ANTROPOLOGI KESEHATAN PROSES SOSIAL DAN INTERAKSI SOSIAL
OLEH KELOMPOK 2, TINGKAT 1.3 :
1. Komang Risti Indriani
(P07120016085)
2. Kadek Kartini Anggarini Putri
(P07120016086)
3. Ni Kadek Kristian Purnama Dewi
(P07120016087)
4. Ni Kadek Krisna Dewi
(P07120016088)
5. Ida Ayu Putu Suci Indra Dewi
(P07120016089)
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN KEMENTERIAN KESEHATAN RI POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR TAHUN AKADEMIK 2016/2017
i
KATA PENGANTAR
“Om Swastyastu” Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, Sang Hyang Widhi Wasa, karena atas berkat rahmat beliau penulis mampu menyelesaikan tugas “Keperawatan Dasar” dengan membahas tentang “Kebutuhan Aktivitas” dalam bentuk makalah. Dalam penyusunan tugas atau materi ini,tidak sedikit hambatan yang penulis hadapi. Namun penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak lain berkat bantuan, dorongan dan bimbingan orang tua sehingga kendalakendala yang penulis hadapi teratasi. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1.
Ibu Suratiah, S Kep, Ners, M Bio Med Idem selaku pembimbing yang telah
memberikan penulis tugas, serta petunjuk kepada penulis. Sehingga penulis termotivasi untuk menyelesaikan tugas. 2.
Orang tua yang juga turut membantu, membimbing, dan mengatasi berbagai
kesulitan sehinga tugas ini selesai. Semoga materi ini dapat bermanfaat dan menjadi sumbangan pikiran bagi pihak yang membutuhkan, khususnya bagi penulis sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai.Sekian dan terima kasih. “Om Santi Santi Santi Om”
Denpasar, 20 Februari 2017
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................ .......................................................................... ii DAFTAR ISI ................................................ ................................................................ iii BAB I PENDAHULUAN .............................................. ............................................... 1 1.1 LATAR BELAKANG .................................................. ...................................... 1 1.2 RUMUSAN MASALAH ................................................................................... 2 1.3 TUJUAN ............................................................................................................ 2 BAB II PEMBAHASAN ........................................................ ...................................... 3 2.1 CIRI-CIRI INTERAKSI SOSIAL ................................................... .................... 3 2.2 FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTERAKSI SOSIAL ......................... 5 2.3 BENTUK INTERAKSI SOSIAL ................................................... .................... 8 2.4 HUBUNGAN MANUSIA dan MASYARAKAT ........................................... 13 BAB III PENUTUP .................................................................................................... 15 3.1 SIMPULAN.................................................. ..................................................... 15 DAFTAR PUSTAKA .............................................................. ................................... 16
iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Manusia senantiasa melakukan hubungan dan pengaruh timbal balik dengan manusia yang lain dalam rangka memenuhi kebutuhan dan mempertahankan kehidupannya. Bahkan, secara ekterm manusia akan mempunyai arti jika ada manusia yang lain tempat ia berinteraksi. Interaksi sosial adalah hubungan timbal balik yang saling mempengaruhi. Ada aksi dan ada reaksi. Pelakunya lebih dari satu. Individu vs individu. Individu vs kelompok. Kelompok vs kelompok dll. Contoh guru mengajar merupakan contoh interaksi sosial antara individu dengan kelompok. Interaksi sosial memerlukan syarat yaitu Kontak Sosial dan Komunikasi Sosial. Kontak sosial dapat berupa kontak primer dan kontak sekunder. Sedangkan komunikasi sosial dapat secara langsung maupun tidak langsung. Interaksi sosial secara langsung apabila tanpa melalui perantara. Misalnya A dan B bercakapcakap termasuk contoh Interaksi sosial secara langsung. Sedangkan kalau A titip salam ke C lewat B dan B meneruskan kembali ke A, ini termasuk contoh interaksi sosial tidak langsung. Faktor yang mendasari terjadinya interaksi sosial meliputi imitasi, sugesti, identifikasi, indenifikasi, simpati dan empati Imitasi adalah interaksi sosial yang didasari oleh faktor meniru orang lain. Contoh anak gadis yang meniru menggunakan jilbab sebagaimana ibunya memakai. Sugesti adalah interaksi sosial yang didasari oleh adanya pengaruh. Biasa terjadi dari yang tua ke yang muda, dokter ke pasien, guru ke murid atau yang kuat ke yang lemah. Atau bisa juga dipengaruhi karena iklan. Indentifikasi adalah interaksi sosial yang didasari oleh faktor adanya individu yang mengindentikkan (menyadi sama) dengan pihak yang lain. Contoh
1
menyamakan kebiasaan pemain sepakbola idolanya. Simpati adalah interaksi sosial yang didasari oleh foktor rasa tertarik atau kagum pada orang lain. Empati adalah interaksi sosial yang disasari oleh faktor dapat merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain, lebih dari simpati. Contoh tindakan membantu korban bencana alam. Interaksi sosial mensyaratkan adanya kontak sosial dan komunikasi sosial. Kemudian membuat terjadinya proses sosial. Proses sosial dapat bersifat asosiatif dan disasosiatif Asosiatif meliputi akomodasi, difusi, asimilasi, akulturasi, kooperasi (kerjasama) (Intinya interaksi sosial yang baik baik, kerjasama, rukun, harmonis, serasa dll). Disasosiatif meliputi konflik, kontravensi dan kompetensi (Intinya interaksi sosial yang tidak baik, penuh persaingan, perang dingin, bertengkar dll). Contoh Bapak memukul anaknya karena tidak mendengarkan nasihatnya. Menyuruh pergi seorang pengemis dengan cara membentak.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Apa saja ciri-ciri interaksi social? 2. Apa saja faktor yang mempengaruhi interaksi social? 3. Apa saja bentuk interaksi social? 4. Bagaimana hubungan manusia dan masyarakat?
1.3 TUJUAN
1. Mengetahui ciri-ciri interaksi social 2. Mengetahui faktor yang mempengaruhi interaksi social 3. Mengetahui bentuk interaksi social 4. Mengetahui hubungan manusia dan masyarakat
2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 CIRI-CIRI INTERAKSI SOSIAL
Sistem sosial dalam masyarakat akan membentuk suatu pola hubungan sosial yang relatif baku/tetap, apabila interaksi sosial yang terjadi berulangulang dalam kurun waktu relatif lama dan diantara para pelaku yang relatif sama. Pola seperti ini dapat dijumpai dalam bentuk sistem nilai dan norma. Sejarah pola yang melandasi interaksi sosial adalah tujuan yang jelas, kebutuhan yang jelas dan bermanfaat, adanya kesesuaian dan berhasil guna, adanya kesesuaian dengan kaidah sosial yang berlaku dan dapat disimpulkan bahwa interaksi sosial itu memiliki karakteristik sebagai berikut : 1. Ada pelaku dengan jumlah lebih dari satu orang. 2. Interaksi sosial selalu menyangkut komunikasi diantara dua pihak yaitu pengirim (sender) dan penerima (receiver). 3. Interaksi sosial merupakan suatu usaha untuk menciptakan pengertian diantara pengirim dan penerima. Menurut Charles P. Loomis, sebuah hubungan disebut interaksi sosial jika memiliki ciri-ciri sebagai berikut: 1. Jumlah pelaku dua orang atau lebih. Dilihat dari pengertian interaksi sosial bahwa interaksi adalah hubungan timbal balik antara individu satu dengan yang lain. Dari sini berarti tidak bias dikatakan berinteraksi jika hanya terdapat satu individu yang melakukan tindakan. 2. Adanya komunikasi antar pelaku dengan menggunakan symbol atau lambang. Dalam melakukan hubungan timbal balik atau interaksi tentu di dalamnya terdapat komunikasi yang merupakan syarat mutlak
3
terjadinya interaksi sosial. Dalam hal ini, komunikasi terdiri dari lima unsur pokok, yaitu: a. Komunikator, yaitu orang-orang yang menyampaikan pesan, perasaan atau pikiran kepada pihak lain. b. Komunikan, yaitu orang atau sekelompok orang yang dikirimi atau menerima pesan, perasaan, atau pikiran dari orang lain (komunikator). c. Pesan, yaitu sesuatu yang disampaikan oleh komunikator kepada komunikan. Pesan dapat berupa informasi, instruksi dan perasaan. d. Media, yaitu alat untuk menyampaikan pesan. Media komunikasi dapat berupa lisan, tulisan, gambar, dan film. e. Efek, yaitu perubahan yang diharapkan terjadi pada komunikan,
setelah
mendapatkan
pesan
dari
komunikator.[7] 3. Adanya dimensi waktu yang meliputi masa lalu, masa kini, dan masa yang akan datang. Dalam interaksi sosial tidak terlepas dari unsure waktu, interaksi sosial dapat terjadi dan mempengaruhi keadaan baik pada masa lalu, masa saat itu juga, atau masa yang akan dating. 4. Adanya tujuan yang hendak dicapai sebagai hasil dari interaksi tersebut Menurut Tim Sosiologi (2002), ada empat ciri - ciri interaksi sosial, antara lain : a. Jumlah pelakunya lebih dari satu orang b. Terjadinya komunikasi di antara pelaku melalui kontak sosial
4
c. Mempunyai maksud atau tujuan yang jelas d. Dilaksanakan melalui suatu pola sistem sosial tertentu
2.2 FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTERAKSI SOSIAL
1.
Faktor Internal a. Dorongan untuk meneruskan/mengembangkan keturunan. Secara naluriah, manusia mempunyai dorongan nafsu birahi untuk saling tertarik dengan lawan jenis. Dorongan ini bersifat kodrati artinya tidak usah dipelajaripun seseorang akan mengerti sendiri dan secara sendirinya pula orang akan berpasang-pasangan untuk meneruskan keturunannya agar tidak mengalami kepunahan. b. Dorongan untuk memenuhi kebutuhan. Dorongan untuk memenuhi kebutuhan manusia memerlukan keberadaan orang lain yang akan saling memerlukan, saling tergantung untuk saling melengkapi kebutuhan hidup. c. Dorongan
untuk
mempertahankan
hidup.
Dorongan
untuk
mempertahankan hidup ini terutama dalam menghadapi ancaman dari luar seperti ancaman dari kelompok atau suku bangsa lain, ataupun dari serangan binatang buas. d. Dorongan untuk berkomunikasi dengan sesama. Secara naluriah, manusia memerlukan keberadaan orang lain dalam rangka saling berkomunikasi untuk mengungkapkan keinginan yang ada dalam hati masing-masing dan secara psikologis manusia akan merasa nyaman dan tentram bila hidup bersama-sama dan berkomunikasi dengan orang lain dalam satu lingkungan sosial budaya.
5
2.
Faktor Eksternal a. Imitasi G. Tarde (lih.Gerungan,1966) faktor yang mendasari interaksi adalah faktor imitasi. Imitasi merupakan dorongan untuk meniru orang lain. Menurut Tarde imitasi ini merupakan satu-satunya faktor yang mendasari atau yang melandasi interaksi sosial. Imitasi
berperan
dalam
interaksi
sosial,
misalnya
perkembangan bahasa. Apa yang diucapkan oleh anak akan mengimitasi bdari keadaan sekelilingnya. Anak mengimitasi apa yang didengarnya yang kemudian menyampaikan kepada orang lain sehingga dengan demikian berkembanglah bahasa anak itu sebagai alat komunikasi dalam interaksi sosial. . Contoh anak gadis yang meniru menggunakan jilbab sebagaimana ibunya memakai. b. Identifikasi Menurut Freud seorang tokoh psikologi dalam khususnya dalam psikoanalisis mengemukakan bahwa identifikasi merupakan dorongan untuk menjadi identik atau sama dengan orang lain. Menurut Freud anak mempelajari norma sosial dari orang tuanya dengan dua cara a) Anak mempelajari dan menerima norma-norma sosial itu karena orang tua dengan sengaja mendidiknya. b) Kesadaran akan norma-norma sosial juga dapat diperoleh anak dengan jalan identifikasi yaitu anak mengidentifikasikan diri pada orang tua, baik pada ibu maupun pada ayah.Contoh menyamakan kebiasaan pemain sepakbola idolanya.
6
c. Sugesti Sugesti adalah pengaruh psikis, baik yang datang dari diri sendiri maupun yng datang dari orang lain, yang pada umumnya diterima tanpa adanya kritik dari individu yang bersangkutan.Sugesti dibedakan menjadi dua : 1) Auto-sugesti yaitu sugesti terhadap diri sendiri, sugesti yang
datang
dari
dalam
diri
individu
yang
bersangkutan. 2) Hetero-sugesti yaitu sugesti yang datang dari orang lain. Biasa terjadi dari yang tua ke yang muda, dokter ke pasien, guru ke murid atau yang kuat ke yang lemah. Atau bisa juga dipengaruhi karena iklan. d. Simpati Merupakan perasaan rasa tertarik pada orang lain. Oleh karena simpati merupakan perasaan maka simpati timbul tidak atas dasar logis, raional, melainkan atas dasar perasaan atau emosi. Contoh : Ucapan turut berduka, tanpa datang ke rumah duka. Jadi hanya ungkapan tanpa tindakan. Contoh tindakan membantu korban bencana alam. e. Empati Merupakan proses sosial yang hampir sama dengan simpati, hanya perbedaannya adalah bahwa empati lebih melibatkan emosi atau lebih menjiawai dalam diri seoang yang lebih daripada simpati. Contoh tindakan membantu korban bencana alam. f. Motivasi Adalah suatu dorongan atau rangsangan yang diberikan seseorang kepada orang lain sedemikian rupa sehingga orang yang
7
diberi
motivasi
tersebut
menuruti
atau
melaksanakan
yang
dimotivasikan kepadanya. 2.3 BENTUK INTERAKSI SOSIAL
Hubungan yang terjadi antar warga masyarakat berlangsung sepanjang waktu. Rentang waktu yang panjang serta banyaknya warga yang terlibat dalam hubungan antarwarga melahirkan berbagai bentuk interaksi sosial. Dimana pun dan kapan pun kehidupan sosial selalu diwarnai oleh dua kecenderungan yang saling bertolak belakang. Di satu sisi manusia berinteraksi untuk saling bekerja sama, menghargai, menghormati, hidup rukun, dan bergotong royong. Di sisi lain, manusia berinteraksi dalam bentuk pertikaian, peperangan, tidak adanya rasa saling memiliki, dan lain-lain. Dengan demikian interaksi sosial mempunyai dua bentuk, yakni interaksi sosial yang mengarah pada bentuk penyatuan (proses asosiatif) dan mengarah pada bentuk pemisahan (proses disosiatif). 1. Proses Asosiasi Interaksi sosial asosiatif adalah bentuk interaksi sosial yang menghasilkan kerja sama. Ada beberapa bentuk interaksi sosial asosiatif, antara lain sebagai berikut. a. Kerjasama (Cooperation) Kerja sama adalah suatu usaha bersama antara orang perorangan atau kelompok manusia untuk mencapai satu atau beberapa tujuan bersama. Kerja sama timbul apabila orang menyadari
bahwa
mereka
mempunyai
kepentingan-
kepentingan yang sama dan pada saat yang bersamaan mempunyai cukup pengetahuan dan pengendalian terhadap diri sendiri untuk memenuhi kepentingan-kepentingan tersebut, kesadaran akan adanya kepentingan-kepentingan yang sama dan adanya organisasi merupakan fakta-fakta yang penting dalam kerja sama yang berguna.
8
Ada beberapa bentuk interaksi sosial yang berupa kerja sama, yaitu : 1) Bargaining adalah pelaksanaan perjanjian mengenai pertukaran
barang-barang
atau
jasa
antara
dua
organisasi atau lebih. 2) Cooptation (kooptasi) adalah suatu proses penerimaan unsur-unsur
baru
dalam
kepemimpinan
atau
pelaksanaan politik dalam suatu organisasi untuk menghindari kegoncangan dalam stabilitas organisasi yang bersangkutan. 3) Coalition (koalisi) adalah kerja sama yang dilaksanakan oleh dua organisasi atau lebih yang mempunyai tujuan yang sama. Koalisi dapat menghasilkan keadaan yang tidak stabil untuk sementara waktu, karena dua organisasi atau lebih tersebut mungkin mempunyai struktur yang berbeda satu sama lain 4) Join venture adalah kerja sama dengan pengusaha proyek tertentu untuk menghasilkan keuntungan yang akan dibagi menurut proporsi tertentu. Join venture jika diterjemahkan akan menjadi ‘usaha patungan’.
b. Akomodasi (Accomodation) Akomodasi
adalah
suatu
proses
dimana
orang
perorangan atau kelompok-kelompok manusia yang mula-mula saling bertentangan, saling mengadakan penyesuaian diri untuk mengatasi ketegangan-ketegangan. Bentuk-bentuk akomodasi adalah sebagai berikut :
9
1) Tolerant participation (toleransi) adalah suatu watak seseorang atau kelompok untuk sedapat mungkin menghindari perselisihan. Individu semacam itu disebut tolerant. 2) Compromise
(kompromi)
adalah
suatu
bentuk
akomodasi dimana masing-masing pihak mengerti pihak lain sehingga pihak-pihak yang bersangkutan mengurangi tuntutannya agar tercapai penyelesaiannya terhadap perselisihan. Kompromi dapat pula disebut perundingan. 3) Coercion (koersi) adalah bentuk akomodasi yang proses pelaksanaannya menggunakan paksaan. Pemaksaan terjadi
bila
satu
pihak
menduduki
posisi
kuat,
sedangkan pihak lain dalam posisi lemah. 4) Arbitration adalah proses akomodasi yang proses pelaksanaannya menggunakan pihak ketiga dengan kedudukan yang lebih tinggi dari kedua belah pihak yang bertentangan. Penentuan pihak ketiga harus disepakati oleh dua pihak yang berkonflik. Keputusan pihak ketiga ini bersifat mengikat. 5) Mediation (mediasi) adalah menggunakan pihak ketiga yang netral untuk menyelesaikan kedua belah pihak yang bertikai. Berbeda dengan arbitration, keputusan pihak ketiga ini bersifat tidak mengikat. 6) Concilation adalah suatu usaha untuk mempertemukan keinginan yang berselisih agar tercapai persetujuan bersama. Biasanya dilakukan melalui perundingan 7) Ajudication
adalah
penyelesaian
perkara
melalui
pengadilan. Pada umumnya cara ini ditempuh sebagai alternatif terakhir dalam penyelesaian konflik.
10
8) Stalemate adalah suatu akomodasi semacam balance of power (politik keseimbangan) sehingga kedua belah pihak yang berselisih sampai pada titik kekuatan yang seimbang. Posisi itu sama dengan zero option (titik nol) yang
sama-sama
mengurangi
kekuatan
serendah
mungkin. Dua belah pihak yang bertentangan tidak dapat lagi maju atau mundur. 9) Segregasi adalah upaya saling memisahkan diri atau saling
menghindar
di
antara
pihak-pihak
yang
bertentangan dalam rangka mengurangi ketegangan. 10) Gencatan senjata adalah penangguhan permusuhan atau peperangan
dalam
penangguhan
jangka
digunakan
waktu untuk
tertentu. mencari
Masa upaya
penyelesaian konflik di antara pihak-pihak
yang
bertikai.
c. Akulturasi Akulturasi adalah suatu proses yang timbul apabila suatu kelompok manusia dan kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur-unsur dari kebudayaan asing dengan sedemikian rupa sehingga unsur-unsur kebudayaan asing itu lambat laun diterima
tanpa
menyebabkan
hilangnya
kepribadian
kebudayaan itu sendiri. Biasanya unsur-unsur kebudayaan asing
yang
mudah
diterima
adalah
unsur
kebudayaan
kebendaan dam peralatan yang sangat mudah dipakai dan dirasakan sangat bermanfaat seperti komputer, handphone, mobil, dan lain-lain. Sedangkan kebudayaan asing yang sulit diterima adalah unsur kebudayaan asing yang sulit diterima adalah
unsur
kebudayaan
yang
menyangkut
ideologi,
keyakinan, atau nilai tertentu yang menyangkut prinsip hidup
11
seperti paham komunisme, kapitalisme, liberalisme, dan lainlain.
d. Asimilasi (assimilation) Asimilasi adalah usaha mengurangi perbedaan yang terdapat di antara beberapa orang atau kelompok serta usaha menyamakan sikap, mental, dan tindakan demi tercapainya tujuan bersama. Contoh asimilasi antar dua kelompok masyarakat adalah upaya untuk membaurkan etnis Tionghoa dengan masyarakat pribumi.
2. Proses Disosiasi Proses Interaksi sosial disosiatif merupakan bentuk interaksi sosial yang menghasilkan sebuah perpecahan. Ada beberapa bentuk interaksi sosial disosiatif, antara lain sebagai berikut . a. Persaingan (competition) Persaingan adalah proses sosial yang ditandai dengan adanya saling berlomba
atau
bersaing
antarindividu
atau
antarkelompok
tanpa
menggunakan ancaman atau kekerasan untuk mengejar suatu nilai tertentu supaya lebih maju, lebih baik, atau lebih kuat. Contoh persaingan adalah saat siswa bersaing untuk mendapatkan peringkat pertama atau pada saat berlangsungnya suatu pertandingan. b. Kontravensi (contravention) Kontravensi adalah suatu bentuk proses sosial yang berada di antara persaingan dan konflik. Bentuk kontravensi ada 5 yaitu : 1) Kontravensi yang bersifat umum. Seperti penolakan, keengganan, gangguan terhadap pihak lain, pengacauan rencana pihak lain, dan perbuatan kekerasan.
12
2) Kontravensi
yang
bersifat
sederhana.
Seperti
memaki-maki,
menyangkal pihak lain, mencerca, memfitnah, dan menyebarkan surat selebaran. 3) Kontravensi yang bersifat intensif. Seperti penghasutan, penyebaran desas-desus, dan mengecewakan pihak lain. 4) Kontravensi yang bersifat rahasia. Seperti mengumumkan rahasia pihak lain dan berkhianat. 5) Kontravensi yang bersifat taktis. Seperti intimidasi, provokasi, mengejutkan pihak lawan, dan mengganggu atau membingungkan pihak lawan.
c. Konflik Konflik adalah suatu proses sosial dimana orang perorangan atau kelompok manusia berusaha untuk memenuhi tujuan dengan jalan menantang pihak lawan yang disertai dengan ancaman atau kekerasan. Faktor-faktor penyebab terjadinya konflik adalah 1) Adanya perbedaan individu yang meliputi perbedaan pendirian dan perasaan 2) Berprasangka buruk kepada pihak lain 3) Individu kurang bisa mengendalikan emosi 4) Adanya perbedaan kepentingan antara individu dan kelompok 5) Persaingan yang sangat tajam sehingga kontrol so sial kurang berfungsi
2.4 HUBUNGAN MANUSIA dan MASYARAKAT
Manusia selain sebagai makhluk individu (perseorangan) mempunyai kehidupan jiwa yang menyendiri, manusia juga sebagai makhluk sosial tidak dapat dipisahkan dari masyarakat. Manusia lahir, hidup dan berkembang dan meninggal dunia di dalam masyarakat. Menurut Aristoteles (Yunani, 384-322 SM), bahwa manusia itu adalah ZOON POLITICON artinya bahwa manusia
13
itu sbg makhluk pada dasarnya selalu ingin bergaul dan berkumpul dengan sesama manusia lainnya, jadi makhluk yg suka bermasyarakat. Dan oleh karena sifatnya suka bergaul satu sama lain, maka manusia disebut makhluk sosial. Terjadilah hubungan satu sama lain yang didasari adanya kepentingan, dimana kepentingan tersebut satu sama lain saling berhadapan atau berlawanan
dan
ini
tidak
menutup
kemungkinan
timbul
kericuhan.
Kepentingan adalah suatu tuntutan perorangan atau kelompok yang diharapkan untuk dipenuhi. Disinilah peran hukum mengatur kepetingan kepentingan tersebut agar kepentingan masing-masing terlindungi, sehingga masing-masing mengetahui hak dan kewajiban. Pada akhirnya dengan adanya hukum masyarakat akan hidup aman, tentram, damai, adil dan makmur. Dimana ada masyarakat, disitu ada hukum. Hukum ada sejak masyarakat ada. Dapat dipahami disini bahwa hukum itu sesungguhnya adalah produk otentik dari masyarakat itu sendiri yang merupakan kristalisasi dari naluri, perasaan, kesadaran, sikap, perilaku, kebiasaan, adat, nilai, atau budaya yang hidup di masyarakat. Bagaimana corak dan warna hukum yang dikehendaki untuk mengatur seluk beluk kehidupan masyarakat yang bersangkutanlah
yang
menentukan
sendiri.
Suatu
masyarakat
yang
menetapkan tata hukumnya bagi masyarakat itu sendiri dalam berlakunya tata hukum itu artinya artinya tunduk pada tata hukum hukum itu disebut masyarakat hokum.
14
BAB III PENUTUP
3.1 SIMPULAN
Manusia senantiasa melakukan hubungan dan pengaruh timbal balik dengan manusia yang lain dalam rangka memenuhi kebutuhan dan mempertahankan kehidupannya. Faktor yang mendasari terjadinya interaksi sosial meliputi imitasi, sugesti, identifikasi, indenifikasi, simpati dan empati(faktor internal dan eksternal). Dengan demikian interaksi sosial mempunyai dua bentuk, yakni interaksi sosial yang mengarah pada bentuk penyatuan (proses asosiatif) dan mengarah pada bentuk pemisahan (proses disosiatif).Hubungan Manusia dan Masyarakat, Manusia selain sebagai makhluk individu (perseorangan) mempunyai kehidupan jiwa yg menyendiri namun manusia juga sebagai makhluk sosial tidak dapat dipisahkan dari masyarakat.
15
DAFTAR PUSTAKA
Syarifudi., Mariam N. 2010. Sosial Budaya Dasar Untuk Mahasiswa Kebidanan. Jakarta:Trans Info Media. Effendi, Ridwan dan Elly Malihah. (2007) . Pendidikan Lingkungan Sosial Budaya dan Teknologi. Bandung : Yasindo Multi Aspek Hermawan, Ruswandi dan Kanda Rukandi. (2007). Perspektif Sosial Budaya. Bandung: UPI PRESS http://informasiana.com/interaksi-sosial-hubungan-manusia-dan-masyarakat/ http://www.artikelsiana.com/2014/10/faktor-faktor-terjadinya-interaksi.html http://belajarpsikologi.com/pengertian-interaksi-sosial/
16