LAPORAN PRAKTIKUM PEMULIAAN TANAMAN
ACARA VII KEMAJUAN SELEKSI
Semester : Genap 2017
Muhamad Minanurahman A1D015090 Rombongan 4
KEMENTERIAN, RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS PERTANIAN PURWOKERTO 2017
I.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pemuliaan tanaman merupakan sebuah kegiatan yang dilakukan seseorang untuk mememuliakan tanaman atau menghasilkan tanaman yang lebih unggul di banding tanaman yang yang sebelumnya (tetuanya). Kegiatan pemuliaan ini tanaman ini biasanya dilakukan dengan pengumpulan plasma nutfah (keanekaragaman), selanjutnya keanekaragaman itu diperluas dengan cara dihibridisasi, fusiprotoplas, manipulasi gen dan lain lain. Kegiatan pemuliaan yang dilakukan selajutnya adalah kegiatan seleksi tanaman. Seleksi pada pemuliaan tanaman merpakan kegiatan yang penting dilakukan dan menjadi salah satu faktor berhasil tidaknya suatu tinfakan pemuliaan taman. Seleksi tanaman merupakan kegiatan memilih atau mencari keuntungan tanaman yang memiliki karakter yang baik, yang berguna untuk meningkatkan hasil dan mutunya. Seleksi dalam pemuliaan pemuliaan tanaman ditujukan untuk pemilihan genotip genotip untuk dijadikan sebagai tetua pada pembentukan populasi dasar dan pemilihan individu pada suatu tanaman untuk menciptakan varietas yang baru, selain itu seleksi terjadi dalam dua bentuk yaitu seleksi antara populasi yang sudah ada untuk meningkatkan gen tanaman yang diinginkan dan seleksi dalam populasi untuk mendapatkan tanaman yang digunakan untuk menciptakan varietas baru, oleh sebab itu penting untuk mengetahui kemajuan sebuah seleksi dalam pemuliaaan ta naman. Kemajuan seleksi bergantung adanya keragaman genetik dan penggunaan metode seleksi yang tepat. Hasil seleksi terpilih menjadi generasi selanjutnya yang
diharapkan memberikan hasil yang lebih baik atau adanya kemajuan seleksi. Kemajuan seleksi dapat diperkirakan dengan penghitungan secara teoritis.
B. Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk menduga kemajuan seleksi ( selection advance) pada suatu populasi dalam rangka usaha pemuliaan tanaman.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Pemuliaan tanaman dalam usha menemukan suatu varietas unggul dapat dilakukan dengan beberapa jalan. Penemuan tersebut dapat dilakukan dengan jalan: 1. Introduksi 2. Seleksi terhadap populasi yang ada 3. Melakukan mutasi, persilangan dan mandul jantan (Mursito, 2003) Seleksi merupakan bagian penting dari program pemuliaan tanaman untuk memperbesar peluang mendapatkan genotipe yang unggul. Pengujian perlu dilakukan sebanyak mungkin pada galur-galur terpilih, sehingga didapatkan galurgalur yang berdaya hasil tinggi (Pinaria et al., 1995). Seleksi yang diberlakukan bertujuan agar terjadi suatu kestabilan sifat yang diinginkan berdasarkan suatu korelasi dari sifat yang muncul yang berasal dari komponen genetika dalam tanaman itu sendiri (Nanda, 2000). Menurut Soepomo (1968), ada 2 macam seleksi yaitu: 1. Seleksi Massa Seleksi Massa merupakan metode seleksi tertua. Metode ini tetap digunakan sampai saat ini dalam usaha meningkatkan sifat yang ada atau untuk memperoleh varietas baru. Seleksi ini dapat dilakukan satu generasi atau dilakukan pada generasi berurutan, sehingga diperoleh suatu populasi yang sifatnya sesuai dengan tingkat yang diinginkan. Metode ini juga digunakan untuk memurnikan varietas dengan menghilangkan tipe-tipe yang menyimpang. 2. Seleksi Galur Murni
Seleksi galur murni ialah menyeleksi tanaman yang tumbuh bercampur untuk memperoleh tanaman murni yang lebih bakni yakni lebih baik daripada rata-rata populasi campuran tadi. Kemajuan Seleksi merupakan suatu nilai yang menjadi parameter keberhasilan dari seleksi yang kita lakukan. Secara sederhana nilai kemajuan seleksi merupakan selisih dari populasi awal dan populasi lanjut yang telah mengalami seleksi (Idris et
al.,
2011). Kemajuan suatu seleksi ditentukan oleh
besarnya nilai heretabilitas, heretablitas sendiri merupakan perbandingan atau proporsi varian genetic terhadap varian total (Varian penotif) yang biasanya dinyatakan dalam persen(%). Dituliskan dengan huruf H atau h 2, sehingga : H atau h2 (Splittstoesser, 1984). Pewarisan sifat (Heretabilitas) merupakan tolak ukur yang menentukan perbedaan penampilan suatu karakter disebabkan oleh faktor genetik atau lingkungan. Pewarisan sifat dibedakan menjadi 2 macam yaitu da ya waris arti luas (h2 bs) dan arti sempit (h2ns). Pewarisan sifat arti luas mempertimbangkan keragaman total dalam kaitan dengan keragaman fenotipiknya, sedangkan pewarisan sifat arti sempit yang dipertimbangakan adakah keragaman yang disebabkan oleh peran gen aditif sebagai bagian dari keragaman genetik t otal. Nilai duga pewarisan sifat nantinya sangat berpengaruh terhadap keefektifan seleksi. Semakin tinggi nilai duga heritabilitas suatu karakter, maka seleksi karakter target tersebut lebih efektif. (Gaswanto dkk., 2009) Menurut Johnson and Rendel (1966), prinsip dasar dalam menduga nilai heritabilitas ada beberapa cara utama, yaitu:
1.
Etimilasi nilai heritabilitas dapat dianalisis dari ragam suatu populasi yang isogen (ragam yang sama), dibandingkan dengan ragam populasi umum.
2.
Melalui seleksi dalam populasi bila dilakukan suatu seleksi maka frekuaensi gennya akan berubah dan perubahan frekuansi gen inilah yang diduga sebagai kemampuan genetik yang diperoleh dari tetuanya.
3.
Melalui perhitungan korelasi dan regresi dari induk atau orang tua dengan anaknya. Cara ini merupakan paling akurat, karena dianalisis berdasarkan kekerabatannya secara genetik. Menurut Yatim (1983), karakter-karakter yang diseleksi adalah
1.
Ketahanan terhadap cuaca, suhu, dan kekeringan
2.
Ketahanan terhadap sejenis hama
3.
Kekokohan batang agar jangan mudah rebah
4.
Memperpendek masa berbunga dan berbuah agar hasilnya cepat dipetik
5.
Melamakan waktu berbunga agar lebih lama dinikmati keindahannya, atau melamakan waktu matang buah agar lebih besar
6.
Meningkatkan mutu getahan seperti air susu, kina, dan minyak
7.
Meningkatkan mutu dan jumlah kawinan
8.
Membuang karakter-karakter buruk atau yang tidak ekonomis, sehingga karakter-karakter yang baik saja yang menonjol.
Kemajuan seleksi selain memperhatikan karakter yang di seleksi hal yang paling penting adalah besarnya nilai heritabilitas. Nilai heritabilitas yang tinggi sangat berperan dalam meningkatkan efektifitas seleksi. Pada karakter yang nilai duga heritabilitasnya rendah seleksi akan berjalan relatif kurang efektif, karena
penampilan fenotipe tanaman lebih dipengaruhi faktor lingkungan dibandingkan dengan faktor genetiknya. Nilai heritabilitas tinggi yang diikuti dengan kemajuan genetik harapan tinggi akan lebih meningkatkan keberhasilan seleksi (Aryana 2009).
III. METODE KERJA
A. Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam praktikum kali ini yaitu Tiga macam kelompok biji kacang tanah, yaitu Kelompok biji kacang tanah ukuran besar dengan keragaman kecil, Kelompok biji kacang tanah ukuran kecil dengan keragaman kecil, dan kelompok biji kacang tanah dengan keragaman besar. Alat yang digunakan adalah timbangan analitis, alat tulis dan kalkulator
B. Metode Kerja
Biji kacang tanah tiap kelompok diaplikasikan : a. Secara acak sebanyak diambil 50 biji kacang tanah dan ditimbang setiap biji yang terambil dan dicatat bobotnya. b. Biji-biji yang selesai ditimbang dikembalikan lagi pada tempatnya. c. Biji-biji yang ukurannya besar diambil (seleksi) sebanyak 30 biji dan ditimbang setiap biji yang terambil dan catat bobotnya. d. Pekerjaan diatas diulang sebanyak tiga kali
IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Ulangan 1 H = 0,21 P0 = 50 Tabel 1. Ulangan pertama 50 biji Bobot 0,2 Jumlah P0 =
=
=
6
0,3
0,4
0,5
26
16
2
(0,2 6)+(0,3 26)+(0,4 16)+(0,5 2) 50 1,2+7,8+6,4+1 50 16,4 50
= 0,328 P1 = 30 Tabel 2. Ulanagan pertama 30 biji Bobot 0,4 Jumlah P1 =
=
=
27
(0,4 27)+(0,5 3) 30 10,8+1,5 30 12,3 30
= 0,41
0,5 3
S = P1 – P0 = 0,41 – 0,328 = 0,082 R=HxS = 0,21 x 0,082 = 0,01722 30 25 20 Populasi 50
15
Populasi 30
10 5 0 0.2
0.3
0.4
0.5
Gb. 1. Grafik Kemajuan Seleksi Kesimpulan: Berdasarkan grafik diatas menunjukkan terjadinya pergeseran kekanan, hal tersebut dapat disimpulkan adanya kemajuan seleksi sebesar 0,01722. Ulangan 2 H = 0,21 P0 = 50 Tabel 3. Ulangan kedua biji 50 Bobot 0,3 Jumlah P0 =
=
1
0,4
0,5
0,6
0,7
7
28
11
3
(0,3 1)+(0,4 7)+(0,5 28)+(0,6 11)+(0,73) 50 0,3+2,8+14+6,6+2,1 50
=
25,8 50
= 0,516 P1 = 30 Tabel 4. Ulangan kedua biji 30 Bobot 0,4 Jumlah P1 =
=
=
1
0,5
0,6
0,7
12
13
4
(0,4 1)+(0,5 12)+(0,6 13)+(0,74) 30 0,4+6 +7,8+2,8 30 1718 30
= 0,567 S = P1 – P0 = 0,567 – 0,516 = 0,051 R=HxS = 0,21 x 0,051 = 0,01 30 25 20 Populasi 50
15
Populasi 30
10 5 0 0.3
0.4
0.5
0.6
0.7
Gb. 2. GrafikKemajuanSeleksi
Kesimpulan: Berdasarkan grafik diatas menunjukkan pergeseran kekanan. Hal tersebut dapat disimpulkan adanya kemajuan seleksi sebessar 0,01. Ulangan 3 H = 0,21 P0 = 50 Tabel 5. Ulangan ketiga biji 50 Bobot 0,3 Jumlah P0 =
=
=
4
0,4
0,5
0,6
0,7
17
19
8
2
(0,3 4)+(0,4 17)+(0,5 19)+(0,6 8)+(0,72) 50 1,2+6,8+9,5+4,8+1,4 50 23,7 50
= 0,474 P1 = 30 Tabel 6. Ulangan ketiga biji 30 Bobot 0,4 Jumlah P1 =
=
=
2
0,5
0,6
0,7
12
10
6
(0,4 2)+(0,5 12)+(0,6 10)+(0,76) 30 0,8+6+6+4,2 30 17 30
= 0,567
S = P1 – P0 = 0,567 – 0,474 = 0,093 R=HxS = 0,21 x 0,093 = 0,02 20 18 16 14 12 10
Populasi 50
8
Populasi 30
6 4 2 0 0.3
0.4
0.5
0.6
0.7
Gb. 3. Grafik Kemajuan Seleksi Kesimpulan: Berdasarkan grafik diatas menunjukkan terjadinya pergeseran kekanan. Hal tersebut dapat disimpulkan adanya kemajuan seleksi sebesar 0,02.
B. Pembahasan
Karakter karakter yang dimiliki tanman dimuka bumi ini sangan bermacam macam oleh karena itu ketika akan melakukan kegiatan pemuliaan tanaman perlu diadakan seleksi terhadap tanaman yang akan dijadikan tetua (indukan). Seleksi sendiri merupakan salah satu tahap yang menentukan keberhasilan suatu kegiatan pemuliaan tanaman. Seleksi merupakan kegiatan pemilihan karakter yang unggul
pada sebuah tanaman yang dijadikan tetua supaya dapat menghasilkan keturunan yang unggul pula, pendapat tersebut sesuai dengan pendapat Barmawi (2007) bahwa seleksi adalah satu proses pemuliaan tanaman dan merupakan dasar dari seluruh perbaikan tanaman untuk mendapatkan kultivar unggul baru. Yatim, (1983) berpendapat bahwa Seleksi adalah memilih serta mencari keuntungan tanaman atau ternak yang memiliki karakter baik, yang berguna untuk meningkatkan hasil serta mutunya.
Karakter-karakter
baik
ditentukan
genotipe,
tetapi
ekspresinya
dipengaruhi oleh faktor lingkungan.Oleh karena itu, dalam mencari serta memilih sifat genetik yang baik, sekaligus disertai dengan menentukan lingkungan yang cocok dan paling ekonomis terhadap yang diseleksi.Seleksi juga dapat disebut dengan usaha pemuliaan, namun Poehleman (1979) berpendapat bahwa seleksi merupakan suatu proses dimana individu atau kelompok tanaman dipilih dari populasi campuran. Pendapat pendapat diatas menggambarkan bahwa tujuan dari seleksi selain memilih individu tanaman dari populasi tanaman campuran seleksi juga memilih tanaman yang memiliki karakter unggul untuk menghasilkan tanman yang unggul pula hal diatas sesuai dengan pendapat dari Barmawi, (2007) bahwa seleksi dilakukan untuk memisahkan genotip- genotip unggul dari genotip yang tidak dikehendaki. Seleksi dalam pemuliaan tanaman terdapat bermacam-macam cara namun seleksi tersebut didasarkan pada tipe penyerbukan tanaman.Tipe penyerbukan tanaman terbagi 2 yaitu tanman yang menyerbuk sendiri dan tanaman yang menyerbuk silang. Syukur dkk (2012) berpendapat bahwa seleksi pada tanaman menyerbuk sendiri umumnya menggunakan metode bullk, pedigree, single seed
descend (SSD), diallel selective mating system, dan back cross. Tanaman yang menyerbuk sendiri yang menggukan seleksi Single Seed Descent (SSD) oleh Lamadji (1982) diterangkan merupakan pembentukan galur murni dengan cara penurunan melalui satu biji menekankan pada pembentukan galur-galur homozigot secepatnya dengan variasi genetik seluas mungkin, terutama pada tanaman yang menyerbuk sendiri. Kelemahan dari metode ini adalah bila sebagian biji yang ditanam mati maka jumlah genotipe atau galur menjadi diwakili oleh satu biji, maka kemungkinan akan terjadi generic driff
(kehilangan genotipe). Varietas yang
dihasilkan yaitu berupa galur murni. Seleksi tanaman menyerbuk silang umumnya menggunakan merode recurrent selection (seleksi daur ulang), hibrida, dan back cross. Varietas yang dihasilakan berupa varietas hibrida dan bersari beas (open pollinated/OP ). Kemajuan seleksi dapat diartikan sebagai indikator keberhasilan suatu tindakan seleksi yang dipengaruhi oleh besarnya nilai heritabilitas namun secara matematis juga dapat diartikan sebagai selisih antara nilai tengah turunan hasil seleksi dengan nilai tengah populasi yang diseleksi yang dipengaruhi oleh besarnya nilai heritabilitas. Syukur et al . (2009) dalam Hermawati (2010) juga menuturkan bahwa kemajuan seleksi adalah selisih antara nilai tengah turunan hasil seleksi dengan nilai tengah populasi yang diseleksi. Kemajuan seleksi sendiri dipengaruhi oleh seleksi diferensial dan heritabilitas. Secara matematis besarnya kemajuan seleksi dihitung berdasarkan perkalian antara heritabilitas dan seleksi diferensial. Heritabilitas dapat didefenisikan sebagai proporsi keragaman yang disebabkan oleh faktor genetis terhadap keragaman penotip dari suatu populasi. Keragaman
dari suatu populasi disebabkan oleh faktor genetis (V 2g) dan faktor lingkungan (V2e) (Hasyim, 2005). Pane dan Ismed (1986) mengatakan bahwa seleksi diferensial adalah satu ukuran atau pengukuran untuk dapat mengetahui sampai mana baiknya penurunan pilihan menghasilkan keturunan. Kemajuan seleksi secara matematis dihitung berdasarkan perkalian antara heritabilitas dan seleksi diferensial. Hal tersebut menggambarkan hubungan antar heriditas dan seleksi diferensial dengan kemajuan seleksi. Boer (2011) menerangkan bahwa secara teoritis nilai kemajuan seleksi berbanding lurus dengan nilai heritabilitas, keragaman fenotipe dan intensitas seleksi, dengan demikikian penerapan seleksi untuk kesemua karakter yang diamati akan efisien dan efektif dalam meningkatkan kemajuan seleksi. Faktor factor yang mempengaruhi kemajuan seleksi adalah 1.
Besarnya Nilai Heritabilitas. Besarnya nilai heritabilitas menjadi tolak ukur keberhasialan dari suatu
seleksi tanman hal tersebut sesuai pendapat Sa’diyah, et al (2009) berpendapat bahwa heritabilitas adalah suatu parameter genetik yang mengukur kemampuan suatu genotipe dalam populasi tanaman untuk mewariskan karakteristikkarakteristik yang dimiliki. Barmawi(2013) memperkuat pendapat diatas dengan pendapat bahwa heritabilitas menentukan kemajuan seleksi, makin besar nilai heritabilitas makin besar kemajuan seleksi yang diraihnya dan makin cepat varietas unggul dilepas. Sebaliknya semakin rendah nilai heritabilitas arti sempit makin kecil kemajuan seleksi diperoleh dan semakin lama varietas unggul baru diperoleh
Kriteria nilai heritabilitas dalam arti luas menurut Allard (1995) memiliki ketentuan sebagai berikut: a. H < 0,20 = Heritablitas rendah b. 0,20 < H > 0,50 = Heritabilitas sedang c. H > 0,50 = Heritabilitas tinggi 2.
Nilai Seleksi Differensial Menentukan nilai seleksi differensial kita dapat mengetahui seberapa baik
penurunan pilihan untu menghasilkan suatu keturunan hal tersebut sesuai dengan pendapat Pane dan Ismed (1986) mengatakan bahwa seleksi diferensial adalah satu ukuran atau pengukuran untuk dapat mengetahui sampai mana baiknya penurunan pilihan menghasilkan keturunan. Percobaan yang dilakukan guna menduga kemajuan seleksi pada suatu kegiatan seleksi suatu tanaman dengan cara dilakukan pengambilan acak pada suatu populasi kacang tanah sebanyak 50 buah kacang tanah yang kemudian ditimbang satu persatu dan didapat hasil bobot 0,3 gr sebanyak 1; 0,4 sebanyak 7; 0,5 sebanyak 28; 0,6 sebanyak 11; 0,7 sebanyak 3 dari data tersebut didapatkan nilai rata-rata populasi awal sebesar 0,051 Selajutnya 30 buah kacang tanah tadi dikembalikan kedalam kantong. Kacang tanah yang berada dida lam kantong lalu dipilih 30 buah yang terlihat besar dan ditimbang satu persatu sehingga di dapat hasil 0,4 sebanyak 1; 0,5 sebanyak 12; 0,6 sebanyak 13; 0,7 sebanyak 4 dari data tersebut didapatkan nilai rata-rata populasi terpilih sebesar 0,567 sehingga didapat nilai seleksi diferensial sebesar 0,051 dengan nilai heriditasn ya sebesar 0,21 sehingga kemajuan seleksinya dapat dihitung dan didapakan nilai sebesar 0,01 dan juga adanya
kemajuan seleksi dilihat dari grafik yang bergeser kearah kanan. Nilai kemajuan seleksi tergolong kemajuan seleksi yang sedang dikarenakan nilai heriditas yang digunakan juga nilai heriditas yang sedang yaitu 0,21 karena nilai kemajuan seleksi berbanding lurus dengan nilai heriditas. Pendapat diatas sesuai dengan Boer (2011) menerangkan bahwa secara teoritis nilai kemajuan seleksi berbanding lurus dengan nilai heritabilitas.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Besarnya nilai kemajuan seleksi berbanding lurus dengan besarnya nilai heriditas sedangkan untuk menduga adanya kemajuan seleksi dapat dilihat dari pegeseran grafik kearah kanan
B. Saran
Praktikan diharapkan lebih cermat dan teliti dalam melakukan seleksi kacang tanah yang berukuran besar supaya benar benar didapatkan kacang tanah yang berukuran besar
Daftar Pustaka
Allard, R. W. 1995. Pemuliaan tanaman. Diterjemahkan oleh Manna. Diedit oleh Mulyani, M. Rineka Cipta. Jakarta. 366 hlm. Aryana, IGP Muliarta. 2009. Uji Keseragaman, Heritabilitas dan Kemajuan Genetik Galur Padi Beras Merah Hasil Seleksi Silang Balik Di Lingkungan Gogo. Laporan Penelitian. Universitas Mataram. Mataram. Barmawi, Maimun. 2007. Pola Segregasi dan Heritabilitas Sifat Ketahanan Kedelai terhadap Cowpea Mild Mottle Virus Populasi Wilis X Mlg2521. J. HPT Tropika. Vol. VII( 1): 48 – 52. Barmawi, Maimun, Andika Yushardi, Nyimas Sa’diyah. 2013. Daya Waris dan Harapan Kemajuan Seleksi Karakter Agronomi Kedelai Generasi F2 Hasil Persilangan Antara Yellow Bean dan Taichung. Jurnal Agrotek Tropika. Vol. (1) 1 : 20 – 24. Boer, Dirvamena. 2011. Analisis Variabilitas Genetik dan Koefisien Lintas Berbagai Karakter Agronomi dan Fisiologi Terhadap Hasil Biji dari Keragaman Genetik 54 Asesi Jagung Asal Indonesia Timur. Jurnal Agroteknos. Vol. I(1): 35-43. Gaswantoro, R., N. Gunaeni, A. S. Duriat.2009.Seleksi Tanaman Tomat Berdasarkan Ketahanan Pasif dan Aktif terhadap CMV. Jurnal Hort. 19(4):377-385.. Hasyim, H. 2005. Ringkasan Bahan Kuliah Pengantar Pemuliaan Tanaman . Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara. Medan. Hermawati, Silvia. 2010. Pendugaan Nilai Genetik dan Seleksi untuk Karakter Daya Hasil Populasi F2 Cabai (Capsicum Annuum L.) Hasil Persilangan IPB C120 dengan IPB C5. Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Idris, Uyek Malik Yakop dan Nihla Farida. 2011. Kemajuan Seleksi Massa pada Jagung Kultivar Lokal Kebo Setelah Satu Siklus Seleksi dalam Pertanaman Tumpangsari dengan Kacang Tanah. Crop Agro Vol. IV(2):37-42. Lamadji, S. 1982. Pendugaan Heritabilitas Genrasi F3 dan F4 dalam Peningkatan Kuantitas dan Kualitas Hasil Kedelai (Glycine max L. Merr.) dengan Pemuliaan Tanaman. Laporan Penelitian Tahun ke II . Universitas Jember. Jember.
Muhamad, Syukur., Sriani, S., Rahmi. Y. 2012. Teknik Pemuliaan Tanaman. Penebar Swadaya. Jakarta Mursito, Djoko. 2003. Heritabilitas dan Sidik Lintas Karakter Fenotipik Beberapa Galur Kedelai (Glycine Max. (L.) Merrill). Agrosains. Vol. VI(2):58-63. Nanda, Jata S.. 2000. Rice Breeding and Genetics.Science Publisher, Inc: Plymouth. Pane dan Ismed. 1986. Pemuliabiakan Ternak Sapi. Penerbit Gramedia. Jakarta. Pinaria, A., A. Baihaki, R. Setiamihardja dan A.A. Daradjat. 1995. Variabilitas Genetik dan Heritabilitas Karakter-Karakter Biomasa 53 genotipe Kedelai. Zuriat. Vol VI(2):88-92. Poehlman, J. M. 1979. Breeding Field Crops Second Edition. AVI Publishing Company, Inc. Westport Connecticut. United States of America. Sa’diyah, Nyimas, et al.. 2009. Korelasi, Keragaman Genetik, dan Heritabilitas Karakter Agronomi Kacang Panjang Populasi F3 Keturunan Persilangan Testa Hitam X Lurik. Jurnal Agrotropika.Vol XIV(1): 37 – 41. Soepomo, R. 1968. Ilmu Seleksi dan Teknik Kebun Percobaan. Soeroengan. Jakarta. Splittstoesser, E.W., 1984. Vegetable Growing Hand Book Second Edition. Von Nostrand Reinhold. New York Yatim, W. 1983. Genetika. Tarsito: Bandung.
Lampiran