TETIKESAN PUJA MANTRA*
Oleh: I Wayan Sudarma Oṁ sahana vavatu sahana bhunaktu Saha viryam karavavahai Tejasvināvaditham āstu mā vidvi ṣā vahai Ya Tuhan semoga kami dapat belajar bersama, berkembang bersama, memperoleh pengetahuan bersama. Semoga tidak terjadi suatu kesalahpahaman di antara kami. Dan apabila terjadi sesuatu kesalahan secara sengaja atau tidak sengaja, semoga kami dapat saling memaafkan. A. Pendahuluan
Dalam melaksanakan puja bhakti kepada Brahman, umat Hindu diberikan kebebasan untuk dapat mewujudkan mewujudkan bentuk Śraddhā tersebut. Secara Secara umum bentuk Bhakti umat Hindu dapat dilakukan dengan menggunakan: mantra, yantra, tantra, yajña, dan yoga. Mantra adalah doadoa yang harus diucapkan oleh umat kebanyakan, pinandita, pandita sesuai dengan tingkatannya. Yantra adalah alat atau simbol-simbol keagamaan yang diyakini mempunyai kekuatan spiritual untuk meningkatkan kesucian. Tantra adalah kekuatan suci dalam diri yang dibangkitkan dengan cara-cara yang ditetapkan dalam kitab suci. Yajña yaitu pengabdia yang ulus ikhlas atas dasar kesadaran untuk dipersembahkan sehingga dapat meningkatkan kesucian. Dan Yoga artinya mengendalikan mengendalikan gelombang-gelombang gelombang-gelombang pikiran dalam alam pikiran untuk dapat berhubungan dengan Tuhan, yang dapat dilakukan melalui Astangga Yoga (yama, niyama, asana, pranayama, prathyahara, dharana, dhyana, dan samadhi) (Bhagavan Shri Sathya Sai Baba, 1995: 12). —————————————————————————————————————— ————– ** Penyuluh Agama Hindu Kota Bekasi B. Mantra
Berkaitan dengan pengucapan Mantra, Mantra, apakah mantra itu?. itu?. Mantra berasal dari suku kata Man (Manana) dan kata Tra (Trana) yang berarti pembebasan dari ikatan samsara atau dunia phenomena ini. Dari kombinasi Man dan Tra itulah disebut mantra yang berarti dapat memanggil datang (Amantrana). Mantra merupakan sebuah kata atau kombinasi beberapa
buah kata yang sangat kuat atau ampuh, yang didengar oleh orang bijak dan yang dapat membawa seseorang yang mengucapkannya melintasi lautan kelahiran kembali, inilah yang merupakan arti mantra yang tertingi. Arti mantra yang lebih rendah adalah rumusan gaib untuk melepaskan berbagai kesulitan atau untuk memenuhi bermacam-macam keinginan duniawi , tergantung dari motif pengucapan mantra tersebut. Mantra adalah sebuah kekuatan kata yang dapat dipergunakan untuk mewujudkan keinginan spiritual atau keinginan material , material , yang dapat dipergunakan demi kesejahteraan ataupun penghancuran ataupun penghancuran diri seseorang. Mantra seperti energi atom yaitu suatu tenaga yang bertindak sesuai dengan rasa bhakti seseorang yang mempergunakannya. Sabda adalah Brahman, Brahman , karena itu ya menjadi penyebab Brāhmanda penyebab Brāhmanda manifestasi chit sakti itu sendiri seperti yang disebutkan dalam Vishvasara Tantra, Tantra , yaitu ”Parabrahman itu sebagai sabda Brahman yang substansinya semua adalah mantra, dan yang berada di dalam wujud jivātma”. Bentuk itu sebagian tidak beraksara (Dhvani), (Dhvani) , sebagian lagi beraksara (Varna). Yang tidak beraksara itulah yang memunculkan yang beraksara, dan itulah aspek yang halus dari Śākti yang menghidupkan jiwa itu (Svami Rama: 1984: 24). Sedangkan Prapancha Sara mengatakan bahwa: ’ Brāhmanda diresapi oleh sakti, yang terdiri atas Dhvani, yang juga disebut Nada, Prana, dan sebagainya”. Manifestasi dari Sabda menjadi wujud kasar (Sthūla) itu tidak bisa terjadi terkecuali Sabda itu ada dalam wujud halus (Suksma). Dari penjelasan tersebut, dapata dipahami bahwa Mantra merupakan aspek dari Brahman dan seluruh manfestasi Kulakundalini manfestasi Kulakundalini.. Secara filosofis sabda itu adalah guna dari Akasa atau ruang ethernal. Tetapi sabda itu bukan produksi Akasa. Sabda memanifestasikan diri di dalam Akasa. Sabda itu adalah Brahman, seperti halnya di antariksa, gelombang bunyi dihasilkan dihasilkan oleh gerakan-gerakan gerakan-gerakan udara (Vāyu); ( Vāyu); karena itu di dalam rongga jiwa atau di rongga tubuh yang menyelubungi jiwa gelombang bunyi dihasilkan sesuai dengan gerakan-gerakan Praṇa vāyu dan preses menarik napas dan mengeluarkan napas. Mantra disusun dengan menggunakan ak ṣara-ak ṣara tertentu, diatur sedemikian rupa sehingga menghasilkan menghasilkan suatu bentuk bunyi, sdangkan huruf-huruf itu sebagai perlambang-perlambang perlambang-perlambang dari bunyi tersebut. Untuk menghasilkan pengaruh yang dikehendaki, mantra harus disuarakan dengan cara yang tepat, sesuai dengan svara (ritme) dan varna (bunyi). Huruf-huruf penyusunannya penyusunannya pada dasarnya ialah mantra sastra, karena itu dikatakan sebagai perwujudan Śastra dan Tantra yang terdiri atas Mantra adalah Paramātma., Veda sebagai Jivātma, Dharsana sebagai indriya, Pura ṇa sebagai jasad, dan Sm ṛti sebagai anggota. Karena itu Tantra merupakan Śākti dan kesadaran, yang terdiri atas mantra. Mantra tidak sama dengan doa-doa atau kata-kata untuk menasehati diri (Ātmanivedana) Dalam Nitya Dalam Nitya Tantra, Tantra, disebutkan berbagai nama terhadap mantra menurut jumlah suku katanya. Mantra yang terdiri dari satu suku kata disebut Pinda. Pinda . Mantra tiga suku kata disebut Kartari disebut Kartari,, yang terdiri dari empat suku kata smpai sembilan suku kata disebut Vija Mantra, Mantra, sepuluh sampai duapuluh suku kata disebut Mantra, Mantra, dan yang terdiri lebih dari duapuluh suku kata disebut Mālā Mālā.. Tetapi istilah Vija juga diberikan kepada mantra yang bersuku kata tunggal. C. Jenis-jenis Mantra
Berdasarkan sumbernya mantra ada bermacam-macam jenis yang secara garis besar dapat dipisahkan menjadi; Vedik mantra, Tantrika mantra, dan Pura ṇik mantra. mantra. Sedangkan berdasarkan sifatnya mantra dapat terbagi menjadi; Śāttvika mantra (mantra yang diucapkan guna untuk pencerahan, sinar, kebijaksanaan, kasih sayang Tuhan tertinggi, cinta kasih dan perwujudan Tuhan), Rājasika mantra (mantra yang diucapka guna kemakmuran duniawi serta kesejahteraan kesejahteraan anak-cucu), Tāmasika mantra (mantra yang diucapkan guna mendamaikan roh-
roh jahat, untuk menghancurkan atau menyengsarakan orang lain, ataupun perbuatan perbuatan kejam lainnya/Vama lainnya/Vama marga/Ilmu Hitam). Disamping itu mantra juga dapt dibagi menjadi: Mantra: yang berupa sebuah daya pemikiran yang diberikan dalam bentuk beberapa suku kata atau kata, guna keperluan meditasi dari seorang guru (Mantra Diksa) 2. Stotra: doa-doa kepada para devata, Stotra ada yang bersifat umum, yaitu; yang dipergunakan untuk kepentingan umum yang harus datang dari Tuhan sesuai dengan kehendakNya, misalnya doa-doa yang diucapkan oleh para rohaniawan ketika memimpin persembahyangan, sedangkan Stotra yang bersifat khusus adalah doa-doa dari seoarang pribadi kepada Tuhan untuk memenuhi beberapa keinginan khususnya, misalnya doa memohon anak, dan sebagainya. 3. Kāvaca Mantra: mantra yang dipergunakan untuk benteng atau perlindungan dari berbagai rintangan. 1.
Dalam kitab Nirukta Vedangga, mantra dapat dibagi menjadi 3 sesuai dengan tingkat kesukarannya, kesukarannya, yaitu: Paroksa Mantra, Mantra , yaitu mantra yang memiliki tingkat kesukaran yang paling tinggi. Hal ini disebabkan mantra jenis ini hanya dapat dijangkau arti dan maknanya kalau diwahyukan oleh Tuhan. Tanpa sabda Tuhan mantra ini tidak mungkin dapat dipahami. 2. Adyatmika Mantra, yaitu mantra yang memiliki tingkat kesukaran yang lebih rendah. Mantra ini dapat dicapai maknanya melalui proses pensucian diri. Orang yang rohaninya masih kotor, tidak mungkin dapat memahami arti dan fungsi jenis mantra ini. 3. Pratyāksa Mantra, yaitu mantra yang lebih mudah dipahami. Untuk menjangkau makna mantra ini dapat hanya mengandalkan ketajaman pikiran dan indriya. 1.
Disamping itu ada juga jenis mantra yang ditulis baik dalam buku, kitab, lontar yang disebut Varnātmaka Sabda, Sabda, yang terdiri dari suku kata, kata ataupun kalimat. Sedangkan mantra yang diucapkan disebut Dhvanyātma disebut Dhvanyātma Sabda, Sabda, yang merupakan nada atau perwujudan dari pikiran melaui suara tertentu, yang dapat berupa suara saja atau kata-kata yang diucapkan ataupun dilagukan dan setiap macamnya dipergunakan sesuai dengan keperluan, kemampuan serta motif pelaksana. D. Cara mengucapkan Mantra
Vāikari, yaitu mengucapkan mantra dengan mengeluarka suara dan dapat didengar oleh orang lain, kekuatan mantra yang diucapkan dengan cara ini akan mampu memecah guna tāmas (kelambanan), ketakutan yang ada pada diri seseorang. Cocok dipakai bagi para sadhaka pemula dan dapat menghancurkan energi negatif yang ada di sekitar pengucapnya. 2. Upaṁ su, yaitu mantra yang diucapkan yang hanya didengar oleh orang yang mengucapkannya saja (berbisik-bisik), (berbisik- bisik), kekuatan mantra yang diucapkan dengan teknik ini dapat memurnikan guna rājas (nafsu). ( nafsu). Jika mantra ini diucapkan dengan cara ini juga dapat memberikan perlindungan (kāvaca) dari berbagai gangguan (lingkungan, energi negatif, roh jahat, dan sebagainya). sebagainya). 3. Mānasika, Mānasika , yaitu mantra yang diucapkan dalam hati, bermeditasi pada jiwa dari mantra serta arti dari kata-kata suci tersebut tanpa menggerakkan lidah ataupun bibir. Kekuatan mantra ini akan dapat menumbuhkan kesadaran illahi pada diri yang mengucapkannya, mengucapkannya, 1.
sedangkan yang bermeditasi pada irama pernapasan dengan menggunakn mantra disebut Ajapajapa. E. Kualitas Mantra
Sattvika mantra (Produktif); yaitu dipakai dalam rangka meningkatkan kesadaran illahi, semata-mata untuk memuliakan kebesaran Brahmandengan segala prabavaNya, sehingga muncul perasaan welas asih, cinta, dan pengabdian, terbebas dari ego kepemilikian dan nafsu, dipakai sebagai media untuk menyebrangkan sang jiwa melewati lautan samsara/penderitaan kelahiran-kematian. 2. Rajasika Mantra (Protektif); yaitu kualitas mantra yang dipakai untuk kelangsungan hidup secara duniawi, memenuhi keinginan (kama), memperoleh artha, keturunan, kemuliaan, kemewahan, kesehatan, kewibawaan, kedudukan, dan sebagainya. 3. Tamasika Mantra (Destruktif); kualitas mantra yang dipakai untuk kegiatan menundukkan lawan, menghancurkan penyakit, mencelakakan orang lain, termasuk ilmu hitam. (Sudarma, 2003: 164) 1.
Terlepas dari hal tersebut di atas, sebuah mantra akan dapat memberikan manfaat maksimal (śākti, śiddhi, suci) baik kepada uyang mengucapkannya maupun orang lain dan lingkungan dalam bentuk vibrasi dipengaruhi oleh beberapa hal prinsip, yaitu: Śraddhā; keyakinan yang mendalam terhadap sebuah mantra yang dipakai media untuk merealisasikan tujuan tersebut. Tanpa keyakinan, sama halnya ketika sakit lalu pergi ke dokter dan minta diobati tetapi kita tidak yakin terhadap resep dan anjuran dokter tersebut, tentu kita tidak akan sembuh. 2. Bhakti; perasaan hormat, rindu, cinta kasih, yang mendalam terhadap mantra tersebut, memperlakukan mantra itu seperti kita merawat diri sendiri, Dia adalah istri yang sesungguhnya yang dengan setia menyertai langkah kita. Tanpa bhakti mantra apapun akan menjadi bumerang buat kita. Kasih dan hormat pada mantra dengan keyakinan pada hasil yang dijanjikannya jauh lebih penting daripada sekedar pengulang-ulangan secara mekanis dengan pikiran ngelantur kemana-mana. 3. Sadhāna, cepat atau lambatnya sebuah mantra memberikan manfaat kepada kita adalah karena Sadhāna (disiplin spiritual), Bagaimana mungkin mantra akan menjadi Śiddhi apalagi Śākti kalau hanya diucapkan seminggu sekali atau bahkan sebulan sekali, sementara kita setiap saat berhubungan dengan dunia maya yang senantiasa mengkontaminasi badan, emosi, dan jiwa kita. Lukakanlah Sadhāna dengan konsisten dan berkesinambungan. Tidak perlu tahu banyak mantra tetapi kita tidak paham terhadap arti, makna yang tersirat didalamnya, cukup satu mantra tetapi kita paham dan memiliki Sadhāna . saat ini, banyak orang tahu banyak jenis mantra tersebut, hal seperti itu tak ubahnya seperti tong kosong yang bunyinya nyaring tapi tidak memiliki kekuatan. 4. Chānda; teknik pengucapan mantra sangat penting keberadaannya, karena jika sebuah mantra salah memberikan penekanan dan pemenggalan sesuai dengan Chānda atau guru laghu dan guru bhasanya, tentunya akan memiliki arti dan maksud yang berbeda. Mengenai irama itu sesuai dengan bakat suara masing-masing sadhaka. 5. Kriya; kegiatan berupa pemujaan, baik luar maupun dalam dengan pengetahuan tentang arti esoterik dan eksoteriknya, ataupun pemujaan dalam semacam pengorbanan keakuan atau pembakaran segala keinginan. (Sudarma, 1998: 6). 1.
F. Penggunaan Mantra
Menurut waktu penggunaannya mantra dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu: Nitya Karma Puja, yaitu pengucapan mantra yang dilaksanakan setiap hari secara rutin, misalnya seperti Puja Tri Sa ṇdhya, yang dilaksanakan setiap hari. Nitya Karma Puja ada dua jenis, yaitu: 1. a. Saṇdhyā Vandanā atau Sa ṇdhyŏpāsanā, yaitu pemujaan yang dilakukan pada setiap pertemuan waktu, artinya doa dan pemujaan yang dipersembahkan kepada Tuhan, pada pertemuan waktu (sa ṇdhi) malam hari dengan pagi hari, tengah hari dan pertemuan antara sore hari dengan malam. Sa ṇdhyŏpāsanā harus dilakukan pada saat Sa ṇdhya yang tepat, agar mendapat manfaat yang sebesar-besarnya berupa Brahma Teja (Pencerahan Brahman), karena pada tiaptiap Saṇdhya itu terdapat perwujudan kekuatan khusus yang akan lenyap apabila Saṇdhya tersebut berlalu. Kekuatan-kekuatan khusus tersebut dapat memotong rantai sa ṁsara masa lalu dan mengubah seluruh situasi masa lalu seseorang, serta memberikan kemurnian dan keberhasilan setiap usaha, dan menjadikannya penuh daya serta ketenangan. Pelaksanannya Sa ṇdhya mutlak diperlukan bagi seseorang yang menelusuri jalan kebenaran, karena pelaksanaan Saṇdhya merupakan kombinasi dari Japa Upāsana, Svadhyāya, Meditasi, Konsentrasi, Āsana,, Pra ṇāyāma, dan lain sebagainya. Pelaksanaan Saṇdhyŏpāsanā bersifat wajib, perlu dipelajari tata tertib pelaksanaannya agar memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya; karena kalau tidak dilaksanakan akan menimbulkan Pratyavaya Do ṣa atau doda karena lalai, dan jelas akan kehilangan Brahmma Teja atau kecemerlangan spiritual. Referensi bacaan: Chandogya Upaniṣad II.24, I.24, III.16, I.7; Brahma Upani ṣad; Maitreya Upaniṣad II.13-14; Jabalŏpaniṣad. 12,13, dan sebagainya. 2. Japa atau Namasmarana ṁ, yaitu pemujaan yang dilakukan untuk mengagungkan nama-nama suci Tuhan dengan cara menyebut secara berulangulang. Dapat pula dibantu dengan mala/rudraksa/ruas jari tangan atau menuliskannya di buku secara terus-menerus/berulang-ulang. 2. Naimitika Karma Puja , yaitu pengucapan mantra yang dilakukan secara insidential pada waktu-waktu tertentu saja. Misalnya: mantra yang diucapkan ketika upacara abhiseka, peletakan batu pertama, dalam berbagai sa ṁskāra, Purnama, Tilem, dan sebagainya. Dalam pelaksanaannya Naimitika Karma Puja ini ada yang berdasarkan Panca Wara, Sapta Wara, Wuku, Sasih/Bulan, Varsa/tahun, dan berbagai kejadian yang dianggap penting, seperti Gerhana Matahari, Gerhana Bulan, Wabah, tempat angker, dan sebagainya. 1.
G. Tetikesan Pemujaan (Purnama-Tilem) Persiapan Kebersihan Jasmani: •
•
•
•
Menggosok gigi: Om shri bhatari sayoga ya namah svaha – Ya Tuhan, besihkalah gigi hamba dari segala kotoran. Berkumur: Om vaktra suddha mam svaha – Ya tuhan, bersihkalah mulut hamba dari segala kotoran. Mandi: Om parama gangga sarira suddha mam svaha – Ya Tuhan, bersihkanlah seluruh badan hamba dengan air ini dari kotoran. Mencuci tangan: Om Ung Hrah Phat astra ya namah svaha – Ya Tuhan, bersihkanlah tangan hamba dari kotoran.
•
•
•
•
•
•
•
Mencuci kaki: Om Pang pada ya namah svaha – Ya Tuhan, bersihkanlah kaki hamba dari kotoran. Keramas: Om Ghring Siva ya namah svaha – Ya Tuhan, bersihkanlah rambut hamba dari kotoran. Bercermin: Om vesnava ya namah svaha – Ya Tuhan, anugrahkalah sinar kesucian kepada hamba. Bersisir: Om shri dewi byo namah svaha – Ya Tuhan, anugrahkanlah kewibawaan kepada hamba. Mengambil pakaian: Om sarva busana ya namah svaha- Ya Tuahan, sucikanlah pakaian hamba. Berpakaian: Om Siva busana ya namah svaha – Ya Tuhan, hamba memujaMu dalam prabhavaMu sebagai Siva semoga menyatu dalam jasmani hamba. Mekampuh: Om Mahadeva ya namah svaha – Ya Tuhan, hamba puja Engkau sebagai Mahadeva yang menyatukan sabda-bhayu-idep dalam jasmani hamba.
Persiapan Sarana: • •
•
Alas duduk (tikar, karpet, dsb) Sebuah gelas/tempat tirtha berisi air bersih (diletakkan di pelingih, pelangkiran, altar, sanggar pemujaan)- untuk memohon tirtha wangsuhpada. Sebuah mangkok kecil berisi beras yang sudah dicuci bersih diberi wewangian (bija) Dupa secukupnya Sesajen / Banten / Upakara / Bunga / Canang Sari / Kwangen secukupnya o o
•
Sebuah nampam yag berisikan:
Persiapan rohani: •
•
•
•
Pemusatan pikiran dengan sikap: Padmasana (untuk pria), Bajrasana (unuk wanita), Padasana (berdiri), Savasana (untuk orang sakit), dsb. Menyalakan dupa: Om Ang dupam samarpayami ya namah svaha – Ya Tuhan, hamba puja Engkau dalam sinar suciMu sebagai Brahma, pengantar bhakti hamba kepadaMu. Menghaturkan dupa: Om Ang dupa dipastra ya namah svaha – Ya Tuhan, hamba puja Engkau sebagai Brahma, hamba mohon ketajaman sinar sucimu dalam menyucikan dan menjadi saksi sembah hamba kepadaMu. Membersihkan bunga dengan asap dupa: Om puspa danta ya namah svaha – Ya Tuhan, sucikanlah kembang ini dari segala kotoran. PALET I Upadeku (Utpatti, Deva Partistha, Kuta Mantra)
Upatti
Upatti ini dilaksanakan untuk membersihkan diri kita, agar dalam melaksanakan pemujaan nanti kita bisa memberikan energi yang bagus terhadap tempat dimana kita akan memuja sehingga bisa memberikan vibrasi yang bagus adapun tahap-tahap yang mesti dilaksanakan dalam melakukan Upatti antara lain :
Asana
Sikap tangan di depan hulu hati dengan sikap deva pratistha Om Prasada Sthiti Sarira Siva Suci Nirmala ya namah svaha
Karasodana Om Sodha mam svaha Om Ati Soddha mam svaha
Pranayama Tarik nafas
: Om Ang namah
Tahan nafas
: Om Ung namah
Buang nafas
: Om Mang namah
Penyembahan I Tangan diatas ubun-ubun dengan sikap Anjali dengan maksud kita memuja Hyang Widhi dengan tulus sehingga kita bisa mendapatkan keheningan pikiran. Om Hrang Hring Sah Parama Siva Aditya ya namah svaha
Mensucikan bunga dan dupa Tangan didepan hulu hati dengan sikap deva pratistha, dengan maksud untuk membersihkan sarana dan prasarana yang kita pergunakan dalam memuja Hyang Widhi. Dupa
: Om Ang Dhupa Dipastra ya namah svaha
Bunga : Om Puspa Danta ya namah svaha
Mensucikan Air I Tangan di depan hulu hati dengan sikap deva pratistha, dengan maksud untuk memohon kepada Devi Gangga agar membersihkan air ini dari segala kekotoran. Bunga : Om Puspa Danta ya namah svaha (dalam hati) Om Hrang Hring Sah Parama Siva Gangga Tirtha Amerta ya namah svaha
Mensucikan Air II
Tangan didepan hulu hati dengan sikap deva pratistha, supaya Siva membersihkan air ini dari segala kekotoran. Bunga : Om Puspa Danta ya namah svaha (dalam hati) Om Siva Amertha ya namah svaha
Lalu bunga dimasukkan ke dalam air Tangan didepan hulu hati dengan sikap deva pratistha, supaya Sadasiva membersihkan air ini dari segala kekotoran. Bunga : Om Puspa Danta ya namah svaha (dalam hati) Om Sadasiva Amertha ya namah svaha
Lalu bunga dimasukkan ke dalam air Tangan di depan hulu hati dengan sikap deva pratistha, supaya Paramasiva membersihkan air ini dari segala kekotoran. Bunga : Om Puspa Danta ya namah svaha (dalam hati) Om Paramasiva Amertha ya namah svaha
Lalu bunga dimasukkan ke dalam air Membersihkan badan
Pemercikan tirtha ke badan Om Budha Pawitra ya namah Om Dharma Maha Tirtha ya namah Om Sang Hyang Maha Toya ya namah svaha
Kuta Mantra Kuta mantra merupakan doa untuk mensucikan tempat dimana kita akan melakukan pemujaan sehingga tempat tersebut memiliki nilai religius yang tinggi, adapun mantranya adalah : Tangan di depan hulu hati dengan sikap deva pratistha. Bunga : Om Puspa Danta ya namah svaha (dalam hati) Om Hung Hrah Phat Astra ya namah Om Atma Tattvatma Suddha mam svaha
Om Ksama Sampurna ya namah svaha Om Shri Pasupataye Hung Phat Om Shriyam bhavantu Sukham Bhavantu Purnam Bhavantu ya namah svaha
Bunga di buang ke depan
Padmasana Mantra atau doa yang dipanjatkan pada tahapan ini bertujuan untuk mensucikan padmasana, padmasari, pelangkiran serta yang lainnya, doa yang di ucapkan adalah Tangan di depan hulu hati dengan sikap deva pratistha Bunga : Om Puspa Danta ya namah svaha (dalam hati) Om Ananta Sana ya namah svaha Om Padmasana ya namah svaha Om Deva Pratistha ya namah svaha
Tangan diatas ubun-ubun dengan sikap Anjali Om Hrang Hring Sah Parama Siva Aditya ya namah svaha
Tangan di depan hulu hati dengan sikap deva pratistha Bunga : Om Puspa Danta Ya namah svaha (dalam hati) Om I – Ba – Sa – Ta – A Om Wa – Si – Ma – Na – Ya
Mang – Ung – Ang Namah Lalu bunga dibuang ke depan Tangan didepan hulu hati dengan sikap deva pratistha Bunga : Om Puspa Danta ya namah svaha (dalam hati) Om Sa – Ba – Ta – A – I
Om Na – Ma – Si – Va – Ya Ang – Ung – Mang Namah
Bunga di buang ke depan Deva Pratistha
Deva pratistha merupakan mantra pemujaan yang ditujukan kepada para deva supaya berkenan hadir dan berstana di tempat yang akan kita puja, adapun mantra yang di ucapkan adalah : Tangan didepan hulu hati dengan sikap deva pratistha Bunga : Om Puspa Danta ya namah svaha (dalam hati) Om Pranamya Sang Linggam, Deva Linggam Mahesvara Sarva Devati Devanam Tasmei Lingga ya namah svaha
Bunga di buang ke depan Mantram Genta:
Menyucikan Genta : •
•
Genta dipegang dengan tangan kiri, tangan kanan memegang sekar dipakai memercikan toya anyar pada Genta sebanyak 3 x mantra : Om Ung Visnu ya namah svaha. Selanjutnya Genta diukupi asep dengan tangan kanan sambil memutar kekanan (Pradaksina) sebanyak 3 x mantra : Om Ang Dupa Astra ya namah. Kemudian Sekar disuntingkan pada ujung tangkai Genta.
Ngastawa Genta Genta dipegang dengan tangan kiri didepan dada, sedangkan tangan kanan memegang pentil (sikap Deva pratista) dengan mantra : Om karah Sadasivastah, jagatnatha hitangkarah, Abhivada-vadaniyah, ghanta sabdah prakasyate. Om Ghanta-sabdah maha sresthah Om karah parikirtitah. Candrardha – bindu – nadantam, sphulingga Sivatattvan-ca. Om Ghantayur pujyate devah a-bhavya-bhavya karmesu
Varadah labda-sandheyah, varam-siddhir nirsangsayam. PALET II Ngaksama, memohon tirtha pabersihan, palukatan, dan tirtha prayascitta Ksama Puja:
Tangan didepan hulu hati dengan sikap deva pratistha: Bunga : Om Puspa Danta ya namah svaha (dalam hati) Om Ksamasva mam Mahadeva Sarva Prani Hitankara Mamoca Sarva Papebhyah Phalayasva Sadasiva Om Papo`ham Papa Karmaham Papatma Papa Sambhavah Trahimampundharikaksah Kenancit Mama Raksantu Om Ksantavyah Kayiko Dosah Ksantavyo Vaciko Mama Ksantavyo Manaso Dosah Tat Pramadat Ksamasva mam Om Hinaksaram Hina Padam Hina Mantram Tataivaca Hina Bhakti Hina Vrddhim Sadasiva Namo’stute Om Mantra Hina Kriya Hinam Bhakti Hinam Mahesvara Yat Pujitam Mahadeva
Paripurnam Tad Astu me
Bunga di buang ke depan Memohon tirtha pabersihan, palukatan, Apsu Deva Tangan didepan hulu hati dengan sikap deva pratistha Bunga : Om Puspa Danta ya namah svaha (dalam hati) Om Apsudeva Pavitrani Gangga Devi Namo’stute Sarva Klesa Vinasanam Toyane Parisuddhaya Te Sarva Papa Vinasini Sarva Roga Vimocane Sarva Klesa Vinasanam Sarva Bhogam Avapnuyat
Masukkan bunga ke tempat tirtha
Pancaksaram Tangan didepan hulu hati dengan sikap deva pratistha Bunga : Om Puspa Danta ya namah svaha (dalam hati) Om Pancaksaram Maha Tirthan Pavitram Papanasanam Papa Koti Sahasranam Agadham Bhavet Sagaram Om Pancaksaram Param Brahma, Pavitram Papanasanam Parantam Parama Jnanam
Siva Lokam Pratam Subham Om Namo Siva Iti Yo Yam Para Brahma Atmane Devanam Para Sakti Panca Deva Panca Rsi Bhavet Agni Om A Karasca U Karasca, Ma Kara Vindu Nadakam Pancaksaram Maya Protam Om Kara Agni Mantranke ya namah svaha
Masukkan bunga ke tempat tirtha
Gangga Stava Tangan didepan hulu hati dengan sikap deva pratistha Bunga : Om Puspa Danta ya namah svaha (dalam hati) Om Gangga Sarasvati Sindhu Su-Yamuna Godhavari Narmada Kaveri Sarayu Mahendra Tanaya Carmanvati Venuka Om Badhra Netra Vati Mahasuranadi Kyatancaya Gandhaki Punyah Purna Jale Samudrah Sa Hetangkur Watu Te Manggalam ya namah svaha
Masukkan bunga ke tempat tirtha
Pasupati Puja Doa ini digunakan untuk memberikan energi pada air supaya memiliki kekuatan yang sangat ampuh untuk menghidupkan air sehingga memiliki kekuatan illahi. Tangan didepan hulu hati dengan sikap deva pratistha Bunga : Om Puspa Danta ya namah svaha (dalam hati) Om Sang Hyang Pasupati Ang Ung Mang ya namah svaha
Om Brahma Astra Pasupati ya namah svaha Om Wisnu Astra Pasupati ya namah svaha Om Rudra Astra Pasupati ya namah svaha Om Isvara Astra Pasupati ya namah svaha Om Ya namah svaha Om Sang Hyang aji Sarasvati Tumurun Maring Surya Chandra Angawe Pasupati Mahasakti Angawe Pangurip Maha Sakti Angurip Sahananing Raja Karya Teka Urip Teka Urip Teka Urip Om Sang Hyang Akasa Pertivi Pasupati Angurip tirtha………. Om Eka Vastu Vignam Svaha
Masukkan bunga ke tempat tirtha Mantra Prayascita Mantra Pangeresikan
Pangeresikan dipegang dengan kedua tangan didepan hulu hati Om asta sastra empu sarining visesa Tepung tawar amunahaken angilangaken sahananing sebel kandel Cuntakaning pebhaktyaning hulun Om sanut sang kala pegat Pegat rampung sahananing visesa Om shri Devi bhatrimsa yogini ya namah Om gagana murcha ya namah svaha.
Isi pengeresikan ditaburkan ke depan (arah Banten)
Air
Tangan didepan hulu hati dengan sikap deva pratistha Bunga : Om Puspa Danta Ya namah svaha (dalam hati) Om Gangga Devi Maha Linggam Siva Dvara Maha Pujam Sarva Amerta Manggala Ya Tirta Nadi Maha Toyam Om Shri Gangga Devayai namah svaha
Masukkan bunga ke tempat tirtha
Bungkak Gading Tangan didepan hulu hati dengan sikap deva pratistha Bunga : Om Puspa Danta Ya namah svaha (dalam hati) Om I – Ba – Sa – Ta – A Sarva Mala Prayascitta ya namah Om Sa – Ba – Ta – A – I Sarva Papa Pataka Lara Roga Vighna Prayascitta ya namah Om A – Ta – Sa – Ba – I Sarva Dasa Mala Geleh Pateleteh Prayascitta ya namah svaha
Masukkan bunga ke tempat tirtha
Natab Tangan didepan hulu hati dengan sikap deva pratistha Bunga : Om Puspa Danta Ya namah svaha (dalam hati) Om Prayascita Kara Yogi Visyan Tayet Catur Vaktranca Puspadhyam Om Greng Prayascitta Subhagyam Astu
Masukkan bunga ke tempat tirtha PALET III
Menstanakan Hyang Widhi
Astra mantra Tangan didepan hulu hati dengan sikap deva pratistha Bunga: Om Puspa Danta ya namah svaha (dalam hati) Om Hung Hrah Phat Astra ya namah Om Atma Tattvatma Sudamam Svaha Om Ksama Sampurna Ya Namah Svaha Om Shri Pasupataye Hung Phat Om Shriam bhavantu Sukham Bhavantu Purnam Bhavantu ya namah svaha
Bunga di buang ke depan
Memepersembahkan dupa Dupa di pegang di epan hulu hati dengan sikap tangan deva pratistha Om Ang Brahma Sandhya namah Om Ung Visnu Sandhya namah Om Mang Isvara Tri Purusa Ya namah svaha
Dupa ditaruh ditempatnya semula
Surya Stava Tangan didepan hulu hati dengan sikap deva pratistha Bunga: Om Puspa Danta ya namah svaha Om Adhityasya Paramjyotih Rakta Teja Namo’stute
Siva Agni Teja Mayanca Siva Deva Visiantakam Om Padma Lingganca Pratistha Asta Deva Parikirtitham Sivagraha Samyuktam Ghanaksaram Sadasiva Om Hrang Hring Sah Paramasiva Surya Chandra ya namah svaha
Bunga di buang ke depan
Akasa Stava Tangan didepan hulu hati dengan sikap deva pratistha Bunga: Om Puspa Danta ya namah svaha Om Akasa Nirmalam Sunyam Guru Deva Bhyomantaram Siva Nirbhanam Viryanam Reka Omkara Vijaya Om Ah Akasa Bhyo namah svaha
Bunga di buang ke depan Perthivi Stava Tangan didepan hulu hati dengan sikap deva pratistha Bunga: Om Puspa Danta ya namah svaha Om Perthivi Sariram Devi Catur Deva Mahadevi Catur Asrami Bhatari
Siva Bhumi Maha Siddhi Om Shri Bhava Devayai namah svaha
Samodhaya Stava Tangan didepan hulu hati dengan sikap deva pratistha Bunga: Om Puspa Danta ya namah svaha Om Samodhaya Sivaya Nara Astava Sanggaya Sajnana Mona Sanggaya Namastu Bhayu Akasa Om Perthivi ya namah Basuki ya namah Chandra Adhitya Na Srahaya Ghana Kumarayai svaha Om Sarasvati Shri svaha Yama Ludra ya Sanggaya Kuvera, Baruna ya namah Brahma Wisnu Mahadeva ya namah svaha
Bunga di buang ke depan Lingga Stava Tangan didepan hulu hati dengan sikap deva pratistha Bunga: Om Puspa Danta ya namah svaha Om Linggantu Sarva Devatam Om Linggantu Sarva Devanca Om Linggantu Sarva Devanam
Om Shri Guru Bhyo namah svaha
Bunga dibuang ke depan
PALET IV
Mempersembahkan Upakara
Astra mantra Tangan didepan hulu hati dengan sikap deva pratistha Bunga: Om Puspa Danta ya namah svaha (dalam hati) Om Hung Hrah Phat Astra ya namah Om Atma Tattvatma Suddha mam svaha Om Ksama Sampurna ya namah svaha Om Shri Pasupataye Hung Phat Om Shriam bhavantu Sukham Bhavantu Purnam Bhavantu ya namah svaha
Bunga di buang ke depan
Memepersembahkan dupa Dupa dipegang dengan kedua tangan di depan hulu hati Om Ang Brahma Sandhya Namah, Om Ung Visnu Sandhya Namah Om Mang Isvara Tri Purusa Ya namah svaha Mantra Pejati ( Daksina, Ajuman, Katipat Kelanan)
Tangan didepan hulu hati dengan sikap deva pratistha Bunga: Om Puspa Danta ya namah svaha (dalam hati) Om Siva sutram yajna pavitram paramam pavitram Prajapatir yogayusyam Balam astu teja paranam
Guhyanam triganam trigunatmakam Om namaste bhagavan Agni Namaste bhagavan Harih Namaste bhagavan Isa Sarva bhaksa utasanam Tri varna bhagavan Agni Brahma Visnu Mahesvara Saktikam pastikanca raksananca saiva bhicarukam. Om Paramasiva Tanggohyam Siva Tattva Parayanah Sivasya Pranata Nityam Candhisaya Namostute Om Naividyam Brahma Visnuca Bhoktam Deva Mahesvaram Sarva Vyadi Na Labhate Sarva Karyanta Siddhantam. Om Jayarte Jaya mapnuyap Ya Sakti Yasa Apnoti Siddhi Sakalam Apnuyap Paramasiva Labhate ya namah svaha
Bunga di buang ke depan (arah Banten) lalu diperciki tirtha Mantra Canang Sari
Tangan didepan hulu hati dengan sikap deva pratistha Bunga: Om Puspa Danta ya namah svaha (dalam hati) Om tamolah panca pacara guru paduka bhyo namah swaha Om shri Deva Devi Sukla ya namah svaha
Bunga di buang ke depan (arah Banten) Mantra ngayabang upakara
Tangan didepan hulu hati dengan sikap deva pratistha Bunga: Om Puspa Danta ya namah svaha (dalam hati) Om Deva Bhatyam Maha Sukham Bojanam Parama Saamerthan Deva Baksya Mahatustam Boktra Laksana Karanam Om Bhuktyantu Sarva Ta Deva Bhuktyantu Triloka Natha Sagenah Sapari Varah Savarga Sada Sidha Sah Om Deva Boktra Laksana ya namah Deva Tripti Laksana ya namah Treptya Paramesvara ya namah svaha
Bunga di buang ke depan (arah Banten) Mantra Panyeneng/Tehenan/Pabuat
Penyeneng dipengan dengan kedua tangan didepan hulu hati Om Kaki panyeneng Nini Panyeneng Kajenengan denira Sanghyang Brahma Visnu Iswara Mahadeva Surya Chandra Lintang Teranggana Om shri ya namah svaha.
Isi penyeneng ditaburkan ke depan (arah Banten) Mantra Peras
Tangan didepan hulu hati dengan sikap deva pratistha Bunga: Om Puspa Danta ya namah svaha (dalam hati) Om Panca wara bhawet Brahma Visnu sapta wara waca
Sad wara Isvara Devasca Asta wara Siva jnana Omkara muktyate sarva peras prasidha siddhi rahayu ya namah svaha.
Bunga di buang ke depan (arah Banten) lalu diperciki tirtha Pemercikan Tirtha ke semua upakara Om Pertama Sudha, Dvitya Sudha Tritya Sudha Caturti Sudha Pancami Sudha Sudha Sudha Variastu Ya namah svaha. Om Puspam Samarpayami Om Dupam Samarpayami Om Toyam Samarpayami Sarva Baktyam Samarpayami Mantra Segehan
Tangan didepan hulu hati dengan sikap deva pratistha Bunga: Om Puspa Danta Ya namah svaha (dalam hati) Om Atma Tattvatma suddha mam svaha Om svasti-svasti sarva bhuta suka pradhana ya namah svaha Om shantih shantih shantih Om.
Bunga di buang ke depan (arah segehan) lalu diperciki tirtha Mantra Metabuh Arak Berem
Sambil mengucapkan mantra sambil menuangkan petabuhan Om ebek segara, ebek danu
Ebek banyu premananing hulun ya namah swaha. Doa Ini dipakai bila sarananya hanya bunga, air dan dupa saja Om Puspam Samarpayami Om Dupam Samarpayami Om Toyam Samarpayami Sarva Baktyam Samarpayami
PALET V
PENUTUP
Astra mantra Tangan didepan hulu hati dengan sikap deva pratistha Bunga: Om Puspa Danta ya namah svaha (dalam hati) Om Hung Hrah Phat Astra ya namah Om Atma Tattvatma Suddha mam svaha Om Ksama Sampurna ya namah svaha Om Shri Pasupataye Hung Phat Om Shriyam bhavantu Sukham Bhavantu Purnam Bhavantu Ya namah svaha
Bunga di buang ke depan Ngaksara Jagatnatha
Tangan didepan hulu hati dengan sikap deva pratistha Bunga: Om Puspa Danta ya namah svaha (dalam hati) Om Ksamasvamam Jagatnatha Sarva Papa Nirantaram Sarva Karya Siddhan Dehi
Pranamya Karya Suryasvaram Tvam Surya Tvam Sivakarah Tvan Ludra Bahni Laksanam Tvamna Mani Sarva Gatakarah Mama Karya Prajayate Om Ksamasvamam Mahasakti Asta Aisvarya Gunaatmakam Nasayet Satatam Papam Sarva Loka Darsanam Om Anugraha Mano Haram Deva Datha Nugrahaka Arcanam Sarva Pujanam, Namo Sarva Nugrahaka Deva Devi Mahasiddhi Yajnanga Nirmalatmakam Laksmi Sidisca Dirgahayur Nirvighnam Sukha Verddhisca
Bunga di buang ke depan PALET VI Sembahyang Asana: Om prasada sthiti sarira Siva suci nirmala ya namah svaha – Ya Tuhan,
anugrahkanlah kepada hamba ketenangan dan kesucian dalam batin hamba. Pranayama dengan •
•
•
sikap tangan Amustikarana:
Menarik napas; Om Ang namah – Ya Tuhan, hamba puja Engkau sebagai pencipta dan sumber dari segala kekuatan, anugrahi hamba kekuatan batin Menahan napas: Om Ung namah – Ya Tuhan, hamba puja Engkau sebagai pemelihara dan sumber kehidupan anugrahi hamba ketenangan batin Mengeluarkan napas: Om Mang namah – Ya Tuhan, hamba puja Engkau sebagai pelebur segala yang tidak berguna dalam kehidupan, anugrahi hamba kesempurnaan batin.
Karasoddhana
Tangan kanan: Om Soddha mam svaha – Ya Tuhan, sucikanlah seluruh badan jasmani hamba Tangan kiri: Om Ati soddha mam svaha – Ya Tuhan, sucikanlah seluruh badan rohani hamba Puja Tri Sandhya Om bhur bhuvah svah Tat savitur varenyam Bhargo devasya dhimahi Dhyo yo nah praccodayat
Ya Tuhan, yang menguasai ketiga dunia ini, Yang Mahasuci dan sumber dari segala kehidupan, anugrahi hamba sinar penerangan dengan cahayaMu Yang Mahasuci Om narayana evedam sarvam Yad bhuta yasca bhavyam Niskalangko niranjano nirvikalpo Nirakhyatah suddho deva eko Narayano na dvityo’sti kascit
Ya tuhan, hamba puja Engkau sebagai Narayana pencipta alam semesta beserta isinya, Engkau Mahagaib, tak berwujud, dan tak terbatas oleh waktu, dapat mengatasi segala kebingungan, Engkau Mahasuci, Mahaesa, dan tidak ada duanya, dan dipuja oleh semua mahluk Om tvam sivah tvam mahadeva Isvarah paramesvarah Brahma visnusca rudrasca Purusah parikirtitah
Ya Tuhan, Engkau hamba puja dalam sinar suci dan saktiMu sebagai Siva, Mahadeva, Isvara, Paramesvara, Brahma, Visnu, dan juga Rudra, karena Hyang Widhi adalah sumber dari segala yang ada Om papo’ham papakarmaham Papatma papasambhavah Trahi mam pundarikaksa Sabahya bhyantarah sucih
Ya Tuhan, hamba ini penuh dengan kenestapaan, perbuatan hamba penuh dengan kenestapaan, jiwa dan kelahiran hamba penuh dengan kenestapaan, hanya Engkaulah yang dapat menyelamatkan hamba dari kenestapaan itu, semoga dapatlah disucikan lahir-bathin hambaMu ini. Om ksamasva mam mahadevah Sarva prani hitangkara Mamoca sarve papebhyah Phalayasva sadasiva
Ya Tuhan, ampunilah hamba hyang Widhi, yang memberikan keselamatan semua mahluk, ampuni hamba dari segala dosa, dan limpahkanlah perlindungan kepada hamba. Om ksantavah kayiko dosah Ksantavyo vaciko mama Kksantavyo manaso dosah Tat pramadat ksamasva mam
Ya Tuhan, ampunilah segala dosa hamba, baik yang berasal dari perbuatan, perkataan, dan pikiran, maupun dari segala kesalahan hamba Om santih santih santih Om
Ya Tuhan, semoga ada kedamaian dalam hati, di dunia, dan semuanya damai untuk selamanya atas anugrahMu. Kramaning Sembah
Muspa Muyung: Om Atma tattvatma suddha mam svaha – Ya Tuhan, Engkau adalah merupakan sumber Atman dari semua ciptaanMu, sucikanlah hambaMu. Muspa dengan bunga ke hadapan Siva Adhitya sebagai saksi pemujaan: Om Adityasya param jyotih Rakta teja namo’stute Sveta pangkaja madhyasta Bhaskaraya namo’stute Om Hrang Hring Sah paramasiva adhitya ya namah svaha
Ya Tuhan, hamba puja Engkau sebagai sumber cahaya yang merah cemerlang, penuh kesucian yang bersemayam di tengah-tengah teratai berwarna putih, sembah sujud hamba kepada sumber segala cahaya, Ya Tuhan, Engkau adalah ayah semesta alam, ibu semesta alam, Engkau adalah Paramasiva devanya matahari,anugrahkanlah kesejahtraan lahir-bathin. Muspa dengan kwangen/bunga ke hadapan Hyang Widhi dengan Ista devataNya: Om namo devaya adhistanaya Sarva vyapi vai sivaya Padmasana eka prathistaya Ardhanaresvarya namah svaha
Ya Tuhan, hamba puja Engkau sebagai sumber sinar yang bersinggasana di tempat paling utama, hamba puja sebagai Siva penguasa semua mahluk, kepada devata yang bersemayam pada tempat duduk bunga teratai di suatu tempat, kepada Ardhanaresvari hamba memuja. Muspa dengan kwangen/bunga kehadapan Hyang Widhi untuk memohon waranugraha: Om anugraha manoharam Deva datta nugrahaka Arcanam sarva pujanam Namh sarva nugrahaka Deva devi mahasiddhi yajnangga nirmalatmakam Laksmi siddhisca dirgahayuh Nirvighna sukha verddhisca
Ya Tuhan, Engkau yang menarik hati pemberi anugrah, anugrah pemberian devata, pujaan segala pujaan, hamba memujaMu sebagai pemberi segala anugrah, kemahasiddian pada deva dan devi berwujud yajna suci. Kebahagiaan, kesempurnaan, panjang umur, bebas dari rintangan, kegembiraan dan kemajuan rohani dan jasmani. Muspa Muyung, sebagai penutup persembahyangan: Om deva suksma paramacintya ya namah svaha Om santih santih santih Om
Ya Tuhan, hamba memuja Engkau devata yang tak terpikirkan, maha tinggi dan maha gaib. Ya Tuhan, anugrahkanlah kepada hamba kedamaian, damai, di hati, damai di dunia, dan semoga semuanya damai atas anugrahMu
PALET VII Mohon Tirta Vasuh Pada
Astra mantra Tangan didepan hulu hati dengan sikap deva pratistha Bunga: Om Puspa Danta ya namah svaha (dalam hati) Om Hung Hrah Phat Astra ya namah Om Atma Tattvatma Suddha mam svaha Om Ksama Sampurna ya namah vvaha Om Shri Pasupataye Hung Phat Om Shriyam bhavantu Sukham Bhavantu Purnam Bhavantu ya namah svaha
Bunga dibuang ke depan (ke arah Tirtha) Pranamya kepada Adhitya
Tangan didepan hulu hati dengan sikap deva pratistha Bunga: Om Puspa Danta ya namah svaha (dalam hati) Om Pranamya bhaskara devam Sarva klesa vinasanam Pranamya adhitya Sivartam Bhukti mukti varapradam Om Hrang Hring Sah Paramasiva Gangga tirtha amertha ya namah svaha
Bunga dibuang ke depan (ke arah Tirtha) Pancaka Tirtha
Tangan didepan hulu hati dengan sikap deva pratistha Bunga: Om Puspa Danta ya namah svaha (dalam hati) Om Gangga Sarasvati Sunyam
Jaya Tirtha Mahottamam Jaya Shri Jaya Murtinam Sarva Klesa Vinasanam. Om Bhur Bhuvah Svah Maha Gangga Tirtha Pavitrani ya namah svaha
Bunga dibuang ke depan (ke arah Tirtha Pemercikan Tirtha
Doa ketika metirtha: Om Ang Brahma amrta ya namah Om Ung Visnu amrta ya namah Om Mang Isvara amrta ya namah
Ya Tuhan, dalam wujud Brahma Ya Tuhan , dalam wujud Visnu Ya Tuhan, dalam wujud Isvara Anugrahkan air suci kepada hamba Doa minum tirtha: Om Om sarira ya namah Om Om sadasiva ya namah Om Om paramasiva ya namah
Ya Tuhan sebagai Siva, Sadasiva, Paramasiva, anugrahilah badan dan rohani ini air suci Doa ketika meraup tirtha: Om Om sarira purna ya namah Ang Ung Mang gangga amrta ya namah Sarira suddha parama teja ya namah Om Ang sama sampurna ya namah
Ya Tuhan, sempurnakanlah badan ini, Ya Tuhan sebagai perwujudan gangga amrta, anugrahilah diri kami kesucian, sinar yang maha suci, yang maha sempurna
Memasang Bija •
•
•
Diletakkan di selaning lelata: Om shriyam bhavantu – Ya Tuahan, semoga kebahagiaan meliputi kami Diletakkan di pangkal tenorokan: Om sukham bhavantu – Ya Tuhan, semoga kesenangan selalu datang pada hamba Ditelan tanpa dikunyah: Om purnam bhavantu, Om ksama sampurna ya namah svaha – Ya Tuhan, semoga segala kesempurnaan menjadi bertambah sempurna pada diri hamba Memasang bunga
•
•
Diletakkan di ubun-ubun: Om Siva Raditya ya namah svaha - Ya Tuhan, sebagai saksi semuanya, semoga hamba selalu dapat mengingatMu. Diletakkan di kedua telinga: Om deva shri devi ya namah svaha – Ya Tuhan, semoga kewibawaan meliputi hamba. PALET VIII Purna Puja
Tangan didepan hulu hati dengan sikap deva pratistha Om Purnam Adah Purnam Idam Purnat Purnam Udhacyate Purnasya Purnama Dhaya Purnam Iva Vasisyate Om Sarve Bhavantu Sukinah Sarve Santu Niramayah Sarve Bhadrani pasyantu Ma kascit Duhkha bhag Bhavet. Om Santih, Santih, Santih Om H. Penutup
Demikian beberapa hal berkaitan dengan tata cara memuja yang dapat disampaikan, semoga dapat dijadikan acuan standar minimal bagi para calon Pinandita. Dan apayang di bahas pada kesempatan ini tidaklah harga mati, dapat dikembangkan sesuai dengan tingkat kewenangan para Pinandita sesuai dengan petunjuk Guru Nabe yang Ngaskara ketika Pawintenan. Pūrṇa Pūja
Oṁ pūr ṇaṁ adah pūr ṇaṁ idam pūr ṇat pūr ṇaṁ udacyate pūr ṇasya pūr ṇamādhaya pūr ṇaṁ iva vasisyate. Oṁ śarve bhavantu sukhina ḥ śarve śāntu niramāya ḥ śarve badrani paśyantu Mā kaścit duhkha bhag bhavet Ya Tuhan mahasempurna, hamba yang tiada sempurna ini memujaMu, semoga itu menjadi sempurna, yang ini menjadi sempurna, karena kesempurnaan hanya dapat muncul dari sempurna. Semoga yang tidak sempurna menjadi sempurna, semoga yang ada hanyalah kesempurnaan atas karuniaMu. Semoga semuanya selalu berbahagia Semoga selalu dalam keadaan sehat Semoga semuanya sejahtera Semoga tidak seorangpun yang menderita atas karuniaMu. (Anand Krishna.1992) Oṁ Śāntiḥ Śāntiḥ Śāntiḥ Oṁ Beberapa sloka tentang para Brahmana (Pinandita) kaitannnya dengan Kelahiran & Kematian: Sat karmabhih ato nityam devatatithi pujakah Huta sesantu bhunjano brahmanaonava sidati
Seorang Brahmana, yang sehari-harinya melaksanakan 6 kewajiban agama (sat karma) dan makan sisa dari persembahan homanya setelah memuaskan para dewa dan para tamu, tak pernah menderita nasib yang buruk dalam kehidupan (Parasaradharmasastra I.38) Sandhya snanam japo homah svadhyayo devata-arcanam Vaisvadevatitheyan ca sat karmani die dine
Melaksanakan sandhya, penyucian, japa dan homa, mempelajari veda, pemujaan illahi, melaksanakan upacara kematian dan kegiatan memmuaskan para tamu, merupakan 6 kewajiban agama sehari-hari yang diperintahkan kepada seorang brahmana. (Parasaradharmasastra I.39)