SAP (SATUAN ACARA PENYULUHAN) SKIZOFRENIA
Pokok Bahasan
: Skizofrenia
Sasaran
: Keluarga Tn. S
Hari / tanggal
: Rabu / 07 Mei 2014
Jam
: 10.00
Waktu
: 30 menit
Tempat
: Dirumah Tn. S
A. LATAR BELAKANG Menurut WHO, sehat adalah keadaan keseimbangan yang sempurna , baik fisik, mental, dan sosial, tidak hanya bebas dari pnetakit dan kelemahan. Sakit adalah keadaan tidak normal atau tidak sehat, secara sederhana ,sakit atau dapat pula disebut penyakit merupakan suatu bentuk kehidupan atau keadaan diluar batas normal. Tolak ukur yang paling mudah untuk menentukan kondisi penyakit adalah jika terjadi perubahan dari nilai-nilai rata-rata normal yang telah ditetapkan
( Asmadi, 2008).
Skizofrenia merupakan gangguan jiwa yang berat dan gawat yang dapat dialami manusia sejak muda dan dapat berlanjut menjadi kronis dan lebih gawat ketika muncul pada lanjut usia (lansia) karena menyangkut perubahan pada segi fisik, psikologis dan sosial-budaya. Skizofrenia pada
lansia angka prevalensinya sekitar 1% dari kelompok lanjut usia (Depkes, 1992). Data
American
Psychiatric
Association
(APA)
tahun
1995
menyebutkan 1% populasi penduduk dunia menderita skizofrenia. 75% Penderita skizofrenia mulai mengidapnya pada usia 16-25 tahun. Usia remaja dan dewasa muda memang berisiko tinggi karena tahap kehidupan ini penuh stresor. Kondisi penderita sering terlambat disadari keluarga dan lingkungannya karena dianggap sebagai bagian dari tahap penyesuaian diri. Pengenalan dan intervensi dini berupa obat dan psikososial sangat penting karena semakin lama ia tidak diobati, kemungkinan kambuh semakin sering dan resistensi terhadap upaya terapi semakin kuat. Seseorang yang mengalami gejala skizofrenia sebaiknya segera dibawa ke psikiater dan psikolog. Hasil
pengkajian
pada
keluarga
didapatkan
masalah
dengan
skizofrenia . Usaha untuk menciptakan anggota keluarga yang sehat, mandiri dan produktif yaitu melalui pelayanan kesehatan preventif, promotif tanpa mengabaikan kuratif dan rehabilitatif. Untuk
menunjang
usaha
tersebut,
kami
merencanakan
akan
memberikan pendidikan kesehatan tentang skizofrenia pada keluarga,
B. TUJUAN a. Umum Setelah
dilakukan
pendidikan
kesehatan
tentang
skizofrenia
diharapkan keluarga mampu merawat anggota keluarga dengan skizofrenia. b. Khusus Setelah
dilakukan
pendidikan
kesehatan
tentang
skizofrenia
diharapkan lansia dapat : 1. Memahami apa itu skizofrenia 2. Memahami penyebab skizofrenia 3. Memahami tanda dan gejala skizofrenia 4. Memahami bagaimana penanganan skizofrernia 5. Memahami apa itu defisit perawatan diri 6. Memahami tanda dan gejala defisit perawatan diri 7. Memahami bagaimana penanganan keluarga deficit perawatan diri
C. SASARAN Sasaran : keluarga klien
D. METODE -
Ceramah
-
Diskusi / tanya jawab
E. MEDIA DAN ALAT -
Leaflet
-
Lembar balik
F. SETING TEMPAT
Keterangan : 1. Anggota keluarga
1
2. Penyaji
2
G. SUSUNAN ACARA Tahap
Kegiatan
Pembukaan
Mengucapkan salam
Melakukan perkenalan diri
Memahami apa itu skizofrenia
Memahami penyebab skizofrenia
Memahami tanda dan gejala skizofrenia
Memahami
Proses
skizofrernia
Waktu
bagaimana
5 menit
20 menit
penanganan
Memahami apa itu defisit perawatan diri
Memahami
tanda
dan
gejala
defisit
perawatan diri
Memahami
bagaimana
penanganan
keluarga deficit perawatan dir
Penutup
Diskusi / tanya jawab
Menutup dengan mengucapkan salam, dan 5 menit meminta maaf apabila dalam pertemuan ada kesalahan
Jumlah
30 menit
H. KRITERIA EVALUASI Tahap
Indikator keberhasilan
Struktur
Tersedianya pre planning
Terbentuknya kontrak dengan keluarga
Perawat diterima oleh keluarga
Penkes dapat berlangsung sesuai dengan waktu dan
Proses
tujuan tanpa ada kesulitan dari keluarga maupun dari perawat
Hasil
keluarga kooperatif dalam diskusi / demonstrasi
Perawat dapat melakukan pen-kes sesuai dengan TIK
secara benar
keluarga : Memahami apa itu skizofrenia Memahami penyebab skizofrenia Memahami tanda dan gejala skizofrenia Memahami bagaimana penanganan skizofrernia Memahami apa itu defisit perawatan diri Memahami tanda dan gejala defisit perawatan diri Memahami bagaimana penanganan keluarga deficit perawatan diri
I. DAFTAR PUSTAKA a. Depkes RI. (2002).
Modul
Pedoman
Kader
PHC .
Magelang
Bapelkes Salaman Magelang b. Referensi : http://www.psychologymania.com/2011/09/gangguanskizofrenia-merupakan-gangguan.html
SKIZOFRENIA
1. PENGERTIAN
Skizofrenia adalah suatu gangguan psikosis fungsional berupa gangguan mental berulang yang ditandai dengan gejala-gejala psikotik yang khas dan oleh kemunduran fungsi sosial, fungsi kerja, dan perawatan diri. Skizofrenia merupakan penyakit otak yang timbul akibat ketidakseimbangan pada dopamin, yaitu salah satu sel kimia dalam otak. Ia adalah gangguan jiwa psikotik paling lazim dengan ciri hilangnya perasaan afektif atau respons emosional dan menarik diri dari hubungan antarpribadi normal. Sering kali diikuti dengan delusi (keyakinan yang salah) dan halusinasi (persepsi tanpa ada rangsang pancaindra). Pada pasien penderita, ditemukan penurunan kadar transtiretin atau pre-albumin yang merupakan pengusung hormon tiroksin, yang menyebabkan permasalahan pada fluida cerebrospinal. Skizofrenia bisa mengenai siapa saja. Gangguan jiwa skizofrenia merupakan gangguan jiwa yang berat dan gawat yang dapat dialami manusia sejak muda dan dapat berlanjut menjadi kronis dan lebih gawat ketika muncul pada lanjut usia (lansia) karena menyangkut perubahan pada segi fisik, psikologis dan sosial-budaya. Skizofrenia pada lansia angka prevalensinya sekitar 1% dari kelompok lanjut usia (lansia) (Dep.Kes.1992)
2. PENYEBAB
Factor-faktor 1. Factor lingkungan yang menimbulkan stress 2. Psikologis (kematian orang terdekat) 3. Epigenetic (penyalahgunaan obat,stress, trauma) 4. Factor genetic/keturunan
3. TANDA DAN GEJALA
1.
Delusi
adalah
ekspresi
kepercayaan
yang
timbul
dalaam
kehidupan nyata. Mis : merasa di racuni, dicintai, disakiti Istilah ini menunjukkan adanya ide-ide atau keyakinan-keyakinan yang salah. Jenis-jenis waham ini mencakup : (1)
Kebesaran
Seseorang memiliki suatu perasaan berlebihan dalam kepentingan atau kekuasaan. (2)
Curiga
Seseorang merasa terancam dan yakin bahwa orang lain bermaksud untuk membahayakan atau mencurigai dirinya. Semua kejadian dalam lingkungan sekitarnya diyakini merujuk/terkait kepada dirinya. (3)
Kontrol
Seseorang percaya bahwa obyek atau orang tertentu mengontrol perilakunya.
2.
Halusinasi Istilah ini menggambarkan persepsi sensori yang salah yang
mungkin meliputi salah satu dari kelima pancaindra. Halusinasi pendengaran dan penglihatan yang paling umum terjadi, halusinasi penciuman, perabaan, dan pengecapan juga dapat terjadi. 3.
Munculnya sikap katatonik (gangguan respon) dimana pasien
akan sangat malas 4.
Kelainan emosional
4. PENANGANAN DIRUMAH
1.
Terapi obat-obatan antipsikotik
2.
Sikap menerima, tetap berkomunikasi, dan tidak mengasingkan klien
3.
Hindari tindakan kasar, membentak atau mengucilkan klien
4.
Saat berbicara tidak sampai memancing kembali emosi penderita
5.
PENGERTIAN DEFISIT PERAWATAN DIRI
Defisit perawatan diri adalah Kelemahan kemampuan untuk melengkapi aktivitas kebersihan diri
6.
TANDA DAN GEJALA DEFISIT PERAWATAN DIRI
1.
Gangguan kebersihan diri
2.
Ketidakmampuan berhias atau berpakaian
3.
Ketidakmampuan makan secara mandiri
4. 7.
Ketidakmampuan eliminasi secara mandiri
PENANGANAN KELUARGA 1.
Latih cara perawatan kebersihan diri
2.
Latih cara berdandan dan berkhias
3.
Latih pasien makan teratur
4.
Latih pasien bab dan bak secara mandiri