Perilaku Hidup bersih dan Sehat di Sekolah
Mengkonsumsi Jajanan Sehat di Kantin Sekolah
Sifra Kristina Hartono 11/316152/KG/08956
a n n a j a J n a Ma ka n Definisi
Semua makanan yang dapat langsung dimakan, dibeli dari penjual makanan, baik yang diproduksi oleh penjual tersebut atau orang lain, tanpa diolah lagi
Makanan yang dihidangkan di rumah tidak termasuk makanan jajanan Fungsi
Makanan Selingan
Meningkatkan Meningkatkan zat gizi jajanan yang bergizi bergizi tinggi
a n n a j a J i s a k i k f i K la s i f
Makanan berat, misal hamburger, mie goreng, mie bakso
Makanan cemilan, seperti berbagai jenis kue, kering maupun basah
Makanan semi basah, seperti berbagai jenis bubur
Minuman
na n a j a J n a n a ka M k a p m a D
Bagi anak sekolah : pengenalan berbagai jenis makanan sejak dini
Terhadap kesehatan : makanan jajanan yang kurang memenuhi syarat dapat mengancam kesehatan anak
Dimungkinkan terjadinya pengurangan nafsu makan anak di rumah
pa t a D g n a y Ja ja na n ta n a h e s e K u g Me ngga ng
Ciri- ciri jajanan tidak sehat, di antaranya mengandung pengawet, tinggi kalori, lemak, dan garam, serta rendah serat.
Akumulasi pengawet yang ada dalam tubuh dapat memicu obesitas, hipertensi, penyakit jantung, diabetes, dan
n a n a j a J m da la n a g n u d n Ka Be r ba ha ya
Zat warna tekstil sebagai bahan pewarna, digunakan karena lebih murah
Bahaya cacing dan patogen yang mencemari makanan
Pemanis buatan
Penyedap yang berlebihan
Formalin bahan pengawet mayat yang digunakan mengawetkan makanan karena faktor harga
Minyak goreng bekas, jelantah bersifat karsinogenik atau dapat memicu kanker
Karena makanan yang tidak memenuhi syarat dapat mengganggu kesehatan anak, maka konsumen harus teliti memilih jajanan yang bergizi dan sehat
a n m A n a d t e ha Ja ja na n S s i m u s n o k i D
Definisi
Menurut Kepala BPOM Palembang, M Ali Bata Harahap, jajanan aman adalah penganan yang bebas dari bahaya fisik, kimia, dan biologis Aman dari bahaya fisik bebas dari benda asing misal rambut, kuku, perhiasan Aman dari bahaya kimia dijual di tempat yang bersih, tidak berwarna terlalu mencolok, rasa manis tidak berlebihan Aman dari bahaya biologis terlindung dari pencemaran bakteri, virus, mikroba patogen
t a h e S n a n a S ya ra t Ja j
Mengandung tiga bahan makanan bergizi (susu, biji-bijian, dan buah), tidak lebih dari 1 jenis pemanis, menghindari penggunaan asam lemak trans (minyak goreng yang digunakan berulang-ulang), rendah kandungan gula, minyak, dan garam, selalu tersedia, aman, enak, serta harganya terjangkau.
ha t e S n a n a j i h ja l i m e M s p T i 1. Hindarilah makanan yang berwarna mencolok atau jauh berbeda dari warna aslinya karena mungkin mengandung zat warna berbahaya 2. Cicipi rasa. Makanan yang tidak aman umumnya berasa tajam, misalnya sangat gurih 3. Cium aromanya. Bau apek atau tengik pertanda makanan itu sudah rusak atau terkontaminasi 4. Amati komposisi. Bacalah dengan teliti kandungan bahan makanan yang ada. Periksa label kemasan untuk memastikan adanya izin dari Badan Pengawas Obat dan Makanan
na n a j a J h i l i m Me n a t a b m a H Se ha t
Bentuk dan warna jajanan sehat kurang menarik
Makanan sehat kurang lezat karena tidak mengandung penyedap berlebih
Jajanan sehat cenderung lebih mahal
Kurang beragamnya pilihan jajanan sehat
Penjual makanan enggan membuat makanan yang sehat karena keuntungan lebih sedikit
So l u s i
Sosialisasi keamanan pangan kepada pihak sekolah, guru, orang tua, murid, serta pedagang
Penyediaan makanan ringan atau makan siang yang sehat di lingkungan sekolah
Beri bekal makanan pada anaknya
Mendirikan kantin sehat
Beri pengetahuan dan pengertian pada anak untuk memilih dengan cermat sebelum membeli makanan
Biasakan sarapan
Beri contoh dalam memilih jajanan yang sehat
u k a l i r e P n a ba h u r e P l e d o M Ke se ha ta n
Teori Difusi Inovasi dikemukakan oleh Everett Rogers (1971) disempurnakan tahun 1978 tentang proses seseorang mendapatkan ide untuk memperbaiki kesehatan, memilih, memutuskan menerima atau menoloak ide tersebut
s i a v o n I i s u f i Ta ha p D i
Tahap teori Difusi Inovasi
1.Knowledge (pengetahuan) anak mengetahui adanya jajanan menarik yang dijual di kantin, teman-teman banyak yang membeli 2.Persuasion (pertimbangan) mempertimbangkan keuntungan dan kerugian membeli jajanan 3.Decision (keputusan) memutuskan membeli atau tidak jajanan di sekolah, entah jajanan sehat atupun tidak 4.Confirmation (penguatan) bila jajanan enak, anak akan mengulangi membeli jajanan
a n h a b u r e P i a teg r t S f i t a n r e A l t ta n a h e s e K u pe r i la k
Teori Kelman dikemukakan Herbert Kelman berisi perilaku seseorang dipengaruhi orang lain di sekitarnya baik langsung maupun tidak langsung
a n m l e K i r o e R a ha p T
Tahap teori Kelman
-Kepatuhan mulanya anak membeli jajanan karena lapar -Identifikasi meniru dan menjadikan orang lain model; kakak dan teman-teman membeli makanan yang terlihat menarik, sehingga dia ikut membeli -Internalisasi mulai menyadari ada keuntungan untuk mengulang tindakan; makanan yang terlihat menarik tersebut terasa enak sehingga dia membeli lagi
la k u i r e P n a h a r u b e P i g e t a r t S Ke se ha ta n
Jenis pendekatan untuk merubah perilaku mengkonsumsi jajanan sehat -Informasi pemberian informasi kepada anak sekolah oleh orang tua maupun guru tentang cara memilih jajanan, bahaya jajanan tidak sehat agar anak memiliki kesadaran untuk membeli jajanan sehat
Jika dengan diberi informasi, anak kurang percaya, gunakan pemasaran -Pemasaran yaitu proses sosialisasi melalui media baik cetak maupun elektronik, informasi yang tersedia dapat berupa iklan layanan kesehatan, reportase bahaya makanan berbahan kimia, dan artikel jajanan sehat
n Ke s i m p u la
Kebiasaan megkonsumsi jajanan sehat di kantin harus didukung penjual makanan dan juga anak sekolah sebagai konsumen. Keduanya harus memiliki kesadaran tentang menjual dan selektif memilih makanan sehat
Untuk mengubah kebiasaan anak membeli makanan sembarangan perlu usaha, dengan terus diberi informasi sampai contoh agar timbul kesadaran membeli jajanan sehat
n s i e r e f e R r e S u m b
http://repository.ui.ac.id/contents/koleksi/11/ecc38a9e1d944245a5446
http://www.suaramedia.com/gaya-hidup/kesehatan/16985-jajanan-am
http://kesehatan.kompasiana.com/ibu-dan-anak/2011/02/16/bahaya-jaj
http://pondokibu.com/kesehatan/bahaya-makanan-jajanan-di-sekitar-
http://lifestyle.okezone.com/read/2011/10/18/195/517068/inilah-syara
http://waspada.co.id/index.php?option=com_content&view=article&i
http://www.scribd.com/doc/23667448/Modul-11
http://dr-suparyanto.blogspot.com/2010/07/konsep-kepatuhan.html
http://www.scribd.com/doc/52565537/pkip-teori-perubahan-prilaku
http://www.kmpk.ugm.ac.id/images/Semester_1/Ilmu%20Sosial/Strat
Lampiran http://repository.ui.ac.id/contents/koleksi/11/ecc38a9e1d944245a54460495cdc68767cf2de32. pdf Makanan jajanan definisinya adalah semua makanan yang dapat langsung dimakan yang dibeli dari penjual makanan, baik yang diproduksi oleh penjual tersebut atau produksi orang lain, tanpa diolah lagi Dengan demikian, makanan yang disiapkan dan dihidangkan dalam rumah tidak termasuk makanan jajanan Fungsi makanan jajanan : - makanan selingan -meningkatkan asupan gizi
perlu memilih jajanan yang bernilai
gizi tinggi Pembagian makanan jajanan Pada umumnya terdiri dari: -Makanan berat, seperti mie bakso, hamburger, nasi goreng dan lain-lain -Makanan cemilan, seperti berbagai jenis kue kecil, basah maupun kering -Makanan semi basah, seperti berbagai jenis bubur -Minuman Dampak makanan jajanan -Bagi anak-anak sekolah : pengenalan beragam jenis makanan jajan dapat meumbuhkan kebiasaaan penganeka ragaman makanan sejak kecil -Terhadap kesehatan anak: makanan jajan yang kursng memenuhi syarat kesehatan sewaktu-waktu dapat mengancam kesehatan anak (termasuk dalam hal ini: cara pengolahan makanan jajan, pengunaan zat pewarna yang bukan zat pewarna makanan, cara pemyajian, dsb) -Dapat terjadi pengurangan nafsu makan anak di rumah http://www.suaramedia.com/gaya-hidup/kesehatan/16985-jajanan-aman-untuk-anak.html
Definisi jajanan aman
Kepala BPOM Palembang M Ali Bata Harahap memaparkan, jajanan aman adalah penganan yang bebas dari bahaya fisik, kimia, dan biologis. Apa saja yang tercakup bahaya fisik, kimia, dan biologis? Lebih lanjut ia menjelaskan, bahaya fisik berupa benda asing yang terdapat pada pangan, contoh rambut, kuku, perhiasan, serangga mati, batu atau kerikil, ranting kayu, pecahan gelas, potongan plastik, hingga kaleng. Karena itu, hindari jajanan tanpa penutup ataupun tanpa kemasan yang dijual di tempat terbuka. Hindari pula penganan yang dijual oleh penjual sembrono yang mengenakan perhiasan tangan karena berpeluang lepas dan jatuh ke dalam makanan. Sementara bahaya kimia berupa cemaran bahan kimia yang masuk ke dalam pangan, termasuk pula racun yang sudah terkandung di dalam bahan pangan, seperti cairan pembersih, pestisida, cat, minyak, serta berbagai bahan kimia berbahaya bagi kesehatan. "Sedangkan bahaya biologis, dapat disebabkan oleh mikroba pathogen, penyebab keracunan pangan dari virus, parasit, kapang, dan bakteri," tegasnya. Agaknya sulit bagi kita mendeteksi jajanan aman yang bebas dari bahaya fisik, kimia, dan biologis. Tapi, terdapat panduan sederhana yang bisa membantu Anda menentukan laik tidaknya penganan yang diminati si kecil.
Aman dari bahaya kimia Belilah jajanan yang dijual di tempat bersih dan terlindung dari matahari, debu, hujan, angin, dan asap kendaraan bermotor. Selain itu, pembeli diharapkan tidak membeli penganan yang dibungkus kertas bekas atau koran. Juga, jangan terperdaya dengan harga murah. Biasanya, penganan yang dijual dengan harga murah cenderung dicampur bahan tambahan terlarang dan berbahaya, seperti bahan penganan jenis sintetis. Adalah suatu kewajiban bagi pembeli untuk mengamati warna penganan yang hendak dibeli. Jika warna makanan atau minuman terlalu mencolok atau terlalu cerah, besar kemungkinan jajanan tersebut mengandung pewarna sintetis. Bila perlu cicipi dulu rasanya dan jika terdapat rasa menyimpang, besar kemungkinan mengandung bahan berbahaya dan bahan tambahan pangan berlebihan. "Jika ada rasa pahit setelah mengonsumsi es campur, jelas produk itu mengandung sakarin
berlebih. Penggunaan pengawet benzoate berlebihan memberikan rasa sepat dan pedas yang mengetarkan alat pengecap kita," ungkapnya.
Aman dari bahaya biologis Seruan untuk masyarakat, belilah pangan yang terbebas dari serangga dan hama serta terlindung dari pencemaran. Amati apakah pedangang tersebut menggunakan air bersih dan rutin mencuci peralatan masak yang digunakannya. Kemudian, beli dan pilih penganan yang telah dimasak dengan baik, seperti penganan berkuah harus dimasak hingga mendidih. Sementara seruan untuk pedagang, semestinya rajin mencuci tangan dan menggunakan alat bantu yang bersih. Pedagang diminta tidak melakukan praktek buruk selama menangani penganan, misalnya merokok, meludah, makan, memegang rambut, hidung, wajah, atau anggota tubuh lainnya.(okezone.com) www.suaramedia.com
http://pondokibu.com/kesehatan/bahaya-makanan-jajanan-di-sekitar-kita/ Bahaya jangka panjang jajanan yang tidak menyehatkan apabila bahan tambahan dalam makanan-minuman bersifat pemantik kanker, selain kemungkinan gangguan kesehatan lainnya. Kita menyaksikan hampir semua kalangan di Indonesia, baik anak sekolah, orang kantoran di kota besar, apalagi yang di pedesaan, rata-rata sudah tercemar oleh beragam bahan kimiawi berbahaya dalam makanan, kudapan, atau penganan jajanan mereka.
Mengandung Zat Warna Tekstil
Sebagai contoh adalah saus tomat. Tidak sedikit saus tomat yang beredar terbuat dari ubi, cuka, dan zat warna tekstil (rhodomin-B). Zat warna tekstil inilah yang diperkirakan berpotensi menimbulkan keluhan tersebut. Tidak hanya sekadar pusing belaka yang ditakutkan, melainkan juga bahaya jangka panjangnya. Zat warna tekstil jenis itu bersifat pemantik munculnya kanker bila dikonsumsi rutin untuk waktu yang sama. Kita menyaksikan yang ada di meja makan warung nasi, penjual bakmi bakso, dan kantin sekolah, kemungkinan besar jenis saus tomat semacam itu. Kalau tidak, kenapa harganya bisa rendah sekali? Kecurigaan harus muncul bila ada saus tomat semurah itu. Bukan cuma dalam saut tomat, zat warna tekstil rhodomin-B juga konon pernah ditemukan dalam lipstik dan pemerah pipi, selain bahan pewarna panganan dan jajanan, termasuk mungkin dalam sirup murah. Dalam sebuah reportase sebuah stasiun TV swasta menyiarkan tayangan pembuatan sirup yang dijajakan di sekolah tersebut kurang higienis, memakai air mentah (belum dimasak) dan zat warna buatan yang diduga rhodomin-B juga.
Sirup dan limun murah di jajanan sekolah ini yang membuat kita prihatin. Generasi anak sekolah (pinggiran, dari ekonomi kurang mampu) kita tengah memanggul risiko terkena kanker saat dewasa, selain bahaya infeksi perut dadakan.
Bahaya Cacing
Melihat kondisi seperti ini, semakin murah-meriah suatu jajanan, boleh disimpulkan semakin besar berisiko membahayakan kesehatan. Bahaya jangka panjang yang lain juga muncul bila jajanan sampai tercemar cacing. Kebanyakan sayur mayur mentah (pernah diselidiki) di supermarket mengandung telur cacing perut karena konon sebelum dibawa ke kota, dibersihkan memakai air selokan di gunung. Air selokan umumnya sudah tercemar tinja berpenyakit (penderita penyakit cacing perut). Telur cacing juga dapat pula dibawa oleh jemari penjaja makanan (gado-gado, rujak, buah dingin, karedok, ketoprak) bila penjaja makanan (food handle) mengidap penyakit cacing. Sehabis penjaja makanan buang air besar dan tidak membasuh tangan dulu tetapi langsung menyajikan makanan, telur cacing di kuku jemarinya akan mencemari makanan jajanannya. Di sela-sela kuku jemari tangan telur cacing mengendon dan pindah ke makanan jajanan. Cacing kremi, cacing tambang, cacing gelang, cacing cambuk, jenis-jenis cacing yang lazim ditularkan dari makanan jajanan. Sering pengidap cacing tidak merasakan keluhan apa-apa, termasuk orang gedongan dan pekerja kantoran. Biasanya baru kedapatan cacingan kalau iseng melakukan pemeriksaan laboratorium tinja. Tahu-tahu ada telur cacingnya. Pada anak sekolah, cacingan bisa berakibat kekurangan darah (anemia). Baru-baru ini diberitakan bahwa lebih separuh anak sekolah dasar (sampel sebuah yayasan LSM) menderita anemia. Besar kemungkinan, selain sanitasi yang buruk, penyebabnya bersumber dari jajanan harian yang tercemar cacing perut.
Bahan-Bahan Berbahaya
Pada intinya adalah sudah saatnya kita selaku orang tua maupun orang dewasa hendaknya berhati-hati apabila kita atau anak kita jajan di luar. Tentunya kita tidak ingin apabila kita apalagi anak kita mengidap penyakit kanker atau cacingan bukan? Sebagai tambahan wawasan, berikut ini beberapa bahan-bahan berbahaya yang sering digunakan oleh penjual jajanan yang tidak bertanggung jawab. Semoga dengan mengetahui jenis dan bahayanya, kita lebih berhati-hati di kemudian hari.
Gula bibit
Selain pewarna, jajanan kaki lima yang memang buat kantong ekonomi lemah, dengan harga yang lebih terjangkau, tak mungkin sepenuhnya menggunakan gula asli (gula pasir maupun gula merah), melainkan memilih gula bibit. Kita tahu gula bibit tidak semuanya aman bagi kesehatan. Sebut saja gula sakarin dan aspartam, yang jauh lebih murah dibanding gula asli. Bisa dipastikan jenis gula bibit murah begini, yang sudah dilarang digunakan, masih saja dipakai oleh rata-rata pembuat makanan dan minuman rumahan.
Limun, sirup, saus dan kecap murah, hampir pasti mencamprukan gula bibit, kalau bukan seluruhnya bahan kimiawi berbahaya ini. Pemanis buatan lain tentu ada yang lebih aman, dari daun stevia, misalnya. Namun, karena harganya tidak terjangkau untuk membuat kudapan murah, pedagang memilih gula buatan yang lebih murah.Belakangan pemanis buatan aspartam juga gencar dilarang, lantaran efek buruknya, antara lain diduga terhadap otak. Namun, masih banyak jajanan dan penganan, selain industri makanan yang menggunakan aspartam.
Penyedap
Perhatikan bagaimana tukang bakso pinggir jalan menambahkan bumbu penyedap (sodium gluamic). Dahulu, untuk menuangkan bumbu penyedap (disebut mecin, vetsin) memakai sendok khusus terbuar dari kayu dengan penampang seujung kelingking. Maksudnya paling banyak disedok pun, takarannya hanya seujung kelingking itu. Tidak demikian hal sekarang, rata-rata dituang langsung dari kantong plastik kemasan atau memakai sendok makan. Semakin banyak penyedap dituangkan, semakin gurih rasa barang jualannya.Dari kacamata ekonomi, akan lebih menguntungkan bila menuangkan lebih banyak penyedap karena menambah lezat cita rasa jajanan. Air putih (bukan kaldu) yang dibubuhi penyedap banyak-banyak dengan cara murah dan mudah menjadi sangat menyerupai kuah kaldu yang harus tinggi modalnya. Apa bahaya mengkonsumsi penyedap banyak-banyak? Ya, bila dikonsumsi rutin untuk jangka waktu lama, penyedap buruk efeknya terhadap susunan saraf pusat, selain efek alergi bagi yang tidak tahan (post resntaurant syndrome), juga pusing-pusing sehabis makan di restoran (akibat penyedap). Bagi mereka yang ingin aman, selain minta tidak pakai penyedap bila memeasan makanan restoran, masakan di rumah sendiri sama sekali bebas penyedap buatan. Rasa gurih sehatnya cukup hanya mengandalkan bahan alami, seperti rasa kaldu ayam, sapi atau ikan belaka. tanpa perlu menambahkan bumbu penyedap buatan.
Formalin
Kita juga mengenal bahan formalin. Selain digunakan buat pengawet mayat agar tidak lekas membusuk, formalin juga masuk ke indsutri makanan (rumahan). Bukan baru sekarang kita mendengar atau mungkin membaca kalau formalin juga masuk industri pembuatan tahu. Agar awet tidak lekas rusak (basi), industri tahu (murah) juga memanfaatkan formalin, agar tidak sampai merugi. Tahu yang berformalin dijajakan di mana-mana. Padahal, formalin juga tidak menyehatkan. Masalahnya, bagaimana mengontrol begitu banyak dan luasnya industri rumahan tahu di Indonesia? Formalin juga dimanfaatkan untuk proses pembuatan ikan asin. Penjualan ikan asin di suatu daerah, baru-baru ini diberitakan menurun akibat kedapatan pembuatannya memakai formalin agar lebih awet.
Selain formalin kita juga membaca atau mendengar pembuatan bakso mencampurkan bahan kimiawi boraks juga, selain beberapa jenis bahan kimiawi yang sudah terbukti membahayakan kesehatan, masih lolos tak terkontrol. Betapa longgarnya kendali terhadap pemakaian bahan-bahan berbahaya karena memang tidak mudah rentang kendali untuk ribuan industri makanan dan minuman rumahan, termasuk jamu rumahan.
Minyak goreng bekas
Disinyalir, kebanyakan jajanan gorengan pinggir jalan juga menggunakan minyak goreng bekas, kalau minyak goreng yang sudah dioploas dengan minyak lain yang lebih murah. Minyak goreng oplosan ini yang diduga membahayakan kesehatan. Kita sudah tahu kalau minyak goreng bekas (jelantah) bersifat karsinogenik juga. Restoran ayam goreng yang tidak memakai lagi minyak goreng habis pakainya, menjualnya ke penjual gorengan pinggir jalan. Kalau dikonsumsi rutin untuk jangka waktu lama, tentu sama tidak sehatnya dengan bahan karsinogenik lainnya. Termasuk jika kita melakukannya juga di rumah sendiri. http://kesehatan.kompasiana.com/ibu-dan-anak/2011/02/16/bahaya-jajanan-sekolah-yangselalu-mengancam/
PENCEGAHAN Untuk mengurangi paparan anak sekolah terhadap makanan j ajanan yang tidak sehat dan tidak aman, perlu dilakukan usaha promosi keamanan pangan baik kepada pihak sekolah, guru, orang tua, murid, serta pedagang. Sekolah dan pemerintah perlu menggiatkan kembali UKS (Usaha Kesehatan Sekolah). Materi komunikasi tentang keamanan pangan yang sudah pernah dilakukan oleh Badan POM dan Departemen Kesehatan dapat ditingkatkan pelaksanaannya. Materi tersebut digunakan sebagai alat bantu penyuluhan keamanan pangan di sekolah-sekolah, khususnya terhadap murid dan pedagang makanan. Perlu diupayakan pemberian makanan ringan atau makan siang yang dilakukan di lingkungan sekolah.Hal ini dilakukan untuk mencegah agar anak tidak sembarang jajan. Koordinasi oleh pihak sekolah, persatuan orang tua murid dibawah konsultasi dokter sekolah atau Pusat Kesehatan Masyarakat setempat. Sehingga dapat menyajikan makanan ringan pada waktu istirahat sekolah. yang bisa diatur porsi dan nilai gizinya. Upaya ini tentunya akan lebih murah dibanding anak jajan diluar disekolah yang tidak ada jaminan gizi dan kebersihannya. Dengan menyelenggarakan kegiatan makanan tambahan tersebut, diharapkan mendapat keuntungan, misalnya : anak sudah ada jaminan makanan disekolah, sehingga orang tua tidak khawatir dengan makanan yang dimakan anaknya disekolah. Ibu yang selalu khawatir biasa
memberi bekal makanan pada anaknya. Kalau makanan yang baik dan bergizi tersedia disekolah, akan meringankan tugas ibu. Dalam kegiatan ini bisa pula dikenalkan berbagai jenis bahan makanan yang mungkin tidak disukai anak ketika disajikan dirumah, tetapi akan menerima ketika disajikan disekolah. Dengan demikan anak dapat mengenal aneka bahan pangan. Bila upaya tersebut belum dapat terealisasi, hendaknya orang tua secara aktif dapat menyiapkan bekal makanan bagi anak. Banyak studi yang menunjukkan persentase anak sekolah Amerika yang kelebihan berat badan bertambah hampir tiga kali lipat dalam 20 tahun terakhir. Kecenderungan tersebut diduga akibat makanan atau minutan tertentu dan kurang olahraga. Pengalaman yang bisa diambil jadi contoh kita, yaitu statu kebijakan baru di Los Angeles. Dalam beberapa tahun ke depan akan menghilangkan tahap demi tahap minuman ringan di mesin-mesin penjaja dan kafetaria. Minuman yang dianggap tak bermanfaat itu akan diganti dengan air putih, susu dan buah-buahan dan minuman olahraga. Hal ini menunjukkan suatu kepedulian yang sangat tinggi terhadap kesehatan anak usia sekolah oleh salah satu instansi pemerintahan. Kepedulian ini hendaknya dijadikan contoh bagi berbagai pihak dalam mengantisipasi bahaya makanan jajajanan yang mengancam di lingkungan sekolah. Upaya sekolah dalam menyediakan layanan makan siang sangat baik untuk dilanjutkan. Namun perlu pengawasan dan pengamatan yang ketat dan berkesinambungan demi terciptanya makanan sehat, bergizi dan tidak berbahaya. Pemberi layanan makanan di sekolah bukan hanya mempertimbangkan resiko bahaya kandungan maakanan aditif, tetapi juga mempertimbangkan pada anak yang mengalami alergi dan hipersensitif makanan. Ternyata bahaya dan dampak alergi makanan juga tidak kalah berbahaya dan mengganggu. Orang tua, guru, persatuan orang tua murid dan guru, instansi pemerintah khususnya departemen pendidikan atau departemen kesehatan dan jajaran dibawahnya serta pihak legislatif harus mulai mengambil langkah cepat berkoordinasi untuk melakukan upaya mengatasi permaslahan ini. Perlu dipikirkan pembuatan peraturan, program kegiatan penyuluhan atau pengawasan rutin baik oleh pihak sekolah atau instansi terkait sehingga dapat mengatasi masalah ini. Peningkatan perhatian kesehatan anak usia sekolah ini diharapkan dapat menciptakan peserta didik yang sehat, cerdas dan berprestasi dr Widodo Judarwanto SpA Rumah Sakit Bunda Jakarta
http://lifestyle.okezone.com/read/2011/10/18/195/517068/inilah-syarat-jajanan-sehat-anaksekolah Inilah Syarat Jajanan Sehat Anak Sekolah
SULIT rasanya mencegah keinginan anak untuk tidak jajan di sekolah. Sebelum membebaskan anak memilih jajanan yang disukai, ada baiknya Moms menjelaskan pentingnya memilih jajanan sehat. “Dari data yang kami terima, jajanan sekolah menyumbang sebanyak 30 persen karbohidrat, protein 25 persen, dan zat besi 52 persen. Maka penting bagi orangtua dan pihak sekolah untuk terus mengawasi kantin sekolah atau penjaja makanan di luar sekolah,” tutur Dr Saptawati Bardosono selaku Staf Ahli Persatuan Dokter Ahli Gizi Medik Indonesia (PDGMI) pada konferensi pers “Ancaman Anemia Bayangi Anak Indonesia karena Kekurangan Zat Besi” oleh Danone Dairy Indonesia di Hotel Sahid Jaya, Jakarta, Selasa (18/10/2011). Dijelaskan Dr Saptawati, syarat jajanan sehat bagi anak sekolah, di antaranya mengandung tiga bahan makanan bergizi (susu, biji-bijian, dan buah), tidak lebih dari 1 jenis pemanis, menghindari penggunaan asam lemak trans (minyak goreng yang digunakan berulang-ulang), rendah kandungan gula, minyak, dan garam, selalu tersedia, aman, enak, serta harganya terjangkau. Sementara ciri jajanan tidak sehat, di antaranya mengandung pengawet, tinggi kalori, lemak, dan garam, serta rendah serat. “Sebaiknya, Moms curiga jika makanan yang ditawarkan bisa tahan hingga 2 tahun. Bayangkan berapa kadar pengawet yang digunakan. Anak akan mudah terkena obesitas, hipertensi, penyakit jantung, diabetes, dan kanker di usia relatif muda jika terus mengonsumsi jajanan tidak sehat,” tutupnya. http ://waspada.co.id/index.php?option=com_content&view=article&id=178853:pilih-jajanansehat-ini-caranya&catid=28:kesehatan&Itemid=48 Untuk itu, ada baiknya Anda mengajarkan cara memilih jajanan yang sehat dan aman. Berikut ini adalah 5 panduan memilih makanan atau jajanan yang sehat : 1. Hindarilah makanan yang berwarna mencolok atau jauh berbeda dari warna aslinya. Menurut Ir Chandra Irawan dari Akademi Kimia Analis (AKA) Bogor, jajanan ,seperti kerupuk, mi, snack, atau es krim yang berwarna terlalu mencolok ada kemungkinan sudah ditambahi zat pewarna yang tidak aman. 2. Cicipi rasanya. Makanan yang tidak aman umumnya berasa tajam, misalnya sangat gurih dan membuat lidah bergetar. ”Biasanya lidah kita cukup jeli membedakan mana makanan
yang aman dan yang tidak,” katanya. 3. Baui aromanya. Bau apek atau tengik pertanda makanan itu sudah rusak atau terkontaminasi mikroorganisme. 4. Amati komposisinya. Jadilah konsumen cerdas dengan membaca secara teliti kandungan bahan makanan yang ada. Bila ingin membeli produk impor, pastikan produknya sudah terdaftar dan memiliki izin dari Badan Pengawas Obat dan Makanan yang bisa dicermati dari label dalam kemasan. 5. Perhatikan teksturnya. Tekstur makanan bisa menandakan kesegaran makanan. Makanan yang sudah berubah warna, apalagi berjamur, menandakan produk yang sudah kedaluwarsa. http://www.scribd.com/doc/23667448/Modul-11 Perubahan Perilaku Kesehatan Menurut Blum (1974), status kesehatan dipengaruhi oleh: –Lingkungan –Pelayanan Kesehatan –Genetika –Perilaku Secara umum mengubah perilaku dapat dilakukan: 1.Menggunakan kekuasaan/kekuatan (power) 2.Memberikan informasi (persuasion) 3.Diskusi dan partisipasi Model Difusi Inovasi (Rogers & Shoemaker) Proses adopsi inovasi melalui 5 tahap (1971): 1.Awareness (mengetahui/menyadari tentang adanya ide baru) 2.Interest (menaruh perhatian terhadap ide) 3.Evaluation (memberikan penilaian) 4.Trial (mencoba memakainya) 5.Adoption (menerima ide/hal baru) Tahun 1978 teorinya disempurnakan dengan hanya melalui 4 tahap: 1.Knowledge (pengetahuan) 2.Persuasion (pertimbangan)
3.Decision (keputusan) 4.Confirmation (penguatan) Proses perubahan sikap (Kelman) Kepatuhan Indentifikasi Internalisasi http://www.scribd.com/doc/52565537/pkip-teori-perubahan-prilaku Model Perubahan Perilaku 1. Inter-personal (proses hubungan antar pribadi
-Adopsi Inovasi (Rogers) -Perubahan Sikap (Kelman) Kepatuhan, Identifikasi(menir perilaku karena figur tanpa memahami makna perilaku), Internalisasi (menyadari ada nilai positif) -Penyesuaian Perilaku (Merton) - Pendekatan Edukatif (Mantra) 2. Intra-personal(proses dalam diri individu) 3. Kombinasi
http://dr-suparyanto.blogspot.com/2010/07/konsep-kepatuhan.html
Proses perubahan sikap dan perilaku (Teori Kelman) Menurut Kelman perubahan sikap dan perilaku individu dimulai dengan tahap kepatuhan, identifikasi kemudian baru menjadi internalisasi Mula-mula individu mematuhi anjuran atau instruksi petugas tanpa kerelaan untuk melakukan tindakan tersebut dan seringkali karena ingin menghindari hukuman/sanksi jika tidak patuh atau untuk memperoleh imbalan yang dijanjikan jika mematuhi anjuran tersebut tahap ini disebut tahap kesediaan, biasanya perubahan yang terjadi dalam tahap ini bersifat sementara, artinya bahwa tindakan itu dilakukan selama masih ada pengawasan petugas. Tetapi begitu pengawasan itu mengendur atau hilang, perilaku itupun ditinggalkan.
Pengawasan itu tidak perlu berupa kehadiran fisik petugas atau tokoh otoriter, melainkan cukup rasa takut terhadap ancaman sanksi yang berlaku, jika individu tidak melakukan tindakan tersebut. Dalam tahap ini pengaruh tekanan kelompok sangatlah besar, individu terpaksa mengalah dan mengikuti perilaku mayoritas kelompok meskipun sebenarnya dia tidak menyetujuinya. Namun segera setelah dia keluar dari kelompok tersebut, kemungkinan perilakunya akan berubah menjadi perilakunya sendiri. Kepatuhan individu berdasarkan rasa terpaksa atau ketidakpahaman tentang pentingnya perilaku yang baru itu dapat disusul dengan kepatuhan yang berbeda, yaitu kepatuhan demi menjaga hubungan baik dengan petugas kesehatan atau tokoh yang menganjurkan perubahan tersebut (change agent). Biasanya kepatuhan ini timbul karena individu merasa tertarik atau mengagumi petugas atau tokoh tersebut, sehingga ingin mematuhi apa yang dianjurkan atau diinstruksikan tanpa memahami sepenuhnya arti dan mamfaat dari tindakan tersebut, tahap ini disebut proses identifikasi. Meskipun motivasi untuk mengubah perilaku individu dalam tahap ini lebih baik dari pada dalam tahap kesediaan, namun motivasi ini belum dapat menjamin kelestarian perilaku itu karena individu belum dapat menghubungkan perilaku tersebut dengan nilainilai lain dalam hidupnya, sehingga jika dia ditinggalkan petugas atau tokoh idolanya itu maka dia merasa tidak perlu melanjutkan perilaku tersebut. Perubahan perilaku individu baru dapat menjadi optimal jika perubahan tersebut terjadi melalui proses internalisasi, dimana perilaku yang baru itu dianggap bernilai positif bagi diri individu dan diintegrasikan dengan nilai-nilai lain dari hidupnya. Proses internalisasi ini dapat dicapai jika petugas atau tokoh merupakan seseorang yang dapat dipercaya (kredibilitasnya tinggi) yang dapat membuat individu memahami makna dan penggunaan perilaku tersebut serta membuat mereka mengerti akan pentingnya perilaku tersebut bagi kehidupan mereka sendiri. Memang proses internalisasi ini tidaklah mudah dicapai sebab diperlukan kesediaan individu untuk mengubah nilai dan kepercayaan mereka agar menyesuaikan diri dengan nilai atau perilaku yang baru.