SAMPLING AUDIT
Definisi dan Tujuan Sampling Audit
Ikatan Akuntansi Indonesia melalui Standar Profesional Akuntan Publik Seksi 350 mendefinisikan sampling audit sebagai:
penerapan prosedur audit terhadap unsur-unsur suatu saldo akun atau kelompok transaksi yang kurang dari seratus persen dengan tujuan untuk menilai beberapa karakteristik saldo akun atau kelompok transaksi tersebut.
Sampling audIt dapat diterapkan baik untuk melakukan pengujian pengendalian, maupun pengujian substantif. Meskipun demikian, auditor biasanya tidak menerapkan sampling audit dalam prosedur pengujian yang berupa pengajuan pertanyaan atau tanya jawab, observasi, dan prosedur analitis. Sampling audit banyak diterapkan auditor dalam prosedur pengujian yang berupa vouching, tracing, dan konfirmasi. Sampling audit jika diterapkan dengan semestinya akan dapat menghasilkan bukti audit yang cukup, sesuai dengan yang diinginkan standar pekerjaan lapangan yang ketiga.
Ketidakpastian dalam Sampling Audit
Standar pekerjaan lapangan kedua dan ketiga mengindikasikan pengakuan adanya suatu ketidakpastian dalam audit. Auditor mengakui adanya faktor-faktor seperti biaya dan waktu yang diperlukan untuk melakukan pemeriksaan baik atas sampel data maupun atas seluruh data. Semakin banyak sampel yang diambil, semakin banyak waktu dan biaya yang diperlukan. Auditor juga mengakui adanya konsekuensi negative dari kemungkinan kesalahan pengambilan keputusan yang didasarkan atas kesimpulan hasil audit terhadap data sampel semata.
Auditor menerima ketidakpastian atas dasar adanya hubungan antara faktor-faktor biaya dan waktu yang diperlukan untuk melakukan pemeriksaan atas semua data, dengan konsekuensi negative akibat kesalahan keputusan yang didasarkan atas kesimpulan yang dihasilkan dari audit terhadap data sampel semata. Ada trade off antara kedua hal tersebut. Apabila auditor ingin mengurangi kemungkinan kesalahan keputusan tersebut, auditor harus menambah jumlah sampel. Hal ini mengakibatkan peningkatan biaya dan waktu yang diperlukan. Sebaliknya, apabila auditor ingin mengurangi biaya dan waktu untuk melakukan pemeriksaan, maka auditor harus mengurangi jumlah sampel. Hal ini akan memperbesar kemungkinan kesalahan pengambilan keputusan yang didasarkan atas kesimpulan hasil audit terhadap data sampel tersebut.
Auditor dapat memutuskan untuk menerima beberapa ketidakpastian yang timbul akibat pelaksanaan sampling. Hal tersebut ditempuh auditor apabila biaya yang waktu yang diperlukan untuk melakukan pemeriksaan atas semua data lebih besar daripada konsekuensi negatif dari kemungkinan kesalahan pemberian pendapat auditor dari audit terhadap data sampel semata. Karena hal tersebut biasa terjadi dalam audit laporan keuangan, maka sampling banyak digunakan dalam auditing.
Ketidakpastian yang melekat dalam penerapan berbagai prosedur audit disebut dengan risiko audit. Risiko audit terdiri atas risiko bawaan, risiko pengendalian, dan risiko deteksi. Dengan menggunakan pertimbangan profesional, auditor menilai berbagai faktor untuk menentukan risiko bawaan dan risiko pengendalian dan melakukan pengujian substantif untuk membatasi risiko deteksi. Pengujian pengendalian baru dilaksanakan apabila terjadi penentuan risiko pengendalian pada tingkat yang lebih rendah daripada tingkat maksimum.
Ketidakpastian meliputi:
Ketidakpastian yang disebabkan langsung oleh pengguna sampling (risiko sampling).
Ketidakpastian yang disebabkan faktor selain sampling (risiko non sampling).
Risiko Sampling
Risiko sampling berkaitan dengan kemungkinan bahwa sampel yang diambil bukan sampel yang representatif. Risiko sampling timbul dari kemungkinan bahwa kesimpulan auditor bila menggunakan sampling mungkin menjadi lain dari kesimpulan yang akan dicapai bila cara pengujian yang sama diterapkan tanpa sampling. Tingkat risiko sampling mempunyai hubungan yang terbalik dengan ukuran sampel. Semakin kecil ukuran sampel, semakin tinggi risiko samplingnya. Sebaliknya, semakin besar ukuran sampel, semakin rendah risiko samplingnya.
Auditor harus menerapkan pertimbangan professional dalam menentukan besarnya risiko sampling. Risiko sampling dapat dibedakan atas:
Risiko sampling dalam pengujian substantif atas detail atau rincian
Risiko sampling dalam melaksanakan pengujian pengendalian.
Dalam menyelenggarakan pengujian substantif, auditor memperhatikan dua aspek penting dari risiko sampling, yang meliputi:
Risiko keliru menerima (risk of incorrect acceptance)
Risiko keliru menerima adalah risiko bahwa auditor menerima kesimpulan, berdasarkan hasil sampel, bahwa suatu saldo akun dari laporan tersebut disajikan secara wajar, padahal pada kenyataannya saldo akun tersebut mengandung salah saji secara material. Risiko keliru menerima berkaitan dengan efektivitas audit dalam pendektesian terhadap ada tidaknya salah saji yang material.
Risiko keliru menolak (risk of incorrect rejection)
Risiko keliru menolak merupakan bahwa risiko auditor mengambil kesimpulan berdasarkan hasil sampel bahwa saldo akun berisi salah saji secara material, padahal pada kenyataanya saldo akun tidak berisi salah saji secara material. Risiko keliru menolak berkaitan dengan efisiensi audit. Meskipun audit dilaksanakan kurang efisien dalam kondisi tersebut, tetapi audit tetap dilaksanakan secara efektif.
Dalam menyelenggarakan pengujian pengendalian, auditor memperhatikan dua aspek penting dalam risiko sampling, yang meliputi:
Risiko penentuan tingkat rasio pengendalian yang terlalu rendah (risk of assessing control risk too low)
Adalah risiko yang tejadi karena menentukan tingkat risiko pengendalian, berdasar hasil sampel, terlalu rendah dibandingkan dengan efektivitas operasi prosedur atau kebijakan yang sesungguhnya. Risiko ini berkaitan dengan efektivitas audit.
Risiko penentuan tingkat rasio pengendalian yang terlalu tinggi (risk of assessing control risk too high)
Adalah risiko yang tejadi karena menentukan tingkat risiko pengendalian, berdasar hasil sampel, terlalu tinggi dibandingkan dengan efektivitas operasi prosedur atau kebijakan yang sesungguhnya. Risiko ini berkaitan dengan efisiensi audit. Misalnya, jika penilaian auditor atas sampel menuntunnya pada penentuan tingkat risiko pengendalian yang terlalu tinggi, maka biasanya auditor akan memperluas lingkup pengujian substanstif untuk mengkompensasi anggapannya atas ketidakefektifan prosedur atau kebijakan struktur pengendalian intrern.
Seluruh risiko baik yang berkaitan maupun yang tidak berkaitan dengan sampling memungkinkan kesalahan pemberian pendapat. Auditor kemunkinan dapat memberikan pernyataan wajar atas nilai buku yang mengandung salah saji yang material. Kesalahan pemberian pendapat auditor dapat disebabkan oleh kombinasi kemungkinan kesalahan berikut:
Kesalahan material yang terjadi dalam laporan keuangan
Struktur pengendalian intern gagal mendeteksi dan melakukan korelasi kesalahan
Prosedur audit yang dilaksanakan auditor, gagal mendeteksi kesalahan.
Risiko Non Sampling
Risiko non sampling meliputi semua aspek risiko audit yang tidak berkaitan dengan sampling. Risiko ini tidak akan pernah dapat diukur secara matematis. Risiko non sampling timbul karena:
Kesalahan manusia seperti gagal mengakui kesalahan dalam dokumen.
Kesalahan pemilihan maupun penerapan prosedur audit yang tidak sesuai dengan tujuan audit.
Salah interpretasi hasil sampel.
Walaupun tidak dapat diukur secara matematis risiko non sampling ini dapat ditekan auditor dengan cara sebagai berikut:
Melakukan perencanaan yang tepat.
Melakukan pengawasan atau supervise yang tepat.
Menerapkan standar pengendalian kualitas yang ketat atas pelaksanaan audit.
Pendekatan Sampling Audit
Standar professional akuntan public pada standar pekerjaan lapangan ketiga menyatakan bahwa:
"Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, pengajuan pertanyaan, dan konfirmasi sebagai dasar yang memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan auditan".
Ada dua pendekatan umum dalam sampling audit yang dapat dipilih auditor untuk memperoleh bukti audit kompeten yang cukup. Kedua pendekatan tersebut adalah:
Sampling statistik.
Sampling non statistik.
Kedua pendekatan tersebut mengharuskan auditor untuk menggunakan pertimbangan profesionalnya dalam melakukan perencanaan dan pelaksanaan rencana sampling. Auditor harus menggunakan pertimbangan profesionalnya dalam melaksanakan pengevaluasian hasil sampling. Sampling statistic dan sampling non statistic mengharuskan auditor untuk menggunakan pertimbangan profesionalnya dalam menghubungkan bukti audit yang dihasilkan melalui pengambilan sampel dengan bukti audit lain, dan dalam mengambil kesimpulan atas saldo akun atau kelompok transaksi yang berkaitan.
Cukup tidaknya bahan bukti berkaitan dengan rancangan dan ukuran sampel audit. Penilaian kompetensi bukti audit semata-mata merupakan pertimbangan audit. Penilaian sampel hanya berkaitan dengan kemungkinan bahwa keberadaan salah saji, atau penyimpangan moneter dari kebijakan dan prosedur struktur pengendalian intern yang ditetapkan adalah dimasukkan dalam sampel secara proporsional. Oleh karena itu pemilihan metode sampling statistik atau sampling non statistik tidak secara langsung mempengaruhi keputusan auditor mengenai :
Prosedur audit yang akan diterapkan atas sampel yang dipilih.
Kompetensi bukti audit yang diperoleh berkaitan dengan item sampel individual.
Tanggapan auditor atas kesalahan yang ditemukan dalam item sampel.
Pemilihan antara kedua pendekatan tersebut didasarkan pada pertimbangan manfaat dan biaya. Sampling non statistik mungkin lebih murah biayanya, tetapi manfaat sampling statistik mungkin lebih besar. Dalam sampling non statistik penentuan dan pengevaluasian sampel dilakukan secara subjektif atas dasar pengalaman auditor, sehingga mungkin terjadi sampel yang terlalu besar atau terlalu kecil. Namun demikian, sampling non statistik dapat menghasilkan efektivitas yang sama dengan sampling statistik.
Kedua pendekatan sampling tersebut merupakan subjek risiko sampling dan risiko non sampling. Auditor dapat menggunakan sampling statistik maupun sampling non statistik atau kedua-duanya dalam melaksanakan pengujian audit.
Sampling Statistik
Sampling Statistik lebih banyak memerlukan biaya daripada sampling non statistik. Biaya tersebut dikeluarkan berkaitan dengan:
Biaya pelaksanaan training bagi staf auditor untuk menggunakan statistik.
Biaya pelaksanaan implementasi rencana sampling statistik.
Tingginya biaya sampling statistik dikompensasi dengan tingginya manfaat yang dapat diproleh melalui pelaksanaan sampling statistik. Sampling statistik lebih memberikan manfaat daripada sampling non statistik.
Sampling statistik menguntungkan manajemen dalam tiga hal berikut:
Perancangan sampel yang efisien.
Pengukuran kecukupan bukti yang dihimpun.
Pengevaluasian hasil sampel.
Disamping itu, sampling statistik mendukung auditor untuk mengkuantifikasi dan mengendalikan risiko sampling. Ada dua macam teknik sampling statistik, yaitu:
Attribute sampling
Teknik ini digunakan dalam pengujian pengendalian. Kegunaannya adalah untuk memperkirakan tingkat deviasi atau penyimpangan dari pengendalian yang ditentukan dalam populasi.
Variables sampling
Teknik ini digunakan dalam pengujian substantif, kegunaan variables sampling adalah untuk memperkirakan jumlah rupiah total dari populasi atau jumlah rupiah kesalahan dalam populasi
Sampling Non Statistik
Sampling non statistik merupakan pengambilan sampel yang dilakukan berdasar kriteria subjektif. Auditor dapat menentukan besarnya sampel yang diambil dalam sampling non statistik, dengan melakukan pertimbangan subjektif berdasar pengalamannya. Pelaksanaan evaluasi atas sampel juga dilakukan berdasar kriteria sebjektif dan pengalaman auditor yang bersangkutan.
Dalam sampling non statistik, auditor menghadapi kemungkinan terjadinya:
Terlalu banyak sampel yang digunakan melebihi yang diperlukan, yang mengakibatkan pemborosan waktu dan biaya.
Terlalu sedikit sampel yang digunakan sehingga mengakibatkan ketidakefisienan pengambilan sampel.
Terlalu ekstensif kecukupan bukti audit yang berdasarkan sampel. Dengan demikian, auditor menghimpun terlalu banyak bukti dari yang diperlukan untuk memperoleh dasar yang memadai untuk memberikan pendapat auditor.
Kurangnya kecukupan bukti yang berdasarkan sampel. Hal ini mengakibatkan semakin besarnya kemungkinan kesalahan auditor dalam mengambil kesimpulan atas kewajiban laporan keuangan.
Terlepas dari kemunkinan terjadinya berbagai ketidakefisienan dan ketidakefisienan pengambilan sampel di atas, sampling non statistic yang direncanakan secara tepat seefektif sampling statistik.
Pemilihan sampling non statistik atau sampling statistik tidak berdampak pada prosedur audit yang diterapkan kedalam sampling. Hubungan antara sampling non statistik dan sampling statistik ditunjukkan sebagai berikut:
Pendekatan
samplingSeberapa banyak item yang akan diujikan ?Dokumentasi Kesimpulan Menentukan prosedur yang sesuai dengan tujuan auditMenentukan tujuan pengujian audit
Pendekatan
sampling
Seberapa banyak item yang akan diujikan ?
Dokumentasi Kesimpulan
Menentukan prosedur yang sesuai dengan tujuan audit
Menentukan tujuan pengujian audit
Mendefinisikan populasi dan unit samplingMendefinisikan populasi dan unit sampling
Mendefinisikan populasi dan unit sampling
Mendefinisikan populasi dan unit sampling
Menentukan sampel dg pertimbangan secara implisit terhadap faktor-faktor yg relevanMenentukan ukuran sampel dan model secara eksplisit terhadap faktor-faktor yang relevan
Menentukan sampel dg pertimbangan secara implisit terhadap faktor-faktor yg relevan
Menentukan ukuran sampel dan model secara eksplisit terhadap faktor-faktor yang relevan
Pemilihan dengan pertimbangan subjektif sampel yang mewakiliPemilihan secara acak sampel yang mewakili
Pemilihan dengan pertimbangan subjektif sampel yang mewakili
Pemilihan secara acak sampel yang mewakili
Menjalankan prosedur auditMenjalankan prosedur audit
Menjalankan prosedur audit
Menjalankan prosedur audit
Mengevaluasi hasil dengan pertimbangan Mengevaluasi hasil dengan statistic dan pertimbangan
Mengevaluasi hasil dengan pertimbangan
Mengevaluasi hasil dengan statistic dan pertimbangan
Gambar 11.1 Hubungan antara Sampling non statistik dan sampling statistik.
Sampling dalam Pengujian Substantif
Untuk sampling statistik dalam pengujian substantif pembahasan terfokus pada classical variable sampling. Perencaanaan sampel meliputi pengembangan strategis pelaksanaan audit. Standar Profesional Akuntan Publik 350, par 16 menyebutkan berbagai faktor yang harus dipertimbangkan auditor dalam perencanaan sampel atas pengujian substantif, yaitu:
Hubungan antara sampel dengan tujuan audit yang relevan yang harus dicapai.
Pertimbangan pendahuluan atas tingkat materrialitas.
Tingkat risiko keliru menerima yang dapat diterima auditor.
Karakteristik populasi.
Disamping faktor-faktor diatas auditor harus cermat dalam mempertimbangkan pula hal-hal berikut:
Pemilihan sampel. Unsur-unsur sampel harus dipilih sedemikian rupa sehingga sampel dapat mewakili populasinya. Setiap unsur dalam populasi harus memiliki peluang yang sama untuk dipilih sebagai sampel.
Pelaksanaan evaluasi atas hasil sampel.
Pelaksanaan Evaluasi atas Hasil Sampel
Prosedur audit yang memadai untuk suatu tujuan audit tertentu harus diterapkan terhadap setiap unsure sampel. Apabila ada unsur sampel terpilih yang tidak diperiksa karena dokumen pendukungnya hilang misalnya, maka perlakuan terhadap unsur itu tergantung pada dampak unsur itu terhadap penilaian hasil sampel. Auditor, dengan menggunakan judgment prefissional-nya wajib memproyeksikan salah saji hasil sampel terhadap unsur-unsur dalam populasi yang menjadi asal sampel terpilih. Auditor wajib mempertimbangkan aspek kualitatif suatu salah saji yang meliputi:
Sifat dan penyebab salah saji
Kemungkinan hubungan antara salah saji dengan tahapan audit sebelumnya.
Jika auditor menemukan hasil sampel menunjukkan bahwa asumsi perencanaan auditor tidak benar, ia harus mengambil tindakan yang dipandang perlu, seperti:
Mengubah tingkat risiko yang ditemukan sebelumnya
Memodifikasi pengujian audit yang lain yang telah dirancang berdasar tingkat risiko bawaan dan risiko pengendalian sebelumnya.
Auditor harus mengaikan penilaian atas sampel dengan bukti audit lain yang relevan dalam penarikan kesimpulan atas saldo-saldo akun atau kelompok transaksi terkait. Auditor harus mempertimbangkan secara total hasil proyeksi salah saji untuk penerapan sampling audit dan non sampling audit, bersama-sama dengan bukti audit lain yang relevan, dalam rangka penilaian auditor terhadap apakah laporan keuangan secara keseluruhan telah salah saji secara material.
Rencana sampling untuk pengujian substantif harus dirancang untuk:
memperoleh bukti bahwa saldo akan tidak mengandung salah saji yang material
membuat estimasi independen atas jumlah tertentu seperti menilai sejumlah persediaan yang tidak mempunyai nilai buku
Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya bahwa dalam menyelenggarakan pengujian substantive, auditor memperhatikan dua aspek penting dari risiko sampling, yang meliputi risiko keliru menerima (risk of incorrect acceptance) dan risiko keliru menolak (risk of incorrect rejection).
Risiko keliru menerima disebut juga dengan risiko Beta (Beta risk) adalah risiko mengambil ksimpulan berdasarkan hasil sampel bahwa aldo akun bebas dari salah saji yang material. Risiko keliru menerima berkaitan dengan efektivitas audit dalam pendetekdian terhadap ada tidaknya salah saji yang material. Jadi risiko keliru menerima (Beta risk) merupakan kesempatan bukti statistic yang mendukung pernyataan wajar atas nilai buku yang mengandung salah saji yang material. Risiko keliru menerima (Beta risk) dikendalikan auditor dengan cara melakukan penyesuaian presisi rasio, risiko Alpha, dan materialitas.
Risiko keliru menolak disebut juga dengan risiko Alpha (Alpha risk) merupakan risiko bahwa auditor mengambil kesimpulan, berdasarkan hasil sampel bahwa saldo akun berisi salah saji secara material, padahal pada kenyataan saldo akun tidak berisi salah saji secara material. Risiko keliru menolak berkaitan dengan efisiensi audit. Meskipun audit dilaksanakan kurang efisien dalam kondisi tersebut, tetapi audit tetap dilaksanakan secara efektif.
Jadi, risiko keliru menolak (Alpha risk) merupakan kesempatan bukti statistic mungkin gagal untuk mendukung mendukung pernyataan wajar atas nilai buku yang tepat. Tipe kesalahan ini biasanya dihasilkan dalam pengujian item sampel tambahan. Risiko Alpha merupakan komplemen dari reliabilitas yang dispesifikasikan auditor saat penghitungsn ukuran sampel. Risiko Alpha dikendalikan auditor dengan menaikkan atau menurunkan tingkat reliabilitas.
Variabel Sampling
Dalam pendekatan variabel sampling, distribusi normal digunakan auditor untuk mengevaluasi karakteristik populasi yang didasarkan pada hasil sampel yang diambil dari populasi. Variabel sampling sangat berguna bagi auditor apabila tujuan audit berkaitan dengan pendeteksian kemungkinan saldo akun yang understatement atau overstatement.
Auditor menggunakan variabel sampling untuk memperkirakan saldo akun dan mengusulkan penyesuaian saldo akun agar sesuai dengan hasil estimasi statistik. Variabel sampling digunakan auditor, apabila ditemukan kondisi sebagai berikut:
Klien tidak dapat menyajikan suatu jumlah yang dapat dianggap benar
Suatu saldo akun ditentukan dengan sampling statistic.
Auditor juga dapat menggunakan variabel sampling untuk menilai kewajaran saldo suatu item yang dicantumkan pada laporan keuangan.
Variabel sampling tepat untuk diterapkan auditor, antara lain pada :
Observasi dan penilaian persediaan
Konfirmasi piutang dagang
Cadangan untuk piutang tak tertagih
Cadangan persediaan yang rusak
Menilai persediaan dalam proses
Menilai aktiva tetap dalam public utility company
Penilaian umur piutang
Teknik yang digunakan dalam variabel sampling:
Mean-per-unit (MPU)
Difference estimation
Sampling Estimasi Rasio
Ketiga teknik tersebut mensyaratkan auditor untuk menentukan: total jumlah unit dalam populasi dan nilai audit untuk setiap item dalam sampel.
Estimasi Mean Per Unit
Sampling Estimasi MPU disebut juga "simple extension method" meliputi penentuan nilai audit untuk setiap item dalam sampel. Rata-rata nilai audit ini kemudian dihitung dan dikalikan dengan jumlah unit dalam populasi untuk memperoleh estimasi atas total nilai. Auditor juga menghitung cadangan (allowance) risiko sampling untuk digunakan dalam pengevaluasian hasil sampel.
Langkah-langkah dalam perencanaan estimasi MPU, meliputi:
Menentukan Tujuan Pengujian dalam Rencana Sampling
Tujuan pengujian dalam rencana sampling MPU adalah untuk:
Menghimpun bukti bahwa saldo akun tercatat tidak mengandung salah saji yang material
Mengembangkan estimasi independen atas suatu jumlah akun apabila tidak ada nilai buku yang tersedia.
Mendefinisikan Kondisi Kesalahan
Langkan ini bertujuan untuk memperoleh bukti bahwa saldo akun tercatat tidak mengandung salah saji yang material. Sampling ini digunakan untuk mendeteksi kesalahan dalam jumlah rupiah dalam populasi. Berbeda dengan attribute sampling yang mengukur tingkat keterjadian penyimpangan. ukuran dalam sampling ini dalah jumlah rupiah kesalahan.
Mendefinisikan Populasi dan Unit Sampling
Populasi didefinisikan sebagai populasi jumlah rupiah tercatat. Kemudian auditor memperkirakan atau mengevaluasi apakah jumlah populasi tercatat lebih rendah (understated) atau lebih tinggi (overstated). Apabila pemeriksaan ditujukan atas akun piutang dagang, biasanya auditor memperkirakan bahwa saldo akun piutang dagang oversated.
Unit sampling harus kompatibel dengan tujuan audit dan prosedur audit yang akan diterapkan. Contoh: tujuan audit adalah untuk menentukan akun penjualan yang tidak salah saji material, dan bukti dihimpun melalui pemeriksaan dokumen yang mendukung transaksi penjualan tercatat. Atas tujuan audit tersebut, maka auditor menentukan unit samplingnya adalah line entries dalam jurnal penjualan.
Menentukan Ukuran Sampel
Faktor-faktor yang mempengaruhi ukuran sampel dalam sampling estimasi MPU, yaitu:
Ukuran Populasi
Semakin besar ukuran/jumlah populasi, semakin besar ukuran/jumlas sampel. Ukuran populasi juga dimasukkan dalam perhitungan hasil sampel.
Deviasi Standar Populasi yang Diestimasikan
Variabilitas nilai populasi dinyatakan dalam deviasi standar. Deviasi Standar nilai audit tidak dihimpun untuk setiap item populasi. Deviasi Standar sampel harus diestimasikan karena deviasi standar tidak dapat diketahui sebelum sampel dipilih.
Ada 3 cara yang dilakukan untuk mengestimasi deviasi standar sampel, yaitu:
Deviasi Standar yang ditemukan dalamaudit tahun sebelumnya terhadap klien yang sama, dipakai untuk mengestimasi standar deviasi tahun ini.
Nilai buku yang tersedia dipakai untuk mengestimasi Deviasi Standar
Auditor menghimpun sampel kecil terlebih dahulu, kemudian berdasar nilai audit intern sampel ini, auditor mengestimasi Deviasi Standar populasi.
Rumus menghitung Deviasi Standar adalah:
Sxj=j=1nXj-X2n-1
Dimana:
Sxj
=
standar deviasi nilai populasi yang diestimasikan
j=1n
=
jumlah nilai
Xj
=
nilai audit atas item sampel individual
X
=
rata-rata nilai audit atas item sampel
n
=
jumlah item yang diaudit
Salah Saji yang Dapat Ditoleransi (Tolerable Misstatement)
Tolerable misstatement atau materialitas atau jumlah material adalah salah saji yang boleh ada dalam akun sebelum salah saji tersebut dinilai sebagai salah saji material. Salah saji material yang tidak material suatu akun, apabila digabungkan dengan salah saji yang tidak material akun lainnya, dapat mengakibatkan laporan keuangan secara keseluruhan berisi salah saji material.
Risiko Keliru Menolak dan Risiko Keliru Menerima yang Dikuantifikasikan
Risiko keliru menolak dan risiko keliru menerima mempunyai hubungan terbalik dengan ukuran sampel. Semakin tinggi risiko keliru menolak dan risiko keliru menerima, semakin kecil ukuran sampel yang diperlukan. Untuk menentukan risiko keliru menolak dan risiko keliru menerima yang tepat, auditor menggunakan pengalamannya dan pemahamannya terhadap klien. Auditor harus mengkuantifikasikan risiko keliru menolak dan risiko keliru menerima.
Cadangan (Allowance) yang Direncanakan untuk Risiko Sampling
Sering disebut juga sebagai Desired Precision atau Acceptable Precision yaitu tingkat ketepatan yang diterima oleh auditor.
Rumus : A=R ×TM
dimana :
A
=
Ketepatan yang diterima oleh auditor atau Cadangan (Allowance) yang Direncanakan untuk Risiko Sampling
R
=
Rasio Cadangan (Allowance) yang Direncanakan untuk Risiko Sampling dibagi tolerable misstatement
TM
=
tolerable misstatement
Rasio untuk R didasarkan atas risiko keliru menolak dan risiko keliru menerima, yang telah ditentukan.
UKURAN SAMPEL
Rumus : n=(N.UR.SxjA)2
dimana :
N
=
Ukuran populasi
UR
=
Standar deviasi normal untuk desired risk of incorrect rejection
Sxj
=
Standar deviasi populasi yang distimasikan
A
=
Ketepatan yang diterima oleh auditor
Rumus ini menggunakan asumsi bahwa pengambilan sampel dilakukan dengan cara setiap sampel yang telah diambil dikembalikan lagi ke populasinya. Dengan demikian sapel tersebut mempunyai kemungkinan lagi untuk dipilih sebagai sampel.
Menentukan Metode Pemilihan Sampel
Metode yang digunakan dalam pemilihan sampel, yaitu:
Pemilihan sampel acak (random) yaitu setiap item atau unsure dalam populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai sampel.
Pemilihan sistematis, yaitu pemilihan item atau unsure dengan menggunakan interval konstan di antara yang dipilih, yang interval permulaannnya dimulai secara acak.
Pemilihan sembarang (haphazard selection), yang merupakan alternative pemilihan acak.
Metode sampling random-lah yang menghasilkan sampel yang mewakili anggota populasi.
Melaksanakan rencana sampling
Tahap-tahap pelaksanaan rencana sampling estimasi MPU meliputi:
Melaksanakan prosedur audit yang tepat untuk menentukan nilai audit setiap item sampel.
Menghitung rata-rata nilai sampel dan deviasi standar nilai audit sampel.
Mengevaluasi hasil sampel
Auditor mengevaluasi hasil, baik kuantitatif maupun kualitatif.
Penilaian Kuantitatif
Dalam melakukan evaluasi atas rencana sampling MPU, auditor menghitung:
Nilai populasi total yang diestimasikan (X)
Rumus: X=N.X
dimana, X adalah rata-rata nilai sampel
Cadangan (allowance) yang direncanakan untuk risiko sampling
Rumus:A'=N.UR.Sxjn
dimana:
Sxj = deviasi standar nilai audit sampel
N = ukuran populasi
UR = standar deviasi normal untuk desired risk of incorrect rejection
n = jumlah sampel
Sekang nilai populasi total yang diestimasikan (precession interval)
Ditentukan berdasarkan selisih antara nilai populasi yang diestimasi dan cadangan (allowance) yang direncanakan untuk risiko sampling.
Penilaian Kualitatif
Sebelum mencapai kesimpulan menyeluruh, auditor harus mempertimbangkan aspek kualitatif dari salah saji moneter. Salah saji dapat disebabkan oleh adanya perbedaan prinsip dan penerapannya, dan kekeliruan atau ketidakberesan.
Kesimpulan Menyeluruh
Apabila penilaian aspek kuantitatif dan kualitatif atas hasil sampel mendukung kesimpulan bahwa populasi mengandung salah saji yang material, maka audtor harus menggunakaan pertimbangan profesionalnya untuk menentukan tindakan yang tepat. Apabila sampel ternyata tidak representative, maka auditor dapat menambah sampel dan mengevaluasi kembali hasilnya. Apabila nilai buku populasi salah saji melebihi salah saji yang dapat ditoleransi maka auditor dapat mengajukan pertanyaan pada klien, menyesuaikan nilai buku dengan persetuajuan klien,dan mengevaluasi kembali hasil sampel.
Sampling Estimasi Perbedaan (Defference Estimation Sampling)
Dalam sampling estimasi perbedaan ini, perbedaan dihitung untuk setiap item sampel yang sama dengan nilai audit item tersebut dikurangi nilai bukunya. Auditor kemudian menggunakan rata-rata perbedaan untuk menghimpun estimasi nilai populasi total. Variabilitas perbedaan tersebut digunakan untuk menentukan (achieved precision) atau cadangan (allowance) yang dapat diterima untuk risiko sampling
Ada empat hal yang harus dipenuhi untuk menggunakan teknik sampling ini, yaitu:
Nilai buku setiap item populasi harus dapat diketahui auditor
Total nilai buku populasi harus dapat diketahui auditor
Jumlah keseluruhan dari nilai buku item populasi harus sama dengan total nilai buku populasi
Harus ada perbedaan antara nilai audit dan nilai buku yang dapat diharapkan
Sampling Estimasi Rasio
Rasio dihitung dengan menghitung hasil pembagian jumlah nilai audit dibagi jumlah nial buku untuk item sampel. Rasio tersebut kemudian dikalikan dengan nilai buku total untuk menghasilkan nilai populasi total yang diestimasikan.
Hal-hal yang harus dipenuhi untuk menggunakan teknik sampling estimasi rasio, yaitu:
Nilai buku setiap item populasi harus dapat diketahui auditor.
Total nilai buku populasi harus dapat diketahui auditor.
Jumlah keseluruhan dari nilai buku item populasi harus sama dengan total nilai buku populasi.
Harus ada perbedaan antara nilai audit dengan nilai buku yang dapat diharapkan.
Pemilihan antara keduanya tergantung ada tidaknya korelasi atau hubungan antara jumlah perbedaan individual dengan nilai bukunya. Apabila ada korelasi yang sangat tinggi antara jumlah perbedaan individual dengan nilai bukunya, maka estimasi rasio lebih efisien karena memerlukan sampel dalam jumlah yang lebih sedikit.
Perbedaan dengan estimasi terletak pada tahap pelaksanaan rencana sampling dan pengevaluasi hasil sampel.
Pelaksanaan Rencana Sampling
Pada teknik sampling estimasi rasio auditor perlu melakukan beberapa perhitungan setelah nilai audit untuk setiap item sampel ditentukan. Perhitungan tersebut mencakup:
Menghitung rasio jumlah nilai audit dan nilai buku untuk setiap item sampel (R).
Menghitung rasio nilai audit dan nilai buku untuk setiap item sampel.
Menghitung standar deviasi dari rasio individual setiap item sampel (Sxj).
Pengevaluasian Hasil Sampel
Nilai populasi total yang diestimasi dihitung dengan rumus:
Xestimated=BV×R
Rumus untuk menghitung (achieved precision) atau cadangan (allowance) yang dapat diterima untuk risiko sampling sama dengan estimasi perbedaan, kecuali deviasi standar rasio individual menggantikan deviasi standar perbedaan. Deviasi standar rasio individual harus dilakukan dengan bantuan program computer karena mencakup perhitungan yang rumit.
Sampling dalam Pengujian Pengendalian
Standar Profesional Akuntan Publik 350. par 31 menyebutkan faktor-faktor yang harus dipertimbangkan auditor dalam perencanaan sampel atas pengujian pengendalian, meliputi:
Hubungan antara sampel dengan tujuan pengendalian tertentu
Tingkat penyimpangan maksimum dari prosedur atau kebijakan pengendalian intern yang ditetapkan yang akan mendukung tingkat risiko pengendalian yang direncanakan.
Tingkat risiko yang dapat diterima auditor atas penentuan risiko pengendalian yang terlalu rendah
Karakteristik populasi.
Auditor memperhatikan dua aspek penting dalam risiko sampling, yang meliputi risiko penentuan tingkat risiko pengendalian yang terlalu rendah (risk of assessing control risk too low) dan risiko penentuan tingkat risiko pengendalian yang terlalu tinggi (risk of assessing control risk too high).
Risiko penentuan tingkat risiko pengendalian yang terlalu rendah (risk of over reliance) adalah risiko yang terjadi karena menentukan tingkat risiko pengendalian, berdasar hasil sampel terlalu rendah dibandingkan dengan efektivitas operasi prosedur atau kebijakan yang sesungguhnya. Risiko penentuan tingkat risiko pengendalian yang terlalu rendah berkaitan dengan efektivitas audit dalam pendeteksian terhadap ada tidaknya penyimpangan pengendalian.
Risiko penentuan tingkat risiko pengendalian yang terlalu tinggi (risk of under reliance) adalah risiko yang terjadi karena menentukan tingkat risiko pengendalian, berdasar hasil sampel terlalu tinggi dibandingkan dengan efektivitas operasi prosedur atau kebijakan yang sesungguhnya. Penentuan tingkat risiko pengendalian yang terlalu tinggi berkaitan dengan efisiensi audit. Meskipun audit dilaksanakan secara kurang efisien dalam kondisi tersebut, tetapi audit tetap dilaksanakan secara efektif.
Auditor kadang harus melaksanakan pemerikasaan tidak berdasar sampling. Pemeriksaan harus dilakukan terhadap seluruh populasi. Sampling tidak dapat diterapkan untuk:
Prosedur untuk memperoleh pemahaman struktur pengendalian intern yang memadai untuk merencanakan audit.
Pengujian prosedur dan kebijakan struktur pengendalian intern yang sangat tergantung pemisahan tugas yang memadai
Pengujian atas prosedur dan kebijakan struktur pengendalalian intern tertentu yang didokumentasikan.
Pengujian yang ditujukan untuk memperoleh bukti tentang rancangan atau operasi suatu llingkungan pengendalian atau system akuntansi.
Disamping itu auditor harus cermat dalam mempertimbangkan:
Pemilihan sampel. Unsur-unsur sampel harus dipilih sedemikian rupa sehingga sampel dapat mewakili populasinya. Setiap unsure dalam populasi harus memiliki peluang yang sama untuk dipilih sebagai sampel.
Pelaksanaan evaluasi atas hasil sampel
Pelaksanaan evaluasi atas hasil sampel
Apabila auditor tidak dapat menerapkan prosedur audit yan direncanakan atau prosedur alternative terhadap unsure sampel terpilih, maka ia harus mempertimbangkan penyebab keterbatasan tersebut dan biasanya hal tersebut dipertimbangkan sebagai penyimpangan dari prosedur dan kebijakan. Tingkat penyimpangan dalam sampel merupakan estimasi terbaik auditor terhadap tingkat penyimpangan dalam populasinya. Dalam menilai penyimpangan auditor juga perlu mempertimbangkan aspek kualitatif dari penympangan yang meliputi:
Sifat dan penyebab penyimpangan
Kemungkinan hubungan antara penyimpangan dengan tahapan lain dalam audit.
Jika auditor menyimpulkan bahwa hasil sampel tidak mendukung tingkat risiko pengendalian yang direncanakan atas suatu asersi benar, ia harus menilai kembali sifat, waktu dan luas prosedur substanti berdasar pertimbangan kembali atas tingkat risiko pengendalian yang ditetapkan untuk asersi laporan keuangan yang relevan.
Attribute Sampling
Atribut sampling digunakan untuk memperkirakan tingkat deviasi atau penyimpangan dari pengendalian yang ditentukan dalam populasi. Sampling atribut biasanya diterapkan pada pemeriksaan atas pengendalian: akuisisi barang atau jasa, pengeluaran kas, pembayaran gaji dan upah (payroll), penjualan, dan penerimaan kas.
Sampling atribut digunakan untuk mengestimasi proporsi item yang mengandung karakteristik atau atribut tertentu. Proporsi ini sering disebut dengan tingkat keterjadian (occurance rate), dapat dihitung dengan menghitung pembagian item yang berisi atribut khusus dibagi dengan total jumlah item dalam populasi.
Sampling atribut untuk pengujian pengendalian meliputi tahap berikut:
Menentukan tujuan pengujian audit
Tujuan tersebut adalah untuk menguji pengendalian siklus transaksi tertentu. Misalnya dalam pengujian siklus pembelian tujuannya adalah untuk menguji keandalan pengendalian atas barang dan jasa
Menspesifikasi atribut yang akan diperiksa dan kondisi penyimpangan
Tahap ini menuntut auditor untuk menggunakan pertimbangan professional, kecermatan dan keseksamaan. Berbeda dengan variable sampling yang mengukur jumlah rupiah kesalahan, attribute sampling mengukur tingkat keterjadian penyimpangan.
Mendefinisikan populasi dan unit sampling
Untuk menerapkan standar auditing, auditor harus memastikan bahwa populasi adalah homogen. Homogenitas berarti semua item dalam populasi harus mempunyai karakteristik yang sama.
Menspesifikasikan tingkat penyimpangan yang dapat diterima
Tingkat penyimpangan yang dapat diterima sering disebut tolerable deviation rate (TDR), sangat membutuhkan pertimbangan professional auditor. TDR mencerminkan tingkat penyimpangan dalam populasi yang dapat diterima auditor.
TDR mempunyai pengaruh yang signifikan atas ukuran sampel. TDR mempunyai hubungan terbalik dengan besar kecilnya sampel. Semakin rendah TDR semakin besar jumlah sampel yang diperlukan auditor.
TDR dipengaruhi oleh signifikansi transaksi dan saldo akun yang dipengaruhi pengendalian intern. Semakin signifikansi saldo, semakin rendah TDR-nya. Semakin kurang signifikan suatu saldo, semakin tinggi TDR-nya.
Menspesifikasikan risk of assessing control risk too low yang dapat diterima atau acceptable risk of over reliance
Acceptable risk of over reliance (ARO) merupakan risiko bahwa auditor menilai suatu pengendalian berjalan efektif, padahal kenyataannya, tingkat deviasi populasi lebih tinggi daripada ARO. ARO sebesar 9% mempunyai arti bahwa auditor mau menerima risiko sebesar 9% bahwa terjadi pengambilan kesimpulan bahwa pengendalian adalah efektif setelah pengujian selesai, meskipun sebenarnya tidak efektif. Besarnya ARO tergantung pada keekstensifan rencana auditor untuk mengurangi tingkat risiko pengendalian yang ditetapkan. Jika auditor merencanakan untuk mengurangi tingkat risiko pengendalian yang ditetapkan sebagai dasar untuk mengurangi pengujian substantive, maka ARO ditentukan relatif lebih rendah.
ARO dipengaruhi oleh planned assessed level of control risk atau tingkat risiko pengendalian yang ditetapkan yang direncanakan. ARO mempunyai hubungan searah dengan planned assessed level of control risk. Semakin tinggi planned assessed level of control risk semakin tinggi ARO.
planned assessed level of control risk dipengaruhi oleh sifat, luas dan penentuan saat pengujian substantive dan kualitas bukti yang tersedia untuk pengujian pengendalian. Semakin banyak dan semakin efektif pengujian substantive, semakin tinggi planned assessed level of control risk. Dengan demikian semakin banyak dan semakin efektif pengujian substantive, semakin tinggi pula ARO. Semakin berkualitas bukti yang tersedia untuk pengujian pengendalian, semakin rendah assessed level of control risk. Dengan demikian semakin berkualitas bukti yang tersedia untuk pengujian pengendalian, semakin rendah ARO.
Mengestimasi tingkat penyimpangan populasi
Auditor perlu mengestimasi terlebih dahulu expected population deviation rate (EPDR) untuk merencanakan jumlah sampel yang tepat. Apabila EPDR tinggi, jumlah sampel yang diambil harus besar.
Menentukan ukuran sampel
Faktor yang mempengaruhi besar kecilnya sampel dalam sampling atribut, yaitu:
Acceptable risk of over reliance sering disebut dengan risiko penentuan tingkat risiko pengendalian yang terlalu rendah (risk of assessing control risk too low) yang dapat diterima
Tingkat penyimpangan yang dapat ditoleransi (tolerable deviation rate)
Tingkat penyimpangan populasi yang diharapkan
Ukuran populasi
Risiko penentuan tingkat risiko pengendalian yang terlalu rendah (risk of assessing control risk too low)
Risiko ini mempunyai hubungan terbalik dengan ukuran sampel. Semakin tinggi risiko penentuan tingkat risiko pengendalian yang terlalu rendah, semakin besar jumlah sampel yang diperlukan, begitu pula sebaliknya.
Tingkat penyimpangan yang dapat ditoleransi (tolerable deviation rate)
Tolerable deviation rate merupakan tingkat penyimpangan maksimum dari pengendalian yang dapat diterima oleh auditor. Tolerable deviation rate berkaitan erat dengan risiko pengendalian yang direncanakan auditor untuk suatu prosedur pengendalian. Semakin tinggi tingkat yang direncanakan, semakin tinggi tingkat tolerable deviation, dan sebaliknya. Tolerable deviation rate mempunyai hubungan terbalik dengan jumlah sampel. Semakin tinggi tingkat penyimpangan yang dapat ditoleransi , semakin rendah jumlah sampel yang diperlukan, begitu pula sebaliknya.
Tingkat penyimpangan populasi yang diharapkan
Cara yang dilakukan untuk mengestimasi tingkat penyimpangan populasi yang diharapkan, yaitu:
Tingkat penyimpangan sampel yang ditemukan dalam audit tahun sebelumnya terhadap klien yang sama, disesuaikan dengan mempertimbangkan perubahan efektivitas pengendalian tahun berjalan.
Estimasi yang dilakukan berdasar tingkat risiko yang ditentukan berdasar bukti efektivitas operasi prosedur dan kebijakan pengendalian tahun berjalan.
Auditor menghimpun sampel kecil terlebih dahulu, kemudian berdasar nilai audit item sampel ini, auditor mengestimasi standar deviasi populasi.
Jika tingkat yang diharapkan sama atau lebih besar daripada tingkat yang dapat ditoleransi, maka auditor tidak dapat mengharapkan untuk dapat menghimpun bukti yang mendukung strategi lower assessed level of control risk approach, dan auditor tidak dapat melaksanakan pengujian pengendalian. Auditor harus menggunakan strategi pengutamaan pengujian substantive atau primarily substantive approach.
Semakin rendah tingkat penyimpangan populasi yang diharapkan, semakin banyak jumlah sampel yang dibutuhkan. Semakin tinggi tingkat penyimpangan populasi yang diharapkan semakin sedikit jumlah sampel yang dibutuhkan dan sebaliknya.
Ukuran Populasi
Ukuran populasi mempunyai pengaruh kecil bahkan mungkin tidak mempengaruhi ukuran sampel. Meskipun demikian dapat ditentukan bahwa semakin besar ukuran atau jumlah populasinya semakin besar ukuran sampel.
Menentukan metode pemilihan sampel
Metode yang digunakan untuk pemilihan sampel yaitu sampling random dan sampling sistematis. Metode sampling random-lah yang menghasilkan sampel yang representative.
Melaksanakan prosedur audit
Pemeriksaan dilaksanakan untuk menentukan sifat dan frekuensi penyimpangan dari pengendalian yang ditentukan. Penyimpangan meliputi hilangnya dokumen, tidak adanya inisial seperti tanda tangan atau autorisasi, yang mengindikasikan berjalannya pengendalian, dan kesalahan matematis yang ditemukan.
Mengevaluasi hasil sampel
Penyimpangan yang ditemukan harus dicatat, diringkas dan dievaluasi. Auditor membuat penentuan atau mengevaluasi hasil baik kuantitatif maupun kualitatif.
Penilaian Kuantitatif
Dalam melakukan evaluasi atas sampling atribut, auditor harus:
Menghitung tingkat penyimpangan sampel.
Tingkat penyimpangan sampel untuk setiap pengendalian yang diuji, dihitung dengan membagi jumlah penyimpangan yang ditemukan dengan ukuran sampel yang diuji.
Menentukan batas penyimpangan atas (upper deviation limit)
upper deviation limit (UDL) disebut juga achieved upper precision limit mengindikasikan tingkat penyimpangan populasi maksimum yang didasarkan atas jumlah penyimpangan yang ditemukan dalam sampel. Maka dari itu cadangan (allowance) yang direncanakan untuk risiko sampling ditambahkan pada tingkat penyimpangan sampel. Hal ini dilakukan auditor agar batas penyimpangan atas lebih besar daripada tingkat penyimpangan populasi yang nyata.
Menentukan cadangan (allowance) yang direncanakan untuk risiko sampling
Cadangan (allowance) yang direncanakan untuk risiko sampling sering disebut desired precision atau acceptable precsion adalah tingkat ketepatan yang diterima oleh auditor. Maka dari itu cadangan (allowance) yang direncanakan untuk risiko sampling ditambahkan pada tingkat penyimpangan sampel. Hal ini dilakukan auditor agar batas penyimpangan atas lebih besar daripada tingkat penyimpangan populasi yang nyata.
Penilaian Kualitatif
Penyimpangan dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti adanya karyawan baru, adanya karyawan yang sakit atau cuti tanpa adanya penggantinya, instruksi yang sulit dipahami, karyawan yang ceroboh, dan kekliruan atau ketidakberesan.
Kesimpulan menyeluruh
Apabila penilaian aspek kuantitatif dan kualitatif atas hasil sampel mendukung kesimpulan bahwa ada penyimpangan pengendalian, maka auditor harus mempertimbangkan professional untuk menentukan tindakan yang tepat. Jika auditor menyimpulkan bahwa hasil sampel tidak mendukung tingkat risiko pengendalian yang direncanakan atas suatu asersi, maka ia harus menilai kembali sifat, waktu dan luas prosedur pengujian substantive.
Perlu dibedakan antara TDR dan ARO yang dipilih auditor sebelum tes dilakukan, dengan UDL dan ARO hasil perhitungan secara objektif berdasar sampel. TDR dan ARO yang dipilih auditor sebelum tes dilakukan, merupakan TDR dan ARO standar. Sebelum populasi dapat diterima, UPL harus lebih kecil atau sama dengan TDR.
Apabila UDL harus lebih besar dari TDR maka auditor dapat melakukan alternative tindakan berikut:
Merevisi TDR atau ARO. Langkah ini diambil apabila auditor berkesimpulan bahwa spesifikasi sebelumnya terlalu konservatif
Menambah ukuran atau jumlah sampel. Apabila sampel ternyata tidak representative maka auditor dapat menambah sampel dan mengevaluasi kembali hasilnya. Peningkatan jumlah sampel akan mengurangi UDL sehingga terjadi penurunan risiko sampling.
Menambah prosedur pengujian substantive
Memberitahu manajemen mengenai masalah struktur pengendalian intern. Apabila auditor menilai bahwa struktur pengendalian intern tidak berjalan secara efektif, maka auditor perlu menginformasikan hal ini kepada manajemen.
Tabel 11.1 Perbedaan antara Sampling untuk Pengujian Pengendalian dengan Sampling untuk Pengujian Substantif
JENIS PENGUJIAN
TUJUAN
Pengujian Pengendalian
Untuk mengestimasi tingkat deviasi dari pengendalian yang ditentukan dalam sebuah populasi
Pengujian Substantif
Untuk mengestimasi jumlah total moneter dari populasi atau jumlah moneter yang eror dalam sebuah populasi
Sampel dengan Tujuan Ganda
Auditor dalam situasi tertentu, dapat merancang sampel yang memenuhi dua tujuan sekaligus, yaitu:
Menentukan risiko pengendalian
Menguji kebenaran jumlah moneter transaksi yang dicatat
Untuk melakukan hal itu, auditor biasanya telah membuat estimasi pendahuluan bahwa terdapat tingkat risiko yang rendah bahwa penyimpangan dari prosedur atau kebijakan struktur pengendalian intern yang ditetapkan dalam populasi akan melebihi tingkat penyimpangan yang dapat diterima.
Ukuran sampel yang dirancang harus merupakan yang terbesar diantara ukuran-ukuran sampel yang dirancang untuk masing-masing tujuan terpisah. Penilaian untuk setiap tujuan harus dilakukan secara terpisah dengan menggunakan tingkat risiko yang sesuai untuk masing-masing tujuan pengujian.