SATUAN ACARA PENYULUHAN
Topik
: Perawatan Pada Pasien dengan Resiko Bunuh Diri
Sasaran
: Keluarga pasien
Tempat
: Ruang Wijaya Kusuma RSJ MENUR
Hari Hari/T /Tan angg ggal al
: Kam Kamis/ is/ 20 Janu anuari ari 2011 2011
Waktu
: 10.00-10.45 WIB (45 menit)
1. Tujuan Tujuan Instruksion Instruksional al Umum Setelah mengikuti penyuluhan, penyuluhan, keluarga keluarga pasien pasien dapat menjelaskan menjelaskan kembali kembali mengenai cara perawatan pada pasien dengan resiko bunuh diri. 2. Tujuan Tujuan Instruksion Instruksional al Khusus Khusus Setelah diberikan penyuluhan tentang perawatan pada pasien dengan resiko bunuh diri, keluarga pasien dapat: a.
Menj Menjela elask skan an peng pengert ertia ian n bunu bunuh h diri diri
b.
Menjela Menjelaska skan n faktor faktor-fak -faktor tor yang yang dapat dapat menyeb menyebabk abkan an bunuh bunuh diri diri
c.
Menjela Menjelaska skan n cara merawa merawatt pasien pasien dengan dengan resiko resiko bunuh bunuh diri diri
sebelum dibawa ke rumah sakit d.
Menget Mengetahu ahuii perawa perawatan tan pasien pasien dengan dengan resiko resiko bunuh bunuh diri diri selama selama di
rumah sakit e.
Menjela Menjelaska skan n cara merawat merawat pasien pasien dengan dengan resiko resiko bunuh bunuh diri diri setela setelah h
keluar dari rumah sakit 3. Materi Pembelajaran Pembelajaran a.
Peng Penger erti tian an sosi sosial alis isas asii
b.
Faktor Faktor-fak -faktor tor yang yang mempen mempengar garuhi uhi kemamp kemampuan uan sosia sosialis lisasi asi
c.
Cara-ca Cara-cara ra memper mempertah tahank ankan an hubung hubungan an dengan dengan teman teman
d.
Menjela Menjelaska skan n manfaat manfaat menjag menjagaa hubung hubungan an dengan dengan teman teman
e.
Cara Cara untuk untuk bertem berteman an dengan dengan banyak banyak orang orang dengan dengan mudah mudah
4. Metode Metode Pembelajaran Pembelajaran a.
Ceramah
b.
Demonstrasi
c.
Tanya jawab
1
5. Media a.
Flip Chart
b.
Leaflet
6. Kegiatan Penyuluhan No 1
Waktu 5 menit
Tahap Pembukaan
Kegiatan penyuluhan 1. Memperkenalkan diri
Kegiatan peserta 1. Menjawab salam
2. Menjelaskan
Keterangan Moderator
dan
mendengarkan
tujuan penyuluhan 3. Melakukan
2. Melihat
dan
mendengarkan
kontrak waktu
3. Memahami
4. Menjelaskan mekanisme 2
15
Pelaksanaan
penyuluhan 1. Menggali
menit
pengetahuan
1. Mendengarkan dan
pengalaman peserta
dan menjawab 2. Mendengarkan,
1.Moderator 2.
Penyaji
menjelaskan
tentang
memperhatikan
materi
perawatan
pasien
dan memahami
tentang
dengan
resiko
materi
perawatan pasien dengan
bunuh diri 2.
resiko
Memberikan materi
bunuh
diri.
tentang
pengertian, faktorfaktor, dan cara – cara
perawatan
pasien
dengan
resiko bunuh diri. 3.
10 menit
Penutup
1. Memberi
1. Mengajukan
kesempatan peserta
pertanyaan
1. Modera tor
untuk
bertanya
2
2. Membahas
2. Mendengarkan
masing-masing
dan
2.
pertanyaan
memperhatikan
anggota
yang
diajukan peserta 3. Menanyakan kembali
tentang
penyuluhan 3. Menjawab pertanyaan
3. Modera
materi yang telah
tor
diberikan 4. Menyimpulkan
4. Memperhatikan
materi penyuluhan 5. Mengucapkan
5. Menjawab
terima kasih
salam
6. Mengucapkan salam penutup 7. Kriteria Evaluasi
Evaluasi Struktur •
Peserta hadir di tempat penyuluhan tepat waktu
•
Penyelenggaraan penyuluhan dilaksanakan di ruang Wijaya Kusuma RSJ Menur
•
Pengorganisasian
penyelenggaraan
penyuluhan
dilakukan
sebelumnya
Evaluasi Proses •
Peserta antusias terhadap materi penyuluhan
•
Tidak ada peserta yang meninggalkan tempat penyuluhan
•
Peserta mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan secara benar
Evaluasi Hasil •
Semua
Pasien dapat menjawab pertanyaan tentang materi yang telah disampaikan
•
Jumlah peserta yang hadir dalam penyuluhan adalah semua pasien
•
Pasien antusias terhadap materi penyuluhan yang disampaikan
3
•
Pasien mendengarkan penyuluhan dengan seksama
•
Pasien mengajukan pertanyaan
8. Pengorganisasian Pembimbing :
Hanik Endang, Ns.,M.Kep Tri Darmi Herawati, S.Kep.,Ns
Moderator
:
Lailatul, S.Kep
Penyaji
:
Anis Ika N, S.Kep
Observer
:
Khumidatun Niswah, S.Kep Nurya, S.Kep
Fasilitator
:
Nuril Istiqomah, S.Kep Anis Ika Nur Rohmah, S.Kep Lailil Fatkuriyah, S.Kep
9.
Job Description a.
Moderator
Memandu jalannya acara penyuluhan b.
Penyaji
Menyajikan materi kepada peserta c.
Observer
Menilai jalannya acara penyuluhan d.
Fasilitator
Mendampingi peserta dan memotivasi peserta untuk tetap mengikuti acara
4
MATERI SAP PERAWATAN PASIEN DENGAN RESIKO BUNUH DIRI
1.
Pengertian
Bunuh diri merupakan tindakan yang bermaksud membunuh diri sendiri. Hal ini telah didahului oleh beberapa percobaan bunuh diri sebelumnya. 30% orang yang berhasil melakukan bunuh diri adalah orang yang pernah melakukan percobaan bunuh diri sebelumnya. Suicide diyakini merupakan hasil dari individu yang tidak punya pilihan untuk mengatasi kesedihan yang mendalam. Bunuh diri merupakan suatu kejadian yang tidak jarang terjadi. Pada umumnya tindakan bunuh diri merupakan cara ekspresi orang yang penuh stress. Perilaku bunuh diri berkembang dalam rentang di antaranya: a. Suicidal ideation Pada tahap ini merupakan proses contemplasi dari suicide , atau sebuah metode yang digunakan tanpa melakukan aksi/tindakan, bahkan klien pada tahap ini tidak akan mengungkapkan idenya apabila tidak ditekan. Walaupun demikian, perawat perlu menyadari bahwa pasien pada tahap ini memiliki pikiran tentang keinginan untuk mati b. Suicidal intent Pada tahap ini klien mulai berpikir dan sudah melakukan perencanaan yang konkrit untuk melakukan bunuh diri c. Suicidal threat Pada tahap ini klien mengekspresikan adanya keinginan dan hasrat yan dalam, bahkan ancaman untuk mengakhiri hidupnya d. Suicidal gesture Pada tahap ini klien menunjukkan perilaku destruktif yang diarahkan pada diri sendiri yang bertujuan tidak hanya mengancam kehidupannya tetapi sudah pada percobaan untuk melakukan bunuh diri. Tindakan yang dilakukan pada fase ini pada umumnya tidak mematikan, misalnya meminum beberapa pil atau menyayat pembuluh darah pada lengannya. Hal ini terjadi karena individu mengalami ambivalen antara mati dan hidup
5
dan tidak berencana untuk mati. Individu ini masih memiliki kemauan untuk hidup, ingin diselamatkan, dan individu ini sedang mengalami konflik mental. Tahap ini sering di namakan “ Crying for help ” sebab individu ini sedang berjuang dengan stress yang tidak mampu diselesaikan. e. Suicidal attempt Pada tahap ini perilaku destruktif klien yang mempunyai indikasi individu ingin mati dan tidak mau diselamatkan misalnya minum obat yang mematikan. walaupun demikian banyak individu masih mengalami ambivalen akan kehidupannya.
2. Faktor-Faktor Penyebab Bunuh Diri
1. Faktor genetik dan teori biologi Faktor
genetik
keturunannya.
mempengaruhi Disamping
itu
terjadinya adanya
resiko
bunuh
penurunan
diri
serotonin
pada dapat
menyebabkan depresi yang berkontribusi terjadinya resiko buuh diri. 2.Teori sosiologi Emile Durkheim membagi suicide dalam 3 kategori yaitu : Egoistik (orang yang tidak terintegrasi pada kelompok social) , atruistik (Melakukan suicide untuk kebaikan masyarakat) dan anomic ( suicide karena kesulitan dalam berhubungan dengan orang lain dan beradaptasi dengan stre ssor). 3.Teori psikologi Sigmund Freud dan Karl Menninger meyakini bahwa bunuh diri merupakan hasil dari marah yang diarahkan pada diri sendiri. 4. Penyebab lain
Adanya harapan untuk reuni dan fantasy.
Merupakan
jalan
untuk
mengakhiri
keputusasaan
dan
ketidakberdayaan
Tangisan untuk minta bantuan
Sebuah tindakan untuk menyelamatkan muka dan mencari
kehidupan yang lebih baik
6
3. Tanda-tanda Beresiko Bunuh Diri Bunuh diri merupakan salah satu bentuk kegawatdaruratan psikiatri. Meskipun suicide (bunuh diri) adalah perilaku yang membutuhkan pengkajian yang komprehensif pada kasus depresi, penyalahgunaan NAPZA, skizofrenia, gangguan kepribadian( paranoid, borderline, antisosial), suicide tidak bisa disamakan dengan penyakit mental. Ada 4 hal yang krusial yang perlu diperhatikan oleh perawat selaku tim kesehatan diantaranya adalah: 1. Bunuh diri merupakan perilaku yang bisa mematikan dalam seting rawat inap di rumah sakit jiwa 2. Faktor – faktor yang berhubungan dengan staf antara lain : kurang adekuatnya pengkajian pasien yang dilakukan oleh perawat, komunikasi staf yang lemah, kurangnya orientasi dan training dan tidak adekuatnya informasi tentang pasien. 3. Pengkajian bunuh diri seharusnya dilakukan secara kontinyu selama di rawat di rumah sakit baik saat masuk, pulang maupun setiap perubahan pengobatan atau treatmen lainnya. 4. Hubungan saling percaya antara perawat dan pasien serta kesadaran diri perawat terhadap isyarat perilaku pasien yang mendukung terjadinya resiko bunuh diri adalah hal yang penting dalam menurunkan angka bunuh diri di rumah sakit. Sebagai perawat perlu mempertimbangkan bahwa pasien memiliki resiko apabila menunjukkan perilaku sebagai berikut : 1.
Menyatakan pikiran, harapan dan perencanaan tentang bunuh diri
2.
Memiliki riwayat satu kali atau lebih melakukan percobaan bunuh diri
3.
Memilki keluarga yang memiliki riwayat bunuh diri
4.
Mengalami depresi, cemas dan perasaan putus asa
5.
Memiliki ganguan jiwa kronik atau riwayat penyakit mental
6.
Mengalami penyalahunaan NAPZA terutama alkohol
7.
Menderita penyakit fisik yang prognosisnya kurang baik
8.
Menunjukkan impulsivitas dan agressif
9.
Sedang mengalami kehilangan yang cukup signifikan atau kehilangan yang bertubi-tubi dan secara bersamaan
7
10. Mempunyai akses terkait metode untuk melakukan bunuh diri misalnya pistol, obat, racun. 11. Merasa ambivalen tentang pengobatan dan tidak kooperatif dengan pengobatan 12. Merasa kesepian dan kurangnya dukungan sosial. Banyak instrumen yang bisa dipakai untuk menentukan resiko klien melakukan bunuh diri diantaranya dengan SAD PERSONS NO. 1
SAD PERSONS Sex (jenis kelamin)
Keterangan Laki laki lebih komit melakukan suicide 3 kali lebih tinggi dibanding wanita, meskipun wanita lebih sering 3 kali dibanding laki laki melakukan
2
percobaan bunuh diri Kelompok resiko tinggi : umur 19 tahun atau lebih
Age ( umur)
muda, 45 tahun atau lebih tua dan khususnya umur 3 4
65 tahun lebih. 35 – 79% oran yang melakukan bunuh diri
Depression
mengalami sindrome depresi. attempts65- 70% orang yang melakukan bunuh diri sudah
Previous (Percobaan
pernah melakukan percobaan sebelumnya
5
sebelumnya) ETOH ( alkohol)
65
6
menyalahnugunakan alkohol Rational thinking Loss Orang skizofrenia dan dementia lebih sering (Kehilangan
7
orang
yang
suicide
adalah
orang
berpikir melakukan bunuh diri disbanding general populasi
rasional) Sosial support lackingOrang yang melakukan bunuh diri biasanya (Kurang
dukungankurannya dukungan dari teman dan saudara,
sosial) 8
%
pekerjaan yang bermakna serta dukungan spiritual
Organized
keagaamaan planAdanya perencanaan yang spesifik terhadap bunuh
(perencanaan
yangdiri merupakan resiko tinggi
9
teroranisasi) No spouse
10
memiliki pasangan) Sickness
(
Tidak Orang duda, janda, single adalah lebih rentang disbanding menikah Orang berpenyakit kronik dan terminal beresiko
8
tinggi melakukan bunuh diri. Data yang perlu dikumpulkan saat pengkajian : 1. Riwayat masa lalu :
Riwayat percobaan bunuh diri dan mutilasi diri
Riwayat keluarga terhadap bunuh diri
Riwayat gangguan mood, penyalahgunaan NAPZA dan skizofrenia
Riwayat penyakit fisik yang kronik, nyeri kronik.
Klien yang memiliki riwayat gangguan kepribadian boderline, paranoid, antisosial
Klien yang sedang mengalami kehilangan dan proses berduka
2. Symptom yang menyertainya a. Apakah klien mengalami :
Ide bunuh diri
Ancaman bunh diri
Percobaan bunuh diri
Sindrome mencederai diri sendiri yang disengaja
b. Derajat yang tinggi terhadap keputusasaan, ketidakberdayaan dan anhedonia dimana hal ini merupakan faktor krusial terkait dengan resiko bunuh diri. Bila individu menyatakan memiliki rencana bagaimana untuk membunuh diri mereka sendiri. Perlu dilakukan penkajian lebih mendalam lagi diantaranya :
Cari tahu rencana apa yang sudah di rencanakan Menentukan seberapa jauh klien sudah melakukan aksinya atau perencanaan untuk melakukan aksinya yang sesuai dengan rencananya.
Menentukan seberapa banyak waktu yang di pakai pasien untuk merencanakan dan mengagas akan suicide
Menentukan bagaiamana metode yang mematikan itu mampu diakses oleh klien.
Aktivitas keperawatan secara umum :
9
1. Bantu klien untuk menurunkan resiko perilaku destruktif yang diarahkan pada diri sendiri, dengan cara :
Kaji tingkatan resiko yang di alami pasien : tinggi, sedang, rendah.
Kaji level Long-Term Risk yang meliputi : Lifestyle/ gaya hidup, dukungan sosial yang tersedia, rencana tindakan yang bisa mengancam kehidupannya, koping mekanisme yang biasa digunakan.
2. Berikan lingkungan yang aman ( safety) berdasarkan tingkatan resiko, managemen untuk klien yang memiliki resiko tinggi;
Orang yang ingin suicide dalam kondisi akut seharusnya ditempatkan didekat ruang perawatan yang mudah di monitor oleh perawat.
Mengidentifikasi
dan
mengamankan
benda
–
benda
yang
dapat
membahayakan klien misalnya : pisau, gunting, tas plastic, kabel listrik, sabuk, hanger dan barang berbahaya lainnya.
Membuat kontrak baik lisan maupun tertulis dengan perawat untuk tidak melakukan tindakan yang mencederai diri Misalnya : ”Saya tidak akan mencederai diri saya selama di RS dan apabila muncul ide untuk mencederai diri akan bercerita terhadap perawat.”
Makanan seharusnya diberikan pada area yang mampu disupervisi dengan catatan : o
Yakinkan intake makanan dan cairan adekuat
o
Gunakan piring plastik atau kardus bila memungkinkan.
o
Cek dan yakinkan kalau semua barang yang digunakan pasien kembali pada tempatnya.
Ø Ketika memberikan obat oral, cek dan yakinkan bahwa semua obat diminum. Ø Rancang anggota tim perawat untuk memonitor secara kontinyu. Ø Batasi orang dalam ruangan klien dan perlu adanya penurunan stimuli. Ø Instruksikan pengunjung untuk membantasi barang bawaan ( yakinkan untuk tidak memberikan makanan dalam tas plastic) Ø Pasien yang masih akut diharuskan untuk selalu memakai pakaian rumah sakit. Ø Melakukan seklusi dan restrain bagi pasien bila sangat diperlukan Ø Ketika pasien sedang diobservasi, seharusnya tidak menggunakan pakaian yang menutup seluruh tubuhnya. Perlu diidentifikasi keperawatan lintas budaya.
10
Ø Individu yang memiliki resiko tinggi mencederai diri bahkan bunuh diri perlu adanya komunikasi oral dan tertulis pada semua staf. 3. Membantu meningkatkan harga diri klien
Ø Tidak menghakimi dan empati Ø Mengidentifikasi aspek positif yang dimilikinya Ø Mendorong berpikir positip dan berinteraksi dengan orang lain Ø Berikan jadual aktivitas harian yang terencana untuk klien dengan control impuls yang rendah Ø Melakukan terapi kelompok dan terapi kognitif dan perilaku bila diindikasikan. 4. Bantu klien untuk mengidentifikasi dan mendapatkan dukungan social •
Informasikan
kepada
keluarga
dan
saudara
klien
bahwa
klien
membutuhkan dukungan social yang adekuat •
Bersama pasien menulis daftar dukungan sosial yang di punyai termasuk jejaring sosial yang bisa di akses.
•
Dorong klien untuk melakukan aktivitas social
5. Membantu klien mengembangkan mekanisme koping yang positip. •
Mendorong ekspresi marah dan bermusuhan secara asertif
•
Lakukan pembatasan pada ruminations tentang percobaan bunuh diri.
•
Bantu klien untuk mengetahui faktor predisposisi ‘ apa yang terjadi sebelum anda memiliki pikiran bunuh diri’
•
Memfasilitasi uji stress kehidupan dan mekanisme koping
•
Explorasi perilaku alternative
•
Gunakan modifikasi perilaku yang sesuai
•
Bantu klien untuk mengidentifikasi pola piker yang negative dan mengarahkan secara langsung untuk merubahnya yang rasional.
7. Initiate Health Teaching dan rujukan, jika diindikasikan
Ø Memberikan pembelajaran yan menyiapkan orang mengatasi stress (relaxation, problem-solving skills). Ø Mengajari keluarga technique limit setting Ø Mengajari keluarga ekspresi perasaan yang konstruktif Ø Intruksikan keluarga dan orang lain untuk mengetahui peningkatan resiko : perubahan perilaku, komunikasi verbal dan nonverbal, menarik diri, tanda depresi.
11
12
DAFTAR PUSTAKA http://organisasi.org/tips-cara-membuat-mencari-teman-kawan-sahabat-sobatyang-banyak-baik-dan-benar
13