SATUAN ACARA PENYULUHAN TERAPI INSULIN
Oleh : Aliyah Adek R.
(105070200111024)
Afrida Diyan F.
(105070200111041)
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2012 SATUAN ACARA PENYULUHAN
Satuan Acara Penyuluhan Terapi Insulin Pokok Bahasan
: Terapi Insulin
Sasaran
: Klien dan Pendamping
Tempat
: Poliklinik Penyakit Dalam RSSA Malang
Hari/tanggal
: 19 November 2012
Alokasi waktu
: 60 menit
Metode
: Ceramah, Tanya jawab, Diskusi
Pertemuan ke
: 1 ( Pertama )
Pengajar
: Adek & Afrida
A. Tujuan lnstruksional a. Umum
:
Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan, klien & pendamping mengerti dan memahami tentang terapi insulin, baik terkait alat, area, cara penyuntikan, dan hal-hal yang perlu diperhatikan. b. Khusus
:
1. Klien dan Pendamping memahami tentang anatomi kulit ( dapat menyebutkan letak penyuntikan insulin ) 2. Klien dan Pendamping mengerti tentang jenis pen insulin ( dapat menyebutkan setidaknya 1 jenis dan mengerti cara penggunaannya ) 3. Klien dan Pendamping mengerti tentang area penyuntikkan insulin ( dapat menyebutkan setidaknya 2 area penyuntikan ) 4. Klien dan Pendamping mengerti tentang cara penyuntikkan insulin ( dapat melakukan penyuntikan dengan dosis yang tepat dan pra penyuntikan dengan insulin pen ) 5. Klien dan Pendamping mengerti tentang hal-hal yang perlu diperhatikan ( dapat menjelaskan kembali cara penyimpanan insulin belum dan sedang digunakan dan menyebutkan masa penggunaan belum dan sedang/sudah dibuka )
B. Sub Pokok Bahasan 1. Anatomi kulit
2. Jenis pen insulin 3. Area penyuntikan insulin 4. Cara penyuntikan insulin 5. Hal-hal yang perlu diperhatikan
C. KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR
Tahap
Waktu
Kegiatan perawat
Kegiatan perserta
Metode
Media &
kegiatan
Pembuka
alat
(5 menit)
an
1.Salam
1. Menjawab
pembukaan
salam
2.
2. Mendengarkan
Memperkenalkan
keterangan
diri
Penyaji
Ceramah
Microphon e
3. Menjelaskan maksud dan tujuan 4. Membagikan leaflet
Penyajia
( 20 menit)
n
1.Menyampaikan
Memperhatikan
Ceramah
Leaflet,
materi
dan
Diskusi
ppt
Praktik
Spuit, Vial
mendengarkan keterangan penyaji
Simulasi
(20menit)
1.Mempraktikkan
Praktik dan
cara penyuntikkan
simulasi
Insulin,
insulin mandiri
pemberian insulin
pen
2.Mempraktikkan
Insulin,
cara penyimpanan
Alkohol
insulin
Swab,
Tempat sampah medis, lemari pendingin mini Penutup
(15menit)
1.Melakukan
Mendengarkan
Ceramah,
Leaflet
Tanya jawab
dan bertanya
diskusi,
,Flipehart,
2.Menutup
serta menjawab
Tanya
Ppt
pertemuan
pertanyaan
Jawab
3.Menyampaikan kesimpulan
D. Evaluasi 1. Evaluasi Proses : a. Perserta mengikuti kegiatan pengajaran dengan baik b. Perserta terlibat aktif dalam pembelajaran c. Perserta aktif dalam diskusi tanya jawab
2. Evaluasi hasil
:
a. Perserta mampu memahami garis besar tentang anatomi kulit b. Perserta mampu memahami jenis-jenis pen insulin c. Peserta mampu menyebutkan area yang digunakan sebagai tempat penyuntikkan insulin d. Peserta dapat melakukan penyuntikkan insulin secara mandiri e. Peserta dapat menjelaskan kembali cara penyimpanan insulin f. Perserta mampu menjelaskan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian suntikan insulin
Terapi Insulin I.
Anatomi kulit Kulit manusia mempunyai ketebalan yang bervariasi, mulai dari 0,5 mm sampai 5 mm, dengan luas permukaan sekitar 2 m2 dan berat sekitar 4 kg. Kulit dalam bahasa latin disebut cutis dan dibagian bawahnya terdapat lapisan bernama subcutis. Jika kulit dicubit dan diangkat, kulit itu terasa longgar terhadap lapisan subcutisdi bawahnya. Lapisan subcutis ini sering menjadi tempat untuk suntikan obat tertentu, termasuk insulin. Secara garis besar, lapisan pada kulit dapat dibagi menjadi 2 yaitu kulit bagian luar (epidermis) dan kulit bagian dalam (dermis), penjelasannya yaitu sebagai berikut : a. Epidermis (kulit bagian luar) Lapisan paling luar pada epidermis dibentuk oleh zat tanduk (keratin) pada lapisan cornium yang dibentuk oleh sel kulit yang sudah tua. Pada orang tertentu bagian kulit ini memebri gambaran seperti sisik tipis. Lapisan ini akan terlepas pada saat digosok waktu mandi dan lapisan di bawahnya akan mengisi lapisan yang lepas. Lapisan paling dalam
dari
epidermis
dinamakan
lapisan
basal
atau
stratum
germinativum. Disini ditemukan sel-sel yang membelah diri dan membentuk dan memebentuk sel kulit baru yang selanjutnya bergeser ke lapisan lebih atas sehingga suatu saat menjadi lapisan cornium. Pada lapisan ini pula terdapat pigmen melanin yang memeberikan warna pada kulit. Untuk mencapai lapisan paling atas, sel-sel ini membutuhkan waktu sekitar 5-6 minggu. Dengan demikian, setiap 4-5 minggu manusia sebenarnya mengalami pergantian kulit. b. Dermis (kulit bagian dalam) Pada lapisan dermis dibawah lapisan basal terdapat ujung saraf peraba, dan pembuluh darah kapiler. Disini juga dapat ditemukan kelenjar keringat dan kelenjar minyak kulit. Pada lapisan subcutis dapat ditemkan banyak pembuluh darah, saraf, dan folikel atau akar rambut beserta m.erector pilli. Pada orang gemuk, dilapisan ini juga dapat ditemukan banyak jaringan lemak. Pengukuran kegemukan seseorang dapat dilakukan dengan memanfaatkan pengukuran tebal
lapisan ini disekitar tulang belikat dan bagian belakang lengan atas. Pada wanita hamil, bagian ini juga sering menampung cairan. ( Wibowo, Daniel S. 2005)
( Wibowo, Daniel S. 2005)
II.
Jenis pen Insulin Beberapa jenis atau cara yang dapat dilakukan dalam pelaksanaan terapi insulin dapat dilakukan menggunakan berbagai cara, yaitu sebagai berikut : 1. Injectors Untuk injeksi jenis multipel, dapat digunakan insulfon atau I-port. Suntikan diberikan melalui lokasi khusus yang terhubung melalui tabung yang dimasukkan dengan jarum dan diganti sekitar seminggu sekali, namun sampai saat ini injector belum begitu populer di Amerika Serikat namun sudah populer di Eropa.
2. Insulin pen Insulin pen digunakan untuk insulin dengan beberapa formula. Keuntungan dari penggunaan insulin pen ini adalah keakuratan dan kekonsistensian dosis yang baik jika menggunakan insulin pen. Berikut beberapa jenis insulin pen yang dapat digunakan :
3. Automatic injectors Automatic
injector
bekerja
dengan
menekan
tombol
pelepas
(keluarnya) jarum secara otomatis yang memeberikan suntuikan dengan sedikit partisipasi pasien. Orang-orang yang menggunakan injector dikarenakan mereka tidak bisa belajar untuk melakukan suntikan terhadap dirinya sendiri. Sebagian besar, namun tidak semua, orang memiliki ketakutan atau penyesuaian emosi lainnya pada diabetisi dalam melakukan suntikan pada dirinya sendiri samapai mereka nyaman melakukan penyuntikan terhadap dirinya sendiri. Injector otomatis ini dianjurkan digunakan pada penderita diabetes yang juga mengidap cacat fisik, seperti serebral palsy.
4. Pompa Insulin-CSII (Continous Subcutaneous Insulin Infusion) Pompa insulin diinjeksikan (disemprotkan) kedalam tubuh melalui jaringan subcutan dimana pompa insulin ini menawarkan cara yang lebih tepat yaitu meniru pengiriman insulin secara normal. Pada salah satu penelitian, penggunaan jangka panjang dari pompa insulin (CSII) telah ditemukan memberi manfaat dalam menurunkan kadar HbA1c dan mengurangi terjadinya hipoglikemia berat. Namun insulin pump ini dilaporkan dapat meningkatkan angka kejadian diabetisketoacidosis (DKA) dikarenakan kurangnya pengiriman insulin yang sering dikaitkan dengan kinking dari tabung. Bahkan dengan nilai HbA1c normal, ditemukan pemblokiran kemampuan insulin untuk mencapai pasien yang diperlukan rata-rata 6 jam sampai DKA diidentifikasi. Pompa insulin memberikan tingkat potensi variabel insulin basal selama periode 24-jam. Salah satu insulin rapid-acting atau insulin secara teratur dapat diberikan terus-menerus melalui jarum subcutan. Insulin bolus kemudian diberikan dengan makanan dan makanan ringan yang diperlukan. Pompa insulin model yang lebih baru mengandung augmentasi sensor glukosa, yang memungkinkan pasien dan penyedia untuk menetapkan faktor koreksi terprogram seperti insulin-karbohidrat atau ratio insulin-exchange dan parameter sensitivitas insulin lain. Berikut jenis insulin pump yang dapat digunakan, yaitu :
( Guthrie, Diana W. dan Richard A. Guthrie. 2009)
III.
Area menyuntik insulin Tempat penyuntikan insulin bisa dilengan, perut, atau paha. Bila dengan bantuan orang lain, dilakukan dilengan. Bila menyuntik sendiri, lakukan diperut atau paha. Jarak suntikan satu dengan yang lainnya sekitar 2 cm. Jangan terlalu dekat. Lakukan rotasi agar tidak terus menyuntik di tempat yang sama untuk menghindari terjadinya lipodistrofi (atrofi jaringan) dan hipertrofi (penebakan) kulit. Untuk suntikan di perut, jauhi pusar dengan jarak 5 cm. Hindari penyuntikan pada kulit yang luka atau infeksi. Jaga
kebersihan, usap atau bersihkan dengan alkohol sebelum dan sesudah penyuntikan. Berikut gambar lokasi penyuntikan insulin :
( Tandra, Hans. 2007)
IV.
Cara menyuntik insulin Penyuntikan Insulin dilakukan berdasarkan aturan umum sbb: 1. Setiap lokasi penyuntikan mempunyai kecepatan penyerapan obat yang berbeda sehingga dapat dimanfaatkan untuk mengatur waktu penyuntikan dan prediksi efek optimal dikaitkan dengan asupan makan. 2. Insulin kerja lambat dan sedang sebaiknya disuntikkan pada lokasi pantat. 3. Hindari penyuntikan tembus pakaian. 4. Harus melakukan rotasi lokasi penyuntikan tiap hari dengan jarak kurang lebih 1 jari (2,5cm) dari lokasi terakhir. 5. Memilih teknik cubit / tidak, tegak lurus / miring, disesuaikan dengan lokasi dan panjang jarum (5mm ; 8mm ; standar 12,7mm). Teknik cubit pada perut & pantat boleh tegak lurus dan pada lengan atas serta paha sebaiknya cubit & miring. 6. Paling aman adalah dengan teknik cubit. 7. Masase dan peningkatan aktivitas pada tempat penyuntikan akan mempercepat penyerapan obat dan menyebabkan hipoglikemia. 8. Insulin sebelum disuntikkan harus sudah campur homogen dengan cara menggeraakkannya secara bergelombang, usahakan jangan dikocok. Periksa ulang, jangan sampai ada gelembung udara dalam spuit. 9. Kelola dengan baik pembuangan bekas spuit dan jarum agar tak membahayakan orang lain. 10. Hindari pemakaian jarum suntik berulang kali, paling ideal 1 jarum untuk 1-2 kali penyuntikan. 11. Simpan insulin persediaan / yang terpakai pada lemari pendingin dan jangan sampai kadaluarsa. Insulin yang sudah dipakai, simpan pada suhu kamar maksimal selama 1 bulan dan tidak terkena sinar matahari langsung. 12. Sebelum disuntikkan, keluarkan insulin dari lemari pendingin minimal 1jam sebelumnya, karena penyuntikkan saat insulin masih dingin akan menimbulkan rasa nyeri. 13. Pegang spuit pada saat menyuntik seperti memegang alat tulis.
(Sutejo, A. Y. 2010) Prosedur Penyuntikan Insulin Mandiri dengan menggunakan spuit : 1. Cuci tangan dengan baik 2. Bersihkan tempat penyuntikan (dengan sabun & air atau isoprofil alkohol 70%) 3. Usap bagian atas vial insulin dengan isoprofil alkohol 70% 4. Giling-gulingkan
vial
insulin
dalam
telapak
tangan
untuk
mencampur insulin dengan baik (untuk semua jenis insulin kecuali insulin kerja singkat) 5. Suntikkan sejumlah udara yang sama dengan jumlah dosis insulin yang akan digunakan ke dalam vial. Aspirasi insulin kerja singkat terlebih dahulu kemudian kerja sedang / kerja lama (bila diberikan insulin campuran) 6. Amati spuit terhadap adanya gelembung udara 7. Cubit dan tahan lipatan kulit dan suntikan pada sudut 90 derajat (bila anda kurus dan berkulit kendur suntikan insulin pada sudut 45derajat untuk menghindari suntikan intramuskular, yang dapat menyerap insulin lebih cepat) 8. Dalam penyuntikkan insulin tidak diperlukan rutinitas aspirasi, suntikkan insulin 9. Jika suntikan terasa sakit atau merembes darah / serum dari tempat suntukan, berikan tekanan selama 5-10menit (Rumahorbo, Hotma. 1999) Prosedur penyuntikan insulin dengan menggunakan pena insulin ( insulin pen ) : 1. Lepaskan penutup pena atau topi Jika menggunakan intermediate-acting insulin dengan lembut putar pena diantara telapak tangan 15 detik untuk campuran 2. Lepaskan kertas dan pasang jarum a. Tarik penutup kertas dari pena jarum b. Pasang jarum ke ujung pena insulin c. Lepaskan penutup jarum luar d. Lepaskan penutup jarum dalam 3. Pastikan pena siap
a. Putar tombol pemilih dosis di ujung pena untuk 1 atau 2 unit ( dosis monoton perubahan tanda dengan berubahnya tombol ) b. Pegang pena dengan jarum menunjuk ke atas. Tekan tombol dosis sampai benar-benar sampai menetes. Ulangi jika perlu, sampai insulin terlihat di ujung jarum. Dial akan kembali ke nol setelah menyelesaikan langkah dasar 4. Mengatur dosis Putar dosis tombol untuk mengatur dosis insulin ( anda dapat memutar mundur juga ). Pena akan memugkinkan untuk menerima hanya jumlah yang telah ditetapkan. Periksa jendela dosis untuk memastikan dosis yang akan disuntikkan sudah tepat. 5. Pilih tempat injeksi Pilih tempat injeksi. Perut adalah tempat yang disukai untuk banyak jenis insulin-antara bagian bawah rusuk dan kemaluan baris, menghindar sekitar 3-4 inci pusar. Bagian atas paha dan belakang lengan atas ( jika anda pleksibel ) dapat juga digunakan 6. Menyuntikkan insulin a. Posisikan ibu jari di ujung atas tombol pena dengan tenang untuk terus aman b. Dengan lembut mencubit kulit dengan tangan bebas c. Cepat masukkan jarum pada sudut 90 derajat. Melepaskan cubitan d. Gunakan ibu jari untuk menekan tombol dosis sampai berhanti ( jendela dosis akan kembali pada nol ). Biarkan jarum di tempat selama 5-10 detik untuk membantu mencegah insulin dari bocor keluar dari tempat injeksi e. Tarik jarum langsung keluar dari kulit. Kadang-kadang akan keluar sedikit darah atau terjadi memar adalah normal. Lap dengan tisu atau bola kapas beralkohol, tapi jangan ditekan 7. Tutup kembali insulin pen Tutup kembai insulin. Buang jarum pergi dalam wadah keras ( pil kosong atau deterjen wadah kendi aman contoh: letakkan penutup jarum luar kembali pada pena
V.
Hal-Hal Yang Perlu Diperhatikan Berikut hal-hal yang harus diperhatikan dalam terapi insulin, diantaranya adalah : 1. Efek Samping Insulin Jika insulin diberikan lebih banyak dari yang dibutuhkan untuk metabolisme glukosa akan menimbulkan reaksi hipoglikemia atau syok insulin, reaksi hipoglikemik ini lebih mudah terjadi pada saat waktu puncak kerja obat. Hal ini dapat diatasi dengan memberikan gula peroral atau intravena untuk meningkatkan pemakaian insulin. Keadaan sebaliknya dimana jumlah insulin tidak cukup, gula tidak dapat dimetabolismesasikan sehinggga terjadi metabolisme lemak (glukoneogensis), dimana pada peristiwa glukoneogenesis selain menghasilkan glukosa, juga akan menghasilkan benda keton. Pemakaian asam lemak [ keton
]
untuk energi menimbulkan
penumpukan benda keton didalam tubuh, dimana jika benda keton terlalu banyak didalam tubuh akan memicu terjadinya keadaan ketoasidosis (keadaan dekompensasi metabolik yang ditandai oleh hiperglikemia, asidosis dan ketosis) . Berikut tanda dan gejala dari terjadinya reaksi hipoglikemia dan ketoasidosis diabetikum : REAKSI
TANDA DAN GEJALA
Reaksi Hipoglikemik
Sakit kepala, kepala terasa ringan
[ syok insulin ]
Gelisah
terasa
takut,
tremor,
keringat
berlebihan dingin, kulit lembab, takikardi, bicara tersendat-sendat, lupa, kekacauan mental, kejang, kadar gula dara <
60
mg/dl. Ketoasidosis diabetik [ reaksi hiperglikemik ]
Sangat haus, poliuria. Bau napas seperti buah, pernapasan kusmaul [ dalam, cepat, melelahkan, terasa menekan , sesak ], denyut nadi cepat dan lemah, selaput lendir
kering dan turgor kulit buruk, kadar gula darah > 250 mg/dl.
2. Lama kerja dan cara penggunaan insulin Cara penggunaan insulin dapat dikelompokkan tergantung lama kerja (take effect) dari terapi insulin yang digunakan, yaitu sebagai berikut : a. Insulin kerja sangat cepat Awal kerja 0,2-0,5 jam; lama kerja 0,5-2 jam. Contoh Lispro, Aspart, Glulisin b. Insulin kerja pendek (reguler insulin) Awal kerja 0,5-1 jam; efek puncak 2-3 jam; disuntikkan 15-30 menit sebelum makan. Contoh: Humulin Actrafid c. Insulin kerja menengah Awal kerja 1,5-4 jam; efek puncak 4-10 jam; disuntikkan 1-2 kali/hari 15-30 menit sebelum makan. Contoh: Insulin Neutral Protamin hagedorn (NPH) d. Insulin kerja panjang Awal kerja 1-3 jam; tanpa efek puncak; disuntikkan 1 kali/hari pagi 15-30 menit sebelum makan. Contoh: Insulin Lantus (glargine), Insulin Detemir e. Insulin campuran (mixtures) Terdiri atas 75 bagia insulin humalog (insulin manusia)dan 25 bagian insulin lispro. (Sutejo, A. Y. 2010) Berikut tabel mengenai pembagian insulin dan lama kerjanya :
3. Cara penyimpanan insulin Cara penyimpanan insulin tidak boleh di simpan di dalam freezer. Jika insulin belum di buka, cartridge sistem dan perangkat insulin pen harus di simpan di dalam lemari es 360F-460F (20C-80C), buang setelah melewati tanggal kadaluarsa. Jika menggunakan vial dan telah dibuka (sedang digunakan), vial harus dibuang setelah 28 hari setelah dibuka. Jika pendinginan tidak mungkin, botol terbuka dapat disimpan di-unrefrigerator sampai 28 hari yang harus terhindar dari panas dan cahaya secara langsung, asalkan suhu tidak lebih dari 860F (300C). Jika menggunakan cartridge yang dibuka (sedang digunakan), tidak harus didinginkan tetapi harus disimpan pada suhu kamar (di bawah 860F) jauh dari panas dan cahaya langsung. Sistem cartridge harus di buang setelah 28 hari. 4. Cara pemakaian botol dan alat injeksi. Jika masih menggunakan spuit injeksi dan vial yang menggunakan NPH
atau lente bersama-sama insulin
reguler,
teknik
pengambilan harus memasukkan terlebih dahulu insulin reguler sebelum mengambil
insulin NPH atau lente untuk menghindari
kerusakan jangka panjang pada insulin reguler 5. Ciri insulin yang tidak layak pakai atau rusak Pemakaian insulin harus diperhatikan kelayakannya, hal ini penting untuk menghindari terjadinya keadaan yang tidak diinginkan (dapat terjadi toksik), yaitu : a. Insulin masih dalam masa penggunaan (belum masuk atau mendekati waktu kadaluarsa) b. Perhatikan penampilan insulin, jika ia adalah insulin reguler maka kenampakannya adalah jernih. Jika ia merupakan insulin intermediet maka kenampakannya adalah keruh. Kerusakan insulin
sebelum
masa
kadaluarsa
banyak
terjadi
akibat
kesalahan dalam pencampuran anatar insulin reguler dan insulin
intermediet.
Warna
keruh
pada
insulin
reguler
merupakan tanda bahwa insulin tersebut telah rusak c. Insulin yang masih layak pakai tidak mengandung endapan. Pada insulin intermediet, pengecekan dilakukan dengan cara menggulung dengan lembut insulin di telapak tangan untuk mencampur subtansi didalamnya, jika tidak ada endapan maka insulin tersebut masih layak pakai. Jika mengandung endapah harus dibuang.
Daftar Pustaka Donna.I. 1996. Medical Surgical Nursing. Philadelphia : Mosby Year Book. Greenspan dan Baxter.2000. Endokrinologi Dasar dan Klinik. Jakarta : EGC. Guthrie, Diana W. dan Richard A. Guthrie. 2009. A Guide To The Pattern Approach: Management of Diabetes Mellitus For Nurses and Health Care Professionals Sixth Edition. New York: Springer Kee and Hayes.1996. Farmakologi, Pendekatam Proses Keperawatan. Jakarta: EGC. Rumahorbo, Hotma. 1999. Asuhan Keperwatan Klien Dengan Gangguan Sistem Endokrin. Jakarta : EGC Sutejo, A. Y. 2010. 5 Strategi Penderita Diabetes Mellitus Berusia Panjang. Yogyakarta: Penerbit Kanisius Tandra, Hans. 2007. Segala Sesuatu Yang Harus Anda Ketahui Tentang Diabetes: Panduan Lengkap Mengenal dan Mengatasi Diabetes Dengan Cepat dan Mudah. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama Wibowo, Daniel S. 2005. Anatomi Tubuh Manusia. Jakarta: Grasindo