Sterilisasi dan Teknik Aseptik
1.
Sterilisasi
Mikroorganisme dapat berkembang biak dengan alami atau dengan bantuan manusia. Mikroorganisme yang dikembangkan oleh manusia diantaranya melalui substrat yang disebut media. Alat-alat yang digunakan dalam perkembangbiakan inipun harus disterilisasikan terlebih dahulu. Hal tersebut dimaksudkan agar tidak ada mikroorganisme lain, yang tidak diinginkan tumbuh dalam media tersebut, sehingga dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme yang akan dibiakkan dalam media tersebut.
Agar biakan bakteri dapat dibuat, maka media dan alat-alat yang diperlukan harus disterilisasi sebelum inokulasi. Sterilisasi yaitu suatu proses untuk mematikan semua organisme yang dapat menjadi kontaminan. Metode yang lazim digunakan untuk mensterilisasikan media dan alat-alat ialah dengan pemanasan. Jika panas digunakan bersama-sama dengan uap air disebut sterilisasi basah (menggunakan autaklaf), sedangkan jika tanpa uap air disebut sterilisasi kering (menggunakan oven) (Mila Ermila, 2005). Dalam proses sterilisasi dikenal beberapa cara atau metode, yaitu dengan menggunakan uap yang mendidih untuk beberapa menit saja, yang kedua dengan menggunakan autoklaf, atau yang ketiga dengan penyaringan atau filtrasi. Dalam proses sterilisasi dan penyiapan media ini, kita harus memperhatikan beberapa hal, tujuannya adalah agar bahan yang kita siapkan tidak terkontaminasi oleh mikroba yang tidak kita kehendaki. Adanya bakteri dalam bahan pangan dapat mengakibatkan pembusukan yang tidak diinginkan atau dapat menimbulkan penyakit yang ditularkan melalui makanan atau dapat melangsungkan fermentasi. Pada kenyataanya sedikit sekali lingkungan yang bersih dari bakteri. Bahan pangan selain merupakan sumber gizi bagi
manusia,
juga
merupakan
sumber
makanan
bagi
perkembangan
mikroorganisme.Tidak hanya bakteri yang menggunakan bahan makanan untuk hidup dan berkembang tetapi juga jamur dan kapang. Untuk itu diperlukan
langkah-langkah untuk membuat makanan tetap awet dan bebas dari kontaminasi mikroba patogen. Sterilisasi dalam mikrobiologi berarti membebaskan tiap benda atau substansi dari semua kehidupan dalam bentuk apapun. Untuk tujuan mikrobiologi dalam usaha mendapatkan keadaan steril, mikroorganisme dapat dimatikan setempat (insitu) oleh panas (kalor), gas-gas seperti formaldehide, etiloksida atau betaprolakton oleh bermacam-macam larutan kimia. Mikroorganisme juga dapat disingkirkan secara mekanik oleh sentrifugasi kecepatan tinggi atau oleh filtrasi (Irianto, 2006). Untuk mensterilkan media dapat dilakukan dengan autoklaf, yaitu alat serupa tangki minyak yang dapat diisi dengan uap. Media yang akan disterilkan ditempatkan didalam autoklaf selama 15 sampai 20 menit. Suatu bahan disebut steril apabila bahan tersebut bebas dari mikroorganisme. Sterilisasi dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu: cara kimia, mekanik atau fisik.Sterilisasi cara kimia. Bahan/senyawa kimia yang memiliki sifat membunuh mikroorganisme dapat digunakan untuk sterilisasi (desinfektan), misalnya dibidang kedokteran. Contohnya alkohol 70%, detergen, karbon, lisol, merkurokhrom dan lainlain.Sterilisasi cara mekanik. Sterilisasi ini dilakukan dengan menggunakan alat penyaring yang sangat halus, dengan lubang berdiameter 0,02 – 0,45 mikron, misalnya Seitz filter, Chamberland filter, milipore, dan lain-lain.Sterilisasi cara fisik. Umumnya dilakukan dengan cara pemanasan pada suhu tinggi. Salah satu contohnya adalah menggunakan autoklaf, disterilkan pada suhu 121 °C dengan tekanan 1.5 Kg/cm (15 lbs) dalam jangka waktu tertentu tergantung pada bahan yang disterilkan. Autoclaf, yaitu alat serupa tangki minyak yang dapat diisi dengan uap. Medium yang akan disterilkan ditempatkan didalam autoclave selama 15 sampai 20 menit. Cara sterilisasi yang dipakai tergantung pada macamnya bahan dan sifat bahan yang disterilkan (ketahanan terhadap panas, bentuk yang disterilkan, padat, cair ataupun gas). Penyelidikan suatu spesies mikroorganisme selalu didasarkan atas sifat biakan murni dari spesies mikroorganisme tersebut. Oleh karena itu, untuk dapat memisahkan kegiatan mikroorganisme yang satu dengan yang lain atau
untuk memelihara mikroorganisme secara biakan murni, perlu digunakan alat-alat dan medium yang steril (Muhiddin, 2007). Sterilisasi dan penyiapan media ini sangat penting dalam sebuah pengamatan mikroba, karena keberhasilan dalam pengamatan sangat tergantung dari keberhasilan kita mensterilisasi dan persiapan media. Sterilisasi sangat penting karena pada saat inilah kita akan membunuh mikroba kontaminan yang akan menghambat atau mengganggu mikroba yang akan kita amati. Sedangkan persiapan media sangat penting, sebab media yang tidak baik akan menghambat pertumbuhan mikroba yang akan kita amati. Konsentrasi media yang akan kita buat harus kita sesuaikan dengan mikroba yang akan kita tumbuhkan, karena tidak semua mikroba dapat tumbuh dalam media yang sama. Antara satu mikroba dengan mikroba yang lain tentu saja membutuhkan media yang berbeda-beda, kalaupun sama medianya tapi konsentrasi yang dibutuhkan belum tentu juga sama. Ada beberapa mikroba yang dapat tumbuh dalam satu media dengan konsentrasi media yang sama, oleh karena itu dalam pengamatan ini, kita berusaha untuk menumbuhkan beberapa jenis mikroba dalam media yang sama. Sterilisasi dan penyiapan media adalah salah satu proses yang sangat penting dalam penelitian tentang mikroorganisme. Sebab kedua faktor ini adalah kunci utama kesuksesan dalam tahap pengamatan. Kita ketahui bahwa di alam semesta ini banyak sekali bertebaran mikroorganisme, mereka hampir terdapat disemua tempat. Tidak heran jika kita bisa terkontaminasi dimana saja, meskipun kita menganggap tempat tersebut sudah steril. Keberhasilan dalam pengamatan mikroba ini sangat bergantung pada bagaimana kita mensterilkan alat, dan bagaimana komposisi media yang kita buat. Sebab komposisi media juga menentukan tingkat keberhasilan mikroba tersebut tumbuh dalam media. Sehingga kedua hal ini harus benar-benar diperhatikan ketika kita akan membiakkan mikroba didalam laboratorium, sebab jika terkontaminasi sedikit saja, maka kemungkinan gagal akan sangat besar. Media dan alat-alat yang digunakan dalam inokulasi itu tidak steril. Misalnya kita tidak memperoleh piaraan bakteri yang kita inginkan. Maka langkah-langkah pertama yang harus kita ambil sebelum kita mengadakan inokulasi ialah
mengusahakan sterilnya medium berupa alat-alat perlengkapannya. Lagi pula, kita harus mengusahakan teknik inokulasi. Dalam proses praktikum sebelum kita menuju kepersiapan media, maka yang harus kita lakukan lebih dahulu adalah sterilisasi. Sterilisasi ini berlaku dimana saja terutama yang berkaitan dengan kesehatan dan mikroorganisme. Dalam pelaksanaan operasi dalam dunia kedokteran, semua alat yang akan digunakan disterilisasi terlebih dahulu. Tujuanya agar alat-alat tersebut benar-benar steril dan bersih dari mikroorganisme yang membahayakan, terutama bagi pasien yang akan dioperasi. Sterilisasi yang kita lakukan dalam pengamatan ini ditujukan agar alat-alat tersebut steril dari mikroorganisme lain yang akan menjadi kontaminan bagi mikroba yang akan kita tumbuhkan. Sterilisasi yang kita lakukan adalah sterilisasi panas basah dengan menggunakan autoklaf. Sterilisasi ini selain bertujuan untuk menjaga mutu kebersihan dan pengamatan di laboratorium juga bertujuan untuk menjaga agar mikroba yang akan kita amati adalah benar-benar mikroba yang kita inginkan. Tujuan utama proses panas adalah untuk merancang kondisi pemanasan sehingga menghasilkan makanan kaleng yang steril komersial. Berbeda dengan sterilisasi total, dalam sterilisasi komersial masih terdapat beberapa mikroba yang masih dapat tumbuh dan hidup setelah pemberian panas (sterilisasi). Pemberian panas yang tidak mencukupi akan meningkatkan resiko terjadinya kerusakan karena mikroba yang masih ada dan yang hampir mati akan aktif kembali dan tumbuh di dalam produk. Proses pemanasan yang diperlukan untuk sterilisasi makanan kaleng diantaranya tergantung pH produk tergolong makanan bersifat asam, yaitu yang memiliki pH kurang dari 4,5 seperti misalnya sebagian besar buah-buahan dan beberapa produk tomat, biasanya disterilkan dengan cara memanaskan coldest point sampai mencapai 200oF (93,3oC) (Winarno,1994:59-60). Untuk kebanyakan benda, panas merupakan metode sterilisasi yang paling praktis dan efisien. Walaupun tidak seorangpun mengetahui dengan tepat bagaimana panas membunuh mikroorganisme tertentu. Kita benar-benar tahu bahwa kematian itu terjadi dengan menghentikan satu atau lebih protein penting seperti
enzim. Jumlah panas yang diperlukan untuk mematikan mikroorganisme berbeda dari satu organisme ke organisme lain (Wesley, 1993). Masalah yang sering kita hadapi dalam laboratorium adalah tingkat kesterilan alat-alat yang akan digunakan, bahkan yang lebih parah lagi adalah alat yang akan digunakan untuk mensterilkan benda-benda tersebut juga malah tidak berfungsi dengan baik. Sehingga dalam hal-hal ini akan memacu tingkat kegagalan dalam pengamatan. Seperti yang telah dikemukakan diatas tadi bahwa sterilisasi yang dipakai pada praktikum ini adalah sterilisasi panas basah, dengan menggunakan autoklaf. Alatalat yang akan disterilkan dalam autoklaf ini, sebelum dimasukkan ke dalam autoklaf maka harus dibungkus dengan kertas, tujuannya adalah agar tekanan yang ditimbulkan tidak sampai memecahkan alat-alat tersebut, sebab yang dimasukkan ke dalam hampir semuanya adalah alat-alat yang terbuat dari kaca. Kita ketahui bahwa autoklav memiliki ruangan yang mampu menahan tekanan diatas 1 atm. Dalam autoklaf inilah berlangsung sterilisasi panas basah. Oleh karena itu, setelah air dalam tangki mendidih dan mulai terbentuk uap air, maka uap air ini akan mengalir ke ruang pensteril guna mendesak keluar semua udara didalamnya. Jika seandainya masih ada udara yang tersisa, maka udara ini akan menambah tekanan didalam ruang pensteril yang akan mengganggu naiknya suhu dalam ruangan tersebut. Alat-alat dan bahan yang akan kita sterilkan sebaiknya ditempatkan dalam beberapa botol yang lebih kecil daripada dikumpulkan dalam sebuah botol yang lebih besar. Setelah pintu autoklaf ditutup rapat, barulah kran pipa uap dibuka, dan temperatur akan terus menerus naik sampai 1210C. Biasanya autoklaf sudah diatur sedemikian rupa, sehingga pada suhu tersebut, tekanan yang ada 1 atmosfer per 1 cm2. Perhitungan waktu 15 atau 20 menit dimulai sejak termometer pada autoklaf menunjuk 1210C. Setelah cukup waktu, maka kran uap ditutup, dan dengan demikian suhu mulai turun sedikit demi sedikit. Autoklaf tidak boleh dibuka sekonyong-konyong, hal ini ditujukan untuk sterilisasi yang jika menggunakan botol dan botol tersebut berisi bahan, maka tidak boleh dibuka sekonyong-konyong agar isi botol tidak meluap kemana-mana. Sebaiknya kita
menunggu sampai manometer menunjuk angka 0, barulah autoklaf dibuka. Pendinginan dilakukan sedikit demi sedikit. Selain sterilisasi panas basah ada juga sterilisasi panas kering. Sterilisasi dengan cara ini adalah dengan menggunakan oven atau dengan pembakaran. Alat-alat yang akan disterilkan ditempatkan dalam oven pada suhu 160 – 1800C. Sterilisasi panas kering ini caranya adalah alat-alat yang akan kita gunakan dimasukkan dalam oven, karena tingkat efektifitasnya kurang maka waktu yang dibutuhkan cukup lama yaitu sekitar 1 – 2 jam. Hal ini disebabkan daya penetrasi panas kering tidak sebaik pada panas basah. Sterilisasi panas kering ini cocok untuk alat gelas atau kaca seperti, cawan petri, tabung reaksi, gelas ukur, dan lain-lain. Selain dimasukkan dalam oven, ada juga yang dibakar secara langsung. Tetapi pembakaran secara langsung ini hanya umumnya hanya bisa digunakan pada jarum ose. Tingkat keberhasilan dari pembakaran secara langsung ini biasanya mendekati 100%. Setelah semua alat-alat disterilisasi dan telah dikeluarkan dari autoclaf, maka tahapan selanjutnya adalah penyiapan media. Media yang akan dibuat ada dua jenis yaitu media NA (Nutrient Agar), dan PDA (Potato Dextroksa Agar). Perbedaan kedua jenis media ini adalah terletak pada bahan dasarnya. Jika media NA menggunakan ekstrak daging dan agar, maka PDA menggunakan ekstrak kentang. Kedua media ini harus dipanaskan terebih dahulu, selanjutnya disimpan didalam kulkas. Tujuan dari penyimpanan ini adalah agar medianya tidak rusak. Tidak semua mikroba dapat tumbuh dalam kedua media ini, ada beberapa jenis mikroba tertentu yang membutuhkan media lain agar bisa tumbuh dan diamati. Tetapi kedua media ini adalah media standar yang banyak digunakan di laboratorium-laboratorium mikrobiologi. 1.
Cara Untuk Mensterilkan Media
a)
Dalam abad 18 orang mensterilkan media cukup dengan mendidihkan media
tersebut selama beberapa jamdengan jalan ini maka matilah semua benih kehidupan. Cara yang demikian ini dilakukan oleh Spallanzani (tahun 1729-1799) untuk membuktikan tidak mungkinnya abiogenesis.
b)
Tyndallisasi. Metode ini merupakan mendidihkan media dengan uap untuk
beberapa menit saja. Sehabis didiamkan satu hari selama itu spora-spora sempat tumbuh menjadi bakteri vegetatif maka medium tersebut dididihkan lagi selama beberapa menit. Akhirnya pada hari ketiga, medium tersebut di didihkan sekali lagi. Dengan jalan demikian ini di peroleh medium yang sterildan lagi pula, zatzat organik yang terkandung di dalamnya mengalami banyak perubahan seperti halnya pada (a). c)
Dengan autoklaf , yaitu alat berupa tangki minyak yang dapat di isi dengan
uap. Medium yang akan di sterilkan ditempatkan di dalam autoklaf ini selama 15 sampai 20 menit; hal ini bergantung pada banyak sedikitnya barang yang perlu di sterilkan. Medium yang akan di sterilkan itu lebi banyak di tempatkan dalam beberapa botol yang gak kecil daripada di kumpul dalam satu botol yang besar. Setelah pintu autoklaf di tutup rapat, barulah kran pada pipa uap dibuka, dan temperatur akan terus menerus naik sampai 1210C. Biasanya autoklaf suda diatur demikian rupa, sehingga pada suhu tersebut, tekanan ada sebesar 15 lbs (pounds)per inch persegi yang berarti 1 atmosfer per 1 cm2 . Perhitungan waktu 15 atau 20 menit itu di mulai semenjak termometer pada autoklaf menunjuk 1210C. Setelah cukup waktu, maka kran uap di tutup,dan demikian akan kita saksikan,bahwa suhu mulai turun sedikit demi sedikit,demikian pula manometer. Autoklaf tidak bole di buka sekonyong-konyong. Jika di perbuat demikian, maka isi botol yang ada di dalam autoklaf akan meluap kemana-mana. Baiklah kita menunggu sampai manometer menunjukan 0, barulah autoklaf
kita buka.
Pendinginan di lakukan sedikit demi sedikit. Jika medium mengandung fitamin, gelatin atau bangsa gula, maka setelah sterilisasi sependek- pendeknya dalam autoklaf, medium tersebut haruslah segera didinginkan sesudanya dikeluarkan dari autoklaf. Perbuatan ini perlu untuk menghindarkan terurainya zat-zat tersebut. Media yang suda steril dapat disimpan dalam al mari es. d)
Dengan penyaringan (filtrasi). Medium di saring dengan saringan ponselin
atau dengan tana diatom. Dengan jalan ini, maka zat-zat organik tidak akan mengalami penguraian sama sekali. Hanya sayang, virus tak dapat terpisah dengan penyaringan semacam ini. Oleh karena itu sehabis penyaringan media
masih perlu dipanasi dalam autoklaf, meskipun tidak selama 15 menit dengan temperatur 1210C. Penyaringan dapat dilakukan juga dengan saringan yang dibuat dari asbes. Saringan ini lebih murah dan lebih muda penggunaannya dari pada saringan porselin. Saringan asbes dapat dibuang setelah dipakaidan terlalu sulit untuk dibersihkan. Pada prinsipnya sterilisasi dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu secara mekanik, fisik dan kimiawi (Indra, 2008): 1. Sterilisasi secara mekanik (filtrasi) menggunakan suatu saringan yang berpori sangat kecil (0.22 mikron atau 0.45 mikron) sehingga mikroba tertahan pada saringan tersebut. Proses ini ditujukan untuk sterilisasi bahan yang peka panas, misal nya larutan enzim dan antibiotik. 2. Sterilisasi secara fisik dapat dilakukan dengan pemanasan & penyinaran. •
Pemanasan
a. Pemijaran (dengan api langsung): membakar alat pada api secara langsung, contoh alat : jarum inokulum, pinset, batang L, dll. b. Panas kering: sterilisasi dengan oven kira-kira 60-1800C. Sterilisasi panas kering cocok untuk alat yang terbuat dari kaca misalnya erlenmeyer, tabung reaksi dll. c. Uap air panas: konsep ini mirip dengan mengukus. Bahan yang mengandung air lebih tepat menggungakan metode ini supaya tidak terjadi dehidrasi. d. Uap air panas bertekanan: menggunakan autoklaf. Adapun cara menggunakan autoklaf adalah sebagai berikut: 1) Autoklaf Manual a)
Mengisi autoklaf dengan air hingga dekat sarang.
b)
Memasukan bahan-bahan (medium) atau peralatan yang akan disterilkan.
c)
Membiarkan klep uap terbuka, menyalakan autoklaf.
d)
Bila dari klep uap terdapat cairan yang menetes, berarti ruang dalam autoklaf
telah jenuh dengan uap air. Menutup klep uap tersebut. e)
Membiarkan autoklaf menyala hingga tercapai suhu 121C dan tekanan 15
lbs. lalu pertahankan selama 15-20 menit.
f)
Setelah 15-20 menit pada tekanan uap lbs, mematikan autoklaf, menunggu
tekanan menurun selama 5-5-10 menit. g)
Membuka klep berlahan-lahan, mengeluarkan uap hingga tekanan kembali
nol. 2) Autoklaf Otomatis a) b)
Mengisi autoklaf dengan aquades sampai batas yang ditentukan. Memeriksa juga tempat buangan air diluar autoklaf, jangan sampai isinya
berlebihan atau kurang. c) d)
Memasukan medium dan alat-alat yang akan disterilkan. Menutup autoklaf rapat-rapat, memeriksa tombol penutupagar benar pada
posisi batas akhir ‘close’. e)
Menyalakan autoklaf, mengatur suhu, tekanan dan waktu sterilisasi yang
diinginkan. Sterilisasi yang umum adalah 1000C. tekanan 15 lbs selama 15 menit. f)
Menekan tombol star, membiarkan hingga tanda bunyi kedua yang
menunjukan bahwa kondisi sterilisasi telah tercapai dan tekanan uap dalam autoklaf telah kembali nol. g)
Membuka autoklaf dan mengambil isinya yang telah steril.
Gambar 1.1 Autoklaf
•
Penyinaran dengan UV
Sinar Ultra Violet juga dapat digunakan untuk proses sterilisasi, misalnya untuk membunuh mikroba yang menempel pada permukaan interior Safety Cabinet dengan disinari lampu UV. 3. Sterilisasi secara kimiawi biasanya menggunakan senyawa desinfektan antara lain alkohol.
4. Pensterilan Gelas-gelas Gelas, botol, pipa, pipet yang sudah bersih tidak disterilkan dalam autoklaf karena barang-barang tersebut akan tetap basah sehabis sterilisasi. Alat-alat dari gelas
dimasukan dalam oven kerbing selama 2 – 3 jam pada temperatur 1600-1700C; hal ini bergantung pada banyak sedikitnya muatan yang dimasukkan dalam oven. Kapas masih dapat bertahan dalam oven kering selama waktu dan pada temperature seperti tersebut diatas. Alat-alat yang belum bersihdan belum kering tidak boleh dimasukkan dalam oven kering. Pensterilan alat-alat dapat pula dilakukan dengan gas etilen oksida. Hal ini harus dikerjakan dengan hati-hati, karena ada bahaya letusan. Gambar 1.2 Oven
2.
Teknik Aseptik
Sebelum benar-benar dilakukan proses kultur mikroorganisme, pertama kali kita harus
mempertimbangkan
bagaimana
agar
tidak
terjadi
kontaminasi.
Mikroorganisme ada dimana-mana. Karena ukurannya yang sangat kecil, mereka mudah lepas dalam udara dan permukaan. Maka dari itu, kita harus mensterilisasikan medium kultur secepatnya setelah preparasi untuk pemindahan mikroorganisme. Bagaimanapun, itu sama pentingnya untuk tindakan pencegahan sampai penanganan berikutnya media kultur harus tetap steril. Materi lain yang akan kontak juga harus tetap terjaga kesterilannya (Cappuccino, 1983). Pekerjaan memindahkan bakteri dari media yang lama ke media yang baru minta banyak ketelitian. Terlebih dahulu harus diusahakan agar semua alat-alat yang ada sangkut paut dengan media dan pekerjaan inokulasi itu benar-benar steril; ini untuk menghindari kontaminasi, yaitu masuknya mikroorganisme yang tidak kita inginkan. Teknik yang digunakan dalam pencegahan kontaminasi hingga kultur manipulasi dan media kultur steril disebut teknik aseptik. Keunggulan itu dibutuhkan dalam keberhasilan laboratorium mikrobiologi, dan salah satu cara belajar dengan pendamping mikrobiologi. Kontaminasi udara paling sering menjadi masalah karena udara selalu kontak dengan partikel debu dan umumnya banyak komunitas mikroorganisme didalamnya. Ketika wadah dibuka maka segera ditangani agar tidak terkontaminasi dengan udara sekitar. Transfer aseptik pada kultur dari salah satu media ke media yang lain harus lihai dengan loop inokulasi atau jarum harus
disterilkan oleh pembakaran pada nyala api. Dalam pertumbuhan kultur dibutuhkan tempat yang mudah dipindahkan ke permukaan agar datar, dimana pertumbuhan suatu koloni berasal dari pertumbuhan dan pembelahan sel tunggal(Cappuccino, 1983). A.
Menyiapkan Ruangan
Ruang tempat inokulasi itu kecil, bersih, dan bebas angin. Dinding ruang yang basah menyebabkan butir-butir debu menempel kepadanya. Pada waktu mengadakan inokulasi, baik sekali jika meja tempat inokulasi itu didasari dengan kain basah. Pekerjaan inokulasi dapat dilakukan juga didalam suatu kota. Berkaca (entkas). Dalam laboratorium untuk membuat vaksin, serum dan sebagainya, udara yang masuk ke dalam itu dilewatkan saringan yang disinari dengan sinar ultra-umum.
B.
Pemindahan Dengan Kawat Inokulasi
Ujung kawat inokulasi sebaiknya dari platina atau dari nikrom; ujung itu boleh lurus, boleh juga berupa kolongan yang berdiameter 1-3mm. Lebih dahulu ujung kawat ini dipijarkan, sedang sisanya sampai tangkai cukup dilewatkan nyala api saja. Setelah dingin kembali, ujung kawat itu disentuhkan suatu koloni. Mulut tabung tempat pemiaraan itu dipanasi juga setelah sumbatnya diambil. Setelah pengambilan inokulum (yaitu sampel bakteri) selesai, mulut tabung dipanasi lagi ke median di sumbat seperti semula. Ujung kawat yang membawakan inokulum tersebut digesekan pada media baru atau pada suatu kaca benda. Kalau tujuannya membuat suatu sediaan. Pemindahan Dengan Pipet Cara ini dilakukan misalnya pada penyelidikan air minum atau penyelidikan susu. Untuk itu diambillah 1 ml. contoh untuk diencerkan dengan 99 ml air murni yang steril. Kemudian diambil 1 ml dari enceran ini untuk dicampur adukkan dengan medium agar-agar yang masih dalam keadaan cair (suhu antara 42-450C ). Lalu agar-agar yang masih encer ini dituangkan dicawan petri. Setelah agar-agar membeku, maka cawan petri yangberisih piaraan baru. Itu di simpan dalam tempat yang aman, misalnya didalam almari atau di dalam laci. Penyimpanan cawan
dilakukan dengan meletakkannya secara terbalik, yaitu permukaan medium menghadap ke bawah; ini untuk menghindari tetesnya air yang mungkin melekat pada dinding dalam tutup cawan. Piaraan yang diperoleh terkenal sebagai piaraan adukan.
Dengan cara yang demikian ini bakteri yang diinokulasikan dapat
menyebar luas ke seluruh medium. Bakteri yang aerob maupun yang anaerob dapat tumbuh dan banyaknya koloni dapat dihitung dengan mudah. Pengenceran 1 ml sampel dengan 99 ml air murni itu tidak mutlak, hal ini tergantung kepada keadaan air atau susu yang akan selidiki. D. Teknik aseptik Membuka Tabung Reaksi Teknik aseptikpada Pembuatan Media