STANDAR
K7.001:: 200 2007 7 SPLN K7.001 Lampiran Surat Keputusan Direksi
PT PLN (PERSERO)
PT PLN (Persero) No. .K/DIR/2007
INDIKATOR KINERJA PEMBANGKIT
PT PLN (PERSERO) (PERSERO) JALAN TRUNOJOYO BLOK M-I/135 M-I/135 KEBAYORAN KEBAYORAN BARU JAKARTA SELATAN 12160
INDIKATOR KINERJA PEMBANGKIT
Disusun oleh :
Kelompok Bidang Umum Standardisasi dengan Surat Keputusan Direksi PT PLN(Persero) No. 094.K/DIR/2006 094.K/DIR/2006
Kelompok Kerja Standardisasi Standardisasi PT PLN (Persero) dengan Surat Keputusan General Manager PT PLN (Persero) (Persero) Litbang Ketenagalistrikan Ketenagalistrikan No. 036.K/LITBANG/2007
Diterbitkan oleh :
PT PLN (PERSERO) Jalan Trunojoyo Blok M-I /135, Kebayoran Baru Jakarta Selatan
Susunan Kelompok Bidang Pembangkit Surat Keputusan Direksi PT PLN (Persero): No. 094. K/DIR/2006
1. Ir. Mangapul Silalahi, MM
: Ketua merangkap Anggota
2. Ir. Moch. Choliq, MT
: Sekretaris merangkap Anggota
3. Ir. Kamal
: Wakil Sekretaris merangkap Anggota
4. Ir. Harry Hugianto
: Sebagai Anggota
5. Ir. Harlen
: Sebagai Anggota
6. Ir. Ermawan Arief Budiman
: Sebagai Anggota
7. Ir. Purwoko
: Sebagai Anggota
8. Ir. Iwan S. Supangkat
: Sebagai Anggota
9. Ir. Dwi Prio Basuki
: Sebagai Anggota
10. Ir. Tonny Sarief, MT
: Sebagai Anggota
11. Ir. Agus Yogianto
: Sebagai Anggota
Susunan Kelompok Kerja Indikator Kinerja Pembangkit Surat Keputusan General Manager PT PLN (Persero) Litbang Ketenagalistrikan No. :
036.K/LITBANG/2007
1.
Ir. Hary Hoegianto, MM
: Ketua merangkap Anggota
2.
Ir. Tonny Sarief, MT
: Sekretaris merangkap Anggota
3.
Ir. Mangapul Silalahi, MM
: Sebagai Anggota
4.
Ir. Nur Pamuji, MSc.
: Sebagai Anggota
5.
Ir. Sinthya Roesli, MBA
: Sebagai Anggota
6.
Ir. Arief Wahyu Adi, MT, MM
: Sebagai Anggota
7.
Ir. Rachmad Hidayat, MM
: Sebagai Anggota
8.
Ir. Binsar Siregar
: Sebagai Anggota
9.
Ir. Moch. Choliq, MT
: Sebagai Anggota
10. Ir. Purwoko
: Sebagai Anggota
11. Ir. Heri Nugraha
: Sebagai Anggota
12. Ir. Santoso Janu Warsono
: Sebagai Anggota
13. Ir. Sulistijo Prasodjo
: Sebagai Anggota
14. Ir. Heri Priambodo
: Sebagai Anggota
15. Ir. Syarifudin, MM
: Sebagai Anggota
16. Ir. Nusyirwan, MSc
: Sebagai Anggota
17. Ir. Sudibyo
: Sebagai Anggota
18. Ir. Ermawan Arief Budiman
: Sebagai Anggota
19. Natalina Damanik, ST
: Sebagai Anggota
20. Ir. Eliyas Beddu
: Sebagai Anggota
21. Ir. Abdul Halim
: Sebagai Anggota
22. Ir. Basuki Siswanto, MM
: Sebagai Anggota
23. Ir. Prawoko
: Sebagai Anggota
24. Ir. Suyanto
: Sebagai Anggota
SPLN K7.001: 2007
Daftar Isi
Susunan Kelompok Bidang Pembangkit..............................................................................i Susunan Kelompok Kerja...................................................................................................ii Daftar Isi..............................................................................................................................i Daftar Lampiran.................................................................................................................. ii Prakata.............................................................................................................................. iii 1
Ruang Lingkup .............................................................................................................1
2
Tujuan ..........................................................................................................................1
3
Acuan Normatif.............................................................................................................1
4
Istilah dan Definisi ........................................................................................................2 4.1 Kejadian (Event) dan Status (State)........................................................................2 4.2 Diagram Status Unit Pembangkit ............................................................................2 4.3 Outage....................................................................................................................3 4.4 Area Kategori Kapasitas versus Jam Periode .........................................................5 4.5 Interpretasi Outage Dan Pelaporannya...................................................................6 4.6 Pengujian Setelah Outage ......................................................................................8 4.7 Derating..................................................................................................................8 4.8 Reserve Shutdown - RS .........................................................................................9 4.9 Kondisi yang tidak dapat digolongkan dalam derating adalah:..............................10 4.10
Durasi .............................................................................................................10
4.11
Indikator Kinerja Pembangkit ..........................................................................12
5
Formula Perhitungan Indikator Kinerja Pembangkit ....................................................12
6
Pengelompokan Gangguan Pembangkit (Cause Code)..............................................13
7
Outside Management Control (OMC) Outages ...........................................................13
8
Noncurtailing Event – NC ...........................................................................................13
9
Lain-lain......................................................................................................................13
i
SPLN K7.001: 2007
Daftar Lampiran
Appendix A
CHANGE IN UNIT STATUS REPORT FORM
Appendix B
INDEX TO SYSTEM/COMPONENT CAUSE CODES
Appendix C
UTILITY AND UNIT IDENTIFICATION CODES
Appendix D
LIST OF MAJOR COMPONENTS
Appendix E
UNIT DESIGN DATA FORMS
Appendix F
PERFORMANCE INDEXES AND EQUATIONS
Appendix G
REPORTING OUTAGES TO THE GENERATING AVAILABILITY DATA SYSTEM (GADS)
Appendix H
GADS FAILURE MECHANISM CODES
Appendix I
North American Electric Reliability Council GADS DATA RELEASE GUIDELINES
Appendix J
CAUSE CODE AMPLIFICATION CODES
Appendix K
OUTSIDE PLANT MANAGEMENT CONTROL
Appendix L-1 Calculating Combined Cycle & Co-generation Block Data Appendix L-2 Calculating Combined Cycle Block Data
ii
SPLN K7.001: 2007
Prakata
Informasi mengenai Indikator Kinerja Pembangkit (IKP) sangat diperlukan dalam perencanaan sistem (system planning) dan operasi sistem (system operation) ketenagalistrikan. Fungsi perencanaan sistem menggunakan IKP sebagai dasar perhitungan tingkat keandalan sistem. Fungsi pengatur beban menggunakan informasi tersebut sebagai masukan dalam pengambilan keputusan pengoperasian dan pembebanan pembangkit. Akurasi tingkat sekuriti dan keandalan sistem akan tergantung kepada kebenaran atau kemutakhiran dari informasi tentang kondisi dan kesiapan pengoperasian dan pembebanan pembangkit tersebut. Disamping itu, kebutuhan operasi sistem ketenagalistrikan saat ini juga menghendaki pemberlakuan pengertian yang sama tentang formulasi Indikator Kinerja Pembangkit. Informasi mengenai kesiapan pembangkit aktual menjadi salah satu parameter yang penting dalam menentukan operasi sistem ketenagalistrikan. Oleh karena itu standar ini dipergunakan sebagai pedoman untuk menentukan metode perhitungan Indikator Kinerja Pembangkit agar semua pihak terkait dapat menggunakannya.
iii
SPLN K7.001: 2007
Indikator Kinerja Pembangkit 1
Ruang Lingkup
Standar ini menetapkan Indikator Kinerja Pembangkit (IKP) yang diberlakukan pada unit pembangkit secara individual atau unit pembangkit secara gabungan. Sistem pelaporan IKP akan diatur dalam SPLN tersendiri. Indikator yang digunakan dalam menetapkan IKP adalah sebagai berikut:
PER UNIT PEMBANGKIT
2
UNIT PEMBANGKIT GABUNGAN
1.
Availability Factor (AF)
1. Weighted Availability Factor (WAF)
2.
Equivalent Availability Factor (EAF)
2. Weighted Equivalent Availability Factor (WEAF)
3.
Service Factor (SF)
3. Weighted Service Factor (WSF)
4.
Scheduled Outage Factor (SOF)
4. Weighted Scheduled Outage Factor (WSOF)
5.
Forced Outage Rate (FOR)
5. Weighted Forced Outage Rate (WFOR)
6.
Equivalent Forced Outage Rate (EFOR)
6. Weighted Equivalent Forced Outage Rate (WEFOR)
7.
Equivalent Forced Outage Rate demand (EFORd)
7. Weighted Equivalent Forced Outage Rate demand (WEFORd)
8.
Dan lainnya (Appendix F)
8. Dan lainnya (Appendix F)
Tujuan
Standar ini dibuat sebagai pedoman tetap bagi perhitungan IKP di lingkungan PT PLN (Persero) dan seluruh perusahaan pembangkit tenaga listrik yang berniaga dengan PT PLN (Persero).
3
Acuan Normatif
a.
Generating Availability Data System , Data Reporting Instructions, NERC, 2007
b.
IEEE Std 762-2006, IEEE Standards Definitions for use in Reporting Electric Generating unit Reliability, Availability and Productivity .
1
SPLN K7.001: 2007
4
Istilah dan Definisi
4.1 Kejadian (Event) dan Status (State) Sebuah event terjadi saat status atau kemampuan unit pembangkit berubah. Event dibagi dalam empat klasifikasi besar, yaitu: outage, derating, reserve shutdown, dan non-curtailing event (kejadian yang tidak menyebabkan pengurangan beban). Status unit pembangkit dibagi dalam dua kategori utama, yaitu: inactive dan active yang masing-masing diuraikan lagi dalam status-status yang lebih rinci sebagaimana ditunjukkan pada gambar 1.
4.2 Diagram Status Unit Pembangkit
Gambar 1. Pengelompokan Status Unit Pembangkit
Dua kategori utama status unit pembangkit ditunjukkan pada Gambar 1, yaitu”Active ” dan “Inactive ”. Inactive didefinisikan sebagai status unit tidak siap operasi untuk jangka waktu lama, karena unit dikeluarkan untuk alasan ekonomi atau alasan lainnya yang tidak berkaitan dengan peralatan/instalasi pembangkit. Dalam status ini, unit pembangkit memerlukan persiapan beberapa minggu untuk dapat siap operasi. Yang termasuk dalam status inactive adalah “Inactive Reserve ” yaitu status bagi unit pembangkit yang direncanakan sebagai cadangan untuk jangka panjang, “Mothballed ” yaitu status unit pembangkit yang sedang disiapkan untuk idle dalam jangka panjang, dan “Retired ” yaitu unit yang untuk selanjutnya diharapkan tidak beroperasi lagi namun belum dibongkar instalasinya. 2
SPLN K7.001: 2007
Kategori “Active” yang ditunjukkan pada bagian bawah Gambar 1 terdiri dari berbagai status operasi unit pembangkit dengan rincian hingga empat tingkatan.
4.3 Outage Outage terjadi apabila suatu unit tidak sinkron ke jaringan dan bukan dalam status Reserve Shutdown . Suatu outage dimulai ketika unit dikeluarkan dari jaringan atau pindah status, misalnya dari status Reserve Shutdown menjadi Maintenance Outage . Outage berakhir ketika unit terhubung ke jaringan atau pindah ke status lain. Status outage dibedakan dalam beberapa jenis status sebagai berikut:
4.3.1 Planned Outage (PO) yaitu keluarnya pembangkit akibat adanya pekerjaan pemeliharaan periodik pembangkit seperti inspeksi, overhaul atau pekerjaan lainnya yang sudah dijadwalkan sebelumnya dalam rencana tahunan pemeliharaan pembangkit atau sesuai rekomendasi pabrikan. 4.3.2
Maintenance Outage (MO) yaitu keluarnya pembangkit untuk kebutuhan pengujian, pemeliharaan preventif, pemeliharaan korektif, perbaikan atau penggantian part/material atau pekerjaan lainnya pada pembangkit yang dianggap perlu dilakukan dan tidak dapat ditunda pelaksanaannya hingga jadwal PO berikutnya dan telah dijadwalkan dalam Rencana Operasi Mingguan (ROM) berikutnya. Informasi perubahan status unit pembangkit dari FO menjadi MO dapat diakomodasi selambat-lambatnya Kamis pukul 10:00 WIB untuk dijadwalkan dalam ROM berikutnya .
4.3.3
Maintenance Outage Extension (ME) adalah perpanjangan Maintenance Outage yang melampaui dari tanggal yang telah ditargetkan.
4.3.4 Planned Outage Extension (PE) adalah perpanjangan Planned Outage (PO) yang melampaui waktu yang telah ditentukan. 4.3.5
Scheduled Outage Extension (SE) adalah perpanjangan dari Planned Outage (PO) atau Maintenance Outage (MO), yaitu outage yang melampaui perkiraan durasi penyelesaian PO atau MO yang telah ditentukan sebelumnya. "Durasi yang ditentukan" dari outage juga menentukan "perkiraan tanggal penyelesaian” dari PO atau MO. Jika unit dijadwalkan untuk perbaikan selama empat minggu, maka unit diharapkan sudah siap operasi empat minggu setelah tanggal mulai outage. Dalam hal outage dimajukan atau dimundurkan untuk keperluan operasi sistem, maka tanggal mulai outage ditambah durasi outage akan menentukan tanggal berakhirnya outage yang baru. Sepanjang outage tidak lebih lama dari yang direncanakan, maka tanggal berakhirnya outage digeser agar bersamaan sesuai dengan periode durasi yang telah ditentukan. 3
SPLN K7.001: 2007
Dalam hal terdapat perpindahan status outage pembangkit, tanggal dan waktu akhir outage yang satu akan menjadi awal outage berikutnya. Status unit hanya dapat diubah jika outage yang pertama telah berakhir. Sebagai contoh, jika unit keluar paksa (FO/U1) disebabkan suatu tabung dinding air bocor (tepat sebelum unit tersebut akan keluar terencana-PO), maka perbaikan kerusakan akibat FO/U1 harus selesai terlebih dahulu sebelum status unit diubah dari U1 ke status PO. Petugas pemeliharaan dapat memulai pekerjaan PO, namun status unit tidak diperbolehkan menjadi PO sebelum pekerjaan outage U1 selesai dan unit dapat beroperasi kembali. Semua pekerjaan selama PO dan MO ditentukan terlebih dahulu di muka dan dikenal sebagai "lingkup pekerjaan awal". SE hanya digunakan pada kondisi dimana lingkup pekerjaan awal memerlukan waktu lebih untuk penyelesaiannya dibanding yang dijadwalkan sebelumnya. SE tidak digunakan dalam kondisi dimana ditemukan problem/permasalahan tak diduga pada saat outage yang menyebabkan unit keluar dari sistem melampaui tanggal berakhirnya PO atau MO yang diperkirakan. Kondisi ini dianggap sebagai Unplanned (Forced) Outage-Immediate ( U1). SE juga tidak digunakan pada kondisi dimana dijumpai permasalahan tak diduga ketika unit startup. Jika suatu unit selesai PO atau MO sebelum tanggal penyelesaian yang diperkirakan, maka apapun permasalahan yang menyebabkan outages atau deratings sampai tanggal penyelesaian tersebut tidak dianggap sebagai bagian dari PO atau MO. SE atau U1 harus mulai pada waktu yang sama (month/day/hour/minute) yaitu pada saat PO atau MO berakhir. 4.3.6
Forced Outage (FO) yaitu keluarnya pembangkit akibat adanya kondisi emergensi pada pembangkit atau adanya gangguan yang tidak diantisipasi sebelumnya serta yang tidak digolongkan ke dalam MO atau PO.
U1 - Unplanned (Forced) Outage — Immediate : U1 - Unplanned (Forced) Outage — Immediate adalah outage yang memerlukan keluarnya pembangkit dengan segera baik dari kondisi operasi, RSH atau status outage lainnya. Jenis outage ini diakibatkan oleh kontrol mekanik/electrical/hydraulic unit pembangkit trip atau ditripkan oleh operator sebagai respon atas alarm unit.
U2 - Unplanned (Forced) Outage — Delayed : U2- Unplanned (Forced) Outage — Delayed adalah outage yang tidak memerlukan unit pembangkit untuk keluar segera dari sistem tetapi dapat diundur paling lama dalam enam jam. Outage jenis ini hanya dapat terjadi pada saat unit dalam keadaan terhubung ke jaringan. U3 - Unplanned (Forced) Outage — Postponed: U3 - Unplanned (Forced) Outage — Postponed adalah outage yang dapat diundur lebih dari enam jam . Outage jenis ini hanya dapat terjadi pada saat unit dalam keadaan terhubung jaringan.
Startup Failure (SF) yaitu outage yang terjadi ketika suatu unit tidak mampu sinkron dalam waktu start up yang ditentukan setelah dari status outage atau RSH. Periode Startup untuk masing-masing unit ditentukan oleh perusahaan pembangkit. Hal ini unik untuk masing-masing unit, dan tergantung pada kondisi unit ketika startup (panas, dingin, standby, dll.). Periode start up dimulai dari perintah start dan berakhir
4
SPLN K7.001: 2007 ketika unit sinkron. SF berakhir ketika unit sinkron, SF lainnya terjadi, atau unit berubah status ke yang lainnya.
4.4 Area Kategori Kapasitas versus Jam Periode
100% Capacity
Y-Gross Maximum Generation (GMC x PH)
J – Plant Usage I - Seasonal Derate
D
E
In-Service Unit Derating
y t i c a p a C x a M s s o r G
y t i c a p a C x a M t e N
y t i c a p a C e l b a d n e p e D t e N
0% Capacity
E
F
G
e g a t u O d e c r o F
e g a t u O e c n a n e t n i a M
FOH
MOH
H
Derating During Reserve Shutdown
B In-Service Discretionary Reduction
C
E
Reserve Shutdown
A
e g a t u O d e n n a l P
In-Service Actual Generation
SH
RSH
POH
UH
AH PH
Gambar 2 Area Kategori Kapasitas versus Jam Periode
Gross Maximum Capacity (GMC) Kapasitas maksimum dari unit pembangkit yang dapat bertahan sampai periode waktu tertentu jika tidak dibatasi oleh kondisi lingkungan ataupun derating.
Gross Dependable Capacity (GDC) Kemampuan suatu unit dalam bertahan selama periode yang ditentukan jika tidak ada pembatasan peralatan, operasi atau peraturan. Dengan kata lain GDC adalah GMC yang diubah dengan adanya batasan lingkungan.
5
SPLN K7.001: 2007
Gross Actual Generation (GAG) Angka aktual dari jumlah energi listrik (MWh) yang dihasilkan oleh sebuah unit dalam sebulan.
Net Maximum Capacity (NMC) GMC unit dikurangi dengan kapasitas (MW) yang terpakai oleh unit – unit auxiliary dan service.
Net Dependable Capacity (NDC) GDC unit dikurangi dengan kapasitas (MW) yang terpakai oleh unit – unit auxiliary dan service.
Net Actual Generation (NAG) GAG unit dikurangi dengan energi (MWh) yang terpakai oleh unit – unit auxiliary dan service. Penjelasan lebih rinci dari definisi dapat dilihat pada Appendix F.
4.5 Interpretasi Outage Dan Pelaporannya Berikut ini diberikan gambaran berbagai kondisi outage untuk membantu memperjelas status outage dari suatu unit pembangkit:
a. Skenario # 1: FO ke PO Sebuah PLTU dengan bahan bakar fosil, empat hari sebelum unit direncanakan planned outage (PO) mengalami gangguan boiler tube bocor. Untuk itu, dalam waktu 6 jam unit harus keluar guna melaksanakan pekerjaan perbaikan. Karena kondisi sistem memungkinkan dan PO sudah semakin dekat, maka fungsi pengatur beban mengijinkan unit untuk memasuki PO lebih awal. Biasanya untuk perbaikan kebocoran tube dibutuhkan waktu 36 jam. Oleh karena itu, 36 jam outage yang pertama dianggap sebagai FO (U2), dan selanjutnya setelah periode 36 jam status unit berubah menjadi PO.
b. Skenario # 2: FO yang dapat ditunda sampai akhir periode operasi mingguan Pada hari Selasa, sebuah PLTU dengan bahan bakar fosil mengalami peningkatan vibrasi mendadak pada IDF-nya. Vibrasi tersebut tidak sampai mengakibatkan unit trip, tetapi ada indikasi bahwa unit harus keluar segera untuk diperiksa dan diperbaiki.Setelah berdiskusi, manajemen pembangkit memutuskan PLTU dapat dikeluarkan minggu depan agar tidak menimbulkan kerusakan lebih jauh atau membahayakan keselamatan personelnya. Pada hari Jumat, fungsi pengatur beban mengijinkan PLTU untuk keluar melaksanakan pekerjaan perbaikan sebab ada unit lain yang sudah selesai (siap) untuk beroperasi.
6
SPLN K7.001: 2007 Walaupun PLTU keluar pada minggu yang sama saat gangguan vibrasi terjadi, status keluarnya unit tersebut adalah MO, sebab un it sebenarnya masih dapat beroperasi sampai periode operasi mingguan berikutnya.
c. Skenario # 3: FO yang tidak dapat ditunda perbaikannya sampai akhir periode mingguan Pada hari Rabu, PLTG # 3 mengalami vibrasi. Pada awalnya vibrasi tidak parah tetapi 4 jam berikutnya, vibrasi meningkat sehingga unit harus dikeluarkan. Unit tetap dioperasikan sampai setelah periode beban puncak. Unit tersebut tidak diperlukan oleh sistem sampai Jumat sore yang akan datang. Setelah periode beban puncak, operator pembangkit mematikan unit tersebut. Walaupun unit tersebut tidak diperlukan sampai Jumat, unit tidak dapat dioperasikan sampai akhir periode mingguan oleh karena problem vibrasi. Oleh karena itu status outage tersebut adalah FO, dan FO ini berlaku sampai problem vibrasi diperbaiki.
d. Scenario # 4: Forced Outage ke Reserve Shutdown dengan perbaikan yang Ekonomis. Sebuah PLTU berkapasitas kecil berbahan bakar fosil mengalami kerusakan boiler sehingga statusnya FO, namun unit tidak dibutuhkan sampai akhir minggu. Manajemen memutuskan untuk melakukan perbaikan unit dengan waktu standar kerja, tidak ada overtime dan pekerjaan di akhir pekan. Jam kerja standar 8 jam per hari, sedangkan jika perbaikan dilakukan secara kontinu (dengan overtime) dibutuhkan waktu 12 jam. Oleh karena dilakukan dengan jam kerja standar (8 jam per hari) maka pekerjaan selesai dalam waktu 1½ hari (dalam 36 jam periode). Dalam kurun waktu 36 jam ini unit dinyatakan tidak siap (FO), dan tidak termasuk kategori reserve shutdown (RS). Waktu RS dihitung setelah perbaikan selesai sampai unit siap beroperasi.
e. Skenario # 5: Perpanjangan PO/MO saat pekerjaan masih merupakan Lingkup Kerja Awal Selama overhaul PLTU # 1 berbahan bakar fosil, pekerjaan perbaikan precepitator elektrostatik (ESP) lebih lama dari yang diperkirakan. Lebih banyak material (part ) telah dipesan dan tiba untuk menyelesaikan pekerjaan perbaikan tersebut. Perbaikan ESP menunda pembangkit sinkron dengan sistem 3 hari dari jadwal yang telah direncanakan. Karena pekerjaan perbaikan ESP merupakan bagian dari lingkup pekerjaan awal dan disetujui oleh fungsi pengatur beban, maka perpanjangan waktu 3 hari tersebut sebagai alasan Planned Outage Extension.
f. Skenario # 6: Perpanjangan Planned/Maintenance Outage (PO/MO) saat pekerjaan bukan bagian dari Lingkup Pekerjaan Awal. Dalam pelaksanaan PO/MO PLTU # 1 berbahan bakar fosil, mekanik mengecek packing pada start up feed pump boiler dan memutuskan untuk mengganti packing tersebut sekarang. Pekerjaan ini bukanlah bagian dari lingkup pekerjaan pemeliharaan yang awal tetapi dianggap penting untuk mencegah unit outage di masa mendatang. Akibat pekerjaan perbaikan dan tidak adanya packing tersedia di tempat, maka penyelesaian PO/MO mundur selama 12 jam sampai siap kembali.
7
SPLN K7.001: 2007
Semua jam outage kecuali 12 jam yang terakhir adalah PO/MO. Yang 12 jam terakhir adalah FO, karena: (1) startup unit tertunda dan (2) pekerjaan bukan bagian dari lingkup pekerjaan outage yang awal.
g. Skenario # 7: Pekerjaan Perbaikan Tak Diduga selama Planned/Maintenance Outage tetapi diselesaikan dalam waktu outage yang dijadwalkan. Sebuah PLTU berbahan bakar fosil sedang melakukan pemeliharaan tahunan ketika ditemukan beberapa blade pada IDF-nya perlu diganti. Pekerjaan tersebut bukan bagian dari lingkup pekerjaan awal tetapi material (part) tersedia melalui OEM dan pekerjaan perbaikan IDF telah diselesaikan dalam periode PO. Tidak ada keterlambatan dalam startup unit yang disebabkan oleh pekerjaan perbaikan IDF tersebut. Karena startup unit tidak tertunda dari yang dijadwalkan sehubungan dengan pekerjaan perbaikan IDF, maka pekerjaan tersebut tidak mempengaruhi status pembangkit. Contoh pelaporan outage dan peralihan status dijelaskan pada Appendix G.
4.6 Pengujian Setelah Outage Umumnya setelah outage peralatan yang diperbaiki atau diganti harus diuji. Periode pengujian ini harus dilaporkan ke fungsi pengatur beban, khususnya pengujian yang membutuhkan sinkron ke jaringan. Jika unit harus sinkron dan beroperasi pada beban rendah untuk melaksanakan pengujian setelah PO, MO, atau FO ( U1, U2, U3, SF), maka unit dianggap sebagai Planned Derating (PD), Maintenance Derating (D4), atau Unplanned (Forced) Derating ( D1). PD, D4, atau D1 dimulai ketika pengujian mulai, dan berakhir ketika pengujian selesai.
4.7 Derating Derating terjadi apabila daya keluaran (MW) unit dibatasi lebih rendah dari DMN-nya. Jika derating kurang dari 2% terhadap DMN dan kurang dari 30 menit maka dianggap tidak derating. Derating digolongkan menjadi beberapa kategori sebagai berikut.
PD - Planned Derating : adalah derating yang dijadwalkan sebelumnya dan durasinya sudah ditentukan. Derating berkala untuk pengujian, seperti test klep turbin mingguan, bukan merupakan PD, tetapi MD ( D4).
D4 - Maintenance Derating : adalah derating yang dapat ditunda melampaui akhir periode operasi mingguan, tetapi memerlukan pengurangan kapasitas sebelum PO berikutnya. D4 dapat mempunyai tanggal mulai yang fleksibel, dan boleh mempunyai atau boleh tidak mempunyai suatu periode yang ditentukan.
DE - Derating Extension : adalah perpanjangan dari PD atau MD (D4) melampaui tanggal penyelesaian yang diperkirakan. DE hanya digunakan apabila lingkup pekerjaan yang awal memerlukan waktu lebih untuk menyelesaikan pekerjaannya dibanding waktu yang telah dijadwalkan. DE tidak digunakan dalam kejadian dimana ada keterlambatan atau permasalahan tak diduga di luar lingkup
8
SPLN K7.001: 2007 pekerjaan awal sehingga unit tersebut tidak mampu untuk mencapai beban penuh setelah akhir tanggal PD atau D4 yang diperkirakan. DE harus mulai pada waktu (bulan/hari/jam/menit) saat PD atau D4 direncanakan berakhir.
D1 - Unplanned (Forced) Derating — Immediate : adalah derating yang memerlukan penurunan kapasitas segera (tidak dapat ditunda).
D2 - Unplanned (Forced) Derating — Delayed : adalah derating yang tidak segera tetapi dapat ditunda dalam waktu enam jam.
D3 - Unplanned (Forced) Derating — Postponed : adalah derating yang dapat ditunda lebih dari enam jam sampai dengan sebelum akhir pekan berikutnya.
Derating saat Unit Startup: Tiap unit mempunyai waktu "standar" atau "normal" untuk mencapai beban penuh setelah/dari keadaan outage. Jika suatu unit dalam proses start up dari kondisi outage berhasil mencapai ke tingkat beban penuh, atau ke tingkat beban yang ditentukan, dalam waktu “normal”, maka tidak ada derating pada unit. Jika unit memerlukan waktu lebih panjang dibanding waktu start up normal untuk mencapai beban penuh, atau mencapai beban yang ditentukan fungsi pengatur beban, maka unit dianggap mengalami derating. Kapasitas unit pada akhir periode normal akan menentukan derate, dan derate ini akan terus berlangsung sampai unit dapat mencapai kemampuan beban penuh atau tingkat beban yang ditentukan fungsi pengatur beban. Derating tidak dilaporkan jika disebabkan oleh kondisi lingkungan dan permintaan fungsi pengatur beban. CATATAN pelaporan derating: Derating yang berhubungan dengan temperatur lingkungan: Derating yang berhubungan dengan temperatur lingkungan, seperti yang disebabkan oleh temperatur udara luar pada PLTG (cause code 9660) tidak termasuk kejadian derating. Kebutuhan Pengaturan Beban Sistem: Unit yang dibebani lebih rendah dari kapasitas DMNnya karena kebutuhan sistem tidak termasuk unit yang mengalami derating. Misalnya kebutuhan listrik pada hari libur lebih rendah dibandingkan dengan hari kerja. Mode operasi ini dibutuhkan untuk pengaturan beban sistem, dinamakan “load following”.
4.8 Reserve Shutdown - RS Reserve Shutdown - RS : adalah suatu kondisi apabila unit siap operasi namun tidak disinkronkan ke sistem karena beban sistem yang rendah. Kondisi ini dikenal juga sebagai economy outage atau economy shutdown. Jika suatu unit keluar karena permasalahan peralatan, baik unit diperlukan atau tidak diperlukan oleh sistem, maka kondisi ini dianggap sebagai sebagai FO, MO, atau PO, bukan sebagai reserve shutdown (RS). Pada saat unit sedang dalam status RS, seringkali pekerjaan pemeliharaan dilakukan yang menyebabkan unit outage atau derating ketika diminta sinkron ke sistem. Jika pekerjaan pemeliharaan tidak dapat dihentikan atau diselesaikan, maka status RS berubah menjadi outage atau derating.
9
SPLN K7.001: 2007
4.9 Kondisi yang tidak dapat digolongkan dalam derating adalah: a)
Force Majeure Derating , yaitu penurunan kemampuan pembangkit sebagai akibat dari tejadinya bencana alam, perang, kekacauan umum, huru hara, sabotase, pemberontakan, pemogokan atau larangan bekeja atau tindakan industrial oleh para buruh atau karyawan pihak terkait, dan kejadian lainnya yang digolongkan sebagai peristiwa “sebab kahar” (force majeure) yang disepakati Penjual dan Pembeli.
b)
Daya mampu aktual pembangkit yang lebih besar dari atau sama dengan 98% (sembilan puluh delapan persen) dari DMN Pembangkit dalam selang waktu setengah jam secara terus-menerus.
c)
Apabila diminta oleh fungsi pengatur beban untuk mencapai tingkat pembebanan tertentu, dan pembebanan pembangkit aktual mencapai tingkat pembebanan tersebut dengan rentang - 2% (minus dua persen) dari DMN dalam selang waktu setengah jam secara terus- menerus. Dengan demikian, apabila tingkat pembebanan pembangkit aktual lebih kecil dari tingkat pembebanan yang diminta oleh fungsi pengatur beban dikurangi 2% (dua persen) DMN, maka pembangkit dianggap mengalami derating sebesar DMN dikurangi tingkat pembebanan aktualnya.
d)
Derating saat Unit Startup atau Shutdown. Tiap unit mempunyai waktu "standar" atau "normal" untuk mencapai beban penuh setelah dari keadaan outage. Jika suatu unit dalam proses start up dari kondisi outage berhasil mencapai ke tingkat beban penuh, atau ke tingkat beban yang ditentukan, dalam waktu "normal", maka tidak ada derating pada unit.
e)
Reserve Shutdown (RS).
4.10 Durasi Service Hours (SH): adalah jumlah jam operasi unit pembangkit tersambung ke jaringan transmisi, baik pada kondisi operasi normal maupun kondisi derating.
Available Hours (AH): adalah jumlah jam unit pernbangkit siap dioperasikan yaitu Service Hours ditambah Reserve Shutdown Hours.
Planned Outage Hours (POH): adalah jumlah jam unit tidak dapat beroperasi sebagai akibat dari Planned Outage untuk pelaksanaan perneliharaan, inspeksi dan overhaul, yang telah dijadwalkan jauh hari sebelurnnya (rnisal: overhaul boiler, overhaul turbin) + Scheduled Outage Extensions (SE) dari Planned Outages (PO).
Unplanned Outage Hours (UOH): adalah jumlah jam yang dialami selama Unplanned (Forced) Outages U1, U2, U3) + Startup Failures (SF) + Maintenance Outages (MO) + Scheduled Outage Extensions (SE) dari Maintenance Outages (MO).
Forced Outage Hours (FOH): adalah jumlah jam unit keluar paksa sebagai akibat dari gangguan Unplanned (Forced) Outages (Ul, U2, U3) + Startup Failures (SF).
Maintenance Outage Hours (MOH): adalah jumlah jam unit tidak dapat beroperasi sebagai akibat dari keluar pemeliharaan karena Maintenance Outages (MO) + Scheduled Outage Extensions (SE) dari Maintenance Outages (MO).
10
SPLN K7.001: 2007
Unavailable Hours (UH): adalah jumlah jam dari semua Planned Outage Hours (POH) + Unplanned (Forced) Outage Hours (FOH) + Maintenance Outage Hours (MOH).
Scheduled Outage Hours (SOH): adalah jumlah jam unit tidak dapat beroperasi sebagai akibat dari keluar terencana baik Planned Outage maupun Maintenance Outage + Scheduled Outage Extensions (SE) dari Maintenance Outages (MO) dan Planned Outages (PO).
Period Hours (PH): adalah total jumlah jam dalam suatu periode tertentu yang sedang diamati selama unit dalam status Aktif.
Reserve Shutdown Hours (RSH): Jumlah jam unit pembangkit dalam keadaan siap beroperasi tetapi tidak sinkron ke transmisi karena alasan ekonomi dan atau beban sistem rendah.
Equivalent Seasonal Derated Hours (ESEDH): adalah perkalian antara MW derating unit pembangkit akibat pengaruh cuaca/musim dengan jumlah jam unit pembangkit siap dibagi dengan DMN.
Equivalent Forced Derated Hours (EFDH): adalah perkalian antara jumlah jam unit pembangkit derating secara paksa (forced derating: Dl, D2, D3) dengan besar derating dibagi DMN. Setiap kejadian Forced Derating (Dl, D2, D3) dikonversi menjadi jam ekivalen full outage, yang diperoleh dengan cara mengalikan durasi derating aktual (jam) dengan besar derating [MW] dan membagi perkalian tersebut dengan DMN pembangkit [MW]. Semua jam ekivalen ini kemudian dapat dijumlahkan. CATATAN: Termasuk Unplanned (Forced) Deratings (Dl, D2, D3) selama Reserve Shutdown (RS). Besar derating dihitung dengan cara mengurangi Daya mampu Netto dengan Daya Mampu Aktual pembangkit.
Equivalent Planned Derated Hours (EPDH): adalah perkalian antara jumlah jam unit pembangkit derating terencana (Planned Derating) termasuk Extension (DE) dan besar derating dibagi dengan DMN. Setiap kejadian derating terencana (PD dan DE) dikonversi menjadi jam ekivalen full outage, yang diperoleh dengan cara mengalikan durasi derating aktual (jam) dengan besar MW derating dan membagi perkalian tersebut dengan DMN pembangkit (MW). Semua jam ekivalen ini kemudian dapat dijumlahkan. CATATAN: Termasuk Planned Deratings (PD) selama R eserve Shutdowns (RS),
Equivalent Unplanned Derated Hours (EUDH): adalah perkalian antara jumlah jam unit pembangkit derating tidak terencana (Dl, D2, D3, D4, DE) dan besar derating dibagi dengan DMN. Setiap kejadian Forced Derating (Dl, D2, D3) dikonversi menjadi jam ekivalen full outage, yang diperoleh dengan cara mengalikan durasi derating aktual (jam) dengan besar MW derating dan membagi perkalian tersebut dengan DMN pembangkit (MW). Semua jam ekivalen ini kemudian dapat dijumlahkan. CATATAN: Termasuk Unplanned (Forced) Deratings (Dl, D2, D3) selama Reserve Shutdown (RS)
Equivalent Forced Derated Hours during Reserve Shutdown –EFDHRS : adalah perkalian antara jumlah jam unit pembangkit forced derating (Dl, D2, D3) selama reserve shutdown dan besar derating dibagi dengan DMN. Setiap kejadian Forced Derating (Dl, D2, D3) selama reserve shutdown dikonversi menjadi jam ekivalen full outage, yang diperoleh dengan cara mengalikan durasi derating aktual (jam) dengan besar derating (MW) dan 11
SPLN K7.001: 2007
membagi perkalian tersebut dengan DMN pembangkit (MW). Semua jam ekivalen ini kemudian dapat dijumlahkan.
Equivalent Planned Derated Hours During Reserve Shutdowns -EPDHRS (PD): adalah perkalian antara jumlah jam unit keluar terencana Planned Derating (PD) selama reserve shutdown dan besar derating dibagi dengan DMN. Setiap kejadian planned derating selama reserve shutdown dikonversi menjadi jam ekivalen full outage, yang diperoleh dengan cara mengalikan durasi derating aktual (jam) dengan besar derating (MW) dan membagi perkalian tersebut dengan DMN pembangkit (MW), Semua jam ekivalen ini kemudian dapat dijumlahkan.
4.11 Indikator Kinerja Pembangkit Availability Factor (AF): adalah rasio antara jumlah jam unit pembangkit siap beroperasi terhadap jumlah jam dalam satu periode tertentu. Besaran ini menunjukkan persentase kesiapan unit pembangkit untuk dioperasikan pada satu periode tertentu.
Equivalent Availability Factor (EAF): adalah ekivalen Availability Factor yang telah memperhitungkan dampak dari derating pembangkit.
Service Factor (SF): adalah rasio dari jumlah jam unit pembangkit beroperasi terhadap jumlah jam dalam satu periode tertentu. Besaran ini menunjukkan persentase jumlah jam unit pembangkit beroperasi pada satu periode tertentu.
Scheduled Outage Factor (SOF): adalah rasio dari jumlah jam unit pembangkit keluar terencana (planned outage) terhadap jumlah jam dalam satu periode. Besaran ini menunjukkan persentase ketidaksiapan unit pembangkit akibat pelaksanaan pemeliharaan, inspeksi dan overhoul pada suatu periode tertentu.
Forced Outage Rate (FOR): adalah jumlah jam unit pembangkit dikeluarkan dari sistem (keluar paksa) dibagi jumlah jam unit pembangkit dikeluarkan dari sistem ditambah jumlah jam unit pembangkit beroperasi, yang dinyatakan dalam persen.
Equivalent Forced Outage Rate (EFOR): adalah ekivalen Forced Outage Rate yang telah memperhitungkan dampak dari derating pembangkit.
Net Capacity Factor (NCF): adalah rasio antara total produksi netto dengan daya mampu netto unit pembangkit dikali dengan jam periode tertentu (umumnya periode 1 tahun, 8760 atau 8784 jam).
Net Output Factor (NOF): adalah rasio antara total produksi netto dengan daya mampu netto unit pembangkit dikali dengan jumlah jam unit pembangkit beroperasi.
5
Formula Perhitungan Indikator Kinerja Pembangkit
Formula untuk perhitungan Indikator Kinerja Pembangkit secara lengkap dapat dilihat pada Appendix F.
12
SPLN K7.001: 2007
6
Pengelompokan Gangguan Pembangkit (Cause Code)
Pencatatan gangguan pembangkit yang dilakukan pada saat operasi real time dikelompokkan dengan rincian diberikan pada Appendix B :
7
Outside Management Control (OMC) Outages
Ada outage dari sumber luar yang menyebabkan unit pembangkit dibatasi kemampuannya atau outage total/shutdown. Outage ini mencakup (namun tidak terbatas pada) bencana alam, kekurangan bahan bakar, pasokan bahan bakar terputus dan lain-lain. Daftar penyebab dan cause code- nya diuraikan pada Appendix K pada standar ini. Appendix K juga menunjukkan batasan khusus terhadap OMC yang menggunakan cause code . Outage ini sebaiknya tidak diklasifikasikan sebagai reserve shutdown atau non-curtailing event. Perhitungan pada appendix F dapat digunakan untuk menghitung event dengan dan tanpa OMC event. Penggunaan formula tanpa OMC event keputusannya diserahkan kepada manajemen unit pembangkit dan manajemen perusahaan.
8
Noncurtailing Event – NC
Satu kejadian yang muncul ketika peralatan atau komponen utama dikeluarkan dari operasi karena pemeliharaan, pengujian atau maksud lain namun tidak menyebabkan unit outage atau derating. NC juga dapat terjadi apabila unit pembangkit sedang dioperasikan lebih rendah dari kapasitas penuhnya karena kebutuhan pengatur beban sistem. Dalam periode ini, peralatan dapat dikeluarkan dari operasi karena pemeliharaan, pengujian atau alasan lain dan dilaporkan sebagai NC jika kedua kondisi berikut ini dipenuhi: a) Kapasitas tersedia unit tidak kurang dari yang diminta oleh sistem pengatur beban; dan b) Pekerjaan pemeliharaan dapat dihentikan atau diselesaikan dan unit dapat mencapai tingkat net dependable capacity (NDC) dalam waktu normal, jika dan ketika unit diperlukan oleh sistem. Jika kedua kondisi di atas tidak dapat dipenuhi maka kejadian outage atau derating tersebut tidak termasuk Noncurtailing.
9
Lain-lain
Standar ini akan direvisi sesuai dengan perkembangan acuan normatif yang dipergunakan.
13
Pengelola Standardisasi: PT PLN (Persero) Litbang Ketenagalistrikan Jalan Durentiga Jakarta 12760, Telp. 021-7973774, Fax. 021-7991762, www. pln-litbang.co.id.