KATA PENGANTAR
Makalah ini dimaksudkan untuk membahas sistem struktur dan konstruksi dari bangunan dengan ketinggian sedang (medium-rise building). Penugasan ini membimbing kami untuk lebih mengerti penerapan desain struktur pada bangunan tinggi. Untuk penugasan ini kami menggunakan hotel Papandayan sebagai objek penelitian. Hotel ini memenuhi syarat sebagai bangunan bertingkat sedang. Ucapan terima kasih penulis sampaikan pada semua pihak yang telah mendorong dan membantu penulis sehingga akhirnya makalah ini dapat diselesaikan. Ucapan terima kasih terutama penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat serta rahmat-Nya serta kesehatan yang diberikan kepada penulis sehingga makalah ini dapat terselesaikan. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Ibu Nancy, Ir. MT. yang telah memberikan ilmu tentang struktur dan konstruksi bangunan tingkat tinggi sehingga penulis mampu menyelesaikan makalah ini. Penulis sudah berusaha untuk menyelesaikan makalah ini dengan sebaik mungkin. Namun apabila masih ada kekurangan, penulis mengharapkan kritik dan saran agar makalah ini dapat diperbaiki dan disempurnakan sehingga dapat memenuhi tujuan yang ingin dicapai.
DATA BANGUNAN
Nama bangunan
: Hotel Papandayan
Alamat
: Jl. Gatot Subroto No : 83 Bandung
Tinggi bangunan
: 28 m
Jumlah lantai bangunan
: 7 lantai
Kategori konstruksi
: medium rise
Material struktur
: beton
Lobby Hotel Papandayan
Restoran Talaga Bodas
Room
Big Swimming Pool
SISTEM STRUKTUR Hotel Papandayan ini menggunakan struktur rigid frame dua arah. Pola struktur bangunan ini berupa grid dengan sambungan yang kaku untuk membentuk bidang vertikal dan horisontal. Bidang vertikal dari bangunan ini dibentuk oleh kolom dan balok beton. Sedangkan bidang horisontalnya terdiri atas balok dan gelagar. Pola grid ini diterapkan karena bangunan ini merupakan bangunan hotel di mana tiap lantainya terbagi atas ruangan-ruangan kamar, sehingga pola ini sangat efisien untuk pembagian ruang kamar.
Pertimbangan Umum Rancangan Pemilihan struktur untuk bangunan tinggi tidak hanya berdsarkan atas pemahaman struktur dalam konteksnya semata. Pemilihannya lebih ke arah faktor fungsi dikaitkan dengan kebutuhan budaya, sosial, ekonomi, dan teknologi. Pada bangunan ini, struktur yang dipilih adalah rigid frame. Pertimbangan pemilihan struktur ini ialah :
Pertimbangan umum ekonomi Bangunan ini memilih menggunakan konstruksi beton karena pertimbangan biaya. Bila dibandingkan, penggunaan konstruksi baja yang dapat menghemat dari segi dimensi kolom dan balok, tinggi bangunan dapat direduksi, namun dalam kasus ini tinggi bangunan yang dapat direduksi tidak terlalu menimbulkan efek yang berarti karena bangunan ini hanya terdiri dari 7 lantai. Mahalnya harga baja menjadi pertimbangan developer dari segi ekonomi sehingga developer memutuskan penggunaan material beton menjadi pilihan utama karena lebih murah dan efisien.
Kondisi tanah Pondasi atau substruktur akan mengikat superstruktur ke tanah. Pondasi ini menerima beban dan meneruskannya ke tanah yang akan mampu menerimanya. Pada site ini, daya dukung tanah termasuk rendah karena tanah keras berada pada kedalaman yang cukup jauh dari permukaan tanah. Oleh karena itu, developer memilih pondasi tiang pancang karena pondasi tiang pancang dapat mencapai lapisan pendukung yang diinginkan.
Rasio tinggi – lebar suatu bangunan Kekakuan struktur bangunan bergantung pada ukuran dan jumlah trave, sistem struktur, dan kekakuan unsur dan sambungan. Rasio tinggi – lebar umum untuk suatu struktur rangka bidang berkisar dari 5 sampai 7. Pada bangunan ini, lebar bangunan 12,5 meter, sedangkan tinggi bangunan 25 meter. Rasio lebar berbanding tinggi adalah 1 : 2. Sebenarnya bangunan ini bisa dibangun sampai ketinggian 62,5 meter, namun karena alasan biaya dan kebutuhan ruang, maka bangunan ini hanya dibangun dengan ketinggian 25 meter. Dengan ketinggian ini, bangunan menjadi lebih kaku tetapi menjadi kurang efektif.
Pertimbangan mekanis Pada bangunan ini area servis seperti lift, tangga, dan pipa-pipa berada di satu lokasi sehingga sistem penyalurannya menjadi lebih mudah.
Pertimbangan tingkat bahaya kebakaran Bangunan ini memiliki dua tangga kebakaran tetapi tangga kebakaran ini tidak memenuhi standart karena tangga ini tidak struktural (tidak memiliki struktur yang terpisah dari struktur bangunan) sehingga ketika bangunan utama runtuh maka struktur tangga juga ikut runtuh. Struktur ini juga tidak tahan api dan kolom tangga sama dengan kolom bangunan, hal ini mengakibatkan evakuasi tidak dapat berjalan dengan baik.
Penyaluran Gaya
SISTEM KONSTRUKSI Konstruksi yang digunakan pada Hotel Papandayan adalah beton. Pemilihan konstruksi ini disebabkan karena beberapa faktor, yaitu :
Faktor kekakuan Dari konstruksi beton tingkat kekakuannya lebih kaku dibandingkan dengan konstruksi baja.
Faktor maintenance Dengan menggunakan konstruksi beton, maka bangunan ini memiliki konstruksi yang free maintenance. Beton lebih tahan terhadap cuaca sehingga perawatan menjadi lebih mudah dan murah.
Faktor biaya Pembangunan konstruksi beton dan perawatannya jauh lebih murah dibandingkan dengan konstruksi baja. Selain itu, konstruksi beton lebih sering digunakan di Indonesia sehingga pengerjaanya lebih mudah dan murah.
Faktor keamanan Konstruksi beton lebih tahan api sehingga memungkinkan interval waktu evakuasi saat kebakaran yang relatif lebih lama dibandingkan dengan konstruksi baja.
Faktor lapangan Hotel Papandayan ini selesai dibangun pada tahun 1994, menurut kami pada saat itu konstruksi beton fabrikasi belum terlalu populer sehingga pengecoran konstruksi beton dilakukan di tempat. Di samping itu faktor pengawasan lapangan pun menjadi lebih terkontrol. Pengecoran di tempat juga mempermudah dalam proses pengangkutan.
INTEGRASI STRUKTUR DENGAN ARSITEKTUR Seperti disebutkan pada poin sebelumnya, bangunan ini menggunakan sistem struktur rigid frame. Grid struktur ini disesuaikan dengan modul kamar, tiap satu grid 8m x 5,5m untuk dua kamar berukuran 4mx7m. Grid tersebut tidak ada kaitannya dengan parkir basement karena parkir terletak di area yang berbeda dari massa tower .
Massa Podium
Massa tower
5.50
7.00
5.50
Km/wc selasar
kamar
INTEGRASI STRUKTUR DENGAN MEKANIKAL ELEKTRIKAL Hotel Papandayan memiliki sebuah shaft ME dan beberapa shaft kecil yang melayani di tiap dua kamar untuk massa tower. Air kotor dari tiap kamar dialirkan melalui shaft-shaft kecil tersebut sampai ke lantai ME di atas lantai podium. Dan di lantai ME itu saluran-saluran yang ada digabungkan ke shaft utama. Sedangkan untuk elektrikalnya, seperti lift, dumb waiter, diletakkan pada area pertemuan massamassa tower. Tapi shaft-shaft tersebut tidak berfungsi sebagai core, hal ini terlihat dari adanya kolom yang membuktikan bahwa shaft tersebut tidak berdiri sendiri sebagai core beton yang kaku. Melihat letak jalur-jalur vertikal yang berada di pertemuan antar massa sebenarnya cukup berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai core yang mengikat kedua massa tersebut sehingga bangunan menjadi lebih kaku. Menurut pengamatan kami, perletakan shaft yang berada di antara massa tersebut lebih mempertimbangkan tuntutan efisiensi sirkulasi daripada kemungkinan memfungsikan shaft sebagai core yang mengikat kedua massa sebagai pengkaku bila terjadi gempa. Menurut kami penerapan core beton sekaligus sebagai shaft lift dikarenakan posisinya yang tepat berada di sambungan antar massa berpotensi bisa mendapatkan keuntungan sekaligus di segi sirkulasi maupun struktural. Sehingga pengunaan kolom pun dapat dikurangi dan kekakuan bertambah. Namun bila diselesaikan dengan dilatasi, keputusan untuk tidak menjadikan shaft lift sebagai core adalah tepat karena dengan dilatasi massa tower menjadi benar-benar terpisah menjadi dua. Dengan adanya core yang kaku, keseimbangan titik kekakuan dengan titik pusat beban dari massa tersebut justru menjadi tidak imbang. Dengan demikian core tersebut bukan hanya tidak berfungsi dengan baik, justru menjadi potensi terjadinya puntir bila bangunan mengalami gaya gempa.
dilatasi
Shaft lift
TAHAPAN MEMBANGUN Hotel Papandayan yang selesai dibangun pada tahun 1994 ini memiliki tahapan pembangunan sebagai berikut :
Bangunan 1 Karena ini merupakan area penunjang bagi Hotel Papandayan,sehingga area ini menjadi area penting yang memerlukan perhitungan yang matang.
Bangunan 2 Merupakan area podium yang dibangun setelah area servis. Hal ini dikarenakan area podium letaknya dekat dengan area servis dan pada tapak,area podium ini letaknya di belakang,sehingga alat-alat berat yang digunakan tidak akan mengganggu bangunan yang sudah ada.
Bangunan 3 Area tower ini merupakan tahapan pembangunan yang ke 3.Setelah podium selesai di bangun maka tahap berikutnya adalah tower.Pembangunan tower ini masih satu kesatuan dengan podium,letaknya pun berada di atas podium.
Tower yang dibangun pertama kali adalah tower yang menghadap ke utara,setelah itu baru dibangun tower yang menghadap ke timur.
Bangunan 4 Bangunan yang dibangun berikutnya adalah ballroom.Sebagai tempat menerima pengunjung,dan letaknya berada di bagian depan pada tapak,maka pembangunannya pun paling terakhir yang dikerjakan,hal ini dikarenakan penggunaan alat berat agar tidak mengganggu bangunan yang sudah ada.
Bangunan 5 Yang dibangun paling terakhir sampai dengan renovasi saat ini adalah area semi basement.Hal ini dilakukan sebagai sebab akibat dari perubahan renovasi Hotel Papandayan yang awalnya bintang 3 berubah menjadi bintang 5,sehingga penambahan semi basement juga harus dilakukan untuk memenuhi kebutuhan area parkir.