TANTANGAN DAN UJIAN PANCASILA
KATA PENGANTAR
Tantangan dan Hambatan yang dihadapi Pancasila Pasca Runtuhnya Bangsa Indonesia adalah bangsa yang beranekaragam yang terbentang dari Sabang sampai Merauke. Keanekaragaman bangsa Indonesia tersebut sangat rawan menimbulkan konflik horizontal. Namun bangsa Indonesia telah mempunyai pedoman yakni Pancasila. Pancasila merupakan sarana yang ampuh sekali untuk mempersatukan bangsa. Sehingga peran Pancasila sangat strategis untuk menjaga kesatuan bangsa. Namun, pandangan masyarakat terhadap Pancasila mulai berubah setelah jatuhnya rezim Orde Baru. Pancasila yang sebelumnya menjadi senjata ampuh Orde Baru ini mulai mengalami pergeseran makna, khususnya di kalangan pembenci Orde Baru. Banyak dari mereka menganggap bahwa Pancasila identik dengan Orde Baru. Yang artinya apa yang dilakukan Orde Baru mencerminkan nilai-nilai Pancasila. Ini dikarenakan rezim Orde Baru yang dalam kebijakannya selalu mengatasnamakan Pancasila. Saat Orde Baru berkuasa, siapapun yang menentangnya akan dianggap anti Pancasila. Kediktaktoran Orde Baru dalam kenyataannya membawa dampak negatif pada perkembangan Pancasila. Citra Orde Baru buruk ternyata berdampak juga dengan citra Pancasila. Bahwa "banyak anggota masyarakat dan pejabat yang diawal reformasi enggan menyebut dan melakukan sosialisasi tentang Pancasila". Hal ini tentu mengendurkan Pancasila. Posisi Pancasila sebagai ideologi negara mulai terancam.Ditambah lagi dampak dari kebebasan, yaitu munculnya ideologi-ideologi baru yang tidak sesuai dengan Pancasila Terutama ideologi-ideologi radikal yang mengatasnamakan agama. Padahal dalam kenyataanya ideologi-ideologi radikal tersebut hanya menggunakan agama sebagai alat.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
A.PENGERTIAN PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI BANGSA
1. Pengertian Pancasila, …………………………………………..
2. Pengertian Idiologi, ……………………………………………..
a. Idiologi Terbuka,…………………………………………
b. Ideologi Tertutup, ……………………………………….
4. Pancasila Sebagai Ideology Bangsa, …………………………
5. Pancasila Sebagai Ideologi Terbuka, ………………………….
B. TANTANGAN DAN TANTANGAN KEDEPAN
A. Pengertian pancasila sebagai Ideologi Bangsa
1. Pengertian Pancasila
Pancasila telah menjadi istilah resmi sebagai dasar falsafah negara Republik Indonesia, baik ditinjau dari sudut bahasa maupun sudut sejarah. Arti Pancasila berasal dari bahasa sansekerta India (kasta brahmana). Sedangkan menurut Muh Yamin, dalam bahasa sansekerta , memiliki dua macam arti secara leksikal yaitu panca yang artinya lima, sila yang artinya batu sendi, alas, atau dasar. Kata-kata tersebut kemudian dalam bahasa indonesia terutama bahasa jawa diartikan "susila" yang memiliki hubungan dengan moralitas.
Berikut ini adalah pengertian-pengertian dan definisi Pancasila:
IR. SOEKARNO
Pancasila adalah isi jiwa bangsa Indonesia yang turun-temurun sekian abad lamanya terpendam bisu oleh kebudayaan Barat. Dengan demikian, Pancasila tidak saja falsafah negara, tetapi lebih luas lagi, yakni falsafah bangsa Indonesia
PANITIA LIMA
Pancasila adala lima asas yang merupakan ideologi negara. Kelima sila itu merupakan kesatuan yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Hubungan antara lima asa erat sekali, berangkaian, dan tidak berdiri sendiri.
PROF. DRS. MR NOTONEGORO
Pancasila merupakan dasar falsafah negara Indonesia
PADA LAMBANG NEGARA RI "GARUDA PANCASILA"
Pancasila adalah dasar falsafah dan ideologi negara yang diharapkan menjadi pandangan hidup bangsa Indonesia sebagai dasar pemersatu, lambang persatuan dan kesatuan, serta sebagai pertahanan bangsa dan negara Indonesia
BUNG YAMIN
Pancasila adalah weltanschauung, falsafah negara Republik Indonesia, bukan satu agama baru.[1]
2. Pengertian Ideologi
Nama ideology berasal dari kata ideas dan logos. Ideas yang berarti ide, konsep, gagasan sedangkan logos artinya ilmu. Jadi secara garis besar ideology merupakan ide, gagasan, konsep yang dijadikan suatu system keyakinan yang digunakan masyarakat atau Negara untuk mengatur dan mengendalikan serta menjadi pedoman yang fundamental.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ideologi adalah kumpulan gagasan-gagasan, ide-ide, keyakinan-keyakinan yang menyeluruh dan sistematis yang menyangkut berbagai bidang kehidupan manusia yang menjadi pedoman dasar dalam berbangsa dan bernegara.
Pada umumnya ideology terbagi menjadi dua bagian, yaitu ideology terbuka dan ideology tertutup.
a. Ideology terbuka
Ideologi terbuka tidak bersifat mutlak seperti halnya ideologi tertutup, akan tetapi ideology terbuka merupakan falsafah dan cerminan dari jati diri dan perilaku masyarakat yang digali dari budaya, moral dan kebiasaan dalam masyarakat bukan secara mutlak dibentuk oleh Negara yang nantinya dapat diterima oleh seluruh masyarakat.
b. Ideologi Tertutup
Ideologi Tertutup adalah ajaran atau pandangan dunia atau filsafat yang menentukan tujuan – tujuan dan norma – norma politik dan sosial yang ditetapkan sebagai kebenaran yang tidak boleh dipersoalkan lagi , melainkan harus diterima sebagai sesuatu yang sudah jadi harus dipatuhi atau bersifat mutlak.
3. Pancasila sebagai Ideologi Bangsa
Sebagai ideologi, pancasila menjadi pedoman dan acuan kita dalam menjalankan aktivitas di segala bidang. Ideologi secara umum diartikan sebagai sistem dasar tentang nilai-nilai dan tujuan serta sarana-saran pokok untuk mencapainya. Jika diterpkan oleh negara ideologi dapat diartikan sebagai kesatuan gagasan-gagasan dasar yang disusun secara sistematis dan dianggap menyeluruh tentang manusia dan kehidupannya, baik sebagai individu, makhluk sosial maupun kehidupan dalam bernegara.
Pancasila sebagaimana kita yakini merupakan jiwa, kepribadian dan pandangan hidup bangsa Indonesia. Disamping itu juga telah dibuktikan dengan kenyataan sejarah bahawa Pancasila merupakan sumber kekuatan bagi perjuangan karena menjadikan bangsa Indonesia bersatu.
Adapun Pancasila dijadikan suatu ideologi dikerenakan, Pancasila memiliki nilai-nilai falsafah mendasar dan rasional. Pancasila telah teruji kokoh dan kuat sebagai dasar dalam mengatur kehidupan bernegara.
Selain itu, Pancasila juga merupakan wujud dari konsensus nasional karena negara bangsa Indonesia ini adalah sebuah desain negara modern yang disepakati oleh para pendiri negara Republik Indonesia kemudian nilai kandungan Pancasila dilestarikan dari generasi ke generasi.
4. Pancasila Sebagai Ideologi Terbuka
Pancasila sebagai ideologi terbuka merupakan ideologi yang mampu menyesuaikan diri dengan perkembagan jaman tanpa pengubahan nilai dasarnya. Ini bukan berarti bahwa nilai dasar Pancasila dapat diubah dengan nilai dasar yang lain yang sama artinya dengan meniadakan Pancasila atau meniadakan identitas/jati diri bangsa Indonesia. Pancasila sebagai ideologi terbuka mengandung makna bahwa nilai-nilai dasar Pancasila itu dapat dikembangkan sesuai dengan dinamika kehidupan bangsa Indonesia dan tuntutan perkembangan zaman dengan memperhatikan tingkat kebutuhan dan perkembangan masyarakat Indonesia sendiri.
B. Pancasila dan Tantangan Bangsa Kedepan
Pada Era globalisasi dan modernisasi seperti sekarang ini tentu tantangan-tantangan yang akan dihadapi Bangsa Indonesia akan semakin kompleks dan beragam, mulai dari tantangan yang muncul dari dalam yaitu semakin rentannya terjadi disintegrasi dari Negara Kesatuan Republik Indonesia serta tantangan-tantangan dari luar yaitu arus modern dan westerisasi yang menggerus budaya serta menjadikan lunturnya nilai-nilai luhur bangsa serta jati diri nasional.
Seperti halanya tantangan yang dihadapi bangsa di era ini adalah bagaiman mempertahankan kesatuan dan keutuhan wilayah teritori Negara, yang mana mulai maraknya gerakan-gerakan separatis yang ingin memisahkan diri dari kesatuan Indonesia yang nantinya menimbulkan disintegrasi bangsa. Serta ditambah lagi kurangnya komitmen dan implementasi untuk mengamalkan nilai pancasila yang menjadi pedoman dasar dalam berbangsa dan bernegara.
Demikian halnya tantangan yang muncul dari dalam juga terdapat tantangan yang datangnya dari luar, seperti Era globalisai sekarang ini yang membawa budaya barat atau yang disebut westernisasi berduyun-duyun masuk menggerogoti budaya asli masyarakat Indonesia yang mana memunculkan perilaku-perilaku yang tidak cinta lagi terhadap budaya sendiri yaitu budaya asli yang secara turun-temurun telah diwariskan oleh para leluhur.
Maka dari itu untuk mengatasi tantangan-tantangan dari luar maupun dari dalam perlu diadakannya pengkajian kembali nilai-nilai yang ada dalam pancasila serta setidaknya ada dua hal fundamental yang harus dilakukan, Pertama, penanaman kembali kesadaran bangsa tentang eksistensi Pancasila sebagai ideologi bangsa. Penanaman kesadaran tentang keberadaan Pancasila sebagai ideologi bangsa mengandung pemahaman tentang adanya suatu proses pembangunan kembali kesadaran akan Pancasila sebagai identitas nasional. Upaya ini memiliki makna strategis manakala realitas menunjukkan bahwa dalam batas-batas tertentu telah terjadi proses pemudaran kesadaran tentang keberadaan Pancasila sebagai ideologi bangsa. Salah satu langkah terbaik untuk mendekatkan kembali atau membumikan kembali Pancasila ke tengah rakyat Indonesia tidak lain adalah melalui pembangunan kesadaran sejarah. Kedua, perlu adanya kekonsistenan dari seluruh elemen bangsa, khususnya para pemimpin negeri ini untuk menjadikan Pancasila sebagai pedoman dalam berpikir dan bertindak. Jangan sampai Pancasila ini hanya sekadar wacana di atas mulut saja yang disampaikan secara berbusa-busa hingga menjadi basi sementara di lapangan penuh dengan perilaku hipokrit. Dengan demikian, penghayatan dan pengamalan sila-sila Pancasila dalam kehidupan sehari-hari sudah merupakan suatu kesadarn moral bagi tetap tegaknya Pancasila sebagai ideologi bangsa.
Pancasila juga kini tengah dihadapkan dengan tantangan eksternal berskala besar berupa mondialisasi atau globalisasi. Di era modernisasi seperti saat ini, dimana batas negara sudah tidak tampak lagi dan semua ini menuntut adanya keterbukaan dan transparansi. Maka Pancasila sebagai benteng terakhir bangsa, menghadapi tantangan yang cukup berat.
Tantangan yang paling berat dan utama, adalah masalah ekonomi dan budaya yang menggilas bangsa ini tanpa ampun. Sebab, ajaran Pancasila yang hakiki sama sekali tidak sesuai dengan arus modernisasi yang masuk ke bumi tercinta Indonesia.
Mantan Rektor Universitas Gadjah Mada (UGM), Prof Dr Ichlasul Amal MA mengatakan itu pada diskusi yang bertajuk 'Setia Berjuang Mewujudkan Masyarakat Pancasila' di Yogyakarta, Minggu (5/7).
Diskusi yang digelar Perhimpunan Setia Indonesia (PASTI) tersebut, menghadirkan pembicara Prof Dr Ichlasul Amal MA dan Bugiaks,o diikuti mahasiswa dan pemuda dari berbagai elemen.
Menurut mantan Rektor UGM, karena perkembangan ekonomi dunia yang cenderung kapitaslistik sama sekali tidak sesuai dengan ekonomi Pancasila yang berasaskan kerakyatan. Sementara ekenomi global sama sekali tidak memandang hal tersebut.
"Inilah tantangan yang paling berat bagi Pancacila," kata Ichlasul Aman. "Belum lagi persoalan lain, baik itu budaya maupun yang lainnya," tambahnya.
Oleh karena itu, menurut Ichlasul Amal, memprediksi tantangan Pancasila ke depan semakin berat. Padahal, kata dia, para pendiri bangsa ini membuat Pancasila ini diharapkan bisa mensejahterakan bangsa dan rakyatnya.
Namun, kini semua itu harus berhadapan dengan tantangan globalisasi yang cukup berat. Yang paling berat lagi, lanjut dia, adalah tantangan budaya yang kini terkikis habis oleh kemajuan teknologi elektronik maupun teknologi informasi.
Banyak umat manusia yang masih mempersoalkan dan memperdebatkan agama. Mestinya, hal itu tidak perlu terjadi karena semua itu sudah tercakum dalam Pancasila. Belum lagi soal, lainnya.
Misalnya, sila Persatuan Indonesia. Buktinya, masih ada yang mempersoalkan suku. Bahkan, ada propinsi yang sampai ingin keluar dari NKRI dan masih banyak lagi persoalan lainnya. "Semua itu mestinya tidak perlu terjadi," kata Bugiakso.
Oleh karena itu, keduanya memandang ke depan Pancasila makin menghadapi tantangan yang semakin berat dari gencarnya arus globalisasi.
Globalisasi yang berbasiskan pada perkembangan teknologi informasi, komunikasi, dan transportasi, secara drastis mentransendensi batas-batas etnis bahkan bangsa.
Implikasi dari dijadikannya Pancasila sebagai pandangan hidup maka bangsa yang besar ini haruslah mempunyai sense of belonging dan sense of pride atas Pancasila. Untuk menumbuhkembangkan kedua rasa tersebut maka melihat realitas yang tengah berkembang saat ini setidaknya dua hal mendasar perlu dilakukan. Pertama, penanaman kembali kesadaran bangsa tentang eksistensi Pancasila sebagai ideologi bangsa. Penanaman kesadaran tentang keberadaan Pancasila sebagai ideologi bangsa mengandung pemahaman tentang adanya suatu proses pembangunan kembali kesadaran akan Pancasila sebagai identitas nasional. Upaya itu memiliki makna strategis manakala realitas menunjukkan bahwa dalam batas-batas tertentu telah terjadi proses pemudaran kesadaran tentang keberadaan Pancasila sebagai ideologi bangsa. Salah satu langkah terbaik untuk mendekatkan kembali atau membumikan Pancasila ke tengah rakyat Indonsia tidak lain melalui pembangunan kesadaran sejarah.
Tegasnya Pancasila didekatkan kembali dengan cara menguraikannya sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari perjuangan rakyat Indonesia, termasuk menjelaskannya bahwa secara subtansial Pancasila adalah merupakan jawaban yang tepat dan strategis atas keberagaman Indonesia, baik pada masa lalu, masa kini maupun masa yang akan datang.
Kedua, perlu adanya kekonsistenan dari seluruh elemen bangsa, khususnya para pemimpin negeri ini untuk menjadikan Pancasila sebagai pedoman dalam berfikir dan bertindak. Janganlah sampai Pancasila ini sekadar wacana di atas mulut yang disampaikan secara berbusa-busa hingga menjadi basi sementara di lapangan penuh dengan perilaku hipokrit. Dengan demikian, penghayatan dan pengamalan sila-sila Pancasila dalam kehidupan sehari-hari sudah merupakan suatu conditio sine qua non bagi tetap tegaknyaa Pancasila sebagai ideologi bangsa.
Salah satu tantangan terbesar yang perlu segera dijawab bangsa yang besar ini, khususnya oleh para pemegang kekuasaan, adalah menjawab tantangan atas lemahnya kesejahteraan rakyat dan penegakkan keadilan. Ketimpangan kesejahteraan antara kota dan desa, terlebih Jawa dan luar Jawa merupakan salah satu permasalahan besar yang harus segera dijawab oleh bangsa ini. Terasa sesak bagi kita semua bila mengingat bahwa dialam sejarah dewasa ini masih ada bagian dari bangsa ini yang secara mengenaskan masih hidup di alam prasejarah! Masalah penegakkan keadilan juga menjadi masalah yang perlu mendapat perhatian serius para pengambil kebijakan. Keadilan sosial yang telah lama digariskan para pendiri negeri ini sering menjadi kontraproduktif manakala hendak ditegakkan di kalangan para penguasa dan pemilik uang. Jadilah hingga sekarang ini pisau keadilan yang dimiliki bangsa ini masih merupakan pisau keadilan bermata ganda, tajam manakala diarahkan kepada rakyat kebanyakan, dan tumpul atau bahkan kehilangan ketajamannya sama sekali manakala dihadapkan dengan para pemegang kekuasaan atau pemilik sumber-sumber ekonomi.
Bila dua hal itu saja mampu dikedepankan bisa jadi bangsa yang besar ini tidak akan mudah tergoyahkan oleh berbagai tantangan dan ancaman yang ada, baik dari dalam maupun dari luar. Ancaman dari dalam bisa jadi akan pupus dengan sendirinya manakala kesejahteraan rakyat terkondisikan pada keadaan yang baik dan keadilan dapat ditegakkan dengan seadil-adilnya.