PROPOSAL USAHA PEMBIBITAN AYAM BURAS
Diajukan kepada bank
P T. B U R A S S E J A H T E R A Dudi Imaduddin 2001101400285
Arinda 2001101400290
Desa Linggasari, Kecamatan Darangdan - Purwakarta
Nadya Robiatul A 2001101400295
EXECUTIVE SUMMARY Identitas Perusahaan Nama Perusahaan : CV. Buras Sejahtera Jenis Usaha
: Pembibitan ayam buras pedaging
Alamat
: Desa Linggasari Kecamatan Darangdan Kabupaten Purwakarta
Gambaran Usaha
Deskripsi PT. Buras Sejahtera adalah perusahaan yang bergerak di bidang penghasil DOC ayam
buras pedaging, sedangkan produk sampingannya adalah telur, ayam pejantan dan induk afkir, serta feses.
Skala Usaha PT. Buras Sejahtera memiliki skala usaha yaitu 11.200 ekor/tahun, dengan kapasitas
lahan sebesar 5 Ha. DOC yang dihasilkan pada tahun pertama yaitu 920.857 ekor merupakan yang terendah selama masa proyeksi usaha. Sedangkan pada tahun-tahun berikutnya (hingga tahun ke-10) DOC yang dihasilkan 958.482 ekor.
Potensi Pasar Konsumsi daging ayam tahun 2017 - 2020 diproyeksikan akan meningkat dengan per-
tumbuhan rata-rata sebesar 0,52% per tahun. Kontribusi produksi daging ayam buras terhadap produksi nasional dari Pulau jawa sebesar 142,34 ribu ton. Sedangkan Jawa Barat menyumbang hanya sekitar 9,17% sampai saat ini.
i
Kebutuhan Investasi Kebutuhan investasi di PT. Buras Sejahtera terbagi menjadi kebutuhan investasi
tetap dan biaya operasional kerja. Jumlah investasi tetap adalah sebesar Rp. 4.479.285.498, dan jumlah biaya untuk biaya operasional kerja pada awal usaha adalah
sebesar Rp. 4.153.914.792. Jumlah dana yang dibutuhkan yaitu sebesar Rp. 8.633.200.291. Sumber dana untuk usaha ini seluruhnya berasal dari pinjaman bank. Dana pinjaman ini akan dikembalikan ke bank dengan diangsur selama 10 tahun.
Kelayakan Investasi Kriteria investasi yang digunakan dalam analisis ini adalah Net Present Value (NPV),
Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), Gross Benefit Cost Ratio (B/C), Internal Rate of Return (IRR), Payback Period (PBP), dan Break Event Point (BEP), dengan tingkat suka bunga 12%. NPV > 0 yaitu sebesar Rp. 15.908.679.671, IRR>SOCC (IRR 79,6%), Net B/C & Gross B/C >1 yaitu sebesar 4,98 dan 1,72, maka usaha dikatakan feasible. PBP 1,7 tahun, dan BEP 5,5 tahun.
ii
KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu Wa Taala
yang telah sentiasa melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal kelayakan usaha sebagai laporan akhir praktikum studi kelayakan ini dengan judul “Proposal Usaha Peternakan Ayam Buras”. Proposal ini dibuat berdasarkan data yang diperoleh penulis untuk memenuhi tugas praktikum dari mata kuliah Studi Kelayakan. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun diharapkan mampu melengkapi penulisan-penulisan proposal usaha ini. Akhirnya, penulis berharap semoga Proposal ini dapat menjadi pelajaran dan pengalaman, serta dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Proposal ini tidak mungkin akan terwujud tanpa bantuan dari semua pihak, oleh karena itu penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan serta dukungan baik secara moril maupun materil.
Sumedang, 31 Mei 2017
Penulis
iii
DAFTAR ISI EXECUTIVE SUMMARY
i
KATA PENGANTAR
ii
DAFTAR ISI
iv
DAFTAR TABEL
vi
I
II
PENDAHULUAN Latar Belakang
1
Permasalahan
2
Model Analisis
2
ASPEK PASAR DAN PEMASARAN Permintaan dan Penawaran
3
Pangsa Pasar
4
Strategi Pemasaran
5
III ASPEK TEKNIS ZOOTEKNIS Pemilihan Lokasi
6
Perkandangan
6
Asumsi dan Koefisien teknis
9
Dinamika Populasi
12
IV ASPEK KEUANGAN Proyeksi Kebutuhan Investasi
14
Proyeksi Biaya dan Manfaat
15
Proyeksi Cashflow
17
iv
V
KELAYAKAN INVESTASI Net Present Value (NPV)
18
Internal Rate of Return (IRR)
19
B/C Ratio [Gross B/C dan Net B/C]
19
Profil Rencana Usaha (PBP dan BEP)
20
VI ASPEK LINGKUNGAN Pendugaan Dampak Lingkungan
21
Strategi Mengatasi Dampak Lingkungan
24
VII KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan
26
Saran
26
DAFTAR PUSTAKA
27
v
DAFTAR ILUSTRASI 1. Kandang Kawin atau Produksi
7
2. Kandang Replacement stock untuk betina
8
3. Kandang Replacement stock untuk jantan
8
4. Asumsi-asumsi PT. Buras Sejahtera
9
5. Koefisien Teknis PT. Buras Sejahtera
10
6. Koefisien Zooteknis PT. Buras Sejahtera
11
7. Dinamika Populasi PT. Buras Sejahtera
12
8. Kebutuhan Investasi PT. Buras Sejahtera
14
9. Proyeksi Biaya PT. Buras Sejahtera
15
10. Proyeksi Manfaat PT. Buras Sejahtera
16
11. Proyeksi Cashflow PT. Buras Sejahtera
17
12. Kelayakan Investasi PT. Buras Sejahtera
18
13. Pengaruh Gas Ammonia pada Manusia dan Ternak
22
vi
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG Ayam buras (lokal) telah berkembang secara luas di berbagai wilayah Indonesia. Kemampuan beradaptasi dengan lingkungan yang tinggi dan perawatannya yang tergolong mudah menyebabkan keberadaanya diakui oleh masyarakat sebagai bagian kehidupan yang tak terpisahkan. Permintaan terhadap cita rasa yang lebih disukai dibandingkan ayam ras. Untuk dapat memenuhi permintaan pasar, metode pemeliharaan ayam buras diubah secara besar-besaran untuk dapat menggenjot produksi daging. Dalam usaha peternakan ayam buras, indukan memegang peranan penting untuk menghasilkan DOC yang berkualitas dengan tingkat pertumbuhan yang cepat. Sementara pada saat ini
masih sangat jarang wirausaha peternakan ayam buras yang melakukan seleksi indukan yang dijadikan parent stock penghasil DOC unggulan. Pengembangan ayam buras dapat ditempuh melalui berbagai cara tergantung dari tujuan yang mendasarinya. Dikenal beberapa pola pengembangan ayam buras antara lain pola ekstensif, semi intensif dan intensif, pola-pola tersebut diterapkan peternak sesuai dengan kondisi lokasi maupun tujuan usaha. Khusus pada Pola intensif dengan tujuan komersial maka diperlukan persiapan yang
matang yaitu teknologi, pengetahuan dan permodalan. Usaha yang bersifat komersial perlu adanya perencanaan yang matang, sehingga dapat dievaluasi atas kegiatan yang sedang berlangsung untuk dilanjutkan atau dihentikan. Berdasarkan hal-hal tersebut maka PT. Buras Sejahtera berinisiatif mengatasi kebutuhan bibit ayam buras dengan merintis usaha pemeliharaan ayam buras penghasil DOC secara intensif dan modern.
PT. Buras Sejahtera
1
PENDAHULUAN
PERMASALAHAN 1) Apakah perusahaan pembibitan ayam buras dalam jangka waktu 10 tahun ini layak. 2) Bagaimana penanganan limbah terhadap lingkungan sekitar kawasan peternakan.
MODEL ANALISIS Model analisis yang digunakan dalam usaha pembibitan ayam buras ini adalah metode analisis kriteria investasi, dengan menghitung NPV, B/C Ratio (net B/C dan gross B/C), IRR, BEP, Pay Back Period, dan PV/K. Aspek yang dipertimbangkan, yaitu aspek pasar dan pemasaran, aspek teknis dan
produksi, aspek manajemen operasional, aspek lingkungan dan sosial budaya serta aspek ekonomi dan keuangan.
PT. Buras Sejahtera
2
ASPEK PASAR DAN PEMASARAN PERMINTAAN DAN PENAWARAN Ayam buras mempunyai potensi pasar yang cukup besar, daging ayam buras mempunyai rasa
dan tekstur yang khas sehingga disukai masyarakat Indonesia bahkan dapat dikatakan mempunyai segmen pasar tersendiri (Sartika T dkk, 2007). Lebih lanjut dikatakan pada beberapa masakan tertentu dalam skala rumah makan (restoran) besar seperti ayam goreng Ny Suharti, mbok Berek dan ayam bakar taliwang hanya cocok menggunakan ayam kampung dan masakan tersebut disukai turis manca negara, sehingga ayam buras dapat dikatakan telah go international. Selama lima (5) tahun terakhir (2012 – 2016) secara nasional produksi daging ayam buras mengalami kenaikan, produksi naik sebesar 15.765 ton (dari 299.773 menjadi 315.538 ton) atau sebesar
5.26% (Ditjennak, 2016). Namun hal tersebut masih belum dapat mengimbangi permintaan daging ayam buras di Indonesia. Konsumsi daging ayam tahun 2017 - 2020 diproyeksikan akan meningkat dengan pertumbuhan rata-rata sebesar 0,52% per tahun. Konsumsi total daging ayam tahun 2017 sebesar 1,39 juta ton, setahun kemudian 2018 meningkat 1,21% menjadi 1,40 juta ton. Tahun 2019 diproyeksikan sedikit menurun menjadi 1,39 juta ton atau 0,77%, dan tahun 2020 mencapai 1,40 juta ton atau meningkat 0,67% (Pusdatin Pertanian, 2016). Perkembangan populasi ayam buras di Pulau Jawa tahun 2011 sampai dengan 2015 mengalami
peningkatan (3,33% per tahun), dengan kata lain rata-rata populasi pada periode tersebut sebesar 114,82 juta ekor. Total kontribusi provinsi sentra ayam buras di Pulau Jawa terhadap populasi nasional di bawah 50%, yaitu sebesar 40,22%, khusus untuk Jawa Barat menyumbang sebanyak 27,63 juta ekor (10,04%). Pada periode yang sama (2011– 2015), pertumbuhan produksi daging ayam buras di Pulau Jawa juga berfluktuasi namun cenderung meningkat dengan peningkatan rata-rata 3,77% per tahun. Kontribusi terhadap nasional dari wilayah ini rata-rata sebesar 142,34 ribu ton. Tiga sentra produksi terbesar berada di Pulau Jawa, mengambil peran sebesar 36,91%. Ketiga provinsi tersebut adalah Jawa Tengah 14,71%, Jawa Timur (13,04%), dan Jawa Barat (9,17%). (Pusdatin Pertanian, 2015).
PT. Buras Sejahtera
3
ASPEK PASAR DAN PEMASARAN Berdasarkan Tribunnews.com (2013), Ciamis sebagai sentra produksi perunggasan rakyat di Jawa Barat, belum sanggup memenuhi permintaan ayam buras untuk kebutuhan kota-kota besar seperti Bandung dan Jakarta. Permintaan ayam buras dari Kota Bandung, setiap harinya mencapai 1.000 ekor. Namun para peternak di Ciamis baru bisa memenuhi 800 ekor per minggu. Guna memenuhi kebutuhan DOC ayam buras, menurut ketua Himpunan Peternak Unggas Lokal Indonesia (Himpuli) Nurmuttaqien, Himpuli Ciamis melalui Himpuli Jawa Barat sudah mengajukan permohonan bantuan ke Ditjen Peternakan Kementrian Pertanian untuk pengadaan tempat DOC (penetasan) untuk memproduksi DOC ayam kampung. PT. Buras Sejahtera sebagai perusahaan penghasil DOC ayam buras pedaging dengan kapasitas dan skala usaha besar serta menggunakan teknologi yang modern, akan mengatasi keterbatasan ketersediaan DOC ayam buras di Jawa Barat.
PANGSA PASAR Produk utama yang dihasilkan dari PT. Buras Sejahtera adalah DOC ayam buras pedaging, sedangkan produk sampingannya adalah telur, ayam pejantan dan induk afkir, serta feses. Produk DOC akan disebarkan ke para peternak penggemukan ayam buras di Provinsi Jawa Barat dan Banten. Ayam afkir dijual kepasar hewan dan untuk fesesnya dijual ke petani-petani sayur organik maupun untuk para petani yang akan melaksanakan pemupukan dasar terhadap lahan pertaniannya.
PT. Buras Sejahtera
4
ASPEK PASAR DAN PEMASARAN STRATEGI PEMASARAN Strategi yang baik tidak lepas dari pemilihan harga yang tepat, harga yang tepat adalah harga yang terjangkau dan paling efisien bagi konsumen. Menetapkan harga yang tepat harus mempertimbangkan berbagai faktor, tidak hanya intuisi atau perasaan, tetapi juga harus berdasarkan informasi, fakta, dan analisis di lapangan (Suryana, 2006). Pemasaran adalah semua kegiatan yang berhubungan dengan usaha yang bertujuan untuk merencanakan, menentukan harga, hingga mempromosikan dan mendistribusikan barang atau jasa yang akan memuaskan konsumen. Kebijakan pemasaran yang baik mengacu pada strategi Marketing Mix (4P) yaitu, product, place, price, dan promotion. Dengan landasan kualitas, kuantitas dan kontinyuitas maka perusahaan kami ingin berkomitmen dalam menumbuhkan brand image atau pencitraan terhadap PT. Buras Sejahtera yang baik dari seluruh konsumen. Sertifikasi dan audit berkala merupakan jaminan mutu perusahaan kami terhadap konsumen. Produk kami yang berkualitas juga diseimbangkan pula dengan harga yang terjangkau, hal ini merupakan kekuatan untuk meningkatkan penjualan. Media pemasaran yang dilakukan bukan lagi secara konvensional, PT. Buras Sejahtera mengoptimalkan teknologi yaitu pemanfaatan internet, dan
media sosial yang akan membuat pemasaran dan transaksi menjadi lebih mudah. Informasi dan riset mengenai pasar dan konsumen di provinsi Jawa Barat senantiasa pula perusahaan lakukan.
PT. Buras Sejahtera
5
ASPEK TEKNIS DAN ZOOTEKNIS PEMILIHAN LOKASI PT. Buras Sejahtera akan didirikan di Desa Linggasari Kecamatan Darangdan Kabupaten Purwakarta. Pemilihan lokasi di daerah tersebut berdasarkan beberapa pertimbangan diantaranya lokasinya strategis karena berjarak 3 km dari pintu tol Sawit Darangdan yang bisa ditempuh selama 5 menit, lokasi tersebut belum pernah terjadi longsor atau banjir, lokasi hanya berjarak 50 meter dari jalan raya, dan akses untuk menuju lokasi bisa dilewati kendaraan besar. Secara geografis, Desa Linggasari merupakan desa yang potensial karena merupakan jalur utama antara Kecamatan Bojong dan Darangdan juga hampir berbatasan dengan Kabupaten Bandung Barat. Selain itu juga lokasi tersebut bersuhu relatif baik digunakan untuk peternakan ayam dikarenakan suhu yang relatif sejuk.
6
PERKANDANGAN Sistem perkandangan yang digunakan oleh PT. Buras Sejahtera menggunakan pemeliharaan sistem intensif. Pada pemeliharaan sistem intensif, ayam dipelihara secara terbatas dalam kandang. Semua kebutuhan hidupnya tergantung pada yang disediakan oleh pengelola (peternak). Adapun kan-
dang yang dibangun terdiri dari 2 jenis kandang, yaitu: PT. Buras Sejahtera
ASPEK TEKNIS DAN ZOOTEKNIS 1.
KANDANG KAWIN/PRODUKSI Kandang produksi memiliki konstruksi atap berbentuk A, konstruksi dinding terbuka semua sisi
(opened house), konstruksi lantai rapat menggunakan semen dengan sistem litter menggunakan sekam padi. Ukuran bangunan kandang 100 x 5 x 3 m. Untuk penempatan ayam dalam kandang menggunakan sistem kandang koloni atau colony cages dengan ukuran sangkar (cages) 1 x 1,5 x 3 m. Jumlah ayam dalam dalam cages 7 ekor setiap cages terdiri dari 1 ekor pejantan dan 6 ekor induk betina. Di dalam Cages terdapat tempat pakan dan minum menggunakan pipa paralon. Bentuk dari bangunan kandang produksi dapat dilihat pada gambar 1.
7
Ilustrasi 1. Kandang kawin atau produksi
2.
KANDANG REPLACEMENT STOCK Terdapat 2 tipe kandang replacement stock yang dibangun, yaitu:
a. Kandang replacement stock untuk ayam betina Kandang replacement stock betina memiliki konstruksi atap berbentuk monitor, konstruksi dinding terbuka setengah dinding ke atas, konstruksi lantai rapat menggunakan semen dengan sistem litter menggunakan padi. Ukuran bangunan kandang 10 x 100 x 3 m. Kandang ini berfungsi untuk memelihara anak ayam betina sampai siap untuk dikawinkan dan memelihara anak ayam jantan sampai fase berahi. Bentuk dari bangunan kandang replacement stock dapat dilihat pada gambar 2. PT. Buras Sejahtera
ASPEK TEKNIS DAN ZOOTEKNIS
Ilustrasi 2. Kandang replacement stock untuk betina
b. Kandang replacement stock untuk ayam jantan Kandang replacement stock jantan memiliki konstruksi atap berbentuk monitor, konstruksi dinding terbuka setengah dinding ke atas, konstruksi lantai rapat menggunakan semen. Untuk penempatan ayam dalam kandang menggunakan sistem kandang tunggal atau single cage/battery, setiap sangkar berisi satu ayam dengan ukuran sangkar 50 x 50 x 50 cm. Kandang ini berfungsi untuk memelihara ayam jantan muda sampai siap untuk dikawinkan. Bentuk dari kandang replacement stock jantan dapat dilihat pada gambar 7.
Ilustrasi 3. Kandang replacement stock untuk jantan
PT. Buras Sejahtera
8
ASPEK TEKNIS DAN ZOOTEKNIS ASUMSI DAN KOEFISIEN TEKNIS 1. ASUMSI Asumsi faktor – faktor yang digunakan dalam proses pembangunan PT. Buras Sejahtera berdasarkan kenyataan dilapangan. Baik itu misalnya harga dari indukan dan pejantan, harga pakan, harga peralatan kandang, harga obat – obatan. Harga harga tersebut didalam asumsi merupakan angka atau jumlah yang diperhitungkan secara matang. Karena dengan kematangan dalam proses penentuan asumsi maka diharapkan peternakan yang didirikan akan mendapatkan keuntungan sesuai dengan rencana sebelum pendirian peternakan tersebut. Asumsi tersebut dipilih sesuai dengan tujuan dari PT. Buras Sejahtera yang ingin mendirikan usaha pembibitan ayam buras dengan modal seminimal mungkin dan keuntungan yang semaksimal mungkin. Berikut ini asumsi-asumsi yang digunakan oleh
9
PT. Buras Sejahtera pada tabel 1.
Ilustrasi 4. Asumsi-asumsi PT. Buras Sejahtera
PT. Buras Sejahtera
ASPEK TEKNIS DAN ZOOTEKNIS 2. KOEFISIEN TEKNIS Koefisien teknis yang digunakan oleh PT. Buras Sejahtera memiliki manfaat untuk menunjang
berdirinya peternakan tersebut. Didalamnya terdapat ukuran – ukuran atau kebutuhan - kebutuhan yang dibutuhkan dalam pendirian PT. Buras Sejahtera. Kebutuhan tersebut diyakini oleh PT. Buras Sejahtera sudah sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan untuk mendirikan dan menjalankan usaha pembibitan ayam buras di PT. Buras Sejahtera. Berikut ini koefisien teknis dan zooteknis yang digunakan oleh PT. Buras Sejahtera pada tabel 2 dan 3.
10
Ilustrasi 5. Koefisien Teknis PT. Buras Sejahtera
PT. Buras Sejahtera
ASPEK TEKNIS DAN ZOOTEKNIS
11
Ilustrasi 6. Koefisien Zooteknis PT. Buras Sejahtera
PT. Buras Sejahtera
ASPEK TEKNIS DAN ZOOTEKNIS DINAMIKA POPULASI Pada periode awal usaha, betina dan jantan yang dipelihara merupakan ayam yang dibeli
langsung pada umur siap produksi yaitu 48 minggu untuk jantan sebanyak 1600 ekor, dan 24 minggu untuk betina sebanyak 9600 ekor. Menjelang ayam betina dan jantan tersebut memasuki umur afkir, maka DOC yang dihasilkan perusahaan tidak sepenuhnya dijual, melainkan dipelihara untuk dijadikan replacement stock. Selanjutnya, indukan yang digunakan selama 9 tahun berikutnya adalah hasil dari replacement stock. Sesuai dengan koefisien teknis yang digunakan perusahaan, yaitu ayam betina afkir pada umur 72 minggu dan jantan pada umur 144 minggu. Maka, siklus yang dilakukan adalah setiap
betina memasuki umur 48 minggu dan jantan 96 minggu, disediakan replacement stock sebanyak 1600 untuk jantan dan 9600 untuk betina. Penyediaan replacement stock jantan pada tahun ke 3, 6, dan 9, dan setiap tahun untuk betina.
Ilustrasi 7. Dinamika Populasi PT. Buras Sejahtera
PT. Buras Sejahtera
12
ASPEK TEKNIS DAN ZOOTEKNIS
Pada ilustrasi 8. disajikan grafik dinamika populasi ayam kampong di perusahaan selama 10 tahun. Selama waktu umur proyek, tidak dilakukan peningkatan skala usaha. Maka dari itu, dinamika
populasi dan produksi berada pada nilai yang konstan selama 10 tahun. DOC yang dihasilkan pada tahun pertama yaitu 920.857 ekor merupakan yang terendah selama masa proyeksi usaha, hal tersebut karena selama 3 minggu awal usaha belum dihasilkan DOC. Sedangkan pada tahun-tahun berikutnya DOC yang dihasilkan 958.482 ekor.
13
PT. Buras Sejahtera
ASPEK KEUANGAN
PROYEKSI KEBUTUHAN INVESTASI Proyeksi kebutuhan investasi adalah perkiraan kebutuhan dana tunai yang harus tersedia pada awal tahun proyek untuk pembangunan fisik. Sumber dana untuk usaha ini seluruhnya berasal dari pinjaman bank dengan jumlah dana yang dibutuhkan yaitu sebesar Rp. 8.633.200.291. Dana pinjaman ini akan dikembalikan ke bank dengan diangsur selama 10 tahun. Dana investasi diperlukan untuk pembangunan fisik dan kegiatan operasional selama perusahaan belum mendapatkan benefit.
14
Ilustrasi 8. Kebutuhan Investasi PT. Buras Sejahtera
Berdasarkan ilustrasi diatas kebutuhan investasi di PT. Buras Sejahtera terbagi menjadi kebutuhan investasi tetap dan biaya operasional kerja. Jumlah investasi tetap adalah sebesar Rp. 4.479.285.498 yang akan digunakan untuk biaya sewa lahan, pembangunan kandang dan bangunan, pembelian alat transportasi, dan pembelian sarana produksi ternak. Jumlah biaya untuk biaya operasional kerja pada awal usaha adalah sebesar Rp. 4.153.914.792. Biaya operasional ini terdiri dari
biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap merupakan biaya yang dikeluarkan pertahun dengan PT. Buras Sejahtera
ASPEK KEUANGAN
jumlah yang tetap, seperti sewa lahan, pembelian bibit, pembayaran tenaga kerja dan biaya listrik. Biaya variabel merupakan biaya yang dikeluarkan pertahun dengan jumlah yang tidak tetap karena menyesuaikan populasi ayam, seperti biaya pakan, kesehatan, sekam, pembelian keranjang telur dan kardus box. Berdasarkan kebutuhan tersebut maka kami membutuhkan modal biaya investasi sejumlah Rp. 8.633.200.291 untuk menjalankan usaha.
PROYEKSI BIAYA DAN MANFAAT Proyeksi biaya (cost) adalah perkiraan atau ramalan pembiayaan selama usaha. Proyeksi biaya meliputi perkiraan biaya tetap (fixed cost) dan biaya variabel (variable cost) yang akan dikeluarkan untuk setiap komponen pembiayaan dalam usaha peternakan PT. Buras Sejahtera selama 11 tahun. Proyeksi manfaat (benefit) adalah perkiraan nilai hasil yang akan diterima hasil penjualanan produk utama dan sampingan. Proyeksi biaya dan manfaat ini didasarkan pada asumsi-asumsi koefisien teknis dan harga yang telah dibuat, serta dinamika populasi.
Ilustrasi 9. Proyeksi Biaya PT. Buras Sejahtera
PT. Buras Sejahtera
15
ASPEK KEUANGAN
Berdasarkan ilustrasi diatas diketahui bahwa proyeksi biaya pada perusahaan kami terbagi menjadi biaya investasi dan biaya operasional, dimana biaya operasional ini terbagi menjadi biaya tetap dan variabel. Pada tahun pertama dikeluarkan biaya investasi sebesar Rp. 4.479.224.998. Biaya operasional mulai dikeluarkan pada tahun kedua sebesar Rp. 4.153.914.792 sedangkan pada tahun berikutnya sebesar Rp.3.399.447.933 dan setiap tiga tahun sekali yaitu pada tahun ke 4,7,10 pengeluaran biaya sebesar Rp. 3.622.153.903. Hal ini dikarenakan adanya penambahan populasi untuk pemeliharaan replacement pejantan sehingga menambahkan pengeluaran biaya operasional.
16
Ilustrasi 10. Proyeksi Manfaat PT. Buras Sejahtera
Berdasarkan ilustrasi diatas diketahui bahwa proyeksi manfaat pada perusahaan kami diperoleh dari hasil penjualanan produk utama yaitu DOC dan produk sampingan yaitu telur, ayam jantan dan betina afkir, serta kotoran. Penjualanan DOC sebagai produk utama menghasilkan benefit sebesar kurang lebih 5 miliar rupiah setiap tahun, sedangkan dari penjualanan telur menghasilkan benefit Rp. 1.755.462.240 setiap tahun, penjualanan ayam jantan afkir mulai dari tahun keempat dan setiap tiga tahun berikutnya menghasilkan benefit sebesar 64 juta rupiah, penjualanan betina afkir Maka, berdasarkan biaya yang dikeluarkan dan benefit yang diterima akan diperoleh
pendapatan bersih (net benefit) kurang lebih sebesar 4 miliar rupiah setiap tahun. PT. Buras Sejahtera
ASPEK KEUANGAN
PROYEKSI CASHFLOW Cashflow menggambarkan posisi keuangan perusahaan yang mencatat arus uang masuk (inflow) dan arus uang keluar (outflow). Selain itu dalam cashflow juga mencatat jumlah uang pada akhir tahun hasil dari pengurangan inflow dan outflow.
17 Ilustrasi 11. Proyeksi Cashflow PT. Buras Sejahtera
Berdasarkan ilustrasi diatas dapat diketahui arus keuangan perusahaan di PT. Buras Sejahtera adalah pengeluaran pertama untuk kebutuhan investasi yang menggunakan pinjaman dari bank. Pada awal tahun kedua juga dilakukan pengeluaran untuk biaya operasional kerja (tetap dan variabel) pertama, dan pada tahun tersebut juga sudah mendapat pemasukan pertama dari penerimaan hasil penjualanan produk namun pemasukan tersebut belum mampu membiayai seluruh pengeluaran sehingga saldo akhir tahun masih bernilai negatif. Pada tahun selanjutnya jumlah kas masuk terus bertambah sehingga lebih besar dibandingkan jumlah uang yang harus dikeluarkan hingga pada tahun ke-4 saldo akhir perusahaan bernilai positif. Artinya, perusahaan telah dapat mengembalikan modal awal dan perusahaan kami sehat karena mampu membiayai keperluan operasional produksi serta membayar kewajiban angsuran pinjaman dan pajak. PT. Buras Sejahtera
KELAYAKAN INVESTASI Analisis investasi merupakan suatu analisis dengan menilai kriteria investasi dari sebuah usaha yang akan dijalankan. Analisis ini bertujuan untuk menilai sejauh mana gagasan usaha yang direncanakan dapat memberikan benefit, baik financial benefit atau social benefit. Hasil perhitungan kriteria investasi menjadi indikator modal yang diinvestasikan dan menjadi bahan pertimbangan untuk membuat keputusan apakah usaha yang direncanakan layak atau tidak. Analisis investasi ini dilakukan dengan melakukan beberapa perhitungan yaitu, membandingkan total benefit dengan total biaya selama umur proyek, membandingkan proyeksi benefit (inflow) dan biaya (cost) dengan posisi keuangan pada masa yang akan datang. Kriteria investasi yang digunakan dalam analisis ini adalah Net Present Value (NPV), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), Gross Benefit Cost Ratio (B/C), Internal Rate of Return (IRR), Payback Period (PBP), dan Break Event Point (BEP).
18 Ilustrasi 12. Kelayakan Investasi PT. Buras Sejahtera
NET PRESENT VALUE (NPV) NPV adalah salah satu kriteria investasi yang cukup banyak digunakan. Perhitungan nilai sekarang dari selisih total manfaat (future benefit) dan total pembayaran (future payment) selama umur proyek dinamakan Net Present Value (NPV). NPV merupakan net benefit yang telah dikalikan dengan SOCC sebagai discount factor . Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa pada usaha peternakan ayam kampung di PT. Buras Sejahtera dengan tingkat suku bunga sebesar 12% dapat diperoleh NPV sebesar Rp. 15.908.679.671. Karena nilai NPV > 0 maka artinya usaha dapat dikatakan layak (feasible). Nilai ini juga sekaligus menunjukkan keuntungan yang diterima perusahaan dimana nilai tersebut adalah nilai pada saat yang akan dating karena telah dikali dengan discount factor. PT. Buras Sejahtera
KELAYAKAN INVESTASI INTERNAL RATE OF RETURN (IRR) IRR merupakan salah satu kriteria investasi yang menilai kemampuan usaha dalam menghadapi
risiko kenaikan tingkat bunga atau tingkat inflasi. IRR adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat bunga pada saat NPV=0. Suatu usaha dikatakan layak apabila nilai lebih besar dari tingkat suku bunga atau SOCC. Berdasarkan hasil perhitungan investasi untuk usaha ayam kampung ini nilai IRR adalah 79,6%, maka usaha ini dapat dikatakan layak (feasible) karena IRR>SOCC yaitu sebesar 12%. Artinya usaha ini akan aman sampai tingkat suku bunga 79,6%, apabila bunga lebih dari itu usaha akan mengalami kerugian.
B/C RATIO B/C Ratio merupakan kriteria investasi yang menghitung perbandingan benefit dengan cost. Perhitungan nilai B/C ini terbagi menjadi dua yaitu Net B/C dan Gross B/C. Net B/C ratio adalah rasio atau perbandingan antara total present value net benefit positif dengan total present value net benefit negatif. Nilai Net B/C ini berhubungan dengan nilai NPV, apabila NPV yang diharapkan adalah
positif makan Net B/C harus bernilai >1 Sedangkan Gross B/C ratio adalah rasio perbandingan total present value benefit yang telah didiskon dengan total present value cost. Nilai dari gross B/C menggambarkan kemampuan benefit menutup seluruh pengeluaran selama umur proyek, oleh karena itu nilainya harus >1. Berdasarkan tabel diketahui bahwa nilai Net B/C dan Gross B/C dari usaha peternakan ayam kampung ini adalah 4,98 dan 1,72. Kedua nilai B/C ratio ini >1, artinya berdasarkan kriteria ini usaha
dapat dikatakan layak (feasible).
PT. Buras Sejahtera
19
KELAYAKAN INVESTASI PROFIL RENCANA USAHA 1.
Pay Back Period (PBP) PBP merupakan lama waktu yang dibutuhkan untuk menutup kembali pengeluaran investasi.
Semakin cepat suatu rencana usaha dapat mengembalikan biaya investasi maka semakin cepat pula suatu usaha mendapat keuntungan. Apabila usaha yang direncanakan pengembalian investasinya lambat maka beban yang harus ditanggung menjadi lebih berat karena ada sejumlah beban bunga yang harus dibayarkan. Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa nilai PBP adalah 1,7 tahun. Artinya lama waktu yang diperlukan perusahaan untuk mengembalikan total investasi dari total penerimaan adalah 1 tahun 9 bulan.
2.
Break Even Poin (PBP) Dalam studi kelayakan analisis BEP menjadi salah satu kriteria investasi yang dilihat berdasarkan
lama waktu yang diperlukan perusahaan untuk menutup seluruh biaya pengeluaran dari total benefit yang diterima. Sehingga diperoleh waktu dimana total pengeluaran sama dengan total penerimaan. Berdasarkan hasil analisis investasi diketahui bahwa nilai BEP adalah 5,5 tahun. Artinya titik impas dimana total pengeluaran perusahaan sama dengan total penerimaan adalah pada saat umur proyek 5 tahun 5 bulan.
PT. Buras Sejahtera
20
ASPEK LINGKUNGAN
PENDUGAAN DAMPANG LINGKUNGAN Setiap segmen pembangunan pada hakikatnya akan selalu menimbulkan dampak atau
pengaruh terhadap lingkungan sekitarnya, baik itu dampak yang luas maupun sempit serta berdampak positif maupun negatif. Sempit atau luasnya dampak yang ditimbulkan dari suatu aktivitas pembangunan akan sangat bergantung dari besar kecilnya serta jenis pembangunan atau usaha tersebut.
21 1.
Dampak Positif Masyarakat akan mendapatkan kontribusi dari pemilik usaha ternak, memperbaiki ekonomi
keluarga yang tinggal di dekat perusahaan pembibitan ayam kampung karena mengambil sebagian masyarakat untuk dijadikan karyawan perusahaan. Akan adanya pergerakan ekonomi disekitar daerah perusahaan sehingga akan meningkatkan pendapatan daerah. Dilihat dari segi pendidikan, dari sarana pendidikan akan terbantu dengan adanya usaha ini. kemajuan mekanisasinya akan membuat sarana disana lebih memadai dari sebelumnya. Dengan adanya perusahaan ini, pemerintah daerah akan melirik daerah disekitar perusahaan dari segala segi termasuk pendidikan. Dari kualiafikasi perusahaan pun, strata pendidikan akan menentukan bagaimana kita kedepan sehingga mendorong masyarakat untuk menyekolahkan anaknya ke jenjang
yang lebih tinggi. PT. Buras Sejahtera
ASPEK LINGKUNGAN
2.
Dampak Negatif a. Polusi Udara Bau Bau yang tidak sedap ini berasal dari kandungan gas amonia yang tinggi yang terbentuk dari
penumpukan feses yang masih basah dalam kondisi anaerob. Gas amonia mempunyai pengaruh buruk terhadap manusia dan ternak, hal ini dapat di lihat pada Tabel 1. Kadar ammonia (ppm) 5
Gejala.pengaruh yang ditimbulkan pada manusia dan ternak Kadar paling rendah yang tercium baunya
6
Mulai timbul iritasi pada mukosa mata dan saluran napas
11
Penurunan produktivitas ayam
25
Kadar maksimum yang dapat ditolerir selama 8 jam
35
Kadar maksimum yang dapat ditolerir selama 10 jam
40
Mulai menyebabkan sakit kepala, mual, hilang nafsu makan pada manusia
50
Penurunan drastis produktivitas ayam dan terjadi pembengkakkan Fabricious
Sumber: Setiawan (1996) Ilustrasi 13. Pengaruh gas ammonia pada manusia dan ternak
Debu Kandungan debu di peternakan unggas pada umumnya meliputi partikel tanah, sisa pakan, rambut dan bulu, kotoran kering, bakteri, dan jamur. Kandungan debu di peternakan unggas umumnya berasal dari pakan sedangkan kandungan partikel tanah tersebut menentukan konsentrasi debu. Rataan kadar debu pada peternakan unggas dewasa sekitar 2-5 mg/m3 (2.000-5.000 μg/m3), dimana pada kadar tersebut berkontribusi pada masalah pernafasan pada peternakan dan sekitarnya.
PT. Buras Sejahtera
22
ASPEK LINGKUNGAN
Kondisi lingkungan (suhu udara, kelembaban udara, arah dan kecepatan angin, dan ketinggian lokasi), kondisi kandang (bahan atap, sistem kandang) dan kondisi sekitar kandang (areal pertanian, keberadaan tanaman di sekitar kandang) dapat mempengaruhi kadar H2S, NO2, dan debu di sekitar peternakan yang merupakan suatu ancaman serius bagi kesehatan manusia.
b. Timbulnya lalat yang banyak Lalat timbul karena kurangnya kebersihan kandang ayam. Lalat adalah jenis serangga yang berasal dari subordo Cyclorrapha ordo Diptera. Lalat ini dapat menimbulkan berbagai masalah seperti mediator perpindahan penyakit dari ayam yang sakit ke ayam yang sehat, mengganggu pekerja kandang, menurunkan produksi, mencairkan feses atau kotoran ayam yang berakibat meningkatnya kadar amonia dalam kandang. Lalat juga meresahkan masyarakat yang tinggal di pemukiman yang dekat dengan peternakan sehingga menimbulkan protes warga. Oleh karena itu, diperlukan upaya untuk mengurangi keberadaan lalat.
c. Kekhawatiran menyebar virus flu burung (AI) Penyebab flu burung pada unggas adalah virus influenza tipe A. Virus ini termasuk family Orthomyxoviridae dari genus influenza. Pada manusia virus flu burung yang mempunyai tingkat kemampuan mematikannya tinggi atau High Pathogenic Avian influenza (HPAI) H5N1. Penyakit ini diidentifikasi pertama kali di Itali lebih dari 100 tahun yang lalu. Secara umum gejala manusia yang terinfeksi flu burung ialah demam tinggi, keluhan pernafasan dan perut, nyeri otot, sakit tenggorokan, batuk dan sesak nafas. Apabila dalam 7 hari terakhir kontak kontak dengan unggas di peternakan terutama jika jika unggas tersebut sakit atau mati, dalam perkembangannya kondisi tubuh sangat cepat menurun drastis, bila tidak segera ditolong korban bisa meninggal karena komplikasi (gagal nafas dan gangguan fungsi tubuh lainnya). PT. Buras Sejahtera
23
ASPEK LINGKUNGAN
STRATEGI MENGATASI DAMPAK LINGKUNGAN 1. Upaya pengelolaan bau Ada banyak cara untuk mengatasi permasalahan bau yang ditimbulkan feses ayam antara lain: penggunaan zeolit pada pakan, penambahan kapur pada kotoran dan penggunaan mikroba probiotik starbio pada pakan. Penggunaan zeolit lebih dari 4% dalam pakan, memberikan kemungkinan yang lebih besar dalam menurunkan pembentukan gas amonia, tetapi perlu diperhatikan efek samping dari penggunaan zeolit yang lebih tinggi (Fauziah, 2009). Penambahan kapur 1% dan 3% pada kotoran ayam dapat mengurangi gas amonia. Sedangkan penggunaan mikroba starbio sebanyak 0,025%-0,05% pada pakan dapat menurunkan kadar amonia dilingkungan kandang (Zainuddin et.al.,1994). Untuk menurunkan bau kotoran ayam dan mengurangi kepadatan lalat bisa menggunakan Effective Organisme (Sucimanah, 2002). Permasalahan bau juga dapat diatasi dengan memanfaatkan limbah ternak berupa kotoran ayam yang dapat diolah menjadi pupuk. Kotoran yang dihasilkan oleh ternak ada dua macam yaitu pupuk kandang segar dan pupuk yang telah membusuk. Pupuk kandang segar adalah kotoran yang
dikeluarkan oleh ternak sebagai sisa proses makanan yang disertai urine dan sisa-sisa makanan sedangkan pupuk kandang yang telah membusuk adalah pupuk kandang yang telah disimpan lama sehingga telah mengalami proses pembusukan atau penguraian oleh jasad renik (mikroorganisme) yang ada dalam permukaan tanah (Wibowo, 2010). Pupuk kandang sangat bermanfaat bagi para petani karena memiki keunggulan: menambah zat atau unsur hara dalam tanah, mempertinggi kandungan humus di dalam tanah, mampu memperbaiki struktur tanah, dan mendorong atau memacu
aktivitas kehidupan jasad renik dalam tanah. PT. Buras Sejahtera
24
ASPEK LINGKUNGAN
b. Upaya pengendalian lalat yang banyak Keberadaan lalat dapat diberantas dengan cara biologis, kimiawi, elektrik dan tekhnis. Secara biologis yaitu pemberantasan yang melibatkan makhluk lainnya yang merupakan predator lalat, contohnya kumbang parasit, lebah. Cara biologis lainnya dengan menggunakan hormone serangga sintesis yang dicampurkan ke dalam pakan ternak. Pemberantasan lalat secara kimiawi dengan menggunakan berbagai macam racun serangga yang efektif dalam membunuh lalat. Secara elektrik yaitu dengan menggunakan lampu neon yang memiliki daya tarik pandangan lalat, sehingga lalat yang mendekati lampu akan tersetrum aliran listrik dan mati. Sedangkan secara teknis yaitu menggunakan alat penangkap lalat yang paling sederhana hingga modern. Selain usaha tersebut di atas, keberadaan lalat juga dapat diatasi dengan memelihara kotoran ayam agar tetap kering dan secara mekanik yaitu dengan biosekuriti yang meliputi manajemen kebersihan (pembersihan dan disenfeksi kandang, terutama setelah panen) dan manajemen sampah (pembuangan litter, kotoran dan bangkai ayam).
c. Upaya pencegahan penyebaran virus flu burung (AI) Peternak dan masyarakat umum perlu diberikan pengarahan mengenai pedoman, pencegahan, pengendalian dan pemberantasan penyakit hewan menular Influenza pada unggas. Sehingga dapat diambil tindakan secara dini bila dilaporkan adanya unggas yang mati akibat virus Avian Influenza (AI). Selain usaha yang dilakukan oleh manusia, pencegahan juga dilakukan terhadap ayam broiler tersebut, yaitu dengan melakukan vaksinasi. Vaksinasi tersebut dilakukan paling sedikit 3 kali setahun (tergantung vaksin yang digunakan).
PT. Buras Sejahtera
25
PENUTUP
KESIMPULAN 1) PT. Buras Sejahtera sudah memiliki pangsa pasar yang jelas di daerah Jawa Barat dan Banten 2) Berdasarkan analisis kriteria investasi, maka usaha yang akan dijalankan PT. Buras Sejahtera adalah Layak 3) Berbagai solusi untuk permasalahan lingkungan sudah direncanakan untuk menghindari dampak ketidaknyamanan masyarakat dan lingkungan sekitar
SARAN Peternak dan masyarakat umum perlu diberikan pengarahan mengenai pedoman, pencegahan,
pengendalian dan pemberantasan penyakit hewan menular Influenza pada unggas. Sehingga dapat diambil tindakan secara dini bila dilaporkan adanya unggas yang mati akibat virus Avian Influenza (AI). Selain usaha yang dilakukan oleh manusia, pencegahan juga dilakukan terhadap ayam broiler tersebut, yaitu dengan melakukan vaksinasi. Vaksinasi tersebut dilakukan paling sedikit 3 kali setahun (tergantung vaksin yang digunakan).
PT. Buras Sejahtera
26
DAFTAR PUSTAKA Ditjennak. 2016. Statistik Peternakan Indonesia. Direktorat Jenderal Peternakan. Kementrian Pertanian Republik Indonesia, Jakarta. Fauziah. 2009. Upaya pengelolaan lingkungan usaha peternakan ayam.[Online]. Melalui: https://uwityangyoyo.wordpress.com/2009/04/13/upaya-pengelolaanlingkungan-usaha-peternakan-ayam/ ( Diakses Pada 15 Mei 2017). Pusdatin Pertanian. 2016. Outlook Daging Ayam. Sekretariat Jenderal. Kementerian Pertanian Republik Indonesia, Jakarta. Sartika, T dan S. Iskandar. 2007. Mengenal Plasma Nutfah Ayam Indonesia dan Pemanfaatannya. Balai Penelitian Ternak, Puslitbang Peternakan, Bogor. Setiawan, H. 1996. Amonia sumber pencemaran yang meresahkan dalam: Infovet (Informasi Dunia Kesehatan Hewan) Edisi 477. Agustus Hal 56
Sucimanah. 2002. Efectivitas effective mikroorganisme (EM) terhadap penurunan tingkat kepadatan lalat dan bau kotoran ayam di peternakan desa Kali Balik Kecamatan Limpung Kabupaten Batang.[Online]. Melalui: http://fkm.undip.ac.id (Diakses Pada 15 Mei 2017). Suryana, 2006. Kewirausahaan Pedoman Praktis: Kiat dan Proses Menuju Sukses. Edisi Ketiga. Penerbit Salemba, Jakarta. Wibowo, A,S. 2010. Pemanfaatan limbah peternakan untuk kesuburan tanah. [Online].
Melalui: http://facebook.com/topic.php?vid=90951128900&topic=10844 (Diakses Pada 14 Mei 2017). Zainuddin, D., K. Dwiyanto dan Suharto. 1994. Penggunaan probiotik starbio (mikroba starter) dalam ransum ayam pedaging terhadap produktivitas, nilai, ekonomis (IOFC) dan kadar amonia lingkungan kandang. Prosiding Pertemuan Nasional Pengolahan dan Komunikasi Hasil-Hasil Penelitian. Sub Balai Penelitian Ternak Klepu, Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian hal.159-165. 1994.
27