PENGINDERAAN JAUH 1.
Pendahuluan •
•
•
•
•
•
•
S5112002
Penginderaan Jauh merupakan ilmu dan teknologi pengumpulan informasi tentang permukaan bumi tanpa melakukan kontak langsung dengan objek bersangkutan” Ini dilakukan dengan penginderaan dan perekaman energi elektromagnetik yang dipantulkan kemudian memroses, menganalisa dan mengaplikasikan informasi tersebut. 3 tipe remote sensing : ➢ Visible-reflective infrared : Sumber radiasi berasal dari pantulan cahaya matahari, pancaran spektral sekitar 0.5- 3 m, spektrum elektromagnetik sinar ultraviolet dan cahaya tampak. ➢ Thermal infrared : Sumber radiasi berasal dari objek (temperature dan emisi), pancaran spectral dari emisi radiasi sekitar 3 - 10 m, spektrum elektromagnetik pantulan infrared dan thermal. ➢ Microwave : Radiasi bersumber dari radiasi gelombang mikro objek atau radar backscattering, spektrum elektromagnetik infrared dan gelombang mikro. Tipe Utama Sensor Satelit : ➢ Satelit Aktif : Wahana mengirim dan menerima radiasi elektromagnetik (Landsat, SPOT, NOAA, LIDAR,RADAR,SONAR) ➢ Satelit Pasif : Wahana hanya menerima radiasi elektromagnetik (ERS, Radarsat,ASTER,AVHRR) Fenomena yang mempengaruhi pengukuran : ➢ Interaksi dengan atmosfer (Solar illumination di atas atmosfer, difusi oleh molekul, absorpsi oleh gas, difusi oleh aerosol, dan solar illumination di permukaan laut) ➢ Surrounding area, gangguan akibat pantulan gelombang pada suatu objek terhadap objek lain. Interaksi radiasi gelombang : ➢ Interaksi dengan atmosfer : Scattering, terjadi ketika partikel atau gas molekul berukuran besar terdapat pada atmosfer yang berinteraksi dengannya dan menyebabkan radiasi elektromagnetik dihamburkan. Absorption, terjadi ketika molekul-molekul pada atmosfer menyerap energi pada panjang gelombang yang bervariasi. (ozone, carbon dioxide, dan uap air) ➢ Interaksi dengan target : Absorption, terjadi ketika radiasi diserap kedalam target. Transmission, terjadi ketika radiasi diteruskan oleh target. Reflection, terjadi ketika radiasi dipantulkan oleh target. Jenis Reflektansi : ➢ Specular Reflection : Terjadi jika permukaan target halus maka karakteristik permukaan tersebut seperti cermin dimana hampir semua energi dipantulkan dengan arah yang sama. ➢ Diffuse Reflection : Terjadi jika permukaan target kasar dimana energi dipantulkan secara merata ke semua arah. ➢ Apakah target tertentu memantulkan secara specular maupun diffuse tergantung pada sifat permukaan itu sendiri (surface roughness) dan perbandingannya dengan panjang gelombang radiasi datang. Jika panjang gelombang jauh lebih kecil/pendek daripada variasi permukaan atau ukuran partikel pembentuk permukaan tersebut maka pantulan diffuse yang akan dominan. Sebagai contoh, ‘fine-grained sand’ akan tampak agak halus pada gelombang mikro, tetapi agak kasar pada gelombang cahaya tampak. Karakteristik Orbit Satelit : ➢ Orbit Geostasioner : Orbit yang sangat tinggi (36000 km) dengan kecepatan rotasi yang hamper sama dengan kecepatan rotasi bumi sehingga tampak seperti diam terhadap permukaan bumi. ➢ Orbit Near Polar : Orbit utara – selatan bersamaan dengan rotasi bumi dengan inklinasi kurang dari 90 derajat dengan ketinggian sekitar 400 – 1500 km sehingga dapat mencakup seluruh
PENGINDERAAN JAUH
•
•
• •
2.
permukaan bumi dalam waktu tertentu. Terdapat 2 tipe orbit ini yaitu , sun-synchronous dimana akan mengcover setiap area di bumi pada waktu local yang sama setiap harinya. Dan non-sunsynchronous, lawan dari sun-synchronous. ➢ Orbit Polar : memiliki inklinasi 90 derajat. Orbit ini sangat bermanfaat untuk mengamati permukaan bumi karena satelit mengorbit dalam arah Utara-Selatan dan bumi berputar dalam arah Timur-barat, maka satelit berorbit polar akhirnya akan dapat mengcover seluruh permukaan bumi. Akuisisi Citra : ➢ CCD array multispectral radiometer : terdiri dari 6000 detektor dengan lebar sapuan 60 km dan panjang GSD 10 atau 20 m serta arah rekaman memanjang. (SPOT) ➢ Multispectral scanning radiometer : lebar sapuan 185 km dengan arah rekaman melebar (kanan dan kiri ). (MSS dan TM) Resolusi Citra : ➢ Spasial : Resolusi ini merujuk pada ukuran objek terkecil (yang terdapat di permukaan bumi) yang dapat dikenali (dibedakan). ➢ Spektral : Resolusi ini merujuk pada ukuran objek terkecil (yang terdapat di permukaan bumi) yang dapat dikenali (dibedakan). ➢ Radiometrik : Resolusi ini merujuk pada batas-batas spektral, domain, atau lebar band (radiasi elektromagnetik) yang direkam oleh sistem sensor satelit yang bersangkutan. ➢ Temporal : Resolusi ini merujuk pada sistem satelit remote sensing saat melakukan pengambilan gambar bagian permukaan bumi yang sama secara berurutan (periode waktu pengambilan gambar). Interpretasi Visual : ➢ Tone, Shape, Size, Pattern, Texture, Shadow, Association. Jenis Scanner : ➢ Line Array : menggunakan detektor tunggal dan men-scan keseluruhan ‘scene’ secara simultan. ➢ Whiskbroom scanner : menggunakan cermin untuk memantulkan cahaya ke detektor tunggal. Cermin bergerak bolak-balik, untuk mengumpulkan pengukuran dari satu pixel dalam gambar pada suatu waktu (TM). Whiskbroom scanner menyapu dalam arah tegak lurus terhadap jalur penerbangan, mengumpulkan satu piksel pada suatu waktu. Kelemahan, membutuhkan biaya yang mahal ➢ Pushbroom Scanner : menggunakan garis detektor diatur tegak lurus terhadap arah penerbangan dari pesawat ruang angkasa. Sebagai pesawat ruang angkasa terbang ke depan, gambar dikumpulkan satu baris pada satu waktu, dengan semua piksel dalam garis yang diukur secara simultan. Kelemahan, Jika mereka tidak sempurna dikalibrasi, hal ini dapat mengakibatkan garis-garis dalam data.
Koreksi Radiometrik • Koreksi Radiometrik merupakan teknik perbaikan citra satelit untuk memperbaiki nilai piksel supaya sesuai dengan yang seharusnya, biasanya mempertimbangkan faktor gangguan atmosfer sebagai sumber kesalahan utama. Efek atmosfer menyebabkan nilai pantulan obyek dipermukaan bumi yang terekam oleh sensor menjadi bukan merupakan nilai aslinya, tetapi menjadi lebih besar oleh karena adanya hamburan atau lebih kecil karena proses serapan. Kondisi kecerahan data citra selain
S5112002
PENGINDERAAN JAUH
•
•
S5112002
pengaruh dari kondisi dan efek atmosfir, juga dipengaruhi oleh sudut sinar matahari dan sensitifitas sensor. Jenis Kesalahan Radiometrik berdasarkan sumbernya diantaranya : ➢ Sensor and Processing Effects (Noise) : ❖ Stripping atau banding seringkali terjadi pada data citra yang diakibatkan oleh ketidakstabilan detektor. Striping atau banding merupakan fenomena ketidak konsistenan perekaman detektor untuk band dan areal perekaman yang sama. Line Stripping dikoreksi menggunakan histogram per detektor ❖ Line dropout Terjadi karena masalah rekaman ketika salah satu dari detektor sensor yang bersangkutan memberikan data yang salah atau berhenti berfungsi. Landsat ETM, misalnya, memiliki 16 detektor di semua band-nya, kecuali band termal Hilangnya salah satu detektor akan menghasilkan setiap garis scan keenam belas menjadi string nol yang akan ditampilkan sebagai garis hitam pada citra. Line drop out biasanya 'diperbaiki' dengan mengganti baris dengan nilai-nilai pixel di baris di atasnya atau di bawahnya, atau dengan rata-rata keduanya. ❖ Atmospheric path radiance istilah yang merujuk pada komponen radiasi yang diterima oleh sensor yang tidak berasal dari target tetapi melalui hamburan di atmosfer bumi. merupakan fenomena yang disebabkan oleh debu, kabut, atau asap seringkali menyebabkan efek bias dan pantul pada detektor, sehingga fenomena yang berada di bawahnya tidak dapat terekam secara normal. ➢ Atmospheric Effects : ❖ Rayleigh Scattering, disebabkan oleh hamburan dari gas atmosfer. Hal ini terjadi ketika partikel lebih kecil dari ukuran panjang gelombang radiasi elektromagnetik. ❖ Mie Scattering, disebabkan oleh aerosol (debu,asap,uap air,dll). terjadi ketika dimensi dari dimensi partikel jauh lebih besar dari ukuran panjang gelombang radiasi elektromagnetik. ❖ Haze Reduction, dihasilkan oleh hamburan atmosfer, yang umumnya menggunakan model Teori Mie. Jenis hamburan disebabkan oleh partikel yang lebih besar hadir di atmosfer, termasuk debu, asap, serbuk sari dan tetesan air. Distribusi spasial partikel tergantung pada kondisi cuaca (angin, kandungan uap air, dll) dan lokasi sumber debu. ➢ Topography effects ❖ Sun Angle effect, disebabkan oleh pengaruh sudut elevasi matahari, sehingga menyebabkan perubahan pencahayaan pada permukaan bumi karena sifat dan kepekaan objek menerima tenaga dari luar tidak sama serta perubahan radiasi permukaan objek disebabkan oleh perubahan sudut pengamatan sensor. Perubahan radiasi permukaan objek menyebabkan perubahan kecerahan citra. Perubahan sudut penyinaran matahari terhadap zenit dan jarak matahari ke bumi mempengaruhi irradiasi matahari yang sampai ke objek di permukaan bumi, sehingga menyebabkan perubahan pada nilai piksel pada rekaman gambar di permukaan bumi. da beberapa metode yang digunakan dalam koreksi topografi, yaitu Cosine Correction, Minnaert Correction, dan Normalization Method. Koreksi radiometrik diklasifikasikan menjadi dua jenis : ➢ Absolute Correction : reflektansi harus diukur atau diubah dengan menggunakan data sensor kalibrasi, sudut matahari dan sudut pandang, model atmosfer dan data reflektansi permukaan yg diambil secara langsung. Namun tidak dapat diterapkan dalam sebagian besar aplikasi, oleh karena itu koreksi relatif diterapkan karena model atmosfer begitu rumit dan pengukuran yang tepat dari kondisi atmosfer sulit.
PENGINDERAAN JAUH ➢
3.
Relative Correction : adalah untuk menormalkan data multi-temporal diambil pada tanggal yang berbeda dengan data referensi yang dipilih pada waktu tertentu.
Koreksi Geometrik • • •
•
•
•
•
S5112002
Koreksi geometrik adalah transformasi citra hasil penginderaan jauh sehingga citra tersebut mempunyai sifat-sifat peta dalam bentuk, skala dan proyeksi. Koreksi Geometrik adalah koreksi posisi citra akibat kesalahan yang disebabkan oleh konfigurasi sensor, perubahan ketinggian, posisi dan kecepatan wahana. Koreksi geometrik dilakukan untuk mengurangi kesalahan yang disebabkan oleh gerak sapuan penjelajah dan satelit, gerak perputaran dari bumi dan factor kelengkungan bumi yang mengakibatkan pergeseran posisi terhadap system koordinat referensi. Dalam hal ini proses koreksi Geometrik dilakukan dengan mentransformasikan posisi setiap piksel yang ada di citra terhadap posisi obyek yang sama di permukaan bumi dengan memakai beberapa titik control tanah. Rektifikasi adalah suatu proses melakukan transformasi data dari satu sistem grid menggunakan suatu transformasi geometrik. Oleh karena posisi piksel pada citra output tidak sama dengan posisi piksel input (aslinya) maka piksel-piksel yang digunakan untuk mengisi citra yang baru harus diresampling kembali. Registrasi adalah penyamaan posisi antara satu citra dengan citra lainnya dengan mengabaikan sistem koordinat dari citra yang bersangkutan. Penyamaan posisi ini kebanyakan dimaksudkan agar posisi piksel yang sama dapat dibandingkan. Dalam hal ini penyamaan posisi citra satu dengan citra lainnya untuk lokasi yang sama. Tujuan koreksi geometrik : ➢ Melakukan rektifikasi (pembetulan) atau restorasi (pemulihan) citra agar koordinat citra sesuai dengan koordinat geografis. ➢ Meregistrasi (mencocokan) posisi citra dengan citra lain yang sudah terkoreksi (image to image rectification) atau mentransformasikan system koordinat citra multispectral dan multi temporal. ➢ Meregistrasi citra ke peta atau transformasi system koordinat citra ke koordinat peta (image to map rectification), sehingga menghasilkan citra dengan system proyeksi tertentu. Internal Geometric Error : ➢ Skew caused by earth rotation effects : satelit pengamatan bumi dengan orbit sun-synchronous merekam citra dengan arah dari utara ke selatan. Sementara bumi berotasi pada porosnya dari arah barat ke timur. Interaksi antara orbit satelit dengan rotasi bumi ini menyebabkan skews pada geometri citra yang diperoleh. ➢ Scanning System-induced variation in gorund resolution cell size : sistem pemindaian multispektral suborbital dapat beroperasi hanya puluhan kilometer AGL dengan bidang pemindaian pandang mungkin 70 °. Hal ini menyebabkan berbagai jenis distorsi geometris yang sulit untuk memperbaiki. ➢ Scanning system one-dimensional relief displacement : Citra yang diperoleh dengan menggunakan sistem pemindaian across-track juga mengandung relief displacement. Namun, bukannya radial dari titik utama tunggal seperti dalam foto udara vertikal, perpindahan berlangsung dalam arah yang tegak lurus terhadap garis penerbangan untuk setiap garis scan. Akibatnya, resolusi unsure tanah pada fungsi nadir seperti titik utama untuk setiap baris scan. ➢ Scanning system tangential scale distortion : Cermin pada sistem pemindaian across-track berputar pada kecepatan konstan dan biasanya dilihat dari 70° sampai 120° dari permukaan
PENGINDERAAN JAUH
•
•
•
S5112002
topografi selama satu garis scan. Tentu saja, besarnya tergantung pada sistem sensor yang spesifik. Permukaan topografi di bawah pesawat (di titik nadir) lebih dekat dengan pesawat dari permukaan topografi di tepi selama sapuan tunggal cermin. Oleh karena itu, karena cermin berputar dengan laju yang konstan, sensor memindai jarak geografis yang lebih pendek di titik nadir daripada yang dilakukannya di tepi citra. Hubungan ini cenderung untuk menekan unsur sepanjang sumbu yang tegak lurus terhadap garis penerbangan. Semakin besar jarak sel tanahresolusi dari nadir, semakin besar kompresi skala citra. Eksternal Geometric Error : Biasanya disebabkan oleh fenomena yang berbeda-beda di alam melalui ruang dan waktu. Variabel eksternal yang paling penting yang dapat menyebabkan kesalahan geometris pada data sensor ialah gerakan acak oleh wahana tepat pada waktu perekaman citra, yang biasanya terdiri: ➢ Altitude, sebagai contoh sistem penginderaan jauh diterbangkan pada ketinggian konstan di atas permukaan tanah (AGL) mengakibatkan citra dengan skala yang seragam sepanjang flightline. Jika pesawat udara atau pesawat ruang angkasa secara bertahap mengubah ketinggian di sepanjang flightline, maka skala citra akan berubah. ➢ Attitude, Platform satelit biasanya stabil karena mereka tidak diterpa turbulensi atmosfer atau angin. Sebaliknya, pesawat suborbital harus terus-menerus bersaing dengan Gerakan udaral atmosfer, updrafts, downdrafts, head-winds, tail-winds, and cross-winds ketika mengumpulkan data sensor remote. Bahkan ketika platform penginderaan jauh mempertahankan ketinggian AGL konstan, mungkin memutar secara acak pada tiga sumbu yang terpisah yang biasa disebut sebagai roll, pitch, dan yaw. Tipe Koreksi Geometrik : ➢ Image-to-map rectification adalah proses dimana geometri dari suatu gambar dibuat planimetris. Setiap kali daerah, arah, dan pengukuran jarak yang akurat diperlukan, Image-tomap rectification harus dilakukan. Proses Image-to-map rectification biasanya melibatkan pemilihan koordinat piksel citra GCP (baris dan kolom) dengan koordinat titik sekutu pada peta (misalnya, meter northing dan arah timur di Universal Transverse Mercator proyeksi peta). ➢ Image-to-image registration adalah proses penyelarasan translasi dan rotasi dimana dua citra dengan geometri dan wilayah geografis yang sama diposisikan bertepatan dengan satu sama lain sehingga unsur-unsur yang sesuai dari luas tanah yang sama muncul di tempat yang sama pada citra yang telah teregistrasi. Jenis koreksi geometrik ini tidak perlu memiliki setiap pixel diberi x dan y dengan nilai koordinat dalam proyeksi peta. Sebagai contoh, kita mungkin ingin melakukan pemeriksaan sepintas dari dua gambar yang diperoleh pada tanggal yang berbeda untuk melihat apakah perubahan telah terjadi. Image to Map Geometric Rectification Logic : ➢ Interpolasi spasial, Hubungan geometris antara koordinat masukan pixel (kolom dan baris, disebut sebagai x, y dan peta terkait koordinat titik yang sama ini (x, y) harus diidentifikasi. Sejumlah pasangan GCP yang digunakan untuk menetapkan sifat geometris transformasi koordinat yang harus diterapkan untuk memperbaiki atau mengisi setiap pixel pada gambar output (x, y) dengan nilai dari pixel pada gambar masukan unrectified (x, y). ➢ Interpolasi Intensitas, Nilai kecerahan piksel harus ditentukan. Sayangnya, tidak ada langsung hubungan antara pergerakan nilai input pixel satu-ke-satu ke lokasi keluaran pixel. Ini akan menunjukkan bahwa pixel pada gambar output diperbaiki sering membutuhkan nilai dari pixel kotak masukan yang tidak jatuh rapi di deretan-dan-kolom koordinat. Ketika ini terjadi, harus ada mekanisme untuk menentukan nilai kecerahan (BV) yang akan ditugaskan ke output diperbaiki pixel.
PENGINDERAAN JAUH •
•
4.
Logika pengisian pixel pada interpolasi intensitas : ➢ Input to output, Logika mengisi output matriks yg telah diperbaiki dengan nilai-nilai dari citra masukan matriks yang belum diperbaiki menggunakan input-to-output (forward) logika pemetaan. Output x, y lokasi tidak jatuh tepat pada integer x dan y peta keluaran koordinat. Bahkan, dengan menggunakan maju logika pemetaan dapat menghasilkan output yang matriks piksel dengan tidak ada nilai output. ➢ Output to input, Logika mengisi output matriks yang telah diperbaiki dengan nilai-nilai dari citra masukan matriks yang belum diperbaiki menggunakan output to input (inverse) logika pemetaan dan tetangga terdekat-resampling. Metode ini paling sering digunakan karena matriks pada citra output memiliki nilai di seluruh piksel. Intensity Interpolation : berkaitan dengan ekstraksi pada nilai kecerahan (brightness value) pada lokasi x,y dalam citra masukan asli. 3 jenis interpolasi intensitas diantaranya : ➢ Nearest neighbor, DN dari sebuah piksel dalam matriks output ditandai sebagai ditugaskan sebagai DN dari piksel terdekat dalam citra yang terdistorsi. Kelebihan, komputasi yang simple dan pemeliharaan nilai keaslian. Kerugian, offset spasial naik menjadi ½ piksel. ➢ Bilinear Interpolation, Menetapkan nilai output pixel dengan nilai brightness interpolasi dalam dua arah orthogonal pada citra masukan. Bobot jarak rerata dari nilai DN mendekati 4 pixel. Keuntungan, citra output lebih smooth dibandingkan metode nearest neighbor method. Kerugian mengubah keaslian nilai DN. ➢ Cubic Convolution, Menetapkan nilai-nilai output piksel dalam banyak cara yang sama seperti interpolasi bilinear, kecuali bahwa nilai-nilai berbobot 16 piksel sekitar lokasi x diinginkan ', y' pixel digunakan untuk menentukan nilai piksel output. Menggunakan DN dari 16 piksel terdekat yang disesuaikan oleh jarak. Kelebihan, citra keluaran (output). Kekurangan, perubahan nilai DN asli.
Image Enhancement •
•
•
S5112002
image enhancement adalah proses perbaikan kualitas citra dengan cara memanipulasi nilai digital number pada pixel dlm suatu citra seperti perbaikan kontras, penajaman, pemberian warna semu, pengurangan derau, filtrasi dll yang bertujuan untuk mengekstrak informasi, menyaring unsur penting dan menghilangkan unsur yang tidak penting pada citra. Image enhancement dalam domain frekuensi didasarkan pada manipulasi dari perubahan orthogonal citra dari citra itu sendiri. Teknik domain frekuensi ini cocok untuk memproses citra sesuai dengan frekuensinya. Prinsip dari metode ini terdiri dari komputasi 2-D dikrit, memanipulasi koefisien transformasi dan melakukan invers transformasi. Image enhancement dalam domain spasial mengaplikasikan modifikasi transformasi pada citra dimana model/fungsi transformasi yang akan menentukan citra output. Dalam spasial domain image enhancement dapat dilakukan dengan dua cara yaitu : ➢ Point Processing adalah operasi domain spasial dimana setiap pixel pada citra output merupakan fungsi dari skala keabuana dari citra yang posisinya sesuai dengan citra input dan hanya pada pixel tersebut. Point processing juga mengacu pada operasi manipulasi skala keabuan yang tidak dapat merubah hubungan spasial dari citra. ➢ Neighborhood Processing adalah operasi domain spasial yang dilakukan untuk merubah skala keabuan pixel yang dilakukan pada suatu pixel beserta pixel disekitarnya. Proses ini menghasilkan sebuah pixel output berdasarkan dari posisi pixel yang sesuai pada citra input berbasiskan pada
PENGINDERAAN JAUH
•
S5112002
pixel tetangganya (disekitarnya). Ukuran dari pixel disekitarnya bervariasi yaitu 3x3, 5x5 dan hingga 63x63. Pendekatan point processing dapat diklasifikasikan dalam 4 kategori : ➢ Digital Image Negative [T(f)=L-f], di mana nilai-nilai tingkat keabuan dari piksel dalam suatu citra dibalik (inverse) untuk mendapatkan citra negatif. citra negatif berguna untuk meningkatkan detail yang putih atau abu-abu tertanam dalam daerah gelap dari suatu citra. Contohnya pada aplikasi citra X-ray. ➢ Thresholding, dapat dicapai dalam skala keabuan ternormalisasi. Nilai pixel hanya terdiri dari 0 atau 1, disebut juga citra biner. Sangat berguna untuk segmentasi citra. ➢ Dynamic range compression (logarithmic transformation) [T(f)=c*log(1+f)], merupakan transformasi yang membuat skala keabuan sempit menjadi lebih luas seperti memperluas nilai pixel cerah dan mempersempit nilai pixel gelap. Transformasi ini digunakan untuk meningkatkan intensitas kecerahan suatu citra. Inverse logarithmic transformation merupakan transformasi yang membuat sekala keabuan luas menjadi sempit seperti memperluas nilai pixel gelap dan mempersempit nilai pixel cerah. Kedua transformasi ini secara khusus digunakan ketika nilai skala keabuan dari suatu citra memiliki besar rentang yang ekstrim. Power law transform [T(f)=c*f], membuat rentang yang sempit dari suatu nilai pixel gelap menjadi rentang yang lebih besar dan rentang besar dari nilai pixel cerah menjadi lebih sempit. ➢ Piecewise linier transformations : ❖ Contrast Stretching adalah salah satu teknik peningkatan citra melibatkan pengolahan citra agar telihat lebih baik untuk pengelihatan manusia. Biasanya digunakan pada pascapengolahan dengan modifikasi contrast atau dynamic range atau keduanya. Tujuannya ialah untuk mengatur kontras local di berbagai daerah citra sehingga rincian di daerah gelap atau terang. Peningkatan kontras biasanya diterapkan pada citra input untuk mendapatkan representasi visual dari citra dengan mengubah nilai pixel asli menggunakan fungsi transformasi. ❖ Gray level slicing (intensity slicing) adalah teknik lain dari piecewise linier transformations di mana skala keabuan atau intensitas memotong cahaya terang pada rentang tertentu dari skala keabuan citra asli. Transformasi ini memungkinkan segmentasi dari skala keabuan daerah tertentu pada suatu sisi citra. Teknik ini berguna ketika unsur berbeda pada suatu citra mengandung skala keabuan yang berbeda. ❖ Bit plane slicing adalah teknik lain dari piecewise linier transformations yang menyoroti kontribusi yang diberikan terhadap penampilan keseluruhan citra oleh bit tertentu yang digunakan untuk tingkat keabuan pixel dan menentukan kecukupan jumlah bit yang digunakan untuk mengkuantifikasi setiap pixel dalam citra.