ANALISA DISTRIBUSI FRAGMENTASI BATUAN HASIL PELEDAKAN DENGAN PROGRAM SPLIT DESKTOP 2.0 SEBAGAI FUNGSI FAKTOR ENERGI (FE) DI PT SEMEN BATURAJA (PERSERO)
PROPOSAL TUGAS AKHIR Diajukan Untuk Tugas Akhir Penelitian Mahasiswa Pada Jurusan Teknik Pertambangan Universitas Sriwijaya
Oleh : Kiagus Husni Tamrin 03091002056
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2016
I. JUDUL Analisa Distribusi Fragmentasi Batuan Hasil Peledakan Dengan Program Spilt Desktop 2.0 Sebagai Fungsi Faktor Energi (FE) Di PT Semen Baturaja (Persero) II. BIDANG ILMU Teknik Pertambangan III. LATAR BELAKANG Proses penambangan perlu dilakukan pengupasan tanah penutup terlebih dahulu. Sifat fisik dan mekanik batuan yang kompak dan keras maka diperlukan suatu operasi peledakan dalam usaha pemberaiannya. Proses peledakan dipengaruhi oleh variabel yang dapat dikontrol dan tidak dapat dikontrol. Variabel yang dapat dikontrol meliputi geometri pengeboran, geometri peledakan, jumlah dan jenis bahan peledak. Sedangkan variabel yang tidak dapat dikontrol seperti geologi batuan, sifat dan kekuatan batuan, diskontinuitas batuan, kondisi cuaca, dan kondisi air dalam batuan yang dapat mempengaruhi kinerja pemboran dan peledakan. Penggunaan yang tepat dari kedua variabel diatas mampu menghasilkan fragmentasi dan pergerakan massa batuan yang lebih baik sehingga memberikan efek positif terhadap kinerja unit operasi penggalian dan pemuatan serta mengurangi dampak negatif dari proses peledakan. Hasil peledakan yang optimal dapat diperoleh dengan melakukan suatu pengaturan penggunaan energi bahan peledak dalam rancangan peledakan yang dinyatakan faktor energi. Pengaturan faktor energi dilakukan dengan tujuan mencapai kualitas peledakan yang dikehendaki dan biaya peledakan yang minimum, dimana semakin kecil faktor energi maka nilai ekonomis akan semakin baik namun fragmentasi yang akan dihasilkan semakin buruk. Demikian sebaliknya, semakin besar faktor energi yang digunakan maka nilai ekonomis semakin besar dan fragmentasi yang akan dihasilkan semakin kecil. Namun tidak menjamin nilai produktivitas akan semakin naik, hal ini disebabkan produktivitas
dapat dipengaruhi oleh faktor lain seperti faktor teknis selama proses penggalian dan pemuatan. Sehingga perlu ditentukan hubungan faktor energi terhadap fragmentasi yang akan dihasilkan dalam suatu perencanaan peledakan. IV. PERUMUSAN MASALAH Permasalahan yang dibahas adalah : 1. Keberhasilan kegiatan peledakan dapat dilihat dari fragmentasi yang dihasilkan dalam proses peledakan. Sehingga perlu diketahui tinggat fragmentasi batuan yang dihasilkan dalam proses peledakan tersebut. 2. Fragmentasi batuan dapat ditentukan secara teoritis, namum dalam keadaan aktual fragmentasi yang dihasilkan akan berbeda. Oleh karena itu diperlukan faktor koreksi terhadap fragmentasi secara teoritis dengan keadaan aktual. 3. Distribusi fragmentasi batuan hasil peledakan sangat dipengaruhi oleh energi bahan peledak yang digunakan untuk meledakkan massa batuan. Namun, tidak ada acuan yang jelas dalam menentukan besarnya faktor energi peledakan yang diperlukan untuk menghasilkan fragmentasi yang diharapkan. Oleh karena itu perlu diketahui hubungan faktor energi terhadap frangmentasi yang akan dihasilkan dalam persamaan empiris. V. TUJUAN PENELITIAN Tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Menganalisa distribusi fragmentasi batuan yang dihasilkan dari proses peledakan dengan metode Kuz-Ram dan Program Split Desktop 2.0. 2. Melakukan analisa faktor koreksi fragmentasi yang dihasilkan metode KuzRam dengan Split Desktop 2.0. 3. Melakukan analisa distribusi fragmentasi batuan hasil peledakan sebagai persamaan fungsi faktor energi. VI. TINJAUAN PUSTAKA Kegiatan pemboran dan peledakan harus direncanakan, sehingga hasil peledakan yang akan diperoleh sesuai dengan yang diinginkan. Perencanaan juga
diperlukan agar gangguan terhadap lingkungan seperti ground vibration, air blast dan fly rock dapat diminimalisir. Kegiatan peledakan dan pemboran dapat berhasil sesuai dengan rencana, jika dalam pelaksanaannya memperhatikan faktor dari karakteristik batuan, karakteristik bahan peledak, dan rancangan dari peledakan tersebut. Karakteristik batuan merupakan parameter dasar yang digunakan untuk menentukan rancangan peledakan (William Hustrulid, 1999). VI.1 Karakteristik Batuan VI.1.1 Krakteristik Batuan Utuh VI.1.1.1 Bobot Isi Batuan Semakin besar bobot isi suatu batuan, semakin besar pula jumlah energi peledakan
yang
diperlukan
untuk
menghancurkan batuan tersebut. Pada
batuan yang bobot isinya rendah, keadaan porositasnya besar dan ikatan antar butirannya lemah akan lebih mudah diberaikan sehingga hanya memerlukan energi peledakan yang relatif rendah. VI.1.1.2 Kuat Tekan Batuan Kuat tekan batuan dapat digunakan untuk mengetahui mudah tidaknya suatu batuan untuk dihancurkan baik dengan menggunakan penggalian biasa maupun dengan operasi peledakan. Batuan memiliki kuat tekan yang selalu jauh lebih besar daripada kuat tariknya, tetapi kuat tarik batuan memiliki peranan yang sangat penting dalam proses penghancuran batuan. Batuan dengan kuat tarik yang rendah akan lebih mudah hancur dibandingkan batuan yang memiliki kuat tarik yang besar (Bieniawski, 1973). VI.1.2 Karakteristik Massa Batuan VI.1.2.1 Bidang Diskontinuitas Keberadaan bidang diskontinuitas memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap hasil peledakan. Parameter dalam karakteristik bidang diskontinuitas yang mempengaruhi hasil peledakan yaitu kekerapan atau jarak antar bidang diskontinuitas dan orientasinya dalam massa batuan. Batuan yang hancur oleh proses peledakan, akan terpisah menjadi blok-blok yang bentuknya dipengaruhi oleh pola bidang diskontinuitasnya dan bidang baru yang terbentuk akan
cenderung mengikuti orientasi bidang diskontinuitas. Rekahan awal yang ada dalam massa batuan dapat memberikan kemudahan dalam proses pemecahan batuan, tetapi juga dapat memberikan kesulitan dalam pengontrolan peledakan karena adanya sebagian energi peledakan yang hilang melalui rekahan tersebut. VI.1.2.2 Jarak Antar Bidang Diskontinuitas Jarak antar bidang diskontinuitas adalah jarak tegak lurus antara dua bidang diskontinuitas yang berurutan sepanjang garis pengamatan dan dinyatakan sebagai intact length. Jarak antar bidang diskontinuitas dapat digambarkan dengan mengklasifikasikan berdasarkan selang jarak antara bidang tersebut (Attewell, 1993). VI.1.2.3 Orientasi Bidang Diskontinuitas Orientasi bidang diskontinuitas pada umumnya digambarkan dalam strike dan dip. Keberadaan bidang diskontinuitas pada massa batuan dengan orientasinya dapat mempengaruhi hasil peledakan. Massa batuan yang mempunyai bidang diskontinuitas paralel dengan muka jenjang, umumnya mempunyai hasil peledakan yang paling baik daripada massa batuan dengan orientasi lain. Hal ini dikarenakan bidang bebas yang sejajar dengan muka jenjang memberikan pantulan gelombang kejut yang optimal sehingga energi yang terpakai untuk memecah batuan menjadi lebih efisien. Massa batuan yang mempunyai arah kemiringan bidang diskontinuitas menuju ke dalam tubuh massa batuan, mempunyai kecenderungan memperbesar resiko terbentuknya bongkahan yang menggantung dibagian atas jenjang serta tidak pecahnya batuan dibagian kaki jenjang (toe). Suatu massa batuan yang mempunyai arah kemiringan bidang diskontinuitas menuju ke arah muka lereng akan cenderung tidak stabil setelah diledakkan dan memperbesar resiko terjadinya back break (C.J. Konya,1995). VI.1.2.4 Rock Quality Designation (RQD) RQD merupakan parameter yang digunakan untuk menunjukkan kualitas massa batuan. Data RQD dapat diperoleh dari pemboran inti, RQD dihitung dari persentase bor inti yang diperoleh dengan panjang minimum 10 cm, berdasarkan persamaan (3.1) (C.J. Konya, 1995).
panjang potongan core 10 cm RQD 100 % Total panjang core run …….(3.1)
VI.2 Geometri Peledakan Geometri peledakan merupakan faktor rancangan peledakan dimana faktorfaktor penentunya dapat dikendalikan. Pada geometri peledakan terdapat parameter-parameter yang sangat berpengaruh terhadap
keberhasilan
suatu
peledakan, diantaranya burden, spacing, subdrillling, stemming, kedalaman lubang ledak, kolom isian, dan powder factor (William Hustrulid, 1999). VI.2.1 Burden Burden merupakan jarak antara lubang ledak yang tegak lurus terhadap free face terdekat. VI.2.2 Spacing (S) Spacing adalah jarak diantara lubang ledak dalam satu garis yang sejajar dengan bidang bebas. Spacing yang terlalu besar akan menghasilkan fragmentasi yang tidak baik dan dinding akhir yang ditinggalkan relatif tidak rata, sebaliknya bila spacing terlalu kecil dari jarak burden maka akan mengakibatkan tekanan sekitar stemming yang lebih dan mengakibatkan gas hasil ledakan dihamburkan ke atmosfer diikuti suara bising (noise). Untuk menentukan fragmentasi secara teori dapat dilihat dari nilai spacing ratio, yaitu perbandingan antara spasi dan burden. Dimana untuk mrndapatkan fragmentasi yang baik, nilai spasi rasio adalah 1,15 (William Hustrulid, 1999). VI.2.3 Stemming (T) Stemming adalah kolom material penutup lubang ledak di atas kolom isian bahan peledak. Stemming yang terlalu pendek dapat mengakibatkan batu terbang dan suara ledakan yang keras sedangkan stemming yang terlalu panjang akan mengakibatkan retakan ke belakang jenjang (back break) dan bongkah di sekitar dinding jenjang. VI.2.4 Subdrilling
Subdrilling adalah merupakan panjang lubang ledak yang berada di bawah garis lantai jenjang. Subdrilling berfungsi untuk membuat lantai jenjang relatif rata setelah peledakan. VI.2.5 Kedalaman Lubang Ledak (H) Kedalaman lubang ledak adalah kedalaman lubang yang akan diisi bahan peledak yang dilakukan dengan pengebora. VI.2.6 Charge Length (PC) Charge length adalah panjang kolom isian bahan peledak VI.2.7 Loading Density (de) Loading Density adalah banyaknya bahan peledak yang diisikan permeter lubang ledak. VI.2.8 Powder Factor Powder factor adalah suatu bilangan yang menyatakan perbandingan antara penggunaan bahan peledak terhadap jumlah material yang diledakkan atau dibongkar. VI.2.9 Waktu Tunda Pemakaian delay detonator sebagai waktu tunda untuk peledakan secara beruntun. Keuntungan dari peledakan dengan memakai delay detonator, yaitu : dapat menghasilkan fragmentasi yang lebih baik, dapat mengurangi timbulnya getaran tanah, dan dapat menyediakan bidang bebas untuk baris berikutnya (C.J.Konya and E.J. Walter, 1990). VI.2.10 Pola Peledakan Pola peledakan merupakan urutan waktu peledakan antara lubang bor dalam satu baris dengan lubang bor pada baris berikutnya ataupun antara lubang bor yang satu dengan lubang bor yang lainnya. Pola peledakan ini ditentukan berdasarkan urutan waktu peledakan serta arah runtuhan material yang diharapkan. Berdasarkan arah runtuhan batuan, pola peledakan dapat dibedakan menjadi 3 yaitu : box cut, corner cut, dan V cut. Pola box cut adalah pola peledakan yang arah runtuhan batuannya kedepan dan membentuk kotak. Pola corner cut adalah pola peledakan yang arah runtuhan batuannya ke salah satu
sudut dari bidang bebasnya. Sedangkan, pola V cut adalah pola peledakan yang arah runtuhan batuannya kedepan dan membentuk huruf V (C.J.Konya and E.J. Walter, 1990). VI.3 Fragmentasi Batuan Pengukuran
fragmentasi
batuan
hasil peledakan
dilakukan
untuk
mengetahui tingkat keberhasilan suatu proses peledakan tersebut. Permasalahan fragmentasi yang timbul dapat disebabkan oleh beberapa hal, yaitu: Ketidaksesuaian desain peledakan terhadap kondisi lapangan, penerapan desain peledakan yang buruk di lapangan, dan kondisi massa batuan yang bervariasi. Tingkat fragmentasi yang akan dihasilkan dalam rancangan peledakan perlu diketahui, sehingga rancangan peledakan dapat dipertimbangkan. Untuk memperkirakan fragmentasi yang akan dihasilkan dapat menggunakan model Kuz-Ram. Model Kuz-Ram adalah gabungan dari dua persamaan, yaitu: Persamaan Kuznetsov untuk memperkirakan ukuran fragmentasi rata-rata dan Persamaan Rossin Ramler untuk menentukan persentase material yang lolos pada ukuran tertentu. Dengan memasukkan parameter kajian dari Persamaan Kuznetsov-Ramler maka dapat ditentukan ukuran fragmentasi rata-rata, karakteristik boulder, indeks keseragaman dan persen material yang tertahan ayakan pada ukuran tertentu. Rata-rata ukuran fragmentasi dalam proses peledakan menurut Kuznetsov (1973) dapat diperoleh melalui persamaan (3.20).
Vo X = A x Q
0.8
xQ1 / 6 ……………..……………….....…………......…(3.20)
Bentuk persamaan lain dapat digunakan melalui persamaan (3.21).
Vo X = A x Q
0.8
E xQ x 115
19 / 30
1/ 6
………………......………….........(3.21)
Keterangan: X = ukuran fragmen rata-rata, cm. A = faktor batuan, dihitung dengan menggunakan Blastability Index.
Vo = Volume batuan pecah per lubang tembak =BxSxH, m3. Q = jumlah bahan peledak per lubang tembak, kg. E
= kekuatan bahan peledak (RWS), untuk ANFO = 100; TNT =115.
Nilai faktor batuan (rock factor) didapatkan dari indeks kemampuledakan (blastability index-BI) batuan tersebut. Persamaan yang memberikan hubungan antara faktor batuan menurut Cunningham (1987) dapat diperoleh dengan perkalian indeks kemampuledakan suatu batuan menurut Lilly (1986) melaui persamaan (3.23). RF = 0,12 x BI………………………………………………………....(3.23) Nilai dari indeks kemampuledakan ditentukan dari penjumlahan bobot nilai lima parameter utama yang diberikan oleh Lilly (1986) yaitu Rock Mass Description (RMD), Joint Plane Spacing (JPS), Joint Plane Orientation (JPO), Specific Gravity Influence (SGI) dan Hardness (H). Hubungan antara kelima parameter tersebut dengan indeks kemampuledakan dapat dihitung melalui persamaan (3.24). BI = 0,5 x (RMD + JPS + JPO + SGI + H)…………………………....(3.24) Bobot nilai masing-masing parameter di atas ditentukan berdasarkan sifat dan keadaan batuan yang akan diledakkan (Tabel III.11). TABEL III.11 BOBOT PENENTUAN INDEKS KEMAMPULEDAKAN 1. ROCK MASS DESCRIPTION (RMD) 1.1 Powder/friable 1.2 Blocky 1.3 Totally massive 2. JOINT PLANE SPACING (JPS) 2.1 Close (< 0,1m) 2.2 Intermediate (0,1 - 1,0 m) 2.3 Wide (>1,0 m) 3. JOINT PLANE ORIENTATION (JPO) 3.1 Horizontal 3.2 Dip out of face
RATING 10 20 50 RATING 10 20 50 RATING 10 20
3.3 Strike normal to face 3.4 Dip into face 4. SPECIFIC GRAVITY INFLUENCE (SGI) 5. HARDNESS (H)
30 40 SGI = 25 X bobot isi - 50 1 TO 10 (MOHS SCALE)
Sumber : Lilly,1986
Distribusi ukuran fragmentasi dapat dihitung dengan Persamaan RosinRamler, melalui persamaan (3.25). R 1 e
x 0.693 x5 0
n
……………………………...…………….…....(3.25)
Keterangan: R
= Persentase material yang lolos dari crusher.
X
= Ukuran material (cm).
X50 = Ukuran karakteristik (cm). Ukuran karakteristik (X50) menunjukkan besarnya ukuran yang lolos dari ayakan sebanyak 50%, dihitung melalui persamaan (3.26). X X 50 0.693 1n
…………………………………...…....……...……..(3.26)
Dimana X adalah ukuran rata-rata yang diperoleh dari persamaan (3.21). Sedangkan Indeks keseragaman (n) ditentukan melalui persamaan (3.27). B ( 2 . 2 n= - 14 d
(1 x
W ) x B
A 1 L x 2 H …..………….…........(3.27)
1
Keterangan: B = burden (m) d = diameter lubang tembak (mm) W = standar deviasi dari keakuratan pemboran (m) A = nisbah Spasi terhadap burden L = panjang muatan (m) H = tinggi jenjang (m)
Nilai indeks keseragaman pada umumnya berkisar antara 0,8 -2,2 dimana semakin besar indeks keseragaman suatu geometri peledakan maka semakin seragam fragmentasi material hasil peledakan. VI.4 Faktor Energi (FE) Faktor energi adalah besaran yang menunjukkan angka perbandingan besarnya energi yang diberikan pada suatu massa batuan atau batuan utuh untuk menghasilkan fragmen-fragmen sesuai dengan ukuran yang diinginkan. Faktor energi dapat dinyatakan dalam satuan MJ/bcm atau MJ/ton, melalui persamaan (3.28) atau persamaan (3.29). FE1= (Q x ESBP)/ V…………………………………………………...(3.28) Atau, FE2 = (Q x ESBP)/ M...………………………………………………...(3.29) Jika diketahui bobot isi batuan dapat dihitung melalui persamaan (3.30). FE1 = FE2 x ρ
……………………......…………………………..(3.30)
Keterangan: FE = Faktor Energi (MJ/ton, MJ/bcm) Q
= Jumlah bahan peledak yang digunakan (ton)
ESBP = Energi spesifik bahan peledak (MJ/ton) V
= Volume batuan yang diledakkan (bcm)
M
= Massa batuan yang diledakkan (ton)
ρ
= bobot isi batuan yang diledakkan (ton/bcm)
VI.5 Program Split Desktop 2.0 Program Split Desktop 2.0 adalah program komputer yang didesain untuk menghitung distribusi ukuran fragmen-fragmen batuan dengan menganalisa gambar yang dapat dibaca dalam bentuk grayscale. Gambar dapat dimasukkan langsung dari foto digital, gambar hasil scanning dan capture dari rekaman
video. Sebelum menjalankan program, gambar yang akan dihitung dimasukkan kedalam komputer yang dapat dilakukan dengan download atau digitasi gambar. Perhitungan distribusi ukuran fragmentasi dengan menggunakan Split Desktop 2.0, secara garis besar dilakukan dengan beberapa tahahap, yaitu: menentukan gambar, mencari partikel, memperbaiki hasil pencarian, melakukan perhitungan ukuran dan menampilkan grafik hasilnya. VI.5.1 Menentukan Gambar Hal pertama dalam pengoperasian program adalah dengan menentukan gambar yang akan dihitung. Setelah gambar dimasukkan ke dalam program langkah pertama yang harus dilakukan yaitu menentukan batas dari gambar yang akan dihitung dan menentukan skala yang digunakan oleh gambar. Untuk analisis maka gambar yang dibuka oleh program akan diubah dalam format tiff secara otomatis. Menentukan gambar termasuk juga membatasi gambar yang akan dianalisa dengan toolbar sub-menu crop untuk batas-batas tiap gambar. Distribusi ukuran yang sebenarnya dapat ditentukan dengan memberikan skala pada saat pengambilan gambar sebagai pembanding. Skala yang digunakan merupakan hal yang paling penting dalam menjalankan program ini. Pembanding yang cukup baik adalah dengan menggunakan bola. Penentuan skala pada gambar terdiri dari dua, yaitu: dengan satu objek dan 2 objek. Untuk masingmasing objek pada penempatannya sebaiknya tegak lurus dengan gambar yang akan diambil. VI.5.2 Mencari Ukuran Partikel Mencari ukuran partikel merupakan langkah dimana program akan mengenali partikel-partikel untuk dihitung dengan format grayscale yang secara otomatis hasil konversi program. Hasil yang akan ditampilkan adalah konturkontur yang terbentuk sebagai batasan antar partikel. Proses pengenalan partikel sangat tergantung dari sudut pencahayaan gambar. Untuk mengatasi hal ini maka sebelum proses pencarian ukuran partikel, dilakukan digitasi secara manual untuk menentukan batas-batas antar partikel. Kemudian hasil digitasi tersebut diproses dan menghasilkan keluaran yang ditampilkan dalam bentuk binary
image atau gambar dengan kontur-kontur yang terbentuk sebagai batasan antar partikel. VI.5.3 Memperbaiki Hasil Pencarian Langkah ini ditujukan untuk memperbaiki hasil ukuran yang diberikan oleh pencarian ukuran partikel. Perbaikan ini meliputi penghapusan daerah yang tidak akan dihitung seperti alat pembanding. Dapat juga dilakukan untuk memperbaiki kontur yang tidak sesuai dengan ukuran patikel. VI.5.4 Melakukan Perhitungan Ukuran Langkah ini akan melakukan perhitungan ukuran dengan metode primeter dimana terlebih dahulu setiap kontur akan memiliki koordinat masing-masing. Untuk perhitungan ukuran partikel dilakukan dengan interpolasi dan ekstrapolasi dengan dua skala. VI.5.5 Menampilkan Grafik dan Hasil Hasil perhitungan ukuran akan ditampilkan dalam bentuk grafik yang dapat dipilih seperti: Schuman, Rosin-Ramler dan Best Fit. Grafik tersebut akan memberikan distribusi persentase ukuran pada selang ukuran tertentu. VII.
METODOLOGI PENELITIAN Penyusunan Tugas Akhir ini dilakukan dengan menggabungkan antara teori dan kenyataan dilapangan, sehingga dari keduanya didapatkan pendekatan masalah yang paling baik. Urutan penelitian yang digunakan sebagai berikut : VII.1 Studi literatur Mempelajari literatur berupa teori-teori, rumusan-rumusan dan data-data yang berhubungan dengan teknis pengupasan lapisan tanah penutup dan produksi alat berat agar pembaca dapat memahami laporan tugas akhir yang dibuat. VII.2 Pengamatan lapangan Pengamatan dilakukan tujuannya untuk mendapatkan pengertian dan gambaran terhadap teknis pengupasan lapisan tanah penutup didalam tambang serta produksi alat berat yang digunakan.
VII.3 Pengumpulan data Pengumpulan data dilakukan untuk mendapatkan data-data yang diperlukan dalam rangka penyusunan tugas akhir ini. Pengamatan di lapangan dengan pengambilan data-data berupa : VII.3.1 Data sekunder, yaitu data-data mendukung yang diambil dari literaturliteratur yang berhubungan dengan penelitian. Data-data pendukung yang meliputi : 1) Data geologi regional dan sejarah geologi. 2) Data litologi, data topografi dan data curah hujan. 3) Peta geologi. 4) Kegiatan penambangan. 5) Kondisi jalan angkut dan kondisi front kerja VII.3.2 Data primer, yaitu data-data penelitian yang diperoleh langsung dari lapangan, berupa: 1) Jumlah alat mekanis serta spesifikasinya. 2) Waktu edar dari alat gali muat, baik waktu untuk menufer, waktu tunggu, waktu pemuatan, waktu pengangkutan, dan waktu penumpahan. 3) Produksi alat muat dan alat angkut yang digunakan. 4) Waktu kerja efektif atau efesiensi kerja. 5) Jumlah lapisan tanah penutup yang akan dipindahkan. 6) Pola pengupasan lapisan tanah penutup dan cara pemuatannya. 7) Data-data lainnya dengan menyesuaikan keadaan dilapangan. VII.4 Pengolahan data Usaha untuk menyusun data dan diolah kemudian diklasifikasikan sesuai dengan kegunaanya. VII.5 Analisa hasil pengolahan data Data yang telah diolah kemudian dianalisa untuk dibandingkan dengan teori yang terdapat dalam literatur. VII.6 Kesimpulan
Proses ini merupakan penyimpulan yang didasarkan atas segala data yang telah diolah dan dianalisa. VIII.
RENCANA JADWAL KEGIATA PENELITIAN Penelitian ini rencananya akan dilaksanakan selama 2 (dua) bulan, yaitu
pada tanggal 01 Februari 2016 – 30 Maret 2016, dengan jadwal pelaksanaan sebagai berikut : No
Kegiatan 1
1. 2. 3. 4. 5.
2
Waktu Pelaksanaan Minggu Ke3 4 5 6
7
8
Orientasi Lapangan Pengumpulan Referensi dan Data Pengolahan Data Konsultasi dan Bimbingan Penyusunan dan Pengumpulan Draft Laporan
IX. DAFTAR PUSTAKA Moelhim, Kartodharmo, Ir., 1990, “Teknik Peledakan”, Labotorium Geomekanik, Pusat Antar Universitas – Ilmu Rekayasa, Institut Teknologi Bandung, Bandung. Konya C.J., and Walter E.J., “Surface Blast Design”, Prentice Hall, USA, 1990. Koesnaryo, S., “Bahan Peledak dan Metode Peledakan”, Jurusan Teknik Pertambangan, UPN “Veteran” Yogyakarta, 1985 Jimeno C.l and Jimeno E.L (1995). “Drilling and Blasting Rock”. Balkema/Rotterdam; Brookfield (Page 154 – 203). William Hustrulid. (1999). “Blasting Principles For Open Pit Mining”,
Volume 1, Colorado Scholl Of Mines, Colorado, USA (page 147 – 355).