BAB 3. STRATIGRAFI 3.1. Stratigrafi Menurut Penyidik Terdahulu Para penyidik terdahulu telah banyak yang melakukan penelitian di G. Slamet, di antaranya adalah Neuman van Padang (1934), van Bemelen (1949), Marks (1957), Pardyanto (1971), dan Suyanto (1977). Hasil Penelitian tersebut sangat membantu sebagai petunjuk dan pembanding dalam pemetaan geologi di Gunungapi Slamet. Gunung Slamet terletak di sebelah barat Pegunungan Serayu Utara yang merupakan kelanjutan Zona Bogor van Bemelen (1949). Pardyanto (1971), menulis bahwa pada Kuarter Tengah di daerah tersebut muncul sebuah gunungapi yang di beri nama G.Cowet atau G.Slamet tua sekarang. Gunung ini mengeluarkan lava dan bahan-bahan lepas yang selanjutnya mengalami kompaksi menjadi tuffa dan breksi, sedangkan sebagian terangkut ke kaki membentuk lahar. Batuan ini dinamakan satuan batuan Volkanik I, pada tubuh G. Cowet ini muncul kerucut-kerucut parasit, beberapa bekas titik kegiatan masih dapat di kenal sekarang. Karena sesuatu sebab yang belum pasti, va n Bemelen (1949), menyebut “gravitational collapse” dimana kerucut Gunung Slamet patah menjadi blok -blok sesar yang sekarang merupakan tubuh G. Slamet Slamet sebelah barat , barat barat laut dan barat daya. Setelah Kuarter Tengah, muncul kerucut G. Slamet sekarang dibatas timur reruntuhan G. Slamet Slamet tua. Pertumbuhan Pertumbuhan ini berjalan sempurna sempurna tanpa perpindahan perpindahan pipa kepundan, sehingga membentuk kerucut yang sempurna didaerah tersebut. Kegiatan G. Slamet muda ini menghasilkan aliran lava, tufa breksi dan endapan lahar yang membentuk satuan batuan volkanik II. Bersama dengan membangun tubuh gunungapi ini, pada lereng sebelah timur muncul kerucut-kerucut sinder. Stratigrafi sekitar G. Slamet menurut Pardyanto (1971), dapat di lihat pada tabel 1, sedangkan perbandingan antara Pardyanto (1971), Marks (1957) dan Djuri (1970) dapat di lihat pada tabel 2. 3.2 Stratigrafi G. Slamet Urutan stratigrafi pada laporan tahap ke tua terbagi dalam pada laporan tahap kedua terbagi dalam 23 satuan yang merupakan hasil erupsi G. Slamet tua dan G. Slamet muda. Sebagai batauan alas di cantumkan batuan sedimen dan batuan intrusi, dalam laporan ini kedua batuan alas tersebut tidak di bahas.
Tabel 1 Stratigrafi daerah G. Slamet dan sekitarnya berdasarkan potert udara dan literatur (Pardyanto 1971)
Tabel 2
Korelasi satuan batuan dan Formasi antara Mark ( 1957 ), Djuri (1970) dan Pardyanto, (1971).
Endapan batuan hasil erupsi G. Slamet tua maupun muda semuanya berumur Kwarter, menumpang di atas batuan sedimen berumur Tersier. Penentuan posisi masingmasing satuan dalam stratigrafi adalah berdasarkan kontak dan posisi yang di temukan di lapangan, untuk yang tidak di temukan kontaknya di pergunakan cara dengan membandingkan terhadap tefra Slamet, terutama ntuk produk-produk muda. Pada batuan tua di sebandingkan dengan melihat pada jenis litologi dan tingkat pelapukan serta tingkat erosinya, sedangkan untuk penyebarannnya banyak di bantu oleh p otret udara. Pada laporan kemajuan tahap pertama, urutan stratigrafi G. Slamet terbagi dalam 20 satuan, dalam laporan ini menjadi 23 satuan. Perbedaan ini adalah akibat adanya tambahan data serta penyempurnaan hasil pemetaan tahap pertama. Disamping itu, pada laporan tahap pertama di gunakansimbol litologi “Q” yang berarti Kwarter, dalam laporan ini simbol tersebut tidak di pakai lagi karena semua endapan hasil batuan hasil G. Slamet berumur Kuarter. Sebaran hasil kegiatan G. Slamet sngat luas, meliputi lima Kabupaten dengan luas ± 2
1500 Km yang terdiri dari endapan piroklastik, lava, lahar, awan panas dan endapan permukaan berupa aluvial dan fluvial. Urutan selengkapnya stratigrafi G. Slamet dari tua ke muda adalah sebagai berikut : 1. Lava G. Cendana (Lc) 2. Lava G. Sembung (Lgs) 3. Endapan aliran piroklasktik batuapung cikeruh (Pbc) 4. Lahar Kali Logawa (Lkl) 5. Lahar G. Mingkrik (Lm) 6. Lava Kalipagu (Lkp) 7. Lava G. Slamet 1 (LS 1) 8. Endapan jatuhan piroklastik Kerucut Angrun (ksa) 9. Lahar Bumijawa (lbj) 10. Endapan Guguran Guci (gg) 11. Endapan jatuhan piroklastika G. Slamet 1 (Sjpl) 12. Lava G. Slamet 2 (LS 2) 13. Endapan aliran piroklastika G. Slamet 1 (Sapl)
14. Endapan jatuhan piroklastika kerucut Lompong (ksl) 15. Lahar Kali Banjaran (lkb) 16. Endapan fluviatil Purbalingga (fp) 17. Lava G. Slamet 3 (LS 3) 18. Lava Lebaksiu (Lls) 19. Aliran piroklastik G. Slamet 2 (Sap2) 20. Lahar Kali Gung (lkg) 21. Endapan jatuhan piroklastika G. Slamet tua (Sjp2) 22. Endapan jatuhan piroklastika G. Slamet 3 (Sjp3) 23. Lava Kubah (kb) 3.2.1. Lava G. Cendana (Lc) Sumber lava ini belum di ketahui, sebarannya sekitar G. Cendana sebelah barat Baturaden. Berdasarkan analisa potret udara, daerah ini menunjukan bekas kawah tua yang sekarang tertutup aliran-aliran lava G. Slamet tua maupun muda. Bentuk morfologi G. Cendana ini terpisah-pisah meruncing (foto 7), menyerupai bentuk tubuh intrusi, selain itu pada lava ini di ketemukan sumber mataair panas yang cukup besar yang di kenal sebagai pancuran tujuh, di sekitarnya di temukan endpan sinter yang cukup tebal. Di sekitar mataair panas ini, lava telah mengalami ubahan menjadi kaolin. Batuan penyusunnya adalah andesit hornblende, dalam keadaan segar berwarna abu-abu, yang agak lapuk putih kehitaman. Fenokris terdiri dari plagioklas, hornblende dan sedikitpiroksen. Plagioklas tidak berwarna hingga putih susu, subhedral, berjumlah lebih kurang 30%, hornblende hitam subhedral, berdiameter hingga 1 cm, berjumlah 10% dan piroksen hijau kehitam-hitaman, anhedral berjumlah 2% tertanam dalam masa dasar mikrolit plagioklas dan gelas vulkanik. (lapisan sayatan S.15 ). Umumnya yang di ketemukan dalam tubuh kerucut adalah berwarna putih berbintik hitam dan agak lunak, antara fenokris, plagioklas dam masa dasar bersatu. Sedangkan batuan yang segar di jumpai pada tebing dekat mataair panas pincuran tujuh. Kontak langsung lava cendana dengan batuan sedimen di bawahnya dapat dapat di lihat di sebelah selatan G. Cendana sebarannya di tutupi oleh aliran lava hasil erupsi G. Slamet tua yang tersesarkan, sedangkan keselatannya di tutupi oleh lahar Kali Logawa.
3.2.2. Lava G. Sembung ( Lgs) Sebaran paling luas di jumpai di sebelah barat dan utara daerah pemetaan, yaitu di sekitar G. Sembung, bukit Tretepan, Gunung Klalar dan G. Salam. Selain itu di temukan pula beberapa bukit kecil, yang antara lain bukit kancil dan bukit dekat kampung Tuwel sebelah timur Bumijawa. Singkapan yang segar di temukan di sekitar bukit kali Buntu dan di sebelah selatan kampung Cijampang pada gawir sesar G. Sumping. Terdiri dari batuan andesit abuabu cerah, bertekstur porfiritik dengan fenokris plagioklas putih lebih kurang 25%, hornblende ± 10% berdiameter sampai 6 mm, piroksen hijau kehitam-hitaman kurang lebih 5% yang tertanam dalam masa dasar mikrolit plagioklas dan piroksen. Pada umumnya batuan ini telah mengalami pelapukan kuat, terutama yang terdapat dekat kampung Tuwel, singkapan dapat di ketemukan di sekitar bukit pada bekas penggalian penduduk untuk di ambil sebagai bahan tras pembuat batako. Batuan disini telah mengalami pelapukan, lunak berwarna keputih-putihan, plagioklas menonjol berwarna putih lebih kurang 20%, piroksen melapuk berwarna hijau kemerahan berbentuk anhedral, berjumlah ± 15%. Pada tubuh batuan ini sering di temukan mineral hornblende hitam, subhedral, umumnya telah lapuk menjadi limonit sehingga warnanya menjadi kemerahan atau merah seluruhnya. Hornblende ini kenampakannya tidak merata pada tubuh batuan, tetapi berkelompok dan sangat jarang seolah-olah seperti senolit dalam tubuh lava. Sampai sekarang penggalian lava ini masih terus di lakukan, di gunakan sebagai bahan baku pembuat batako atau sebagai campuran bahan bangunan lainnya. Karena pelapukan batuan ini telah lanjut hingga kedalam, para penggali menbuat lubang-lubang berupa gua sampai beberapa meter. 3.2.3. Endapan Piroklastika Batuapung (pbc) Sebaranya cukup luas, terutama sepanjang sungai Cikeruh yang meliputi kampung Wadasngantung, kampung Pengasinan hingga sekitar kampung Igirmanis. Pada longsoran sekitar bukit kampung Pengasinan dapat di lihat bahwa satuan batuan ini di tutupi lava G. Mingkrik (Lm). Bidang kontak dicirikan oleh abu gunungapiberwarna kuning kecoklatan sampai agak merah munkin oleh akibat efek pemanggangan. Lava G. Sembung (lgs) terletak
dibawahnya, singkapan yang baik di temukan di beberapa tempat penggalian dan lon gsoran tebing bukit hingga batuan ini dapat di amati. Pengamatan menunjukan batuannya terdiri dari endapan jatuhan dan aliran piroklastika, di mana endapan dari atas lebih dominan. Bagian dari aliran memperlihatkan kenampakan masif, ketebalan antara 3 sampai 7 meter, terutamadi susun oleh masadasar merah muda, dalam keadaan lembaba memperlihatkan warna yang lebih tua dan agak kompak. Komponen umumnya batuapung berwarna putih sampai keabu-abuan hingga merah muda, diameter 5 mm sampai 20 mm, memperlihatkan pemilahan yang buruk. Komponen litik juga umum di temukan, terdiri dari pecahan lava berkomposisi andesitik, berdiameter 1 cm sampai 30 cm kadang-kadang mencapai 1 m, menyudut tanggung, di jumpai pula bongkah batupasir yang mudah lepas berwarnaabu-abu segar. Komponen tersebut menunjukan pengarahan diantara masadasar masif, dalam lapisan ini ditemukan struktur sedimen berupa perlapisan sejajar dan perlapiasan silangsiur. Di atas bagian yang masif ini di temukan empat perlapisan batuapung yang mempunyai perlapisan bersusun, komponen umumnya berbentuk membulat tanggung, putih kemerahan sampai abu-abu, ukuran komponen mencapai 20 cm, sedangkan ukuran rata-rata 3 cm. Komponen litik jarang, bentuk menyudut tanggung, andesitik, ukuran sampai 10 cm, bercampur di antara batuapung. Selain itu, di jumpai lapisan abu gunungapi dengan ketebalan 5 cm sampai 50 cm, berwarna cokelat kotor, memperlihatkan struktur “acretional lapili” dan kompak. Batuan ini di gali oleh penduduk setempat untuk bahan campuran kapur dan semen untuk bangunan atau di jadikan bahanbaku pembuatan batako. 3.2.4. Lahar Kali Logawa (lkl) Sebarannya sekitar kampung Ketengger di lembah Kali Banjaran, kemudian membentuk bukit-bukit kecil di sebelah selatan daerah pemetaan yang menerus ke Kali Logawa, Kali Mengaji dan sebagian terdapat di kampung Pesawahan, Karanggondang. Singkapan yang baik di jumpai ditebing kali Banjaran dekat sentral pembangkit listrik PLN Ketengger. Batuannya tidak menampakan seluruhnya
lahar, tetapi ada sisipan-sisipan
endapan flufial yang mempunyai pemilahan baik, sangat kompak. Tebal singkapan mencapai 40 cm, terdiri dari bongkah andesitik, menyudut sampai menyudut tanggung, ukuran sampai lebih dari 30 cm, mengambang dalam masadasar pasir dan lumpur cokelat kemerahan,
sedangkan bagian yang fluviatil, komponen membulat sampai membulat tanggung, kadangkadang ada perlapisan kasar dan halus. Dalam tubuh lahar di lokasi singkapan SD 19, sekitar bukit Karanggondang di jumpai sisipan lava andesitik abu-abu kecokelatan, dan endapan piroklastika batuapung dengan ketebalan antara 25 cm sampai 2 m. Endapan piroklastika batuapung ini berwarna kemerah-merahan, komponen batuapung lebih kurang 60% dan komponen andesitik lebih kurang 10% berwarna abu-abu kecokelatan. Di sekitar sentral listrik Ketengger, lahar ini tersesarkan dengan arah N 145°E yang di duga menerus ke tambak waleh sehingga munculnya pulau-pulau lahar (lkl) di antara lahar kali Banjaran (lkb). Selain itu struktur sesar di jumpai di sekitar G. Gandalopa dekat kampung Karangkedawung di tebing aliran kali Pangkor berarah N150°E. Di bagian atas lahar ini di tutupi oleh lava muda G. Slamet (SL1) dan lahar kali Banjaran (lkb), sedangkan di bagian bawah di ketemukan kontak dengan batuan sedimen. 3.2.5. Lava G. Mingkrik (Lm) Satuan ini membentuk morfologi terjal yang tidak beraturan dan merupakan penyatu tubuh G. Slamet tua. Sebarannya terutama dibagian sebelah barat G.slamet, sedangkan sebelah timur kemungknan tertutup oleh endapan yang lebih muda. Batuannya mempunyai ciri khusus andesit piroksen, abu-abu cerah berbintik hitam, tekstur porfiritik dengan fenokris terutama plagioklas dan piroksen tertanam dalam masadasar afanitik kristalin berwarna abu-abu. Plagioklas umumnya berbentuk anhedral berwarna putih bening sampai putih susu, ukuran maksimum 3 mm. Di beberapa tempat plagiklas ini telah melapuk menjadi lempung atau meliputi limonit yang kadang-kadang limonit tersebut terarahkan sehingga terlihat seperti perlapisan tipis. Piroksen umunya berbentuk anhedral, hijau hingga hijau kehitaman, berjumlah lebih kurang 15%-20%, sebagian telah melapuk sehingga memperlihatkan warna kehitaman, ukuran maksimun 5 mm. Pada batuan yang telah melapuk baik plagioklas maupun gioklas agak lebih besar, kadang-kadang fenokris plagioklas dengan masadasar bersatu, warna putih susu, yang terlihat hanyalah bintik-bintik hitam dari piroksin dan secara keseluruhan pelapukan batuan berwarna cokelat. Kenampakan fisik pada tiap lokasi singkapan batuan ini terutama yang
dekat dengan titik erupsi umumnya memperlihatkan struktur lempeng (sheeting joint), sedangkan makin jauh bentuknya masif dan vesikuler halus. Bentuk morfologi terjal tidak beraturan pada sebaran batuan ini umumnya di pengaruhi oleh pola struktur sesar yang cukup rumit, sedangkan morfologi membulat halus tercermin dari tingkat pelapukan batuan yang cukup lanjut atau di tutupi oleh endapan jatuhan piroklastik. Di sekitar Guci, lava ini mengalami sesar yang membentuk celah berarah baratlaut-tenggara sehingga daerah ini menjadi zona lemah, dimana terjadi hancuran batuan di sepanjang jalur patahan, ubahan hidrotermal juga di jumpai pada jalur ini. Endapan
rombakan
akibat
hancuran
tersebut
dapat
di petakan,
dengan
terbentuknya celah ini, memberikanbagi erupsi muda berikutnya dari G. Slamet, baik bereupa lava maupun aliran piroklastik. Bagian permukaan daerah lava ini umumnya di tutupi hutan primer atau hutan buatan yang di kuasai oleh perhutani. 3.2.6. Lava Kalipagu ( Lkp ) Sebaran lava ini cukup luas, menempati bagian tengah daerah pemetaan sekitar igir Dewa menerus ke arah selatan dan akhirnya mengisi bekas kawah tua G. Cendana dan G. Bunder. Batas antara lava ini terhadap lava G. Mingkrik (Lm) di bawahnya dan terhadap lava G. Slamet 1(LS1) di atasnya di dapatkan ciri aliran dari analisa potret udara. Batuan ini juga di tutupi oleh endapan jatuhan piroklastika G. Slamet 1 (Sjpl), dan daerah ini bentuk morfologinya lebih halus. Singkapan sulit untuk di telusuri karena tertutp oleh vegetasi yang cukup lebat dan tingkat pelapukan batuan yang telah lanjut pula, namun di bagian hulu Kalipagu (SI14), singkapan batuan cukup jelas diamati. Batuan terdiri dari lava andesit berwarna hitam gelap hingga abu-abu keputih-putihan, berstruktur porfiritik dengan fenokris plagioklas dan piroksin yang tertanam dalam masadasar kristalin abu-abu afanitik. Pada singkapan ini lava tersebut terbreksikan , dengan arah jalur mengikuti arah hulu sungai Kalipagu atau berarah tenggara baratlaut. Di bagian selatan, sebaran batuan ini menutupi endapan lahar Kali Logawa (lkl) dan batuan sedimen (Sm). Maka paling tidak aliran tersebut lebih muda dari lahar logawa dan berumur lebih tua dari periode pembentukannya sesar kalipagu yang mempengaruhinya. 3.2.7. Lava G. Slamet 1 (LS1)
Sebaran lava G. Slamet 1 (LS1) terdapat di sekitar kolam waduk pembangkit tenaga listrik di Kali Banjaran dan sekitar Kampung Ketengger. Berupa lapisan tipis yang menutupi bukit-bukit terjal. Kenampakan lapangan lava tersebut bersifat basaltik, memperlihatkan struktur kekar kolom berjarak antara 25 – 50 cm, berwarna abu-abu kehitaman, porfiritik dengan fenokkris terdiri dari olivin dan piroksin yang tertanam dalam masadasar afanitik abu-abu, di samping itu terdapat tekstur vesikuler. Kebagian barat-baratlaut di jumpai Lava Cendana (Lc) dan Lava Kalipagu (Lkg) dan terdapat sentuh sesar dengan lava tersebut, berarah tenggara-baratlaut, sedangkan lava G. Slamet 1 (LS1) tidak tersesarkan. Lava G. Slamet 1 menutupi Lava G. Cendana (Lc) dan Lava Kalipagu (Lkp), di perkirakan lava ini masuk ke dalam bekas kawah Cendana, dengan demikian umur Lava G. Slamet ini di guga lebih muda daripada
Lava G. Cendana setelah pembentukan sesar
Kalipagu. 3.2.8. Endapan Piroklastika Kerucut Angrun (ksa) Sebaran satuan ini terdapat disekitar Kampung Angrun, membentuk bukit, tampak adanya lubang kawah. Secara setempat-setempat batuan ini di tutupi oleh endapan jatuhan piroklaastika G. Slamet 1, sedangkan singkapan yang muncul di permukaan, yaitu pad bagian yang tertoreh dalam atau pada dinding bukit dengan tebing yang agak terjal. Singkapan yang baik dapat di temukan dekat pancuran Kampung Angrun dan di tepi jalan antara Kampung pengasinan dan Kampung Angrun, terdiri dari batuan piroklastika berupa bongkah bom dan skorea (5 cm – 25 cm), lapili (1 cm) dan abu, berwarna cokelat kemerahan sampai hitam, berlapis dengan ketebalan antara 15 cm sampai lebih dari 50 cm. Fragmen skoria berwarna abu-abu kehitaman, afanitik, di susun oleh plagiklas, olivin dan mineral hitam lainnya, di duga bersifat basaltis dan terdapat lubang keluarnya gas dengan diameter lubang sampai 4 mm, sedangkan pori-pori bekas gas ini kadang-kadang berbentuk bulat atau lonjong. Sebaran batuan yang setempat dan adanya fragmen skoria berukuran bongkah 5 cm – 25 cm memberikan perkiraan bahwa sumber erupsi relatif dekan dengan sebarannya. Satuan batuan ini menutupi lava andesit (Lm), jadi lebih muda dari lava tersebut dan berumur lebih tua dari endapan jatuhan piroklastika G. Slamet 1 sebagai lapisan
penutupnya. Karena pelapukan di daerah ini cukup tebal ( 2m – 3m ) dan merupakan daerah petanian yang subur, sebagian merupakan hutan pinus. 3.2.9. Lahar Bumijawa (lbj) Sebaran satuan ini cukup luas kearah baratlaut dan timurlaut G. Slamet. Lahar yang tersebar kearah baratlaut mulai dari Desa Guci mengikuti tebing sebelah barat dan timur Kali Gung hingga daerah Kedawung. Sebaran sekitar Bumijawa cukup luas mengisi lembah di antara batuan sedimen, endapannya mencapai puluhan meter. Batuan terdiri dari komponen dengan masadasar tersemen lumpur. Komponen terdiri dari bongkah andesit, kadang-kadang di jumpai yang telah terubah, ada juga yang berupa bom kerak roti dan batuan sedimen, menyudut sampai menyudut tanggung, berukuran 2 cm sampai 2 meter ( ukuran rata-rata 40 cm), pemilahan buruk, kompak, mengambang dalam masadasar pasir halus-kasar yang terekat oleh lumpur. Dalam keadaan lapuk berwarna abu-abu kehitaman sedangkan dalam keadaan segar berwarna abu-abu cokelat. Penyebaran lahar disebelah timurlaut terdapat di dataran sekitar Kampung Warungpring, sebelah utara Randudongkal dan sepanjang Kali Waluh. Disini singkapan baik terdapat di dekat jembatan Kali waluh (Kampung Darmalang yang cukup luas). Satuan lahar ini memperlihatkan warna abu-abu, kemas terbuka, pemilahan buruk dan kompak. Terdiri dari batuan beku andesit piroksin berukuran sampai bongkah (70 cm), menyudut tanggung, tertanam dalam masadasar berukuran pasir dengan semen lumpur. Tidak terdapat struktur perlapisan (masif) dengan porositas buruk. Pada umumnya satuan lahar ini tersingkap di atas batuan sedimen terlipat dan kedapatannya mengisi celah dalam lembah-lembah dari batuan sedimen seperti pulau. Bagian atas satuan lahar ini sudah mengalami pelapukan dengan ketebalan pelapukan 3m sampai 4m, berwarna cokelat kemerah-merahan, membentuk pedataran yang merupakan daerah persawahan yang subur, sedangkan bagian yang menonjol dan oleh penduduk setempat di pergunakan sebagai kebun cengkeh. Di sekitar Kali Gung daerah Bumijawa, satuan lahar tersebut membentuk bukit-bukit kecil, menyerupai “trap” (tangga) sisa torehan sungai, sehingga lembah-lembah di sini bertebing curam.
Satuan lahar ini tidak mengandung komposisi basaltik, di jumpai komponen andesitik yang telah terubah, dengan demikian dapat ditafsirkan bahwa satuan batuan ini berumur lebih tua adari lava basalt (SL2) di sekitarnya, atau paling tidak aktivitas akhir pembentukan lahar ini bersama dengan proses pengendapan guguran Guci (gg). 3.2.10. Endapan Guguran Guci (gg) Sebagai hasil rombakan dari bahan endapan gunungapi yang lebih tua, mengisi lembah sempit Kali Gung di sebelah baratlaut daerah pemetaan. Endapan guguran ini diperkirakan berasal dari rombakan kawah lama Tengguwak. Singkapan yang baik dapat di amati, seperti terlihat pada lokasi SI 28, SI 46, SI 48, SI 49, berupa fragmen dari batuan bersifat andesitik yang telah mengalami proses ubahan. Secara keseluruhan, endapan gunung in berwarna abu-abu kotor kecokelat-cokelatan, fragmen lebih dominan dari matriks, terlihat seperti tercuci, berukuran dari 0,4 cm sampai 30 cm, bentuk menyudut tanggung dan mempunyai kemas tertutup. Partikel-partikel halus terdiri dari batuan yang sama, sebagaian telah lapuk. Pada umumnya endapan guguran ini telah terubah, terbukti dengan di temukanya fragmen batuan yang terubah secara keseluruhan menjadi lempung (kaolin putih ke abu-abuan). Tidak jarang di temukan urat kuarsa dalam endapan guguran tersebut, oleh sebab itu proses ubahan mengawali rombakan batuan. Tanah lapukan cukup tebal mencapai 3 meter, berwarna cokelat muda sampai cokelat tua. Di gunakan sebagai areal tanam-tanaman palawija dan perkebunan oleh penduduk di sekitarnya. 3.2.11. Endapan Piroklastika Gunung Slamet 1 (Sjp1) Sebarannya sangat luas, menutupi hampir seluruh tubuh G. Slamet, baik morfologi tua maupun kerucut muda, terutama di daerah lereng dan kaki. Singkapannya mudah didapat, di pinggir jalan besar atau jalan ke hutan. Batuannya terdiri dari skoria merah sampai kehitam-hitaman, ukuran rata-rata 1 cm sampai 1,5 cm beberapa di antaranya ada yang berukuran sampai 20 cm, bercampur dengan sesikit litik basaltik. Perlapisannya cukup baik yang menunjukan perulangan pengendapan dengan memperlihatkan struktur perlapisan bersusun ( graded beding ) dari lapili sampai abu pada setiap lapisan. Sentuh antar lapisan kadang-kadang di tandai dengan pelapukan abu sampai
ketebalan 70 cm, tetapi ada yang sentuh langsung tanpa pelapukan. Kesan perlapisan juga dapat di bedakan dari perbedaan warna, makin ke bawah makin gelap. Banyak dan tebal tiap lapisan pada satu daerah berbeda dengan daerah lain, seperti terlihat pada beberapa penampang stratigrafi ( lampiran I, II, III, IV, dan V ). Sebagai contoh singkapan di sekitar Desa Pagentaran di pinggir jalan antara Kutabawa – Pulosari di jumpai lima paket lapisan dengan ketebalan 2,03 meter, sedangkan di sekitar Kampung Sudikampir di jumpai 10 sampai 12 paket lapisan piroklastika jatuhan yang tebal dari 5,41 meter. Dengan demikian endapan jatuhan piroklastik G. Slamet 1 (Sjp1), nisbi semakin menebal ke arah selatan, barat daya dan barat. Di sekitar daerah hancuran dekat Guci, piroklastika jatuhan ini ada yang bercampur dengan bahan rombakan dengan endapan jatuhan, tetapi makin ke atas di tutupi oleh endapan jatuhan semuanya berlapis baik. Pada umumnya endapan jatuhan ini keadanya lembab, sehingga pada bagian yang berbutir halus sampai abu terlihat seperti pelapukan masif, bagian ini mencapai 2 meter di dekat Kampung Sudikampir. Dapat dikenal endapan jatuhan piroklastika yang posisi stratigrafinya terletak di atas lava G. Slamet 2 (SL2) dan terletak di bawah lava G. Slamet 3 (SL3). Tebal seluruh singkapan ini lebih besar dari 5 meter, di susun oleh perselingan antara skoria dan abu gunungapi, berwarna merah, abuabu hingga putih kekuning-kuningan. Sentuh antara lapisan dicirikan oleh tanah pelapukan dengan ketebalan antara 40 sampai 70 cm, kehitam-hitaman, endapan ini sulit di pisahkan dengan endapan jatuhan piroklastika di bawahnya, sehingga seluruhnya dikelompokan menjadi satu satuan batuan (Sjp1). Oleh sebab itu kisaran umur pembentukan endapan jatuhan piroklastika Slamet 1 ini cukup panjang, yaitu di mulai dari pra endapan guguran Guci ( gg ) dan berakhir sebelum lava G. Slamet 3 di endapkan ( pra SL3 ). 3.2.12. Lava G. Slamet 2 ( LS2 ) Sebarannya cukup luas, terutama menempati bagian timur, tenggara dan sedikit muncul di bagian baratlaut daerah pemetaan. Sering mengisi lembah-lembah sempit di dasar sungai yang berhulu ke arah puncak G. Slamet. Hal ini jelas terlihat seperti di bagian timur-tenggara yang di tunjukan berupa sebaran cacing pada peta geologi. Di bagian utara, lava ini tersingkap pada bagian-bagian yang tertoreh dalam, tidak terpetakan karena di
atasnya di tutupi oleh lava G. Slamet 3 ( LS3 ) sangat luas sebarannya. Singkapan cukup jelas di amati, berupa lava basaltik, abu-abu hitam, bertekstur porfiritik, mengandung mineral olivin, piroksen ( beberapa di antaranya mencapai ukuran 3 mm ) dan mineral plagioklas. Umumnya terdapat tekstur vesikuler dengan lubang-lubang bekas keluarnya gas berdiameter antara 1 mm sampai 2 cm. Terhadap contoh batuan ini telah dilaksanakan penelitian laboraturium di bawah mikroskop (lava sekitar Gua Lawa). Batuan bertekstur porfiritik dengan fenokris plagioklas, olivin dan piroksen, tertanam dalam masadasar gelas volkanik dan mikrolit plagioklas. Memperlihatkan tekstur vesikuler berdiameter hingga 2,5 mm. Plagioklas ( 1k 62%) dari jenis labradorit sebagai fenokris dan masadasar, olivin ( 1k 6% ) berbentuk anhedralsubhedral dari ukuran 0,1 mm - 0,2 mm, sedangkan piroksen ( 1k 1% ) kehijau-hijauan dan umumnya berbentuk jarum. Gelas volkanik ( 1k.30% ) berwarna cokelat kotor cenderung mengisi ruang antar kristal fenokris, di samping itu di jumpai mineral bijih ( 1k.1% ), ubahan dari olivin, sedangkan limonit berwarna cokelat di duga hasil oksidasi mineral bijih ( sayatan lava Gua Lawa ). Berdasarkan pemerian, maka batuan tersebut dari jenis basalt. Pada pengamatan ini dibeberapa singkapan, di bawah jembatan Kali Gung mem perlihatkan struktur “columnar joint” bahkan dari kenampakan struktur ini dapat di taksirkan bahwa satuan lava ini terdiri dari lebih satu kali aliran. Pada lokasi (SL 43), ternyata lava ini menindih endapan lahar Bumijawa (lbj). Satuan lava ini ditutupi oleh endapan jatuhan piroklastika Slamet 1 ( Sjp1 ), terlihat pada lokasilokasi pengamatan dibagian timur daerah pemetaan. Dengan demikian lava G. Slamet 2 ( SL 2 ) berumur lebih muda dari lahar Bumijawa (lbj), atau di bandingkan dengan aliran piroklastika G. Slamet 1 ( Sap 1 ) yang menindih di atasnya, satuan lava ini berumur lebih tua. Tanah pelapukan batuan mencapai 1 meter yang di manfaatkan oleh pendudukan setempat menjadi areal perkampungan, perkebunan ( jagung, cengkeh, dan tanaman palawija lainnya ) ataupun merupakan areal kehutanan yang di usahakan oleh Perhutani. 3.2.13. Endapan Aliran Piroklastika G. Slamet 1 ( Sap 1 )
Sebaran terdapat di sekitar celah di sebelah tenggara Guci ( sebelah baratlaut G. Slamet ) mempunyai ketebalan hanya beberapa meter saja. Singkapan terdapat di anak Kali Gung sebelah tenggara kampung Guci (foto 18), terdiri dari aliran p iroklastika berwarna abuabu kehitaman, berukuran pasir, ketebalan pada singkapan sekitar 2,5 meter, mengandung fragmen litik dan skoria dari ukuran 4 mm – 10 cm. Aliran piroklastika ini di cirikan pula oleh lapisan arang (“charcoal”) pada lapisan bawahnya, keadaan disekitar singkapan tadi cukup lembab, juga di bagian atasnya terdapat pelapukan yang cukup tebal yang menyebabkan pula aliran piroklastika ini telah mengalami konsolidasi sehingga cukup kompak. Di bagian atas dan bawah endapan aliran piroklastika ini terdapat lapisan jatuhan piroklastika dengan ketebalan antara 20 cm – 30 cm, dengan demikian posisi stratigrafi endapan awan panas G. Slamet 1 ( Sap 1 ), terletak di antara endapan jatuhan piroklastika G. Slamet 1 bagian atas atau lebih muda dari endapan lava G. Slamet 2 ( SL 2 ). 3.2.14. Endapan Piroklastika Kerucut Lompong ( ksl ) Tersebar di sebelah timur G. Slamet, sekitar Kampung Sarangan Kutabawa, membentuk morfologi kerucut dengan puncak terpotong. Bukit-bukit tersebut di kenal sebagai G. Malang, G. Sari, G. Celekatakan, G. Terbang dan lainnya. Singkapan yang baik di temukan di G. Lompong, jembatan Kali Soso, G. Malang dan dekat Kampung Kepetek. Satuan endapan piroklastika kerucut sinder ini terdiri dari hasil erupsi masing-masing kerucut tersebut, berupa bom, skoria dan lapili, berwarna abu-abu kecokelatan sampai merah, basaltik dengan tekstur afanitik terdapat lubang vesikuler seperti sarang tawon dan terdapat adanya struktur perlapisan karena adanya gradasi. Analisa petrografi contoh batuan ini bertekstur skorius dengan komposisi mineral penyusunnya terdiri dari plagioklas, piroksin, gelas vulkanik dan mineral bijih ubahan dari olivin dan piroksin. Pada sayatan ini di jumpai struktur implikasi, plagioklas ( 1k 45% ) bentuk subhedral dengan ukuran maksimum 1,1 mm dari jenis labradorit, olivin ( 1k 8% ) berbentuk anhedral dan berukuran 0,08 mm – 0,5 mm, piroksin ( 1k 6 % ) berwarna kehijau-hijauan dan gelas volkanik ( 1k 44% ) berwarna cokelat kotor. Di samping itu di jumpai mineral bijih, hitam opaq sebagai ubahan dari olivin dan piroksen, jumlahnya lebih kurang 1%. Dari hasil pemeriksaan dan pemerian di atas, skoria ini dari jenis basalt. Menurut Sujanto, ( 1971 ), terjadinya endapan piroklastika kerucut sinder tersebut akibat penghancuran lava di
bawahnya dan kandungan gas di dalamnya, atau oleh tenaga penggilingan fragmen yang terdapat pada kepundan, kemudian di hembuskan berulang-ulang dan jatuh kembali di kepundan setelah terjadi letusan. Hal ini kurang sependapat dengan para pemeta, sebab hasil penelitian lapangan terhadap beberapa kerucut sinder ini, ternyata tidak di temukan fragmen litik atau peralihan skoria ke litik sebagai batuan penyusunnya. Disamping itu gejala “remelting” sebagian atau seluruhnya terhadap batuan tua tidak di jumpai. Disekitar Kampung Kepetek ditemukan sedikit fragmen batuan sedimen yaitu batulempung yang memperlihatkan sifat fisik asalnya. Kemungkinan fragmen batuan sedimen ini terbawa pada saat pelemparan skoria ke permukaan. Kerucut sinder terutama di susun oleh skoria basalt. Dengan demikian gejala magmatisme lebih mungkin mendominir pembentukan endapan piroklastika sinder tersebut. Sentuh langsung dengan satuan batuan lava G. Slamet 2 ditemukan pada singkapan dekat Kampung Kepetek, dimana lava G. Slamet 2 tersebut terletak di bawah endapan piroklastika kerucut sinder dan diatasnya ditutupi endapan jatuhan piroklastika G. Slamet 1. Oleh sebab itu endapan piroklastika kerucut sinder ini berumur lebih muda dari lava G. Slamet 2 ( SL2 ) dan lebih tua dari endapan jatuhan piroklastika G. Slamet 1 bagian atas, atau di perkirakan setara dengan posisi stratigrafi endapan awan panas G. Slamet 1 ( Sap 1 ). 3.2.15. Lahar Kali Banjaran Sebaran lahar ini terutama menempati daerah sebelah selatan tenggara G. Slamet, meliputi Kali Banjaran hingga batas selatan dan timur daerah yang di petakan. Disamping itu di jumpai pula di sebelah utara G. Slamet yaitu pada daerah sekitar bukit kancil dan Kali Angin Desa Cikendung. Daerah sebaran umumnya membentuk morfologi relatif datar dengan tingkat pelapukan batuan yang sudah lanjut. Ciri litologi satuan yang menepati bagian sebelah utara agak berbeda dengan yang terdapat di sebelah selatan tenggara. Di sebelah utara, seperti yang terdapat di Kali Lereng, desa Cikudung, endapan lahar ini berwarna abu-abu, mono komponen basalt berdiameter 2 cm – 45 cm, bulat – tanggung, matrik abu gunungapi dari ukuran pasir halus hingga sedang, terpilah buruk dan sifatnya kompak, di atasnya di tutupi oleh lava G. Slamet 3. Endapan lahar di sini umumnya
berasosiasi dengan endapan flufial dan di duga posisi endapan flufial ini terletak di bawah endapan lahar. Singkapan yang baik endapan flufial di jumpai di sekitar Bukit Kancil dan Kali Angin Desa Cikedung, mempunyai--------------hal 54