menggunakan pengait pada bagian atas maupun bawah.
2. Kondisi Konstruksi
Dalam memasang (konstruksi) geotekstil harus diperhatikan kondisi-kondisi sebagai berikut : a. Persiapan lahan Lahan atau tempat yang digunakan untuk memasang (meletakkan) geotekstil harus bersih dari tanaman, batuan dan sebagainya. b. Penempatan Geotekstil Geotekstil diletakkan secara menyeluruh (tanpa digulung) langsung dengan hati-hati di atas tanah dengan kemiringan yang rata. Geotekstil yang telah diletakkan jangan dibiarkan terkena sinar matahari lebih dari 1 minggu dan tidak lebih dari 1 bulan untuk geotekstil yang terlindungi serta geotekstil yang tidak tahan terkena sinar ultra violet. Geotekstil yang diletakkan harus bebas dari tegangan tarik, pasir dan batuan. Kalau digunakan untuk melindungi bantaran sungai, dimana arus paralel dengan bantaran, geotekstil diletakkan lebih panjang pada arah paralel bantaran. Geotekstil sebaiknya diberikan pengait untuk mencegah gaya keatas uplift atau penggerusan. c. Penempatan (overlapping), sambungan gotekstil dan pengait. Sambungan antara geotekstil sebaiknya menimpa sambungan lainnya selebar 12 inchi sepanjang sambungan. Untuk penempatan dibawah air sambungannya selebar 3 ft. Sambungan menggunakan sambungan las, lem , jahitan atau alat yang lain. Sambungan jahitan merupakan sambungan yang
By : Salmani, MS, MT.
Page 103
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING baik untuk geotekstil. Banyaknya jahitan lebih besar dari 90% dari luas sambungan. Pengait digunakan untuk
mengamankan geotekstil dan
sambungan. Jarak antara pengait tergantung dari kemiringan. Jarak antara pengait dapat dilihat pada tabel 8-12 berikut.
Tabel 8-12. Jarak pengait terhadap kemiringan samping Kemiringan
Jarak Pengait (ft)
Lebih curam dari 1 V : 3 H 2 1 V : 3 H sampai 4 H
3
Lebih datar dari 1V : 4 H
5
Diameter pengait yang digunakan adalah 3/16 inch, dengan panjang 18 inch. Pengait yang lebih panjang digunakan untuk tanah berpasir. d. Penempatan material penutup Penempatan material penutup untuk tanah yang miring mulai dari bawah menuju keatas. Penempatan material tidak boleh dijatuhi karena dapat merusak geotekstil kecuali untuk tes.
Tata cara desain lainnya tergantung pada spesifikasi geotekstil yang digunakan. Spesifikasi tersebut dapat dilihat pada petunjuk yang disertakan pada saat pembelian geotekstil.
By : Salmani, MS, MT.
Page 104
BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING
By : Salmani, MS, MT.
Page 105