BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehamilan lewat waktu adalah kehamilan yang melam pui usia 284 hari (42 minggu) dengan segala kemungkinan komplikasinya. Nama lain kehamilan lewat waktu adalah kehamilan serotinus, prolonged pregenec atau post-term pregenancy. Kehamilan normal ditandai dengan gerak janin 7-10/20 menit, denyut jantung janin 120-140/ menit, usia kehamilan 37-42 minggu (rata-rata 37-40 minggu) dengan berat janin 2.500 – 4.000 gram. Penyebab terjadinya kehamilan lewat Waktu adalah adanya ketidakpastian mengetahui tanggal haid terakhir, terdapat kelainan kongenital anensefalus, atau terdapat hipoplasia kelenjar adrenal. B. Tujuan Tujuan Umum Agar penulis mendapatkan pengetahuan pengetahuan dan pengalaman yagn nyata dari teori yang diperoleh sehingga sehingga penulis mampu melakukan dan menerapkan asuhan kebidanan pada ibu hamil. Tujuan Khusus Dalam pelaksanaan asuhan kebidanan pada ibu hamil, mahasiswa diharapkan mampu : a. Melakukan pengkajian data. b. Mengidentifikasi Mengidentifikasi diagnosa, masalah dan kebutuhan. kebutuhan. c. Menentukan antisipasi masalah potensial. d. Mengidentifikasi kebutuhan segera. e. Melakukan rencana asuhan kebidanan. f. Mengevaluasi hasil asuhan kebidanan sesuai dengan rencana yang ditetapkan. C. Manfaat Mendapat pengalaman serta dapat menerapkan apa yang telah didapatkan dalam perkuliahan dengan kasus nyata dalam melaksanakan asuhan kebidanan dan sebagai bahan pertimbangan dalam asuhan kebidanan. KEHAMILAN LEWAT WAKTU (POST DATE) A. Pengertian Kehamilan lewat waktu adalah kehamilan yang melewa ti 294 hari atau 42 minggu lengkap. (Kapita Selekta Jilid 1 : 274). Kehamilan lewat waktu adalah kehamilan yang melebihi 4 2 minggu belum terjadi persalinan. (Manuaba, 222). Kehamilan Post Matur adalah kehamilan yang berlansung lebih lama dari 42 minggu dihitung berdasarkan rumus Naogle dengan dengan siklus haid rata-rata 28 hari. (Rustam Mochtar : 221). B. Etiologi Menjelang persalinan terjadi penurunan progesteron, peningkatan okstitosin tubuh dan reseptor terhadap pada kehamilan lewat waktu terjadi sebaliknya, otot r ahim tidak sensitiv terhadap rangsangan karena ketegangan psikologis atau kelainan pada rahim. C. Permasalahan Kehamilan Lewat Waktu Permasalahan kehamilan lewat waktu adalah plasenta tidak sanggup memberikan nutrisi dan pertukaran O2 sehingga janin mempunyai resiko sampai kematian dalam rahim. Makin menurunnya sirkolasi darah
menuju sirkulasi plasenta dapa mengakibatkan : - Pertumbuhan janin main lambat. - Terjadi perubahan dengan metabolisme janin. - Air ketuban berkurang dan makin kental. - Sebagian janin bertambah berat, sehingga memerlukan tindakan operasi persalinan. - Berkurangnya nutrisi O2 kejanin mengakibatkan asfiksia dan setiap saat dapt meninggal dalam ra him. - Dalam persalinan janin lebih muda m engalami asfiksia kematian janin pada kehamilan lewat w aktu dapat terjadi sekitar 25% sampai 35% dalam rahim dan makin meningkat pertolongan persalinan dengan tindakan.
D. Tanda-Tanda Bayi Post Matur - Biasnaya lebih berat dari bayi matur. - Tulang dan sutura kepala lebih keras d ari bayi matur. - Rambut lanugo hilang atau sangat kurang. - Verniks kaseosa dibadan sangat kurang. - Kuku-kuku sangat panjang. - Rambut kepala agak tebal. - Kulit agak pucat dengan diskuaminasi epitel. Atau dapt dibagi dalam 3 stadium : 1. Stadium 1 Kulit menunjukkan kehilangan verniks kaseosa dan maserasi berupa kulit kering rapuh dan mudah mengelupas. 2. Stadium 2 Gejala diatas disertai perwanaan meconium (kehijauan) pada kulit. 3. Stadium 3 Terdapat perwarnaan kekuningan pada kulit atau tali pusat. E. Pengaruh Terhadap ibu dan Janin Terhadap ibu Persalinan post matur dapat menyebabkan distosia karena : a. Aksi uterus tidak terkoordinir. b. Janin besar. c. Moulding kepala besar Maka akan sering dijumpai partus lama, kesalahan letak, inersia uteri, distosia ba hu dan perdarahan post partum. Terhadap janin Jumlah kematian janin/ bayi pada kehamilan 42 minggu 3x lebih bear dari kehamilan 40 minggu, karena post maturitas pada janin bervariasi, berat badan janin bertambah besar, tetap dan ada yang berkurang, sesudah kehamilan 42 minggu ada pula ya ng bisa terjadi kematian janin dalam kandungan.
F. Penentu Keadaan Janin (Penilaian) Sebagai berikut : a. Tes tanpa tekanan (Non Stress Test). Bila memperoleh hasil non reaktif maka dilanjutkan dengan tes tekanan oksitosin. Bila dida pat hasil reaktif maka nilai spesifetas 98,8% menunjukkan kemungkinan besar janin baik, bila ditemukan hasil tes tekanan yang positif meskipun sensitifitas relatif rendah tetapi telah dibuktikan berhubungan dengan
negatif keadaan prematur. b. Gerakan janin Secara subyektif normal rata-rata 7 x 20 menit. Gerakan janin dapt pula ditentukan dengan pemeriksaan USE. c. Amnioskopi Bila ditemukan air ketuban yang banyak dan jernih mungkin keadaan janin masih baik, sebaliknya air ketuban sedikit dan mengandung meconium akan mengalami resiko 30% asfiksia. G. Diagnosis - Bila tanggal hari pertama haid terakhir dicatat dan ketahui wanita hamil diangosis tidak sukar. - Bila wanita tidak tahu, lupa atau tidak ingat, atau sejak melahirkan yang lalu tidak dapt diikuti tinggi dan naiknya fundus uteri, mulai gerakan janin dan besarnya janin dapat membantu diagnosis. - Pemeriksaan BB diikuti, kapan menjadi kurang, begitu pula lingkaran perut dan jumlah air ketuban apakah berkurang. - Pemeriksaan rontgenologik dapt dijumpai pusat penalangan pada bagian distal femur, bagian proksimal tibia, tulang kubola, diameter biparietal 9.8 cm atau lebih. - USG : UKUrang diamter biparetal, gerakan janin dan jumlah air ketuban. - Pemeriksaan sitologik air ketuban, air ketuban diambil dengan amnio sintesis baik tirasvaginal maupun trasabdominal, air ketuban akan bercampur lemak dan sel -sel kulit yang dilepas janin setelah kehamilan mencapai lebih dari 36 minggu. Air ketuban yang diperoleh d ipulas dengan sulfat bironil. Maka sel-sel yang mengandung lemak akan berwarna jingga alba. a. Melebihi 10% : Kehamilan diatas 36 minggu. b. Melebihi 50% : Kehamilans diatas 39 minggu. - Amnioskopi : Melihat derajat air ketuban, menurut warnanya karean diketahui mekonium. - Kardiografi : Mengawasi dan membaca denyut jantung janin, karena insufisensi plasenta. - Uji Oksitosin (Stress test) : Yaitu dengan infus tetes oksitosin dan diawasi raksi janin terhadap kontraksi uterus, jika ternyata reaksi janin kurang baik, ini akan membahayakan janin. - Pemeriksaan kadar estriol dan urine. - Pemeriksaan Ph darah kepala janin. - Pemeriskaan Sitologi Vagina. H. Penatalaksaan Persalinan Hamil Lewat Waktu a. Kehamilan lewat waktu memerlukan pertolongan, induksi persalinan atau perslainan anjuran, persalinan induksi tidak banyak menimbulkan penyulit bayi, asalkan dilakukan di rumah sa kit dengan fasilitas cukup. b. Dalam pertolongan persalinan lewat waktu, perngawasan saat persalinan induksi sangat penting karena setiap saat dapat berancam gawat janin yang memerlukan pertolongan segera, dengan demikian bila bidan menghadapi kehamilan lewat waktu segera dirujuk. c. Persalinan anjuran atau induksi persalinan dapat dilakukan metode. 1. Metode stein Persalinan anjuran mulai pagi hari : - Pukul 06.00 : 30 cc Olium ricini - Pukul 07.00 : Bisulfas kinne 0.200 gr - Pukul 08.00 : Bisulfas kinne 0.200 gr + klisma ari sabun hangat 1 liter. - Pukul 09.00 : Bisulfas kinne, suntikan pitotrin 0.2 cc.
- Pukul 10.00 : hanya, suntikan pitroin 0.2 cc - Pukul 14.00 : Hanya suntikan pitoltrin 0.2 cc - Pukul 16.00 : Hanya suntikan pitroltrin 0.2 cc - Pukul 18.00 : Hanya suntikan pitoltrin 0.2 cc Sekalipun metode stein sudah ditinggalkan, tetapi untuk pengethauan bidan masih perlu diketahui, selama metode stein, kehamilan lewat waktu mendapatkan : a. 1,2 gr bisulfas kinine. b. 1,4 gr pitotrin injeksi Persalinan anjuran dengan metode ini diluar rumah sakit berbahasa karena dapat tejradi : - Kontraksi rahim yang kuat sehingga dapat mengancam Ketuban pecah saat pembukaan kecil. Reptur uteri membakat. Gawat janin dalam rahim. 2. Persainan anjuran dengan infus pitoltrin (Sitosinon)s Perslainan anjuran dengan infus oksitosin, pitoltrin atau sitosinon 5 unit dalam 500 cc glukosa 5% banyak dipergunakan. Teknik induksi dengan infus glukosa lebih sederhana, dan mulai dengan 8 tetes dengan makismal 40 tetes/ menit kenaikan tetesan setiap 15 menit sebanyak 4 sampai 8 tetes sampai kontraksi optimal tercapai. Maka tetesan tersebut dipertahankan sampai terjadi persalinan apabila terjadi kegagalan, ulangi persalinan anjuran dengan selang waktu 24 jam sampai 48 jam. 3. Memecahkan ketuban Memecahkan ketuban merupakan salah satu metode untuk mempercepat persalinan. Setleah ketuban pecah ditunggu sekitar 4 sampai 6 jam dengan harapan otot rahim akan berlangsung apabila belum berlangsung kontraksi otot rahim dapat diikuti induksi persalinan dengan infus glukosa yang mengandung 5 unit oksitosin. 4. Persalinan anjuran dengan menggunakan prostaglandin. Telah diketahui bahwa kontraksi otot rahim terutama dirangsang oleh protaglanin, pemakaian prostaglandin sebagai induksi persalinan dapat dalam bentuk infus intravena (nasages) dan pervaginam (Prostaglandin Vagina Suppositoria). • Penyulit persalinan anjuran (induksi persalinan) Dalam melakukan persalinan anjuran dapat terjadi penyulit yang membahagiakan ibu maupun janin, sebagai berikut : a. Penyulit ibu (Maternal) - Kontrkasi otot rahim yang berlebihan, sehingga dapat menimbulkan ruptor uteri membakat. - Kontraksi otot rahim yang berlebihan mengganggu sirkulasi darah sehingga menimbulkan asfiksi janin. - Kelebihan cairan yang diberikan dapat menimbulkan : 1. Edema paru : Sesak nafas dan sianosis 2. Tekanan meningkat, terjadi pendarahan otak 3. Memecahkan ketuban, dapat menimbulkan infeksi b. Penyulit untuk janin - Kontraksi otot rahim menimbulkan asfiksia janin dalam rahim. - Ketuban pecah dalam pembukaan kecil 1. Persalinan berlangsung lebih dari 6 janin menyebabkan bahaya infkesi. 2. Derasnya air ketuban dapat menimbulkan prolapsis tali pusat, prolapsis tangan atau kaki menimbulkan penyulit teknik persalinan. - Persalinan yang berlangsung lama 1. Menimbulkan kelelahan ibu, dehidrasi, edema bagian bawah. 2. Bahaya infeksi Persalinan anjuran meurpakan percobaan untuk membuktikan ketidakseimbangan diantara janin dan
jalan lahir.
KONSEP MANAJEMEMN MENURTU VARNEY A. Langkah I ( pengakjian data ) Data subyektif 1. Biodata Nama : untuk mengetahui nama klien dan suami agar tidak keliru dengan pasien lain. Umur : untuk mengetahui umur ibu d an suami Agama : untuk memngatahui agama yang dianut klien agar lebih mudah dalam melakukan pendekatan. Pendidikan : untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu dan suami sebagai dasar dasar pemberian KIE. Pekerjaan : untuk mengetahui bagaimana taraf hidup dan social ekonomi klien agar nasehat yang diberikan sesuai. Alamat : untuk mengetahui suku daerah klien sehingga memudahkan dlam berkomunikasi. 2. Alasan datang kerumah sakit Alasan yang mendorong ibu dating ke balai kesehatan. 3. Keluhan Utama Keluhan yang paling diraskan ibu. 4. Riwayat Kesehatan a) Riwayat kesehatan yang lalu Apakah klien pernah menderita penyait yang menular dan menurun seperti jantung, hypertensi, DM, asma ,dll. b) Riwayat kesehatan kelurga Apakah ada keluarga yang menderita penyakit menurun atau menular seperti jantung, hypertensi, DM, asma ,dll. 5. Riwayat perkawinan berapa kali klien menikah, berapa usia pernikahan. 6. Riwayat kebidanan a) Riwayat haid Kapan klien menarce,amenorhoe, siklus, lamaanya, banyakknya, gangguan haid, HPHT. b) Riwyat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalau. Riwayat kehamilan yang lalu melahirkan dimana ditolong oleh siapa dengan usia kehamilan berapa minggu, persalinan terakhir mengalaami perdarahan, melahirkan spontan, SC, VE, pernah a bortus atau tidak, nifas mengalami penyulit atau tidak. c) Riwayat KB Alat kontrasepsi apa yang pernah digunakan, lamanya, dan alas an mengapa klien menggunakan alat kontrasepsi tersebut serta keluhannya. 7. Pola kebiasaan sehari – hari a) Pola istirahat ada atau tidak gangguan, berapa jam waktu istirahat. b) Pola aktivitas Aktivitas yang dilakukan sehari – hari, olahrga yang dilakukan ada tidaknya yang dirasakan ibu sehubungan dengan aktivitas yang dilakukan. c) Pola eliminasi Ada gangguan atau tidak dan bagaimana cara mengatasinya. d) Poa nutrisi Porsi makan, frekuensi, makanan pantangan, nafsu makan.
e) Pola kebersihan Mandi berapa kali, frekuensi gosok gigi dan berapa kali ganti baju. f) Pola seksual Ada gangguan atu tidak. 8. Riwayat psikososial a) Psikologi : bagaimana dukungan dari suami dan keluarga b) Social : bagaimana hubungan ibu, suami dan keluarga. 9. Riwayat spiritual Agama apa yang dianut klien agar kita lebih mudah melakuakan pendekatan. 10. Riwayat social budaya Apakah ada tradisi selamatan, pantangan ibu hamil dan kepada siapa ibu memeriksakan kehamilannya DATA OBJEKTIF 1. Pemeriksaan Fisik Keadaan umum : untuk mengetahuin kesadaran secara keseluruhan. Kesadaran : untuk mengetahui tingkat kesadaran. Tekanan darah : untuk mengetahui tekanan darah Ibu dalam batas normal. Nadi : untuk mengetahui frekuensi tekanan jantung ibu permenit. Pernapasan : untuk mengetahui frekuensi pernapasan permenit. Suhu : untuk mengetahui temperatur ibu.
2. Pemeriksaan Khusus a) inspeksi - kepala : rambut lurus/tidak-tidak rontok, ketombe/ada ketombe. - Muka : oedema/tidak, pucat/tidak - Mata : kenrungtiva pucat/tidak,sklera kuning/tidak. - Telinga : simetris, bersih/tidak, ada secrit/tidak. - Mulut : stomatitis/tidak, caries/tidak. - Leher : ada pembesaran kelenjar tiroid/tidak, ada pembesaran/berdungan verajugulasis/tidak. - Payudara : bentuk simetris/tida, benjolan abnormal ada/tida, keadaan puting susu, hiperpigmentasi, areola besar/tidak. - Abnormen : bentuk simetris/tidak, pembesaran sesuia umur kehamilan/tidak strioe, luka bekas oprasi ada/tidak. - Geretalia : fluas albas ada/tidak, tanda chadwis ada/tidak varises/tidak. b) Palpasi - Leopold I : difundus teraba. TFU..cm - Leopald II : letak punggung puka/puki - Leopald III : bagaimana terdahulu kepala/bokong, sudah masuk PAP/belum - Leopald IV : jika sudah masuk PAP seberapa jauh. c) Ausrultasi - DJJ : x/mrit - Frekuensi : teratur apa tidak d) Deskesi - Refleks patela positif/negatif Data penunjang TP : TBS : ( TFU dalam cm – 12 ) x 155 Pemeriksaan lab : DL.hb, reduksi,albumin B. Langkah II ( Identifikasi Masalah dan Diagnosa )
Identifikasi yang benar terhadap diagnosa atau masalah d an kebutuhan klient berdasarkan interpretasi yang benar atau data – data yang dikumpulkan. C. Langkah III ( Identifikasi Diagnosa Atau Masalah Potensial ) Identifikasi masalah atau diagnosa potensial lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa yang sudah diidentifikasi D. Langkah IV ( Identifikasi Kebutuhan Yang Memerlukan Penanganan Segera ) Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan atau untuk dikonsultasikan atau ditanganin bersama anggota tim kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi client. E. Langkah V ( Merencanakan Asuhan Yang Menyeluruh ) Direncanakan asuhan yang menyeluruh, ditentukan oleh langkah-langkah s ebelumnya F. Langkah VI ( Melaksanakan Perencanaan ) Pelaksanaan dari rencana asuhanpada langkah-langkah sebelumnya dan dilaksanakan secara efisien dan aman. G. Langkah VII ( Evaluasi ) Evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasikan di dalam masalah dan diagnosa.
PENUTUP
A. Kesimpulan Kehamilan merupakan proses reproduksi yang perlu mendapat perawatan k arena mengandung resiko terhadap janin dan ibu-ibu harus memeriksakan kehamilannya minimal 4x selama hamil. Hal ini untuk mendeteksi dini adanya kelainan atau komplikasi pada ibu dan janin selama kehamilan. B. Saran 1. Bagi Institusi Pendidikan Lebih meningkatkan bimbingan akademik kepada mahasiswa terutama pada pembuatan akseb ini. 2. Bagi Mahasiswa Lebih meningkatkan pengetahuan dan rajin belajar sehingga bisa menerapkan apa yang telah d idapatkan dilapangan. 3. Bagi Tenaga Kesehatan Diharapkan dapat meningkatkan kualitas pelayanan dengan mengikuti berbagai seminar tentang kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA
Mochtar, Rustam, Prof, Dr. MPH. 2002. Sinopsis Obstetri ; Obstetri Operastif dan Obstetri Sosial Jilid II. Jakarta : EGC. Manuaba, Ida Bagus, Gde, Prof. Dr. SPOG. 2003. Ilmu Kebidanan. Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana. Jakarta : EGC. Prawiroharjo, Sarwono. 2002. Ilmu Kebidanan. Jakarta : BP. SP