STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PELAYANAN GIZI DI PUSKESMAS
DINAS KESEHATAN KABUPATEN BIMA PEMERINTAH KABUPATEN BIMA 2016
BAB I PENDAHULUAN A. Tujuan 1. Tujuan Umum Tujuan umum dibuatnya SOP Pelayanan Gizi Puskesmas ini adalah tersedianya acuan dalam melaksanakan pelayanan gizi di Puskesmas dan jejaringnya. 2. Tujuan Khusus a. Tersedianya acuan tentang jenis pelayanan gizi, peran dan fungsi ketenagaan, sarana, dan prasarana di Puskesmas dan jejaringnya. b. Tersedianya acuan untuk melaksanakan pelayanan gizi yg bermutu dipuskesmas dan jejaringnya. c. Tersedianya acuan bagi tenaga gizi puskesmas untuk bekerja secara profesional memberikan pelayanan gizi yang bermutu kepada asien/klien di puskesmas dan jejaringnya. d. Tersedianya acuan monitoring dan evaluasi pelayanan gizi dipuskesmas dan jejaringnya. B. Sasaran 1. Tenaga Gizi Puskesmas dan Tenaga Kesehatan lainnya di puskesmas 2. Pengelola Program Kesehatan dan lintas Sektor terkait 3. Pengambil Kebijakan di Propinsi, Kabupaten/Kota C. Landasan Hukum Sebagai dasar penyelenggaraan pelayanan gizi di puskesmas diperlukan peraturan perundangundangan [endukung (Legal Aspect). Beberapa ketentuan perundang-undangan yang digunakan adalah sebagai berikut: 1. Undang-undang Nomor 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak 2. Undang-undang Nomor 29 Tahun 2004 Tentang Praktek Kedokteran 3. Kepmenkes RI No. 828/Menkes/SK/IX/2008 tentang Petunjuk Teknis SPM Bidang Kesehatan di Kab/Kota 4. SE Menkes No. 1209/Menkes/X/1998 tentang Monitoring dan Penanggulangan Krisis Kesehatan (KLB Gizi Buruk) 5. SK Menkes No. 128/Menkes/SK/II/2004 tentang Kebijakan Dasar Puskesmas 6. SK Menkes No. 1457/Menkes/SK/X/2003 tentang Kewenangan Wajib Standar Pelayanan Minimal (KW-SPM) 7. Buku Pemantauan Tatalaksana Anak Gizi Buruk, Depkes RI Tahun 2009
BAB II DASAR KEBIJAKAN PELAYANAN DI PUSKESMAS A. Kebijakan Dasar Puskesmas 1. Pengertian Puskesmas merupakan Unit Pelaksanaan Teknis (UPT) Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di satu wilayah kerja. a. Unit Pelaksanaan Teknis Sebagai unit pelaksanaan teknis dinas kesehatan kabupaten/kota (UPTD), Puskesmas berperan menyelenggarakan sebagian dari tugas teknis operasional Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan merupakan unit pelaksana tingkat pertama serta ujung tombak pembangunan kesehatan di Indonesia. b. Pembangunan Kesehatan Pembangunan Kesehatan adalah penyelenggaraan kesehatan oleh seluruh komponen bangsa secara terpadu dan saling mendukung melalui peningkatan perilaku dan kemandirian masyarakat kesehatan secara adil dan merata guna menjamin tercapainya derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. c. Pertanggung jawaban Penyelenggaraan Penanggung jawab utama penyelenggaraan seluruh upaya pembangunan kesehatan di wilayah kabupaten/kota adalah dinas kesehtan kabupaten/kota. Puskesmas hanya bertanggungjawab untuk sebagian upaya pembangunan kesehatan yang dibebankan oleh dinas kesehatan yang dibebankan oleh dinas kesehatan kabupaten/kota sesuai dengan kemampuan. d. Wilayah Kerja Secara nasional, standar wilayah kerja puskesmas adalah satu kecamatan. Tetapi apabila di satu kecamatan terdapat lebih dari satu puskesmas, maka tanggung jawab wilayah kerja dibagi antar puskesmas, dengan memperhatikan keutuhan konsep wilayah (Desa/Kelurahan atau RW). Masing-masing puskesmas secara operasional bertanggungjawab langsung kepada dinas kesehatan kabupaten/kota. B. Pelayanan Gizi Di Puskesmas Pelayanan Perbaikan Gizi Masyarakat di Puskesmas merupakan salah satu upaya kesehatan wajib yang harus diselenggarakan oleh setiap puskesmas. Oeleh karena itu, diharapkan petugas gizi puskesmas diharapkan telah mengikuti pelatihan terkait gizi, seperti Pelatihan Tatalaksana Anak Gizi Buruk (TAGB), Pelatihan Konse;lor ASI, Pelatihan Pemberian Makan pada Bayi dan Anak (PMBA),
Pelatihan Pemantauan Pertumbuhan, dll. Kegiatan dalam rangka perbaikan gizi yang menjadi tanggung jawab puskesmas dilakukan oleh TPG dengan latar belakang pendidikan gizi. Apabila belum ada TPG berlatar belakang pendidikan gizi, dapat dikerjakan oleh TPG yang bukan berlatar belakang gizi, seperti sanitarian, perawat, bidan atau tenaga kesehatan lain. Tenaga Gizi Puskesmas sebagai Penanggungjawab asuhan gizi sekaligus sebagai pelaksana asuhan gizi yang mempunyai tugas pokok dan fungsi sebagai berikut: 1. Mengkaji status gizi pasien/klien berdasarkan data rujukan 2. Melakukan anamnesis riwayat diet pasien/klien 3. Menerjemahkan rencana diet ke dalam bentuk makanan yang disesuaikn dengan kebiasan makan serta keperluan terapi. 4. Memberikan penyuluhan, motivasi, dan konseling gizi pada pasien/klien dan keluarganya. 5. Melakukan kunjungan keliling (visite) baik sendiri maupun bersama dengan Tim Asuhan Gizi kepada pasien/klien 6. Memantau masalah yang berkaitan dengan asuhan gizi kepada pasien/klien bersama dengan perawat 7. Mengevaluasi status gizi pasien/klien secara berkala, asupan makanan, dan bila perlu melakukan perubahan diet pasien berdasarkan hasil diskusi dengan Tim Asuhan Gizi Puskesmas.
Catatan: Tugas perbaikan gizi di Puskesmas merupakan tanggung jawab tenaga gizi. Apabila belum terdapat tenaga gizi maka pemenuhan kebutuhan tenaga gizi di Puskesmas dilakukan secara bertahap dan untuk sementara dapat dilaksanakan oleh tenaga kesehatan lain yaitu perawat/bidan, dengan pendidikan/pelatihan khusus yang biasa diikuti.
BAB III PELAYANAN GIZI DI PUSKESMAS Pelayanan Gizi di Puskesmas adalah kegiatan pelayanan gizi mulai dari upaya promotif, preventif, dan rehabilitatif yang dilakukan di wilayah kerja puskesmas. Pelayanan gizi di puskesmas dilakukan didalam gedung dan diluar gedung. 1. Pelayanan gizi didalam Gedung Kegiatan pelayanan gizi didalam gedung terdiri dari pelayanan gizi rawat jalan dan pelayanan gizi rawat inap. a. Pelayanan gizi rawat jalan Pelayanan gizi rawat jalan merupakan serangkaian kegiatan yang meliputi: 1) Pengkajian gizi untuk mengidentifikasi masalah gizi dan faktor penyebab melalui verifikasi dan interpretasi data secara sistematis yang meliputo data antropometri, data pemeriksaan fisik/klinis, data riwayat gizi, dan data hasil pemeriksaan laboratorium. 2) Penentuan diagnosis gizi untuk mengidentifikasi adanya masalah gizi, faktor penyebab, serta tanda dan gejala yang ditimbulkan. 3) Pelaksanaan intervensi gizi yang merupakan tindakan terencana yang ditujukan untuk mengubah perilaku gizi, kondisi lingkungan atau aspek status kesehatan individu yang meliputi penentuan jenis diet sesuai dengan kebutuhan gizi individual, edukasi gizi, dan konseling gizi. 4) Monitoring dan evaluasi asuhan gizi rawat jalan untuk mengetahui tingkat kemajuan, keberhasilan pelaksanaan intervensi gizi pada pasien/klien. b. Pelayanan gizi rawat inap Intervensi gizi pada pelayanan gizi rawat inap mencakup penyelenggaraan pemberian makan pasien, pemantauan asupan makanan, konseling gizi dan pergantian jenis diet apabila diperlukan. Pelayanan gizi rawat inap merupakan serangkaian kegiatan yang meliputi: 1) Pengkajian gizi, 2) Penentuan diagnosis gizi, 3) Intervensi gizi meliputi pelayanan makanan, pemantauan supan, perubahan diet dan konseling, 4) Monitoring dan evaluasi asuhan gizi.
Gambar 1. Alur Penyelenggaraan Makanan di Puskesmas Rawat Inap
2. Pengadaan Bahan Makanan
Perencanaan Menu
3. Penerimaan dan Penyimpanan Bahan Makanan
7.Pelayanan Makanan Pasien
6. Penyajian Makanan Di Ruang Rawat Inap
4. Persiapan dan Pengolahan Makanan
5. Distribusi Makanan
Gambar 2. Pelayanan Gizi dalam Gedung Pasien datang sendiri atau rujukan dari jaringan puskesmas termasuk UKBM
Loket Pemeriksaan Medis dan Skrining Gizi* Ditemukan Pasien Bermasalah Gizi dan atau Kondisi Khusus
Rawat Jalan
Rawat Inap
Rujuk ke Fasyankes yang lebih tinggi
Pengkajian Gizi Rujukan Balik
Diagnosis Gizi
Intervensi Gizi
Intervensi Gizi
Pasien Rawat Jalan:
Pasien Rawat Inap:
Penyuluhan gizi oleh tenaga kesehatan
Konseling gizi oleh tenaga gizi, perencanaan diet, penyediaan makanan
Monitoring Evaluasi Tindak Lanjut
2. Pelayanan Gizi di Luar Gedung Kegiatan pelayanan gizi diluar gedung ditekankan ke arah promotif dan preventif serta sasarannya adalah masyarakat di wilayah kerja puskesmas. Beberapa kegiatan pelayanan gizi di luar gedung dalam rangka upaya perbaikan gizi yang dilaksanakan oleh puskesmas antara lain:
No
1.
2.
Nama Kegiatan
Tujuan
Edukasi Gizi/ Pendidikan Gizi
Mengubah pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat mengacu pada pedoman gizi seimbang (PGS) sesuai dengn risiko/masalah gizi.
Konseling ASI Ekslusif dan PMBA
1. Meningkatkan oengetahuan, sikap dan perilaku keluarga sehingga bayi baru lahir segera dierikan IMD dan meneruskan memberikan ASI ekslusifsampai bayi berusia 6 bulan. 2. Memperkenalkan Makanan Pendamping ASI sejak bayi berusia 6 bulan 3. Meneruskan ASI dan MP-ASI sesuai kelompok umur sampai usia 24 bulan.
Sasaran
Kelompok masyarakat diwilayah puskesmas
Lokasi
Fungsi Tenaga Gizi Puskesmas
Posyandu, puling, dan institusi pendidikan, kegiatan, kelas ibu, kerja kelas balita, upaya kesehatan kerja (UKK), dll
1. Merencanakan kegiatan edukasi diwilayah kerja puskesmas. 2. Merencanakan materi edukasi yang akan disampaikan kepada masyarakt 3. Memberikan pembinaan kepada kader 4. Memberikan pendidikan gizi secara langsung di UKBM, Institusi pendidikan, pertemuan keagamaan, dan pertemuan-pertemuan lainnya. 5. Menyusun laporan pelaksanaan pendidikan gizi diwilayah puskesmas.
Posyandu, kelompok pendukung ibu, terintegrasi dengan program laindalam kegiatan kelas balita, kelas ibu.
1. Merencanakan kegiatan konseling ASI dan PMBA diwilayah kerja puskesmas 2. Menyediakan materri dan media konseling 3. Melakukan pembinaan kepada tenaga kesehatan lain atau kader yang ditunjuk untuk melaksanakan tugas konseling ASI dan PMBA. 4. Memberikan konseling Kepada Sasaran Sesuai Permasalahan individualnya. 5. Materi Konseling PMBA antara lain : Makanan sehat selama hamil,Inisiasi menyusui dini (IMD),Asi Ekslusif,Makanan MP-ASI Kepada bayi mulai umur usia 6 bulan dan terus memberikan ASI sampai anak berusia 24 bulan atau lebih,Makanan sehat ibu menyusui. 6. Membuat laporan bulanan pelaksanaan konseling di wilayah kerja Puskesmas.
Ibu hamil dan atau keluarga dan ibu yang mepunyai anak usia 0-24 bulan.
No
3
4
Nama Kegiatan
Tujuan
Konseling Gizi melalui Pos pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular (Posbindu PTM)
Mencegah dan mengendalikan faktor risiko PTM berbasis masyarakat sesuai dengan sumber daya dan kebiasaan masyarakat agar masyarakat dapat mawas diri (awareness) terhadap faktor risiko PTM.
Pengelolaan Pemantauan Pertumbuhan di Posyandu
Untuk mementau status gizi Balita menggunakan KMS (Kartu Menuju Sehat ) atau Buku KIA.
Sasaran
Lokasi
Fungsi Tenaga Gizi Puskesmas
Posbindu PTM di integrasikan ke kegiatan masyarakat yang sudah aktif berjalan baik antara lain institusi Masyarakat pendidikan,di Sebagai konselor gizi terkait faktor risiko PTM yang di sehat,berisiko dan tempat kerja temukan saat pemeriksaan kesehatan oleh tenaga penyandang PTM maupun di medis. berusia > 15 tahun. lingkungan tempat kerja maupun di lingkungan tempat tinggal dalam wadah desa,yang di lakukan minimum 1 (satu ) kali dalam sebulan. 1. Merencanakan kegiatan pemantauan pertumbuhan di wilayah kerja puskesmas 2. Memberikan pembinaan kepada kader posyandu agar mampu melakukan pemantauan pertumbuhan di posyandu 3. Melakukan penimbangan Kader Posyandu. Posyandu 4. Membina kader dan menyiapkan SKDN dan pelaporan 5. Menyusun laporan pelaksanaan pemantauan pertumbuhan diwilayah kerja puskesmas 6. Memberikan konfirmasi terhadap hasil pemantauan pertumbuhan
No
5
6
Nama Kegiatan
Tujuan
Sasaran
Lokasi
Fungsi Tenaga Gizi Puskesmas
Pengelolaan pemberian Kapsul Vitamin A
meningkatkan keberhasilan kegiatan pemberian Vitamin A melalui pembinaan mulai dari perencanaan, Bayi, Balita dan Ibu pelaksanaan, dan Posyandu Nifas pemantauan sehingga kegiatan pencegahan kekurangan Vitamin A dapat berjalan dengan baik.
1. Merencanakan kebutuhan Vitamin A untuk bayi 6-11 Bulan, anak usia 12-59 Bulan, dan ibu Nifas setiap tahun 2. Memantau kegiatan pemberian Vitamin A diwilayah kerja puskesmas yang dilakukan oleh tenaga kesehatan lain 3. Menyusun laporan pelaksanaan distribusi vitamin A diwilayah kerja Puskesmas. 4. Ketentuan dalam Pemberian Vitamin A: a. Bayi 6-11 bulan diberikan vitamin A 100.000 SI warna biru, diberikan dua kali setahun yaitu pada bulan februari dan agustus. b. Balita 12-59 bulan diberikan kapsul vitamin A 200.000 SI warna merah, diberikan dua kali setahun yaitu bulan februari dan agustus. c. Bayi dan balita sakit: bayi usia 6-11 bulan dan balita 12-59 bulan yang sedang menderita campak, diare, gizi buruk, xeroftalmia, diberikan vitamin A dengan dosis sesuai umur. d. Ibu nifas (0-24 hari) : pada ibu nifas diberikan 2 kapsul merah dosis 200.000 SI, 1 kapsul segera setelah melahirkan dan 1 kapsul lagi 24 jam berikutnya.
Pengelolaan Pemberian Tablet Tambah Darah (TTD) untuk Ibu Hamil dan Nifas
Meningkatkan keberhasilan pemberian TTD untuk kelompok masyarakat rawan menderita anemia gizi besi yaitu ibu hamil melalui Ibu Hamil dan Nifas pembinaanmulai dari perencanaan, pelaksanaan, dan pemantauan sehingga kegiatan pencegahan anemia gizi besi.
1. Merencanakan kebutuhan TTD untuk kelompok sasaran selama satu tahun. 2. Memantau kegiatan pemberian TTD oleh bidan diwilayah kerja puskesmas 3. Menyusun laporan pelaksanaan distribusi TTD di wilayak kerja puskesmas. 4. Ketentuan dalam pemberian TTD untuk ibu hamil dan ibu nifas: a. Pencegahan: 1 Tablet/hari sejak awal kehamilan dan dilanjutkan sampai masa nifas b. Pengobatan : 2 tablet/hari sampai kadar HB normal.
Tempat Praktek bidan dan posyandu
No
7
8
Nama Kegiatan
Tujuan
Edukasi Dalam Rangka Pencegahan Anemia Pada Remaja
Meningkatkan keberhasilan program pencegahan anemiagizi besi pada kelompok sasaran
Pengelolaan Pemberian MP-ASI
a. MP-ASI
Bufferstock adalah MP-ASI pabrikan yang disiapkan oleh kementrian Kesehatan RI dalam rangka pencegahan dan penanggulangan gizi terutama di daerah rawan gizi/keadaan darurat/bencana..
b. MP-ASI Lokal adalah MPASI yang di buat dari
makanan lokal setempat dalam rangka untuk meningkatkan pemahaman dan keterampilan tenaga
Sasaran
Lokasi
Fungsi Tenaga Gizi Puskesmas
1. Memberikan pendidikan gizi agar remaja putri dan WUS mengonsumsi TTD secara mandiri. 2. Apabila disuatu daerah prevalensi anemia ibuhamil >20% maka tenaga gizi puskesmas merencanakan kebutuhan TTD untuk remaja putri dan WUS dan melakukan pemberian TTD kepada kelompok sasaran. 3. Memantau kegiatan pemberian TTD oleh bidan Remaja putri dan UKS (Usaha diwilayah kerja puskesmas. Wanita Usia Subur Kesehatan Sekolah 4. Menyusun laporan pelaksanaan distrin=busi TTD diwilayah kerja puskesmas 5. Ketentuan dalam pemberian TTD untuk remaja putri dan WUS: a. Pencegahan: 1 tablet/hari selama haid dan 1 tablet/minggu b. Pengobatan: 1 tablet/hari sampai kadar HB normal. Balita 6-24 bulan 1. Merencanakan menu MP-ASI lokal yang terkena 2. Mengadakan bahan MP-ASI lokal bencana dan 3. Mengolah MP-ASI lokal dibantu oleh kader Balita gizi kurang 64. Mendistibusikan kepada sasaran dibantu oleh kader 24 bulan
kesehatan.
No
9
10
Nama Kegiatan
Pengelolaan Pemberian PMTPemulihan
Pemulihan Gizi Berbasis Masyarakat (PGBM)
Tujuan a. PMT Pemulihan untuk balita gizi kurang adalah makanan ringan padat dengan kandungan 350-400 kalori energi dan 15 gram protein. b. PMT bumil KEK Bufferstock diberikan dalam bentuk makanan padat gizi dengan kandungan 500 kalori energi dan 15 gram protein. Pemulihan gizi berbasis masyarakat merupakan upaya yang dilakukan masyarakat untuk mengatasi masalah gizi yang dihadapi denngan dibantu oleh tenaga gizi puskesmas dan tenaga kesjhatan lainnya. Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan status gizi balita.
Sasaran
Lokasi
Fungsi Tenaga Gizi Puskesmas
Balita dan Ibu Hamil KEK.
1. Merencanakan kebutuhan MP-ASI dan PMT Bumil KEK untuk sasaran selama satu tahun. 2. Memantau kegiatan pemberian MP-ASI dan PMT Bumil KEK, di wilayah kerja puskesmas 3. Menyusun laporan pelaksanaan distribusi MPASI dan PMT Bumil KEK di wilayah kerja puskesmas.
Balita Gizi Buruk Tanpa Komplikasi
1. Melakukan terapi gizi (konseling, Pemberian makanan pemulihan gizi, pemantauan status gizi, dll) untuk pemulihan gizi buruk. 2. Memberikan bimbingan teknis kepada kader dalam melaksanakan perbaikan gizi di pos pemulihan giz berbasis masyarakat. 3. Menyusun laporan pelaksanaan program perbaikan gizi di pos pemulihan gizi berbasis masyarakt
Panti/Pos Pemulihan Gizi
No
11
Nama Kegiatan
Surveilens Gizi
Tujuan 1. Tersedianya informasi berkala dan terus menerus terkait besaran masalah gizi dan perkembangan di masyarakat. 2. Tersedianya informasi yang dapat digunakan untuk mengetahui penyebab masalah gizi dan faktor-faktor terkait. 3. Tersedianya informasi kecendrungan masalah gizi disuatu daerah 4. Menyediakan informasi intervensi yang paling tepat untuk dilakukan (bentuk, sasaran, dan tempat)
Sasaran
Bayi, balita, anak usia sekolah, remaja, wus, ibu hamil, ibu menyususi, pekerja serta lansia
Lokasi
Fungsi Tenaga Gizi Puskesmas
1. Merencanakan surveilens mulai dari lokasi, metode/cara melakukan, dan penggunaan data. 2. Melakukan surveilens gizi meliputi mengumpulkan data, menganalisa data, melaksanakan siseminasi informasi. 3. Membina kader posyandu dalam pencatatan dan pelaporan gizi di posyandu. 4. Melaksanakan intervensi gizi yang tepat. 5. Membuat laporan surveilens gizi. Lingkup data surveilens gizi antara lain: a. Data Status Gizi b. Data Konsumsi Makanan c. Data Cakupan Program Gizi Contoh Kegiatan dalam surveilens gizi antara lain: 1. Pemantauan Status Gizi (PSG) 2. Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) 3. Sistem Kewaspadaan Dini – Kejadian Luar Biasa?SKD-KLB Gizi Buruk 4. Pemantauan Konsumsi Garam Beriodium di Rumah Tangga
No
Nama Kegiatan
Tujuan
Sasaran
Lokasi
Pembinaan Gizi Di Institusi 12
a. Pembinaan gizi di sekolah
b. Perbaiki gizi di panti,rumah tahanan/LP, gizi kantin, restoran, penyelengg ara makan banyak lainnya
memperbaiki status gizi anak sekolah.
Memperbaiki status gizi tenaga kerja ,warga panti,warga tahanan /LP,pengelola kantin,restoran,pemberian makan banyak.
Peserta didik PAUD,Taman kanak-kanak /RA,SD/MI,SMP/MT S,SMA/MA Pondok Pesantren,dan sederajat.
Tenaga kerja ,pengelola pemberian makanan.
Sekolah
Fungsi Tenaga Gizi Puskesmas Fungsi tenaga gizi puskesmas bersama dengan tim UKS : 1. Mengkoordinir dan atau melakukan edukasi gizi di sekolah. 2. Menapis status gizi anak sekolah. 3. Mengkoordinir pemantauan dan intervensi terhadap status gizi anak di sekolah. 4. Menjalin kerja sama dengan sekolah dalam pemberdayaan peserta didik sebagai dokter kecil/kadesr Kesehatan Remaja (KKR ). 5. Menjalin kerjasama dengan sekolah dalam membina kantin sekolah. 6. Membuat laporan program perbaikan gizi di sekolah. Bentuk-bentuk kegiTn perbaikan gizi di sekolah : a. Edukasi gizi (penyuluhan ) b. penjaringan status gizi di sekolah. c. Pemberdayaan peserta didik sebagai dokter kecil/ Kader kesehatan Remaja (KKR)
Fungsi tenaga gizi : a. Mengkoordinir dan atau melakukan edukasi gizi b. Mengkoordinir Pemantauan ststus gizi terutama pada ibu hamil di tempat kerja dan rumah tahanan /LP,usia lanjut di panti dan lain-lain c. Membina pemberian makanan di tempat kerja ,panti,rumah tahanan /LP,dan institusi lainnya. d. Membuat laporan program perbaiakan gizi. Bentuk-bentuk kegiatan perbaikan gizi: a. Edukasi gizi (penyulihan,pendidikan pendampingan)
gizi,dan
b. Pemantauan status gizi c. Membina pengelola penyelenggaraan makanan banyak.
No
Nama Kegiatan
Tujuan
Sasaran
Lokasi
Fungsi Tenaga Gizi Puskesmas Fungsi tenaga gizi di tempat kerja adalah :
c. Perbaikan gizi di tempat kerja.
13
Kerjasama lintas sektor dan lintas program
Memperbaiki status gizi tenaga kerja terutama kelompok rawan misalnya WUS ,ibu hamil,ibu menyusui dll
Meningkatkan pencapaian indikator perbaikan gizi di tingkatpuskesmas melalui kerjasama lintas sektor dan lintas program
Tenaga kerja, pengelola penyelenggaraan makan pekerja.
Seksi Pemberdayaan masyarakat kantor camat, penyuluh pertanian lapangan, juru penerang kecamatan, TP PKK, Dinas Pendidikan, Kepala Desa/Kelurahan, Program KIA, Bidan Koordinator, Tenaga Sanitarian, Tenaga Promosi Kesehatan, Perawat, Sanitarian,
Di tempat kerja
a. Melaksanakan pemantauan ststus gizi terutama pada kelompok rawan di tempat kerja. b. Mengkoordinasikan pelaksanaan pendidikan gizi di tempat kerja. c. Bekerjasama dengan tempat kerja membina pengelola penyelenggaraan makan banyak. d. Membuat laporan perbaikan gizi di tempat kerja. Bentuk-bentuk kegiatan perbaiakan gizi di tempat kerja meliputi : a. Pemantauan status gizi terutama ibu hamil. b. Edukasi gizi c. Membina pengelola penyelenggaraan makan pekerja. 1. Merencanakan kegiatan sensitif yang memerlukan kerjasama. 2. Mengidentifikasi sektor dan program yang perlu kerjasama. 3. Melakukan pertemuan untuk menggalang komitmen kerjasama. 4. Melakukan koordinasi dalam menentukan indikatorindikator keberhasilan kerjasama. 5. Mengkoordinasikan pelaksanaan kerjasama 6. Membuat laporan hasil kerjasama
Juru Imunisasi, dll
3. Alur Pelayanan Gizi Diluar Gedung Penanganan masalah gizi memerlukan pendekatan yang komprehensif (Promotif, Preventif, Kuratif, dan Rehabilitatif). Pelaksanaan pelayanan gizi luar gedung bekerjasama dengan lintas program dan lintas sektor terkait. Alur pelayanan gizi luar gedung disesuaikan dengan jenis kegiatan, sasaran dan keadaan wilayah setempat.
4. Mekanisme Rujukan Adapun alur mekanisme rujukan di puskesmas adalah sebagai berikut : Gambar 3. Alur Mekanisme Rujukan
POSYANDU POLINDES PUSTU POSKILA POSBINDU BIDAN SWASTA
PUSKESMAS
RUMAH SAKIT
BAB IV PENCATATAN, PELAPORAN DAN MONITORNG DAN EVALUASI Pencatatan, pelaporan, monitoring dan evaluasi dilaksanakan di puskesmas, data dan informasi dari hasil pencatatan diolah dan dianalisa serta dilaporkan ke dinas kesehatan kabupaten bima. A. Pencatatan dan Pelaporan Pencatatan dan pelaporan untuk mendokumentasikan pelayanan gizi didalam dan diluar gedung menggunakan instrumen antara lain: 1. Buku register pasien 2. Rekap jumlah pasien yang mendapat konseling 3. Pencatatan bulanan dan penggunaan bahan makanan (untuk puskesmas rawat inap) 4. Daftar harian ermintaan makanan (untuk puskesmas rawat inap) 5. Pencatatan data pasien menurut macam dietnya (Puskesmasrawat inap) 6. Rekapitulasi hasil sistem informasi puskesmas (SIMPUS) 7. Rekapitulasi hasil sistem informasi posyandu (SIP) 8. Dokumentasi asuhan gizi 9. F3/Gizi (Rekapitulasi data gizi dari puskesmas) 10. F2/Gizi (Rekapitulasi data gizi dari desa/kelurahan) 11. F1/Gizi (Rekapitulasi data gizi dari posyandu) 12. Pelaporan ASI Ekslusif 13. Pelaporan BGM B. Monitoring dan Evaluasi Kegiatan Kegiatan yang dimonitor adalah kegiatan pelayanan gizi baik didalam maupun diluar gedung. Cara melakukan monitoring dan evaluasi perlu memperhatikan jenis dan waktu kegiatan yang dilaksanakan. Dari sisi jenis kegiatan, dapat dibedakan antara monitoring didalam gedung dan diluar gedung. Dari sisi jenis kegiatan, dapat dibedakan antara monitoring didalam gedung dan luar gedung. No Nama Kegiatan Yang Dimonitor Monitoring dan Evaluasi Kegiatan di Dalam Gedung 1. Edukasi 1. Frekuensi edukasi yang direncanakan diselenggarakan dipuskesmas per Gizi/Pendidikan Gizi
bulan, triwulan, semester, tahun. 2. Frekuensi edukasi yang dilaksanakan di puskesmas per bulan, triwulan, semseter, tahun 3. Jenis materi penyuluhan yang diberikan
No
Nama Kegiatan
Yang Dimonitor
2.
Konseling
1. Data jumlah rujukan permintaan konseling 2. Data jumlah pasien/klien yang mendapatkan konseling 3. Jenis materi konseling yang diberikan kepada pasien per bulan, triwulan,
3
Penyelenggaraan makanan untuk pasien/klien rawat
semester dan per tahun 1. Data jumlah pasien rawat inap yang dilayani per bulan, triwulan, semester, tahun 2.Jenis diet yang diberikan kepada pasien per bulan, triwulan, semester, tahun.
inap. Monitoring dan Evaluasi Kegiatan di Luar Gedung 1. Penyuluhan Gizi 1. Frekuensi penyuluhan gizi yang direncanakan diselenggarakan di luar puskesmas per bulan dan per tahun. 2. Frekuensi penyuluhan gizi yang dilaksanakan di luar puskesmas per bulan dan per tahun. 2.
Konseling
3. Materi penyuluhan yang diberikan per bulan dan per tahun. 1. Data jumlah rujukan permintaan konseling per bulan dan per tahun 2. Data jumlah pasien/klien yang mendapatkan konseling gizi per bulan dan
3.
Pengelolaan
per tahun 1. Data SKDN yang meliputi jumlah balita yang ada (S), jumlah balita yang
pemantauan
punya KMS (K), jumlah balita yang ditimbang (D), jumlah balita yang naik
pertumbuhan di
berat badan (N) per bulan, triwulan, semester, tahun.
posyandu
2. Persentase D/S dan N/D per bulan, triwulan, semester, tahun. 3. Jumlah balita BGM dan 2T per bulan, triwulan, semester, tahun
4
Pemberian Kapsul
4. Jumlah balita BGM dan 2T yang dirujuk per bulan, triwulan, semester, tahun 1. Data jumlah sasaran yang seharusnya mendapat Vitamin A
5
Vitamin A. Pemberian Tablet
2. Data jumlah sasaran yang telah mendapatkan vitammin A 1. Data jumlah sasaran yang seharusnya mendapat TTD
Tambah Darah pada
2. Data jumlah sasaran yang telah mendapatkan TTD
Ibu Hamil Pengelolaan MP-ASI,
1. Data jumlah sasaran yang seharusnya mendapat MP-ASI, PMT-Pemulihan
PMT-Pemulihan
2. Data jumlah sasaran yang telah mendapatkan MP-ASI, PMT-Pemulihan
Nama Kegiatan Pembinaan Gizi
Yang Dimonitor 1. Data jumlah edukasi gizi yang direncanakan pe bulan dan per tahun di
6
No 7
Institusi
institusi diluar puskesmas. 2. Data jumlah edukasi gizi yang dilaksanakan per bulan dan per tahun di
8
PGBM (Pemulihan
institusi di luar puskesmas. 1. Data jumlah anak gizi buruk tanpa komplikasi yang ada di wilayah
Gizi Berbasis
puskesmas per bulan dan per tahun
Masyarakat)
2. Data jumlah anak gizi buruk tanpa komplikasi yang mendapatkan
9
Surveilans Gizi
penanganan di PGBM per bulan dan per tahun 1. Jenis kegiatan surveilans yang perlu dilakukan puskesmas
10
Kerjasama lintas
2. Jenis kegiatan surveilans yang terlah dilakukan puskesmas 1. Jumlah rencana rapat LP/LS per bulan dan per tahun
sektor dan lintas
2. Jumlah realisasi rapat LP/LS per bulan dan per tahun
program
BAB V MANAJEMEN KEGIATAN SUPLEMENTASI VITAMIN A 1. Perencanaan Kebutuhan Kapsul Vitamin A a. Perhitungan Jumlah Sasaran Sasaran kegiatan suplementasi Vitamin A adalah Bayi (6-11 Bulan), anak balita (12-59 bulan), dan ibu nifas yang jumlahnya harus diketahuisecara tepat. Untuk mengetahui jumlah sasaran dapat dilakukan melalui perhitungan menurut konsep wilayah kerja yaitu: - Data sasaran bayi, anak balita dan ibu nifas merupakan sasaran riil di tingkat desa/kelurahan - Data sasaran bayi, anak balita dan ibu nifas di tingkat puskesmas merupakan rekapitulasi data desa/kelurahan - Data jumlah sasaran tersebut sebaiknya disepakati oleh bagian KIA, gizi dan imunisasi - Data sasaran riil digunakan untuk mengajukan kebutuhan kapsul vitamin A ke kabupaten dan pelayanan pemberian kapsul Vitamin A Cara perhitungan sasaran dan kebutuhan kapsul Vitamin A untuk bayi 6-11 bulan: Crude Birth Rate (CBR) x Jumlah Penduduk 2
Catatan : 1. CBR diambil dari data BPS masing-masing propinsi 2. Untuk kabupaten yang sudah mempunyai CBR dapat digunakan untuk menghitung sasaran diatas.
Cara perhitungan sasaran dan kebutuhan kapsul Vitamin A untuk balita 12-59 bulan: Jumlah Balita 0-59 Bulan = Proporsi balita x jumlah penduduk Jumlah Bayi 0-11 Bulan = CBR x Jumlah Penduduk Jumlah Anak Balita 12-59 bulan = Jumlah Balita – Jumlah Bayi
Catatan : 1. CBR dan proporsi balita yang diambil dari data BPS masing-masing propinsi 2. Untuk kabupaten/kota yang sudah mempunyai CBR dan proporsi balita dapat digunakan untuk perhitungan sasaran diatas.
Cara perhitungan sasaran dan kebutuhan kapsul Vitamin A untuk ibu nifas: Menghitung jumlah sasaran ibu nifas (0-42 hari setelah melahirkan)= 1.05 x CBR x Jumlah Penduduk
Catatan : 1. CBR diambil dari data BPS masing-masing propinsi 2. Untuk kabupaten/kota yang sudah memiliki CBR dapat digunakan untuk perhitungan sasaran diatas. b. Mekanisme Penyediaan Kapsul Vitamin A Beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum kegiatan distribusi Vitamin A dilaksanakan yaitu : - Kapsul Vitamin A harus sudah tersedia di puskesmas minimal 1 bulan sebelum pelaksanaan bulan Vitamin A. - Permintaan kapsul Vitamin A menggunakan formulir khusus - Petugas gizi puskesmas mengambil kapsul Vitamin A ke Kabupaten. c. Penyimpanan dan Pendistribusian Kapsul Vitamin A disimpan di gudang farmasi dengan prosedur yang telah ditetapkan. Cara penyimpanan kapsul vitamin A yang benar adalah: 1. Jauhkan dari sinar matahari langsung 2. Simpan di tempat sejuk, kering dan tidak lembab 3. Vitamin A tidak perlu disimpan dalam lemari es/ freezer 4. Tutup rapat botol kemasan. Vitamin A dala botol kemasan yang belum dibuka dapat bertahan selama 2 tahun. Bila kemasan sudah di buka, kapsul didalamnya harus digunakan paling tidak dalam jangka waktu 1 tahun. Distribusi adalah kegiatan pembagian kapsul vitamin A dari puskesmas ke kelompok sasaran dengan tepat jumlah dan dosisnya. Kegiatan distribusi kapsul dilakukan sebagai berikut: 1. Pada bulan Februari dan Agustus, semua bayi dan anak balita serentak mendapatkan kapsul vitamin A di posyandu atau di sarana pelayanan kesehatan lain, atau di sekolah taman kanak-kanak dan kelompok bermain. Kegiatan ini diikuti dan digerakkan oleh semua unsur masyarakat. Untuk meningkatkan cakupan kapsul Vitamin A dapat berintegrasi dengan kegiatan kampanye imunisasi dan kegiatan pelayanan kesehatan lainnya. 2. Khususnya daerah yang terpencil dan kepulauan mekanisme distribusi mengikuti sistem pelayanan kesehatan yang ada, yang harus diperhatikan adalah mempersiapkan dan melakukan pengiriman kapsul Vitamin A lebih awal. 2. Pencatatan dan Pelaporan Data utama yang harus dicantumkan adalah: a. Data jumlah sasaran program : data jumlah bayi, anak balita dan ibu nifas yang seharusnya menerima suplementasi vitamin A dengan dosis sesuai umur. b. Data sasaran yang menerima suplementasi vitamin A : Data tentang jumlah bayi, anak balita dan ibu nifas yang menerima kapsul vitamin A, data penerima vitamin A balitabalita dan bayi di tingkat posyandu, data penerima vitamin A balita dan bayi yang menerima kapsul vitamin A di fasilitas pelayanan kesehatan, data ibu nifas yang menerima kapsul vitamin A. c. Data sisa pemakaian kapsul vitamin A.
Pencatatan dan pelaporan dilakukan di semua tingkatan, data yang dilaporkan adalah sebagai berikut: 1. Posyandu - Semua posyandu melakukan registrasi semua bayi umur 6-11 bulan dan anak balita umur 12-59 bulan, hasilnya dicatat pada buku register yang ada seperti register penimbangan balita atau sistem informasi posyandu (SIP) - Setiap pemberian kapsul vitamin A dicatat pada KMS, buku KIA dan direkapitulasi dalam buku bantu. - Setiap pemberian kapsul vitamin A yang dilakukan melalui sweeping juga harus dicatat pada buku pencatatan kegiatan yang ada. - Pencatatan di semua posyandu dan diluar posyandu seperti di TK, PAUD dll direkapitulasi untuk memperoleh cakupan tingkat desa. - Hasil rekapitulasi pemberian vitamin A setiap desa dilaporkan ke puskesmas. 2. Puskesmas - Pemberian kapsul vitamin A ibu nifas dicatat di kohort ibu, termasuk pemberian vitamin A yang dilakukan pada pelayanan praktek swasta. - Pemberian kapsul vitamin A bayi dan anak balita yang dilaksanakan di klinik idan/dokter, rumah sakit, dan lain-lain harus dicatat dan dilaporkan oleh puskesmas. - Pemberian kapsul vitamin A yang dilaksanakan diposyandu dan tempat lainnya seperti TK, pos PAUD direkapitulasi di tingkat desa dan dilaporkan menjadi laporan tingkat puskesmas - Hasil rekapitulasi di tingkat puskesmas dilaporkan ke kabupaten oleh pengelola program gizi setelah berkoordinasi dengan pengelola program KIA. Catatan : Laporan pelayanan kapsul vitamin A pada situasi khusus (KLB) dan untuk pengobatan dilaporkan dalam laporan khusus (Mengikuti prosedur pelaporan yang ada).