ANALISA STRIPPING RATIO A.Faktor Volume Volume factor merupakan tahap awal dalam penentuan stripping ratio. Penampang litologi pemboran menunjukkan formasi litologi yang ditembus dan ketebalan masingmasing formasi litologi. Dari informasi tersebut, dilakukan identifikasi ketebalan tanah penutup dan batubara. Untuk batubara dengan sistem perlapisan multiseam, dilakukan penjumlahan total ketebalan untuk seluruh seam. Prosedur ini berlaku untuk seluruh lubang bor. Perbedaan ketebalan dari tanah penutup dan batubara berpengaruh terhadap elevasi batas atas dan batas bawah keduanya. Dalam kasus ini batasan antara batubara dan batubara diasumsikan jelas. Perhitungan luas daerah tergantung dari metode perhitungan cadangan yang digunakan. Setelah luas daerah diketahui, lalu dilakukan kalkulasi antara ketebalan rata-rata batubara maupun tanah penutup pada daerah tersebut dengan luasan daerah, dan diperoleh volume tanah penutup dan batubara pada daerah tersebut. Perhitungan volume dinyatakan dengan persamaan berikut : Volume = Average Thickness * Areas B. Faktor Tonase Pada industri pertambangan, penjualan bahan galian dan kapasitas produksi dilakukan atas dasar berat dari bahan galian tersebut. Hal ini berlawanan dengan industri perancangan sipil dimana pembayaran dilakukan atas dasar volume material yang dipindahkan. Konversi dari volume ke berat harus dilakukan dalam kaitannya dengan kegiatan pemuatan, pengangkutan maupun untuk kegiatan pengolahan. Dalam perhitungan cadangan, tanah penutup yang akan dikupas maupun batubara yang akan ditambang dihitung dalam satuan berat (tonase). Konversi satuan volume ke satuan berat dilakukan dengan bantuan suatu faktor tonase. Faktor tonase yang dimaksud
adalah density. Besar nilai density untuk setiap material berbeda-beda. Umumnya satuan yang digunakan untuk density antara lain gram/cm^3, pound/feet^3 dan ton/meter^3. Nilai density untuk tanah penutup (humus dan lempung) sebesar 2300 lb/yd^3 atau setara dengan 1,365 ton/m^3 dan density batubara sebesar 1,3 ton/m^3. Berat/tonase tanah penutup yang akan dikupas maupun batubara yang akan ditambang diperoleh dengan mengalikan volume keduanya dengan density masing-masing. Perhitungan tonase dinyatakan pada persamaan berikut : Tonase = Volume * Density C.Nisbah Pengupasan Salah satu cara menguraikan effisiensi geometri dari operasi penambangan berdasarkan nisbah pengupasan. Nisbah pengupasan (stripping ratio) menunjukkan perbandingan antara volume/tonase tanah penutup dengan volume/tonase batubara pada areal yang akan ditambang. Rumusan umum yang sering digunakan untuk menyatakan perbandingan ini dapat dilihat pada persamaan berikut : Stripping Ratio = Tanah Penutup (ton)/Batubara (ton) Perbandingan antara tanah penutup dengan batubara juga dapat dinyatakan melalui perbandingan volume, akan tetapi perbandingan ini hanya bisa diterapkan apabila density dari kedua material sama. D. Break Even Stripping Ratio (BESR) Break Even Stripping Ratio adalah perbandingan antara biaya penggalian batubara dengan biaya pengupasan tanah penutup (overburden) atau merupakan perbandingan biaya penambangan bawah tanah dengan penambangan terbuka. Break Even Stripping Ratio ini disebut juga overall stripping ratio, yang dapat dinyatakan sebagai berikut : BESR1 = A – B/C Dimana : A = Biaya penambangan bawah tanah per ton batubara B = Biaya penambangan terbuka per ton batubara
C = Biaya pengupasan tanah penutup per ton Untuk menganalisis kemungkinan metoda penambangan yang akan digunakan baik tambang terbuka ataupun tambang bawah tanah, maka sangat penting mengetahui nilai BESR1. Dari nilai BESR1 ini dapat diketahui berapa batasan endapan batubara terendah yang dapat ditambang secara terbuka dan menguntungkan. Setelah ditentukan bahwa akan digunakan metoda tambang terbuka, maka dalam rangka pengembangan rencana penambangan digunakan BESR2 dengan rumusan sebagai berikut : BESR 2= D-E/C Dimana : D = Nilai recovery per ton batubara E = Biaya produksi per ton batubara C = Biaya pengupasan tanah penutup per ton BESR2 ini disebut sebagai economic stripping ratio yang artinya berapa besar keuntungan yang dapat diperoleh bila endapan batubara tersebut ditambang secara tambang terbuka. Pada dasarnya, jika terjadi kenaikan harga batubara di pasaran, maka akan dapat mengakibatkan perluasan tambang sehingga cadangan akan bertambah, sebaliknya jika harga batubara turun, maka jumlah cadangan akan berkurang.
Coal Fundamental for Fundamentalist Desember 10, 2008 oleh RoxaR Berikut ini adalah penjelasan fundamental untuk bisnis coal yang ditulis oleh bro weeshnoe salah satu rekan yang berkerja di bisnis tambang batu bara yang disampaikan dalam forum.
Karena gw jg baru belajar soal saham, fundamental yang gw jelasin disini sedikit banyak lebih ke sisi operasional tambang batubara & resiko2 biaya yang harus ditanggung dari sisi operational cost nya. Paling nggak hal ini bisa dipake untuk prediksi net income atau cash flow atau EPS dari perusahaan2 tambang batubara untuk para fundamentalist. Setidaknya bisa mengurangi resiko overvalue DCF atau overvalue EPS untuk perhitungan fundamentalnya. –oOo– Net Income atau Cash Flow perusahaan tambang sudah pasti sangat terkait dengan berapa besar production cost untuk setiap ton batubara nya dan sudah pasti berapa harga jual batubara di pasaran.
Karena harga batubara di pasaran sendiri sudah pasti tergantung supply & demand, maka yang dijelaskan disini cuma dari sisi operational cost nya aja. 1. Cadangan Batubara Tapi sebelum mulai ke operational cost, yang paling penting yang harus diperhatikan dalam fundamental adalah berapa besar cadangan batubara yang layak/ekonomis untuk ditambang dari perusahaan itu sendiri. Nggak lucu kalo kita berharap banyak dan menghitung fundamental dari saham batubara sampai 10 thn ke depan misalnya padahal cadangan batubara nya sendiri akan habis ditambang dalam waktu 3 thn dengan produksi yang ada sekarang. Cadangan yang ekonomis (marketable reserve) ini sendiri akan berubah2 sesuai dengan harga batubara di pasaran. Buat ilustrasi: PT. A punya cadangan 500 juta ton dengan biaya $50/ton dan 1,000 juta ton dengan biaya $75 (karena sudah terlalu dalam). Maka dengan harga batubara $100/ton, bisa dibilang cadangan terbukti yang layak tambang dari PT. A adalah 1,500 juta ton dengan keuntungan terkecil $25/ton. Tapi bila harga batubara di $40 maka cadangan terbukti PT. A tetap 1,500 juta ton tetapi bakal mengalami kerugian sebesar minimal $10/ton atau maksimal $60/ton. Bisa jadi PT. A akan memilih untuk berhenti beroperasi pada kondisi seperti ini atau hanya akan menambang yang 500 juta ton dengan segala daya upaya menekan production cost (cadangannya tinggal 500 juta ton dengan resiko kerugian maksimal $10/ton x 500 juta ton). Cadangan2 ini diluar urusan biaya juga akan berubah seiring waktu dengan terus dilakukannya operasi2 eksplorasi yang menemukan cadangan2 baru dan tentu saja operasional penambangan yang,kebalikannya, akan mengurangi cadangan. 2. Operational Cost
Operational cost dari tambang batubara sendiri akan sangat tergantung dari beberapa hal: a. Stripping Ration (SR)
Di foto bisa dilihat ada 3 anak panah yang menunjukkan 3 lapisan batubara (Coal Seam) diantara lapisan2 berwarna abu2 yang biasa disebut Overburden Seam. FYI aja, lapisan paling bawah di foto ini tebalnya sekitar 4-6 meter. Dalam dunia tambang perbandingan tebal lapisan ini disebut sebagai Stripping Ratio. Secara mudah bisa dikatakan SR akan menentukan berapa banyak overburden yang harus “dikupas” untuk mendapatkan batubara. Ilustrasi nya, dengan SR = 10, maka untuk mendapatkan setiap ton batubara harus mengupas sebesar 10 BCM (bank cubic meter = 1 m3) overburden. Dengan SR = 15, overburden (OB) yang harus dikupas adalah 15m3 untuk mendapatkan 1 ton batubara. Makin besar SR maka akan semakin besar biaya yang dikeluarkan untuk mengeluarkan 1 ton batubara karena harus membuang lebih banyak OB.
Foto penambangan overburden
Foto penambangan batubara b. Biaya Bahan Bakar Di suatu tambang besar untuk setiap ton batubara dibutuhkan sekitar 10 liter – 15 liter bahan bakar solar. Dan secara absolut/total, biaya bahan bakar sendiri biasanya 40% – 60% dari biaya operasional suatu tambang.
Bro2 bisa menghitung sendiri nantinya efek kenaikan/penurunan harga bahan bakar terhadap keuntungan dari perusahaan tambang. Hal ini tidak berbeda jauh dengan tambang2 jenis lain, kecuali underground mining, karena operasional pengambilan bahan tambang relatif sama. c. Biaya Maintenance = Harga Baja Secara umum, operasional tambang harus didukung oleh adanya alat2 berat. Dan lebih dari 75% biaya maintenance alat berat ini ada di pembelian spare part. Sedangkan harga spare part sendiri akan sangat tergantung dari harga pasaran baja. Biaya maintenance bisa mencapai 20% – 25% dari biaya produksi. d. Biaya Proses Proses batubara sendiri sangat2 sederhana, sebelum dikapalkan batubara hanya perlu dihancurkan ke ukuran tertentu lalu dibersihkan (bila tercampur oleh OB) yang biayanya hanya 1% aja dari biaya produksi. e. Biaya Pengapalan Yang menjadi masalah besar bagi tambang2 yang berada jauh di tengah pulau adalah biaya pengapalan ini. Pembeli biasa “datang” dengan membawa kapal khusus pengangkut batubara, bagi tambang yang dekat dengan laut biaya pengapalan hanya sekitar 5% dari keseluruhan biaya operasional tetapi bagi yang jauh??masalah besar…. untuk KPC yang jaraknya sekitar 10km dari pinggir laut, biaya pengapalan termasuk sangat murah karena dilakukan dengan konveyor/ban berjalan dan memakan tidak lebih dari 1% biaya produksi. tapi bagi tambang tertentu yang bisa lebih dari 50km dari pantai, penggunaan konveyor akan menjadi sangat mahal dalam investasi nya dan biasanya mereka akan memilih menggunakan truk atau kereta api. Dengan moda seperti ini biaya pengapalan bisa menjadi 20% dari biaya produksi. 3. Biaya non Operasional Di luar dari biaya operasional ada beberapa biaya2 besar lainnya yang harus diperhitungkan yang akan sangat mempengaruhi keuntungan dari tambang batubara yaitu: a. Royalti sebesar 13.5% dari harga batubara b. Pajak penjualan 10% dari harga batubara c. Biaya reklamasi lahan (kadang2 sudah termasuk dalam biaya produksi) Untuk bocoran aja di KPC sendiri biaya produksi per ton batubara sekitar $28 – $31 (udah termasuk royalti) pada bulan november & desember (setelah harga minyak turun) dan sekitar $40 – $47 di bulan2 sebelumnya saat harga minyak lagi tinggi2nya. –oOo–
Berikut adalah komentar dari rekan Adam Rajsha sekedar nambahkan, harga jual batubara juga sangat tergantung dari kandungan calorinya, ada kalori rendah dan kalori tinggi. suatu lokasi tambang bisa saja hanya memiliki reserve berkalori rendah seperti umumnya di sumatra, atau seperti tambang asam- asam di kalimantan selatan. mungkin info pada blog bisa diupdate/ditambahkan berkenaan dengan kandungan kalori pada deposit yg diproduksi di KPC saat ini, dan deposit yang akan dikembangan atau cadangan deposit (kalo ada). salam, AR Dari tanggapan dan pertanyaan tersebut, berikut adalah jawaban yang disampeikan oleh sodara weeshnoe kepada kami —– Kemarin gw lupa nerangin soal spec batubara yang mempengaruhi harga jual.
Harga batubara sendiri memang tergantung dari: 1. Calorific Value (Nilai Kalori) 2. Sulfur Content (Kandungan Sulfur) 3. Ash Content (Kandungan abu) 4. Moisture Content (Kelembaban) 5. dll Mana yang paling mahal??biasanya yang calorific value nya paling tinggi & sulfur content + moisture content paling rendah. Mana yang paling dibutuhkan???semua dibutuhkan sehingga harga2 dari masing2 jenis bisa aja overlap. Ilustrasi nya: Batubara untuk pembangkit listrik tidak harus yang mengandung kalor paling tinggi karena hal ini tergantung desain dari boiler di pembangkit itu sendiri. Kalo desain boiler nya untuk batubara dengan nilai kalor A & dikasih batubara dengan nilai kalor B, maka proses pendidihan air di dalam boiler tidak sempurna (terlalu panas atau terlalu dingin) dan akhirnya pembangkit bekerja tidak dalam kondisi optimal atau bahkan rusak. Gw ga tau gimana model nya kalo di pabrik2 semen, tapi kalo untuk campuran baja sejauh yang gw tau yang dibutuhkan adalah batubara dengan kualitas terbaik untuk mendapatkan campuran Fe (besi) dan C (karbon/arang/batubara) yang homogen. Di KPC sendiri ada 3 klasifikasi umum batubara:
Yang paling mahal ya yang namanya prima itu, pada puncaknya bisa sampe $150/ton. Tapi nggak jarang KPC mencampur2/blending jenis2 batubara sesuai dengan pesanan dari pembeli.
Reserve yang ada di KPC:
sayang nya data ini data 2005, untuk resmi di 2008 gw ga bisa keluarin disini tapi bisa dilihat di: http://www.reuters.com/article/rbssEnergyNews/idUSJAK13707120080609 seperti gw dah jelasin kemarin kalo kandungan ekonomis bisa berubah2 sesuai harga dan untuk kondisi sekarang, harga batubara termurah masih diatas biaya produksi, jadi bisa dianggap semua cadangan2 ini masih ekonomis.
Tinggal kita itung sisa nya aja dari cadangan ekonomis 2005 yang sudah ditambang kurang lebih 100 juta ton sampe di thn 2008 ini, artinya tinggal dikurangin aja angka di gambar sama 100 juta ton. Tapi masih ada cadangan2 yang terindikasi yang besarnya milyaran ton. Yang dimaksud cadangan terindikasi ini sebenarnya cuma pengambilan data yang ketelitiannya masih rendah. Makin tinggi ketelitian dan pada ketelitian tertentu cadangan terindikasi ini menjadi cadangan terbukti. Berapa % cadangan ekonomis dari yang terindikasi ini atau terbukti??semua nya tergantung dari konfigurasi batubaranya sendiri dalam tanah.
Nah yang penting dengan produksi sekarang yang kurang lebih 40 juta ton per tahun, KPC masih bisa bertahan sampe 25 tahun lebih, kecuali bila harga batubara menjadi lebih rendah dari biaya produksi sekarang… –oOo– Tambahan dari sodara speedy kalo utk market lokal biasanya low calorie yg lebih laku (di kisaran 5300-5100 s/d 58005600) kalo market luar baru cari yg medium – high calorie di kisaran 6000 calorie up.. ini gue kasih gambaran standard specification utk coal… harga berpengaruh sekali terhadap besar kecilnya calorie.
–oOo–
link gambar file aslinya: http://rapid*share.com/files/1836739…anuary2009.pdf
Average price: Year Coal Oil 2006 $ 49 $ 64 2007 $ 66 $ 71 2008 $ 127 $ 97 2009 $ 60 $ 45 actual harga batubara ada di www.globalcoal.com dan harga actual batubara sekarang di $81. Liatnya di index harga nya Newcstle port, ini harga patokan batubara nya Indonesia khususnya KPC/BUMI. Thn 2009 itu perkiraan gw aja, harga rata2 coal 27% lebih tinggi dari harga oil. Dengan biaya pembelian solar yang 40% – 60% dari biaya produksi batubara dan katakanlah 80% naik turunnya biaya produksi tergantung naik turunnya minyak. Atau dengan kata lain minyak naik 10% maka 80% dari biaya produksi ikut naik 10% dan sebaliknya. Asumsi ini dasarnya dari harga solar udah jelas terpengaruh dari harga minyak, 20% – 40% komponen biaya produksi lain seperti gaji pegawe, biaya transportasi logistik operasional, harga bahan peledak, dll juga tergantung naik turunnya harga minyak. Di thn 2006 & 2007 harga batubara di bawah harga minyak, perusahaan batubara masih bisa untung apalagi di harga batubara sekarang yang rata2 27% lebih tinggi dari harga minyak. tapi sekali lagi BUMI itu banyak faktor X nya…. NB: ada yang lupa, solar industri yang dipake sama industri batubara di thn2 2006 & 2007 masih disubsidi pemerintah…??? tinggal dapetin harga solar industri rata2 Indonesia dari thn 2006 – 2009 , maka keuntungan batubara gampang ngitungnya…
Conversion Factor 1 KWH = 3,600 KJ 1 ltr diesel = 0.85 kg diesel 1 barrel = 42 gallons = 159 ltrs 1 KJ/kg = 0.24 kcal/kg Calorific Value For Coal: 5,000 Kcal/kg = 5,000,000 Kcal/ton = 20,934 KJ/kg note: I put 5,000 Kcal/kg for coal calorific value since this is the most common bought coal from KPC for power generation (with fair price too ) For Diesel: 11 KJ/g = 10,700 KJ/kg Thermal Efficiency For Coal = 40% For Diesel = 50% This thermal efficiency applicable for electricity generator with 1000 MW capacity. Calculation For Coal: 1 KWH = [3600 KJ] : [(20,934 KJ/kg) x (40% efficiency)] = 0.43 kg For Diesel: 1 KWH = [3600 KJ] : [(10,700 KJ/kg) x (50% efficiency)] = 0.67 kg = 0.688 ltr Pricing Coal with 5,000 Kcal/kg = $ 60/ton = $ 0.06/kg Diesel = 1.56 x crude oil = 1.56 x $ 45/barrel = 1.56 x $ 0.283/ltr = $ 0.441/ltr Conclusion
Coal cost = 0.43 kg per KWH x $ 0.06/kg = $ 0.0258 per KWH Diesel cost = 0.688 ltr per KWH x $ 0.441/ltr = $ 0.303 per KWH dengan perbandingan biaya pembangkitan $ 0.303 : $ 0.0258 atau 11.7x lebih mahal minyak dibandingkan batubara, penggunaan batubara untuk membangkitkan listrik masih sangat menguntungkan dibandingkan dengan penggunaan minyak. Hal ini bahkan terjadi pada saat harga batubara 127% dari harga minyak. Apalagi bila harga minyak menjadi lebih tinggi dari pada harga batubara. Khusus untuk persahaman: Bisa dimaklumi kalau harga batubara sekarang masih tinggi dibandingkan dengan harga minyak. Ini karena demand batubara yang relatif masih tinggi selain karena faktor psikologis harga minyak yang terlalu sensitif terhadap isu politis, ekonomi atau lainnya. Ditambah saat harga minyak sedang tinggi2nya orang semacam mendapatkan encouragement lebih untuk beralih dari pembangkit diesel ke pembangkit batubara. Sedangkan pada harga minyak yang rendah pun biaya pembangkitan listrik masih jauh lebih murah biaya pembangkita batubara. Bila di milis dikatakan adanya disparitas perhitungan teknis dengan perhitungan ekonomis karena faktor batubara yang lebih kotor (banyak menghasilkan jelaga, abu, CO dan CO2) juga lebih sulit handling nya, katakanlah biaya ekonomis batubara 2x lebih mahal dari biaya teknisnya, maka biaya pembangkitan minyak pun masih lebih dari 5x biaya pembangkitan batubara. Bila kita bicara dalam satuan 1 KWH (dengan biaya minyak 5x biaya batubara) maka hanya terdapat perbedaan sekitar: $ 0.303 per KWH – ($ 0.303/5) = $ 0.2424 per KWH tetapi bila bicara tentang ribuan milyar KWH per tahun (pembangkitan listrik seluruh dunia dari dengan bahan bakar thermal – minyak, gas, batubara = 11,943 milyar KWH atau 12 trilyun KWH) maka kita bicara tentang uang berjumlah trilyunan dollar. Katakanlah 5% dari 12 trilyun KWH = 600 milyar KWH dikonversi dari minyak ke batubara maka kita bicara penghematan sebesar = 600 milyar KWH x $ 0.2424 per KWH = $ 145 milyar per tahun. Dan inilah alasan kenapa Iran NGOTOT DENGAN PROGRAM NUKLIRNYA, karena operational cost untuk nuclear power electricity sendiri cuma $ 0.03/KWH atau hampir sama dengan biaya pembangkitan batubara.. Iran sendiri mengkonsumsi sekitar 136 milyar KWH per tahunnya, bila Iran bisa mengkonversi 50% sumber pembangkitnya ke nuklir maka Iran bisa menghemat = 136 milyar KWH x $ 0.2424 per KWH = $ 33 milyar per tahun.
jadi prospek batubara sebenarnya masih sangat2 cerah selama energi nuklir tidak diijinkan untuk didirikan diluar eropa, US dan beberapa negara lain. Sedangkan energi alternatif masih jauh dari produksi massal karena masalah biaya instalasi dan operasi. reference for calculahttp://www.fao.org/docrep/p2396e/p2396e01.htm http://en.wikipedia.org/wiki/Barrels_of_oil http://www.dpi.nsw.gov.au/__data/ass…oal-summit.pdf http://en.wikipedia.org/wiki/Heat_of_combustion http://www.eia.doe.gov/oiaf/ieo/electricity.html http://www.eia.doe.gov/bookshelf/brochures/diesel/ http://science.howstuffworks.com/question481.htmtion: