BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi dan Syarat Resin Akrilik 2.1.1 Definisi Resin Akrilik a. Resin akrilik adalah turunan etilen yang mengandung gugus vinil dalam rumus strukturnya (Anusavice, 2003) Resin akrilik adalah rantai polimer yang terdiri dari unit-unit metil metakrilat yang berulang. Resin akrilik digunakan untuk membuat basis gigi tiruan dalam proses rehabilitatif, untuk pelat ortodonsi, maupun restorasi crown and bridge (Anusavice, 2003). 2.1.2 Syarat Resin Akrilik Menurut Anusavice tahun 2003 syarat-syarat yang dibutuhkan untuk resin akrilik yaitu : a. Tidak toxic dan tidak mengiritasi. b. Tidak terpengaruh cairan rongga mulut. c. Mempunyai modulus elastisitas tinggi sehingga cukup kaku pada bagian yang tipis. d. Mempunyai proporsional limits yang tinggi, sehingga jika terkena stress tidaak mudah mengalami perubahan bentuk yang permanent. e. Mempunyai kekuatan impact tinggi sehingga tidak mudah patah atau pecah jika terbentur atau jatuh. f. Mempunyai fatigue strength tinggi sehinnga acrylic dapat dipakai sebagai bahan restorai yang cukup lama. g. Keras dan memiliki daya tahan yang baik terhadap abrasi. h. Estetis cukup baik, hendaknya transparan atau translusen dan mudah dipigmen. Warna yang diperoleh hendaknya tidak luntur. i. Radio-opacity, memungkinkan bahan dapat dideteksi dengann sinar x jika tertelan. j. Mudah direparasi jika patah. k. Mempunyai densitas rendah untuk memudahkan retensinya di dalam
mulut. l. Mudah dibersihkan. Annusavice, Kenneth J. 2003. Phillips: Buku Ajar Ilmu Bahan Kedokteran Gigi. Jakarta: EGC.
2.2 Komposisi Resin Akrilik Tabel 1. Komposisi Resin Akrilik (McCabe and Walls, 2008) Polymer Butir polymetakrilat Powder Initiator Peroxide seperti benzoil peroxide Pigmen Salt dari cadmium of Iron atau organic dyes Monomer Methylmetacrylat Cross-Linking Ethylenglycodimethacrylate Liquid Agent Kira-kira 10% Inhibitor Hydroquinone Activator * N-dimethyl-P-toluidinol Keterangan: *hanya pada self-curing materials 2.3 Macam-macam Resin Akrilik Macam-macam resin akrilik berdasarkan aktivasinya 1. Resin akrilik kuring panas ( Heat Curing Acrilic Resin ) Resin akrilik yang dalam polimerisasinya membutuhkan pemanasan dan perendaman dalam air. Komposisi resin Akrilik kuring panas : Bubuk : - Poli metil metakrilat - Benzoil peroksida - Dibuthil phtalat Cairan :- Metil metakrilat -
Hidrokinon Dibuthil phtalat Etilen glikol dimetakrilat
Sifat resin akrilik kuring panas - Larut dalam ester dan alkohol - Tidak larut dalam cairan mulut - Estetika baik - Konsentrasi monomer sisa tinggi - Mengalami pengkerutan (polimerisasi dalam pemakaian) 2. Resin akrilik kuring dingin ( cold cured resin akrilik )
Resin akrilik yang dalam polimerisasinya diaktivasi secara kimia dan bisa diproses pada suhu kamar Komposisi resin akrilik kuring dingin : Bubuk :- Polimetil metakrilat - Benzoil peroksida Cairan :- Metil metakrilat -
Hidrokinon Etilen glikol dimetakrilat Tertier amine
Sifat resin akrilik kuring dingin - Aktivasi pada suhu kamar melalui bahan kimia - Larut dalam ester dan alkohol - Tidak larut dalam cairan mulut - Cara manipulkasi lebih mudah dan lebih cepat - Berat molekul lebih rendah - Konsentrasi monomer sisa lebih tinggi - Mengalami pengkerutan - Porusitas lebih banyak - Penyerapan air lebih besar - Agak lunak 3. Resin akrilik gelombang mikro ( mikrowaved activated resin ) Komposisinya sama dengan resinj akrilik kuring panas dengan komposisi dalam monomer trietilen atau tetraetilen glokol dimetakrilat. Sifat resin akrilik gelombang mikro - Proses lebih cepat, lebih bersih tetapi sangat mahal - Estetika sangat bagus - Minimal porositas karena tidak banyak menyerap cairan - Biokompatibilitas tinggi 4. Resin Akrilik Cahay tampak ( Visible light cured ) Sifat resin akrilik cahay tampak - Dapat berikatan secara fisiko mekanik - Mempunyai kekuatan yang baik - Dapat dikerjakan dengan mudah dan murah - Tidak menyebabkan poerubahan dimensi
2.4 Sifat – sifat Resin Akrilik 2.4.1 Sifat Fisik Resin Akrilik Sifat - sifat fisik resin akrilik Pada umumnya resin akrilik mempunyai sifat - sifat sebagai berikut 1. Curing Shrinkage
2. Strength 3. Porositas: a. Gasseous porosity b. Shrinkage porosity 4. Stabilitas dimensi 5. Crazing 6. Fraktur 7. Radiolusen 8. Reaksialergi 9. Penyetapan air.
PENGARUH SIFAT-SUFAT FISIK RESIN AKRILIK TERHADAP BASIS PROTESA 1. Curing Shrinkage Ketika monomer methyl methacrylate berpoiimerisasi akan terjadi pembahan kepadatan dari 0,94 gm / cm 3 menjadi 1,19 gm / cm 3. Pembahan kepadatan ini menyebabkan shrinkage polimerisasi sebesar 21 %. Umumnya perbandingan powder-liquid adalah sebesar 3 - 3,5 :1 ( vof ) atau 2,5 :1 ( berat), Pads propors? adonan akrih'k ini akan terjadi shrinkage sebesar 7 %. Hal ini disebabkan karena resin akrilik selama ini memmjukan shrinkage yang terdistribusi merata disett'ap permukaan basis sehingga tidak begitu mempengaruhi adaptasi basis mukosa. Disamping itu, shrinkage polimerisasi ini hanya akan menimbulkan shrinkage Hnicar yang tidak begitu untuk dapat mempengaruhi basis 2. Strenght (kekuatan) Kckuatan resin akrilik tergantung dari komposisi resin, teknik prosesing, dan lingkungan gigi tiruan itu sendiri. Berdasarkan Knoop Haedness Number resin akrih'k mempunyai kekuatan sebesar 18-20 KHN, tensile strength sebesar 600 Kg/cm 2 ( 8000 psi ) dan transverse strenght i daya flexura! sebesar 50 N
pada suhu 37° C. Resin akrilik mempunyai modulus Elastisitas yg relatif rendah yaitu 2400 Mpa oleh karena itu ketebalan basis tidak boleh kurang dari 1mm. Basis yang tipis akan meningkatkan toleransi mulut pasien terhadap gigi tiruan, letapi hal ini akan menambah fleksibilitas terhadap konsentrasi lokal yang akan memperlambat resorbsi tulang alveolar dibawah gigi tiruan scperti terdapat pada gambar dibawah ini''
Macam-macam Porosity: a. Gasseous Porosity I. Pemanasan yang terlalu tinggi dan cepat sehingga sebagian monomer tidak sempat berpolimerisasi dan menguap membentuk bubbles (bola-bola uap) sehingga pada bagian resin yang lebih tebal, bubbles terkurung sehingga terjadi porositas yang terlokalisir. Sedangkan pada bagian yang tipis, panas cxothermis dapat keluar dan diserap gips sehingga resin ridak meiewati titik didihnya dan lidak akan membentuk bubbles. 2. Air yang terkandung didaiam resin sebelum atau selama polirnerisasi akan merendahkan titik didih monumer sehingga dengan ternperatur biasa akan terjadi seperti diatas. b. Shrinkage Porosity,0X4) 1. Ketidak-homogenan resin akhlik selama polirnerisasi sehingga bagian yang mengandung lebih banyak monomer akan menyusut dan membentuk voids (ruang-ruang hampa udara) dan terjadi porosity yang terlokalisiT. 2. Polimer-polimer yang berbeda BM, komposisi dan ukuran akan menyebabkan bagian- bagian yang mcmpunyai partikel-partikel lebih kecil dulu berpolimerisasi daripada partikel yang lebih besar. Bagian-bagian yang berpolimerisasi lebih lam bat akan berpindah kebagian yang berpolimerisasi lebih dulu, sehingga terbentuk voids dengan porosity yang terlokalisir. 3. Kurang lamanya pengepresan sebelum penggodokan maupun selama polimerisasi juga akan menyebabkan diffusi monomer menjadi kurang baik dan membuat voids dengan porosity internal. Yang ketiga hal diatas akan menyebabkan kerapuhan pada basis protesa. 4. Stabilitas Dimensi Stabilitas dimensi dapat dipengaruhi oleh proses:(2JI) 1. Molding
: Mold Expansions, terjadi jika kurang pcngepresan
sewaktu molding, 2. Cooling
: Thermal Shrinkage, kocfisien thermal ekspansi akrilik
sebesar 81 x 106 / ° C, dimana terjadi shrinkage sebesar 0,44 % apabila akrilik
didinginkan dan 75 ke 25°C. hal ini dapat menyebabkan diskrepansi palatal pada gigi tiruan rahang atas. 3. Polimerisasi
: Shrinkage polimerisasi.
4. Absorbsi air
: Ekspansi linier, sewaktu prossesing, akrilik akan
mengabsorpsi air sebesar ± 2°/osehingga terjadi ekspansi linier sebesar 0,46% 5. Temperatur tinggi: Distorsi, hal ini terjadi akibat panas lokal yang terpusat sewaktu pemolisan basis ataupun karena pasien menggunakan air yang terialu panas sewaktu membersihkan gigi tiruan. Bahan resin akrilik basis protesa sebenamya dapat mengalami perubahan dimensional yang tidak dapat dihindarkan. Shrinkage selama polimerisasi dan penunman temperatur setelah proses curing menyebabkan pengaruh dan sebaliknya bahan resin akrilik dapat mengabsorpsi air dan saliva dan terjadi sedikit ekspansi. Meskipun demikian, perubahan dimensional sebenamya sangat kecil dan tidak signiftkan .sebagai conloh, total perubahan dimensi yang terjadi pada basis resin akrilik selama prossesing dan setelah dua tahun pemakaian klinik hanya sebesar 0,1 sampai 0,2 mm. Hal ini bukan penyebab utama ketidaksesuaian basis setelah pemakaian gigi tiruan dibandingkan dengan terjadinya perubahan jaringan lunak mulut dibawah basis(U>4$) S. Crazing Retakan yang terjadi pada permukaan basis resin, hal ini disebabkan karena adanya tensile stress, sehingga terjadi pemisahan molekul polimer . crazing terjadi apabila terdapat hal-hal seperti dibawah ini:ttvM) 1. Stress Mekanis Karena pengeringan dan pembasahan gigi tiruan yang berulang sehingga terjadi kontraksi dan ekspansi. 2. Stress karena perbedaan thermal ekspansi antara gigi tiruan dengan basis protesa 3. Aksi solvent misainya ketika gigi tiruan yang diperbaiki terjadi kontak monomer dengan
basis. Keretakan permukaan ini dapat melemahkan basis resin aknlik. 6. Fraktur. Dibandingkan dengan alloy seperti co atau cr dan stainless steel ,resin akrilik termasuk dalam klasifikasi baban basis yang iunak, lemah dan ientur. O!eh karena itu basis resin akrilik hams mcmpunyai ketebalan yang cukup sehingga didapatkan kekuatan rigiditas yang cukup.(U) Gigi tiruan yang tidak scsuai karena desain yang tidak baik dapat menyebabkan daya fleksural yang berkelanjutan sebingga terjadi fatigue dan akhirnya menyebabkan gigi tiruan fraktur. Basis gigi tiruan dapat pecah / fraktur apabila:(U) 1. Jatuh pada permukaan yang keras, 2, Fatigue: Stress fleksural pada gigi tiruan resin akrilik seiama suatu periode waktu tertentu, mengalami kelelahan (fatigue) dan hal ini akan menimbulkan keretakan kecil sampai akhirnya gigi tiruan menjadi pecah. Ini lebih sering terjadi di daerah midline basis dan biasanya lebih banyak pada basis rahang atas daripada rahang bawali. Adaptasi jaringan iunak yang tidak baik menyebabkan fatigue yang mengakibatkan gigi tiruan fraktur. 7. Radiologt Akrilik tidak dapat dideteksi dalam foto karena sifat radioluscnsinya. Ini disebabkan karena atom CJH,O yg terdapat dalam akrilik yang akan melemahkan mcnyerap sinar x-ray. Hal ini akan menyulitkan jika terjadi kecelakaan dimana ada bagian akrilik yang tertelan atau tertanam didaiam jariitgan Iunak((>)
2.4.2 Sifat Mekanik Resin Akrilik Sifat mekanis adalah respons yang terukur, baik elastis maupun plastis, dari bahan bila terkena gaya atau distribusi tekanan.Sifat mekanis bahan basis gigitiruan terdiri atas kekuatan tensil, kekuatan impak, fatique , crazing dan kekerasan. a. Kekuatan Tensil
Kekuatan tensil resin akrilik polimerisasi panas adalah 55 MPa.Kekuatan tensil resin akrilik yang rendah ini merupakan salah satu kekurangan utama resin akrilik. b.
Kekuatan Impak Kekuatan impak resin akrilik polimerisasi panas adalah 1 cm kg/cm.Resin akrilik memiliki kekuatan impak yang relatif rendah dan apabila gigitiruan akrilik jatuh ke atas permukaan yang keras kemungkinan besar akan
terjadi fraktur. c. Fatique Resin akrilik memiliki ketahanan yang relatif buruk terhadap fraktur akibat fatique . Fatique merupakan akibat dari pemakaian gigitiruan yang tidak didesain dengan baik sehingga basis gigitiruan melengkung setiap menerima tekanan pengunyahan. Kekuatan fatique
basis resin akrilik
polimerisasi panas adalah 1,5 juta lengkungan sebelum patah dengan beban 2500 lb/in2 pada stress maksimum 17 MPa. d. Crazing Crazing kadang- kadang muncul berupa kumpulan retakan pada permukaan
gigitiruan resin akrilik yang dapat melemahkan basis
gigitiruan. Retakan - retakan ini dapat timbul akibat salah satu dari tiga mekanisme berikut. Pertama, apabila pasien memiliki kebiasaan sering mengeluarkan
gigitiruannya
dan
membiarkannya
kering,
siklus
penyerapan air yang konstan diikuti pengeringan sehingga dapat menimbulkan stress tensil pada permukaan dan mengakibatkan terjadinya crazing . Kedua, penggunaan anasir gigitiruan porselen juga dapat menyebabkan crazing pada basis di daerah sekitar leher anasir gigitiruan yang diakibatkan perbedaan koefisien ekspansi termal antara porselen dan resin akrilik. Ketiga, crazing
dapat terjadi selama perbaikan gigitiruan
ketika monomer metil metakrilat berkontak dengan resin akrilik yang telah mengeras dari potongan yang sedang diperbaiki. Tingkat crazing
ini
dapat dikurangi oleh cross- linking agent yang berfungsi mengikat rantairantai polimer. e.
Kekerasan
Nilai kekerasan resin akrilik polimerisasi panas adalah 20 VHN atau 15 kg/mm2, nilai kekerasan tersebut menunjukkan bahwa resin akrilik relatif lunak dibandingkan dengan logam dan mengakibatkan basis resin akrilik cenderung menipis. Penipisan tersebut disebabkan makanan yang abrasif dan terutama pasta gigi pembersih yang abrasif, namun penipisan basis resin akrilik ini bukan suatu masalah besar. Kekurangan utama dari resin akrilik adalah mudah frakturnya gigitiruan, hal ini berhubungan erat dengan sifat - sifat mekanis resin akrilik polimerisasi panas, yaitu kekuatan tensil, lentur, fatique dan impak yang rendah serta sifat notch sensitivity yang tinggi.
2.4.3 Sifat Kimia Resin Akrilik Resin akrilik merupakan turunan etilen yang mengandung gugus vinil. Dalam rumus strukturnya ada 2 kelompok resin akrilik yaitu : asam akrilik dan asam metakrilat Meskipun asam poli ini keras dan transparan, polaritasnya, berkaitan dengan kelompok karboksil, menyebabkan asam tersebut menyerap air. Air cenderung memisahkan rantairantai serta menyebabkan pelunakan umum dan mengurangi kekuatan. Metil metakrilat. Poli metil metakrilat sendiri tidak banyak digunakan dalam kedokteran gigi untuk prosedur molding. Metil metakrilat adalah suatu cairan bening transparan pada suhu ruang dengan sifat fisik :
Titik leleh
Titik didih
Kepadatan
Panas polimerisasi
- 48
g/ml pada 20 kcal/mol
Bahan tersebut menunjukan tekanan uap yang tinggi dan merupakan pelarut organik yang baik meskipun polimerisasi metil metakrilat dapat diawali oleh sinar ultraviolet, sinar tampak, atau panas, bahan tersebut biasanya dipolimerisasi dalam kedokteran gigi dengan menggunakan inisiator kimia. Seperti semua resin akrilik , polimetil metakrilat menunjukan kecenderungan menyerap air melalui proses imbibisi. Struktur non-kristalnya mempunyai energi internal yang tinggi jadi difusi molekuler dapat terjadi kedalam resin, karena diperlukan sedikit energi aktivasi tambahan lagi, gugus karboksil kutub, meskipun teresterifikasi dapat membentuk jembatan hidrogen dengan air yang terbatas.
2.4.4 Sifat Biologi Resin Akrilik Secara biologi resin tidak meiliki harus tidak meiliki rasa, tidak berbau, tidak tosik dan tidak mengiritasi jaringan mulut. Untuk memenuhi syarat inibahan tersebut sama sekali tidak boleh larut dalam saliva atau cairan lain yang dimasukan ke dalam mulut, serta tidak tembus cairan mulut,dalam arti tidak tidak boleh menjadi tidak sehat atau memiliki rasa dan bau yang dapat diterima. Bila resin digunakan sebagai bahan tambal atau semen, bahan tersebut harus dengan struktur gigi untuk mencegah pertumbuhan mikroba sepanjang pertemuan restorasi permukaan gigi.
2.5 Kelebihan dan Kekurangan Resin Akrilik 2.5.1 Kelebihan Resin Akrilik Kelebihan resin akrilik 1. Estetika warna yang baik hampir
mirip dengan warna gusi
2.
Mudah direstorasi jika patah
3.
Mudah dibersihkan
4.
Kekuatan cukup
5.
Harga murah dan tahan lama
6.
Dapat dilapis dan dilekatkan kembali
7.
Relative lebih ringan
8.
Teknik pembuatan dan pemolesan
nya mudah
Kekurangan resin akrilik 1. Mudah patah 2. Menimbulkan macam - macam porositas 3. Penghantar panas yang buruk 4. Dimensi tidak stabil pembuatan, pemakaian dan reparasi 5. Resin menyerap cairan mulut sehingga mempengaruhi stabilitas warna 6.
pada orang tertentu dapat menimbukan alergi
sumber : Combe, EC. 1992. Sari Dental Material. Penerjemah : Slamat Tarigan. Jakarta : Balai Pustaka
2.5.2 Kekurangan Resin Akrilik Kekurangan resin akrilik 1. Mudah patah 2. Menimbulkan macam - macam porositas 3. Penghantar panas yang buruk 4. Dimensi tidak stabil pembuatan, pemakaian dan reparasi 5. Resin menyerap cairan mulut sehingga mempengaruhi stabilitas warna pada orang tertentu dapat menimbukan alergi sumber : Combe, EC. 1992. Sari Dental Material. Penerjemah : Slamat Tarigan. Jakarta : Balai Pustaka
2.6 Aplikasi Resin Akrilik 2.7 Manipulasi pada Resin Akrilik Manipulasi Rasio polimer:monomer adalah 3:1. Hal ini akan memberikan monomer yang cukup untuk membasahi keseluruhan partikel polimer. Ada dua jenis cara manipulasi resin akrilik, yaitu teknik molding-tekanan, dan teknik molding-penyuntikan.2 1. Teknik Molding-Tekanan Susunan gigi tiruan disiapkan untuk proses penanaman. Master model ditanam dalam dentak stone yang dibentuk dengan tepat. Permukaan oklusal dan insisal elemen gigi tiruan dibiarkan sedikit terbuka untuk memudahkan prosedur pembukaan kuvet. Penanaman dalam kuvet gigi tiruan penuh rahang atas. Pada tahap ini, dental stone diaduk dan sisa kuvet diisi. Penutup kuvet perlahan-lahan diletakkan pada tempatnya dan stone dibiarkan mengeras. Setelah proses pengerasan sempurna, malam dikeluarkan dari mold. Untuk melakukannya, kuvet dapat direndam dalam air mendidih selama 4 menit. Kuvet kemudian dikeluarkan/diangkat dari air dan kedua bagian kuvet dibuka. Kemudian malam lunak dikeluarkan. Penempatan medium pemisah berbasis alginat untuk melindungi bahan protesa. 2. Teknik Molding-Penyuntikan Setengah kuvet diisi dengan adukan dental stone dan model master diletakkan ke dalam stone tersebut. Stone dibentuk dan dibiarkan mengeras. Sprue diletakkan pada basis malam.
Permukaan oklusal dan insisal elemen gigi tiruan dibiarkan sedikit terbuka untuk memudahkan pengeluaran protesa. Pembuangan malam dengan melakukan pemisahan kedua bagian kuvet dan kemudian kuvet disatukan kembali. Resin disuntikkan ke dalam rongga mold. Resin dibiarkan dingin dan memadat. Kuvet dimasukkan ke dalam bak air untuk polimerisasi resin. Begitu bahan terpolimerisasi, resin tambahan dimasukkan ke dalam rongga mold. Setelah selesai, gigi tiruan dikeluarkan, disesuaikan, diproses akhir, dipoles. 2.8 Teknik Pembersihan pada Resin Akrilik 1. TEKNIK MEMBERSIHKAN GIGI TIRUAN AKRILIK (Ecket, Jacob, Fenton, Mericske, Stern. Prosthodontic treatment for edentulous patients. St. Louis: Mosby Inc. 2004. p. 190-205) A. Teknikmekanik Pembersihangigitiruansecaramekanik, yaitudenganmenyikatgigitiruanmenggunakansikatgigi yang
yang
lembutatausikatgiginilon
lembutdenganmenggunakan
air
dansabun.Tindakanpembersihanmekanissikatbiasanyacukupuntukmenghilangkansisasisamakanan
yang
melekatpadagigitiruan,
namuntidakefektifuntukdesinfeksigigitiruan.Penggunaansikatgigi yang kaku, pasta gigi yang
abrasif,
sepertikalsiumkarbonatatausilikaterhidrasi,
dapatmenyebabkanabrasipadabahanpolimerataumengakibatkangoresanpadapermukaanny a.Pasta gigidenganbeberapabahanabrasiflembut (natriumbikarbonatatau resin akrilik) dapatdigunakan. B. Pembersihgigtiruansecarakimia Pembersihkimia
yang
paling
umumdigunakanmenggunakanteknikperendamangigitiruanpadalarutanperoksidadanhipok lorit.Keuntungandaripembersihangigitiruandengancaraperendamanadalahpembersihan yang mencakupseluruhbagiandarigigitiruan, abrasi minimal pada basis gigitiruandangigi, danmerupakanteknik yang sederhana.
a. Pembersih Oxygenating Peroksidadisediakandalambentukbubukdan mengandungsenyawa
alkali,
deterjen,
tablet.Bahanyang natriumperborat,
danbubuk.Ketikabahaninidicampurdengan
air,
perboratnatriumperoksidateruraimelepaskanoksigen.Pembersihanadalahhasildarik emampuanoksidasidaridekomposisiperoksidadandarireaksieffervescent menghasilkanoksigen.
Hal
inisecaraefektifdapatmenghapus
deposit
organikdanmembunuhmikroorganisme.
Alkali
peroksidaadalahmetodeaman,
efektifmembersihkangigitiruandansterilisasi, khususnya di kalanganpasiengeriatri. b. Larutanhipoklorit Hipoklorit yang umumnyadigunakansebagaipembersihgigitiruanuntukmenghilangkanplakdannoda ringan, danmampumembunuhorganismepadagigitiruanadalahnatriumhipoklorit.Salah satuteknikpembersihangigitiruandenganperendamangigitiruandalamlarutansodium hipoklorit
5%
dandisertaipenyikatanpadagigitruan.Selainitu,
gigitiruandirendamdalamlarutan yang mengandung 1 sendok the hipoklorit (Clorox) dan 2 sendoktehdari glassy phosphate (Calgon) dalamsetengahgelas air, untukmengontrolkalkulus,
nodaberatpadagigitiruan.
Hipokloritalkalintidakdianjurkanuntukgigitiruan
yang
dibuatdaripaduanlogamtuang.Ion klorindapatmenyebabkankorosidanpenggelapandarilogamini.Larutanterkonsentras ihipokloritjugatidakbolehdigunakankarenapenggunaanjangkapanjan gdapatmengubahwarnagigitiruan resin B. Teknikpembersihan lain a. Unit ultrasonikmemberikangetaran
yang
dapatdigunakanuntukmembersihkangigitiruan. Bilateknikinidigunakan, gigitiruanditempatkanke unit pembersih, yang diisidenganlarutanpembersih.Tindakanpembersihandariagenpere ndamandilengkapiolehaksidebriding mekanikgetaranultrasonik.Meskipunefektif, teknikinimungkintidakcukupmenghilangkanplakpadapermukaangi gitiruan. b. Asam asamklorida,
yang
diencerkan
(asamsitrat,
isopropilalkohol,
ataucukarumahtanggabiasa)
tersediauntukmenghilangkanendapankeraspadagigitiruan. Cukajugadapatmembunuhmikroorganismetetapikurangefektifdib andingkandenganlarutan bleaching.Pembersihdenganbahanasam yang
diencerkanharusdigunakanhati-hati,
dangigitiruanharusdibilassecaramenyeluruhuntukmenghindarikon
takdenganbahankulitdanmukosa.Asamencerjugadapatmenyebab kankorosidaribeberapagigitiruanlogampaduan. c. Pembersihgigitiruan yang mengandungenzim (mutanesedanprotease) telahditunjukkandapatmengurangiplakgigitiruansecarasignifikan, dengan
15
menitperendamansetiaphari,
terutamaketika.dikombinasidenganmenyikatgigitiran. c. Penggunaanpolimersilikon. Pembersihinimemberikanlapisanpelindung,
yang
menghambatperlekatanbakterikepermukaangigitiruansampaiapli kasiberikutnya.