Pemantauan Terapi Obat (PTO) adalah suatu proses yang mencakup kegiatan untuk memastikan terapi obat yang aman, efektif dan rasional bagi pasien. Kegiatan ini mencakup pengkajian pilihan obat, dosis, cara pemberian obat, resepon terapi, reaksi obat yang tidak dikehendaki (DRP)
TUJUAN
Sebagai acuan dalam memastikan terapi obat yang aman, efektif, dan rasional bagi pasien
KEBIJAKAN
Keputusan Direktur Rumah Sakit Ibu dan Anak Puri Betik Hati
nomor
132/SK/DIR-RSIAPBH/IX/2017
tentang
Kebijakan Indentifikasi Efek Kejadian Tidak Diharapkan Terkait Obat di RSIA Puri Betik Hati PROSEDUR
1. Kondisi pasien yang perlu dilakukan PTO antara lain: a. Pasien yang masuk rumah sakit dengan multi penyakit sehingga menerima polifarmasi b. Pasien dengan gangguan fungsi organ terutama hati dan ginjal c. Pasien geriatri dan pediatri d. Pasien hamil dan menyusui e. Pasien dengan perawatan intensif f. Pasien
yang menerima regimen
yang kompleks:
polifarmasi, variasi rute pemberian, variasi aturan pakai, cara pemberian khusus (contoh inhalasi, drip intravena), dsb. g. Pasien yang menerima obat dengan resiko tinggi yaitu bila menerima:
1) Obat dengan indeks terapi yang sempit (contoh: digoxin, fenitoin) 2) Obat yang bersifat nefrotoksik (contoh: gentamisin) dan hepatotoksik (Contoh: OAT) 3) Obat antikoagulan (contoh: warfarin, heparin) 4) Obat yang sering menimbulkan ROTD (contoh: metokloprami, AINS) 5) Obat kardiovaskular (contoh: nitrogliserin) 2. Metode pelaksanaan pemantauan terapi obat adalah dengan menggunakan kerangka SOAP sebagai berikut: S = Subjective (gejala yang dikeluhkan pasien) O = Objective (gejala yang terukur oleh tenaga kesehatan) A = Assesment (Analisa berdasarkan data S dan O) P = Plans (rencana untuk menyelesaikan masalah) 3. Setelah data terkumpul, dilakukan analisa untuk identifikasi adanya masalah terkait obat, antara lain: a. Ada indikasi tetapi tidak diterapi b. Pemberian obat tanpa indikasi c. Pemilihan obat yang tidak tepat d. Dosis terlalu tinggi e. Dosis terlalu rendah f. Reaksi obat yang tidak dikehendaki (ROTD) g. Interaksi obat 4. Hasil identifikasi masalah terkait obat dikomunikasikan kepada tenaga kesehatan terkait