SISTEM PENGAPIAN ELEKTRONIK
Sistem kelistrikan mesin merupakan sistem yang dipergunakan untuk menghidupkan mesin dan mempertahankan agar mesin tersebut dalam keadaan hidup. Bagianbagiannya terdiri dari baterai yang mensuplai listrik ke komponen listrik lainnya, sistem pengisian yang mensuplai listrik ke baterai, sistem starter yang memutarkan mesin pertama kali dan sistem pengapian membakar bahan bakar dalam ruang bakar yang dihisap ke dalam silinder. Sistem pengapian merupakan salah satu sistem yang sangat penting pada motor bensin. Adapun pengertian dari sistem pengapian itu sendiri adalah sistem yang bertugas menyediakan bunga api dan sekaligus mengatur pembakaran campuran bahan bakar dan udara yang dikompresikan di dalam silinder. Menurut Sutrisno (2004:1) fungsi dari sistem pengapian adalah untuk membakar campuran bahan bakar pada akhir langkah kompressi agar dapat menghasilkan daya mekanis akibat pembakaran tersebut. Sistem pengapian mengalami proses perkembangan dari sistem
pengapian konvensional ke semi transistor, full transistor, II A (Integrated Ignition Assembly) dan lain sebagainya. Namun pada penulisan laporan ini hanya akan dijelaskan mengenai sistem pengapian transistor IIA. Sistem pengapian transistor IIA (Integrated Ignition Assembly) adalah sistem pengapian transistor dengan keunggulan secara konstruksi koil pengapian terletak di dalam distributor. Sehingga dari segi konstruksi mempunyai kelebihan yakni: 1. Kecil dan ringan, 2. Tidak mengalami putus sambungan, jadi keandalannya tinggi. 3. Memiliki daya tahan yang tinggi terhadap air. 4. Tidak mudah terpengaruh oleh kondisi sekitarnya
Motor bensin 4 langkah tiap siklusnya terdiri dari 4 langkah piston dimana satu kali langkah adalah bergeraknya piston dari Titik Mati Atas (TMA) ke Titik Mati Bawah (TMB) atau sebaliknya. Pada langkah hisap piston bergerak dari TMA menuju TMB, sedangkan posisi katup masuk terbuka dan posisi katup buang tertutup, sehingga piston akan menghisap campuran bensin dan udara masuk kedalam silinder. Pada langkah kompresi piston bergerak dari TMB menuju TMA, sedang posisi kedua katup dalam keadaan tertutup. Pada akhir langkah ini dipercikkan bunga api busi untuk membakar campuran bensin dan udara yang dikompresi tersebut. Pada langkah usaha piston bergerak
dari posisi TMA menuju TMB, sementara posisi kedua katup masih tertutup. Pada langkah ini piston didorong oleh tenaga hasil dari pembakaran campuran bensin dan udara. Pada langkah buang piston bergerak dari posisi TMB menuju TMA, sedang posisi katup masuk tertutup dan katup buang terbuka, sehingga gas sisa pembakaran akan terdorong keluar dari dalam silinder. Berdasarkan uraian diatas loncatan bunga api busi diperlukan pada akhir langkah kompresi yaitu untuk membakar campuran bensin dan udara. Loncatan bunga api busi itu sendiri dihasilkan dari serangkaian proses yang saling terkait satu sama lain sehingga menjadi sebuah sistem yaitu sistem pengapian.
1. Syarat-Syarat Sistem Pengapian a. Bunga api yang kuat Pada saat campuran bahan bakar dan udara dikompresikan di dalam silinder, sangat sulit bagi bunga api untuk melewati udara (disebabkan udara mempunyai tahanan listrik dan tahanan ini naik pada saat udara dikompresikan). Tegangan yang diberikan pada busi harus cukup tinggi untuk dapat membangkitkan bunga api yang kuat diantara elektroda busi. b. Saat pengapian yang tepat (control timing) Pembakaran yang paling efektif antara campuran bahan bakar dan udara harus dilengkapi beberapa peralatan tambahan yang dapat
merubah saat pengapian sesuai dengan rpm dan beban mesin (perubahan sudut poros engkol dimana masing-masing busi menyala). Peralatan yang dimaksud advance vacum (memajukan pengapian berdasarkan beban motor), advance sentrifugal (memajukan pengapian berdasarkan putaran motor).
c. Ketahanan yang cukup Sistem pengapian harus mempunyai ketahanan yang cukup untuk menahan getaran dan panas yang dibangkitkan oleh mesin, demikian juga tegangan tinggi yang dibangkitkan oleh sistem pengapian itu sendiri
2. Perkembangan Sistem Pengapian Sistem pengapian pada perkembangannya telah mengalami banyak inovasi yang tentu tujuannya untuk memperoleh kualitas pengapian yang semakin sempurna. Sistem pengapian elektronik ada beberapa macam, antara lain:
1.
CCTI ( Contact Controlled Transistor Ignition)
2.
MCTI ( Magnetically Controlled Transistor Ignintion )
3.
CDI (Capasitor Discharge Ignition)
4.
IRLISPARK ( Infra Red Light Ignition System)
5.
PEI ( Pointless Electronic Ignition)
6.
AIS ( Amplifier Type Ignition System)
a. Sistem pengapian konvensional Sistem pengapian konvensional menggunakan breaker point untuk memutus dan menghubungkan arus pada kumparan primer koil. Sistem ini memerlukan perawatan berkala terutama pada breaker point yang dikarenakan kontak antar logam disertai arus listrik hingga menyebabkan breaker point cepat aus, namun sistem ini masih banyak digunakan sampai saat ini. b. Sistem Pengapian Semi Transistor Sistem pengapian semi transistor menggunakan transistor untuk memutus dan menghubungkan arus ke kumparan primer koil, sedangkan untuk menghidupkan transistor menggunakan breaker point. Sistem ini relatif lebih bagus bila dibandingkan dengan sistem pengapian konvensional karena breaker point tidak menghubungkan arus yang besar, sehingga relatif lebih tahan terhadap keausan. c. Sistem Pengapian Full Transistor Sistem pengapian full transistor dikembangkan untuk menghapuskan perlunya biaya pemeliharaan berkala karena sistem pengapian ini sudah tidak menggunakan breaker point seperti pada sistem pengapian yang sebelumnya (sistem pegapian konvensional dan sistem pengapian semi transistor). Signal generator dipasang untuk menggantikan breaker point dan cam, sedangkan transistor digunakan untuk memutuskan aliran arus primer koil dengan tidak mengadakan kontak logam dengan logam. d. Sistem Pengapian I.I.A (Integrated Ignition Assembly) Sistem pengapian I.I.A termasuk dalam sistem pengapian transistor, hanya pada sistem pengapian ini igniter dan ignition coil disatukan
dengan distributor. e. Sistem Pengapian ESA (Electronic Spark Advancer) ESA adalah singkatan dari “Electronic Spark Advancer” dalam sistem ini, harga saat pengapian optimum disimpan dalam engine control computer untuk setiap kondisi mesin. Sistem ini bekerja mendektisi kondisi mesin (putaran mesin, aliran udara masuk, temperatur mesin dan lain-lain) berdasarkan singnal dari setiap engine sensor, selanjutnya menentukan saat pengapian yang optimum sesuia dengan kondisi mesin dengan mengirim sinyal pemutus arus primer ke ignition yang mengontrol saat pengapian. f. Sistem Pengapian DLI (Distributor Less Ignition) DLI di sebut juga dengan pengapian tanpa Distributor. Sistem ini mempergunakan sebuah Ignition coil untuk setiap dua buah busi. ECU (Elekronic Control Unit) mendistribusikan arus primer ke setiap Ignition coil secara langsung dan menyebabkan busi meloncatkan bunga api. Sistem ini mempunyai keuntungan pada ignition coil dapat ditempatkan didekat busi, kabel tegangan tinggi dapat diperpendek, jadi dapat mengurangi suara berbisik. Dengan ditiadakannya distributor, maka kerugian internal discharge dapat dihilangkan dan kebisingan dapat ditiadakan. Dengan adanya pengurangan komponen yang bergerak, maka kemungkinan gangguan pada komponen – komponen akan menjadi lebih sedikit. Karena tidak ada pengaturan fisik terhadap saat pengapian, seperti jarak side electrode, maka saat pengapian akan diatur pada skala yang lebih besar. Pada sistem pengapian dengan distributor, bila pengapian dimajukan terlalu banyak, maka arus akan mengalir pada kedua sisi elektroda Pada sepeda motor dibuat untuk mengatasi kelemahan-kelemahan yang terjadi pada sistem pengapian konvensional, baik yang menggunakan baterai maupun magnet. Pada pengapian konvensional umumnya kesulitan membuat komponen seperti contact breaker (platina) dan unit pengatur saat pengapian otomatis yang cukup presisi (teliti) untuk menjamin keterandalan dari kerja mesin. Bahkan
saat dipakai pada kondisi normalpun, keausan komponen tersebut tidak dapat dihindari. Terdapat beberapa macam sistem pengapian elektronik yang digunakan pada sepeda motor, diantaranya:
1.
Capacitor Discharge Ignition (CDI) CDI berkerja dengan prinsip kerja yang berbeda dengnan sistem pengapian yang telah dijelaskan sebelumnya. Ini dikembangkan untuk engine yang mempunyai unjuk kerja yang tinggi. Perbedaan utama dengan sistem pengapian elektronik adalah pada kapasitor penyimpan dan cara kerja modul elektronik. Cara Kerja
Modul elektronik mengendalikan perubahan catudaya 12 V ke 400 V yang digunakan untuk mengisi kapasitor penyimpan yang besar. 400 V diperlukan untuk mencapai tingkat enerji yang diperlukan untuk mengoperasikan sistem.
Diagram Rangkaian. CDI yang tidak memakai kontak poin dengan Pulsa Induktif System Generator dalam Distributor.
Pada titik pengapian theristor dipicu, muatan kapasitor dikosongkan melalui lilitan utama coil pengapian. Kecepatan pertumbuhan medan magnit jauh lebih cepat daripada sistem pengapian tradisional dengan efek tegangan yang cepat terjadi pada lilitan sekunder untuk menghasilkan bunga api untuk busi. Begitu muatan kapasitor dikosongkan theristor mati untuk kemudian memulai kembali siklus pengapian. -
Keunggulan-keunggulan
a)
Sistem CDI tidak tergantung waktu (sudut dwell) untuk memastikan magnetic coil pengapian terpenuhi sepenuhnya.
b) Dapat beroperasi pada frekuensi yang jauh lebih tinggi dibandingkan sistem pengapian elektronik dan kontak tradisional. -
Kelemahan-Kelemahan
a)
Untuk banyak aplikasi durasi bunga api terlalu singkat untuk memperoleh pengaian yang dapat diandalkan.
b.
Sistem Pengapian Magneto Tujuan Sistem pengapian magnet berkerja tidak tergantung pada sumber batere dan memberikan tegangan tinggi yang diperlukan untuk membakar campuran udara/bahan bakar di dalam ruang pembakaran. Penerapan. Sistem magnet dikenal sangat kompak, bobotnya ringan dan sangat sesuai untuk digunakan pada engine yang dirancang untuk menggerakkan:
(a) Kendaraan kecil. (b) Perangkat daya.
(c) Sepeda motor. (d) Kendaraan salju. (e) Pemotong rumput. (f) Mesin gergaji. (g) Engine untuk perahu motor. (h) Mesin pertanian. (i) Engine stasioner Konstruksi
konstruksi fly wheel magnet
Sistem magnet ini terdiri dari: (a) Flywheel baja yang berputar yang dilengkapi dengan magnet permanen, dipasangkan pada poros engkol engine.
Pelat dudukan Magnet (b) Pelat dudukan yang tidak bergerak (tetap) menyangga armatur pengapian (coil), kontak poin dan kapasitor. (Sistem yang dikendalikan elektronik mempunyai pembangkit pulsa yang dipasangkan pada pelat dudukan. Cara Kerja Medan magnet yang terdapat pada flywheel sejajar dengan inti armatur pengapian. Pada saat flywheel berputar tegangan AC diinduksikan pada rangkaian primer.
Kerja magnet saat kontak poin tertutup. Saat kontak poin tertutup arus induksi mengalir pada lilitan primer armatur pengapian menghasilkan medan magnet.
Kerja magnet saat kontak poin terbuka
Dalam waktu yang singkat kontak poin terbuka dan aliran arus induksi berhenti, medan magnet kolap dan menghasilkan induksi tegangan tinggi pada lilitan sekunder coil, menghasilkan percikan bunga api pada busi.
Catatan Untuk mendapatkan outpu yang maksimal, sistem magnet dirancang untuk membuka kontak poin saat arus induksi maksimum mengalir pada lilitan primer coil. Beragam bentuk rancangan akan kita temui sesuai dengan bentuk rancangan engine dan penggunaan perangakat pemicu elektronik. Sistem magnet juga dapat digunakan pada engine bersilinder banyak, menggantikan distributor tradisional atau digerakkan oleh poros bubungan engine.
Unit magnet untuk engine bersilinder banyak
2. Sistem pengapian semi transistor (dilengkapi platina) Sistem pengapian elektronik
Sistem pengapian semi transistor merupakan sistem pengapian elektronik yang masih menggunakan platina. Namun demikian, fungsi dari platina (breaker point) tidak sama persis seperti pada pengapian konvensional. Aliran arus dari rangkaian primer tidak langsung diputuskan dan dihubungkan oleh platina, tapi perannya diganti oleh transistor sehingga platina cenderung lebih awet (tidak cepat aus) karena tidak langsung menerima beban arus yang besar dari rangkaian primer tersebut. Dalam hal ini platina hanyalah bertugas sebagai switch (saklar) untuk meng-on-kan dan meng-off-kan transistor. Arus listrik yang mengalir melalui platina diperkecil dan platina diusahakan tidak berhubungan langsung dengan kumparan primer agar tidak arus induksi yang mengalir saat platina membuka. Terjadinya percikan bunga api pada busi yaitu saat transistor off disebabkan oleh arus dari rangkaian primer yang menuju ke massa (ground) terputus, sehingga terjadi induksi pada koil pengapian.
Cara kerja Sistem Pengapian Semi-Transistor Apabila kunci kontak (ignition switch) posisi “on” dan platina dalam posisi tertutup, maka arus listrik mengalir dari terminal E pada TR1 ke `terminal B. Selanjutnya melalui R1 dan platina, arus mengalir ke massa, sehingga TR1 menjadi ON. Dengan demikianarus dari terminal E TR1 mengalir ke terminal C. Selanjutnya arus mengalir melalui R2 menuju terminal B terus ke terminal E pada TR2 yang diteruskan ke massa. Akibat dari kejadian arus listrik yang mengalir dari B ke E pada TR2 yang diteruskan ke massa tersebut menyebabkan mengalirnya arus listrik dari kunci kontak ke kumparan primer, terminal C, E pada TR2 terus ke massa. Dengan mengalirnya arus pada rangkaian primer tersebut, maka terjadi kemagnetan pada kumparan primer koil pengapian.
Apabila platina terbuka maka TR1 akan Off dan TR2 juga akan Off sehingga timbul induksi pada kumparan – kumparan ignition coil (koil pengapian) yang menyebabkan timbulnya tegangan tinggi pada kumparan sekunder. Induksi pada kumparan sekunder membuat terjadinya percikan bunga api pada busi untuk pembakaran campuran bahan bakar dan udara.
Dalam banyak hal, sistem pengapian elektronik full tansistor sama dengan pangapian elektronik CDI. Diantaranya adalah tidak terdapatnya bagian-bagian yang bergerak (secara mekanik) dan mengandalkan magnetic trigger (magnet pemicu) dan sistem “pick up coil” untuk memberikan sinyal ke control unit guna menghasilkan percikan bunga api pada busi. Sedangkan salah satu perbedaannya adalah pada sistem pengapian transistor menggunakan prinsip “field collapse”(menghilangkan/ menjatuhkan kemagnetan) dan pada sistem pengapian CDI menggunakan prinsip “field build-up” (membangkitkan kemagnetan). Pengapian CDI telah menjadi metode untuk mengontrol pengapian yang disenangi dalam beberapa tahun belakangan ini. Namun, seiring dengan perkembangan transistor yang bergandengan dengan berkembangnya pengontrolan dari tipe analog ke tipe digital, perusahaan/pabrik mulai mengembangkan sistem pengapian transistor.
System pengapian full transistor Dalam banyak hal, sistem pengapian elektronik full tansistor sama dengan
pangapian
elektronik
CDI.
Diantaranya
adalah
tidak
terdapatnya bagian-bagian yang bergerak (secara mekanik) dan mengandalkan magnetic trigger (magnet pemicu) dan sistem “pick up coil” untuk memberikan sinyal ke control unit guna menghasilkan percikan bunga api pada busi. Sedangkan salah satu perbedaannya adalah pada sistem pengapian transistor menggunakan prinsip “field collapse”(menghilangkan/ menjatuhkan kemagnetan) dan pada sistem pengapian CDI menggunakan prinsip “field build-up” (membangkitkan kemagnetan).
Pengapian CDI telah menjadi metode untuk mengontrol pengapian yang disenangi dalam beberapa tahun belakangan ini. Namun, seiring dengan
perkembangan
transistor
yang
bergandengan
dengan
berkembangnya pengontrolan dari tipe analog ke tipe digital, perusahaan/pabrik
mulai
mengembangkan
sistem
pengapian
transistor. Cara Kerja Sistem Pengapian Full Transistor Ketika kunci kontak di-on-kan, arus mengalir menuju terminal E TR1 (transistor 1) melalui sekring, kunci kontak, tahanan (R) pada unit
igniter yang selanjutnya diteruskan ke massa. Akibatnya TR1 menjadi ON sehingga arus mengalir ke kumparan primer koil pengapian menuju ke massa melalui terminal C – E pada TR1.
Pada saat yang bersamaan, sewaktu mesin berputar (hidup) timing plate tempat kedudukan reluctor juga ikut berputar. Ketika saat pengapian telah memberikan sinyal, sebuah arus akan terinduksi di dalam pick up coil dan arus tersebut akan dialirkan ke terminal B pada TR2 terus ke massa. Akibatnya TR2 menjadi ON, sehingga arus yang mengalir dari batrai saat ini disalurkan ke massa melewati terminal C – E pada TR2. Dengan kejadian ini TR1 akan menjadi OFF sehingga akan memutuskan arus yang menuju kumparan primer coil pengapian. Selanjutnya akan terjadi tegangan induksi pada kumparan primer dan kumparan sekunder koil pengapian. Karena perbandingan kumparan sekunder lebih banyak dibanding kumparan primer, maka pada kumparan sekunder terjadi induksi yang lebih besar sekitar yang bisa membuat terjadinya percikan bunga api pada busi untuk pembakaran campuran bahan bakar dan udara.
Pada kesempatan kali ini saya akan sedikit membahas mengenai system pengapian transistor. Sistem pengapian ini lebih maju dibandingkan dengan system pengapian dengan Contack Point ( Platina ) dan semi transistor.
Sistem Pengapian Transistor Integrated Ignition Assembly (I.I.A) Breaker point pada sistem pengapian biasannya memerlukan pemeliharaan berkala karena beroksidasi selama adanya loncatan bunga api. Sistem solid state transistorized ignition yang disebut dengan sistem pengapian transistor dikembangkan untuk menghapuskan perlunya pemeliharaan, yang pada akhirnya mengurangi biaya pemeliharaan bagi pemakai. Pada sistem pengapian transistor, signal generator dipasang di dalam distributor untuk menggantikan breaker point dan cam. Signal generator membangkitkan tegangan untuk mengaktifkan transistor di dalam Igniter untuk memutus arus primer pada ignition coil. Transistor yang dipergunakan untuk memutus aliran arus primer tidak mengadakan kontak logam dengan logam, sehingga tidak terjadi keausan dan penurunan tegangan sekunder. 1. Komponen Sistem Pengapian Transistor a. Baterai
Baterai berfungsi sebagai sumber listrik untuk mengaktifkan sistem pengapian, dan komponen yang lainnya (penyedia arus). Baterai terdiri dari beberapa buah sel yang dihubungkan secara seri dan setiap sel mempunyai tegangan listrik sebesar 2 volt, jadi baterai yang berkekuatan 6 volt terdiri dari tiga buah sel dan baterai 12 volt terdiri dari 6 buah sel. Setiap sel mempunyai 2 buah pelat yang diberi atau direndam larutan sulphuric acid, larutan sulphuric acid ini lebih dikenal dengan nama cairan electrolyte. b. Kunci Kontak Kunci kontak pada sistem pengapian berfungsi untuk menghubungkan dan memutuskan arus listrik dari baterai ke sirkuit primer pada Koil. c. Koil Koil berfungsi untuk merubah arus listrik 12 Volt yang diterima dari baterai menjadi tegangan tinggi (5000-25000 volt) untuk menghasilkan loncatan bunga api yang kuat pada celah busi. Pada koil, kumparan primer dan kumparan sekunder digulung pada inti besi. Kumparan-kumparan ini akan menaikkan tegangan yang diterima dari baterai menjadi tegangan yang sangat tinggi dengan cara induksi magnet listrik (induksi sendiri dan induksi bersama). d. Distributor Distributor dalam sistem pengapian berperan sebagai penyalur tegangan tinggi, tegangan tinggi yang dibangkitkan pada kumparan sekunder ignition coil mengalir dari terminal sekunder ignition coil ke elektroda pusat pada tutup distributor melalui kabel tegangan tinggi yang kemudian disalurkan ke masing-masing busi sesuai dengan urutan penyalaannya. Komponen-komponen distributor yang akan dibahas adalah: 1) Distributor cup Distributor cup (tutup distributor) dibuat dari injectionmolded epoxy resin yang memiliki daya tahan panas yang tinggi dengan kemampuan isolasi yang kuat. Pada tutup distributor terdapat carbon
center contact piece yang berhubungan dengan elektroda pusat yang terbuat dari alumunium melalui pegas untuk membagikan tegangan tinggi. Elektroda sisi yang terbuat dari alumunium ditempatkan pada sisi sekeliling tutup distributor dan menerima arus tegangan tinggi dari elektroda pusat melalui rotor. Elektroda rotor mempunyai celah sebesar 0,8 mm dengan elektroda sisi untuk mencegah agar tidak terkena putaran rotor. Selama pengaliran tegangan tinggi terjadi ionisasi yang membentuk ozon, maka pada tutup distributor diberikan lubang kecil untuk fentilasi. 2) Rotor Rotor dibuat dari epoxy resin, sama halnya dengan tutup distributor. Ujung elektroda rotor yang diberi lapisan kekuatan seperti sudah terkena oksidasi karena pengaliran listrik, tetapi ini sebenarnya sebagai hasil flame coating (pelapisan dengan lapisan tahanan listrik). 3) Signal generator Signal generator adalah semacam generator AC (arus bolak balik) yang berfungsi untuk menghidupkan power transistor di dalam igniter. Jika tegangan yang di hasilkan negatif transistor akan off, jika positif transistor akan on. Signal generator terdiri dari magnet permanen yang memberi magnet kepada pick-up coil untuk membangkitkan arus bolak balik dan signal rotor yang menginduksi tegangan bolak balik di dalam pick-up coil sesuai dengan saat pengapian. Signal rotor mempunyai gigi-gigi sebanyak jumlah silinder pada mobil. a) Prinsip pembangkitan EMF (electro magnetig force) Garis gaya magnet (magnetic flux) dari magnet permanen mengalir dari signal rotor melalui pick-up coil. Celah udara antara rotor dengan pick-up coil yang berubah-ubah, maka kepadatan garis gaya magnet pada pick-up coil berubah. Perubahan kepadatan garis gaya (flux
density) ini membangkitkan EMF (tegangan) dalam pick-up coil. b) Posisi Signal rotor Posisi signal rotor, perubahan garis gaya yang terjadi, dan EMF yang dibangkitkan pada pick-up coil (1) Posisi signal rotor A Pick-up coil dengan signal rotor mempunyai celah air gap yang besar, sehingga perubahan kepadatan garis gaya (flux density) amat lemah, akibatnya tidak ada EMF (tegangan) yang dibangkitkan. (2) Pada signal rotor B Signal rotor mendekati pick-up coil sehingga celah air gap mengecil, perubahan kepadatan garis gaya magnet (flux density) menjadi besar, akibatnya EMF yang dibangkitkan maksimun. Karena posisi signal rotor mendekati pick-up coil maka tegangan yang ditimbulkan adalah tegangan positif. (3) Pada signal rotor C Signal rotor sejajar dengan pick-up coil dan posisi ini celah air gap paling terkecil, akan tetapi EMF yang ditimbulkan kosong karena posisi ini pergantian antara tegangan positif ke negatif yang ditandai dengan kepadatan garis gaya magnet (flux density) yang paling terbesar akibat garis gaya magnet (magnetic flux) yang berlawanan. (4) Pada signal rotor D Kepadatan garis gaya magnet (flux density) sama dengan posisi signal rotor B, namun pada posisi ini signal rotor menjauhi pick-up coil sehingga EMF yang di timbulkan adalah tegangan negatif. 4) Igniter Perubahan gaya listrik yang terjadi pada signal generator akan dideteksi oleh igniter. Igniter adalah sebuah detektor yang terdiri dari detektor yang berfungsi menerima signal dari signal generator,
amplifier yang berfungsi untuk menguatkan signal tersebut, dan power transistor yang akan memutus dan menghubungkan arus primer pada koil pengapian sesuai signal yang diterima dari signal rotor. Igniter juga dilengkapi Dwell control yang berfungsi untuk mengatur lamanya arus yang masuk ke kumparan primer pada koil pengapian. Igniter juga dilengkapi dengan sirkuit pembatas arus yaitu untuk membatasi arus maksimum pada kumparan primer yang disebut Current limiting circuit. a) Transistor Transistor merupakan kependekan dari Transfer Resistor, atau suatu komponen elektronika yang dapat mengalirkan atau memutuskan aliran arus yang besar dengan pengendalian arus listrik yang relatif sangat kecil, dengan mengubah resistansi lintasannya Transistor adalah alat semikonduktor yang dipakai sebagai penguat, sebagai sirkuit pemutus dan penyambung (switching), stabilisasi tegangan, modulasi sinyal atau sebagai fungsi lainnya. Transistor pada umumnya ada dua macam yaitu transistor tipe NPN dan transistor tipe PNP. Transistor tipe NPN tersusun dari semi konduktor tipe-P yang diapit semi konduktor tipe-N, sedangkan transistor tipe PNP tersusun dari semi konduktor tipe-N yang diapit oleh semi konduktor tipe-P. b) Resistor Resistor adalah salah satu komponen elekronika yang berfungsi untuk menahan arus yang mengalir dalam suatu rangkaian/sistim elekronika. jika di ibaratkan sebuah selang yang dialiri air dan selang tersebut di beri hambatan maka air yang mengalir jumlahnya akan sedikit. Hambatan yang diberikan kepada selang terhadap air yang mengalir sama dengan prinsip kerja resistor. Semakin besar hambatan yang diberikan maka semakin kecil air yang mengalir ke selang tersebut dan semakin kecil hambatan yang diberikan maka semakin besar pula
air yang mengalir ke selang tersebut. Satuan yang dipakai untuk menentukan besar kecilnya nilai resistor adalah Ohm atau disingkat dengan huruf yunani omega ( ). Nilai resistor ada yang dicantumkan pada badannya, dan sebagian lagi karena bentuk fisiknya kecil maka pencantumannya dituliskan dalam bentuk kode warna yang melingkari badan resistor. 5) Vacum Advancer Pada beban rendah atau menengah, kecepatan pembakaran rendah karena temperatur rendah dan campuran bahan bakar menjadi kurus. Oleh karena itu pembakaran menjadi lama. Agar dapat mendapatkan tekanan maksimum maka saat pengapian harus dimajukan. Vacum Advancer pada sistem pengapian berfungsi untuk memajukan saat pengapian berdasarkan beban motor. 6) Governor advancer Governor advancer berfungsi untuk memajukan saat pengapian sesuai dengan pertambahan putaran mesin. Bagian ini terdiri dari poros distributor dengan plat pembawa pemberat sentrifugal, pemberat (bobot) sentrifugal, poros sentrifugal dengan plat berkurva, dan pegas pengembali. a) Prinsip Kerja Governor Advancer Semakin cepat putaran motor, semakin mengembang bobot sentrifugal. Akibatnya proses governor (cam) diputar lebih maju dari kedudukan semula kontak pemutus dibuka lebih awal (saat pengapian lebih maju). (1) Putaran idle (stasioner) Pemberat sentrifugal belum mengembang, plat kurva belum ditekan, advance belum bekerja, salah satu pegas pengembali masih longgar (2) Putaran Rendah sampai Menengah Pemberat sentrifugal mulai mengembang, plat kurva mulai ditekan, advance sentrifugal mulai bekerja, hanya satu pegas pengembali mulai
bekerja. (3) Putaran Tinggi Pemberat sentrifugal mengembang sampai pembatas maksimum, plat kurva ditekan, advance bekerja maksimum, kedua pegas pengembali bekerja.
Pemeriksaan dan perawatan: 1.
Untuk sistem pengapian elektronik dengan kontak pemutus,
periksa celah kontak pemutus dengan fuller gauge atau pengetes dwel. Periksa keadaan kontak pemutus dan menutupnya kontak pemutus. Permukaan kontak pemutus yang kotor harus segera dibersihkan dengan ampelas. Besar celah kontak pemutus antara 0,4 sampai 0.5 mm. Jika penyetel celah kontak pemutus dilakukan dengan pengetes dwel, besarnya sudut dwel untuk motor 4 silinder biasanya 50 - 60 derajat. Untuk motor 6 silinder biasanya 38 - 42 derajat. 2.
Untuk sistem pengapian dengan kontak pemutus, periksa dan
setel saat pengapian dengan lampu timing. 3.
Untuk sistem pengapian dengan komputer tidak perlu dilakukan
penyetelan karena sistem ini memang tidak dapat disetel. Pemeriksaan dilakukan terhadap kabel - kabel tegangan tinggi dan keadaan elektroda busi. 4.
Untuk sistem pengapian elektronik dengan pemberi sinyal.
periksa saat pengapian dengan lampu timing. Penyetelan saat
pengapian seperti pada sistem konvensional. Besarnya sudut dwel diatur secara otomatis oleh unit kontrol dan tidak disetel.