KESIAPAN PENINGKATAN PERKEMBANGAN INFANT DAN TOODLER Dosen pengampu: Zumrotul Choiriyyah, S.Kep., Ns., M.Kes
Disusun Oleh: 1. Devi Martiana 2. Dewi Susilowati 3. Haryanti 4. Lysta Thiaraciwi 5. Hamnil Novriana 6. Agung Nugroho 7. Dwi Septi Wulansari 8. M. Handi D 9. Sandi Yudha 10. Zudit Zulkarnaim
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS NGUDI WALUYO UNGARAN 2016
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Aspek tumbuh kembang pada anak dewasa ini adalah salah satu aspek yang diperhatikan secara serius oleh para pakar, karena hal tersebut merupakan aspek yang menjelaskan mengenai proses pembentukan seseorang, anak secara fisik maupun psikososial. Namun sebagian orang tua belum memahami hal ini, terutama orang tua yang mempunyai tingkat pendidikan dan sosial ekonomi yang relatif rendah. Untuk mencapai perkembangan tumbuh kembang anak yang optimal perlu diperhatikan beberapa aspek perkembangan, yakni sensoris, motorik, komunikasi bahasa dan bicara, kognitif, kreatifitas seni, urus diri, emosi social, kerja sama dan leadership, serta moral dan spiritual. Dimana perkembangan itu berkaitan dengan perkembangan otak anak juga. Jika melihat dari perkembangan otak, otak terbagi menjadi 2 sisi, yakni otak kiri (hard skill 10%) spesifik competenciens yakni berhubungan dengan logika, berhitung, rasional, dan merencanakan. Otak kanan (soft skill 90%) basic competenciens sensitiveness, self controlling, vision, commu nication, risk taking dan continual learning. Kemudian dalam tahap perkembangan tumbuh kembang anak, anak berusia 12 bulan seharusnya sudah bisa untuk berjalan dituntun, makan dengan sendok, dipanggil dating, dan bicara lebih dari 8 kata. Usia 18 bulan sudah bisa untuk naik tangga dibantu, susun balok enam dan mengikuti mimic. Anak usia 1 – 2 tahun cenderung gerakannya memakai otat – otat – otot besar, bergerak dengan banyak komponen tubuh dan dapat merangsang oksigenasi otak. Dan untuk mengetahui anak sudah siap jalan atau belum dapat dilihat dari reflex jinjit (plantar reflek) yang mulai hilang, atau sudah dapat melakukan koordinasi komplek. Angka kematian bayi di Indonesia tertinggi di Asia Tenggara. Karenanya, hal itu menjadi kegiatan prioritas Departemen Kesehatan pada periode 2005-2009. Menurut Survei Demografi Keehatan Indonesia 2002-2003, Angka Kematian Bayi (AKB) tercatat 35 per 1.000 kelahiran hidup. Depkes menargetkan pada tahun 2009 AKB menjadi 26 per 1.000 kelahiran hidup. Gizi kurang Pada tahun yang sama prevalensi gizi kurang pada anak balita akan diturunkan dari 25,8 persen menjadi 20 persen dan umur harapan hidup dinaikkan dari 66,2 tahun menjadi 70,6 tahun. (Depkes, 2007)
B. Rumusan Masalah 1. Apa pengertian tentang perkembangan fisik anak usia infant dan usia toddler? 2. Bagaimana tahap perkembangan usia infant dan usia toddler? 3. Apa ciri-ciri anak usia infant? 4. Bagaimana bentuk karakteristik anak usia toddler? 5. Apa faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang anak?
C. Tujuan Masalah 1. Mahasiswa mengetahui tentang perkembangan fisik anak usia infant (0-12 bulan) dan usia toddler 2. Mahasiswa mengetahui tentang tahap perkembangan usia infant dan usia toddler 3. Mahasiswa mengetahui tentang ciri-ciri anak usia infant 4. Mahasiswa mengetahui tentang karakteristik perkembangan anak usia toddler 5. Mahasiswa mengetahui faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang anak
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Perkembangan Pada Usia Infant dan Todd ler Perkembangan merupakan perubahan terjadi dari individu dengan bertambahnya kemampuan dan fungsi tubuh dari yang sederhana ke yang lebih kompleks, sebagai hasil dari proses pematangan. Di dalam proses perkembangan terdapat pematangan sel-sel tubuh, organ-organ, dan sistem organ yang berkembang sehingga masing-masing dapat melakukan fungsinya (Chamida, 2009). Menurut Monks (2001) dalam buku tulisan Desmita (2009), pengertian perkembangan menunjuk pada suatu proses kearah yang lebih sempurna dan tidak dapat diulang kembali. Perkembangan menunjuk pada perubahan yang bersifat tetap dan tidak dapat diputar kembali. Perkembangan juga diartikan sebagai proses yang kekal dan tetap yang menuju kearah suatu organisasi pada tingkat integrasi yang lebih tinggi, berdasarkan pertumbuhan, pematangan,dan belajar (Desmita, 2009). Fase Infancy adalah periode pertama kehidupan sesudah kelahiran ketika individu yang bersangkutan relatif sangat tidak berdaya dan bergantung sekali pada orang tuanya. Istilah ini biasanya diterapkan hanya pada tahun yang pertama. Skinner mengemukakan bahwa fase infancy adalah masa dua tahun pertama setelah kelahiran. Toodler adalah periode dimana anak memiliki rentang usia 12 – 36 bulan. Masa ini merupakan masa eksplorasi lingkungan yang intensif karena anak berusaha mencari tahu bagaimana semua terjadi dan bagaimana mengontrol orang lain melalui perilaku tempertrantrum, negatifisme, dan keras kepala. Masa ini merupakan periode yang sangat penting untuk pencapaian perkembangan dan pertumbuha n intelektual (Wong, 2004). Toddler menurut National Association For The Education Of Young Childern (NAEYC) ialah anak yang mulai berjalan sendiri sampai dengan usia tiga tahun. Perkembangan anak usia toddler adalah bertambahnya fungsi tubuh, seperti pendengaran, penglihatan, kecerdasan dan tanggung jawab.
B. Tahap Perkembangan Infant dan Toodler Pada usia infant dan toddler, perkembangannya meliputi perkembangan pada motorik kasar, motorik halus, perilaku sosial, dan bahasa (Kemenkes R I, 2010). 1. Perkembangan Motorik Kasar Merupakan bagian dari aktivitas motorik yang melibatkan keterampilan otot-otot besar atau kasar. Kemampuan menggunakan oto-otot besar bagi anak merupakan kemampuan gerak dasar (Suhartini, 2007). Perkembangan motorik kasar pada tiap tahap perkembangan anak adalah sebagai berikut: a. Usia 1-4 Bulan Perkembangan motorik kasar pada usia ini dimulai dengan kemampuan mengangkat kepala saat tengkurap, mencoba duduk sebentar dengan ditopang, mampu duduk dengan kepala tegak, jatuh terduduk di pangkuan ketika disokong pada posisi berdiri, kontrol kepala sempurna, mengangkat kepala sambil berbaring terlentang, berguling dari telentang ke miring, posisi lengan dan tungkai kurang fleksi, dan berusaha untuk merangkak (Hidayat,2008). b. Usia 4-8 Bulan Perkembangan motorik kasar awal pada bulan ini data dilihat pada perubahan dalam aktivitas, seperti posisi telungkup pada alas dan sudah mulai mengangkat kepala dengan melakukan gerakan menekan kedua tangannya. Pada bulan ke-4 sudah mampu memalingkan kepala ke kanan dan ke kiri; duduk dengan kepala tegak; membalikkan badan; bangkit dengan kepala tegak; menumpu badan pada kaki dengan lengan berayun ke depan dan ke belakang; berguling dari telentang ke tengkurap; serta duduk dengan bantuan dalam waktu yang singkat (Hidayat,2008). c. Usia 8-12 Bulan Perkembangan motorik kasar dapat diawali dengan duduk tanpa pegangan, berdiri dengan pegangan, bangkit lalu berdiri, beridiri 2 detik, dan berdiri sendiri (Hidayat,2008). d. Usia 1-3 Tahun Dalam perkembangan masa anak terjadi perkembangan motorik kasar secara signifikan. Padamasa ini anak sudah mampu melangkah dan berjalan dengan tegak.
Sekitar usia 18 bulan anak mampu menaiki tangga dengan cara satu tangan dipegang. Pada akhir tahun ke-2 sudah mampu berlari-lari, menendang bola, dan mulai mencoba melompat (Hidayat,2008).
2. Perkembangan Motorik Halus Segala aspek kemampuan yang melibatkan otot-otot kecil dan bagian tubuh tertentu saja. Namun memerlukan koordinasi yang cermat (Chamida, 2009). Perkembangan motorik halus pada tiap tahap perkembangan anak adalah sebagai berikut: a. Usia 1-4 Bulan Perkembangan motorik halus pada usia ini adalah dapat melakukan hal-hal seperti memegang suatu objek, mengikuti objek dari sisi ke sisi, mencoba memegang dan memasukkan benda ke dalam mulut, memegang benda tapi terlepas, memerhatikan tangan dan kaki, memegang benda dengan kedua tangan, serta menahan benda di tangan walaupun hanya sebentar (Hidayat,2008). b. Usia 4-8 Bulan Perkembangan motorik halus pada usia ini adalah sudah mulai mengamati benda, menggunakan ibu jari dan jari telunjuk untuk memegang, mengekplorasi benda yang sedang dipegagng, mengambil objek dengan tangan tetangkup, mampu menahan kedua benda di kedua tangan secara simultan, menggunakan bahu dan tangan sebagai satu kesatuan, serta memindahkan objek dari satu tangan ke tangan yang lain (Hidayat,2008). c. Usia 8-12 Bulan Perkembangan motorik halus pada usia ini adalah mencari atau meraih benda kecil, bila diberi kubus mampu memindahkan, mengambil, memegang dengan telunjuk dan ibu jari, membenturkannya, serta meletakkan bedan atau kubus ke tempatnya (Hidayat,2008). d. Usia 1-3 Tahun Perkembangan motorik halus pada usia ini dapat ditunjukkan dengan adanya kemampuan dalam mencoba menyusun atau membuat menara pada kubus (Hidayat,2008).
3. Perkembangan Perilaku Sosial Kemampuan
mandiri
bayi
dalam
bersosialisasi
dan
berinteraksi
dengan
lingkungannya. Perkembangan pda masa bayi ini ditunjukkan dengan adanya tandatanda tersenyum dan mulai menatap wajah orang lain untuk mengenali seseorang (Chamida, 2009). Perkembangan perilaku pada tahap tumbuh kembang tiap usia adalah sebagai berikut: a. Usia 1-4 Bulan Perkembangan perilaku sosial pada usia ini dapat diawali dengan kemampuan mengamati tangannya; tersenyum spontan dan membalas senyum bila diajak tersenyum; mengenal ibunya dengan penglihatan, penciuman, pendengaran, dan kontak; tersenyum pada wajah manusia; waktu tidur dalam sehari lebih sedikit daripada waktu terjaga; membentuk siklus tidur bangun; menangis bila terjadi sesuatu yang aneh; membedakan wajah- wajah yang dikenal dan tidak dikenal; sennag menatap wajah-wajah yang dikenalnya; serta terdiam bila ada orang yang tak dikenal (asing) (Hidayat,2008). b. Usia 4-8 Bulan Perkembangan perilaku sosial pada usia ini antara lain anak merasa takut dan terganggu dengan keberadaan orang asing, mulai bermain dengan mainan, mudah frustasi, serta memukul-mukul lengan dan kaki jika sedang kesal (Hidayat,2008). c. Usia 8-12 Bulan Perkembangan perilaku sosial pada usia ini dimulai dengan kemampuan bertepuk tangan, menyatakan keinginan, sudah mulai minum dengan cangkir, menirukan kegiatan orang, bermain bola atau lainnya dengan orang lain (Hidayat,2008). d. Usia 1-3 Tahun Perkembangan adaptasi sosial masa anak dapat ditunjukkan dengan adanya kemampuan membantu kegiatan di rumah, menyuapi boneka, mulai menggosok gigi, serta mencoba mengenakan baju sendiri (Hidayat,2008).
4. Perkembangan Bahasa
Kemampuan untuk bayi dalam memberikan respon terhadap suara, megikuti perintah dan berbicara spontan. Perkembangan bahasa pada masa ini dapat ditunjukkan dengan adanya kemampuan bersuara (menangis) dan bereaksi terhadap suara atau bel (Chamida, 2009). Berikut ini akan disebutkan perkembangan bahasa pada tiap tahap usia anak: a. Usia 1-4 Bulan Perkembangan bahasa pada usia ini ditandai dengan adanya kemampuan bersuara dan tersenyum, mengucapkan huruf hidup, berceloteh, mengucapkan kata “ooh/aah”, tertawa dan berteriak, mengoceh spontan, serta bereaksi dengan mengoceh (Hidayat,2008). b. Usia 4-8 Bulan Perkembangan bahasa pada usia ini adalah dapat menirukan bunyi atau kata-kata, menoleh kearah suara atau sumber bunyi, tertawa, menjerit, menggunakan vokalisai semakin banyak, serta menggunakan kata yang terdiri atas dua suku kata dan dapat membuat dua bunyi vocal yang bersamaan seperti “ba- ba” (Hidayat,2008). c. Usia 8-12 Bulan Perkembangan bahasa pada usia ini adalah mampu mengucapkan kata “papa” dan “mama” yang belum spesifik, mengoceh hingga mengatakannya secara spesifik, serta dapat mengucapkan 1-2 kata (Hidayat,2008). d. Usia 1-3 tahun Perkembangan bahasa masa anak ini adalah dicapapinya kemampuan bahasa pada anak yang mulai ditandai dengan anak mampu memiliki sepuluh perbendaharaan kata; tingginya kemampuan meniru, mengenal, dan responsive terhadap orang lain; mampu menunjukkan dua gambar’ mampu mengombinasikan kata-kata; serta mulai mampu menujukkan lambaian anggota badan (Hidayat,2008).
C. Ciri-Ciri Masa Infant Ciri-ciri masa infancy dapat membedakan masa bayi dari periode-periode sebelumnya dan sesudahnya. Hurlock menggolongkan ciri-ciri masa infancy antara lain sebagai berikut : 1. Masa bayi adalah Masa Dasar yang Sesungguhnya
Masa bayi adalah dasar periode kehidupan yang sesungguhnya karena pada saat ini banyak pola perilaku, sikap dan pola ekspresi yang terbentuk. Ada empat alasan yang menyebabkan mengapa dasar-dasar yang diletakkan pada masa bayi adalah penting. Pertama, berlawanan dengan tradisi, sifat-sifat yang buruk tidak berkurang dengan bertambahnya usia anak; sebaliknya, pola-pola yang terbentuk pada permulaan kehidupan cenderung mapan, apakah itu sifat yang baik atau buruk, berbahaya atau bermanfaat. Kedua, kalau pola perilaku yang kurang baik atau kepercayaan dan sifat yang buruk mulai berkembang, maka semakin cepat hal itu diperbaiki akan semakin mudah bagi anak untuk berubah. Ketiga, karena dasar-dasar awal cepat berkembang menjadi kebiasaan melalui pengulangan, maka dasar-dasar itu akan selamanya mempengaruhi penyesuaian pribadi dan sosial. Dan keempat, karena faktor belajar dan pengalaman memainkan peran yang penting dalam perkembangan, hal itu dapat diarahkan dan dikendalikan sehingga perkembangannya sejajar dengan jalur yang memungkinkan terjadinya penyesuaian pribadi dan sosial yang baik. 2. Masa Bayi adalah Masa Dimana Pertumbuhan dan Perubahan Berjalan Pesat Bayi berkembang pesat, baik secara fisik maupun secara psikologis. Pertumbuhan dan perubahan intelek berjalan sejajar dengan pertumbuhan dan perubahan fisik. Tidak ada perubahan yang lebih menonjol selain dalam kemampuan bayi untuk mengenali dan bereaksi kepada orang-orang dan objek-objek dalam lingkungan. 3. Masa Bayi adalah Masa Berkurangnya Ketergantungan Berkurangnya ketergantungan pada orang lain merupakan efek dari pesatnya perkembangan pengendalian tubuh yang memungkinkan bayi duduk, berdiri, berjalan dan menggerakkan benda-benda. Kemandirian juga meningkat dengan berkembangnya kemampuan bayi untuk mengkomunikasikan kebutuhan-kebutuhannya kepada yang lain. Gerakan-gerakan bayi yang acak dan menyeluruh kembali menjadi gerakan yang terkoordinir sehingga memungkinkan bayi melakukan sendiri hal-hal yang sebelumnya harus dilakukan orang lain. 4. Masa Bayi adalah Masa Meningkatnya Individualitas
Individualitas
tampak
dalam
penampilan
dan
pola-pola
perilaku
dan
memungkinkan bayi mengembangkan hal-hal yang sesuai dengan minat dan kemampuannya.
5. Masa Bayi adalah Permulaan Sosialisasi Egosentrisme, yaitu diri bayi yang muda belia, cepat berubah menjadi keinginan untuk menjadi bagian dari kelompok sosial. Bayi mengembangkan ikatan emosi yang kuat dengan ibunya jauh sebelum periode masa bayi berakhir. Dari pemuasan perilaku akrab inilah berkembang hubungan dengan orang lain yang hangat dan kekal. 6. Masa Bayi adalah Permulaan Berkembangnya Penggologan Peran-Seks Hampir dari saat dilahirkan anak laki-laki diperlakukan sebagai anak laki-laki dan anak perempuan diperlakukan sebagai anak perempuan. Tekanan pada anak perempuan untuk bersikap sesuai dengan jenis kelaminnya sejak masa bayi tidak terlampau kuat seperti tekanan pada anak laki-laki, meskipun penggolongan peran-seks merupakan bagian dari awal pendidikan anak perempuan. Secara tidak langsung anak perempuan peran-seksnya sudah ditetapkan pada masa bayi dengan memperbolehkan mereka menangis dan menunjukkan tanda-tanda lain “kelemahan wanita” yang tidak diperkenankan pada bayi laki-laki.
D. Karakteristik Umum Perkembangan Usia Toddler 1. Pertumbuhan dan Perkembangan Biologis Secara umum pertumbuhan baik dari segi berat maupun tinggi badan berjalan cukup stabil/ lambat.Rata-rata bertambah sekitar 2,3 kg /tahun,sedangkan tinggi badan bertambah sekitar 6 – 7 cm / tahun ( tungkai bawah lebih dominant untuk bertambah dibanding anggota tubuh lain ).Hampir semua fungsi tubuh sudah matang dan stabil sehingga dapat beradaptasi dengan berbagai perubahan dan stress,sehingga saat ini sudah bisa diajarkan toilet training. Pada fase ini perkembangan motorik sangat menonjol. 2. Perkembangan psikososial Pengertian Teori perkembangan psikoseksual yang dikemukakan oleh Freud mengatakan bahwa setiap makhluk hidup pasti mengalami pertumbuhan dan
perkembangan, begitu pula manusia juga mengalaminya. Freud mengatakan bahwa seksualitas adalah faktor pendorong terkuat untuk melakukan sesuatu dan bahwa pada masa anak-anak pun mengalami ketertarikkan dan kebutuhan seksual. Apabila tahaptahap psikoseksual selesai dengan sukses, hasilnya adalah kepribadian yang sehat. Jika masalah tertentu tidak diselesaikan pada tahap yang tepat, fiksasi dapat terjadi. fiksasi adalah fokus yang gigih pada tahap awal psikoseksual. Sampai konflik ini diselesaikan, individu akan tetap “terjebak” dalam tahap ini. Misalnya, seseorang yang terpaku pada tahap oral mungkin terlalu bergantung pada orang lain dan dapat mencari rangsangan oral melalui merokok, minum, atau makan. Sifat-sifat umum Perkembangan Psikoseksual Anak Pada Usia 1-3 Tahun Dibagi dua fase : a) Fase Anal Pada fase ini fungsi tubuh yang memberi kepuasan berkisar pada sekitar anus. Tugas perkembangan yang harus dilalui anak adalah melakukan kontrol terhadap BAB dan BAK, dan bila tercapai anak akan senang melakukan sendiri. Sedangkan bila tugas perkembangan tidak tercapai akan muncul beberapa masalah seperti anak akan menahan dan melakukannya dengan mempermainkan.Peran lingkungan adalah membantu anak untuk belajar mengontrol pengeluaran (melakukan Toilet Training), yaitu suatu konsep bersih dimana anak belajar mengontrol pengeluaran tepat waktu dan tempat serta dapat melakukan dengan mandiri. Adapun kreteria yang umumnya ditemukan antara lain:
Kehidupan anak berpusat pada kesenangan anak terhadap dirinya sendiri, sangat egoistik, mulai mempelajari struktur tubuhnya.
Pada fase ini tugas yang dapat dilaksanakan anak adalah latihan kebersihan. c. Anak senang menahan feses, bahkan bermain-main dengan fesesnya sesuai dengan keinginanya.
Untuk itu toilet training adalah waktu yg tepat dilakukan dalam periode ini. e. Masalah yang yang dapat diperoleh pada tahap ini adalah bersifat obsesif (ganggan pikiran) dan bersifat impulsif yaitu dorongan membuka diri, tidak rapi, kurang pengendalian diri.
b) Fase Perkembangan Moral
Menurut Kohelberg, tingkatan pertama dari perkembangan moral adalah prekonvensional ketika anak merespon pada label “baik” atau “buruk”. Selama tahun kedua kehidupan, anak mulai belajar mengetahui beberapa aktifitas yang mendatangkan pengaruh dan persetujuan. Mereka juga mengenal ritual-ritual tertentu, seperti mengulang bagian dari doa-doa. Saat usia dua tahun, toddler belajar pada perilaku orang tua mereka yang berkaitan dengan urusan moral. Pola disiplin mempengaruhi perkembangan moral toddler :
Hukuman fisik dan pengambilan hak-hak khusus cenderung membentuk moral yang negatif.
Menghilangkan
cinta
dan
perasaan
sebagai
bentuk
dari
hukuman
menimbulkan perasaan bersalah pada toddler.
Disiplin diukur secara tepat dengan memberikan penjelasan yang sederhana mengapa perbuatan nya tidak diperbolehkan, memberikan pujian terhadap perbuatan yang baik.
Pengertian menurut Erikson teori perkembangan psikososial ini adalah salah satu teori kepribadian terbaik dalam psikologi. Seperti Sigmund Freud, Erikson percaya bahwa kepribadian berkembang dalam beberapa tingkatan. Salah satu elemen penting dari teori tingkatan psikososial Erikson adalah perkembangan persamaan ego. Persamaan ego adalah perasaan sadar yang kita kembangkan melalui interaksi sosial. Menurut Erikson, perkembangan ego selalu berubah berdasarkan pengalaman dan informasi baru yang kita dapatkan dalam berinteraksi dengan orang lain. Erikson juga percaya bahwa kemampuan memotivasi sikap dan perbuatan dapat membantu perkembangan menjadi positif, inilah alasan mengapa teori Erikson disebut sebagai teori perkembangan psikososial. Erikson memaparkan teorinya melalui konsep polaritas yang bertingkat/bertahapan. Sifat-sifat umum psikososial yang pada bayi toddler anak di daycare/toddler akan banyak berinteraksi dengan teman seba yanya di sekolah toddler/PG atau ketika aktivitas daycare. Anak akan bertemu dengan guru, pengasuh, orang tua, dan terutama tementemannya itu sendiri. Anak belajar bagaimana bisa berhubungan dan berteman dengan baik.
Tahapan pertumbuhan dan perkembangan anak menurut Marmi dan Rhardjo (2012), sebagai berikut: 1) Umur 12-18 bulan a) Berdiri sendiri tanpa berpegangan b) Membungkuk memungut mainan kemudian berdiri kembali c) Berjalan mundur 5 langkah d) Memanggil ayah dengan kata “papa”, memanggil ibu dengan kata “mama”. e) Menumpuk 2 kubus f) Memasukkan kubus di kotak g) Menunjuk apa yang diinginkan tanpa menangis atau merengek, anak biasa mengeluarkan suara menyenangkan atau menarik tangan ibu
2) Umur 18-24 bulan a)
Berdiri sendiri tanpa berpegangan 30 detik
b)
Berjalan tanpa terhuyung – huyung
c)
Bertepuk tangan, melambai – lambai
d)
Menupuk 4 buah kubus
e)
Memungut benda kecil dengan ibu jari dan jari telunjuk
f)
Menggelindingkan bola ke arah sasaran
g)
Menyebut 3-6 kata yang mempunyai arti
h)
Membantu atau menirukan pekerjaan rumah tangga
E. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tumbuh Kembang Dalam proses pertumbuhan dan perkembangan, setiap individu akan mengalami siklus yang berbeda pada kehidupan manusia. Peristiwa tersebut dapat secara cepat maupun lambat tergantung dari individu atau lingkungan. Proses dan pelambatan tersebut dapat dipengaruhi oleh faktor herediter, faktor lingkungan, dan faktor h ormonal (Hidayat,2008). 1. Faktor Herediter Faktor herediter merupakan faktor yang dapat diturunkan sebagai dasar dalam mencapai tumbuh kembang anak di samping faktor-faktor lain. Faktor herediter meliputi
bawaan, jenis kelamin, ras dan suku bangsa. Faktor ini dapat ditentukan dengan intensitas, kecepatan dalam pembelahan sel telur, tingkat sensitivitas jaringan terhadap rangsangan, usia pubertas, dan berhentinya pertumbuhan tulang. Pertumbuhan dan perkembangan anak dengan jenis kelamin laki-laki setelah lahir akan cenderung lebih cepat dibandingkan dengan anak permepuan akan mengalami pertumbuhan yang lebih cepat ketika mereka mencapai masa pubertas. Ras atau suku bangsa juga memiliki peran dalam memengaruhi pertumbuhan dan perkembangan, hal ini dapat dilihat pada suku bangsa tertentu yang memiliki kecenderungan lebih besar atau tinggi, seperti orang Asia cenderung lebih pendek dan kecil dibandingkan dengan orang Eropa atau lainnya (Hidayat,2008).
2. Faktor Lingkungan Faktor lingkungan merupakan faktor yang memegang peranan penting dalam menentukan tercapai dan tidaknya potensi yang sudah dimiliki. Faktor lingkungan ini dapat meliputi lingkungan prenatal (lingkungan dalam kandungan) dan lingkungan postnatal (yaitu, lingkungan setelah bayi lahir). Lingkungan Prenatal
Lingkungan prenatal merupakan lingkungandalam kandungan, mulai dari konsepsi sampai lahir yang meliputi gizi pada waktu ibu hamil, lingkungan mekanis, zat kimia atau toksin, dan hormonal. a. Lingkungan mekanis Lingkungan mekanis adalah segala hal yang memengaruhi janin atau posisi dalam uteus.
Radiasi dapat menyebabkan kerusakan pada organ otak janin
Infeksi dalam kandungan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan janin
Kekurangan oksigen pada janin mengakibatkan gangguan dalam plasenta sehingga kemungkinan bayi lahir dengan berat badan yang kurang
Faktor imunitas dapat memengaruhi pertumbuhan dan perkembangan janin karena menyebabkan terjadinya abortus atau karena icterus
Stres dapat memengaruhi kegagalan tumbuh kembang janin
b. Zat kimia atau toksin Hal ini berkaitan dengan penggunaan obat-obatan, alkohol, atau kebiasaan merokok oleh ibu hamil. c. Hormonal Hormon-hormon ini mencakup hormone somatotropin, plasenta, tiroid, dan insulin. Peran hormone somatotropin ( growth hormone), yaitu disekresi kelenjar hipofisis janin sekitar minggu ke-9 dan produksinya meningkat pada minggu ke-20. Hormone plasenta (human placental lactogen) berperan dalam nutrisi plasenta. (Hidayat,2008) Lingkungan Postnatal
Selain faktor lingkungan intrauteri terdapat lingkungan setelah lahir yang juga dapat memengaruhi tumbuh kembang anak, seperti budaya lingkungan, sosial ekonomi keluarga, nutrisi, iklim atau cuaca, olahraga, posisi anak dalam keluarga dan status kesehatan. a. Budaya Lingkungan Budaya lingkungan dalam hal ini adalah budaya di masyarakat yang memengaruhi pertumbuhan dan perkembangan angka. Budaya lingkungan dapat menentukan bagaimana sesorang atau masyarakat memprediksikan pola hidup sehat, hal ini dapat terlihat apabila kehidupan atau perilaku mengikuti budaya yang ada sehingga kemungkinan besar dapat menghambat dalam aspek pertumbuhan dan perkembangan.sebagai contoh, anak yang dalam usia tumbuh kembang membutuhkan makanan yang bergizi, namun karena terdapat adat atau budaya tertentu yang melarang makan dalam masa tertentu padahal makanan tersebut dibutuhkan untuk perbaikan gizi, maka tentu akan mengganggu atau menghambat masa tumbuh kembang.
b. Status Sosial Ekonomi Status sosial ekonomi juga dapat memengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak. Anak dengan keluarga yang memiliki sosial ekonomi tinggi umumnya pemenuhan kebutuhan gizinya cukup baik dibandingkan dengan anak dengan sosial ekonomi rendah. Demikian juga dengan anak berpendidikan rendah, tentu akan sulit
untuk menerima arahan dalam pemenuhan gizi dan mereka sering tidak mau atau tidak meyakini pentingnya pemenuhan gizi dan mereka sering tidak mau atau tidak meyakini pentingnya pemenuhan kebutuhan gizi atau pentingnya pelayanan kesehatan lain yang menunjang dalam membantu pertumbuhan dan perkembangan anak.
c. Nutrisi Nutrisi
adalah
salah
satu
komponen
yang
penting
dalam
menunjang
keberlangsungan proses pertumbuhan dan perkembangan. Nutrisi menjadi kebutuhan untuk tumbuh dan perkembangan selama masa pertumbuhan. Dalam nutrisi terdapat kebutuhan zat gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan sperti protein, karbohidrat, lemak, mineral, vitamin, dan air. Apabila kebutuhan nutrisi seseorang tidak atau kurang terpenuhi maka dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangannya.
d. Iklim dan Cuaca Iklim dan cuaca dapat berperan dalam pertumbuhan dan perkembangan. Misalnya pada saat musim tertentu kebutuhan gizi dapat dengan mudah diperoleh, namun pada saat musim yang lain justru sebaliknya. Sebagai contoh, saat musim kemarau penyediaan air bersih atau sumber makan sangatlah sulit.
e. Olahraga atau Latihan Fisik Olahraga atau latihan fisik dapat memacu perkembangan anak karena dapat meningkatkan sirkulasi darah sehingga suplai oksigen ke seluruh tubuh dapat teratur serta dapat meningkatkan stimulasi perkembangan tulang, otot, dan pertumbuhan selainnya. Dari aspek sosial, anak menjadi mudah berinteraksi dengan teman sesuai dengan jenis olahraganya.
f.
Posisi Anak dalam Keluarga Posisi anak dalam keluarga dapat memengaruhi pertumbuhan dan perkembangan. Secara umum, anak pertama atau tunggal memiliki kemampuan intelektual lebih menonjol cepat berkembang karena sering berinteraksi dengan orang dewasa, namun
dalam perkembangan motoriknya kadang-kadang terlambat karena tidak ada stimulasi yang biasanya dilakukan saudara kandungnya. Sedangkan anak kedua atau anak tengah, kecenderungan orangtua yang merasa sudah biasa dalam cerawat anak lebih percaya diri sehingga kemampuan anak untuk beradaptasi lebih cepat dan mudah, meskipun dalam perkembangan intelektual biasanya kurang apabila dibandingkan dengan anak pertamanya, kecenderungan tersebut juga bergantung pada keluarga.
g. Status Kesehatan Status kesehatan anak dapat berpengaruh pada pencapaian pertumbuhan dan perkembangan. Hal ini dapat terlihat apabila anak berada dalam kondisi sehat dan sejahtera, maka percepatan untuk tumbuh kembang menjadi sangat mudah dan sebaliknya. Sebagai contoh, pada saat tertentu anak seharusnya mencapai puncak dalam pertumbuhan dan perkembangan, namun apabila saat itu pula terjadi penyakit kronis yang ada pada diri anak maka pencapaian kemampuan untuk maksimal dalam tumbuh kembang akan terhambat karena anak memiliki masa kritis. Beberapa kondisi yang dapat memengaruhi tumbuh kembang anak misalnya adanya kelainan perkembangan fisik (bibir sumbing, starbimus atau juling, kaki bengkok, dan lain-lain), adanya kelainan dalam perkembangan saraf (seperti gangguan motorik, gangguan bicara, atau gangguan personal sosial), adanya kelainan perkembangan mental (seperti retardasi mental), adanya kelainan perkembangan perilaku (sperti hiperaktif, gangguan belajar atau depresi), dan lain-lain. (Hidayat,2008) 3. Faktor Hormonal Faktor hormonal yang berperan dalam tumbuh kembang anak antara lain hormone somatotropin, tiroid, dan glukokotikoid. Hormone somatotropin ( growth hormone) berperan dalam memengaruhi pertumbuhan tinggi badan dengan menstimulasi terjadinya proliferasi sel kartilago dan sistem skeletal. Hormone tiroid berperan mentimulasi metabolism
tubuh.
Hormone
glukokortikoid
mempunyai
fungsi
menstimulasi
pertumbuhan sel intertisial dari tesis (untuk memproduksi testosterone) dan ovarium (untuk memproduksi estrogen), selanjutnya hormone tersebut akan menstimulasi
perkembangan seks, baik pada anak laki-laki maupun perempuan yang sesuai dengan peran hormonnya (Hidayat,2008).
BAB III STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN
Standar Asuhan Keperawatan Usia Inflant
A. Tahap Bayi ( Basic Trust Vs Miss Trust ) Adalah tahap perkembangan bayi usia 0-18 bulan dimana pada usia ini bayi belajar terhadap kepercayaan dan ketidakpercayaan. Masa ini merupakan krisis pertama yang dihadapi oleh bayi.
B. Karakteristik Perilaku 1.
Menangis ketika ditinggalkan oleh ibunya
2.
Menangis saat basah, lapar, haus, dingin, panas, sakit.
3.
Menolak atau menangis saat digendong oleh orang yang tidak dikenalnya
4.
Segera terdiam saat digendong, dipeluk atau dibuai
5.
Saat menangis mudah dibujuk untuk diam kembali
6.
Menyembunyikan wajah dan tidak langsung menangis saat bertemu dengan orang yang tidak dikenalnya
7.
Mendengarkan musik atau bernyanyi dengan senang
8.
Menoleh mencari sumber suara saat namanya dipanggil
9.
Saat diajak bermain memperlihatkan wajah senang
10.
Saat diberikan mainan meraih mainan atau mendorong dan membantingnya.
Diagnosa keperawatan : Kesiapan peningkatan perkembangan infant
C. Intervensi Intervensi Generalis 1. Segera menggendong, memeluk dan membuai bayi saat bayi menangis 2. Memenuhi kebutuhan dasar bayi (lapar, haus, basah, sakit) 3. Memberi selimut saat bayi kedingingan 4. Mengajak berbicara dengan bayi 5. Memanggil bayi sesuai dengan namanya 6. Mengajak bayi bermain (bersuara lucu, menggerakkan benda, memperlihatkan benda berwarna menarik, benda berbunyi) 7. Keluarga bersabar dan tidak melampiaskan kekesalan atau kemarahan pada bayi 8. Segera membawa bayi kepada pusat layanan kesehatan bila bayi mengalami masalah kesehatan atau sakit.
Intervensi Spesialis 1. Terapi stimulasi perkembangan psikososial anak usia 0-18 bulan.
Standar Asuhan Keperawatan Usia Toddler
A. Pengertian Tahap perkembangan anak usia 1.5 – 3 tahun dimana pada usia ini anak akan belajar mengerjakan segala sesuatu yang berkaitan dengan kebutuhannya secara mandiri (otonomi).
B. Karakteristik Perilaku 1. Karakteristik Normal 2. Anak mengenal namanya sendiri 3. Anak bertanya segala hal yang baru atau asing menurutnya 4. Anak melakukan kegiatanya sendiri dan tidak mau dibantu 5. Anak sering mengatakan “tidak” atau “jangan” 6. Anak mulai bergaul dengan orang lain dan mau berpisah dengan orangtua 7. Anak mulai belajar untuk mengikuti kegiatan keagamaan
8. Rasa malu terjadi jika anak secara jelas menyadari dirinya sendiri karena pemaparan negatif 9. Keraguan anak akan berkembang jika orang tua secara jelas membuat malu/ mempermalukan anak di hadapan orang lain, maka sebaiknya orang tua dapat memberikan sikap yang arif ketika anak menjalani masa ini.
C. Diagnosa keperawatan : Kesiapan peningkatan perkembangan Toddler
D. Intervensi Perkembangan Normal Intervensi Generalis 1. Memberikan mainan sesuai perkembangan anak 2. Melatih dan membimbing anak untuk melakukan kegiatan secara mandiri 3. Memberikan pujian pada keberhasilan anak 4. Tidak menggunakan kalimat perintah tetapi memberikan alternative pilihan 5. Tidak melampiaskan kemarahan atau kekesalan dalam bentuk penganiayaan fisik pada anak (memukul, menjambak, menendang, dll) 6. Melibatkan anak dalam kegiatan agama keluarga 7. Hindarkan suasana yang dapat membuat anak merasa tidak aman (menakut-nakuti, membuat terkejut, kalimat negatif, mencela) 8. Bila anak mengamuk, lindungi dari bahaya cidera, terjatuh, terluka 9. Membimbing anak untuk BAK/BAB di toilet
Intervensi Spesialis 1. Terapi stimulasi perkembangan psikososial anak usia 1.5-3 tahun.
BAB IV PENUTUP
Perkembangan menunjuk pada suatu proses kearah yang lebih sempurna dan tidak dapat diulang kembali. Perkembangan menunjuk pada perubahan yang bersifat tetap dan tidak dapat diputar kembali. Perkembangan juga diartikan sebagai proses yang kekal dan tetap yang menuju kearah suatu organisasi pada tingkat integrasi yang lebih tinggi, berdasarkan pertumbuhan, pematangan,dan belajar. Fase Infancy adalah periode pertama kehidupan sesudah kelahiran ketika individu yang bersangkutan relatif sangat tidak berdaya dan bergantung sekali pada orang tuanya. Istilah ini biasanya diterapkan hanya pada tahun yang pertama. Skinner mengemukakan bahwa fase infancy adalah masa dua tahun pertama setelah kelahiran. Fase ini bukan merupakan fase yang kaku karena fase-fase tersebut saling tumpang tindih dalam waktu dan situasi. Pada setiap fase ini, anak menggunakan kemampuan-kemampuan motor yang telah dimilikinya untuk mengeksplorasi lingkungan. Toodler adalah periode dimana anak memiliki rentang usia 12 – 36 bulan. Masa ini merupakan masa eksplorasi lingkungan yang intensif karena anak berusaha mencari tahu bagaimana semua terjadi dan bagaimana mengontrol orang lain melalui perilaku tempertrantrum, negatifisme, dan keras kepala.
DAFTAR PUSTAKA
Chamida, Atein N. 2009. Deteksi Dini Gnagguan Pertumbuhan dan Pekembangan Anak . Yogyakarta: Jurusan Pendidikan Luar Biasa UNY. Hidayat, A Aziz. 2008. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak Untuk Pendidikan Kesehatan. Jakarta: Salemba Medika. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2012. Profil Data Kesehatan Dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak . Jakarta: Kemenkes RI. Marmi, Rahrjo.K. 2012. Asuhan Neonatus, Bayi ,Balita, dan Anak Prasekolah. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. NAEYC.
2005.
Developmentally Appropriate
Practice
(DAP).
Available:
https//
www.naeyc.org/DAP 15 Nov, 2012. Nursalam. 2005. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak . Jakarta : Salemba Medika. Suhrtini, B. 2007. Tahap Perkembangan Motorik Bayi. Yogyakarta: FKIK Universitas Negeri Yogyakarta.