MAKALAH SERUMEN PROP
KEPANITERAAN KLINIK SENIOR DIBAGIAN ILMU KESEHATAN TELINGA HIDUNG TENGGOROKAN KEPALA LEHER RSUD DR. H. KUMPULAN PANE TEBING TINGGI Oleh WILY TAMARA FAROBBY
Pembimbing : dr. Nina Amalia, M.ked(ORL-HNS), Sp. THT-KL
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA TEBING TINGGI 2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada tuhan yang maha esa, atas rahmat dan karuniaNya, penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Semoga penyusunan makalah ini dapat menjadi wadah pengembangan diri dan kreatifitas, dimana dalam perjalanan akademik yang sedang ditempuh dalam masa pendidikan kepaniteraan klinik yang dituntut untuk dapat mengembangkan suatu masalah yang pada akhirnya disusun dalam suatu bacaan ilmiah (makalah), hal ini akan melatih untuk berfikir secara kritis dalam menguraikan suatu persoalan. Dalam makalah ini nantinya akan dibahas mengenai “serumen prop”. Dalam menyelesaikan makalah ini, penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini tidak mungkin penulis juga ingin menyampaikan terima kasih kepada dr. Nina Amalia. Demikian makalah ini disusun, semoga dapat bermanfaat bagi penulis khusunya dan pembaca pada umumnya. Saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan untuk membantu lebih menyempurnakan makalah ini. Tebing Tinggi, 1 maret 2017 Hormat saya
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................
ii
DAFTAR ISI .....................................................................................................
iii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................
4
3.1.Latar Belakang ..............................................................................................
4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................
6
2.1. Definis Serumen ...........................................................................................
6
2.2. Fungsi Serumen ............................................................................................
6
2.3. Klasifikasi Serumen ......................................................................................
6
2.4. Fisiologi Serumen .........................................................................................
6
2.5. Serumen Prop................................................................................................
7
BAB III PENUTUP...........................................................................................
10
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................
11
iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang Serumen umumnya dapat ditemukan di kanalis akustikus eksternus. Serumen merupakan
campuran dari material sebaseus dan hasil sekresi apokrin dari glandula seruminosa yang berkombinasi dengan epitel deskuamasi dan rambut. Bila lama tidak dibersihkan atau membersihkan dengan cara yang yang salah serumen akan menimbulkan sumbatan pada kanalis akustikus eksternus. Keadaan ini disebut serumen prop (serumen yang menutupi kanalis akustikus eksternus). Sumbatan serumen kemudian dapat menimbulkan gangguan pendengaran yang timbul akibat penumpukan serumen di ling telinga dan menyebabkan rasa tertekan yang mengganggu. Serumen secara fisiologis dapat dikeluarkan bersama-sama dengan bantuan gerakan rahang pada waktu bicara dan menelan. Serumen dapat berfungsi sebagai proteksi, mengangkut debris epitel, sebagai pelumas kanalis, untuk mencegah kekeringan epidermis. Produksi serumen yang berlebihan dapat menyumbat kanalis auditorius eksternus disebut serumen
prop,
serumen
obturans atau impacted cerumen sehingga dapat menyebabkan penurunan pendengaran, mengganggu pandangan untuk memeriksa membrane timpani, telinga terasa penuh yang mengganggu kenyamanan penderita. Proses penyumbatan ini dipengaruhi oleh bentuk kanalis yang sempit dan berkelokkelok, kekentalan serumen, iritasi yang berulang akibat kebiasaan mengorek kanalis auditorius ekternus. Berdasarkan
penelitian
sebelumnya
didapatkan
insiden
serumen
obsturan sebanyak 22,9% (109 siswa) dari 487 siswa yang diteliti di Semarang tahun 2010. Distribusi jenis kelamin pada penelitian ini terdiri dari 273 laki-laki dan 214 perempuan dengan distribusi serumen obsturan sebanyak 63 (12,9%) laki-laki dan 46 (9,4%) perempuan. Upaya dalam pemeliharaan kesehatan telinga yang berhubungan dengan serumen obsturan dan fungsi pendengaran, dan juga pencegahan terhadap timbulnya serumen obsturan dapat dilakukan seandainya kita mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan serumen obsturan, sehingga insidensi serumen obsturan dapat berkurang yang akhirnya akan mengurangi gangguan pendengaran dan komplikasi yang disebabkan oleh serumen obsturan. World Health Organization (WHO) melaporkan bahwa di Indonesia pada tahun 2007 insidensi serumen obsturan sebesar 18,7 %. 4
Bila terjadi pada kedua telinga maka serumen prop ini menjadi salah satu penyebab ketulian pada penderita. Suara dari luar tidak dapat masuk ke dalam telinga dan dengan demikian suara tidak dapat menggetarkan oleh membran timpani.
5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi Serumen Serumen adalah hasil produksi dari kelenjar sebasea, kelenjar seruminosa, epitel kulit
yang terlepas dan partikel debu. Dalam keadaan normal serumen terdapat di sepertiga luar liang telinga karena kelenjar tersebut hanya ditemukan di daerah ini. Ada dua tipe dasar, basah dan kering. Pola pewarisannya bersifat autosomal dan tidak diketahui secara luas sampai tahun 1962. Serumen dapat keluar sendiri dari liang telinga akibat migrasi epitel kulit yang bergerak dari arah membran timpani menuju luar serta dibantu oleh gerakan rahang sewaktu mengunyah.
2.2. Fungsi Serumen Serumen diketahui memiliki fungsi proteksi. Dapat berfungsi sebagai sarana pengangkut
debris epitel dan kontaminan untuk dikeluarkan dari membran timpani. Serumen juga berfungsi sebagai pelumas dan dapat mencegah kekeringan dan pembentukan fisura pada epidermis. Penelitian menunjukkan bahwa serumen basah ataupun kering memiliki efek bakterisidal yang sama. Efek bakterisidal atau penghambat ini diduga berasal dari komponen asam lemak, lisozim, dan imunoglobulin dalam serumen. 2.3. Klasifikasi Serumen Cerumen secara umum dibagi menjadi: (1).. Tipe Basah, terdiri dari dua sub-tipe yaitu
Cerumen putih (White/Flaky Cerumen), sifatnya mudah larut bila diirigasi dan Serumen 6
coklat (light-brown), sifatnya seperti jeli, lengket; (2). Tipe Kering. Cerumen gelap/ hitam, sifatnya keras, biasanya erat menempel pada dinding liang telinga bahkan menutup liang sehingga
menimbulkan
gangguan
pendengaran.
External auditory canal memiliki banyak struktur yang berperan dalam produksi serumen. Yang terpenting adalah kelenjar ceruminous yang berjumlah 1000-2000 buah, kelenjar keringat apokrin tubular yang mirip dengan kelenjar keringat apokrin yang terdapat pada ketiak. Kelenjar ini memproduksi peptide, padahal kelenjar sebasea terbuka ke folikel rambut pada kanalis akustikus eksternus yang mensekresi asam lemak rantai panjang tersaturasi dan tidak tersaturasi, alkohol, skualan, dan kolesterol. 2.4. Fisiologi Serumen Cerumen memiliki
banyak
manfaat.
Cerumen
menjaga
external
auditory
canal dengan barier proteksi yang akan melapisi dan membasahi kanalis. Sifat lengketnya yang alami dapat menangkap benda asing, menjaga secara langsung kontak dengan bermacam-macam organisme, polutan, dan serangga. Cerumen juga mempunyai pH asam (sekitar 4-5), pada situasi pH seperti ini tidak dapat ditumbuhi oleh organisme sehingga dapat membantu menurunkan resiko infeksi pada external auditory canal. Selain di telinga, sel epitel yang sudah mati dan keratin dilepaskan dengan gesekan. Karena hal ini tidak mungkin terjadi dalam pada external auditory canal migrasi epitel squamosa merupakan cara utama untuk kulit mati dan debris dilepaskan dari dalam. Sel stratum korneum dalam membran timpani bergerak secara radial dari arah area anular membran timpani secara lateral sepanjang permukaan dalam pada external auditory canal . Sel berpindah terus ke lateral sampai mereka berhubungan dengan bagian kartilago telinga luar dan akhirnya dilepaskan, ketiadaan rete pegs dan kelenjar sub epitelial serta keberadaan membran basal halus memfasilitasi pergerakan epidermis dari meatus ke lubang lateral pergerakan pengeluaran epitel dari dalam kanal memberikan mekanisme pembersihan alami dalam pada external auditory canal , dan bila terjadi disfungsi akan menyebabkan infeksi.
2.5. Serumen Prop A. Definisi Serumen prop merupakan akumulasi abnormal dari serumen di liang telinga.
Penyebabnya dapat karena kerusakan pada saat pembersihan. Hasil produksi serumen mungkin berhubungan dengan infeksi, walaupun etiologinya tidak jelas. Sumbatan yang
7
terjadi pada pasien dengan efek serumen menunjukkan adanya lapisan keratin berlebihan yang menyerupai stratum korneum kulit kanalis profunda. Kumpulan serumen yang berlebihan bukanlah suatu penyakit. Sebagian orang menghasilkan banyak serumen seperti hlnya sebagian orang lebih mudah berkeringat dibandingkan yang lain. Pada sebagian orang, serumen dapat mengeras dan membentuk sumbat yang padat, pada yang lain sejumlah besar serumen dengan konsistensi seperti mentega dapat menyumbat liang telinga. Pasien mungkin merasakan telinganya tersumbat atau tertekan. Bila suatu sumbat serumen yang padat jadi lembab, misalnya setelah mandi, maka sumbat tersebut dapat mengembang dan menyebabkan gangguan pendengaran sementara. B. Etiologi Akumulasi serumen dapat disebabkan obstruksi kanalis akustikus eksternus. Saluran
yang berbelit-belit dan isthmus yang sempit dapat memblok migrasi alami stratum korneum dan bagian medial kanalis akustikus eksternus. Pada lansia migrasi cenderung menurun dan aurikula, kadang dapat menyebabkan oklusi parsial pada meatus eksternus dan mencegah eliminasi normal serumen. Stenosis kanalis akustikus eksternus setelah trauma, infeksi kronis, atau pembedahan mungkin akan menghalangi eliminasi serumen. Penyebab potensial obstruksi adalah benda asing dan tumor. C. Gejala tanda
Rasa telinga tersumbat, sehingga pendengaran berkurang
Rasa nyeri dapat timbul apabila serumen keras membatu, dan menekan dinding liang telinga
Telinga berdengung (tinitus), dan pusing dapat timbul apbila serumen telah menekan membran timpani, terkadang dapat disertai batuk, oleh karena rangsangan nervus vagus melalui cabang aurikuler.
D. Diagnosis Diagnosis pada kasus serumen prop berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Pada
anamnesis Pasien biasanya datang dengan keluhan pendengaran yang berkurang disertai rasa
penuh
Impaksi/gumpalan rasa telinga
penuh
serumen
dengan
masuk
air
pada
yang
penurunan (sewaktu
menumpuk pendengaran
mandi
atau 8
di (tuli
telinga.
liang
telinga
konduktif).
berenang),
serumen
menyebabkan Terutama
bila
mengembang
sehingga
menimbulkan
dirasakan
sangat
rasa
mengganggu.
tertekan
dan
Beberapa
gangguan
pasien
pendengaran
mengeluhkan
semakin
adanya
vertigo
atau tinitus. Rasa nyeri timbul apabila serumen keras membatu dan menekan dinding liang telinga. Pada pemeriksaan fisik dapat dilakukan otoskopi dan tes penala. Pada pemeriksaan otoskopi
dapat
berwarna
kuning
terlihat
adanya
kecoklatan
obstruksi
atau
liang
kehitaman.
telinga
oleh
material
Konsistensi
dari
serumen
dapat bervariasi. Dan pada pemeriksaan penala biasanya didapati tuli konduktif akibat sumbatan serumen. E. Penatalaksanaan Serumen dapat dibersihkan sesuai dengan konsistensinya. Serumen yang lembik,
dibersihkan dengan kapas yang dililitkan pada pelilit kapas. Serumen yang keras di keluarkan dengan pengait atau kuret. Apabila dengan cara ini serumen tidak dapat dikeluarkan, maka serumen harus dilunakkan lebih dahulu dengan tetes karbogliserin 10% selama 3 hari. Serumen yang sudah terdorong terlalu jauh ke dalam liang telinga sehingga dikuatirkan akan menimbulkan trauma pada membran timpani sewaktu mengeluarkannya, dikeluarkan dengan mengalirkan (irigasi) air hangat yang suhunya sesuai dengan suhu tubuh. Sebelum melakukan irigasi teling, harus dipastikan tidak ada riwayat perforasi pada membran timpani.
9
BAB III PENUTUP
3.1. Kesimpulan Serumen adalah hasil produksi dari kelenjar sebasea, kelenjar seruminosa, epitel kulit yang terlepas dan partikel debu. Dalam keadaan normal serumen terdapat di sepertiga luar liang telinga karena kelenjar tersebut hanya ditemukan di daerah ini. Ada dua tipe dasar, basah dan kering. Serumen prop merupakan akumulasi abnormal dari serumen di liang telinga. Penyebabnya dapat karena kerusakan pada saat pembersihan. Hasil produksi serumen mungkin berhubungan dengan infeksi, walaupun etiologinya tidak jelas. Sumbatan yang terjadi pada pasien dengan efek serumen menunjukkan adanya lapisan keratin berlebihan yang menyerupai stratum korneum kulit kanalis profunda.
10
DAFTAR PUSTAKA
Adams,George L.dkk.1997. Boies : Buku Ajar Penyakit THT. Ed 6 : Jakarta.EGC
Cowan, L. David, 1997. Mengenal Penyakit Telinga, Arcan, Jakarta.
Sjahriffudin, bashirudin J. Purba D. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher ed 5. Jakarta: FKUI.2001
Soepardi, Efiaty Arsyad dkk. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala Leher ed 7. Jakarta: FKUI. 2012
Lucete, Frank E. Ilmu THT Esensial ed 5. Jakarta: EGC.2011
Ballenger JJ, Penyakit Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala dan Leher, Jilid 2, Edisi 13, Alih Bahasa : Staf Ahli Bagian THT RSCM-FKUI. Jakarta: Binapura Aksara.1997.
Bolajoko OO, Valerie EN. Global burden of childhood hearing impairment and disease control priorities for developing countries. Lancet. 2007.
Ganong, W. F. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Ganong. Edisi 22, Jakarta:EGC. 2003.
11