PERENCANAAN RUNWAY PERENCANAAN RUNWAY , TAXIWAY DAN TAXIWAY DAN APRON APRON UNTUK UNTUK PESAWAT TIPE B 737-900 ER PADA BANDARA SULTAN BABULLAH – TERNATE 1
2
Herckia Pratama Daniel Jennie Kusumaningrum, Kusumaningrum, ST., MT.
Email :
[email protected] Email :
[email protected] Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Gunadarma, Gunadarma, Jakarta
ABSTRAK Perencanaan runway, runway, taxiway dan apron untuk pesawat tipe B 737-900 ER pada Bandara Sultan Babullah – Ternate bertujuan untuk merencanakan desain runway, runway, taxiway dan apron yang dibutuhkan pada Bandara tersebut. Tahapan perencanaan dimulai dari perencanaan geometrik, yang dilanjutkan dengan perencanaan perkerasan. Perencanaan menggunakan menggunakan kode ICAO untuk geometrik, geometrik, metode CBR untuk perkerasan lentur pada runway dan taxiway, taxiway, serta metode FAA untuk perencanaan perkerasan perkerasan kaku pada apron. apron. Hasil dari perencanaan berupa desain yang dituangkan ke dalam layout desain. Dari hasil perencanaan geometrik berdasarkan pesawat rencana B 737-900 ER, dihasilkan panjang runway yang dibutuhkan 2495 m, lebar runway lebar runway 45 m, serta lebar taxiway lebar taxiway 25 m. ukuran apron yang dihasilkan (2.323,43 x 92,44) m dengan luas gate luas gate 967,949 m2. Kecepatan angin rata-rata pada Bandara Sultan Babullah-Ternate adalah 4 knot dengan arah angin 279°. Perkerasan runway dan taxiway adalah perkerasan lentur dengan ketebalan 50 cm. perkerasan apron adalah perkerasan kaku dengan ketebalan 38,6 m.
Kata Kunci : Runway : Runway,, Taxiway, Taxiway, Apron, Perkerasan, Perkerasan, Boeing 737-900ER 737-900ER
ABSTRACT
Broadly speaking the purpose of this thesis is to plan design runway, taxiway and apron at the airport needed Babullah-Sultan of Ternate. Planning stages starting from geometric planning, followed by planning of pavement. pavement. The geometric planning use the ICAO code, CBR method for flexible pavement on runways and taxiways, as well as methods for planning FAA rigid pavement at the apron. Results of planning a design then will be draw into the layout design. From the results of planning based on geometric plan B 737-900 ER aircraft, produced produced the required runway length 2495 m, 45 m wide runway and taxiway width of 25 m. The apron result (2323.43 x 92.44) m with an area of 967.949 m2 gate. Average wind wind speed at the airport, the t he Sultan of Ternate Babullah is 4 knots with wind direction 279°. Runway and taxiway pavement is a flexible pavement with a thickness of 50 cm. apron pavement is a rigid pavement with a thickness of 38.6 m. Keywords : Runway, Runway, Taxiway, Taxiway, Apron, Pavement, Pavement, Boeing 737-900ER 737-900ER
1
PENDAHULUAN Perkembangan Perkembangan teknologi di bidang transportasi semakin berkembang. Hal ini dikarenakan dikarenakan banyaknya aktivitas masyarakat dalam melakukan hubungan kerjasama ekonomi, sosial dan hubungan antar bangsa. Setiap aktivitas tersebut dilakukan untuk memenuhi memenuhi kebutuhan hidup. Salah satu sarana pendukung dan paling efektif yang digunakan oleh masyarakat adalah sarana transportasi transportasi udara. Posisi geografis Ternate yang memiliki nilai strategis dengan potensi sumber daya alam yang sangat besar dan belum dikembangkan dikembangkan secara optimal antara lain hasil hutan, perikanan laut, dan hasil perkebunan serta pertanian. pertanian. Untuk itu keberadaan Bandar Udara Sultan Babullah – Ternate yang saat ini telah beroperasi dan perlu ditingkatkan agar mampu didarati pesawat yang lebih besar. Adapun maksud dan tujuan dari penulisan ini adalah: 1. Mendesain Bandar Udara yang sesuai dengan peraturan yang ada dan data perencanaan yang telah ditentukan. 2. Mendapatkan ukuran panjang runway, runway, ukuran taxiway, taxiway, luas apron dan tebal perkerasan yang sesuai dengan tahun penggunaan rencana. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka dilakukan pembatasan masalah yaitu sebagai berikut: 1. Perencanaan dilakukan sebatas menentukan panjang runway, luas apron serta tebal perkerasan runway dan tebal perkerasan apron yang sesuai dengan tahun rencana. 2. Metode yang dipergunakan untuk merencanakan Bandar Udara ini adalah metode ICAO dan FAA. 3. Metode untuk perencanaan tebal perkerasan digunakan metode CBR untuk perkerasan lentur dan metode FAA untuk perkerasan kaku. METODE PERENCANAAN Perencanaan Runway Perencanaan Runway Dalam merencanakan suatu landasan pacu atau runway pada suatu Bandar Udara secara umum, metodelogi yang digunakan adalah seperti pada gambar 1.
Gambar 1 Bagan Alir Perencanaan Runway Perencanaan Runway Perencanaan Taxiway Dalam merencanakan suatu taxiway pada Bandar Udara secara umum metedologi yang digunakan adalah seperti pada gambar 2.
2
Gambar 2 Bagan alir Perencanaan Taxiway PERENCANAAN PERKERASAN Dalam merencanakan suatu perkerasa lentur pada runway dan taxiway dengan metode CBR langkahlangkahnya akan seperti pada gambar 3.
Gambar 3 Bagan Alir Perencanaan Perkerasan Lentur Metode CBR Perencanaan Perkerasan Kaku dengan Metode FAA Metode desain struktur perkerasan kaku landasan pesawat yang digunakan adalah metoda FAA.
Gambar 4 Bagan Alir Perencanaan Perkerasan Kaku Metode FAA
3
PEMBAHASAN Perencanaan Geometrik Dalam perencanaan ini, dibutuhkan perkiraan jumlah penumpang dan pesawat yang akan beroperasi selama massa layan bandara. perkiraan jumlah penumpang dan pesawat untuk Bandar Udara Sultan Babullah sampai tahun 2020 dapat dilihat pada Tabel 8 dan Tabel 9.
Tabel 1 Perkiraan Kedatangan Penumpang Tahunan Domestik Bandara Sultan Babullah-Ternate
2004
Jumlah Penumpang 90788
2018
Jumlah Penumpang 253894
2005
87550
2019
266231
2006
103180
2020
278569
2007
115416
2021
290907
2008
119750
2022
303244
2009
155384
2023
315582
2010
155193
2024
327919
2011
167531
2025
340257
2012
179868
2026
352595
2013
192206
2027
364932
2014
204543
2028
377270
2015
216881
2029
389607
2016
229219
2030
401945
Tahun
2017
Sumber:
Tahun
241556 (1) (2)
Bandar Udara Sultan Babullah Ternate Juniarso, laporan pendahuluan penyusunan RTT sisi udara, PT.TAC 2011
Tabel 2 Perkiraan Pergerakan Pesawat Tahunan Domestik Bandara Sultan Babullah-Ternate Tahun
Jumlah Pesawat
Tahun
Jumlah Pesawat
2004
3574
2018
4721
2005
2602
2019
4841
2006
3216
2020
4960
2007
3411
2021
5079
2008
3437
2022
5198
2009
3868
2023
5317
2010
3768
2024
5436
2011
3887
2025
5555
2012
4007
2026
5675
2013
4126
2027
5794
2014
4245
2028
5913
2015
4364
2029
6032
2016
4483
2030
6151
2017
Sumber:
4602 (1)
Bandar Udara Sultan Babullah Ternate juniarso, laporan laporan pendahuluan pendahuluan penyusunan RTT sisi udara, PT.TAC 2011
(2)
4
Perencanaan Runway Perencanaan Runway Runway digunakan untuk mendarat dan tinggal landas pesawat terbang. Panjang runway utama ditentukan oleh pesawat yang memiliki MTOW ( Maximum Maximum Take Off Weight ) terbesar dari pesawat rencana. Pesawat rencana yang akan digunakan dalam perencanaan runway adalah Boeing 737-900 ER dengan karakteristik teknis sebagai berikut: ARFL : 2.256 m Wingspan : 35,79 m Outer main gear wheel span : 9 m Overall length : 42,1 m Maximum Take Off Weight (MTOW) Weight (MTOW) : 85.139 kg Dari karakteristik tersebut maka kode untuk pesawat sesuai dengan ketentuan Aerodrome Reference Reference Code yaitu 4C. kode 4 untuk ARFL lebih besar dari 1800 m. Sedangkan kode huruf C berarti pesawat B 737-900 ER ini mempunyai wingspan width 24 m – 36 m. Orientasi Arah Runway Arah Runway Pesawat tipe B 737-900 ER berdasarkan ARFL memiliki panjang runway sebesar 2256 m sehingga dikategorikan dengan kode letter 4C, maka batas cross-wind maksimumnya 13 knot (15 mph). Kecepatan angin rata-rata adalah 4 knot dengan arah angin 279°. Panjang Runway Panjang Runway Data kondisi lapangan yang dibutuhkan untuk perencanaan adalah sebagai berikut: Elevasi : 49 feet Tempearatur Referensi : 23º - 31º C Slope : 0,2% Panjang runway terkoreksi adalah ARFL pesawat kritis yang dikoreksi terhadap elevasi, temperature, dan slope dan slope.. Perhitungan panjang runway terkoreksi: 1. Koreksi terhadap elevasi (Fe) :
Fe
1 7%
1 7%
h 300 14,93 300
Fe = 1,00348 2. Koreksi terhadap temperature temperature (Ft) : Ft
1 0, 01 T 15 0, 0065h
1 0, 01 01 23 15 0, 00 0065(14, 32 32)
= 1,0809 3. Koreksi terhadap kemiringan lintasan (Fs): Fs = 1 + 0,1 S = 1 + 0,1 (0,2) = 1 + 0,02 Fs = 1,02 Maka panjang landasan pacu atau runway berdasarkan koreksi terhadap elevasi, temperature dan koreksi terhadap kemiringan lintasan adalah : ARFL 2256
Lr 0 Fe Ft Fs Lr 0 1,003 ,003 1,08 ,0809 1,02 ,02
Lr 0 2256 1, 00 003 1, 08 0809 1, 02 02
2494,742 m
Dengan hasil perhitungan diatas maka didapat panjang runway 2494,742 m atau 2495 m. 5
Penentuan Lebar Runway Lebar Runway Penentuan lebar runway tergantung dari kode ARC ( Aerodrome Aerodrome Reference Reference Code) Code) Runway Width Classifications Berdasarkan Berdasarkan Klasifikasi ICAO. Dari Tabel t ersebut ersebut untuk u ntuk pesawat Boeing 737-900 ER dengan kode ARC 4C, maka lebar runway lebar runway sebesar 45 m. Runway Strip a. Panjang Runway Panjang Runway Strip Sehingga panjang runway strip yang digunakan sebagai desain adalah 60 m. b. Lebar Runway Runway Strip Lebar Runway Strip dengan precission approach runway maupun dengan non- precission precission approach runway yang diguunakan sebagai desain adalah 150 m. c. Kemiringan Kemiringan Longitudinal Sehingga Sehingga kemiringan kemiringan longitudinal runway strip yang digunakan sebagai desain adalah 1,5%. d. Kemiringan Kemiringan Transversal kemiringan transversal runway strip yang digunakan sebagai desain adalah 2,5%. Runway End Safety Area Area (RESA) Runway End Safety Area (RESA) terletak di kedua sisi ujung runway strip. Ukuran RESA yang direncanakan adalah: a. Panjang RESA Area keamanan ujung landasan, dibuat dengan panjang secukupnya, tetapi tidak boleh lebih dari 90 m. b. Lebar RESA Lebarnya tidak lebih dari 2 kali landasan, tetapi FAA mensyaratkan lebar minimum 150 m. c. Kemiringan RESA Kemiringannya harus sedemikian rupa dibawah approach surface atau take off climb surface. surface. Kemiringan ke bawahnya tidak boleh lebih dari 5%. Clearway Clearway terletak dimasing-masing ujung runway. runway. Panjang clearway adalah : a. Panjang Clearway Panjang maksimum dari clearway adalah setengah dari panjang runway yang digunakan untuk Take-Off Run Run Available (TORA). Clearway = ½ x 2495 m = 1.247,5 m b. Lebar Clearway Lebar Clearway Clearway ditambahkan secara lateral dengan jarak 75 m dari tiap sisi dan garis tengah runway. c. Kemiringan Clearway Kemiringan dari clearway tidak boleh lebih dari 1,25%. Stopway Stopway terletak pada ujung landasan pacu (runway (runway). ). Lebar stopway stopway sama dengan lebar runway lebar runway,, yaitu 45 m. panjang stopway panjang stopway diambil sebesar 60 m. Declared Distance TORA = Panjang runway terkoreksi (elevasi, temperatur, slope temperatur, slope)) = 2495 m TODA = TORA + panjang clearway = 2495 m + 1247,5 m = 3742,5 m ASDA = TORA + panjang stopway panjang stopway = 2495 m + 60 m = 2555 m LDAS LDAS = Panjang runway – panjang threshold = threshold = 2495 m – 150 m = 2345 m Sehingga bila dituangkan kedalam gambar maka akan terlihat seperti gambar berikut.
6
Gambar 5 Gambar Tampak Atas Runway Atas Runway Terbaharui
Perencanaan Taxiway Dalam perencanaan taxiway ini penulis merencanakan berdasarkan kode ICAO Aerodrome Design Manual Part 1. Part 1. Letak Exit Exit Taxiway Data yang harus diketahui adalah kecepatan Touchdown , jarak Touchdown, Touchdown, perlambatan pesawat, kecepatan awal pesawat saat meninggalkan landasan. Pesawat rencana B 737-900 ER ( Group C, kode ARC 4C) Kec. Touchdown : 259 km/jam = 72 m/s Perlambatan : 1,5 m/s2 Kec. Awal saat tinggal landas : 32 km/jam = 9 m/s
D
S12 S 22 2a 722 9 2 2 1, 5 1701 m
SE = Jarak titik sentuh dari ujung R/W + D = 450 + 1701 = 2151 m
Gambar 6 Dimensi Taxiway Perencanaan Apron Perencanaan Apron Persyaratan Clearance untuk Perencanaan Apron Perencanaan Apron Sesuai dengan persyaratan ICAO pada Tabel clearance untuk aircraft requirements di apron adalah sejauh 4,5 m. clearance ini diukur dari ujung sayap pesawat. Jumlah gerbang VT Jumlah gerbang ditentukan dengan rumus : G U
Untuk penggunaan secara bersama oleh semua pesawat, berlaku (U) dengan nilai dari 0,6-0,8 (digunakan 0,8). Untuk roda pada gerbang waktu okupansi (T) pada setiap pesawat dibagi per jam. Pesawat kelas A = 60 menit 7
Pesawat kelas B = 45 menit Pesawat kelas C = 30 menit Pesawat kelas D dan E = 20 menit Untuk kapasitas runway per jam (V) dibagi 2 per jumlah setiap jenis pesawat yang dilayani. Dengan menggunakan data yang ada, maka jenis pesawat yang dilayani adalah: Pesawat B 737-900 ER = 4 buah Pesawat B 737-300 = 6 buah Pesawat B 737-200 = 2 buah Pesawat C 212 = 11 buah Pesawat DASH 8 seri 200 = 2 buah Pesawat D 328 = 5 buah Untuk nilai (T) pada masing-masing pesawat: 1. Pesawat B 737-900 ER (kelas C)
4 × 30 2 60 G= = 1,25 1,25 buah buah 1
0,8
2 buah buah
2. Pesawat B 737-300 (kelas C)
6 × 30 2 60 G = = 1,875 1,875 buah buah 2
0,8
2 buah buah
3. Pesawat B 737-200 (kelas C)
2 × 30 2 60 G = = 0,625 0,625 buah buah 3
0,8
1 buah buah
Jadi, jumlah gerbang yang dibutuhkan, Gerbang Total = G1+G2+G3+G4+G5+G6 = 2+2+1+6+1+3 = 15 buah Luas Apron Luas Apron 1. Panjang Apron Panjang apron dihitung dengan menggunakan rumus: P = G.W + (G-1) C + 2Pb Mencari panjang apron berdasarkan data teknis masing-masing pesawat: Pesawat B 737-900 ER Data Teknis: G = 11 buah , C = 4,5 m W = 35,79 m, Pb = 42.10 m Maka: P1 = G.W + (G-1) C + 2Pb = 11.35,79 + (11-1).4,5 + 2.42,10 = 522,89 m Pesawat B 737-300 Data Teknis: G = 11 buah, C = 4,5 m W = 28,88 m, Pb = 33.40 m Maka: P2 = G.W + (G-1) C + 2Pb = 11.28,88 + (11-1).4,5 + 2.33,40 = 429,48 m Pesawat B 737-200 Data Teknis: G = 11 buah, C = 4,5 m W = 28,35 m, Pb = 28,67 m Maka: P3 = G.W + (G-1) C + 2Pb = 11.28,35 + (11-1).4,5 + 2.28,67 = 414,19 m Jadi, panjang apron total (Ptotal) adalah: Ptotal = P1 + P2 + P3 + P4 + P5 + P6 8
= 522,89+429,48+414,19+269,4+ 522,89+429,48+414,19+269,4+ 374,51 + 318,22 = 2328,69 m 2. Lebar Apron Apron Lebar apron Lebar apron dihitung dengan menggunakan rumus:
l = 2.Pb + 3C Lebar apron Lebar apron dihitung berdasarkan pesawat rencana yaitu B 737-900 ER Dengan Pb = 39,47 m dan C = 4,5 sehingga : l = 2.(39,47) + 3.4,5 = 92,44 m Sehingga luas apron yang akan, adalah: L = 2323,43 m x 92,44 m = 214.777,87 m2 Dengan hasil yang didapat dari setiap perencanaan diatas, yaitu perencanaan runway, runway, perencanaan taxiway, taxiway, dan perencanaan apron, apron, maka terbentuklah suatu layout keseluruhan untuk Bandar Udara Sultan Babullah- Ternate seperti pada gambar 7.
Gambar 7 Layout Runway Layout Runway,, Taxiway, Taxiway, dan apron Perencanaan Perkerasan Perencanaan perkerasan dimulai dengan perencanaan distribusi penumpang tahunan ke pesawat tahunan tipikal. Data penumpang tahunan untuk t ahun 2020 (tahun rencana operasi).
Tabel 3 Modul Pesawat dan Data Karakteristik Pesawat Tahun 2020 Tipe Pesawat
Kelas Pesawat
B737-900ER
C
Konfigurasi Sumbu Roda D
85139
Total Keberangkatan Tahunan 648
B737-300
C
D
62823
923
B737-200
C
D
52390
579
C212
B
S
14000
1192
DASH8 DASH8 seri 200
C
S
29257
516
D328
B
S
13990
1102
MTOW (kg)
Selain data-data diatas dibutuhkan pula data penyelidikan tanah dalam merencanakan tebal perkerasan ini. Tabel 4 Nilai CBR Dari Masing-Masing Titik Titik
1
2
3
4
5
CBR
13.19
12.67
12.19
13.19
13.19
Keberangkatan Tahunan Ekivalen Berat wheel load pesawat rencana (W 1) didapat dengan menggunakan rumus ¼ x 0,95 x MTOW. setelah semuanya didapat maka langkah selanjutnya adalah menghitung keberangkatan tahunan ekivalen.
9
Tabel 5 Hasil Perhitungan Keberangkatan Tahunan Ekivalen Tipe Pesawat
Total Keberangkatan Tahunan
Ekivalen Keberangkatan Tahunan (R1)
B737-900ER
648
648
B737-300
923
352.4677625
B737-200
579
146.9455875
C212
1192
16.14944989
DASH8 DASH8 seri 200
516
34.14786734
D328
1102
15.62807339 1213.338741
Perencanaan Perkerasan Struktural Fleksibel Runway Fleksibel Runway dan Taxiway Metode desain struktur perkerasan lentur untuk runway untuk runway dan taxiway dilakukan dengan menggunakan metode CBR. Hubungan antara ketebalan perkerasan lentur dengan beban roda dan t ekanan ekanan ban u ntuk kendaraan dengan beban berat diformulasikan sebagai berikut:
Grafik 1 Kurva Desain Untuk Pesawat Udara Boeing 737-900 ER Dari hasil pengeplotan garis terhadap kurva desain maka didapatkan nilai tebal perkerasan untuk masing-masing lapisan seperti Tabel 13. sehingga tebal perkerasan yang direncanakan untuk runway dan taxiway adalah 50 cm. Perencanaan Perkerasan kaku pada Apron pada Apron Menentuakn Tipe Pesawat Rencana Diasumsikan Diasumsikan bahwa bahan subgrade bahan subgrade yang terkadung didalam tanah sangat baik yaitu s ebesar ebesar 300 Psi dan mutu beton yang digunakan untuk perencanaan adalah mutu k-250. dimana untuk k-250 = 250 kg/cm2 = 250 x 14,22 lb/in2 = 3555 psi. sehingga kuat lendut yang terjadi adalah: MR = k x (fc’)1/2 ; k = konstanta (8, 9, atau 10) (diambil k = 10) 1/2 MR = 10 x (3555) = 596,238 Psi Setelah didapat nilai MR ( Modulus Modulus of Rupture atau modulus keruntuhan atau kuat lendut) lalu kita plot pada grafik untuk masing-masing pesawat pesawat nilai kuat lentur, harga k, MTOW, MTOW, dan keberangkatan keberangkatan tahunan.
Pesawat B 737-900 ER Kuat lentur = 596,238 Psi MTOW = 85139 kg = 187700 lbs Keberangkatan tahunan = 648 10
K = 300 Psi (keadaan tanah subgrade tanah subgrade)) Dengan data diatas dan diplotkan pada grafik maka didapat tebal perkerasan kaku adalah 15,2 inch atau sama dengan 38,608 cm. Setelah melihat tebal perkerasan yang dihasilkan oleh masing-masing pesawat, diperoleh bahwa pesawat Boeing 737-900 ER dengan konfigurasi roda Dual Wheel yang menghasilkan perkerasan kaku paling tebal 15,2 inch atau sama dengan 38,608 cm. Sehingga rangkuman hasil perhitungan perkerasan kaku adalah Tabel 6 Tebal Lapisan Perkerasan Kaku Tebal Perkerasan 15,2 inch atau 38,608 cm Jumlah Tulangan
11 buah
Jarak Tulangan
250 cm
PERENCANAAN BATAS HALANGAN (OBSTACLE ( OBSTACLE LIMITATION ) Dalam perencanaan obstacle limitation ini mengacu pada peraturan yang terlah dikeluarkan oleh ICAO, sehingga bila dirangkum akan tampak seperti Tabel 15 dan 16.
-
Tabel 7 Ukuran Imaginary Ukuran Imaginary Surface Precision Instrument Instrument Keterangan Runway Lebar dalam primary dalam primary surface dan wapproach wapproach 1000 surface Jari-jari horizontal surface 10000 Lebar approach Lebar approach surface di ujungnya. 16000 Panjang approach surface 50000 # Kemiringan approach 50 : 1* Tabel 8 Dimensi dan kemiringan dari Obstacle Limitation Surface
SURFACE AND DIMENSION DIMENSION
Precission Approach I Code Number 3 Number 3
CONICAL
SURFACE AND DIMENSION
Precission Approach I Code Number 3 Number 3
Second Section
Slope
5%
Length
3.600 m
Height
100 m
Slope
2,50%
INNER INNER HORIZONTAL
Horizontal Section Section
Height
45 m
Radius
4.000 m
INNER INNER APPROACH
Length
8.400 m
Total length
15.000 m
TRANSISIONAL TRANSISIONAL
Width
120 m
Distance from threshold threshold
60 m
Length
900 m
Slope
2%
Slope INNER TRANSISIONAL Slope
APPROACH
Length of inner edge
300 m
Distance from treshold treshold
60 m
Divergence (each side) side)
15%
Length
3.000 m
Slope
2%
11
14,30%
33,30%
Gambar 8 Obstacle Limitation Surface Untuk Landasan Prec Landasan Precision ision Approach
Gambar 9 Potongan Memanjang A – A
Gambar 10 Potongan Melintang B – B KESIMPULAN DAN SARAN KESIMPULAN 1. Ukuran perencanaan geometrik, pesawat kritis yang digunakan adalah Boeing 737-900 ER. Panjang runway yang dibutuhkan oleh pesawat kritis setelah dikoreksi terhadap elevasi, suhu, dan slope atau kemiringan adalah sepanjang 2495 m. sedangkan lebar yang direncanakan sesuai dengan kode ICAO adalah 45 m. runway berada pada orientasi arah 140-320. Untuk perencanaan perencanaan Bandar Udara Sultan Babullah-Ternate ini, runway dilengkapi dengan clearway dan stopway dan stopway.. 2. Lebar total taxiway yang dibutuhkan adalah 25 m dimana lebar taxiway-nya taxiway-nya sendiri adalah 18 m ditambahkan dengan 7 m lebar bahu taxiway sisi kiri dan sisi kanan. Kemiringan taxiway adalah 1,5%. Radius belokan pada taxiway adalah 30 m dengan sudut 90°. 3. Ukuran apron yang direncanakan adalah (2323,43 x 92,44) m dengan luas gate 967,949 m 2. Sistem parkir pesawat menggunakan sistem linier dengan konfigurasi parkirnya adalah Nose-In adalah Nose-In.. 4. Ketebalan yang didapat untuk perkerasan lentur pada runway dan taxiway dengan metode CBR adalah 29 cm untuk subbase subbase dan 47 cm untuk subgrade. subgrade.
12
5. Ketebalan yang didapat untuk perkerasan kaku pada apron dengan metode FAA adalah 38,608 cm atau 15,2 inch. Jumlah tulangan yang dibutuhkan adalah 11 buah dengan jarak antar tulangan 250 cm. SARAN 1. Dalam penulisan ini, perencanaan anggaran tidak ikut disertakan dalam perencanaan runway, runway, taxiway dan apron untuk pesawat tipe B 737-900 ER pada Bandara Sultan Babullah-Ternate. Sebaiknya perencanaan anggaran tersebut turut direncanakan. 2. Dalam penulisan ini, sistem drainase tidak ikut direncanakan dalam perencanaan runway, runway, taxiway dan apron pada Bandara Sutan Babullah-Ternate. Sebaiknya sistem drainase tersebut turut direncanakan.
DAFTAR PUSTAKA Basuki, H.. 1986. Merancang, 1986. Merancang, Merencana Lapangan Lapangan Terbang Terbang . P.T. Alumni, Bandung. Boeing. 23 Juni 2011. Boeing corporation douglas aircraft companydc/737 .http://www.boeing.com/comme .http://www.boeing.com/commercial/airports/acaps/737-900e rcial/airports/acaps/737-900er.pdf. r.pdf. FAA, 1988. Planning 1988. Planning and Design Design Gudlines For For Airport Terminal Terminal Facilities. Facilities. Us Departement of Transport, United Satate Of America. ICAO, 1984, Aerodrome Aerodrome Design Manual Part 1. Runway Runway,, International Civil Aviation Organitation, Montreal. Sandhyavitri, A. dan Taufik, H.. 2005. Teknik Lapangan Terbang 1 (Teori Dasar). Dasar). Fakultas Teknik Universitas Riau, Pekanbaru. Laporan Pendahuluan Penyusunan Rancangan Teknik Terinci Sisi Udara Bandar Udara Sultan Babullah – Ternate. Kementerian Perhubungan Direktorat Jenderal Perhubungan Udara. PT. Trans Asia Consultants. FAA AC 5300 – 13
13