TREND DAN ISSUE KEPERAWATAN GERONTIK
Terapi Lampu Obati Stres & Susah Tidur pada Lansia DI usia yang sudah lanjut, banyak yang mengalami stres dan tekanan darah yang tidak menentu. Akibatnya, para lansia cenderung mengalami kesepian dan susah tidur/insomnia. Insomnia adalah keluhan terkait rendahnya kuantitas dan atau kualitas tidur tiga hari dalam seminggu selama satu bulan. Menurut penelitian, penderita insomnia kebanyakan merupakan golongan lansia,dimana hampir 40-50% lansia mengalami insomnia. Persentase dari jumlah tersebut, penderita wanita berjumlah 54% dan pria sebanyak 36%.
Ciri-ciri yang dapat diamati pada lansia yang menderita insomnia antara lain kesulitan tidur, merasa lelah dan tidak segar saat bangun tidur, mudah marah, sering terbangun tengah malam dan tidak dapat tidur lagi, dan sakit kepala di pagi hari. Selain itu, ada juga ciri yang mudah diamati pada wajah penderita, seperti wajah memerah, tampak garis hitam pada kelopak mata bagian bawah, dan wajah t ampak pucat.
Insomnia pada lansia dapat disebabkan oleh berbagai hal, antara lain proses penuaan, kurangnya paparan cahaya matahari, penurunan aktivitas fisik, kebiaasaan buruk saat tidur misalnya terlalu sering berganti posisi tidur dan factor psikologis misalnya perubahan dalam rutinitas, dan masalah ekonomi. Selain itu, konsumsi alcohol atau kafein, serta konsumsi obat-obatan juga dapat menyebabkan insomnia.
Untuk mengatasinya, salah satu hal yang dapat dilakukan ialah dengan light therapy atau terapi lampu.Dengan metode light therapy , terbukti ampuh membuat
lansia lebih stabil dan dapat beristirahat cukup tanpa harus menggunakan cara medis.
Alat sederhana ini diberi diberi nama light box . Alat inilah yang digunakan untuk melakukan terapi yang diberi nama terapi lampu.
Alat ini hanya terdiri dari lampu khusus berwarna biru yang diletakkan di dalam kotak, dan diberi penyetel waktu saat menyala.
Light therapy hanya dilakukan pada lansia yang berumur rata-rata 45 t ahun
hingga 90 tahun, memiliki insomnia, stres, dan depresi, serta memiliki tekanan darah tinggi.
Sebaiknya, terapi dilakukan mulai pagi hari. Sebelum dilakukan terapi, para lansia diperiksa tekanan darahnya, dan diukur suhu tubuh.
Selanjutnya, penderita dilakukan terapi awal. Penderita dibawa ke dalam ruangan dengan kondisi gelap tanpa ada sinar matahari. Terapi awal dilakukan untuk merangsang hormon melatonim. Hormon hanya dapat dihasilkan oleh kelenjar pineal di dalam otak dan pembentukannya akan dipicu oleh gelap.
Lalu, penderita diminta untuk memandang light box yang dinyalakan dan hanya berintensitas 200-2500 lux atau 2,5 watt selama kurang lebih 10 menit.
Usai terapi awal, lansia dapat beraktivitas seperti biasanya. Selanjutnya menjelang malam hari, kembali dilakukan pemeriksaan darah, dan pengukuran suhu tubuh. Selama istirahat malam ruangan dipasang lampu berwarna biru dengan kondisi tertutup selama 9 jam. Selama dilakukan terapi, penderita dilarang meminum obat-obatan.
Terapi lampu secara efektif dilakukan selama tiga hari berturut-turut. Meski tampak sederhana, namun hanya dalam tiga hari sudah cukup membuahkan hasil.
Sumber : http://lifestyle.okezone.com/read/2011/03/11/195/433781/terapi-lampu-obatistres-susah-tidur-pada-lansia http://ardianumam.web.ugm.ac.id/?p=79 http://medicastore.com/penyakit/317/Insomnia_%28kesulitan_tidur%29.html