BUKU PANDUAN PELATIHAN TEKNIK VERTIKAL DAN VERTICAL RESCUE TINGKAT DASAR BAGI POTENSI SAR DI JAWA TENGAH
KERJASAMA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH DAN
QC HIGH RISK SERVICE JL. NAKULA RAYA NO. 40 SEMARANG TELP 024 3585428
GAMBARAN PELATIHAN VERTICAL RESCUE UNTUK POTENSI SAR JAWA TENGAH LATAR BELAKANG Kegiatan vertikal banyak dilakukan oleh berbagai unsur masyarakat, baik pada kegiatan profesi maupun kegiatan rekreatif. Kegiatan ini memiliki resiko besar dan berpotensi terjadi musibah pada pelakunya. Sampai saat ini belum banyak SDM yang menguasai teknik pertolongannya, terutama pada medan yang sangat sulit. Di sisi lain cukup banyak musibah yang terjadi dengan medan vertikal yang sulit untuk melakukan evakuasi para korbannya. TUJUAN 1. Memberikan gambaran secara utuh mengenai kegiatan vertikal, beserta resiko dan langkah pertolongannya. 2. Memberikan pelatihan kepada potensi SAR dari berbagai daerah untuk kemudian dapat mengembangkan kepada potensi di daerah masing – masing. 3. Memberikal pengetahuan standard dan bekal teknik maupun konsekuensi psikis kepada SDM potensi SAR untuk dapat melakukan kegiatan Pertolongan di medan vertical 4. Meningkatkan kemampuan segenap potensi SAR dan pengurus SAR setempat agar dapat menangani kegiatan pertolongan pada medan vertical GAMBARAN KEGIATAN Kegiatan Pelatihan akan dilaksanakan selama 4 hari, sebelum pelaksanaan pelatihan akan dilakukan seleksi untuk mendapatkan kuota jumlah peserta ideal. Diharapkan dengan pembatasan jumah peserta ini akan dapat mengoptimalkan penguasaan materi yang diberikan. Dari peserta yang terseleksi masih akan dilakukan penilaian akhir untuk mendapatkan sertifikat kelulusan dengan standar nilai minimal untuk dapat melakukan kegiatan pertolongan di medan vertical. Materi akan diberikan secara bertahap, dimulai dengan memberikan gambaran tentang kegiatan vertikal, dilanjutkan dengan pengenalan kegiatan self rescue dan terakhir diberikan penanganan pertolongan vertikal secara tim Prosentase materi dan praktek adalah 40% - 60%, diharapkan peserta lebih banyak melakukan praktek untuk menambah jam terbang sehingga peserta lebih menguasai materi yang diberikan Peserta juga akan diberikan materi aplikasi dengan melakukan simulasi pada Tower, dimana akhir-akhir ini banyak sekali terjadi kasus kecelakaan dan evakuasi dengan medan tower. Pada akhir kegiatan semua peserta akan diberikan Post test, untuk mengetahui seberapa jauh para peserta dapat menyerap materi yang diberikan selama pelatihan. Post Test ini juga sebagai media penilaian baik teori dan praktek yang dilakukan peserta untuk dasar mengeluarkan sertifikat sebagai tanda peserta telah menguasai kemampuan Vertikal Rescue.
MATERI 1. Pengenalan Kegiatan Vertikal, resiko dan penanganannya 2. Pengenalan, Penggunaan, dan Perawatan Peralatan Vertikal Rescue 3. Bahaya dalam kegiatan Vertikal 4. Pengenalan dasar Teknik Vertikal 5. Modifikasi 6. Self rescue 7. Pengenalan Teknik Pertolongan di medan Vertikal 8. Manajemen Peralatan 9. Tim Vertical Rescue 10. Manajemen Pertolongan Vertikal 11. Simulasi Pertolongan Vertikal 12. Diskusi dan Studi Kasus Pertolongan Vertikal BENTUK MATERI 1. Buku Panduan 2. Power Point dalam penyampaian 3. Audio Visual ( Film ) sebagai media studi kasus dan referensi 4. Praktek dan aplikasi secara langsung pada medan vertikal NARA SUMBER 1. Bagus Yulianto, Yayasan Acintyacunyata Yogyakarta 2. Imam Bukhori, Yayasan Acintyacunyata Yogyakarta 3. Liestyan Haryanto, ARES ORARI Jawa Tengah Sertifikasi UIAA ( United International Alpen Association ) 4. Bambang Wicaksono, Sertifikasi CICE, FFME ( Federation Francaise de la Montagne et de I’Escalade ) DURASI PELATIHAN 4 hari kegiatan dengan rata-rata 15 jam/hari, terbagi dalam 5 jam materi ruang - 10 jam simulasi dan praktek GAMBARAN KEGIATAN PELATIHAN 1. Pemberian materi pengantar berupa teori akan dilakukan di dalam ruangan / kelas 2. Diskusi dan studi kasus akan dilakukan di ruangan atau langsung di lapangan 3. Penambahan wawasan mengenai vertical Rescue akan diberikan melalui media visual berupa film kegiatan vertikal maupun pertolongan di medan vertikal. 4. Simulasi dan praktek akan dilakukan dengan mencoba teknik evakuasi pada gedung bertingkat, baik menaikkan, menurunkan, maupun menyeberangkan korban. 5. Penilaian kemampuan siswa pada akhir pelatihan, selain untuk mengetahui prosentase penyerapan materi juga untuk menentukan lulus atau tidaknya siswa. Aspek yang dinilai adalah pemahaman materi dan pelaksanaan praktek baik teknik vertikal maupun vertical rescue
PENINGKATAN KEMAMPUAN TEKNIK VERTIKAL dan VERTICAL RESCUE POTENSI SAR JAWA TENGAH I.
KONTRAK BELAJAR 1. Kesepakatan antara peserta dan instruktur ( informal : komitmen, formal : aturan selama pelatihan ) 2. Pembuatan tata tertib pelatihan untuk konsekuensi bersama ( Juklak, Juknis ), sanksi dan hukuman setiap ada pelanggaran 3. Review materi setiap selesai pemberian pada setiap hari selesai materi ruang 4. Penyamaan Visi dan Misi bersama, demi kemajuan bersama dengan batasan waktu yang jelas.
II.
PERKENALAN 1. Saling mengenal dan memahami antar personal 2. Saling mengenal antara tim pemateri, siswa, panitia penyelenggara, dan pengurus 3. Menciptakan suasana familiar selama pelatihan, tetapi tetap dalam batasan saling menghargai dan menghormati.
III.
HARAPAN DAN KETAKUTAN 1. Perlu dimunculkan untuk meminimalkan kendala dan keluhan selama pelaksanaan kerja ⇒ memelihara rasa takut agar selalu bertindak hati – hati dan waspada. 2. Mengoptimalkan target pelatihan dengan standar kualitas yang disepakati 3. Evaluasi harian dan pembenahan selama pelatihan, monitoring setiap waktu untuk efisiensi dan efektifitas. ( Durasi pemberian materi berkurang berarti kesempatan menambah wawasan berkurang pula, bisa dicapai dengan efisiensi dan efektifitas )
IV.
BRAINWASHING 1. Melepas ikatan organisasi / lembaga / klub setelah bergabung dalam sebuah tim baru untuk sebuah profesi Tim Penyelamat. Termasuk mengikuti aturan, standar, dan teknik yang disepakati dalam pelaksanaan pelatihan. 2. Membentuk ikatan dari masing2 individu menjadi sebuah tim kerja baru ( saling membutuhkan, saling mengingatkan, saling mengawasi dalam pelaksanaan pelatihan dengan resiko tinggi ) ⇒ Menitipkan “ HIDUP ” kepada rekan satu tim. 3. Menciptakan pola pikir secara profesional dalam tim kerja baru ( bedakan sudut pandang sebagai “ Petualang “ dan sebagai “Tim Penolong” yang Profesional ) 4. Alat hanyalah sebuah media untuk mendapatkan keamanan dan kenyamanan, tetap merupakan benda mati ( buatan manusia ). Jangan percayakan hidup kita pada sebuah alat, percayakan hidup kita pada sesama manusia yang telah membuat peralatan tersebut dengan akal pikirannya. 5. CATATAN PENTING : Sudah cukup banyak contoh kasus insiden dan kecelakaan menimpa orang – orang yang justru dianggap senior / terlatih, karena mereka terjebak dalam status “Senioritas” serta terlalu toleran terhadap segi keamanan dan mengandalkan pengalaman + jam terbang. ⇒ Bedakan antara “ SENIOR “ dan “ PROFESIONAL “
V.
MOTIVASI 1. Peluang profesi baru dalam tim baru yang profesional 2. Upaya survive dengan menciptakan tim kerja yang solid 3. Input penilaian personal , berarti peningkatan grade dan kualitas, akan mengangkat nama daerah juga. 4. Bersaing secara sehat dalam mencapai grade tertinggi, meningkatkan kemauan belajar, aktif belajar dan mencari referensi baru terkait bidang kerja, tingkatkan jam terbang kerja, tetap konsisten dan konsekuen terhadap standar minimal yang sudah ada, tingkatkan terus standar yang sudah dimiliki.
VI.
PRESSING FISIK dan PSIKIS 1. Pengaturan Stamina Titik kritis masing2 person ( terkait kondisi fisik dan stamina personal, termasuk evaluasi pola hidup sehari – hari ⇒ pola makan, pola istirahat, kebiasaan, dll ) Sifat dasar masing2 person ( terkait psikis personal, dapat berubah dengan bantuan kerjasama tim yang solid ) Pengetahuan kalori dan pengaturan pola makan Kesehatan dan Olah Raga ( stretching, posisi nyaman, kualitas istirahat ) 2. Pembuatan Pola Kerja ( personal dan Tim ) Pekerjaan sulit Beban kerja berat Durasi kerja / operasi dalam durasi lama Teknik minimal Target maksimal Fisik terforsir Pressing Psikis ( pola komando ) ⇒
KONSEKUENSI TERHADAP SAFETY PROSEDURE . . . !!!
3. Benturan antar person 4. Latihan pengendalian Emosi ⇒ Mengelola stress dan permasalahannya ( internal maupun eksternal ) VII. KREATIFITAS ⇒ Pola pikir kreatif secara umum dapat memacu kreatifitas dalam pekerjaan 1. Umum : melatih kesabaran, ketelitian serta daya juang 2. Khusus : berkaitan dengan teknik vertikal Pembuatan bivak/ flysheet Alat bantu kerja Rigging di segala medan ( pohon, bangunan, tebing ), batasan safety, mudah dan nyaman dilewati Simulasi dan diskusi dengan gambaran ( visual memudahkan pemahaman ) Setting alat untuk vertikal dengan standar safety ( webbing, ascender, descender ), seaman mungkin, senyaman mungkin ( menjadi prioritas untuk profesi Highrisk ).
VIII. INTRODUKSI dan PENYEGARAN TEKNIK 1. Penguasaan simpul dasar untuk teknik vertikal dan aplikasi untuk vertical rescue 2. Penguasaan prinsip dasar kerja masing-masing alat, memahami / menguasai sebanyak mungkin dan sedetil mungkin. 3. Fungsi optimal dan maksimal dari masing-masing alat 4. Batasan safety dari masing-masing alat Kekuatan Fungsi Penyusutan Fall Factor IX.
REFERENSI 1. Pelatihan PASS ( Positive Altitude Safety System ) PT KEM, Nurcahyana, 1996 2. Pelatihan Ekowisata Nasional – Indecon, Pondok Tingal Borobudur – Magelang, Indecon, 1999 3. Laporan Camping Remaja PLAN Gunung Kidul, Yayasan Acintyacunyata, 2000 4. Capacity Building, Canadian Crossroad International, Mc Lellan, 2000 5. Petzl , Katalog, France, 2007
KISI – KISI MATERI DASAR PEMANFAATAN TEKNIK VERTIKAL UNTUK PENYELAMATAN I.
PENGANTAR ( INTRODUKSI ) 1. Tahapan Penguasaan Teknik Vertikal • Diterapkan pada medan sulit, yang tidak dapat dijangkau secara manual • Dikembangkan dari Militer serta hobi penggiat alam bebas dan petualangan • Perkembangan peralatan dan teknik, untuk efisiensi dan efektifitas • Pemanfaatan untuk SAR dan kemanusiaan • Pekerjaan di ketinggian yang beresiko tinggi 2. Pemanfaatan Teknik Vertikal untuk bidang kerja 3. Kelebihan dan kekurangan Teknik Vertikal 4. Peluang masa Depan • Safety standar dapat diterapkan sebagai profesi dengan nilai yang tinggi • Penelitian dan Ilmu Pengetahuan • Instruktur dan Pelatih • Konsultan Safety • Aset pengetahuan dalam kehidupan sehari – hari
II.
MATA RANTAI KEAMANAN 1. Manajemen ( perusahaan, operasional lapangan, kerja personal ) 2. Pengetahuan ( teknis, non teknis, konstruksi, pendukung ) 3. Peralatan ( peralatan vertikal, peralatan pendukung ) 4. Teknik ( vertikal, pembuatan lintasan, perhitungan safety, efisiensi, efektifitas, dll ) 5. Mentalitas ( personal, tim, kelompok ) 6. Lingkungan / Alam (Faktor Cuaca dan Iklim, bahaya di luar faktor manusia ) 7. Sumber Daya Manusia ( kualitas, kuantitas, disiplin, konsekuensi, loyalitas ) 8. Kerjasama Tim ( kekompakan, kekeluargaan, ikatan batin, kepedulian, peka rasa ) 9. Kesiapan Pertolongan / Rescue ( emergency respon, self rescue, tim rescue ) 10. Kesehatan • Persiapan Fisik ( stretching, OR pendukung, peningkatan stamina ) • Kecukupan Gizi • Kebutuhan Kalori • Kualitas Istirahat
III. BAHAYA DALAM MEDAN VERTIKAL a. Faktor Manusia : pengetahuan, penguasaan, aplikasi, mentalitas, konsekuensi ⇒ Manusia sebagai Subyek kegiatan, yang menentukan keberhasilan pekerjaan b. Faktor Peralatan : jenis, bahan, fungsi, kekuatan, penyusutan ( fisik, kekuatan ) ⇒ Alat hanya media untuk mendukung efisiensi dan efektifitas sebuah pekerjaan c. Faktor Alam / Lingkungan : • Urban / perkotaan : gedung bertingkat, sumur, menara / tower, pohon • Alam Bebas : Gunung, Tebing, Sungai , Gua, Air Terjun d. Faktor Kimia ( bahan pembersih, logam, polutan, korosi, perubahan struktur, dll ) IV. P4 VERTIKAL ( Pengenalan, Penggunaan dan Perawatan Peralatan ) 1. Klasifikasi Peralatan :
a. Peralatan Vertikal Kegiatan Alam Bebas ( Kernmantle, SRT, Z-Rig, dll ) b.Peralatan Vertikal Konstruksi bangunan ( sling baja, tracker, gondola, dll ) 2. Personal Equipment : a. Vertikal : SRT, bandolier, tacklebag / daypack b.Pendukung : pakaian kerja, sepatu, kacamata, sarung tangan, masker, t4 minum, lap tangan, dll 3. Collective Equipment : kebutuhan rigging, tali, webbing, carabiner, dll 4. Peralatan Pendukung : tas tempat alat vertikal, pelindung peralatan vertikal, tempat logistik / konsumsi, rompi kerja, dll 5. Standar Modifikasi Peralatan dan Perlengkapan : standar safety, efektif dan efisien dalam segala hal ⇒ sebuah kegiatan dapat selesai lebih cepat apabila peralatan dan perlengkapan yang digunakan sesuai dengan medan yang dihadapi ⇒ sesuaikan peralatan yang tersedia dengan kesulitan medan yang ada, kreatiflah !!! V.
PENYUSUTAN PERALATAN 1. Jenis penyusutan : fisik, kualitas, kuantitas, kekuatan, safety, dll 2. Pengetahuan tentang peralatan 3. Pembelian peralatan ( murah vs kualitas, safety ) 4. Penggunaan Peralatan ( fungsi standar, modifikasi, kondisional, dll ) 5. Perawatan Peralatan ( packing, mobilisasi, pemakaian, pembersihan, pencucian, pengeringan, pelumasan, penyimpanan, dll ) 6. Penyimpanan ( pemilahan, penggantungan, kondisi tempat simpan, beban minimal pada saat simpan ) 7. Kontrol rutin, monitoring sirkulasi peralatan dan perlengkapan. 8. Peng – afkiran alat yang sudah tidak standar safety-nya untuk profesi.
VI. PEMBUATAN LINTASAN ( RIGGING ) • Kreatifitas sangat diperlukan dalam pembuatan rigging, dengan batasan standar safety prosedure a. Simpul : dasar, standar, advance b. Anchor : jenis, kekuatan, natural, konstruksi c. Fall Factor d. Pendulum : free hanging, double rope e. Jenis lintasan : fix, dinamis ( intermediet, deviasi, tyroliene, slope tyroliene, counter balance, traversing, pindah lintasan ) f. Belaying g. Y – Anchor h. Pengaman tambahan untuk safety alat dari gesekan, dari bahan yang merusak alat i. Perlengkapan pendukung untuk efisiensi dan efektifitas kerja di ketinggian. • Rigging atau pembuatan tambatan di pemukiman a. Pemahaman dasar konstruksi : spesifikasi bahan dan penghitungan kekuatan b. Analisa kekuatan pada sebuah konstruksi / bangunan c. Kreatifitas rigging di pemukiman, bangunan, gedung, tower, dll VII. SRT ( Single Rope Technique ) dan Modifikasinya 1. Bermacam teknik dan variasi melewati lintasan vertikal 2. Prinsip dan sistem dasar SRT 3. Jenis – jenis SRT ( 15 jenis ) ⇒ fokus pada Frogrig Methode dan Jumaring/ Texas
4. 5. 6. 7. 8. 9. VIII.
Prinsip dasar Ascending ( menaiki lintasan vertikal ) Prinsip dasar Descending ( menuruni lintasan vertikal ) Vertikal : lintasan polos, sambungan. Intermediet, deviasi, pindah lintasan Horisontal : Traverse, Tyroliene Slope : Slope Tyroliene Kombinasi lintasan dan sistem pengamanannya
STANDAR SDM DI BIDANG VERTIKAL 1. Mentalitas SDM a. Disiplin terhadap safety prosedure b. Konsekuensi terhadap profesi ( menjaga kualitas teknik, safety prosedure, konsisten dan loyal terhadap lembaga ) c. Dapat bekerja sama dalam kelompok, mempunyai ikatan batin terhadap sesama anggota kelompok ( saling kontrol dan mengingatkan ) d. Selalu berupaya meningkatkan grade dan kemampuannya melalui jam terbang dan terus belajar. e. Meminimalkan ego personal dalam kerja kelompok 2. Grade SDM a. Teknis b. Psikis / Mentalitas c. Pelatih : teknis, manajemen d. Pendidik : teknis, non teknis, manajemen, psikis / mentalitas ( dapat dinilai dari kualitas anak didiknya ) e. Konsultan Highrisk Service 3. Hasil akhir SDM Dapat menghargai hidup diri sendiri dan hidup orang lain a. Survive : profesi untuk hidup ( pemula ) b. Profesi beresiko tinggi untuk hidup ( koord, supervisi, konsultan ) c. Menghargai hidup orang lain : keluarga, rekan dalam satu tim, antar tim dalam satu perusahaan d. Menghargai hidup semua orang dengan profesi yang sama, memberi peluang untuk mengembangkan profesi yang sama e. Kembali pada profesi untuk hidup, bersaing secara sehat untuk mengejar grade dan kualitas paling baik f. Konsisten dan konsekuen terhadap profesinya di bidang pertolongan vertikal PRIORITAS UTAMA ADALAH MENYELAMATKAN KORBAN, BUKAN UNTUK BERTUALANG DAN MENANTANG BAHAYA..!!! APALAGI KEINGINAN PAMER KEMAMPUAN
IX. UPAYA PENINGKATAN KUALITAS SDM 1. Hunting ilmu dan instruktur 2. Koleksi dan diskusi referensi baru ( buku, katalog, internet ) 3. Latihan, Simulasi dan penyegaran secara tim 4. Mengundang “ Dosen “ eksternal 5. Kursus / mengikuti pelatihan eksternal, studi banding 6. Mengadakan kegiatan bersama lembaga / kelompok lain 7. Rajin mencoba medan – medan baru ( outdoor : alam, bangunan, tower, konstruksi; Indoor : mall, swalayan, kantor, gua ) X.
UPAYA MENJAGA KUALITAS SDM 1. Teknis : diskusi, latihan bersama, tes berkala, tes rutin, ujian kenaikan grade, dll 2. Non Teknis : tim work, konsekuensi, loyalitas, mentalitas, kedisiplinan, OUT BOUND vertikal swadaya, 3. Pengetahuan dasar, hal – hal baru, studi kasus, hunting referensi, informasi, ... 4. Profesionalisme : ikatan formal / kontrak kerja, sertifikasi,...
XI. GAMBARAN PENDIDIKAN ⇒ PENDIDIKAN ≠ PELATIHAN 1. Pendidikan dilaksanakan secara bertahap, karena pada dasarnya tahapan ini sangat penting dan harus dilalui oleh semua siswa untuk mencapai kematangan psikis dan profesionalismenya. Tahapan ini tidak dapat dilompati tetapi dapat dipercepat dengan melakukan pola training yang tepat. 2. Materi pendidikan mencakup hal teknis dan mentalitas SDM, hal ini dilakukan untuk membentuk tim kerja yang kompak dan profesional, tim ini diharapkan mampu mengerjakan apa saja dalam bidang kegiatan vertikal baik Indoor maupun Outdoor, meliputi Kegiatan Alam Bebas maupun Bangunan dan Konstruksi pada medan vertikal dengan berbagai tingkat kesulitan. XII. KUALIFIKASI PENDIDIKAN 1. Tingkat Dasar Durasi 3 – 4 hari, lokasi Indoor dan Outdoor Minimal 10 jam per hari 2. Tingkat Lanjut Durasi 5 – 7 hari, lokasi Outdoor, semi Outbound 12 jam per hari 3. Tingkat Spesialisasi Durasi minimal 10 hari, lokasi Outdoor, plus Outbound 14 jam per hari
GAMBARAN VERTICAL RESCUE Evakuasi korban pada medan vertikal dengan menggunakan peralatan khusus, karena korban tidak dapat di evakuasi melalui jalur biasa. Selama ini operasi Vertical Rescue banyak dilakukan pada kegiatan alam bebas seperti pendakian gunung, panjat tebing, dan penelusuran gua. Di perkotaan operasi Vertical Rescue sering diaplikasikan pada korban di dalam sumur, baik untuk korban yang masih hidup maupun korban yang sudah meninggal.
Evakuasi korban kecelakaan di gua vertikal
Evakuasi korban kecelakaan di Tebing
Evakuasi korban di Sumur Evakuasi korban kecelakaan di gua vertikal
STUDI KASUS OPERASI VERTICAL RESCUE 1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
OPERATION RALEIGH, 1988, GUNUNG BINAIYA - PULAU SERAM, 2 KORBAN, 1 MENINGGAL 1 HIDUP Expedisi gabungan Internasional, 2 fotografer luar negeri mendaki gunung tanpa didampingi pemandu. Terperosok ke dalam jurang sedalam 40 meter, 1 orang meninggal seketika patah leher, kaki dan tangan. 1 orang lainnya ditemukan setelah 5 hari, hidup dg survival, luka sudah belatungan. Di evakuasi dg teknik lowering, dilanjut dengan evakuasi manual LUWENG JATI, 1988, KECELAKAAN DI GUA VERTIKAL, KORBAN HIDUP Korban terperosok ke dalam sumuran sedalam 40 meter saat melakukan kegiatan eksplorasi gua vertikal. Mengalami gegar otak berat, evakuasi dengan posisi vertikal, korban selamat. Selama 3 tahun paska kecelakaan sebagian memori korban hilang, agak terganggu ingatan. LUWENG KAYU ARES, 1996, KECELAKAAN DI GUA VERTIKAL, KORBAN HIDUP Korban tidak menguasai teknik penelusuran gua, jatuh ke dalam sumuran sedalam 36 meter. Mengalami patah tulang rusuk, memar di kepala, prediksi awal korban mengalami gegar otak dan patah tulang belakang. Proses evakuasi selama 12 jam. Korban selamat GUNUNG SEMERU, 2002, TERPEROSOK KE JURANG, HILANG SELAMA 2 HARI, KORBAN SELAMAT Pendaki gunung, akan buang air di lereng, terpeleset jatuh ke jurang sedalam 30 meter. Mengalami luka pada bagian pantat dan punggung, hilang selama 2 hari, ditemukan dalam keadaan lemah. Kondisi medan merupakan lereng berasir, evakuasi vertikal dengan memanfaatkan batangan besi sebagai tambatan. K-20, 2005, GUA VERTIKAL, MAROS- SULAWESI SELATAN, KORBAN HIDUP Penelusur gua vertikal, tertimpa runtuhan baru dari tambatan. Tergantung pada kedalaman 60 meter, korban di evakuasi sementara pada teras di atasnya, untuk kemudian di stabilisasi di basket stretcher. Korban mengalami patah tulang leher, dan tulang belakang. Proses evakuasi selama 13 jam, korban selamat. KECELAKAAN REKREATIF PATAHNYA JEMBATAN DI OBYEK WISATA BATURADEN, 2006. KORBAN MASSAL TERJATUH SEDALAM 25 METER Patahnya jembatan di obyek wisata Baturaden, jembatan sudah tua, tidak pernah di cek kondisinya, pengunjung saat lebaran memenuhi jembatan. Jembatan patah, korban sebanyak lebih dari 25 orang terjatuh ke dalam jurang sedalam 25 meter. Evakuasi secara vertikal dengan bantuan alat seadanya, korban digendong kemudian ditarik dari atas. TOWER RCTI, 2007, KORBAN MENINGGAL Pekerja pemasang tower, crane patah, korban terlilit sling baja pada ketinggian 80 meter. Baru dapat di evakuasi setelah lebih dari 24 jam. BEBERAPA KASUS KECELAKAAN DI DALAM SUMUR, BAIK DI PERKOTAAN MAUPUN KASUS TERBANYAK DI GUNUNG KIDUL.