BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Definisi Pengetahuan
Pengetahuan menurut Notoatmodjo (2007) merupakan khasanah kekayaan mental secara langsung atau tidak langsung turut memperkaya kehidupan kita. Setiap pengetahuan mempunyai ciri-ciri yang spesifik mengenai apa (ontologi), bagaimana (epistologi) dan untuk apa (aksiologi). Pengetahuan merupakan fungsi dari sikap, menurut fungsi ini manusia mempunyai dorongan dasar untuk ingin tahu, untuk mencapai penalaran dan untuk mengorganisasikan pengalaman.
Adanya unsur-unsur pengalaman yang semula tidak konsisten dengan apa yang diketahui oleh individu akan disusun, ditata kembali atau diubah sedemikian rupa sehingga tercapai suatu konsistensi sehingga sikap berfungsi sebagai suatu skema, suatu cara strukturisasi agar dunia disekitar tampak logis dan masuk akal untuk melakukan evaluasi tingkatan pengetahuan.
Ada enam tingkatan pengetahuan yaitu : 1. Tahu (know) adalah tingkat pengetahuan yang paling rendah. atau diartikan sebagai pengikat materi yang telah dipelajari sebelumnya, termasuk mengingat kembali sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Untuk mengukur tingkatan pengetahuan ini dipergunakan menyebutkan , menguraikan, menyatakan dan sebagainya. 2. Memahami (comprehension) adalah kemampuan untuk menjelaskan dan menginterpetasikan secara benar tentang objek yang diketahuinya, dalam hal ini mencakup kemampuan menangkap makna dan arti bahan yang
diajarkan,
yang
ditunjukkan
dalam
bentuk
kemampuan
menguraikan ini pokok dari suatu bacaan misalnya menjelaskan,
Universitas Sumatera Utara
menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap materi atau substansi yang dipelajari. 3. Aplikasi (application) adalah kemampuan menggunakan materi yang dipelajari
berupa
hukum-hukum,
rumus,
metode,
prinsip
dan
sebagainya pada kondisi nyata. Mencakup kemampuan untuk menerapkan suatu kaidah metode bekerja pada suatu kasus dan masalah
yang
nyata
misalnya
mengerjakan,
memanfaatkan,
menggunakan menggunakan dan da n mendemonstrasikan. 4. Analisis (analysis) atau sintetsis adalah kemampuan menggabungkan komponen-komponen yang terpisah-pisah sehingga membentuk suatu keseluruhan, misalnya menggabungkan, menyusun kembali dan mendiskusikannya. 5. Sintesis (synthesis) Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain, sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. 6. Evaluasi (evaluation) adalah kemampuan melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu obyek atau materi. Evaluasi ini dilandaskan pada kriteria yang telah ada atau kriteria yang disusun yang bersangkutan misalnya mendukung, menentang dan merumuskan. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ukur dapat disesuaikan dengan tingkatan-tingkatan tersebut diatas.
Adapun
pertanyaan
yang
dapat
dipergunakan
untuk
pengukuran
pengetahuan secara umum dapat dikelompokkan menjadi dua jenis yaitu pertanyaan subjektif misalnya jenis pertanyaan essay dan pertanyaan objektif misalnya pertanyaan pilihan ganda ( multiple choice), betul-salah dan pertanyaan menjodohkan. Pertanyaan essay disebut pertanyaan
Universitas Sumatera Utara
subjektif karena penilaian untuk pertanyaan ini melibatkan faktor subjektif dari nilai, sehingga nilainya akan berbeda dari seorang penilai yang satu dibandingkan dengan yang lain dan dari satu waktu ke waktu lainnya.
Pertanyaan pilihan ganda, betul-salah, menjodohkan disebut pertanyaan objektif karena pertanyaan-pertanyaan itu dapat dinilai secara pasti oleh penilainya tanpa melibatkan faktor subjektifitas dari penilai. Pertanyaan yang dapat dipergunakan untuk pengukuran pengetahuan secara umum yaitu pertanyaan subjektif dari peneliti. Pertanyaan objektif khususnya pertanyaan pilihan ganda lebih disukai dalam pengukuran pengetahuan karena lebih mudah disesuaikan dengan pengetahuan yang akan diukur dan penilaiannya akan lebih cepat.
Proses seseorang menghadapi pengetahuan menurut Notoatmodjo bahwa sebelum orang menghadapi perilaku baru, didalam diri seseorang terjadi proses berurutan yakni a wareness (kesadaran) dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus. Interest (merasa tertarik) terhadap objek atau stimulus tersebut bagi
dirinya. Trail yaitu subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus .
2.2
Obstructive Sleep Apnea (OSA) 2.2.1
Definisi Obstructive Sleep Apnea (OSA) ditandai dengan episode berulang
dari keruntuhan dan obstruksi jalan napas atas saat tidur. Episode obstruksi ini berhubungan dengan desaturasi oksihemoglobin secara berulang ketika tidur. OSA terkait dengan rasa kantuk di siang hari yang berlebihan, ini biasanya disebut sindrom Obstructive Sleep Apnea (OSA). Meskipun penyakit ini umum,
OSA adalah penyakit yang tidak terdeteksi oleh sebahagian besar dokter di Amerika Serikat (Rowley, 2009).
Universitas Sumatera Utara
Definisi Obstructive Sleep Apnea menurut WHO merupakan gangguan klinis yang ditandai dengan berulangnya episode obstruksi saluran napas atas sehingga dapat mengurangi aliran udara pada hidung atau mulut. Episode ini biasanya disertai dengan dengkuran keras dan hipoksemia, dan biasanya diakhiri dengan terbangun secara berulang, yang menyebabkan fragmentasi tidur. Pasien dengan sindrom Obstructive Sleep Apnea biasanya tidak menyadari dirinya terbangun tetapi, mengakibatkan penurunan kualitas tidur yang menyebabkan kantuk di siang hari. Kebanyakan pasien sindrom Obstructive Sleep Apnea tidak terdeteksi kelainan pernafasan saat terjaga (WHO, 2007).
2.2.2
Epidemiologi
Obstructive Sleep Apnea (OSA) adalah penyakit yang umum di
Amerika Serikat. Data dari Wisconsin Cohort, studi menunjukkan prevalensi OSA pada orang berusia 30-60 tahun adalah 9-24% untuk pria dan 4-9% untuk perempuan. Estimasi prevalensi OSA adalah 2% untuk perempuan dan 4% untuk pria. Tujuh belas data serupa
telah
ditemukan
dalam
studi
epidemiologi
dari
Pennsylvania (Rinaldi, 2010).
Prevalensi OSA dalam populasi non-Amerika hanya dipelajari pada pria dan telah ditemukan paling rendah 0,3% di Inggris dan paling tinggi 20-25% di Israel dan Australia (Rinaldi, 2010).
Dr. Syahrial MH Sp THT, juga mengatakan kematian pada usia produktif sebagian besar dikarenakan menderita OSA yang kemudian mengalami komplikasi. OSA lebih banyak menyerang pria daripada wanita, dengan perbandingan 7:1. Pada usia kurang dari 40 tahun, OSA menyerang 25% pria dan 10-15% wanita,
Universitas Sumatera Utara
sedangkan di atas usia 40 tahun, OSA menyerang 60% pria dan 40% wanita (Wika, 2008).
2.2.3
Patofisiologi Mendengkur dan OSA
Secara konseptual, saluran napas bagian atas adalah lebih mudah dipengaruhi dan itu menyebabkan terjadi kollaps. Kebanyakan pasien
dengan
sindrom
Obstructive
Sleep
Apnea
(OSA)
menunjukkan obstruksi jalan napas atas baik pada bahagian lembut (yaitu, nasopharynx) atau bahagian lidah (yakni, oropharynx). Penelitian menunjukkan bahwa anatomi dan neuromuskular merupakan faktor penting terjadinya OSA. Faktor anatomi misalnya pembesaran tonsil, luas permukaan lidah, jaringan lunak, atau dinding lateral faring, panjang dari bahagian lunak (posisi normal dari rahang atas dan rahang bawah) penurunan luas permukaan saluran napas atas meningkatkan tekanan udara sekitarnya yang mempengaruhi saluran nafas untuk kollaps (Rowley, 2009).
(Judarwanto, 2009).
Universitas Sumatera Utara
Aktivitas neuromuskuler saluran bahagian atas, termasuk aktivitas reflex akan menurun ketika tidur, dan penurunan ini akan lebih terasa pada pasien OSA. Berkurangnya ventilasi motor output pada otot saluran napas atas diyakini menjadi kejadian awal kritis untuk terjadinya obstruksi pada saluran napas bagian atas; efek ini yang paling menonjol pada pasien dengan jalan napas atas cenderung runtuh karena alasan anatomi (Rowley, 2009).
(Judarwanto, 2009).
2.2.4
Klasifikasi
Obstructive Sleep Apnea (OSA) OSA melibatkan beberapa jenis obstruksi di jalan napas. Dalam OSA, udara terhenti mengalir melalui hidung dan mulut. Malah, upaya pernafasan melalui tenggorokan dan perut juga turut terganggu. Dengkuran terjadi ketika bagian belakang dari mulut (bahagian lunak dan jaringan berbentuk kerucut-anak lidah yang jatuh dari itu) santai dan bergetar saat udara masuk dan keluar. Pergerakkan arus udara antara langit-langit dan pangkal lidah,
Universitas Sumatera Utara
menyebabkan mendengkur (Health-Cares.Net, 2005; Schoenstadt, 2006).
Biasanya, individu akan bangun, berdengus kuat, lalu segera kembali tidur. OSA lebih umum di kalangan pria daripada wanita, yaitu 1 dari 100 orang antara usia 40 hingga 70. Pria yang kelebihan berat badan, bahkan dengan hanya beberapa pon, umumnya rentan untuk terjadinya OSA. Penyebab lain dari OSA termasuk hypothyroidism, tonsil membesar, atau penyempitan saluran hidung dan pernafasan karena alergi kronis atau cacat lahir (Health-Cares.Net, 2005; Schoenstadt, 2006).
Central Sleep Apnea Kondisi ini kurang umum daripada OSA. Ini melibatkan masalah dalam jalur saraf yang merangsang dan mengontrol pernapasan. Di sini, pernapasan oral, tenggorokan dan upaya pernapasan perut secara bersamaan terganggu. Orang-orang dengan Central Sleep Apnea mungkin berhenti bernapas untuk jangka waktu beberapa
detik, napas mereka mungkin terlalu dangkal atau jarang menyediakan kebutuhan oksigen yang mencukupi untuk darah dan jaringan (Health-Cares.Net, 2005).
Mixed Apnea Mixed Apnea, periode singkat Central Sleep Apnea diikuti dengan
jangka waktu yang lama terjadi Obstructive Sleep Apnea (ICBC.inc, 2007; Sunitha, 2010).
2.2.5
Gambaran Klinis
Universitas Sumatera Utara
Sejarah Obstructive Sleep Apnea (OSA) gejala umumnya mulai diam-diam
dan sering hadir selama bertahun-tahun sebelum pasien dirujuk untuk evaluasi (Rinaldi, 2010).
Gejala nocturnal a.
Mendengkur, biasanya keras, dan mengganggu orang lain
b.
Menyaksikan pasangan tidur apnea, yang sering mendengkur dan diakhiri dengan mendengus
c.
Sambil terengah-engah dan tersedak yang menimbulkan sensasi pasien dari tidur gelisah
d.
Pasien sering mengalami arousals dan melempar atau memutar pada malam hari
Gejala pagi hari a.
Tidak merasa segar saat bangun
b.
Sakit kepala
c.
Sakit atau rasa kering di tenggorokan
d.
Mengantuk saat aktivitas yang memerlukan kewaspadaan umum (misalnya, sekolah, bekerja, mengemudi).
e.
Kelelahan: letih, kurang memiliki energy
f.
Masalah dengan memori, konsentrasi, dan fungsi kognitif, terutama fungsi eksekutif
Fisik
Pemeriksaan fisik umum sering normal pada pasien dengan sindrom Obstructive Sleep Apnea (OSA), selain adanya obesitas (BMI> 30 kg/m2), lingkar leher besar, dan hipertensi. Melakukan evaluasi saluran napas bagian atas pada semua pasien, tetapi terutama pada orang dewasa nonobese dengan gejala yang
Universitas Sumatera Utara
konsisten dengan OSA. Berikut adalah beberapa fitur telah dikaitkan dengan kehadiran OSA; a.
Lingkar leher: lebih besar dari 43 cm (17 inchi) pada pria dan 37 cm (15 inchi) pada wanita telah dikaitkan dengan peningkatan risiko OSA.
b.
Mallampati skor; Skor ini telah digunakan selama bertahuntahun untuk mengidentifikasi pasien yang beresiko untuk intubasi
trakea
sulit.
Klasifikasi
memberikan
skor
1-4
berdasarkan fitur anatomis jalan napas terlihat saat pasien membuka mulutnya dan lidah menonjol. Sebuah studi 2006 menunjukkan bahwa untuk setiap peningkatan 1 unit di nilai Mallampati, rasio kemungkinan memiliki OSA (didefinisikan oleh AHI> 5) meningkat sebanyak 2,5. Selain itu, AHI meningkat sebesar 5 Peristiwa per hour. c.
Tersempitnya
dinding
lateral
saluran
pernapasan,
yang
merupakan prediktor independen terhadap keberadaan OSA pada pria tapi tidak pada wanita. d.
Pembesaran tonsil (3 + 4 +).
e.
Retrognathia atau micrognathia.
f.
Tinggi lengkung langit-langit keras (Rinaldi, 2010; Kirk, 2003).
2.2.6
Faktor resiko
Jenis kelamin Sleep apnea lebih sering terjadi pada pria dibandingkan pada
wanita. Pria cenderung memiliki leher yang lebih besar dan berat lebih
dari
perempuan.
Namun,
wanita
cenderung
untuk
mendapatkan berat badan dan leher lebih besar setelah menopause, yang meningkatkan risiko mereka terserang sleep apnea (Punjabi, 2009).
Universitas Sumatera Utara
Usia Sleep apnea pada orang dewasa paling umum terjadi pada usia 40-
60 tahun. Namun demikian, sleep apnea dapat menimpa semua orang dari segala usia (Simon, 2009). . Ras dan Etnis
Afrika-Amerika menghadapi risiko yang lebih tinggi untuk Sleep apnea dibandingkan kelompok etnis lainnya di Amerika Serikat.
Ada studi yang menunjukkan bahwa prevalensi OSA di Asia adalah sebanding dengan yang didokumentasikan di Amerika Utara dan Eropa. Pengamatan yang menarik dan tak terduga yang muncul adalah, bahwa orang Asia cenderung kurang obesitas dari kulit putih, prevalensi penyakit di Timur tidak kurang dari di Barat. Selain itu, untuk usia tertentu, jenis kelamin, dan BMI, Asia memiliki tingkat keparahan penyakit lebih besar dari kulit putih (Punjabi, 2009)
Riwayat Keluarga
Orang dengan riwayat keluarga OSA akan meningkatkan risiko terjadinya kondisi sleep apnea (Punjabi, 2009).
Kegemukan
Obesitas, khususnya yang memiliki lemak di sekitar perut (bentuk apel), merupakan faktor risiko untuk sleep apnea, bahkan pada remaja dan anak-anak. Namun, tidak semua orang yang obesitas menderita sleep apnea. Sifat anatomis dan fisiologis tertentu dalam saluran udara lebih mungkin untuk hadir dalam penderita obesitas dengan apnea (MFMER, 2008).
Universitas Sumatera Utara
Karakteristik Fisik Leher besar
Lingkar leher (17 inchi atau lebih besar pada pria dan 16 inchi atau lebih besar pada wanita) merupakan faktor risiko untuk sleep apnea (Mayoclinik, 2008).
Karakteristik wajah dan tengkorak.
Kelainan struktural di wajah dan tengkorak berkontribusi banyak pada kasus sleep apnea. Ini termasuk panjang bahagian bawah dari wajah. Brachycephaly, kelainan bawaan di mana kepala cenderung lebih pendek dan lebih luas dari rata-rata. Rahang atas sempit, dagu surut, overbite dan lidah lebih besar (Simon, 2009).
Karakteristik Langit-langit lunak
Beberapa orang memiliki kelainan khusus di daerah lunak (langitlangit) di bagian belakang mulut dan tenggorokan yang dapat menyebabkan sleep apnea. Kelainan ini meliputi langit-langit lunak lebih kaku, lebih besar dari biasanya, atau keduanya. Langitlangit lunak yang besar dapat menjadi faktor risiko yang signifikan untuk sleep apnea. Langit-langit lunak dan dinding tenggorokan di sekitarnya kollaps dengan mudah (Simon, 2009).
Merokok dan Penggunaan Alkohol
Perokok memiliki risiko lebih tinggi untuk sleep apnea. Orang yang merokok lebih dari 2 bungkus sehari memiliki risiko 40 kali lebih besar dibanding dengan bukan perokok. Minum alkohol juga dapat berhubungan dengan sleep apnea. Pasien didiagnosis dengan sleep apnea dianjurkan untuk tidak minum alkohol sebelum tidur
(Simon, 2009; Punjabi, 2009).
Universitas Sumatera Utara
Kondisi Medis Terkait Sleep Apnea Diabetes
Diabetes dikaitkan dengan sleep apnea dan mendengkur. Hal ini tidak jelas apakah ada hubungan antara dua kondisi atau apakah obesitas merupakan faktor umum saja (Simon, 2009). . Gastroesophageal Reflux Disease (GERD)
GERD adalah kondisi yang disebabkan oleh reflux asam lambung ke kerongkongan. GERD dan sleep apnea sering bersamaan. Penelitian menunjukkan bahwa cadangan asam lambung dalam GERD dapat menyebabkan spasme di pita suara (larynx), sehingga menghalangi aliran udara ke paru-paru dan menyebabkan apnea atau apnea itu sendiri dapat menyebabkan perubahan tekanan yang memicu GERD. Obesitas umum dijumpai pada kedua kondisi dan penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengklarifikasi asosiasi (Simon, 2009).
Sindrom Ovarium Poli Kistik (PCOS)
OSA dan kantuk siang hari yang berlebihan muncul pada sindrom ovarium polikistik (PCOS). Sekitar setengah dari pasien dengan PCOS juga memiliki diabetes. Obesitas dan diabetes terkait dengan sleep apnea dan PCOS (The New York Times, 2010; Simon,
2009).
2.2.7
Diagnosis
Gejala-gejala OSA tidak spesifik. Ini berarti bahwa banyak orang yang mendengkur pada malam hari atau yang merasa lelah di siang hari mungkin tidak memiliki sleep apnea. Alasan medis lainnya untuk kantuk di siang hari harus dipertimbangkan oleh dokter sebelum rujuk ke Spesialis THT-KL (Konsultan Gangguan Tidur) untuk tes diagnostik tidur. Mereka termasuk:
Universitas Sumatera Utara
-
Memiliki jam kerja yang berlebihan atau berbagai shift (malam, akhir pekan).
-
Obat-obatan (penenang, obat tidur, antihistamin beta blockers.
-
Penyalahgunaan alcohol.
-
Kondisi medis (seperti hypothyroidism, hypercalcemia, dan hiponatremia / hipernatremia.
-
gangguan tidur lain, seperti narkolepsi, insomnia atau gelisah.
-
Sindrom kelelahan kronis.
-
Depresi atau dysthymia.
Gejala yang memerlukan evaluasi dari Spesialis THT-KL (Konsultan Gangguan Tidur) adalah: -
Kantuk mengganggu kualitas hidup pasien.
-
Kantuk di tempat kerja (dapat menyebabkan bahaya pada pasien atau orang lain).
-
Penyakit medis lainnya yang mungkin diperburuk oleh OSA.
-
Anak-anak yang mendengkur mudah tersinggung, tidak berkembang tumbuh dengan baik, atau memiliki masalah perilaku.
Jika timbul gejala mengindikasikan OSA atau gangguan tidur lainnya, pengujian diagnostik lebih lanjut akan dilakukan. Seorang spesialis THT-KL (Konsultan Gangguan Tidur) atau pusat gangguan tidur akan melakukan sejarah medis dan pemeriksaan fisik. Pusat harus diakreditasi oleh American Academy of Sleep Medicine (Simon, 2009).
Universitas Sumatera Utara
Sejarah Tidur
Untuk membantu menentukan adanya sleep apnea, dokter akan mengajukan pertanyaan-pertanyaan berikut; -
Apakah pasien mengambil obat?
-
Berapa banyak periode kantuk yang ada setiap hari dan kapan itu terjadi? (Pasien dengan apnea seringkali tidak menjelaskan gejala ini sebagai merasa "mengantuk". Mereka lebih tepat untuk menggambarkan perasaan ini sebagai "kekurangan energi" atau. "Merasa lelah sepanjang hari.") .
-
Apakah sakit kepala terjadi secara teratur di pagi hari?
-
Apakah pasien mengambil stimulan seperti kopi atau tembakau?
-
Berapa banyak alkohol yang dikonsumsi per har i?
-
Apakah pasien memiliki masalah dengan fungsi mental atau emosional?
-
Apakah pasien menderita heartburn?
-
Bagaimana kebiasaan posisi tidur (belakang, samping, atau telungkup)?
-
Jika ada pasangan tidur, apakah ia mengeluh tentang pasien mendengkur dan terbangun (Sering kali sangat berguna untuk wawancara pasangan tidur).
-
Apakah pasien tertidur dengan segera? (Mungkin menjadi tanda kurang tidur).
Untuk membantu menjawab pertanyaan ini, pasien harus membuat catatan tidur. Setiap hari selama 2 minggu, pasien harus mencatat semua informasi yang berhubungan dengan tidur, termasuk tanggapan atas pertanyaan yang tercantum di atas diuraikan dalam hitungan hari. Rekaman perilaku tidur dengan menggunakan
Universitas Sumatera Utara
extended-play audio atau rekaman video dapat membantu dalam
mendiagnosa sleep apnea (Simon, 2009).
Pemeriksaan fisik
Untuk mendiagnosa sleep apnea, dokter akan memeriksa indikasi fisik sleep apnea, termasuk: a. Kelainan di daerah lunak atau saluran udara bagian atas, termasuk tonsil membesar. b. Obesitas (indeks massa tubuh [BMI]> 30): Ini merupakan faktor resiko utama sindrom apnea tidur obstruktif (OSA). Menurut studi Wisconsin Sleep Cohort, peningkatan 10% berat dikaitkan dengan risiko 6 kali lipat pengembangan pernapasan tidur-teratur (SDB) (Shanker, 2010). c. Sebuah pengukuran lebar leher mengesampingkan gangguan lainnya Jika sleep apnea tidak jelas setelah pemeriksaan fisik dan sejarah, dokter akan perlu untuk menyingkirkan masalah lain. Ini termasuk gangguan tidur, (seperti narkolepsi, insomnia, gelisah atau gangguan kaki), atau kondisi medis atau psikologis (sindrom kelelahan kronis, depresi) yang dapat menyebabkan kantuk di siang hari (NHLBI, 2009).
Polisomnografi dan Home Sleep Studies
Polisomnografi digunakan untuk studi tidur pada waktu malam yang melibatkan perekaman gelombang otak dan aktivitas lainnya yang berhubungan dengan tidur. Polisomnografi melibatkan banyak pengukuran dan biasanya dilakukan di pusat tidur. Pasien datang sekitar 2 jam sebelum waktu tidur tanpa melakukan perubahan dalam kebiasaan sehari-hari. Polisomnografi elektronik memonitor pasien melalui berbagai tahapan tidur (Shanker, 2010; Kumar, 2006).
Universitas Sumatera Utara
Epworth sleepiness scale (ESS) Evaluasi subjektif kantuk di siang hari; -
Pasien sering kali meremehkan tingkat kantuk mereka, mungkin karena sleep apnea adalah suatu yang kronis, masalah
tersembunyi
tetapi
berbahaya
dan
mereka
menganggap normal pada masa itu. Epworth sleepiness scale (ESS) (lihat Tabel) adalah umum digunakan. Statistik
kuesioner divalidasi untuk mengantuk di siang hari. Beberapa situasi terdaftar, dan pasien diminta untuk mengevaluasi kantuk. Skala berikut ini kemudian digunakan untuk memilih jumlah yang paling sesuai dengan situasi masing-masing;
0
= kemungkinan tertidur jarang
1
= kemungkinan tertidur sebentar
2
= kemungkinan tertidur sedang
3
= kemungkinan tertidurn sering
Tabel 2.1: Contoh Skoring pada Skala Kantuk Epworth
Keadaan
Kemungkinan tertidur
Duduk dan membaca Menonton televisi Duduk tidak aktif di tempat umum (misalnya, teater) Sebagai penumpang mobil selama satu jam tanpa istirahat Berbaring untuk beristirahat di sore hari
Universitas Sumatera Utara
Duduk dan berbicara dengan seseorang Diam-diam duduk tenang setelah makan siang tanpa alcohol Diam-diam duduk tenang setelah makan siang tanpa alkohol Dalam mobil, sementara berhenti untuk beberapa menit dalam lalu lintas Jumlah
Penafsiran yang berlaku umum Epworth sleepiness scale (ESS) adalah sebagai berikut: • • • • •
2.2.8
Skor 0-5 harus ditafsirkan sebagai luar biasa. Skor 5-10 harus ditafsirkan sebagai normal. Skor 10-15 harus ditafsirkan sebagai mengantuk. Skor 15-20 harus ditafsirkan sebagai sa ngat mengantuk. Skor lebih dari 20 harus ditafsirkan sebagai berbaha ya kerana sangat mudah mengantuk (Shanker, 2010; Judarwanto, 2009 )
Pencegahan
Pencegahan yang dapat membantu mencegah OSA ad alah ; a. Berhenti merokok
Nikotin dalam tembakau melemaskan otot-otot yang menjaga saluran udara terbuka. Jika tidak merokok, otototot
cenderung
tidak
jatuh
pada
malam
hari
dan
mempersempit saluran udara (Apneareport.com, 2010).
b. Posisi kepala
Angkat kepala 4 – 6 inchi dengan meletakkan bantal di bawah tempat tidur. Selain itu dapat juga digunakan bantal khusus (disebut bantal leher rahim) ketika tidur. Sebuah
Universitas Sumatera Utara
bantal leher rahim dapat membantu kepala tetap dalam posisi yang mengurangi sleep apnea. Menggunakan bantal reguler untuk mengangkat kepala dan tubuh bagian atas tidak akan bekerja. Segera mengobati masalah pernapasan, seperti hidung tersumbat disebabkan oleh alergi dingin atau hal ini dapat meningkatkan risiko mendengkur. Hindari konsumsi antihistamin, karena mereka dapat membuat mengantuk dan membuat episode apnea parah. Sebaliknya pengunaan
dekongestan
menyebabkan
drainase
akan
menurun(Webmed, 2009).
c. Makan Sehat
Cara terbaik untuk mencegah apnea adalah tetap sehat. Seperti telah dibahas, orang gemuk lebih mungkin untuk menderita OSA. Oleh karena itu jaringan yang berlebihan yang terbentuk di tenggorokan. Solusinya adalah makan sehat dan berolahraga rutin untuk menjaga berat badan terkendali (Apneareport.com, 2010).
d. Monitor Tekanan Darah Anda
Individu dengan tekanan darah tinggi lebih mungkin untuk menderita sleep apnea dan sekitar 30% dari individu dengan tekanan darah tinggi juga memiliki apnea. Individu yang
sudah
memiliki
sleep
apnea
lebih
cenderung
mengalami tekanan darah tinggi. Menjaga tekanan darah dan tetap sehat tidak hanya membantu mencegah apnea, malah mencegah penyakit lain (Apneareport.com, 2010).
e. Menghindari Alkohol dan Narkoba
Konsumsi alkohol dan pil tidur dapat membuat jalan napas lebih cenderung runtuh saat tidur. Akibatnya, periode apnea
Universitas Sumatera Utara
ditingkatkan. Alkohol adalah depresan dan sementara mengkonsumsi alkohol dapat membantu tertidur, penarikan mendatang, sementara tidur dapat menambah masalah dan mengakibatkan OSA. Demikian pula, merokok dapat menyebabkan saluran napas bagian atas membengkak. Hal ini dapat menyebabkan mendengkur dan mengakibatkan OSA. Bagi mereka yang sudah mulai, berhenti merokok merupakan langkah utama untuk mencegah sleep apnea (Apneareport.com, 2010).
f.
Mengubah Posisi Tidur Anda
Untuk seseorang yang cenderung OSA, tidur terlentang harus dihindari. Hal ini menyebabkan jaringan longgar untuk memblokir jalan napas. Posisi tidur terbaik untuk mencegah
OSA adalah posisi samping. Bantal dan
perangkat khusus dapat digunakan untuk membantu menjaga seseorang dari berguling ke posisi telentang dan mencegah OSA terjadi (Apneareport.com, 2010).
2.2.9
Terapi
2.2.9.1 Terapi Non-Bedah
Continuous positive airway pressure (CPAP) Continuous positive airway pressure (CPAP). Sleep apnea
yang parah dianjurkan sebuah mesin yang memberikan t ekanan udara melalui masker yang ditempatkan di atas hidung saat tidur. Jenis yang paling umum disebut continuous positive airway pressure (CPAP). Dengan terapi ini, tekanan nafas
udara adalah kontinu. Kompresi udara mencegah runtuhnya
Universitas Sumatera Utara
jalan napas di tenggorokan. Hal ini mencegah apnea dan mendengkur (Rowley, 2009; Medline.Plus, 2009)
CPAP adalah metode yang paling umum digunakan untuk mengobati sleep apnea. Namun, ada yang merasa canggung dan
tidak
nyaman.
Kebanyakan
orang
belajar
untuk
menyesuaikan masker untuk mendapatkan cocok nyaman dan aman.
Segelintir
orang
juga
mendapat
manfaat
dari
menggunakan humidifier bersama dengan sistem CPAP mereka (Rowley, 2009; Medline.Plus, 2009)
Mouthpiece (oral device) or Inter-oral devices (IODs) Pilihan lain adalah mengunakan perangkat oral yang dirancang untuk menjaga tenggorokan terbuka. Peralatan oral merupakan alternatif yang sukses untuk segelintir pasien. Beberapa perangkat dirancang untuk membuka tenggorokan dengan membawa rahang ke depan. Kadang-kadang hal ini dapat menghilangkan mendengkur dan OSA ringan. Perangkat lain menahan lidah dalam posisi yang berbeda. Saran dari dokter gigi, pengalaman diperlukan untuk pemasangan dan terapi tindak lanjut perangkat (Medical News Today, 2010; AAOMS, 2008).
Stimulan
Jika gejala kantuk di siang hari yang sangat parah, dosis jangka pendek yang dikenal sebagai obat perangsang mungkin dianjurkan. Stimulan kerja dengan meningkatkan aktivitas sistem saraf agar pasien merasa lebih waspada dan terjaga (Medical News Today, 2010).
Universitas Sumatera Utara
Obat yang disebut modafanil mungkin dianjurkan. Efek samping dari modfanil dapat mencakup pusing dan penglihatan kabur. Dalam situasi langka, modafanil dapat menyebabkan depresi dan membuat orang berpikir bunuh diri pikiran. Penggunaan jangka panjang obat-obat perangsang tidak dianjurkan karena mereka bisa menjadi kecanduan (Medical News Today, 2010).
Terapi Posisi
Kebanyak orang mendapat manfaat dengan posisi tidur pada elevasi 30 derajat dari tubuh bagian atas. Ini membantu mencegah keruntuhan gravitasi dari jalan napas. Sebuah elevasi 30 derajat dari tubuh bagian atas dapat dicapai dengan tempat tidur diatur, atau baji tempat tidur ditempatkan di bawah kasur. Pendekatan ini dapat dengan mudah digunakan dalam kombinasi dengan perawatan orang yang gemuk.
lain dan sangat efektif untuk
Posisi tidur lateral (tidur di sisi) juga
dianjurkan (Swierzewski, 2000)
2.2.9.2 Terapi bedah
Tujuan dari pembedahan adalah untuk membuang kelebihan jaringan dari hidung atau tenggorokan yang dapat bergetar dan menyebabkan
mendengkur.
Kelebihan
jaringan
mungkin
memblokir saluran bahagian atas pernafasan dan menyebabkan sleep apnea.
Beberapa tindakan bedah antara lain : -
Uvulopalatopharyngoplasty (UPPP)
Uvulopalatopharyngoplasty (UPPP) adalah prosedur di mana jaringan dari bagian belakang mulut dan tenggorokan
Universitas Sumatera Utara
bagian atas dibuang. Tonsil dan adenoid biasanya dibuang juga. UPPP biasanya dilakukan di rumah sakit dan memerlukan anestesi umum (Medical News Today, 2010; AAOMS, 2008).
-
Koreksi rahang
Prosedur ini disebut kemajuan maxillomandibular. Tujuan tindakan ini adalah memperbesar ruang belakang lidah dan langit-langit lunak, membuat obstruksi kemungkinannya (Medical News Today, 2010).
-
Implant
Prosedur implant adalah pengobatan minimal invasif. Ini melibatkan penempatan tiga batang poliester kecil di langitlangit lunak. Untuk mencegah jatuhnya palatum molle. Perawatan ini hanya disarankan untuk derajat ringan sampai sedang (Medical News Today, 2010). . -
Laser-uvulopalatoplasty
Menghapus jaringan di bagian belakang tenggorokan dengan laser dengan ablasi frekuensi radio (Medical News Today, 2010; AAOMS, 2008).
Universitas Sumatera Utara
BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1
Kerangka Konsep
Baik - Tingkat pengetahuan mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara (USU) angkatan 2009 – 2010
Obstructive sleep apnoe ( OSA )
Sedang
Buruk
3.2
Variabel dan Definisi Operasional
Aspek Pengukuran
Variable yang telah diukur adalah tingkat pengetahuan mahasiswa Fakultas
Kedokteran
Universitas
Sumatera
Utara
(USU)
tentang
obstructive sleep apnoe (OSA).
1.
Pengetahuan Pengetahuan
mahasiswa
Fakultas
Kedokteran
Universitas
Sumatera Utara (USU) akan diukur dengan menggunakan metode scoring terhadap jawaban yang telah diberikan bobot. Ukuran
tingkat pengetahuan mahasiswa diukur berdasarkan jumlah nilai yang diperoleh responden menurut Pratomo (1990): -
Tingkat pengetahuan baik, bila skor responden lebih dari 75% dari seluruh pertanyaan.
-
Tingkat pengetahuan sedang, bila skor responden antara 40% hingga 75% dari seluruh pertanyaan.
-
Tingkat pengetahuan kurang bila skor responden kurang dari 40% dari seluruh pertanyaan.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan metode scorring pernilaian terhadap pengetahuan responden adalah apabila menjawab benar dari : -
15 hingga 20 pertanyaan
: Baik
-
8 hingga 14 pertanyaan
: Sedang
-
0 hingga 7 pertanyaan
: Kurang
Table 3.2. Variable , Definisi Oprasional, metode, cara Ukur , Hasil Ukur dan Skala Ukur
Variable
Definisi
Metode Cara ukur
Hasil Ukur
Operasional
Ukur
Kuesioner
Baik, apabila
mahasiswa
yang terdiri
menjawab
tentang
dari 20
benar > 75%
obstructive sleep
pertanyaan
Sedang,
Tingkat
Pengetahuan
pengetahuan
apnoe ( OSA )
Skala
Angket
Ordinal
apabila menjawab benar 40- 75 % Kurang,
apabila menjawab benar < 40 %
Universitas Sumatera Utara