PRAKTEK COMPOUNDING & DISPENSING “PROMKES DAGUSIBU” DAGUSIBU ”
Disusun Oleh : Kelompok 4 1. Etik Puji Hastuti
(1820364015)
2. Fatimah
(1820364016)
PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER UNIVERSITAS SETIA BUDI SURAKARTA 2018
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Kesehatan adalah hak asasi manusia dan merupakan investasi, juga merupakan karunia Tuhan, oleh karenanya perlu dipelihara dan ditingkatkan kualitasnya.
Promosi
kesehatan
sangat
efektif
untuk
memelihara
dan
meningkatkan kesehatan tersebut. Faktor perilaku dan lingkungan mempunyai peranan sangat dominan dalam peningkatan kualitas kesehatan. hal-hal tersebut merupakan bidang garapan promosi kesehatan. Masalah perilaku menyangkut kebiasaan, budaya, dan masalah-masalah lain yang tidak mudah diatasi. Untuk itu semua perlu peningkatan kesadaran dan kepedulian masyarakat untuk hidup sehat, perlunya pengembangan kemitraan dan pemberdayaan masyarakat, dan untuk itu diperlukan peningkatan upaya promosi kesehatan. Sementara itu Promosi Kesehatan telah ditetapkan sebagai salah satu program unggulan, sehingga perlu digarap secara sungguh-sungguh dengan dukungan sumber daya yang memadai. Sementara itu Peraturan dan perundangan yang
ada
memberikan
landasan
hukum
yang
cukup
kuat
terhadap
penyelenggaraan promosi kesehatan. Promosi Kesehatan adalah proses pemberdayaan masyarakat agar dapat memelihara dan meningkatkan kesehatannya. Proses pemberdayaan tersebut dilakukan
dari,
oleh,
untuk
dan
bersama
masyarakat;
Artinya
proses
pemberdayaan tersebut dilakukan melalui kelompok-kelompok potensial di masyarakat, bahkan semua komponen masyarakat. Dewasa ini banyak kasus-kasus di masyarakat mengenai penyalahgunaan obat. Baik itu obat yang sudah diresepkan dari dokter karena sakit, maupun obat yang masyarakat dapatkan atas inisiatif mereka sendiri. Kasus-kasus tersebut diantaranya mulai dari keracunan, overdosis, hingga menyebabkan kematian. Mereka menganggap diri mereka tahu cara menggunakan obat dari awal sejak mereka dapatkan hingga akhir. Kurangnya keingintahuan masyarakat mengenai hal ini sangatlah berbahaya. Mereka tidak boleh menganggap remeh mengenai tata cara pengelolaan obat. Mulai dari awal mereka mendapatkan resep dari
doketr, hingga cara membuangnya jika sudah tidak bisa dipakai lagi. Padahal jika sedikit kita salah melakukan pengelolaan obat, maka akan sangat berakibat fatal bagi diri kita sendiri atau si konsumen obat. Selain itu dampak dari kesalahan pengelolaan obat akan tampak di lingkungan. Pencemaran lingkungan karena pembuangan obat yang sembarangan akan terjadi dan menyebabkan terganggunya keseimbangan ekosistem di sekitar. Hal ini pada akhirnya juga menyebabkan kerugian bagi manusia sendiri. Salah satu cara pengelolaan obat yang baik dan benar adalah DAGUSIBU. Cara ini menjelaskan tata cara pengelolaan obat dari awal mereka dapatkan hingga saat obat sudah tidak dikonsumsi lagi dan akhirnya dibuang. Dengan berbagai pertimbangan di atas maka masyarakat perlu tahu akan pentinganya pengelolaan obat mulai dari mereka mendapatkan resep hingga membuangnya jika tidak diperlukan. Sehingga, dampak dari kesalahan penyalahgunaan masyarakat bisa dicegah. B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan DAGUSIBU ? 2. Bagaimana pentingnya masyarakat mengenal DAGUSIBU?
C. Tujuan 1. Mensosialisasikan pentingnya mengetahui tata cara pengelolaan obat yang baik dan benar 2. Mengurangi dampak kesalahan pengelolaan obat di masyarakat 3. Memberikan informasi dan edukasi kepada masyarakat tentang penggunaan obat yang baik dan benar. 4. Masyarakat mengetahui tentang macam-macam obat yang ada di pasaran dan perbedaannya (obat bebas, obat bebas terbatas dan obat keras). 5. Masyarakat mengetahui mengenai berbagai macam sediaan obat dan cara penggunaannya masing-masing untuk memperoleh efek yang diharapkan. 6. Masyarakat
megetahui
mengenai
tatacara
pembuangan obat yang sudah tidak dipakai.
penyimpanan
dan
BAB II PEMBAHASAN A. Definisi Obat
Obat adalah bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi yang digunakan
untuk
mempengaruhi
atau
meyelidiki
sistem
fisiologi
atau
keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasespsi untuk menusia (UndangUndang Kesehatan No. 36 tahun 2009). Pengertian umum obat adalah suatu substansi yang melaui efek kimianya membawa perubahan fungsi biologi. Pada umumnya molekul obat berinterkasi dengan
molekul
khusus
dalam
sistem
biologi,
yang
berperan
sebagai
pengatur,disebut molekul reseptor. Untuk berinteraksi secara kimia dengan reseptornya,molekul obat harus mempunyai ukuran,muatan listrik,bentukdan komposisi atom yang sesuai. B. Pengertian DAGUSIBU
DaGuSiBu merupakan singkatan dari Dapatkan, Gunakan, Simpan, Buang obat. Dagusibu merupakan suatu program edukasi kesehatan yang dibuat oleh IAI dalam upaya mewujudkan gerakan keluarga sadar obat (GKSO) sebagai langkah konkrit untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat sehingga mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya sebagai komitmen dalam melaksanakan amanat undang-undang nomor 36 tahun 2009. Program ini mirip dengan program CBIA. Dimana, Metode Cara Belajar Ibu Aktif (CBIA) merupakan salah satu kegiatan pemberdayaan masyarakat yang dapat digunakan untuk swamedikasi. Metode CBIA merupakan metode pembelajaran untuk para ibu rumah tangga agar lebih aktif dalam mencari informasi seputar obat yang digunakan oleh keluarga. Informasi tersebut berguna bagi para ibu antara lain agar mampu menyikapi promosi iklan obat dipasaran dan mengelola obat di rumah tangga secara benar. Karena dari banyak survei diketahui bahwa ibu rumah tangga adalah ”key person” dalam penggunaan obat di rumah tangga. Ibu rumah tangga juga mempunyai peranan untuk mengurus rumah
tangga sebagai pelindung rumah tangga dan sebagai salah satu kelompok dari peranan sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya. Hanya saja, yang menjadi objek dalam dagusibu adalah semua elemen masyarakat, tidak hanya Ibu rumah tangga, tapi setiap orang diharapkan mampu “berinteraksi” dengan obat dengan cara yang baik. Perlu adanya pengawasan dan penyampaian informasi tentang obat untuk pasien atau masyarakat dalam mendapatkan, menggunakan, menyimpan, dan membuang obat dengan baik. Jika penggunaannya salah, tidak tepat, tidak sesuai dengan takaran dan indikasinya maka obat dapat membahayakan kesehatan.
C. DApatkan Obat Dengan Benar
Tempat yang paling tepat untuk mendapatkan obat adalah apotek. Pastikan apotek yang didatangi terpercaya dan memiliki izin apotek. Apotek yang berizin akan mencantumkan nomor Surat Izin Apotek (SIA) pada plang apotek. Apotek yang berizin sudah memenuhi serangkaian persyaratan dan prosedur yang ditetapkan, sehingga bisa dikatakan obat yang disimpan di dalam apotek terjaga kualitasnya. Sebelum memberli obat, sebaiknya periksa kualitas kemasan dan kualitas fisik produk obat tersebut untuk menjamin obat tersebut masih terjamin kualitasnya. Periksa nama dan alamat produsen, apakah tercantum dengan jelas atau tidak. Teliti dan lihat juga tanggal kadaluarsa produk obat tersebut. Untuk keamanan dan kesembuhan, sebelum mengkonsumsi obat sebaiknya menggali informasi tentang obat tersebut. Informasi itu dapat kita peroleh dari apoteker di apotek tempat kita membeli resep tersebut. Ada beberapa hal penting yang seharusnya ditanyakan kepada apoteker sebelum mengkonsumsi obat antara lain: 1.
Jenis Obat Tanyakan kepada apoteker jenis obat yang akan dibeli. Tanyakan juga obat generiknya yang sama kualitasnya dengan harga yang lebih ekonomis untuk menghemat.
2.
Waktu Mengkonsumsi Tanyakanlah sejelas-jelasnya kepada apoteker tentang waktu yang dianjurkan dalam mengkonsumsi obat yang kita beli. Misalnya, sebelum makan atau sesudah makan; sebelum tidur atau pada waktu mau tidur; pagi, siang atau sore.
3.
Interaksi Obat dan Makanan Interaksi antara obat dan makanan dapat membuat suatu jenis obat kurang
kemanjurannya atau bahkan mengakibatkan efek samping yang serius. Karena itu sebelum mengkonsumsi obat, tanyakanlah kepada apoteker tentang jenis makanan yang dipantangkan ketika anda mengkonsumsi obat yang anda beli. Obat memang tidak selamanya harus dibeli di apotek. Ada beberapa jenis obat yang dapat kita beli di Toko Obat Berizin yang tersedia asisten apotekernya ataupun warung yang dekat dengan permukiman. Pembelian obat di tempattempat tersebut hendaknya disesuaikan dengan golongan obat yang kita butuhkan. Pembelian obat bisa berpengaruh terhadap kualitas obat, untuk menghindari obat-obat palsu dapatkan obat dengan benar diantaranya: - Obat dapat diperoleh di apotek, supermarket dan toko obat berijin. - Untuk obat dengan resep, hanya dapat diperoleh di apotek. - Pastikan apotek yang anda datangi terpercaya dan memiliki ijin apotek. - Pastikan ada petugas yang dapat menjamin obat yang anda beli. - Periksa nomor registrasi, nama dan alamat pabrik, pembuat obat, apakah sudah tercantum dengan jelas. - Teliti dan lihatlah tanggal kadaluwarsa.
Ada dua golongan obat yaitu: 1. Obat yang dapat diperoleh tanpa resep dokter. a. Obat bebas, bercirikan : -
Bertanda lingkaran berwarna hijau dengan garis tepi berwarna hitam.
-
Dapat
diperoleh
di
supermarket dan apotek.
semua
toko
obat
berijin,
b. Obat bebas terbats, bercirikan : -
Bertanda lingkaran berwarna biru dengan garis tepi berwarna hitam dan disertai dengan peringatan terkaitan obat yang digunakan.
-
Dapat
diperoleh
di
semua
toko
obat
berijin,
supermarket dan apotek. P. No. - 1 Awas ! Obat Keras Bacalah aturan pemakaiannya
P. No. 2 Awas ! Obat Keras Hanya untuk kumur, jangan ditelan
P. No. 3 Awas ! Obat Keras Hanya untuk bagian luar dari badan
P. No. 4 Awas ! Obat Keras Hanya untuk dibakar
P. No. 5 Awas ! Obat Keras Tidak boleh ditelan
P. No. 6 Awas ! Obat Keras Obat wasir, jangan ditelan
2. Obat yang dapat diperoleh dengan resep dokter -
Bertanda lingkaran berwarna merah dengan garis tepi berwarna hitam dengan huruf K.
-
Obat ini hanya boleh dijual diapotek.
D. GUnakan Obat Dengan Benar
Obat harus digunakan sesuai dengan aturannya, agar bisa mencapai efek yang
diinginkan.
Berikut
ini
hal-hal
yang
bisa
menjadi
penyebab
ketidakberhasilan pengobatan yaitu (Dirga dan Hasdiana, 2015) : a. Tidak teratur Obat
membutuhkan
konsentrasi
tertentu
dalam
tubuh
untuk
bisa
memberikan efek yang diinginkan. Agar konsentrasinya selalu optimal, obat sebaiknya diminum secara teratur sesuai anjuran utamanya antibiotik dan obat-
obatan yang efeknya pendek (misal : Captopril). Faktor lupa seringkali menjadi penyebab ketidakteraturan meminum obat. Tips: Letakkan obat pada tempat yang mudah terlihat, gunakan pil box untuk membantu pengaturan, minta orang terdekat untuk mengingatkan, bila perlu gunakan reminder. b. Waktu minum Penyerapan beberapa jenis obat sangat baik jika dikonsumsi saat perut kosong, jika diminum setelah makan konsentrasi optimal tidak tercapai sehingga tidak memberikan efek yang diharapkan. Namun ada beberapa obat yang harus dikonsumsi sesudah makan untuk mencegah timbulnya efek samping. Informasi yang harus diketahui oleh kader kesehatan untuk disampaikan kepada pasien adalah (Anonim, 2008a): a)
Umum
1. Cara minum obat sesuai anjuran yang tertera pada etiket atau brosur. Penggunaan obat tanpa petunjuk langsung dari dokter hanya boleh untuk penggunaan obat bebas dan obat bebas terbatas serta untuk masalah kesehatan yang ringan. 2. Waktu minum obat , sesuai dengan waktu yang dianjurkan : a) Pagi, berarti obat harus diminum antara pukul 07.00 - 08.00 WIB. b) Siang, berarti obat harus diminum anara pukul 12.00 -13.00 WIB. c) Sore, berarti obat harus diminum antara pukul 17.00-18.00 WIB. d) Malam, berarti obat harus diminum antara pukul 22.00-23.00 WIB. 3. Aturan minum obat yang tercantum dalam etiket harus di patuhi. Bila tertulis : a) 1 (satu) kali sehari, berarti obat tersebut diminum waktu pagi hari atau malam hari, tergantung dari khasiat obat tersebut. b) 2 (dua) kali sehari, berarti obat tersebut harus diminum pagi dan malam hari tiap 12 jam. c) 3 (tiga) kali sehari, berarti obat tersebut harus diminum pada pagi, siang dan malam hari tiap 8 jam. d) 4 (empat) kali sehari, berarti obat tersebut haus diminum pada pagi, siang, sore dan malam hari tiap 6 jam.
e) Minum obat sampai habis, berarti obat harus diminumteratur dan sampai habis, biasanya obat antibiotika. 4. Penggunaan obat bebas atau obat bebas terbatas tidak dimaksudkan untuk penggunaan secara terus-menerus. 5. Hentikan penggunaan
obat apabila tidak memberikan manfaat
atau
menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan, segera hubungi tenaga kesehatan terdekat. 6. Sebaiknya tidak mencampur berbagai jenis obat dalam satu wadah. 7. Sebaiknya tidak melepas etiket dari wadah obat karena pada etiket tersebut tercantum cara penggunaan obat dan informasi lain yang penting. 8. Bacalah cara penggunaan obat sebelum minum obat, demikian juga periksalah tanggal kadaluarsa. 9. Hindarkan menggunakan obat orang lain walaupun gejala penyakit sama. 10.Tanyakan kepada apoteker di apotek atau petugas kesehatan untuk mendapatkan informasi penggunaan obat yang lebih lengkap. b)
Khusus Pemberian obat oral dalam bentuk padat (tablet, kaplet, kapsul, tablet salut)
umumnya dapat ditelan utuh dengan bantuan air minum. Obat oral dalam bentuk cair (sirup dan suspensi) dikocok dahulu sebelum diminum. Takaran obat minum (sirup): - 1 (satu) sendok takar artinya obat dituang ke sendok takar sampai garis menunjukkan volume 5 ml - ½ (setengah sendok takar artinya obat dituang ke sendok takar sampai garis yang menunjukkan volume 2,5 ml -
¼ (seperempat) sendok takar obat, berarti obat tersebut harus dituangkan pada sendok takar sampai garis yang menunjukan volume 1,25 ml.
- Sediaan sirup drop diambil dengan pipet sesuai takaran atau skala yang dianjurkan. Beberapa obat dalam bentuk cair hanya untuk penggunaan di luar tubuh (tidak untuk ditelan), seperti: - Cairan tetes hidung, tetes mata, tetes telinga
- Cairan obat kumur - Cairan untuk kulit (lotion) Obat tetes digunakan dengan alat pipet yang tersedia dalam kemasan. Aturan pakai dinyatakan dalam tetes atau ml. c. Cara penggunaan Penggunaan yang salah dapat menyebabkan rusaknya obat atau obat tidak sampai pada tempat yang diinginkan sehingga tidak memberikan efek. Cara penggunaan obat seperti dibawah ini (Anonim, 2008a; Anonim 2015) :
Obat oral
Pemberian obat secara oral (melalui mulut) merupakan pemberian yang paling praktis dan mudah. Sediaan obat yang dapat digunakan secara oral yaitu tablet, kapsul, puyer, dan cairan. Petunjuk penggunaan obat oral: 1. Sediaan obat padat
Obat oral dalam bentuk padat, sebaiknya diminum dengan air matang. (kecuali bila ada petunjuk lain seperti dihisap, dikunyah, ditaruh di bawah lidah atau di kumur).
Hubungi tenaga kesehatan apabila sakit dan sulit saat menelan obat
Ikuti petunjuk tenaga kesehatan kapan saat yang tepat untuk minum obat apakah pada saat perut kosong, atau pada saat makan atau sesudah makan atau pada malam hari sebelum tidur. Misalnya obat antasida harus diminum saat perut kosong, obat yang merangsang lambung, harus diminum sesudah makan, obat pencahar diminum sebelum makan. 2. Sediaan obat larutan
Obat dalam bentuk cair (sirup/suspensi/emulsi) sebaiknya dikocok dahulu.
Gunakan sendok takar atau alat lain (pipet, gelas takar obat) jika minum obat dalam bentuk larutan/cair. Sebaiknya tidak menggunakan sendok rumah tangga, karena ukuran sendok rumah tangga tidak sesuai untuk ukuran dosis
Hati-hati terhadap obat kumur, jangan diminum. Lazimnya pada kemasan obat kumur terdapat peringatan “Hanya untuk kumur, jangan ditelan”.
Sediaan obat larutan biasanya dilengkapi dengan sendok takar yang mempunyai tanda garis sesuai dengan ukuran 5,0 ml, 2,5 ml dan 1,25 ml
Apabila dalam etiket tertulis: 1)
1 (satu) sendok takar obat, berarti obat tersebut harus dituangkan pada sendok tajar sampai garis yang menunjukkan volume 5 ml
2)
½ (setengah) sendok takar, berarti obat tersebut harus dituangkan pada sendok takar sampai garis yang menunjukkan volume 2,5 ml
3)
¼ (seperempat) sendok takar obat, berarti obat tersebut harus dituangkan pada sendok takar sampai garis yang menunjukkan 1,25 ml
Obat luar
Obat luar merupakan obat yang diberikan tidak melalui saluran pencernaan atau buka melalui mulut 1)
Sediaan kulit
Beberapa bentuk sediaan obat untuk untuk penggunaan kulit, yaitu bentuk bubuk halus (bedak), cairan (lotion), setengah padat (krim, salep). Untuk mencegah kontaminasi (pencemaran), sesudah dipakai wadah harus tetap tertutup rapat
Cuci tangan
Oleskan/taburkan obat tipis-tipis pada daerah yang terinfeksi
Cuci tangan kembali untuk membersihkan sisa obat Sediaan ini tidak boleh diberikan pada luka terbuka dan gunakan sampai
sembuh, atau tidak ada gejala lagi
Gambar 1. Cara pemakaian obat krim/gel/salep kulit
2)
Sediaan obat mata
Terdapat 2 macam sediaan untuk mata, yaitu bentuk cairan (obat tetes mata) dan bentuk setengah pada (salep mata). Dua sediaan tersebut merupakan produk yang pembuatannya dilakukan secara steril (bebas kuman) sehingga dalam penggunaannya harus diperhatikan agar tetap bebas kuman. Untuk mencegah kontaminasi (pencenaran), hindari ujung wadah obat tetes mata terkena permukaan benda lain (termasuk mata) dan wadah harus tetap tertutup rapat sesudah digunakan. Cara penggunaannya:
Cuci tangan
Tengadahkan kepala pasien, dengan jari telunjuk tarik kelopak mata bagian bawah
Tekan boto tetes atau tube salep hingga cairan atau salep masuk dalam kantung mata bagian bawah
Tutup mata pasien perlahan-lahan selama 1 sampai 2 menit
Untuk penggunaan tetes mata tekan ujung mata dekat hidung selama 1-2 menit, untuk penggunaan salep mata, gerakkan mata kekiri-kanan, keatas dan kebawah
Setelah obat tetes atau salep mata digunakan, usap ujung wadah dengan tisu bersih, tidak disarankan untuk mencuci dengan air hangat
Tutup rapat wadah obat tetes mata atau salep mata
Cuci tangan untuk menghilangkan sisa obat pada t angan
Gambar 2. Cara pemakaian obat tetes mata
Gambar 3. Cara pemakaian obat salep mata
PERHATIKAN:
1.
Hindari penggunaan obat tetes mata atau salep mata setelah dibuka lebih dari 30 hari, karena obat tidak bebas kuman lagi
2.
Hindari penggunaan hindari penggunaan obat tetes mata atau salep mata oleh lebih dari satu orang, agar tidak terjadi penularan infeksi
3)
Sediaan tetes telinga
Hindarkan ujung kemasan obat tetes telinga dan alat penates telinga tau pipet terkena permukaan benda lain (termasuk telinga), untuk mencegah kontaminasi Cara penggunaan obat tetes telinga:
Cuci tangan
Bersihkan bagian luar telinga dengan “cotton bud”
Kocok sediaan terlebih dahulu bila sediaan berupa suspensi
Miringkan kepala atau berbaring dalam posisi miring dengan telinga yang akan ditetesi obat, menghadap keatas
Tarik telinga keatas dan kebelakang (untuk orang dewasa) atau tarik telinga kebawaah dan kebelakang (untuk anak-anak)
Teteskan obat dan dibiarkan selama 5 menit. Keringkan dengan kertas tisu setelah digunakan
Tutup wadah dengan baik. Jangan bilas ujung wadah dan alat penates obat
Cuci tangan untuk menghilangkan sisa obat pada t angan
Gambar 4. Cara pemakaian obat tetes telinga
4)
Sediaan suppositoria
Cara penggunaan suppositoria:
Cuci tangan
Buka bungkus aluminium foil dan basahi suppositoria dengan sedikit air
Pasien dibaringkan dalam posisi miring
Dorong bagian ujung suppositoria kedalam anus dengan ujung jari
Cuci tangan untuk menghilangkan sisa obat pada tangan
Gambar 5. Cara pemakaian obat suppositoria
Jika suppositoria terlalu lembek, sehingga sulit untuk dimasukkan kedalam anus, maka sebelum digunakan sediaan suppositoria ditempatkan didalam lemari pendingin selama 30 menit kemudian tempatkan pada air mengalir sebelum membuka bungkus kemasan aluminium foil.
5)
Obat tetes hidung
Cara penggunaan :
Cuci tangan terlebih dahulu
Tengadakan kepala atau letakkan kepala pada bantal yang miring
Masukkan ujung alat penetes sedalam satu cm ke dalam lubang hidung.
Teteskan sesuai dosis yang ditentukan
Tahan posisi kepala selama beberapa menit
Bilas ujung obat tetes hidung dengan air panas dan keringkan dengan kertas tisu kering.
Cuci tangan untuk menghilangkan sisa obat pada tangan.
Gambar 6. Cara pemakaian tetes hidung
6)
Sediaan krim/salep rektal
Cara penggunaan krim/salep rektal:
Bersihkan dan keringkan daerah rektal
Masukkan salep atau krimsecara perlahan kedalam rektal
Cuci tangan untuk menghilangkan sisa obat pada tangan
Cuci tangan untuk menghilangkan sisa obat pada t angan
Gambar 7. Cara pemakaian salep rektal
7)
Sediaan ovula / obat vagina
Cara penggunaan sediaan ovula dengan menggunakan aplikator
Cuci tangan dan aplikator dengan sabun dan air hangat, sebelum digunakan
Baringkan pasien dengan kedua kaki direnggangkan
Ambil obat vagina dengan menggunakan aplikator
Masukkan obat kedalam vagina sejauh mungkin tanpa dipaksakan
Biarkan selama beberapa waktu
Cuci bersih aplikator dan tanagn dengan sabun dan air hangat setelah digunakan
Gambar 8. Cara pemakaian ovula
d. Obat berinteraksi Membeli obat bebas di apotek dan mengkonsumsinya bersamaan dengan obat yang diresepkan. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya interaksi yang menurunkan efek obat bahkan menimbulkan efek samping. Misalnya, antasida dan pencahar sangat mempengaruhi proses penyerapan obat lain yang dikonsumsi bersamaan. Konsumsi vitamin c dosis tinggi juga dapat menurunkan efek obat tertentu dan menyebabkan pembentukan batu ginjal jika dikonsumsi bersamaan allopurinol. e. Proses pengobatan Kondisi tertentu, pengobatan diberikan dengan dosis rendah untuk melihat respon tubuh terhadap pengobatan tersebut. Beberapa jenis obat juga harus digunakan dari dosis yang rendah untuk mencegah terjadinya efek samping, misalnya pengobatan hipotiroid pada manula. Pada kondisi ini, pasien terkadang merasa bahwa obat yang diberikan tidak memberikan efek yang diharapkan. f. Pengaruh rokok Kandungan kimia yang ada dalam rokok dapat meningkatkan aktivitas enzim yang ada dalam hati. Hal ini dapat menyebabkan beberapa jenis obat lebih cepat terurai sehingga membutuhkan penyesuaian dosis.
E. SImpan Obat Dengan Benar
Masa penyimpanan semua jenis obat mempunyai batas waktu, karena lambat laun obat akan terurai secara kimiawi akibat pengaruh cahaya, udara dan suhu, akhirnya khasiat obat akan berkurang. Tanda-tanda kerusakan obat kadangkala tampak dengan jelas, misalnya bila larutan bening menjadi keruh dan bila warna suatu krim berubah tidak seperti awalnya ataupun berjamur. Akan
tetapi dalam proses rusaknya obat tidak dapat dilihat dengan mata telanjang. Bentuk dan baunya obat tidak berubah, namun kadar zat aktifnya sudah banyak berkurang, atau terurai dengan membentuk zat-zat beracun. berkurangnya zat aktif hanya dapat ditetapkan dengan analisa di laboratorium. Menurut aturan nternasional, kadar obat aktif dalam suatu sediaan diperbolehkan menurun sampai maksimal 10%, lebih dari 10% dianggap terlalu banyak dan obat harus dibuang.
Aturan Penyimpanan
Guna memperlambat penguraian, maka semua obat sebaiknya disimpan di tempat yang sejuk dalam wadah asli dan terlindung dari lembab dan cahaya. Dan hendaknya di suatu tempat yang tidak bisa dicapai oleh anak-anak, agar jangan dikira sebagai permen berhubung bentuk dan warnanya kerapkali sangat menarik. Obat-obat tertentu harus disimpan di lemari es dan persyaratan ini selalu dicantumkan pada bungkusnya, misalnya insulin. Lama Penyimpanan Obat
Masa
penyimpanan
obat
tergantung
dari
kandungan
dan
cara
menyimpannya. Obat yang mengandung cairan paling cepat terurainya, karena bakteri dan jamur dapat tumbuh baik di lingkungan lembab. Maka itu terutama obat tetes mata, kuping dan hidung, larutan, sirup dan salep yang mengandung air/krim sangat terbatas jangka waktu kadaluwarsanya. Pada obat-obat biasanya ada kandungan zat pengawet, yang dapat merintangi pertumbuhan kuman dan jamur. Akan tetapi bila wadah sudah dibuka, maka zat pengawetpun tidak dapat menghindarkan rusaknya obat secara keseluruhan. Apalagi bila wadah sering dibuka-tutup. Misal dengan tetes mata, atau mungkin bersentuhan dengan bagian tubuh yang sakit, misal pipet tetes mata, hidung atau telinga. Oleh karena itu obat hendaknya diperlakukan dengan hati-hati, yaitu setelah digunakan, wadah obat perlu ditutup kembali dengan baik, juga membersihkan pipet/sendok ukur dan mengeringkannya. Di negara maju pada setiap kemasan obat harus tercantum bagaimana cara menyimpan obat dan tanggal kadaluwarsanya, diharapkan bahwa dikemudian hari persyaratan ini juga akan dijalankan di Indonesia secara
menyeluruh. Akan tetapi, bila kemasan aslinya sudah dibuka, maka tanggal kadaluwarsa tersebut tidak berlaku lagi. Menurut Guidance NHS, Sheffield Clinical Commision Group dan Berkshire East Care Home Prescribing Suppor Pharmacist, definisi dari expire date atau tanggal kadaluarsa adalah suatu waktu dimana produk farmasi (obat) sudah dalam kondisi yang tidak efektif untuk digunakan. Dengan kata lain, obat tersebut sudah berada pada akhir masa dimana spesifikasi potensi dan parameter penting lainnya sudah tidak sama seperti pada saat awal diproduksi. Penggunaan obat yang melewati tanggal kadaluarsa akan menghasilkan kadar zat aktif obat yang lebih rendah, dapat menyebabkan ketidaknyamanan pengguna obat, atau bahkan dapat membahayakan bagi tubuh.Pada obat yang telah kadaluarsa, tidak dapat dipastikan kondisi zat-zat yang aktif didalam obat tersebut. Sehingga, lebih baik untuk tidak menggunakan obat yang sudah mel ampaui masa kadaluarsa yang tertera pada label obat. Tanda tanggal kadaluarsa manufaktur yang tertera di kontainer obat merupakan tanggal kadaluarsa pada obat yang belum dibuka. Pada saat dibuka, obat sudah tidak berada pada kondisi lingkungan yang sama lagi, sehingga kemungkinan dapat terjadi perubahan-perubahan pada obat. Beberapa perubahan yang dapat terjadi pada obat adalah: o
Degradasi
Tanggal kadaluarsa bergantung pada kondisi penyimpanan yang spesifik dan juga masing-masing obat memiliki kecepatan perubahan (dekomposisi) yang berbeda-beda. Sebagai contoh, obat amoksilin dalam bentuk suspensi (bubuk yang dicairkan dengan larutan) memiliki masa stabilitas penggunaan 7 hari bila diletakkan pada temperature ruangan 25 oC, sedangkan tablet kombinasi trimetroprim/sulfametoxazol memiliki ketahanan hingga 3-5 tahun bila belum dibuka dari kemasan dan diletakkan pada suhu dibawah 30 oC atau suhu penyimpanannya. Proses degradasi antara lain hidrolisis, oksidasi dan degradasi oleh cahaya. Namun demikian, meskipun semua faktor yang menyebabkan degradasi berhasil
dikontrol (obat aman dari hal-hal yang dapat menyebabkan degradasi), pada kenyataannya degradasi pasti akan terjadi, namun dengan lebih lambat. o
Hidrolisis
Kecepatan hidrolisis dipengarusi oleh keberadaan air dan dapat dikurangi dengan mengurangi paparan dengan air. Sebagai contoh, antibiotik amoksisilin memiliki beberapa bentuk sediaan, yang hampir kesemuanya pasti pernah diresepkan oleh dokter, yaitu tablet, kapsul, sirup bubuk (yang belum diberi air) dan injeksi (obat suntik). Seluruh sediaan itu paling tidak memiliki masa tenggang sekitar 2 tahun sebelum kadaluarsa. Namun demikian, setelah sirup bubuk diberi air (setelah diresepkan, tentunya obat-obatan dibuat di apotek menjadi bentuk yang dapat langsung dikonsumsi, misalnya sirup bubuk langsung dibuat menjadi sirup cair), masa tenggang obat tersebut tinggal 7 hari pada penyimpanan di suhu ruangan (25 oC). Bila obat disimpan pada kondisi udara yang panas, maka masa tenggang obat tersebut dapat menjadi berkurang drastis hingga kurang dari 7 hari saja. Sedangkan untuk obat injeksi (obat suntik), Setelah dibuka harus langsung digunakan. Hal ini dikarenakan sediaan injeksi merupakan produk steril sehingga setelah dibuka harus langsung digunakan agar tidak terkontaminasi oleh lingkungan sekitar. o
Oksidasi dan fotodegradasi
Sebagian obat bereaksi dengan oksigen, sehingga dengan hanya dibuka (sehingga obat berinteraksi dengan udara bebas yang mengandung oksigen) dapat menyebabkan degradasi. Biasanya, obat-obat ini akan dibuat dengan sediaan cair dalam bentuk ampul. Memang oksigen dapat berada diatas cairan yang berada di ampul, namun pada pembuatannya, oksigen ini akan ditarik keluar sehingga bagian atas cairan didalam ampul akan menjadi hampa udara. Pada cairan injeksi, control pada pH dan dijauhkan dari cahaya dapat mengurangi
oksidasi.
Sedangkan
pada
obat
berbentuk
tablet,
seperti
chlorpromazine, bentuk penyimpanan obatnya diberi warna untuk memberi proteksi terhadap cahaya.
Kontaminasi
Beberapa obat tetes, seperti obat tetes mata, setelah dibuka berisiko untuk terkontaminasi oleh kotoran atau bahkan bakteri/virus di udara. Oleh karena itu, disarankan untuk sebaiknya tidak mengunakan obat tetes mata bersama-sama dan setelah dibuka sebaiknya diletakkan di dalam refrigerator (kulkas) dan tertutup rapat untuk menghindari kontaminasi. Upaya pengobatan suatu penyakit, perlu diberikan beberapa jenis obat yang saling berbeda baik bentuk sediaannya maupun kemasannya. Bila cara penyimpanan obat tidak memenuhi persyaratan cara menyimpan obat yang benar, maka akan terjadi perubahan sifat obat tersebut, sampai terjadi kerusakan obat.
Tabel 1. Waktu Stabilitas Obat Selama Penggunaan Formulasi/Bentuk Waktu Kadaluarsa yang Alasan disarankan setelah dibuka (kecuali di cantumkan oleh produsen obat dan masih belum mencapai tanggal kadaluarsa manufaktur) Krim/ointment 1 bulan Kandungannya terpapar dan dapat terkontaminasi Krim/ointment yang 1 bulan atau lihat saran Memindahkan wadah dituang dari wadah manufaktur dapat menyebabkan yang lebih besar kontaminasi Krim yang dibuat Tanyakan pada saran farmasi Bergantung pada untuk individual yang memberikan stabilitas produk Krim/ointment 3 bulan Kontainer tertutup, isi berbentuk tube tidak langsung terpapar dengan lingkungan luar Pack penyimpan Berdasarkan simbol kadaluarsa Kontainer tertutup, isi dengan pompa untuk manufaktur tidak langsung krim/ointment terpapar dengan lingkungan luar Tablet/kapsul dalam 2 bulan Tidak ada tanda yang sistem dosis tercetak untuk MDS monitoring (dimasukkan ke
dalam wadah harian) Tablet/kapsul/cairan yang dimasukkan ke dalam wadah/ botol farmasi Pak bagian dari tablet/kapsul yang masih pada kemasan, manufaktur pada pak aslinya
6 bulan sejak dipindahkan atau tanyakan pada saran farmasi
Bergantung pada stabilitas obat
Berdasarkan tanggal kadaluarsa yang tertera. Bila tidak ditemukan, tanyakan pada farmasi
Kontainer tertutup, isi tidak langsung terpapar dengan lingkungan luar Bila tidak ada tanggal kadaluarsa yang tertera pada kemasan, ada risiko bahwa obat tersebut sudah kadaluarsa Cairan oral pada 6 bulan, kecuali ditetapkan oleh Paparan cairan wadah aslinya manufaktur terhadap lingkunagn pada saat pengukuran dosis dapat menyebabkan kontaminasi Tetes/ ointment 1 bulan ( hingga 3 bulan untuk Rekomendasi mata, telinga, hidung tetes hidung dan telinga) manufaktur Inhaler (obat hirup) Berdasarkan tanggal kadaluarsa Kontainer tertutup, isi manufaktur tidak langsung terpapar dengan lingkungan luar Insulin 4 minggu untuk insulin vial dan Penutup steril sudah pen, kecuali dipaparkan oleh terbuka dan mungkin manufaktur disimpan diluar pendingin (Sumber : NHS, 2014)
Petunjuk Penyimpanan Obat-obatan
- Simpan di tempat sejuk, kering dan terhindar dari sinar matahari langsung (di kulkas bila ada petunjuk khusus). - Jauhkan dari jangkauan anak-anak. - Simpan dalam kemasan aslinya dan dalam wadah tertutup rapat. Jangan pernah mengganti kemasan botol ke botol lain. - Jangan mencampur tablet dan kapsul dalam satu wadah.
- Jangan menyimpan kapsul atau tablet di freezer, tempat panas dan atau lembab karena dapat menyebabkan obat tersebut rusak. - Obat dalam bentuk cair jangan disimpan dalam lemari pendingin kecuali disebutkan pada etiket atau kemasan obat. - Jangan tinggalkan obat di dalam mobil dalam jangka waktu lama karena perubahan suhu dapat merusak obat tersebut. - Obat minum dan obat luar harus disimpan terpisah. Simpanlah botol obat di tempat yang kering atau kotak khusus. - Simpan obat pada tempat yang tidak mudah dijangkau anak-anak. - Jangan meletakkan obat dalam mobil dalam jangka waktu lama karena perubahan suhu dapat merusak obat. - Simpan obat cair baik itu sirup maupun suspensi pada suhu ruang 20°C. Atau dalam lemari pendingin/kulkas dengan suhu 5-10°C. - Tidak menyimpan obat dalam freezer . Hal ini justru akan merusak obat - Jangan lupa untuk selalu menutup rapat botol sirup agar udara tidak masuk. Karena udara yang masuk bisa membawa bakteri dari luar yang biasa tumbuh dalam media air. - Hindari
obat
dari
paparan
sinar
matahari
atau
cahaya
secara
langsung Biasanya botol sirup sudah didesain kedap cahaya dengan warna botol yang gelap/coklat tua. Obat dapat berubah kestabilannya karena waktu, untuk itu jangan digunakan lagi bila :
Telah lewat tanggal kedaluwarsanya
Label pada obat tak terbaca lagi
Warna dan penampakannya sudah berubah
Cairan yang jernih sudah menjadi keruh.
F. BUang Obat Dengan Benar
Zat berkhasiat yang terdapat dalam sediaan obat, selalu mempunyai masa aktif untuk tujuan pengobatan tertentu. Biasanya tertulis pada kemasan atau lembar informasi. Sediaan cair lebih jelas dilihat apabila kadaluarsa, yaitu terjadi
perubahan bentuk cairan, perubahan warna, timbul bau atau timbul gas akibat reaksi antar zat didalam obat tersebut. Sedangkan sediaan obat dalam bentuk padat apabila sudah mencapai masa kadaluarsa, biasanya terjadi perubahan fisik. Ciri-ciri Obat Rusak:
1. Tablet Terjadi perubahan pada warna, bau dan rasa, timbul bintik – bintik noda, lubang-lubang, pecah, retak, terdapat benda asing, menjadi bubuk dan lembab. 2. Tablet Salut Terjadi perubahan salutan seperti pecah, basah, lengket satu dengan lainnya dan terjadi perubahan warna. 3. Kapsul Cangkang kapsul menjadi lembek, terbuka sehingga isinya keluar, melekat satu sama lain, dapat juga melekat dengan kemasan. 4. Puyer Terjadi perubahan warna, timbul bau, timbul noda bintik-bintik, lembab sampai mencair. 5. Salep / Krim / Lotion / Cairan Terjadi perubahan warna, bau, timbul endapan atau kekeruhan, mengental, timbul gas, memisah menjadi 2 (dua) bagian, mengeras, sampai pada kemasan atau wadah menjadi rusak rusak.
Cara membuang obat:
Pembuangan obat dapat dilakukan apabila obat rusak akibat penyimpanan yang lama atau kadaluwarsa. Obat yang rusak dibuang dengan cara : 1. Penimbunan di dalam tanah. Hancurkan obat dan timbun di dalam tanah. 2. Pembuangan ke saluran air. Untuk sediaan cair, encerkan sediaan dan buang kedalam saluran air.
Cara membuang kemasan obat
1. Wadah berupa botol atau pot plastik.
Terlebih dahulu lepaskan etiket obat, dan tutup botol, kemudian dibuang di tempat sampah, hal ini untuk menghindari penyalah gunaan bekas wadah obat. 2. Box / dus / tube. Gunting dahulu baru dibuang (Anonim, 2008a).
BAB III PENUTUP A. Kesimpulan
Dari hasil dan pembahasan di atas dapat ditarik kesimpulan yaitu : 1. DAGUSIBU adalah kepanjangan dari Dapatkan, Gunakan, Simpan, dan Buang yang merupakan proses pengelolaan obat yang baik dan benar. 2. IAI mengadakan program DAGUSIBU (DApatkan, GUnakan, SImpan dan BUang)
obat
bagi
masyarakat
Indonesia
sehingga
masyarakat
bisa
mendapatkan, menggunakan, menyimpan dan membuang obat dengan benar dan dapat mencegah terjadinya hal yang tidak diinginkan terjadi pada pasien.
B. Saran
Pendidikan/penyuluhan kesehatan perlu ditingkatkan dan dilaksanakan secara intensif kepada individu, keluarga, kelompok masyarakat tentang cara mendapatkan, menggunakan, menyimpan dan membuang obat dengan benar agar masyarakat dapat mendapatkan efek yang maksimal dari pengobatan yang didapatkan.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2008 a. Materi Pelatihan Peningkatan Pengetahuan Dan Keterampilan Memilih Obat Bagi Tenaga Kesehatan. Jakarta: Depkes RI Anonim . 2008 b. Informatorium Obat Nasional Indonesia (IONI). Jakarta: BPOM RI Anonim. 2015. Cara Penggunan Obat . Jakarta: KEMENKES RI Bilal, S. 2014. Care Home Prescribing Support Pharmacist. In: NHS, Berkshire East Good Practice Guidance 4: Expire Dates for Medication. Depkes RI 1998. Pelatihan Penggunaan Obat Rasional untuk Dokter Puskesmas. Jakarta: Depkes. Dirga & Hasdiana. 2015. Yuk, Gunakan Obat dengan Benar . Yogyakarta: Health. Health Quality and Safety Commision New Zealand. Medicine Expiry DatesWhat do They Mean? In: Medication Safety Watch: Issue 5, February 2013. Kemenkes RI 2017. Pemahaman Masyarakat Akan Penggunaan Obat Masih Rendah. Jakarta; Depkes. Kemenkes RI 2017. Canangkan Gerakan Masyarakat Cerdas Menggunakan Obat. Jakarta; Depkes.