Surah Maryam S u r a h in terdiri atas 98 a yat. S u r a h ni dinam akan MARYAM
karena mengandung kisah ary am , ibu Nabi'îsâ Nabi'îsâ as.
Surah Maryam
Surah ini terdiri atas 98 ayat. Ia dikenal luas dengan nama surah Maryam. Nama tersebut telah dikenal sejak masa Nabi saw., bahkan beliaulah yang
menamainya demikian karena karena pada surah ini ini diuraikan dengan dengan cukup cuk up panjang kisah Maryam, ibunda Nabi 'Isa
Diriwayatkan oleh ath-Thabarâni dan
ad-Dailâmi bahwa salah seorang sahabat datang kepada Nabi saw.
menyampaikan bahwa: "Semalam aku dianugerahi seorang anak perempuan". Nabi saw. bersabda: "Semalam diturunkan kepadaku surah Maryam maka
namailah anak perempuanmu itu Maryam". Sejak itu, sahabat tadi dikenal juga dengan sebutan Abu Abu Maryam Mar yam,, padahal padaha l namanya namany a adalah Nadzîr. Riwayat Riwayat
lain menyatakan bahwa sahabat Nabi saw., Ibn 'Abbis, menamai surah ini dengan surah Kâf, Hâ', Y â ' , 'Ain, 'Ain, Shâd. Shâ d. Mayoritas ulama ula ma berpendapat berpendapat bahwa surah ini Makkiyyah, yakni turun sebelum Nabi Muhammad saw. berhijrah ke Madinah. Ia adalah surah ke-
dari segi perurutan turunnya. Ia turun sesudah surah Fâthir dan sebelum surah surah Thâha. Surah Thâ ha turun sebelum 'Umar ra. memeluk Islam karena beliau memeluk Islam setelah membaca dan terkesan dengan ayat-ayat pada
awal aw al surah Thâha sebagaimana dikenal luas dalam dala m biografi beliau. beliau. Ini berarti surah ini turun sekitar tahun keempat masa kenabian. Agaknya, surah ini turun sebagai bantahan terhadap orang-or or ang-orang ang Yahudi yang bersikap sangat tidak wajar wajar terhadap Mar yam, yam , yakni menuduh beliau
40
Surah Maryam [19]
dengan tuduhan yang sangat buruk, akibat a kibat kelahira kelahiran n Nab N ab i 'îsâ 'î sâ
tanpa ayan.
Thabâthabâ'i berpendapat bahwa tema utama surah ini adalah peringatar\ dan berita gembira gemb ira,, sebagaimana sebagai mana diisyaratkan oleh ayat ayat terakhirnya, terakhirnya, yakni:\ "Maka sesungguhnya Kami telah memudahkannya memudahkannya
(al-Qur'an ini) dengan
bahasamu agar engkau dapat memberi berita gembira dengannya kepada orangorang bertakwa dan agar engkau memberi peringatan dengannya terhadap
kaum pembangkang" (ayat (ayat 97 ).
Itu ditampilkan ditampi lkan dengan cara yang sangat indah memesona, memes ona, yakni dengan memaparkan terlebih dahulu kisah sekian banyak tokoh, dimulai dari Mary am, 'îsâ ' îsâ,, Ibrâhîm, Ishâq dan Ya'qûb, serta serta Mûsâ Mû sâ dan Hârû n, Zakariyyâ, Maryam, lalu Ismâ 'î l, dan Idris as. deng an menyeb utkan aneka nik mat y ang
dilimpahkan Allah kepada mereka, dan mengingatkan Nabi Muhammad saw. bahwa mereka itu adalah orang-orang yang tunduk dan patuh lagi tulus
Ber beda dengan manusia yang berpaling dari tuntunan kepadaTuhan kepada Tuhan mereka. Berbeda Ilahi dan mengikuti hawa nafsunya, dia pasti akan mendapat murka Ilahi kecuali yang bertaubat kepada-Nya. Setelah itu, surah ini menyinggung sekelumit dari kedurhakaan kedurhakaan manusia, seperti pengingkaran hari Kebangkitan, penyembahan berhala, dan kepercayaan tentang adanya anak Tuhan serta akibat-akibat kedurhakaan itu. Dengan demikian, tulis Thabâthabâ'i, surah ini mirip dengan penjelasan penuntut umum yang menguraikan beberapa contoh. Seakan-akan dia berkata
A, si
dan si C adalah orang-orang orang-or ang yang
taat kepada Allah serta tidak dipengaruhi oleh hawa nafsunya. Mereka mengarah kepada Allah swt., swt., tunduk dan patuh kepada-Nya, serta mengikuti ayat-ayat-Nya, sehingga mereka wajar mendapat anugerah. Itulah jalan kebajikan dan perolehan nikmat. Berbeda dengan yang bertolak belakang sifatnya dengan mereka itu, yakni yang menyimpan menyi mpang g dari jalan tersebut tersebut dan
enggan beramal saleh. memul ai dengan menyebut contohNah, demikian terlihat surah ini memulai contoh untuk kemudian mengambil kesimpulan umum dengan membagi manusia dalam tiga kelompok besar. Pertama, mereka itulah yang diberi nikmat oleh Allah (ayat 58); kedua, orang-orang yang sesat (ayat 59); dan ketiga, orang yang bertaubat dan beramal saleh (ayat 60) sehingga mereka
dapat juga diikutkan dalam kelo mpok yang pertama.
Surah Maryam [19]
403
Al-Biqâ'i berpendapat bahwa tema utama surah ini adalah penjelasan
tentang cakupan rahmat dan limpahan karunia Allah swt. atas semua mak hlukhl uk- Nya , yang pa da gilirannya membukti kan bahwa Allah swt. menyandang semua sifat sifat sempurna sempu rna serta serta berkuasa menciptakan menciptakan hal-hal yang membangkitkan manusia manus ia sete setelah lah ajaib sehingga terbukti pula kekuasaa n-Nya membangkitkan kematian mereka. Di samping itu, terbukti pula kemahasucian-Nya kemahasucia n-Nya dari dari anak dan sekutu karena siapa yang telah terbukti keluasan kekuasaan-Nya dan kesempurnaan sifat-sifat-Nya, sifat-sifat-Nya, pasti Di a tidak membutu hkan hka n anak. Dari makna-makna makna-makn a itula sehingga surah ini dinamai surah Maryam karena melalui kisahnya terbukti kemahakuasaa n Allah serta serta kemahaluasan i lmu-Ny lmu -Nya. a. Ini karena makhluk yang paling sempurna dan menakjubkan adalah manusia, dan yang paling menakj menakjubkan ubkan di antara mereka adalah yang lahir lahir dari seorang perempuan lemah lagi tanpa hubungan s e k s . Da Dan, n, yang lebih menakjubka lagi bahwa anak yang lahir itu adalah anak sempurna lagi kuat, bukan saja
l aki-laki—tetapi api juga kemampuan kemamp uannya nya berbicara berbicara serta serta fisiknya—sebagai anak laki-laki—tet pengetahuannya yang tampil ketika dia masih sangat kecil. Demikian lebih kurang al-Biqâ'i. Sayyid Quthub menilai surah ini berkisar uraiannya pada tauhid dan
kemahasucian kemahasu cian Allah dari anak ana k dan sekutu serta mencakup menca kup pula pu la keniscayaan
hari Kebangkitan, sebagaimana halnya kebanyakan surah-surah Makkiyyah. dari isi surah ini yang menjelaskan Kisah-kisah yang merupakan dua pertiga dari kisaran uraian itu, dan yang yan g kesemuanya bertujuan membu ktika kti kan n keesaan Allah dan keniscayaan hari Kebangkitan, dan dari sini pula sehingga dari
celah celah uraiannya ditemukan pemapar an peristiwa-pe peristiwa-peristiw ristiwaa di Hari Kiama Ki ama dan penolakan kaum musyrikin terhadap hakikat tersebut. Naungan atau bayang-bayang yang paling menonjol dalam surah ini adalah tentang rahmat Ilahi, keridhaan, dan hubungan dengan-Nya. Itu dimulai dengan dengan menyebut menyebut rahmat-N rah mat-Nya ya kepada Na bi Zakariyyâ
Berulang-
ulang kali juga kata rahmat dan maknanya terulang dalam surah ini. Kata rahman pun banyak disebut, sedang kenikmatan yang diperoleh kaum
mukminin digambarkan dengan kata wud (yakni yang menggambarkan hubungan hubun gan kasih antar antaraa A Allah llah dan dan manusia). manusi a).
40
Surah Maryam [19]
Terasa juga nada dan irama "musik"nya yang khas dari kata-kata yang
dipilihnya. Ditemukan dalam lafadz-lafadz dan fâshilah, yakni akhir kata pada ayat-ayatnya kelemahlem kel emahlembutan butan dan kedalaman kedal aman,, seperti kata ( Ç*?j radhiyyan,
Sjj*>
sariyyan,
Cap-
hafiyyan, {££)
najiyyan, sedang pada
tempat-tempat di mana diperlukan adanya ad anya ketegasan ketegasan dan sikap keras, fâshilah yang digunakan umumnya adalah huruf maddan,
seperti (
.s
dâlyang di-tasydidseperti ( fa
dhiddan, ( li a ) huddan, atau menggunakan mengg unakan huruf
'izzan atau ( s y ) 'azan. Demikian Sayyid Quthub.
j
zaiy
KELOMPOK 1
AYAT 1-15
: 405
Surah Maryam [19]
Kelompok
AYAT
Ayat
Surah Maryam [19]
407
-3
"Kâf, Hâ ', Yâ ', 'Ain, Shâd. Penjelasan rahmat Tuhanmu kepada hamba-Nya, Zakariyyâ, yaitu tatkala ia menyeru Tuhannya, seruan yang lembut.
dinyatakan bahwa peristiwa peristiwa yang dialami Dalam surah al-Kahf antara lain dinyatakan olehAshhâb al-Kahfbuka.nlab. peristiwa yang paling menakjubkan. Masih
peristiwa-pe peristiwa-peristiwa ristiwa lain. Na h, melalui surah ini, bahkan sejak awal ayatayatnya, ayatnya, ditampilka n beberapa kisah yang sangat menakjubkan, menakju bkan, bermul dengan kisah Nabi Zakariyyâ as. yang terbaca pada ayat-ayat berikut. Demiki Demi kian an sementara sementara ulama ulam a mengh ubu ngkan ngk an ayat ini dengan ayat-ayat sebelumnya. Dapat juga dikatakan bahwa penutup ayat-ayat surah yang lalu berbicara
tentang keluasan kalimat-kalimat Allah serta wahyu-wahyu-Nya. Nah, di sini manusia manu sia kembali kembali diingatkan bah wa kalimat dan wahyu-wahyu Ilahi itu, antara lain dipaparkan dalam al-Qur'an yang huruf-hurufnya seperti Kâf, Hâ, Yâ', 'Ain, Shâd.
Selanjutnya, diingatkan bahwa kalimat-kalimat dalam arti ketetapan-
ketetapan-Nya pun sangat luar biasa dan menakjubkan, sebagaimana terbaca Ap a pun hubungann h ubungannya, ya, yang jelas ayat ini dalam kisah Zakariyyâ berikut ini. Apa menyatakan Kâf, Hâ
', Yâ, Ain, Shâd.
Yang dibacakan dibaca kan ini adalah penjelasan
tentang rahmat Tuhanmu, wahai Nabi Muhammad, kepada
hamba-Nya,
Zakariyyâ, yaitu tatkala ia menyeru, yakni berdoa, kepada Tuhannya dengan seruan yang lembut.
termasuk k salah satu surah dari dua puluh sembilan surah yang Surah ini termasu dimulai dengan huruf-huruf alfabetis. Maknanya diperselisihkan oleh ulama. Secara panjang lebar, penulis telah kemukakan sebagian di antaranya pada
awal awal surah al-Ba al- Baqa qarah, rah, Ali 'Imrân, 'Imr ân, dan surah-surah surah-s urah lainnya yang dimula dengan huruf-huruf semacam itu. Rujuklah ke sana!
Rujuk volume
halaman 104.
33
Surah Maryam [19]
Kelompok
Ayat
Para ulama menyatakan bahwa kata penjelasan adalah predikat yang mestinya mesti nya didahului did ahului oleh subjek. Dari sini, sini , mereka mere ka menyatakan menya takan bahwa subjeknya harus terlintas di dalam benak ketika mendengar/membaca ayat ini. Banyak ulama yang memunc ulkan ulka n dalam dal am benaknya kalimat "yang dibacakan
« « ' " s e b a g a i subjek tersebut.
Thâhir Ibn 'Âsyûr menggarisbawahi bahwa bahwa redaksi redaksi dan gaya kedua ayat di atas sangat singkat lagi indah. Menurutnya, Menur utnya, kedua ayat ayat tersebut tersebut bagaikan menyatakan: "Ini adalah penjelasan tentang hamba Kami, Zakariyyâ, ketika berkata: Tuha Tu hank nk u... u. .. dst" (sebagaimana (sebagaimana ia bermohon kepadaTuhannya kepada Tuhannya dengan berkata: terbaca pad a ayat 4 - 6 ) , lalu Allah merahmatinya merahmat inya (dst). Nah, Nah , jika demikian— tulisnya—rahmat Allah itu datang setelah bermohon, tetapi ayat di atas mendahulukan penyebutan rahmat- Nya sebelum menyebut permohonannya permo honannya
untuk menggarisbawahi rahmat Allah yang diperolehnya itu sekaligus mengisyaratkan bahwa siapa yang menuju kepada Allah dan bermohon dengan tulus tulus kepada- Nya niscaya Alla akan melimpahkan anugerah kepadanya. peng gunaan pengganti pe ngganti nama na ma yang yan g menunjuk kepada kepa da Allah sisi lain, penggunaan dengan kata Tuhanmu (waha (wahaii Nabi Muha mma d) serta serta yang menunjuk kepada Nabi Zakariyyâ as. dengan kata hamba-Nya merupakan pujian tersend tersendiri iri kepada ke pada Nab i Muha mmad mm ad saw. dan N abi ab i Zakariyyâ as. Kata ijus-
menjelaskan 'abdihi biasa diterjemahkan hamba-Nya. Ketika menjelaskan
ayat pertama surah al-Isrâ' dan ayat kelima surah al-Fâtihah, penulis antara lain menyatakan:
"Dan Aku tidak menciptakanjin dan manusia kecuali untuk beribadah kepadaKu, "seba sebaga gaim iman anaa
ditegaskan dalam Q . adz-Dzâriyât adz-Dzâr iyât [ 51]: 51 ]: 56. 56 . Atas dasar
itu, dapat dikatakan bahwa puncak tertinggi yang dapat dicapai seseorang adalah menjadi 'abdullâhlhamba Allah. Perlu dicatat bahwa semua sem ua kata 'abid dalam al-Qur'an yang dirangkaikan dengan kata ganti persona ketiga yang menunjuk Allah swt.—semuanya—selalu menunjuk kepada Nabi Muhammad saw., kecuali ayat ini yang juga menunjuk kepada Nabi Zakariyyâ as. J i k a demikian, Nabi Muhammad saw. demikian juga Nabi Zakariyyâ
adalah makhluk-makhluk Allah yang yan g paling wajar wajar lagi sempurna
Kelompok
Ayat
Surah Maryam [19]
409
ibadah dan pengabd p engabdianny iannyaa kepada kepa da Allah swt swt dim aksud ud dengan Zakariyyâ di sini adalah Na Nabi bi Zakariyyâ as., yang Yang dimaks merupakan salah seorang pemuka agama Yahudi. Da Dala la m Perjanjia Perjanjia
Lama,
yang mempunyai hubungan kekerabatan dengan Maryam as. Ketika ayah meninggal dunia, Zakariyyâ-lah yang beruntung memenangkan
Maryam
undian untuk memeliharanya. memeliharanya. Ketika itu, itu, para p ara pemuka agama Yahudi salin berebut untuk memelihara Maryam setelah mereka menyaksikan keistimewaan beliau. Selanjutnya, rujuklah ke ayat 38-41 surah Ali 'Imrân
untuk mengetahui lebih terperinci tentang doa Nabi Zakariyyâ Kata (
nâdâ pada mulanya berarti memanggil dengan
ini.
suara
keras,
denga n suara lalu maknanya berkembang sehingga ia juga berarti doa (baik dengan keras maupun maup un dalam hati). Penggunaan kata
dalam arti tersebut agaknya
betap a besar kebutuhan dan harapan seseorang yang berdoa untuk melukiskan betapa dikabulka n doanya, d oanya, serupa dengan seseorang yang terang-terangan agar dikabulkan memanggil dan berteriak meminta perhatian siapa yang dipanggilnya. Tentu
saja, yang dimaksud dengan kata nâdâ di sini adalah berdoa dan dilakukan dengan suara perlahan, sebagai seb agaimana mana diisyaratkan oleh kata ( Çè?- khafiyyâ. Kata ini pada mulanya berarti tersembunyi lalu dipahami juga dalam arti
suara yang sangat halus/lemah lembut sehingga tersembunyi, yakni tidak
didengar kecuali oleh Allah swt. Nabi Zakariyyâ
itu dipanjatkannya dengan suara lemah lembut,
boleh jadi jad i karena beliau merasa meras a bahwa itu lebih mengisyaratkan kerendahan kerenda han diketahui orang or ang bahwa hati dan ketulusannya. Boleh jadi juga karena enggan diketahui beliau sedang seda ng mengajukan permintaan, yakni memohon memoho n seorang anak di kala tua dan istri mandul, mand ul, yang y ang dalam hal hal ini boleh jadi dinilai orang berlebihan atau tidak masuk di akal. Al-Biqâ'i memahami dari kata khafiyyâ sebagai makna kedekatan dan cinta Nabi Zakariyyâ as. kepada Allah swt. Doanya dengan suara lemah lembut
itu—m enur utnya —men gga bung kan
penyampai peny ampaian an rahasia rahasia sekaligus mencerminkan mencer minkan kemuliaan bermunajat dan kelezatan menyendiri dan ber-khalwat dengan Allah swt.
Baca volume 2 halaman 101-105.
Surah Maryam [19]
Kelompok Ayat 4-
Ada juga yang memahami kata nâdâlmemanggildengan suara keras sebagai
isyarat tentang kesadaran Nabi Zakariyyâ as. tentang jauhnya beliau dari
ketaatan dan ketakwaan kepada Allah. Memang, semakin taat dan bertakwa seseorang, semakin semak in tinggi pula keprihatinan dan kekhawatirannya kekhawatirannya akan dosa-
dosanya.
A Y A T 4-
Di
berkata: "Tuhanku, sesungguhnya telah lemah tulangku dan telah berkobar
kepalaku oleh uban, dan aku belum pernah dengan berdoa Tuhanku—merasa Tuhanku—merasa
kecewa. Dan sesungguhnya
kepada-Mu—
aku khawatir
terhadap
keluargaku sepeninggalku, sedang istriku adalah seorang yang mandul, maka anugerahilah aku dari sisi-Mu seorang putra yang akan mewarisi aku dan
mewarisi sebagian keluarga Ya'qûb; dan jadikanlah
dia—Tuhanku—seorang dia—Tuhanku—seorang
yang diridhai. "
Ayat yang lalu menjelaskan bahwa Nabi Zakariyyâ as. berdoa kepada Allah swt. dengan suara lemah lembut. Ketika itu, seakan-akan ada yang
bertanya: "Apa yang disampaikan oleh Nabi Zakariyyâ
itu kepada Allah?"
Nah, ayat ini menjelaskan bahwa dia berkata: "Tuhanku, Pemelihara dan
Pembimbingku." Demikian beliau tidak menggunakan kata "wahai" sebagaimana kebiasaan al-Qur'an melukiskan doa orang-orang yang dekat
setelah memanggil memang gil dan menyadari anugerah Allah kepada kepa da Allah. Allah. Di a berkata setelah bahwa sesungguhnya telah lemah tulangku sehingga sehin gga aku lunglai lunglai tak memiliki memi liki kekuatan dan telah berkobar kepalaku oleh uban pertanda bahwa usiaku telah lanjut, dan aku belum pernah sejak dahulu ketika aku muda hingga kini dengan berdoa kepada-Mu—Tuhanku—merasa
kecewa. Karena itu, terimalah
oa yang akan kupanj atkan ini, se bag aiman ai man a En gk au tidak pernah
mengecewakan aku, apalagi kini keadaanku sudah demikian lemah dan butuh. Dan sesungguhnya aku khawatir terhadap keluargaku sepeninggalku, sedang
istriku adalah seorangyang mandul sejak muda, maka anugerahilah aku dari sisi-Mu seorangputra yang akan mewarisi aku dalam pengetahuan dan tugas
Kelompok
Surah Maryam [19]
Ayat -6
411
penyebaran agama dan mewarisi sebagian keluarga Ya'qûb; dan jadikanlah dia—Tuhanku
yang selalu dekat dan berbuat baik kepadaku—seorangyang
diridhai. "
Zakariyyâ Inti doa Nab i Zakariyyâ
di atas adalah memoho mem ohon n dianugerahi seorang
anak sebagai pewaris. pewaris. Na mun , beliau memulai dengan mukadi mah. Yaitu Pertama, menjelaskan keadaannya yang sudah demikian lemah dan tua
sehingga beliau benar-benar membut mem butuhkan uhkan seorang seora ng anak. Beliau Belia u bagaikan bagai kan
menyatakan bahwa ia berada dalam keadaan darurat, dan Allah Yang Maha Pemurah dan Mahakasih pasti membantu siapa pun yang berada dalam keadaan darurat. Kedua, Na Nabi bi Zakariyyâ Zakariyyâ
menggambarkan optimismenya
dengan mengakui bahwa selama ini doanya telah dikabulkan Allah swt. mengecewa kannya.. Beliau Belia u bersyukur dan sehingga Allah tidak pernah mengecewakannya mengakui anugerah Ilahi, dan kalau itu telah terjadi sejak masa mudanya,
tentu hal serupa lebih beliau harapkan pada masa tuanya. Ketiga, beliau mengajukan mengaj ukan alasan mengap men gapaa beliau bermohon ber mohon anak bukan buka n selainnya, yakni karena rasa khawatir khawatir meng hadapi hadap i masa mas a depan. depa n. Di sisi lain, beliau juga sadar bahwa permohon an itu jika diukur dengan kebiasaan kebiasa an dan logika log ika manusia, ia adalah sesuatu yang sangat jauh untuk dapat diraih. Ini dicerminkan oleh pengakuannya bahwa istrinya mandul—sejak dahulu, yakni muda— sebagaimana dipahami dari kata ( C J l T
kânatyang digunakan melukiskan
keadaan istrinya itu. Na mu n demikia de mikian, n, ia tidak tida k berputus asa dari rahmat Ilahi Ilahi dan bahwa Allah Allah kuasa mewujudkannya mewujudka nnya dengan denga n cara-cara yang tidak terjangkau oleh nalar manusia, sebagaima seba gaimana na dipahami dip ahami dari kata min ladunkal dari sisi-Mu.
Rujuklah ke QS. al-Kahf [18]: 65 untuk memahami makna kata ) min ladunka dan perbedaannya dengan kata ( £jc*
dlijd
in
'indika.^
Jjeiàl U_i ^/tjpt J * ^ ' j Kata
isyta'ala/berkobar-menyala
dalam firman-Nya:
wasytaala ar-ra'su syaibanltelah berkobar kepalaku oleh
uban adalah ilustrasi tentang putihnya rambut yang sedemikian jelas, bagaikan
nyala atau kobaran koba ran api di atas kepala. Baca kembali halaman 340.
41
Surah Maryam [19]
Kata
j ' j *
Kelompok
maivâliy adalah bentuk jamak dari kata (
terambil terambil dari akar akar kata kata (
Ayat
) maulâyang
j ) waliya, yang pada mulanya bermakna dekat.
Dari sini, lahir aneka makna untuk kata tersebut, antara lain penolong dan kerabat. Yang dimaks dima ksud ud di sini adalah kerabat dekat. Agaknya, Nabi Na bi Zakariyyâ Zakariyyâ
tidak sepenuhnya sepenuh nya percaya kepada kepa da kerabatnya kerabatny a guna gun a melanjutkan melanju tkan misi dan ajaran yang akan ditinggalkannya. Karena itu, beliau memohon keturunan yang mewarisinya. mewarisinya. Pewarisan Pewarisan yang dimaksu dimak sud d agaknya bukanlah bukanla h mewariskan mewariskan harta benda, tetapi tetapi pengetahua pengetahuan. n. Bukank Bu kankah ah para par a nabi tidak mewariskan harta
untuk keluarga mereka, dan apa yang mereka tinggalkan adalah untuk umatnya? Karena itu pula Nabi Muhammad saw. bersabda bahwa: "Para ulama adalah pewaris nabi", yakni mewarisi ajaran nabi dan bertugas meneruskan penyebaran dan pengajarannya. A Y A T 7-8
"Wahai Zakariyyâ, sesungguhnya Kami memberi kabar gembira kepadamu dengan seorang anak laki-laki yang namanya Yahya, yang Kami belum pernah
memberi nama itu sebelumnya. " Dia berkata: "Tuhanku, bagaimana aku memeroleh anak, padahal istriku seorangyang mandul dan sesungguhnya aku sudah mencapai umur yang sangat tua. "
Ayat-ayat yang lalu menguraikan doa Nabi Zakariyyâ as. Ayat ini menjelaskan menjelaskan sambuta Allah terhadap terhadap doanya itu dengan dengan firman-Nya: firman-N ya: "Wahai Zakariyyâ, sesungguhnya Allah telah telah memperkenankan memperkena nkan doa mu dan melalui
malaikat Jibril Kami memberi kabar gembira kepadamu dengan perolehan seorang anak laki-laki yang namanya Yahya, yang Kami belum pernah memberi
nama itu sebelumnya kepada siapa pun. "Dengan penuh keheranan dia, yakni
Nabi Zakariyyâ as., berkata: "Tuhanku, bagaimana bisa terjadi aku memeroleh anak, padahal
istriku sejak dahulu adalah seorang yang mandul
dan
sesungguhnya aku sudah mencapai umur yang sangat tua yang biasanya usia
semacam umurku tidak akan dapat memeroleh anak lagi.
Kelompok
Surah Maryam [19]
Ayat
Kata ( Cr
samiyyan terambil teramb il dari kata (
413
as-simah, yakni tanda.
adal ah yang dijadika dija dikan n tanda tan da baginya, bagi nya, dari sini kata ( Nama sesuatu adalah begitu pula kata sarniya dipahami oleh banyak ulama dala
ism
arti nama. Yakni
Allah swt. menyampaikan kepada Nabi Zakariyyâ as. bahwa dia akan
memeroleh seorang anak yang akan diberi nama oleh Allah dengan nama Yahya, suatu nama yang belum pernah dikenal sebelumnya sebagai nama
seorang manusia. manusia . Penamaan bagi seseorang dengan nama n ama yang belum dikenal sebelumnya merupakan satu keistimewaan tersendiri karena, dengan demikian, dia dengan mudah dikenal. Dengan menyebut namanya, tidak akan terjadi kerancuan atau kebingungan tentang siapa dia sebab tidak atau belum ada ad a orang lain yang serupa dengan namanya. Penamaan anak Nab i Zakariyyâ
itu dengan deng an ( ^
Yahya dalam bentuk
kata kerja masa kini dan datang da tang serta berarti hidup mengandun meng andung g isyarat isyarat bahwa aba di secara terus-menerus, terus-me nerus, walau wala u setelah wafat. Ini sang anak akan hidup abadi bukan saja berarti bahwa anak ini akan tumbuh berkembang sesuai dengan
tuntunan Ilahi, dan akan mati syahid, sehingga di samping nama baiknya selalu dikenang dalam kehidupan dunia ini, ia juga akan hidup terus-menerus
di sisi Allah swt. swt. dalam dal am keadaan penuh nikmat dan kebahagiaan. Ibn 'Asyûr memahami kata ( Çr kata tersebut terambil dari kata ( (•—'J
samiyyan dalam arti sifat. Menurutnya, wasama, yakni menyifati. Ini seperti
bunyi bunyi firman-Nya fi rman-Nya dalam QS . an- Najm Naj m [53]: [5 3]: 27 ketika ketika mengecam kaum k aum musyrikin:
"Mereka menyifati malaikat malaikat dengan sifat feminisme.
tersebut tersebut mema m emahami hami ayat di atas atas dalam dal am arti Yahyâ
Atas dasar ini, ulama
menyandang sifat-sifat
dis andang g oleh manusia, termasuk para par a nabi sebelumnya. yang belum pernah disandan Yakni, telah terhimpun dalam diri beliau aneka sifat sempurna. Beliau
dianugerahi hukm/hukum ketika masih mas ih kecil. kecil. Beliau juga dijadikan hashuranl berkemampuan
menahan diri
QS . Ali 'Im rân [3] : 39) sehingga tidak
terjerumus terjerumus dalam dala m haram dan da n beliau tidak memikul beban kesukaran dala menghimpun antara kewajiban beribadah dan kewajiban terhadap keluarga. lahir pada pa da masa tua ayahnya ayahnya dan setelah kemandulan kemand ulan ibunya. sisi lain, beliau lahir
41
Surah Maryam [19]
Kelompok
Ayat
risalah Na bi isâ as., Beliau juga datang membawa berita gembira tentang risalah walaupun beliau hanya seorang nabi bukan seorang Rasul.
juga karena
nama yang beliau sandang sanda ng adalah nama nam a yang tidak dikenal dikenal sebelumnya. Semua ini merupakan keistimewaan tersendiri yang menjadikan Allah menyatakan bahwa Yahyâ as. menyandang sifat-sifat bukan sekadar nama yang belum
pernah disandang oleh siapa pun sebelumnya. Ucapan Nabi Zakariyyâ
di atas atas bukannya bukanny a meragukan meraguka n berita gembira
itu, tetapi menampakkan keheranan bagaimana berita itu bisa terjadi, terjadi, sekaligus sekali gus mencerminkan kegembiraan dan keinginan mendengar pengulangan berita gembira itu. Bukankah jika kita mendengar sesuatu yang menggembirakan, kita selalu ingin mendengarnya berulang-ulang dan selalu merasakan kenikmatannya kenikmatanny a setiap setiap terucapkan walau telah telah berulang-ulang? Bisa Nabi Zakariyyâ
ucapan
itu merupakan pertanyaan apakah dia akan memeroleh
anak kandu ka ndung ng dari istrinya istrinya yang telah telah tua tersebut atau melalui melalu i istri istri yang ya ng lain atau apakah anak yang dimaksud adalah anak kandung atau anak angkat. Sayyid Quthub mengomentari ucapan Nabi Zakariyyâ as. itu dengan
menyatakan bahwa Zakariyyâ dengan ucapannya ini menghadapi kenyataan dan dalam saat yang sama mendengar mendengar dan menghadapi mengha dapi pula janji Allah. Beliau ingin mengetahui bagaimana janji tersebut dapat terlaksana dala dalam m kenyataan yang dihadapinya dihadapi nya (yakni (yakni istri istri yang yan g mandul dan dirinya yang tua), beliau ingin mengetahui hal itu agar hatinya menjadi tenang. Ini adalah kondisi kejiwaan yang yan g normal bagi setiap orang oran g yang yan g menghadap mengh adapii situasi si tuasi seperti seperti yang dihadapi diha dapi oleh oleh Na bi Zakariyyâ as., sang Na bi yang taat lagi manusi man usi a itu, itu, bagi dia yang tidak dapat lengah dari kenyataan yang dihadapinya. Demikian lebih kurang Sayyid Quthub. Kata Çsp
'itiyyan terambil dari (
atâ-ya 'tu, yakni mencapai
puncak. Da Daha ha n yang telah telah lapuk la puk dan kering disifati disifati dengan akar kata tersebut, tersebut,
yakni yak ni ( oU>
'âtn, demikian juga sesuatu yang telah mencapai puncak
kerusakan atau manu sia yang mencapai punc ak kekufuran. kekufuran. Yang dimaksud dimak sud di sini adalah usia lanjut. Konon, usia Nabi Zakariyyâ as. ketika itu telah mencapai 120 tahun dan istrinya 98 tahun.
Kelompok
Surah Maryam [19]
Ayat 9-11
415
A Y A T 9-11
"Dia
berfirman: Demikianlah. ' Tuhanmu berfirman: 'Ia bagi-Ku adalah
mudah; dan sesungguhnya sesungguhnya Aku telah menciptakanmu sebelum itu, padahal engkau belum ada sama sekali. ' Dia berkata: 'Tuhanku, berilah aku suatu tanda.' tanda.' Dia berfirman:
'Tanda bagimu ialah bahwa engkau engkau tidak
dapat
berbicara dengan manusia manusia selama tiga malam, padahal engkau sehat. 'Maka,
ia keluar menuju kaumnya dari mihrab, lalu dia memberi isyarat kepada mereka; hendaklah kamu bertasbih di waktu pagi dan petang. "
Allah menyambut keheranan Nabi Zakariyyâ as., Dia
berfirman:
"Demikianlah. "Yakni memang benar ucapanmu yang menyatakan bahwa
istrimu mandul dan engkau telah tua. Lalu, ayat ini melanjutkan dialog dengan Nabi Zakariyyâ as. dengan menyatakan: Tuhanmu berfirman: "Ia, yakni menciptakan anak untuk kamu berdua, bagi-Ku secara khusus adalah mudah tidak ada bedanya dengan menciptakan manusia dalam keadaan
normal, sedang bagi selain-Ku itu adalah mustahil; dan mengapa engkau heran sedang sesungguhnya sesungguhnya Aku telah menciptakanmu sebelum itu, padahal engkau di waktu itu belum ada sama sekali. "
Sungguh berita gembira ini ini tidak dapat dapa t dibayangkan dibayan gkan oleh mereka yan
mengukur segala sesuatu sesuatu dengan ukuran huk um-h uku m alam atau huk um sebab dan akibat. Zakariyyâ sang Nabi pun, karena telah cukup lama
menantikan kehadiran anak, tidak segera dapat membayangkan ketepatan berita itu, bukan karena tidak percaya akan kuasa Allah, tetapi karena berita ini adalah satu berita yang sungguh sunggu h di luar kebiasaan. Karena itu, dia bermohon kepada Allah dengan berkata: "Tuhanku, berilah aku suatu tanda yang
mengantarku menganta rku lebih yakin dan lebih bergembira serta serta untuk mengetahui mengetahui bahwa bah wa istriku itu telah mengandung agar aku segera dapat melipatgandakan berfirma n: "Tandanya, bagimu kesyukuran kepada-Mu." Dia, yakni Allah berfirman: ialah bahwa engkau tidak dapat berbicara dengan manusia selama tiga hari
dan tiga malam, kecuali berbicara dengan isyarat padahal engkau sehat dapat berucap. "Maka, dia keluar menuju kaumnya dari mihrab, lalu dia memberi
41
Kelompok
Surah Maryam [19]
Ayat 9-11
tan pa berkata-kata berkata-ka ta karena karen a Allah telah mencabut menc abut isyarat kepada mereka tanpa kemampuannya bercakap; hendaklah kamu bertasbih menyucikan Allah dari segala kekurangan di waktu pagi dan petang.
Ayat di atas menggunakan istilah (
kata kata ( J
laillmalam,
layâlin yaitu bentuk jamak ja mak dar
sedang dalam Q . Ali 'Imrân [3]: [3] : 41 kata yang
digunakan adalah ( ^ûî ) ayyâm yaitu bentuk jamak dari kata ( ji
yauml
hari. Dari keduanya dipahami bahwa yang dimaksud adalah tiga hari da
tiga malam. mala m. Agaknya, Agakny a, pemilihan kata malam pada surah Maryam ini untuk
menyelaraskan dengan kandungan ayat yang berbicara tentang turunnya
rahmat bagi Na Nabi bi Zakariyyâ
karena secara tegas dinyatakan dalam sebuah
hadits bahwa rahmat Allah turun secara khusus pada paruh ketiga setiap malam. Demikian tulis al-Biqâ'i.
Penganut paham rasional mema hami fi rman- Nya: (
fâ
alla
^SJ *$\
tukallima an-nâs tsalâtsa layâlin/engkau tidak dapat berbicara
dengan manusia selama tiga tiga malam malam dalam arti Zakariyyâ tidak memiliki
dorongan untuk bercakap-cakap dengan orang lain karena jiwanya telah
dipenuhi oleh kegembiraan dan rasa syukur kepada Allah—bukan dalam arti—beliau tidak mamp ma mpu u menyampaikan menyamp aikan sesuatu dengan berbisik atau suara keras kepada orang lain. Pendapat ini dari satu sisi boleh jadi dinilai logis, hanya saja ia dihadang oleh satu dua pertanyaan. pertanyaan. Misalnya, Misal nya, dalam dal am
Ali 'Imrân [3] 41 dinyatakan
bahwa beliau mamp ma mpu u berbicara dengan isyarat. Jika memang meman g demikian, demikian, tentu
saja ketidakmampuan berbicara itu bukan hanya dalam persoalan tertentu tetapi mencakup kemampuan berbicara secara umum. Selanjutnya, apakah ketiadaan dorongan doronga n berbicara dengan orang lain sudah dapat menjadi menjadi tanda yang jelas bagi Nabi Zakariyyâ Zakariyyâ as.? Agaknya Agakny a belum. Karena Ka rena itu, itu, penulis penulis pun cenderung memahami memaha mi tanda tersebut tersebut adalah adalah ketidakmamp ketid akmampuan uan berbicara. Ap pun makna tanda itu, yang jelas adalah ia merupakan tanda yang sejalan dengan kondisi psikologis yang menyertai permohonan Nabi Zakariyyâ
dan pengabulan pengab ulan Allah terhadap doanya. do anya. Tanda Tan da itu hendaknya hendakny a digunakan dig unakan swt. yang menganugerahkannya menganuger ahkannya anak padahal dia untuk mensyukuri Allah swt. telah demikia demi kian n tua dan istrinya pun mandul man dul.. Syukur tersebut dicerm dic ermink inkan an
Kelompok Ayat 12-15
Surah Maryam [19]
417
dengan menghindari hiruk pikuk pik uk dunia manusia dengan jalan hidup dala suasana hadirat Ilahi, bertasbih dan bersyukur secara penuh kepada-Nya. Kata (
sawiyyan ad juga yang memahaminya sebagai predikat dari
kata layâlin/malam-malam, yakni tiga malam sempurna. Banyak ulama ulama yang memahaminy memaha minyaa sebagai menjelaskan keadaan kea daan Na bi Zakariyyâ as. Yakni dia dalam keadaan sempurna dari segi kemampuan berbicara, tidak bisu tidak juga sakit dengan penyakit yang y ang menghalanginya menghalangi nya berbicara. Karena Kare na itu pula,
tulis tulis sementara ulama, walaupun beliau tidak dapat dap at berbicara dengan sesama manusia, beliau mampu dan lancar mengucapkan tasbih dan tahmid kepada Allah swt. Kata
<_J!
al-mihrâb terambil dari kata (
harblperang. Yang
dimaksud adalah tempat menghadapkan wajah kepada Allah swt. Yang
menghadapkan wajahnya dengan tulus kepada Allah bagaikan berperang melawan setan setan sehingga tempatnya menghadap meng hadap dinamai mihrab.
A Y A T 12-15
"Wahai Yahya, ambillah al-Kitâb dengan sungguh-sungguh. "Dan Kami berikan kepadanya hukum selagi dia masih masih kanak-kanak
dan
rasa belas kasih yang
mendalam dari sisi Kami dan kesucian. Dan dia adalah seorangyang bertakwa, dan bakti kepada kedua orangtuanya, dan bukanlah dia orang pendurhaka.
sombong
Dan salamun salamun atas dirinya pada hari ia dilahirkan, dan pada
hari ia wafat dan pada hari dia dibangkitkan hidup (kembali).
Anak yang dijanjikan dijanjikan Allah kepada Na Nabi bi Zakariyyâ
dan istrinya, yakni
Yahyâ as. pun lahir. Dia tumbuh berkembang hingga menjadi remaja lalu
Allah berfirman kepadanya: Wahai Yahya, ambillah al-Kitâb, yakni Taurat
itu, dengan sungguh-sungguh. Yakni, pahami maksudnya dan laksanakan
tuntunannya. Dan Kami berikan kepadanya hukum, yakni pemahaman tentang kandungan Taurat, selagi dia masih kanak-kanak
dan Kami
anugerahkan juga kepadanya rasa belas kasih yang mendalam terhadap seluruh makhluk, anugerah yang bersumber dari sisi Kami dan juga Kami
Kelompok
Surah Maryam [19]
Ayat 12-15
menganugerahkan kepadanya kesucian dari dosa atau pengembangan kepribadian sehingga menjadi matang dan sempurna tanpa cacat. Dan dia adalah seorangyang bertakwa, yakni yang benar-benar melaksanakan perintah-
perintah Allah dan menjauhi menjauhi larangan-larangan-Nya, larangan-lar angan-Nya, dan bakti kepada kedua terhadap
orangtuanya, dan bukanlah dia orang yang sombong pendurhaka
besar dan kesejahteraan kesejahteraan sempurna sempu rna siapa pun. Salâmun, yakni keselamatan besar atas dirinya serta keterhindaran dari segala bencana dan aib serta kekurangan pada
hari ia dilahirkan,
dan pada
hari dia wafat dan pada
hari dia
dibangkitkan hidup kembali di Padang Mahsyar nanti.
Anda masih ingat ayat-ayat ayat-ayat yang lalu ketika ketika Nabi Na bi Zakariyyâ
bermohon
kiranya dianugerahi anak yang menjadi ahli waris nilai-nilai Ilahi yang diterimanya. Nah, demikianlah ayat di atas memulai uraiannya tanpa menceritakan keadaan sang anak bagaim bag aimana ana dia lahir dan menanjak remaja. langs ung mengabarkan bahwa ba hwa permohona n Zakariyyâ Ayat di atas langsung
untuk
memeroleh penerus dan ahli waris telah telah terkabulkan dengan perintah kepada anak itu untuk mengambil al-Kitâb dengan sungguh-sungguh sambil menguraikan anugerah Allah kepadanya, dalam rangka pengabulan doa orangtuanya. Berbeda-beda pendapat ulama tentang makna kata ( (* ^-
memahaminya dalam arti kecerdasan akal atau firasat;
al-hukm pada
da juga yang
memahaminya dalam arti kenabian atau pengetahuan tentang etika pergaulan dan pelayanan. Kata (
hanânan, di samping makna yang penulis kemukakan di
atas, ada juga yang memahaminya dalam arti rahmat khusus, yakni kenabian
atau kasih sayang Allah kepadanya. Thabâthabâ'i memahaminya dalam arti khus us dan kecenderungan kecenderungan sert ketertarikan yang terjalin antara kasih sayang khusus beliau dan Allah yang sifatnya di luar kebiasaan. Ini dipahami oleh Thabâthabâ'i dari penggunaan kata (
ladunnâ/dari
sisi Kami yang
menurutnya—sebagaimana telah penulis singgung sebelum ini—hanya digunakan digun akan menyangku t hal-hal yang di luar kebiasaan. Kata
8lS"j
zakâh dari segi bahasa dapat berarti suci dan juga
berkembang. Kedua makna ini dapat dicakup oleh kata tersebut di sini,
Kelompok
Ayat 12-15
Surah Maryam [19]
419
walaupun mak m akna na kedua lebih sesuai sehingga menunjukkan menunjukk an kesempurnaa kese mpurnaa pengemb pen gembang angan an jiwa sang anak (dalam hal hal ini adalah Yahyâ as.) dan karena itu yan g bertakwa. pula beliau menyandang sifat ( Çjï ) taqiyyan, yakni seorang yang Kata
jGr
jabbâr mengandung makna ketinggian yang tidak dapat
terjangkau. Kata ini antara lain digunakan untuk menyifati pohon kurma
yang demikian tinggi sehingga tidak dapat dipetik buahnya. Kata ini juga mengandung makna ketinggian dan keangkuhan yang mengantar penyandangnya memaksa pihak lain untuk tunduk da
patuh mengikuti
kehendaknya. Karena Kare na itu, itu, sifat ini tidak wajar wajar dis andang and ang kecuali kecuali oleh Allah swt. yan g disebut oleh ayat-ayat di atas, yang menghiasi kepribadian Sifat-sifat yang den gan Yahyâ as., mencerminkan hubungan beliau yang demikian harmonis dengan Allah swt., dengan kedua orangtuanya, dan kepada masyarakat manusia,
bahkan makhluk secara umum. Hubungannya dengan Allah dilukiskan dengan kata ( Qs ) taqiyyan; hubungannya dengan kedua orangtuanya dilukiskan dengan kata ( «UJUMJJ orangtuanya,
Vjt
barra
biwâlidaihi/bakti
kepada kedua
sedang kepada sesama makhluk dilukiskan oleh kalimat
ÇgpljUy jjSo I ) lâm yakun jabbâran
'ashiyyanibukanlah ia orang yang
sombongpendurhaka.
Kata f%*> salam terambil dari akar kata (
) salima yang maknanya
berkisar pada keselamatan dan keterhindaran dari segala yang tercela. Thabâthabâ'i berpendapat bahwa makna kata ini mirip dengan makna kata aman. Hanya
saja, kata aman digunakan untuk menggambarkan ketiadaan
bahaya atau hal-hal yang tidak menyenangkan atau menakutkan seseorang pada tempat tertentu, sedang kata salam digunakan untuk menggambarkan
bahwa tempat di mana seseorang berada selalu ditemukannya dalam keadaan yang sesuai dan menyenangkan. Penggunaan bentuk nakirah/indefinite pada kata salam, yakni tidak menggunakan alif 'dan lâm (
al-salâm,
untuk
mengisyaratkan betapa besar dan banyak salam dan kedamaian itu.
T i g a tempat keselamatan yang disebut ayat 15 di atas merupakan tiga tempat penting lagi genting dalam kehidupan manusia. Saat kelahiran karena, jika seseorang lahir cacat, kehidupannya di dunia akan terganggu. Selanjutnya, (kesudah an buruk), jika ia meninggal dunia dalam keadaan su 'al-khâtimah (kesudahan
Surah Maryam [19]
Kelompok
Ayat 12-15
kesengsaraan ukhrawi akan menyertainya. Adapun keselamatan di Padang Mahsyar, ini adalah keterhindaran dari rasa malu dan takut yang ya ng menceka men cekam. m. Sementara Sementar a ulama ula ma berpendapat berpendap at bahwa b ahwa pemb ubu han kata ( G- hayya.nl hidup ketika melukiskan Kebangkitan Nabi Yahyâ as. di Padang Mahsyar
adalah isyarat tentang wafatnya beliau di dunia sebagai seorang yang terbunuh dan syahid. Ini karena para syuhada tidak mati tetapi tetap hidup sebagaimana ditegaskan oleh QS .
li 'Imrân [3] : 169. 16 9. Pendapat ini tidak sepenuhnya
benar karena seperti akan terbaca pada ayat 33 yang akan datang, ketika as.,
juga
sana, sedang tidak seorang muslim pun yang percaya bahwa Nabi 'Isa as.
wafat terbunuh sebagaimana sebaga imana halnya Na bi Yahyâ Yahyâ as.
KELOMPOK 2
AYAT 16-40
42
42
Surah Maryam [19]
^^^k^C^^
Surah Maryam [19]
Surah Maryam [19]
Kelompok
Ayat 16-17
A Y A T 16-17
"Dan ingatkanlah yang terdapat di dalam al-Kitâb tentang Maryam ketika ia menjauhkan diri dari keluarganya ke suatu tempat di sebelah timur. Maka, ia mengadakan tabir dari mereka; lalu Kami mengutus ruh Kami
kepadanya,
maka ia menjelma di hadapannya manusia yang sempurna. sempurna.
Permohonan Nabi Zakariyyâ as. itu muncul setelah melihat keadaan Maryam ibunda Nabi 'Isa
sebagai seba gaimana mana diisyaratkan oleh
Ali 'Imrân
kelahiran seorang s eorang anak dari seorang wanita man m andul dul dan [3] 38. Di sisi lain, kelahiran b angkaa adalah adalah sesuatu yang ajaib. Ini memiliki semacam kemiripan suami tua bangk walau lebih rendah keajaibannya dibandingkan dengan kehamilan Maryam dan kelahiran putranya tanpa disentuh pria. Dari kemiripan inilah alBiqâ'i menghubungkan ayat ini dengan ayat sebelumnya.
Ayat-ay Ayat-ayat at di atas memerintahkan memerintahkan kepada Na bi Muh amma am ma saw. bahwa ceritakan dan ingatkanlah kisah yang terdapat di dalam al-Kitâb, yakni alQur'an, yaitu tentang Maryam, putri 'Imrân, yakni ketika ia bersungguhsungguh menjauhkan diri dari keluarganya, bahkan dari seluruh manusia ke suatu tempat di sebelah timurdari dari
tempat tempa t tinggalny tingg alnyaa atau sebelah timur timu r arah
Bait al-Maqdis. Maka, ia dengan sengaja dan penuh tekad mengadakan tabir dari mereka; lalu Kami mengutus ruh Kami kepadanya, yakni malaikat Jibril,
untuk menyampaikan pesan Kami maka ia, yakni malaikat itu, menjelma di dalam bentuk
gagah, penuh wibawa,
dan sangat simpatik. Berbeda dengan banya k ayat yang hanya memerinta hkan
bi
Muhammad saw. untuk mengingat atau menceritakan dengan menggunakan kata ( h\ ) idz ata u (
udzkur, berbeda dengan itu, ayat di atas
menambahkan kata al-Kitâb, yakni al-Qur'a al- Qur'an, n, sehingga dengan kata itu ayat ini memerintahkan Nabi Muhammad saw. untuk membacakan tentang kisah dan keutamaan Maryam
yang terdapat dalam al-Qur'an, bukan sekadar
menyebut kisah atau keutamaa n beliau yang Na bi saw. saw. ketahui. Thâh ir Ibn
Kelompok
Surah Maryam [19]
Ayat 18-19
425
'Âsyûr menduga bahwa surah ini adalah surah pertama yang menggunakan secara tegas kata udzkur dalam konteks uraian tentang kisah-kisah para nabi. Kata
oJLsiJ
intabadzat terambil dari kata (
nabadza yang pada
mulanya berarti melempar. Penggunaan kata itu di di sini sini menga ndung ndun g isyarat bahwa bahwa Marya
benar-benar menyendiri dan menjauh dari keluarganya.
Hal tersebut beliau lakukan boleh jadi karena ketika itu beliau sedang sedan g haid haid atau boleh jad juga menyendiri untuk lebih berkonsentrasi dalam beribadah tanpa gangguan gan gguan dar siapa pun. Kata (Ç )j2> UlSCa makanan syarqiyyan mengesankan bahwa tempat itu sengaja dipilih sebagai isyarat terbitnya cahaya Ilahi karena timur adalah arah
terbitnya cahaya (matahari). Demikian al-Biqâ'i. Sahabat Nabi saw., Ibn 'Abbâs, berpendapat bahwa itu adalah isyarat tentang kiblatnya orang-orang
Nasrani karena mereka menjadikan arah timur sebagai arah kiblat ketika shalat. Kata \ » - j
rûhanâ/ruh Kami bermakna malaikat, yakni malaikat Jibril
Ayat ini menunjukkan bahwa malaikat dapat menampi lkan lka n diri dalam dal am bentuk manusia. Dari al-Qur'an, ditemukan sekian ayat yang menginformasikan penjelmaan malaikat dalam bentuk manusia. Misalnya, kehadiran malaikat kepada Nabi Ibrâhîm as. (QS. adz-Dzâriyât [51]: 2 4 - 2 7 ) , demikian juga as. QS. Hû kepada Nab i Luth as.
[11]: 77-81).
Demikian juga banyak riwayat dalam as-Sunnah. Penulis tidak menemukan mene mukan dari al-Qur'an al- Qur'an,, atau as-Sunnah penjelasan penjelasan tentang bentuk ben tuk selain selain manusia yang diperagakan oleh malaikat, berbeda dengan setan dan jin yang y ang sering kali tampil dalam da lam bentuk beraneka ragam. raga m.
A Y A T 18-19
ia (Maryam) berkata: "Sesungguhnya aku berlindung kepada ar-Rahmân dari dirimu jika engkau seorang bertakwa. "Ia (Jibril) berkata: "Sesungguhnya aku hanyalah seorang utusan Tuhanmu untuk menganugerahkan seorang anak laki-lakiyang suci.
untukmu
Surah Maryam [19]
Kelompok
Ayat 18-19
Melihat kehadiran manusia yang tidak dikenal dan dalam keadaan Maryam sedang menyendiri dan menghindar dari keluarganya, timbul rasa takut di hati gadis suci itu, maka dia, yakni Maryam, berkata sambil mengukuhk menguk uhkan an ucapannya ucapanny a dengan kata "sesungguhnya", "sesungguhnya", yakni: "Sesungguhnya aku berlindung kepada ar-Rahmân Tuhan Yang Maha Pemurah dari dirimu;
mak a menjauhlah dariku dan janga ja ngan n sekali-kali sekali-kali jika engkau seorang bertakwa maka menyentuhku. Ia, yakni malaikat Jibril, berkata: "Sesungguhnya aku tidak lain hanyalah seorang utusan Tuhan Pemelihara dan Pembimbing- mu yang engkau mohonkan perlindungan-Nya itu. Aku diutus-Nya untuk izin dan kuasa kua sa Allah seorang anak laki-laki menganugerahkan untukmu atas izin berk embang g jiwa raganya secara secara sempurna. sempur na. yang suci lagi tumbuh berkemban Kata
j3"^
ar-Rahmân menggambarkan curahan rahmat Allah swt.
s edang sifat sifat yang dimilikidimil iki-Nya Nya dilukiskan dengan kata "Rahim". secara aktual, sedang Demikian pendapat sementara ulama. Ada juga ulama yang memaha memahami mi kata ar-Rahmân sebagai sifat Allah swt. yang yan g mencurahka mencur ahkan n rahmat rah mat yang bersifat
sementara di dunia ini, sedang ar-Rahîm adalah rahmat-Nya yang bersifat kekal. kekal. RahmatRahm at- Nya Ny a di dunia dunia yang sement sementara ara ini meliputi meliputi seluruh makhluk makhl uk tanpa kecuali dan tanpa membedakan antara mukmin dan kafir, makhluk hidup hidu p atau tak bernyawa. bernyawa. Sedangkan, rahmat yang ya ng kekal kekal adalah rah mat-Nya mat- Nya di akhirat, tempat kehidupan yang kekal, yang hanya akan dinikmati oleh makhluk-makhluk yang mengabdi kepada-Nya. Marya m ini ini dapat juga dijadikan Kata Rahman yang diucapkan Sayyidah Maryam alasan untuk menguatkan pendapat yang menyatakan kata tersebut telah
dikenal sebelum turunnya al-Qur'an kendati kaum musyrikin Mekkah tidak mengenalnya sebagai nama tuhan yang mereka mereka sembah. N ab i Sulaima Sul aiman n as. dalam suratnya kepada Ratu S a b a ' juga menggunakan kata tersebut, bahkan menggunakan Basmal ah (bac
an-Naml [ 2 7 ] : 30).
Maryam ketika menyebut kata ar-Rahmân ini agaknya mengingatkan kepada sosok yang dilihatnya itu tentang betapa besar rahmat dan kasih sayang Allah yang melimpah kepada sosok tersebut sambil mengharap kiranya
tercurah urah kepadanya itu ia curahkan curahkan pula kepada Marya sebagian rahmat yang terc
Kelompok
Surah Maryam [19]
Ayat 18-19
427
Memang, Mema ng, ketika seseorang seseorang memba ca atau mendengar mendengar kata a r-Ra hmân dan atau ar-Rahîm, diharapkan jiwanya akan dipenuhi oleh rahmat dan kasih sayang dan saat itu rahmat dan kasih sayang akan memancar keluar dalam
bentuk perbuatan-perbuatan. Bukank Bu kankah ah perbuatan merupaka merupakan n cerminan dari dari menghayati bahwa ba hwa Allah adalah Rahman (Pemberi gejolak jiwa? Seseorang yang menghayati rahmat kepada makhluk-makhluk-Nya dalam kehidupan dunia ini), penghayat makna-mak makna -makna na itu akan berusaha memantapkan memanta pkan pada dirinya dirinya sifa sifa rahmat dan kasih sayang sehingga menjadi ciri kepribadian kepribadiannya, nya, selanjutnya ia tak akan ragu atau segan mencurahka mencura hkan n rahmat rahma t kasih kas ih sayang saya ng itu kepada kepa da
manus ia tanpa tanpa membedaka n suku, ras, atau agama, mau pun pu n tingkat sesama manusia keimanan, serta memberi pula rahmat dan kasih sayang kepada makhlukmakhluk lain, baik yang hidup maupun yang mati. Itulah buah yang diharapkan diharap kan dari penghayat makna mak na sifat Allah itu. Selanjutnya, rujuklah ke kelompok terakhir surah ini yang mengandung dalam redaksinya kata ar-Rahmân (ayat 88-91) untuk memeroleh informasi lebih banyak tentang makna kata tersebut. Ucapan Mar ya m as. di atas mengg abu ngk an antara perm oho nan
perlindungan kepada Allah dan peringatan kepada malaikat malaikat yang diduganya manusia itu. Ucapan beliau mengingatkan sosok yang dilihatnya itu dengan kata bersyarat "jika engkau seorang bertakwa" merupakan peringatan yang dapat menggugah hati siapa yang memiliki walau sedikit kesadaran. Boleh jadi juga syarat tersebut muncul ketika beliau tidak melihat tanda-tanda yang
mencurigakan dari sosok yang diduganya diduganya manusi a itu itu atau bahkan melihat padanya tanda-tanda kesalehan kesalehan.. Di sisi lain, jaw jawaban aban malaikat itu memberi ketenangan ketenangan kepada k epada Maryam Mar yam
bukan saja dalam ucapannya bahwa ia utusan
Allah, tetapi juga bahwa beliau akan diberi anak dan anak itu suci lagi
sempurna. Kesucian dan kesempurnaannya itu sekaligus mengisyaratkan bahwa cara perolehannya pun pasti dengan cara yang suci pula. Bukankah anak yang lahir dari hubungan yang tidak dibenarkan Allah dinamai anak haram?
Surah Maryam [19]
Kelompok
Ayat 20-21
A Y A T 20-21
Di
(Maryam) berkata: "Bagaimana akan ada bagiku seorang anak laki-laki,
sedang tidak pernah seorang manusia pun menyentuhku dan aku bukan (pula) seorangpezina!" Ia (Jibril) berkata: "Demikianlah! Tuhanmu berfirman: 'Hal
itu bagi-Ku mudah; dan agar Kami menjadikannya suatu tanda bagi manusia manusia dan rahmat dari Kami; dan hal itu adalah sesuatu yang sudah diputuskan. "
Mendengar ucapan malaikat tentang anugerah anak itu, Maryam Marya m, berkata: "Bagaimana dan dengan terheran-heran sehingga dia, yakni Maryam, cara apa akan ada bagiku seorang anak laki-laki yang yan g kulahirkan dari rahimku, sedang tidak pernah seorang manusia pun menyentuhku, yakni melakukan
hubunga hubun gan n seks dengan deng an cara halal, dan aku bukan pula sejak dahulu hingga kini seorangpezina yang rela melakukan hubungan seks tanpa nikah yang sah.
Malaikat Jibril as. menampik keheranan Maryam as. Ia, yakni Jibril, berkata: "Demikianlah! Yakni benar apa yang engkau katakan. Engkau
memang tidak tida k pernah perna h "disentuh" "disentuh" oleh siapa pun dan d an benar uga bahwa seoran
anak lahir lahir akibat aki bat hubungan seks pria dan wanita, kendati demikian, demi kian, Tuhanmu kelahiran anak tanpa hubungan hubung an berfirman: "Hal itu, yakni kelahiran
seks, bagi-Ku secara
khusus adalah mudah; Kami Kam i melakukan itu sebagai anugerah untukmu dan hubungan n sek agar Kami Kami menciptakan seorang anak tanpa melalui hubunga menjadikannya
suatu tanda yang sangat nyata tentang kesempurnaan
kekuasaan-Ku sehingga menjadi bukti bagi manusia dan untuk menjadi rahmat dari Kami buat seluruh manusia yang menjadikannya sebagai
petunjuk; dan hal itu, yakni penciptaan seorang anak—dalam hal ini 'Isa as.—melalui Maryam tanpa ayah, adalah sesuatu perkara yang sudah diputuskan yakni pasti akan terjadi. Karena itu, wahai Maryam, terimalah
ketetapan Allah All ah itu dengan penuh p enuh suka cita dan hati tenteram." Ucapan Maryam as. (
iiî jlj ) wa lam aku baghiyyanlaku bukanlah
seorangpezina setelah menyatakan menya takan
J£J
jij ) wa lamyamsasnî basyarunl
tidak pernah seorang manusia pun menyentuhku bukan sekadar pengulangan
Kelompok
Ayat 22-23
Surah Maryam [19]
429
atau penekanan, tetapi tetapi masing -masi ng meng andung and ung makn a yang berbeda, yang pada pa da akhirnya akhirnya saling menguatkan. Ucapan Uca pannya nya menafikan menafikan sentuhan sentuhan
men gan dung makna mak na bahwa ia belum pernah berhubungan seks. Ini manusia mengan dipin ang oleh Yûsuf an-Najjâr, ditegaskannya karena ketika itu beliau telah dipinang dengan demikian boleh jadi timbul dugaan bahwa telah terjadi sesuatu antara keduanya bila bil a ia hamil, hamil, di sisi lain bila kehamilan terjadi terjadi pastilah tunangannya tunangan nya akan sangat kecewa dan marah. ma rah. Adapun Ada pun pernyataannya perny ataannya bahwa ba hwa beliau bukan
pezin a atau wanita jalang, ini untuk menegaskan bahwa sejak dahulu seorang pezina hin gga beliau bukanlah seorang wanita asusila dan itu akan dipertahankannya hingga masa datang."
A Y A T 22-23
Maka dia mengandungnya, mengandungnya, lalu dia menyisihkan diri dengannya ke tempat
yang jauh. Maka,
rasa sakit akan melahirkan anak memaksa dia ke pangkal
pohon kurma, ia berkata: "Aduhai, alangkah baiknya aku mati sebelum ini, dan aku menjadi sesuatu yang tidak berarti. "
Setelah menyampaikan ketetapan Allah di atas, malaikat Jibril as.
meniupkan ruh ke tubuh Maryam as., maka dia pu mengandungnya, yakni mengandung anak lelaki itu, yakni 'Isa as., lalu ketika dia sadar akan kandungannya dia menyisihkan diri dengannya, yakni dengan kandungannya itu, ke tempat yang jauh dari tempatnya sebelum ini. Maka, rasa sakit akibat kontraksi akan melahirkan anak memaksa dia menuju ke pangkal pohon kurma untuk bersandar. Kini, terbayang olehnya sikap dan cemooh yang
akan didengarnya karena dia melahirkan melahirkan anak tanpa memiliki suami, d an
karena itu ia berkata: "Aduhai, alangkah baiknya aku mati, yakni tidak tidak pernah p ernah wujud sama sekali di pentas hidup sebelum ini, yakni sebelum kehamilan ini, agar aku tidak memikul aib dan malu dari satu perbuatan yang sama sekali tidak kukerjakan dan aku menjadi sesuatu yang tidak berarti lagi
dilupakan selama-lamanya."
Surah Maryam [19]
Kelompok
Ayat 22-23
Mayoritas ulama menegaskan bahwa kelahiran Nabi 'Isa as. melalui proses biasa, yakni kehamilan selama sembilan bulan, bukannya seperti
pendapat sementara orang bahwa itu terjadi sekejap, antara lain dengan menunjuk firman-Nya yang menyatakan menyatakan bahwaA ba hwaAda dam m dan 'Isa 'I sa dengan kalimat kunfayakûn (baca
dilahirkan
Ali 'Imrân [3]: 59). Sebenarnya kalimat
kun fayakûn sama sekali bukan berarti terjadinya sesuatu dengan kalimat itu
atau dalam masa pengucapan kalimat itu. Bukankah terbaca di atas bahwa yan g terjadi terjadi pad p adaa saat kelahirannya, proses yang yan g memaka mem akan n waktu ad proses yang lebih lama dari masa pengucapan kalimat kun fayakûriï Itu masa kelahirannya, sedang masa kehamilannya tidak disinggung di sini. Ayat ini hanya
mengisyaratka mengis yaratkan n bahwa setelah kehamilan kehamil an itu—agakn itu—ag aknya ya setelah tanda-ta tand a-tanda nda kehamilannya kehamilann ya telah sangat sulit disem di sembuny bunyik ikan—m an—maka aka ia menjauh dari keluarganya. Banyak Banya k ulama berpendapat berpendapa t bahwa lokasi yang dipilihnya adalah Bait Lahem, satu daerah sebelah selatan al-Qudus (Yerusalem) di Palestina,
dan di sanalah Nabi 'Isa Kata
dilahirkan.
Wti( ) al-makhadh terambil dari kata ( ja^S
) al-makhdh yaitu
gerak yang sangat keras. Desakan janin untuk keluar melalui rahim mengakibatkan mengakib atkan pergerakan anak dalam perut dan mengakibatkan kontraksi meni mbulkan an rasa sakit. Dari Dar i sini, kata tersebut dipahami dipaha mi dalam dal am sehingga menimbulk
arti sakit yang mendahului kelahiran anak. Kata ( ïUtUl ^j^r
jidz'i an-nakhlah adalah batang pohon kurma. Al-
Biqâ'i memahami keberadaan pohon kurma di tempat dan waktu itu sebagai
satu keajaiban. Ini karena ulama tersebut menduga peristiwa kelahiran 'Isa terjadi terjadi di musim musi m dingin, sedangkan sedang kan kurma kurm a hanya berbuah di musim panas dan sangat sulit bertahan bertahan di musim mus im dingin. dingi n. Selanjutnya, ulam a itu menulis men ulis bahwa barangkali beliau sengaja diarahkan ke k e pohon poho n kurma kur ma karena banyaknya keserasian antara pohon kurma dan peristiwa kelahiran itu. Pohon kurma tidak dapat berbuah kecuali setelah melalui proses perkawinan, sedang di sini buahnya berjatuhan berjatuhan tanpa tanp a pernikahan dan hanya hanya dengan gerakan yang dilakukan Mar M aryam yam,, persis sama sa ma dengan apa yang dialami oleh kelahiran kelahiran anak Mar yam ya m yang tanpa tanp a perkawinan itu. Yang lebih aneh lagi bahwa itu terjadi bukan pada pa da masa mas a berbuahnya kurma.
Kelompok
Surah Maryam [19]
Ayat 24-25
Kata ( u^j ) nasyan terambil dari kata (
431
yakni sesuatu yang
remeh sehingga ditinggalkan dan dilupakan karena tidak memiliki arti dan kepentingan.
A Y A T 24-25
"Maka dia menyerunya dari tempat yang rendah (di bawahnya): bersedih hati, sesungguhnya Tuhanmu telah menjadikan
'Janganlah
anak sungai di
bawahmu. Dan goyanglah pangkal pohon kurma itu ke arahmu, niscaya ia akan menggugurkan menggugurk an buah kurma yang masak kepadamu. "
Keadaan Mar ya m as. yang demikian sedih dan ucapanny a ya ng
menggambarkan kecemasan itu diketahui dan didengar juga oleh malaikat Jibril
Tida Ti da k lama lam a kemudian kemud ian,, beliau melahirkan seoran s eorang g anak lelaki lelaki maka
ia yakni malaikat Jibril, atau Nabi 'Isa begitu dia lahir menyerunya dari tempat yang rendah di bawahnya dan berkata: "Janganlah, wahai Maryam,
engkau bersedih hati karena ketersendirian atau ketiadaan makanan dan minuman serta kekhawatiran gunjingan orang, sesungguhnya
Tuhan
Pemelihara dan Pembimbing-mw telah menjadikan anak sungai telaga di bawahmu. Dan goyanglah ke kiri dan ke kanan pangkal pohon kurma itu ke arahmu, niscaya ia, yakni pohon itu, akan menggugurka menggugurkan n buah bua h kurma yang masak kepadamu. "
Kata
lp£
min tahtihâ/dari
yang rendah (di bawahnya) ad
dal am art siapa yang rendah (di bawahnya). juga yang membaca man tahtihâ dalam ini, mayoritas ulama memaha mem ahami mi bahwa b ahwa yang yan g menyeru dari bawah Dalam hal ini, tempat Mary M aryam am berada itu adalah adalah malaikat Jibril s. Pendapat lain menyatakan bahwa yang menyerunya menyerunya adalah 'Isa
yang baru saja lahir itu. Ia yang yan g berpesan
kepada ibunya untuk menggerakkan pohon kurma, dan lain-lain. Guru Besar para mufasir yakni Ibn Jarir ath-Thabari memahaminya demikian dengan nam a yang yan g terdekat terdekat disebut di sebut dalam redaksi redaksi ayat ini menunjuk alasan pengganti nama kepada anak yang Marya
kandung (ayat 22).
43
Surah Maryam [19]
Kelompok
Ayat 24-25
Sedang, yan g menun juk kepa da malaikat Jibril adalah ayat 21 dan
sebelumnya. Pengganti nama seharusnya seharusnya menun juk kepa da yang terdekat kepada nya bukan kepada sesuatu yang jauh. Kata dari tempatyang rendah (di bawahnya) mengisyaratkan bahwa apa
yang didengar oleh Maryam itu—dari malaikat Jibril as. atau anaknya— beliau dengar sebelum mengangkat dan menggendong anaknya yang baru
lahir itu. Yakni itu didengarnya begitu ia lahir dan masih terletak di bawah setelah keluar dari rahimnya. Kata
\jj*> ) sariyyan dipahami oleh mayoritas ulama dalam arti anak
sungai atau telaga. Ad
juga yan g memaha minya terambil dari kata (
saruwa yang berarti tinggi an terhormat.
Ayat
dala m masa nifas/selesai melahirkan yang sangat baik bagi wanita yang sedan g dalam karena ia mud ah dicerna, lezat, lezat, lagi meng and ung kalori kalori yang tinggi. Pada ayat di atas, terlihat bagai mana Maryam as. yang dala m keadaan
lemah itu masih diperintahkan untuk melakukan kegiatan dalam bentuk menggerakkan pohon guna memeroleh rezeki—walaupun boleh jadi pohon itu tidak d apat bergerak karena lemahnya fisi fisik k Marya m setelah setelah melahirkan dan walaupun suasana ketika itu adalah suasana suprarasional. Ini sebagai isyarat kepada semua pihak untuk tidak berpangku tanga
menanti datangnya
rezeki, rezeki, tetapi harus berusaha berusaha dan terus berusaha sepanjang kema mpua n yang dimiliki. Perlu digarisbawahi bahwa sangat populer di kalangan umat Kristen bahwa 'Isa
lahir lahir pad a 25 Dese mber dan ini berarti ketika itu adalah musim
ding in. Na mu n de mikian, dal am Perja Perjanji njian an Baru dinyatakan bahwa, ketika ketika Maryam as. akan melahirkan, beliau tida k men emuk an peng ina pan. "D
daerah itu ada gembala-gembala yang tinggal di padang menjaga kawanan
ternak mereka di waktu malam", demikian dalam Perjanjian Lama, Lukas II 8. Adanya penggembala dan di waktu malam mengesankan bahwa ketika
itu bukanlah di musim dingin karena para penggembala tidak akan menggembalakan pada malam hari mus im d ingi n. Ini lebih sesuai sesuai jika terjadinya pada musim panas. J i k a demikian halnya, ini pun sejalan deng an ayat al-Qur'an yang menyatakan bahwa Maryam as. diperintahkan untuk
Kelompok
Surah Maryam [19]
Ayat
433
menggerakkan pohon kurma itu agar buahnya berjatuhan karena pohon kurma tidak berbuah kecuali di musim panas. Dengan demikian, dari satu
sisi, kita dapat dap at berkata bahwa berjatuhannya buah kurma kurm a ketika itu bukanlah bukanl ah al-Biqâ'i sisi sesuatu agaknya dapat juga dibenarkan pendapat sementara pakar—baik muslim
maupun non-musli non- muslim—yang m—yang menegaskan bahwa kelahiran kelahiran 'Isa
bukanlah
pada bulan Desember.
AYAT
Maka makan dan minum serta bersenang ber senang hatilah. Jika engkau melihat seorang manusia, maka katakanlah: katakanlah: "Sesungguhnya aku telah bernazar berpuasa untuk
Tuhan Yang Maha Pemurah, maka aku tidak akan berbicara dengan seorang manusia pun pada hari ini. "
Malaikat Jibril Jibri l as. atau bayi bayi Maryam Marya m as. melanjutkan ucapannya guna
memberi ketenangan kepada sang ibu dengan menyatakan maka makan-lah dari buah kurma kurm a yang yan g berjatuhan itu dan minum-lah dari air telaga itu serta bersenang hatilah dengan kelahiran anakmu itu. Jika engkau melihat seorang manusia yang engkau engk au yakini bahwa dia manusi man usiaa lalu dia bertanya tentang
keadaanmu, maka katakanlah,
yakni berilah isyarat yang maknanya:
"Sesungguhnya aku telah bernazar berpuasa, yakni menahan diri untuk tidak
berbicara demi, untuk Tuhan YangMaha Pemurah, maka karena adanya nazar itu sehingga aku tidak akan berbicara dengan seorang manusia pun pada hari ini. "Ini karena jika engkau berbicara pastilah akan panjang uraian dan akan
timbul aneka gugatan, sedang Kami bermaksud membungkam siapa pu yang mencurigaimu. Kata sejuk/dingin.
jS
terambil qarriterambil
dari kata kat a jjâ ) qarira dan qarratyang berarti
Kata ini, bila dirangka dir angkaikan ikan dengan deng an kata (
'ain/mata,
merupakan ungkapan tentang rasa bahagia dan senang serta kenyamanan hidup. hid up. Sementar Seme ntaraa ulama berkata, jika ji ka air mata mat a terasa hangat, itu pertanda pert anda kesedihan, tetapi bila sejuk maka itu pertanda kegembiraan.
34
Kelompok
Surah Maryam [19]
Ayat 27-28
Bernazar untuk tidak berbicara merupakan merupak an salah satu cara ibadah yang ya ng dikenal pada masa lalu, termasuk oleh masyarakat Jahiliah. S i s a dari ibadah terseb tersebut ut masih mas ih tampak hingga hingg a kini dalam bentuk mengheningkan cipta. Rasul puas a diam. Karena Ka rena itu itu pula agaknya sehingga kata saw. melarang melakukan puasa puasa yang dipilih di sini berbeda dengan kata puasa yang dipilih dalam kaitan
ibadah Ramadhan. Di sini, kata tersebut adalah ( y* konteks ibadah di bulan Ramadhan adalah (
dala shaum sedang dala
shiyâm.
sisi lain, bagi
kau m muslimin yang mengheningkan cipta, hendaknya hendaknya tidak melakukannya doronga n ibadah dan hendaknya merangkaikan hening cipta itu itu dengan atas dorongan pa da tempat yang y ang sebaikdoa kiranya arwah para syuhada ditempatkan Allah pada baiknya. Allah swt. mengilhami Maryam as. agar jangan berbicara karena Allah
bermaksud bermaks ud membu ngk am semua yang meragukan meragukan kesucian beliau melalui melalui ucapan bayi yang dilahirkannya itu. Ini juga mengesankan bahwa tidaklah terpuji berdiskusi dengan orang-orang yang hanya bermaksud mencari-cari kesalahan atau yang tidak jernih pemikiran pemiki ran dan hatinya. D al am konteks ini, Nabi Muhammad saw. bersabda: " S i a p a yang meninggalkan pertengkaran
padahal dia dalam posisi yang benar, benar, Allah akan membangu memban gun n untuknya untukny a istana di tengah surga, sedang siapa yang meninggalkannya karena memang dia ngu n untuknya istana di pinggiran surga." salah, Allah memba ngun A Y A T 27-28
Maka dia membawanya kepada kaumnya dengan menggendongnya. menggendongnya. Mereka berkata: "Wahai Maryam, sesungguhnya engkau telah melakukan sesuatu yang
munkar. Wahai saudara perempuan
Harun, Harun,
ayahmu sekali-kali
bukanlah
seorangyang buruk dan ibumu sekali-kali bukanlah seorangpezina. "
Setelah Maryam
mendengar kalimat-kalimat seperti yang terbaca pada
ayat-ayat sebelum ini, hati beliau menjadi tenang dan tegar dan kesedihannya pun sirna, maka dia membawanya, yakni anak an ak bayinya itu, kepada kaumnya dengan menggendongnya menggendongnya secara terang-terangan. Mereka, yakni kaumnya itu,
Kelompok
Ayat 27-28
Surah Maryam [19]
435
berkata setelah setelah melihat beliau menggendo mengge ndong ng seorang bayi: "Wahai Maryam,
kami bersumpah, sesungguhnya engkau dengan melahirkan bayi ini telah melakukan sesuatu yang munkar. Wahai saudara perempuan Hârûn, ayahmu sekali-kali pad a saat apa pun bukanlah seorangyang buruk perangainya dan
ibumu dalam segala waktu dan situasi sekali-kali bukanlah seorang pezina
sehingga bagaimana mungkin engkau menempuh jalan yang tidak dikenal
oleh kedua ibu bapakmu?" atas menunjukkan menunjukka n bahwa Maryam Mary am as. datang data ng dengan sengaja Ayat di atas sambil menggendong anaknya untuk menghadap kaumnya. Dan itu
dilakukannya tanpa merasa malu, bahkan dengan penuh percaya diri. Sementara ulama berkata bahwa itu terjadi setelah berlalu empat puluh hari dari kelahiran 'Isa
Di sisi lain, dalam Perjanjian Baru disebutkan bahwa,
saat persalinan, Maryam, didampingi oleh tunangannya, Yusuf an-Najjâr,
yang juga mendapat ilham bahwa anak yang dikandung Maryam itu bukanlah hasil hasil perzinaan perzina an tetapi anugerah an ugerah Allah Yang Mahakuasa. Kata
Sjji farîyyan terambil dari kata (ij^) firâ yang pada mulanya
berarti sesuatu yang terpotong dan pasti. Yang dimaks dim aksud ud di sini adalah suatu perbuatan yang telah telah pasti lagi tidak diragukan keburukannya, yaitu perzinaan. memahaminy a dalam arti sesuatu yang sangat s angat besar, besar, yakni apa a pa juga yang memahaminya yang mereka duga dug a dilakukan Mar yam ya m itu adalah sesuatu yang sangat besar keburukan dan dosanya. Istila Istilah h ( ùj jl a O- î ) ukht Hârûn menjadi bahan perbincangan para ulama. Sementara cendekiawan non-muslim menjadikan istilah tersebut sebagai bukti kesalahan al-Qur'an karena, menurut mereka, antara Hârûn
yang merupakan saudara Mû
dan Marya Ma ryam m terdapat jarak ratusan ratusan tahun.
Sementara ulama menyatakan bahwa sebenarnya keberatan ini bukanlah hal baru, tetapi telah dikenal sejak masa Nabi saw. Pakar-pakar hadits seperti Ahmad, Muslim, at-Tirmidzi, an-Nasâi, ath-Thabarâni, Ibn Hibbân, dan lain-lain meriwayatkan meriwayatkan melalui al-Mughîrah al-Mughîr ah Ibn Syu'b S yu'bah ah bahwa dia diutus oleh Nabi saw. menuju penduduk Najrân yang menganut agama Kristen. Lalu, mereka berkata: berkata: "Kalian membaca (dalam al-Qur'an) 'Yâ ukhta Harun/ Wahai saudara perempuan Hârûn,
padahal masa Mûsâ (dan Hârûn) jauh
sebelum masa 'Isa sekian lamanya." Al-Mughîrah berkata: "Maka, aku
43
Surah Maryam [19]
Kelompok II Ayat 27-28
kembali kepada Nab saw. dan menyampaikan hal itu kepada beliau." Lalu, Rasul saw. bersabda: "Tidakkah engkau menyampaikan kepada mereka bahwa
mereka itu dinamai dengan nama para par a nabi dan orang-orang orang -orang saleh yang hidup sebelum mereka?" Yakni, orang-orang orang- orang saleh masyarakat masyarakat yang hidup pada masa Maryam
dinamai dengan nama-nama para nabi, seperti menamai Maryam
dengan saudara dari nabi yang saleh yaitu Nabi Na bi Hârûn
Bukan dalam arti
bahwa Marya m adalah saudara Na bi Hârûn as 'Abdurrahman Badawi, cendekiawan cendekiawan Mesir dan Gur
Besar Universitas
Perancis menulis secara panjan pan jang g lebar tentang hal ini dalam Sorbone, Paris, Perancis bukunya ad-Difaan
al-Qur'ân
Dhid Muntaqadîhi
(Défense du coran ses
Critiques) bahwa di antara orientalis yang beranggapan al-Qur'an menegaskan
bahwa Maryam, ibu 'Isa as., adalah saudara perempuan Hârûn dan Mûsâ, adalah Jean Damascense dalam bukunya, De Haeresibus
(Aliran-aliran). (Aliran-aliran).
Kemudian dikutip oleh sekian banyak orientalis sesudahnya semacam Nicholas de Cuse dalam bukunya: De Confusione Secrate Mohometanae Mohometanae (Kekacauan Kelompok Muhammad) juga Hornbek dalam bukunya, Summa Controv, dan sejumlah orientalis lainnya.
Selanjutnya, sebelum mengemukakan pendapat ulama-ulama tafsir dan
pendapat yang didukungnya, 'Abdurrahman Badawi mengemukakan uraian Orientalis Reland yang menyatakan bahwa, bisa saja diperkirakan bahwa Muhammad tidak mengetahui sejarah sehingga perbedaan perbedaan zaman antara antara Mû sâ
betul tentan dan ' Isa menjadi rancu r ancu baginya. Mungki juga, dia tidak hafal betul beberapa kisah yang berkaitan berkaitan dengan berbagai periode sejarah. Apalagi Apala gi dia menyebutkan menyeb utkan dirinya sebagai Na bi ummi (tidak pand ai menulis dan membaca). Begitu tulisnya. tulisnya. Na mun mu n demikian de mikian,, orientalis orientalis itu melanjutkan
bahwa, "Apabila Anda And a bertanya bertanya kepada kepad a aku siapa Hârûn yang dimaksud itu kalau bukan saudara Mûsâ? Jawaban Jawa ban aku: aku: "Ini sekadar penafsiran penafsiran orang-orang Kristen, bukan penafsiran Muhamm Muha mmad ad dan tidak pula penafsiran aku sendiri.
Untuk itu, bisa saja diperkirakan bahwa Maryam mempunyai saudara bernama
Hârûn yang hanya disebutkan oleh al-Qur'an." Perkiraan lain bahwa ada orang Islam yang memercayai bahwa, berkat mukjizat dari Allah, Maryam, saudara perempuan Mûsâ, dapat hidup mulai dari zaman Mû sâ sampai zaman
'Isa untuk menjadi ibunya. Para ahli ahli tafsir—tulisnya—menambahkan tafsir —tulisnya—menambahkan bahwa
Kelompok
Surah Maryam [19]
Ayat 27-28
437
'Imrân, ayah Maryam, adalah anak Matsan, artinya bukan 'Imrân ayah Menur ut pendapat pen dapat mereka, mereka, yang terakhir Maryam, saudara perempuan Mûsâ. Menurut ini dikenal oleh oleh kalangan Kristen dengan denga n nama na ma "Joachim", suami Saint Anne, dan ayah Maryam ibu Yesus Kristus. Kesimpulannya, Kesimpula nnya, terdapat dua 'Imrân, yaitu 'Imrân 'Imr ân ayah Maryam Mar yam saudara perempuan Hârûn dan Mûsâ, dan 'Imrân ayah dari ibu Yesus Kristus. Reland tidak mend me ndukun ukung g salah satu perkiraan di atas karena, menurut anggapannya, hal tersebut mengandung kemungkinan salah dan kemungkinan
benar. benar. Tapi, Tapi , orientalis itu menegaskan menegask an bahwa bahwa tidak seorang seor ang pun yang dapat d apat membuktikan bahwa al-Qur'an mengatakan "Maryam, ibu Yesus, adalah peng ecam al-Qur'an al-Qur' an dan d an Islam saudara perempuan Mûsâ." Karena itu, para pengecam tidak dapat mengandalkan ungkapan al -Qur'an "Wahai, saudara perempuan Hârûn" sebagai alasan untuk mengecam. Dengan demikian—tulisnya—
"Semua kecaman yang dilontarkan kepada al-Qur'an dengan menggunakan
ayat tersebut adalah tidak benar s ama sekali." Selanjutnya, Badawi menyimp ulkan pend apat-p endapa t yang
dikemukakan dikemuka kan pakar-paka pak ar-pakarr tafsi tafsirr dengan merujuk ke tafsi tafsirr ath-Thabari. ath-Thabar i. Ad yang berpendapat bahwa dia disebu sebagai saudara perempuan Hârûn untuk
memberikan memberika n atribut kesalehan kesalehan karena karena nama Hârûn Hâr ûn biasa disebutkan kepada orang oran g yang yan g saleh saleh dari kalangan kalan gan masyarakat waktu itu sehingga siapa saja yang mempunyai sifat sifat seperti seperti itu itu maka ia disebut Hârûn Hâr ûn.. Dengan Deng an demikian, demikian , nama n ama Hârûn di sini, menurut pendapat pendap at ini, bukan Hâr ûn saudara Na bi Mûsâ Mû sâ as. juga yang berpendapat bahwa Hârûn di sini dijadikan atribut kebejatan.
Maryam diperbandingkan dengan ia mengingat masyarakat waktu itu
mencurigai kesuciannya. Pendapat ketiga menyatakan bahwa memang Maryam mempunyai saudara laki-laki yang bernama Hârûn dan dikenal sebagai orang saleh di kalangan Banî Isrâ'îl.
adalah juga ulama yang mengatakan bahwa Hâr ûn yang dimaks ud adalah saudara Mûsâ, tetapi ungkapan
ukhta Hârûn" (Wahai saudara perempuan)
mak sud sebenarnya adalah "Keturunan Hârûn", Hârû n", adalah bermakna mojazi, maksud seperti dikatakan kepada seseorang dari kabilah Tamim "Wahai, saudara Me sir "Wahai, saudara saudar a Mesir." Tamim" atau orang dari Mesir
Surah Maryam [19]
Kelompok
Ayat 27-28
Ath-Thabari mengemukakan semua pendapat ini, namun pada akhirnya ke pada pendapat penda pat yang mengutip meng utip hadits Rasul yang penulis kutip ia cenderung kepada sebelum ini dan yang intinya bahwa Hârûn yang dimaksud bukan saudara Mûsâ, tetapi orang saleh dari kaum Maryam. Menurut pakar hadits at-
Tirmidzi, hadits ini adalah hasan, shahih^ da
gharib.
B a g i yang mengakui kesahihan kesahihan hadits tersebut, tersebut, otomatis ia berpendapat berpen dapat bahwa tuduhan terhadap adanya pencampuradukkan oleh al-Qur'an memang terjadi sejak masa Nabi saw. dan para orientalis hanya mengulang tuduhan lama yang telah selesai terjawab oleh Nabi Muhammad saw. sendiri.
Abdurra Abd urra hman Badawi Bada wi meragukan meraguka n kesahihan kesahihan hadits hadits itu. itu. Dia menulis: "Sekiranya tuduhan itu pernah dilemparkan k epada Nabi Muha mma d saw saw
di masa hidup beliau, mengapa para ulama tafsir tidak mencukupkan saja jawaban mereka dengan menyebutkan hadits itu? Di sisi lain, tulis Abdurrahman, Abdurr ahman, semestinya semestinya orang-orang orang-or ang Kristen Kristen di Madi nah, juga orang Yahudi, akan membantah informasi al-Qur'an itu pada saat mereka
mendengar mende ngar ayat 29 surat Mar yam ya m ini. Tapi, Tap i, tidak satu pun sumber rujukan rujukan yang berbicara tentang masalah masala h ini. Selain itu, kenapa kena pa hanya orang oran g Kristen Najran yang membantahnya? Kenapa Ken apa al-Qur'an tidak menyebutkan menyebutkan peristiwa peristiwa itu? itu? Padahal, al-Qur'an al-Qur' an biasanya biasany a merekam mere kam setiap dialog Rasul dengan den gan orangoran gorang Yahudi dan Kristen. Semua pertanyaan ini, menurut hemat Abdurrahman Badawi,
membukti memb uktikan kan bahwa hadits yang yan g diriwayatkan itu it u tidak sahih. Di a akhirnya berkesimpulan bahwa masalah ini tidak muncul pada masa hidupnya Nabi Muha Mu hamm mmad ad saw. saw. Alasannya sangat sederhana dan logis yaitu bahwa orangorang Kristen dan Yahudi ketika itu tidak melihat ada masalah dalam ungkapan "Y ukhta Hârûn "karena mereka sangat memahami memaha mi maksudny yaitu "Wahai saudara sauda ra perem pe rempuan puan yang yan g berasal berasal dari silsilah keturunan Hârûn". Mereka sudah terbiasa dengan ungkapan semacam itu seperti masyarakat Arab umumnya, dengan ungkapan "Wahai, saudara... ", yang dipahami sebagai "Wahai, saudara dari keturunan". Dalam koran dan majalah saat ini juga populer penggunaan ungkapan "Yâ akhal Arab (wahai saudara Arab) "dengan
arti salah seorang dari bangsa Arab. Ribuan contoh seperti ini terdapat dalam buku-buku buku- buku berbahasa Arab yang dikarang dika rang sepanjang sepanj ang masa. Justru Justr u itu, tulis tulis
Kelompok
Ayat 29-32
Surah Maryam [19] : 439
'Abdurrahman Badawi, penafsiran ungkapan "Y ukhta Hârûn"sangat mudah karena maksudnya sederhana sekali, yaitu "saudara yang berasal berasal dari keturunan Hârûn". Penafsiran etimologis seperti ini sudah dianggap biasa di kalangan orang yang memahami bahasa Arab secara baik dan mendalaminya secara leksikografis.
Meskipun demikian, mungkin ada yang membantah mengapa Maryam dipanggil al-Qur'an dengan "Y ukhta Hârûn"? Jawabnya, Maryam dikecam
oleh kaumnya yang menganggapnya berbuat dosa besar dan hamil tanpa nikah. Keca Ke caman man semakin semaki n keras keras mengingat mengi ngat ia berasal dari keturunan keluarga Hârûn. Penggunaan ungkapan Hârûn di sini untuk mengingatkan Maryam atas kekejian perbuatannya.
Ungka Ung kapan pan dalam dal am bentuk penuturan penutura n yang sangat indah ini ini sangat sesuai dengan kefasihan al-Qur'an yang merupakan salah satu mukjizatnya yang agung.
29-32
Maka dia menunjuk kepadanya. Mereka berkata: "Bagaimana kami akan masih dalam ayunan?" Dia Dia berbicara dengan anak kecil yang masih
berkata:
"Sesungguhnya "Sesunggu hnya aku hamba Allah, Allah, Dia telah memberiku al-Kitâb dan Dia telah menjadikan aku seorang Nabi. Dan Dia telah menjadikan aku seorang yang diberkahi di mana pun aku berada, dan Dia mewasiatiku
melaksanakan
shalat dan zakat selama aku hidup, dan bakti kepada ibuku dan Dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka.
Maryam as., yang mendengar tuduhan kaumnya, tetap tegar dan tenang lalu sesuai petunjuk yang diterimanya, maka ia menunjuk kepada anak-nya bagaikan berkata "Tanyalah anak ini, dia akan menjelaskan kepada kalian
duduk soalnya!" Mereka, yakni kaumnya itu, berkata: "Bagaimana kami akan berbicara dengan anak kecilyang masih berada dalam ayunan?"
berkata,
yakni 'Isa as. yang ketika itu masih bayi: "Sesungguhnya aku adalah hamba Allah, Dia, yakni Allah swt., telah, yakni pasti akan memberiku al-Kitâb,
Kelompok
Surah Maryam [19]
Ayat 29-32
yakni Injil, sesuai dengan ketetapan-Nya sejak azal juga mengajarkan kepadaku kitab-kitab sebelumnya, seperti Taurat dan Dia telah, yakni pasti akan menjadikan aku kelak bila tiba masanya masan ya sebagai seorang Nabi, yakni utusan-
Ny untuk menyampaikan tuntunan-tuntunan agama kepada Banî Isrâ'îl. Dan DiaTang Maha
itu juga telah menjadikan aku seorangyang diberkahi
dengan aneka keberkahan di mana pun aku berada, berad a, dan Dia mewasiatiku, yakni memerintahkan dengan sangat kepadaku, kepad aku, agar agar melaksanakan secara bersinambung shalat dan menunaikan secara sempurna zakat selama aku menganugerahkan kepadaku kemampuan kema mpuan lahir lahir dan batin hidup, dan Di juga menganugerahkan
untuk bakti patuh dan taat serta selalu berbuat baik kepada ibuku, dan Dia tidak menjadikan aku seorangyang sombong lagi celaka.
Kata x£s ) al-mahd terambil dari kata ( J L f »
mahada yang pada mulanya
berarti menghampar kemudian maknanya berkembang sehingga dipahami sebagai hamparan yang disiapkan untuk tempat tidur atau ayunan bayi. Ad
yang memahaminya untuk ayat ini dalam arti pangkuan Maryam karena
ketika itu itu belum disiapkan disiap kan buaian atau hamparan hampar an tempat tidur untuk anaknya dan buk an ka h ketika itu ib unya men uju ke ka umn ya sa mbi menggendongnya? Atau boleh jadi juga, setelah setelah Maryam Mar yam
menuju kaumnya
bersama bayinya, beliau kembali ke rumah dan ketika itulah sekian banyak
orang yang datang mengecam menge cam beliau dan melihat melihat anaknya itu yang sedang dalam buaian.
Sementara Sementa ra ulama ulama mempertanyakan mempertan yakan mengapa meng apa ayat ayat di atas menggunak meng gunakan an kata ( ûlS" kâna yang mengesankan makna masa lampa
(dahulu/pernah).
Yakni dengan kata tersebut, ucapan pengecam itu bagaikan berkata: "Bagaimana kami bercakap dengan siapa yang dahulu berada dalam buaian?"
Tidak dapat dipungkiri bahwa semua orang—siapa pun dia—dahulu pernah
berada dalam buaian atau pangkuan ibunya sehingga hal tersebut tidak sesuai dengan maks ud ucapan mereka yang mengan men gandung dung makn m aknaa keheranan keheranan dan ketidakmungkin ketida kmungkinan. an. Sekian banyak jawaban jawaba n yang dikemukakan dikemuka kan untuk menjawab pertanyaan pertan yaan ini, di antaranya antara nya adalah adala h bahwa kata (
kâna
ditampilkan sebagai penguat dan tidak mengandung makna masa lampau; atau bahwa apa yang dimaksud dengan masa lampau di sini adalah masa lampau yang baru saja terjadi, terjadi, seakan-ak s eakan-akan an mereka berkata: "Bagaimana kami
Kelompok
Surah Maryam [19]
Ayat 29-32
441
bercakap dengan seorang bayi bayi yang baru saja selesai engkau ayun?" Atau bahwa kata ka ta ( lT
menunjukk an kemantapa keman tapan n sifat itu pada pa da kâna di sini untuk menunjukkan
sesuatu, sesuatu, tanpa mengandung menga ndung makna masa lampau lam pau atau masa kini. Ini serupa Rahîmalsesungguh nya Allah adalah Maha dengan: InnaAllâha kâna Ghafuran Rahîmalsesungguhnya Pengampun lagi Maha Penyayang. Kata kâna pada pad a kalimat tersebu tersebutt bukannya
berarti bahwa dahulu Allah Maha Ma ha Pengampun, Pengam pun, tetapi sifat tersebut mantap man tap pada diri-Nya dan terus-menerus ada. Yang pertama diucapkan oleh 'Isa as. adalah pernyataan bahwa beliau
hamba Allah. Makna itu pula yang mengakhiri uraian tentang kelahirannya pad a ayat 36 berikut. Ini agaknya agak nya sengaja digarisbawahi sebagaimana terbaca pada karena kelahirannya tanpa ayah menjadikan sementara orang sangat keliru dalam kepercayaannya tentang beliau, yakni mempertuhankanny memper tuhankannya, a,
atau
menilainya anak ana k Tuhan, padahal pa dahal beliau sebagaima seba gaimana na pengakuannya pengak uannya sejak dini adalah hamba Allah dan penyembah Allah. Kata
iTjLo
mubârakan terambil dari kata ( é"jS\ al-barakah yang
pada mulanya bermakna sesuatu yang mantap juga berarti "kebajikan yang
melimpah dan beraneka ragam serta bersinambung". Kolam dinamai ( birkah karena air yang ditampung dalam kolam itu menetap mantap di
dalamnya tidak tercecer ke mana-mana. Ketika menafsirkan
al-An'âm [6
92, 92 , penulis antara antara lain menyatakan
bahwa keberkahan Ilahi datang dari arah yang sering kali tidak diduga atau dirasakan secara material dan tidak pula dapat dibatasi atau diukur. Dari sini,
segala penambahan yang tidak terukur oleh indra dinamai berkah. Demikian ar-Râghib al-Ashfahâni Adanya berkah pada sesuatu berarti adanya kebajikan yang menyertai sesuatu itu, misalnya berkah dalam waktu. Bila ini terjadi, akan banyak kebajikan yang dapat terlaksana pada waktu waktu itu i tu dan yang biasanya tidak dapat menampung sebanyak aktivitas baik itu. Berkah pada makanan adalah cukupnya makanan yang sedikit untuk mengenyangkan orang banyak yang biasanya tidak cukup untuk orang sebanyak itu. itu. Dari kedua ked ua contoh ini terlihat
bahwa keberkahan berbeda-beda sesuai dengan fungsi fungsi sesuatu yang diberkahi itu. Keberkahan pada makanan, misalnya, adalah dalam fungsinya mengenyangkan, melahirkan melahirkan kesehat kesehatan, an, menampi mena mpik k penyakit, penyakit, mendoro mend orong ng
Kelompok
Surah Maryam [19]
Ayat
aktivitas positif, dan sebagainya. Ini dapat tercapai bukan secara otomatis, tetapi karena adanya limpahan lim pahan karunia kar unia Allah. Karunia yang dimaksud bukan dengan membatal kan peranan hukumhuk um-hukum hukum sebab dan akibat yang telah telah ditetapkan Allah swt., tetapi dengan menganugerahkan kepada siapa yang akan diberi keberkahan kemampuan untuk menggunakan dan memanfaatkan hukum -huk um tersebut tersebut seefisie seefisien n dan semak simal mungk in sehingga keberkahan yang dimaks di maks ud dapat dapa t hadir. hadir. Da am hal keberkahan makanan, maka nan, misalnya, Allah swt. menganugerahkan kemampuan kepada manusia yang
akan dianugerahi keberkahan makanan aneka sebab yang ada sehingga kondisi badannya badan nya sesuai dengan makana ma kanan n yang tersedia; tersedia; kondisi makanan makana n itu pun sesuai sehingga ia tidak kedaluarsa, tida juga yang tadinya telah disiapkan
hilang atau dicuri, dan lain-lain. Sekali lagi keberkahan bukan berarti campur tangan Ilahi Ilahi dalam bentuk membatalkan membatal kan sebab-sebab yang dibutuhkan untuk lahirnya sesuatu. Agaknya, yang dimak di maksud sud dengan keberkahan keberkahan yang di sandang oleh Nab
'îsâ
antara lain adalah aneka manfaat yang dapat dapa t diperoleh manus ia dari
kehadiran beliau baik dengan penyembuhan-pe penyem buhan-penyemb nyembuhan uhan yang yan g terjadi terjadi atas atas izin Allah Alla h melalui beliau maupu ma upun n dengan ajaran ajaran dan tuntunan-tuntunan yang beliau sampaikan. Keberkahan itu tidak terbatas pada tempat tertentu, misalnya hanya pada tempat-tempat peribadatan, tetapi tetapi di mana pun beliau
berada sebagaima seba gaimana na dipahami dip ahami dari pernyataan beliau ( c~£" c~£" kuntu/di manapun
j»)
aina mâ
aku berada.
A Y A T 33
"Dan salam atas diriku pada hari aku dilahirkan, dan pada hari aku wafat, dan pada hari aku dibangkitkan
(kembali). "
Akhirnya, 'Isa as., sang bayi itu, menutup keterangannya dengan berkata atau berdoa bahwa Salam, yakni keselamatan besar dan kesejahteraan sempurna, semoga semog a tercu tercurah rah atas diriku serta keterhindaran dari segala bencana
Kelompok II Ayat
Surah Maryam [19]
443
dan aib a ib serta serta kekura kekurangan ngan pada hari aku dilahirkan, dan pada hari aku wafat, dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali di Padang Mahsyar nanti.
Rujuklah Ruju klah ke ayat 15 surah ini pa da h.
untuk memahami makna kata
salam. Perlu diingat bahwa di sana kata salam merupakan pernyataan dari
Allah tentang tercurahnya salam kepada Nabi Yahyâ as., sedang di sini
merupakan ucapan Nab i 'Is 'Is nakirahlindefinite,
s ana kata tersebut berbentuk sisi lain, di sana
sedang di sini berbentuk ma'rifahldefinite,
yakni
menggunakan alifà&n lâm, yang mengandung makna ketercakupan segala macam salam dan kedamaian. Dengan demikian, 'Isa
dalam ucapannya
ini bermohon kiranya segala macam salam dan kedamaian melimpah kepadanya pada ketiga tempat itu. Ayat ini mengabadikan serta merestui ucapan selamat hari kelahiran (Natal) yang diucapkan pertama kali oleh Nabi 'Isa as. Nah, apakah
mengucapka menguc apkan n selamat yang yan g serupa dewasa dewasa ini ini tetap dibenarkan al-Qur'an? Dalam masyarakat Indonesia, banyak ulama yang melarang, tetapi tidak
sedikit juga yang membenarkannya, dengan catatan-catatan tertentu. Memang, jawaban persoalan ini jika dikaitkan dengan hukum agama
tidaklah semudah yang diduga sementara orang awam karena hukum agama tidak dapat dapa t dilepaskan dari konteks, kondisi da n situasi, s ituasi, serta serta pelaku masing masing. Yang melarang ucapan "Selamat Natal" mengaitkan ucapan itu dengan
kesan yang ditimbulkannya serta makna populernya, yakni pengakuan tentang
Ketuhanan Yesus Kristus. Makna ini jelas bertentangan bertentangan dengan akidah Islamiah Na tal paling tidak dapat menimbulkan menimbu lkan kerancuan sehingga ucapan Selamat Natal dan kekaburan dan karena itu mereka melarangnya. Memang, teks keagamaan Islam yang berkaitan dengan akidah sangat jelas, walau tidak juga terperinci. Itu semua untuk menghindari kerancuan
dan kesalahpahaman. Bahkan, al-Qur'an tidak menggunakan satu kata yang mungkin mungk in dapat menimbu menimbulkan lkan kesalahpahaman kesalahpah aman sampai dapat terjamin terjamin bahwa kata atau kalimat itu tidak disalahpahami lagi. Kata Allah, misalnya, tidak digunakannya ketika pengertian semantiknya di kalangan masyarakat belum sesuai dengan yang dikehendaki Islam. Kata yang digunakan sebagai ganti
44
Surah Maryam [19]
Kelompok II Ayat
kata Allah ketika itu adalah Rabbuka (Tuhanmu, wahai Nabi Muhammad). Demikian wahyu pertama hingga ke-19 (al-Ikhlâsh). Nabi sering menguji pemahaman umat tentang Tuhan, namun beliau
tidak sekali pun bertanya: bertanya: ( isi isi
aina Allâh/di mana Tuhan? Tertolak
riwayat riwayat yang menggunak an redaksi itu karena karena ia meni mbulkan mbulk an kesan keberadaan Tuhan di satu tempat, suatu hal yang mustahil bagi-Nya dan
mustahil pula diucapkan Nabi. Dengan alasan serupa, para ulama bangsa kita enggan menggunakan kata "ada" bagi Tuhan tetapi mereka menggunakan istilah "wujudTuhan". Ucapan selamat selama t atas kelahiran 'Isa
(Natal) , manusia agung lagi suci
itu, mema me mang ng ada dalam dal am al-Qur'a al- Qur'an n tetapi kini perayaannya dikaitkan denga ajaran ajaran agam a gamaa Kristen yang keyakinannya terhadap 'Isa 'Is a al-Masî al- Masîh h berbeda dengan pandangan Islam. Nah, mengucapkan "Selamat Natal" atau menghadiri perayaannya dapat menimbulkan kesalahpahaman dan dapat mengantar kepada pengaburan akidah. Ini dapat dipahami sebagai pengakuan akan ketuhanan al-Masî al- Masîh, h, satu keyakinan yang yan g secara mutlak mutla k bertentangan bertentang an dengan akidah Islam. Dengan alasan ini, lahir larangan dan fatwa tentang haramnya mengucapkan "Selamat Natal" sampai-sampai ada yang beranggapan, jangankan ucapan selamat, aktivitas apa pun yang berkaitan atau memba mem bantu ntu terlaksananya upacara Natal Nat al pun tidak dibenarkan. dibenar kan. juga pandangan yang membolehkan ucapan tersebut. Al-Qur'an
ketika mengabadik mengab adikan an ucapan selamat "Natal" "Nat al" itu, itu, mengaitkannya mengaitkannya dengan ucapan Nabi 'Isa
"Sesungguhnya aku hamba Allah, Di
al-Kitâb dan Dia menjadika menjadikan n aku seoran Nabi.
telah memberiku
Seperti terbaca pada ayat
di atas. Na h, salahkah bila ucapan "Selamat "Se lamat Natal Nat al"" dibarengi dengan keyakinan itu? Bukankah al-Qur'an telah memberi contoh? Bukankah ada juga salam yang tertuju kepada Nûh, Ibrâhîm, Mûsâ, Hârûn, keluarga Ilyâs, serta para nabi lainnya? Bukankah Bukan kah setiap muslim musli m wajib percaya kepada kep ada seluruh seluruh nabi sebagai hamba dan utusan Allah? Apa Ap a salahnya kita mohonkan mohonk an curahan shalawat dan salam sal am
untuk 'Isa as. sebagaimana kita mohonkan untuk seluruh nabi dan rasul? Nabi bi Tidak bolehkah kita merayakan hari lahir/Natal 'Isa as.? Bukankah Na
Kelompok
Surah Maryam [19]
Ayat
keselamatan n Nabi Mû sâ saw. juga merayakan hari keselamata
445
dari gangguan Fir'aun
dengan berpuasa 'Âsyûrâ sambil bersabda kepa da orang-oran g Yahudi Yahudi yang sedang berpuasa: berpuasa: "Aku "Aku lebih wajar wajar menyangkut menyan gkut Mû sâ (merayakan/mensyukuri (merayaka n/mensyukuri keselamatannya) daripada kalian (orang-orang Yahudi)". Maka, Nabi pun berpuasa" (H R. Bukhâri, Musl im, berpuasa dan memerintahkan (umatnya) berpuasa" dan Abu Dâûd melalui Ibn A b b â s ) . Bukankah: Bukankah: "Para "Para nabi —sebagaimana sabda Nab i Muha mma d saw.— bersaudara hanya hanya ibunya ib unya yang berbeda?" Bukanka Buka nkah h seluruh seluruh umat bersaudara? salahnya kita bergembira dan menyambut kegembiraan saudara kita kemam puan kita atau batas yang digariskan ole anutan kita? dalam batas kemampuan salahnya mengucapka menguc apkan n Selamat Nata l selama akidah Kalau demikian, apa salahnya masih dapat dipelihara dan selama ucapan itu sejalan dengan apa yang dima ksud oleh al-Qur'a n sendiri sendiri yang telah telah mengabadikan mengabad ikan ucapan ucap an selamat Natal itu? Itu antara lain lain alasan alasan yang membenarkan membenark an muslim mengucapkan mengucap kan selamat atau menghadiri upacara Natal Nat al yang bukan ritual. ritual. Seperti terlihat, larangan muncul dalam rangka upaya memelihara akidah akid ah karena kekhawatiran kerancuan pemahaman. Karena itu, agaknya larangan tersebut lebih banyak bany ak ditujukan kepada kep ada mereka yang dikhawatirkan kabur akidahnya. Nah, kalau demikian, jika ketika mengucapkannya akidah mengucap kannya ya sesuai sesuai dengan kandungan kandung an seseorang tetap murni, yakni mengucapkann "Selamat Natal" Qur'ani, kemudian mempertimbangkan kondisi dan situasi
di mana ia diucapkan sehingga tidak menimbulkan meni mbulkan kerancuan akidah bagi dirinya dan muslim musl im yang lain, agaknya tidak beralasan larangan itu. Adaka yang berwenang melarang seorang membaca memb aca/me /menguc ngucapk apkan an dan menghayati satu ayat al-Qur'a n? Dalam rangka interaksi sosial dan keharmonisan hubungan, al-Qur'an
dan hadits memperkenalkan satu bentuk redaksi di mana lawan bicara memahaminya sesuai dengan deng an persepsinya tetapi bukan seperti seperti yang yan g dimaksud dimak sud oleh pengucapnya penguca pnya karena
pengucap sendiri mengucapkan dan memahami
redaksi itu sesuai dengan pandangan dan persepsinya pula. Sahabat Nabi saw., Anas Ibn
ra., menyampaik menya mpaikan an bahwa b ahwa satu ketika
sahabat Nab saw. bernama bern ama Abu Abu Thalhah Thal hah harus bepergian saat salah seorang sahabat
46
Surah Maryam [19]
Kelompok
Ayat
anaknya sedang sakit. Beberapa saat setelah setelah kepergiannya sang anak meninggal dunia. Ketika Abu Thalhah kembali, ia bertanya kepada istrinya tentang keadaan sang anak. Istrinya (yang rupanya enggan mengejutkan suaminya suami nya dengan denga n berita sedih) menjawab: menja wab: "( 0\S"U j S w î j» dia dalam
keadaan yang setenang-tenangnya.
huwa askanu ma kanal " Tenteram hati suami
mendengarnya mendengarnya karena menduga bahwa anaknya sedang tidur nyenyak, padahal ketenangan yang dimaksud sang ibu adalah kematian. Bukankah kematian bagi seorang anak yang sakit merupakan merupa kan ketenangan? ketenangan? Ketika Ketik a Abu Abu Tha lhah lh ah
mengetahui keadaan sebenarnya, ia mengadukan istrinya kepada Nabi Mu amma am ma d saw. saw. Beliau bertanya: "Apakah semalam semal am kalian berhubunga berhu bunga s e k s ? " Pertanyaan ini diiyakan oleh Abu Thalhah. Maka, Nabi saw.
mendoakan suami istri itu. Begitu diriwayatkan oleh Bukhâri dan Muslim. Terlihat Terlihat di sini bagaimana baga imana Nab saw. membenarkan/tidak menegur istri Abu Thalhah yang menggunakan redaksi yang sengaja dia susun agar dipahami oleh suaminya berbeda berbeda dengan dengan maksudnya ma ksudnya Al-Qur'an juga memperkenalkan yang demikian. Salah satu contoh adalah
Saba
[34]: 25. Di sana, Rasul saw. diperintahkan untuk
menyampaikan kepada kaum musyrikin bahwa:
uji» "Kamu tidak akan diminta mempertanggungjawabkan
'dosa besar'yang telah
kami perbuat, kami pun tidak mempertanggungjawabkan
'apa yang kamu
lakukan". Da Dala la m redaksi redaksi ini, "dosa "dos a besar" dipa dipahami hami sebagaimana apa adanya
oleh lawan lawan bicara, tetapi tetapi yang dimaks ud oleh pembicara pembica ra adalah kekeliruankekeliruankekeliruan kekeliruan kecil, sedang "apa yang kamu lakukan" dipahami juga oleh lawan dosa -dosaa kecil" tetapi tetapi maksudnya maks udnya oleh pembicar pembi caraa adalah bicara dengan " dosa-dos kekufuran, kedurhakaan, dan dosa-dosa besar. Demikian pandangan pakar tafsir, az-Zamakhsyari, dan diakui oleh banyak penafsir. Dalam konteks ucapan Selamat Natal, kalau pun non-muslim memahami
ucapan itu sesuai dengan keyakinannya, biarlah demikian, karena sang muslim yang mengucapkannya memahami ucapannya itu sesuai dengan ukuran
keyakinannya.
Kelompok II Ayat 34-36
Surah Maryam [19] ? 447
Tidak keliru dalam kacamata ini fatwa dan larangan mengucapkan
Na tal bila larangan itu ditujukan kepada yang dikhawati dikhawatirkan rkan ternodai Selamat Natal akidahnya, tetapi tidak juga salah yang membolehkannya selama pengucapnya arif bijaksana dan tetap terpelihara akidahnya, lebih-lebih jika hal tersebut
merupakan tuntunan keharmonisan hubungan. Boleh jadi pendapat ini dapat didukung dengan menganalogikannya
dengan pendapat ya ng dikemukakan dikemukaka n oleh beberapa ulama yang menyatakan bahwa seorang Nasran Nas ranii bila menyembelih binatang halal atas atas nama nam a al-Masî putra Maryam as., sembelihan tersebut boleh dimakan oleh muslim, baik penyebutan tersebut tersebut diartikan sebagai permohonan shalawat dan salam untuk beliau atau dengan arti apa pun. Demikian dikutip al-Biqâ'i dari kitab arRaudhah, yang beliau cantumk can tumkan an dalam dala m tafsirnya tafsirnya ketika menjelaskan QS
al-An'âm [6]: [6 ]: 12 1. Meman Mem ang, g, kearif kearifan an dibutuhka n dalam rangka interaksi interaksi sosial. A Y A T 34-36
Itulah 'Isa
firman Yang
itu berbantah-bantahan.
Tidak mungkin bagi Allah mengangkat
yang anak,
Mahasuci Dia. Apabila Dia telah menetapkan (sesuatu) urusan, maka Dia hanya berfirman kepadanya: "Jadilah", maka jadilah ia. Sesungguhnya Allah adalah Tuhanku
Tuhan kamu,
lebar yang lurus.
mengu raikan kan peristiwa p eristiwa kelahiran 'Isa ' Isa as., ayat ini menut men utup up Setelah mengurai kisahnya dengan menjelaskan kedudukan beliau, yakni: Itulah sifat-sifat dan ucapan 'Isa putra Maryam. Apa Ap a yang Allah sampaikan sampai kan itu menyangkut 'Isa dan ibunya adalah firman Allah Yang Mahabenarlagi sedikit kebatilan pun. Itulah hakikat yang
tidak disentuh oleh
yakni orang-orang kafir,
dalam hal itu senantiasa senantiasa memaksakan memaksak an diri diri berbantah-bantahan dan meragukan
kebenarannya padahal ia adalah hakikat dan kenyataan yang sangat jelas. Tidak mungkin lagi tidak dapat terbayang dalam benak
Allah
448 J Surah Maryam [19]
Kelompok
Ayat 34-36
Mahasuci Dia dari kepemilikan anak ana k dan dari segala macam mac am kekurangan kekurangan dan
kebutuhan karena
Di
hanya berfirman kepadanya:
telah menetapkan sesuatu urusan, maka Dia
"Jadilah", makajadilah
ia dan, dengan demikian,
tidak memb utuhkan sesuatu, termasuk tidak memb utuhkan atau memiliki memili ki anak karena anak adalah cermin kebutuhan makhluk. Bahkan, 'Isa sendiri mengakui bahwa ia bukan anakan ak- Nya dan menyatakan bahwa sesungguhnya Allah Yang Maha Esa tidak mengangkat anak dan Dia adalah
Yang memelihara dan membimbingku dan juga
kamu semua,
bahkan Tuhan seru sekalian alam, maka karena itu sembahlah Dia. Ini adalah jalan lebar yang lurus.
Kata (
al-haqq pada firman-Nya: ( J^-l
qaul al-haqq dapat
dipahami sebagai salah satu dari Asmâ' al-Husnâ, yakni merupakan nama Allah, dan maknanya ketika itu adalah seperti yang penulis kemukakan di atas. Dapat juga kata al-haqq berarti antonim dari kata ( J i s U l
al-bathil
sehingga qaulal-haqq berarti ucapan yang benar sens, sesuai dengan kenyataan. Ad lagi yang memahami kata qaul sama. dengan kata kalimatyang
dalam
disebut
Ali 'Imrân [3] 45 dan an-Nisâ' [4]: 1 7 1 . Yakni kedua ked ua ayat tersebut ters ebut
menamai 'Isa
sebagai kalimat Allah, dalam kelahirannya, terjadi berdasar
kalimat-Nya yaitu Kun fayakûn. Kata
ûjjsc
yamtarun
pertengkaran, atau ( hjA
terambil dari kata ( t\j»
mira',
yakni
miryah, yakni keraguan. Ayat ini mengisyaratkan
tentang pertengkaran yang berkepanjangan serta keraguan yang terjadi di kalangan umat Kristen menyangkut hakikat Nabi 'Isa as. Dalam sejarah Kristen dikenal luas tentang peranan Kostantine Emperor Romawi (28037 M.) M. ) yang menghimpun menghi mpun para uskup agama Kristen untuk menyelesaikan
perbedaan pendapat mereka. Ketika itu, berkumpul 2.170 uskup. Namun, mereka berselisih. Ada yang berpendapat bahwa 'Isa as. adalah tuhan yang
turun ke bumi yang menghidupkan dan mematikan siapa yang dikehendakinya, dikehendakiny a, lalu naik ke langit. langi t. Ad juga yang berpendapat bahwa beliau adalah anak Tuhan. Ad lagi yang yan g menyatakan menyata kan bahwa beliau adalah salah satu oknum dari Ketiga Oknum (Tuhan Bapak, Tuhan Anak dan Ruh Qudus). ham ba Allah dan Rasul-Nya Rasul- Nya Ad juga yang berpendapat bahwa beliau adalah hamba serta ruh da
kalimat-Nya.
Dan masih banyak pendapat lain. Salah satu
Kelompok
Surah Maryam [19]
Ayat 34-36
449
pendapat dipilih oleh sebanyak 308 uskup dan merekalah yang kemudian dipilih dipili h oleh Kostantine Kostan tine , sedang pendapa pen dapa t selainnya dia tolak, tolak, bahkan penganutnya dikejar-kejar dan diintimidasi. Istilah ( otf^
mâ kâna yang yan g secara harfiah harfiah berarti tidak pernah ada
sering kali juga diterjemahkan dengan tidak sepatutnya. Menurut Thâhir Ibn 'Âsyûr, 'Âsyûr, istilah istilah ini digunakan dig unakan untuk menekankan sesuatu dengan sungguhsungguh. Asy-Sya'râwi berpendapat berpend apat bahwa istilah itu, jika pelakunya pelakunya manusia, manusi a, bagaikan menafikan menafikan adanya kemampuan kemam puan baginya untuk melakukan sesuatu. Redaksi itu menurutnya berbeda dengan denga n redaksi (
mâyanbaghîyang
secara harfiah berarti tidak sepatutnya karena yang terakhir ini masih
menggambarkan adanya kemampuan, hanya saja tidak sepatutnya dilakukan. Dengan Denga n menegaskan tidak tidak ada kemampuan, kemam puan, tertutup sudah kemungkinan bagi wujudnya sesuatu yang dimaks ud, berbeda jika baru dinyatakan tidak
patut. Di sini, terletak penekanan dan kesungguhan yang dikandung oleh redaksi redaksi itu. itu. Dengan Den gan demikian, demi kian, pada pad a ayat ini istila mâ kâna lebih tepat untuk dipahami dalam arti: "Tidak ada kemungkinan dan mustahil sama sekali
menurut kenyataan dan dalam benak siapa pun yang berakal bahwa Allah mengangkat seorang anak". Kata (
kun pada firman-Nya: ( j£j
kun fa
yakûn/jadilah,
maka jadilah ia, digunakan sekadar untuk menggambarkan betapa mudah
Allah menciptakan sesuatu dan betapa cepat terciptanya sesuatu bila Dia
menghendaki. Cepat dan mudahnya itu diibaratkan dengan mengucapkan kata kun. Walaupun sebenarnya Allah tidak perlu mengucapkann menguca pkannya ya karena tidak memerlukan suatu apa pun untuk mewujudkan apa yang dikehendaki-Nya. Sekali lagi, kata kun hanya melukiskan—buat manusia— betapa Allah tidak membutuhkan membut uhkan sesuatu untuk mewujudkan kehendakdan betapa cepat sesuatu dapat wujud, sama bahkan lebih cepat—jika mengendaki—dari mengendaki —dari waktu yang diperlukan manusi untuk mengucapkan kata kun. Perlu Perlu dicatat bahwa ini bukan berarti bahwa 'Isa
lahir sedemikian
cepat dan tanpa proses sebagaimana dialami dial ami oleh para ibu ketika melahirkan bayinya. Ayat-ayat surah ini justru menjelaskan proses tersebut mulai dari kehamilan sampai detik-detik menjelang kelahiran 'Isa
45
Surah Maryam [19]
Kata
Kelompok II Ayat 37-38
) shirâth telah telah penulis jelaskan j elaskan secara secara panjang panj ang lebar dala
surah al-Fâtihah. Rujuklah ke san a! AYAT37-38
"Maka berselisihlah berselisihl ah golongan-golongan golongan-golongan di antara mereka, maka kecelakaan bagi orang-orang kafir pada waktu menyaksikan hari yang besar. Alangkah terangnya pendengaran mereka dan alangkah tajamnya penglihatan
mereka
pada hari mereka datang kepada Kami. Tetapi, orang-orang yang zalim pada
hari ini berada dalam kesesatan yang nyata. "
Meskipun Meskip un sudah demikian demikian jelas keterangan menyangkut 'Isa
dan ibu
beliau serta serta sudah su dah demikian demiki an tegas pernyataan beliau tentang keesaan keesaan Allah dan penghambaan beliau kepada-Nya, hakikat tersebut kabur di tengah kebejatan kebejatan orango rang-orang orang Yahudi Yahudi dan kesesatan kesesatan kau m Nasra Na srani, ni, maka akibatnya berselisihlah golongan-golo golongan-golongan ngan di antara mereka, yakni di antara Ahl al-Kitâb
yang mendengar dan diberitahu tentang kedua manusia itu. Ada yang menuduh Maryam
berzina karena melahirkan anak tanpa bersuami, dan
juga yang menilai 'Isa as. anak Tuhan karena lahir tanpa ayah. Mereka
yang yan g mempertuhanka mempertuh ankannya nnya pun pu n berselisih berselisih dan berbeda, berbeda, ada golongan golon gan Katholik, Kathol ik, Protestan dan ada juga Ortodoks, dan lain-lain, maka akibat kesesatan itu Allah menetapkan bahwa kecelakaan yang besar bagi orang-orang kafir termasuk termas uk mereka mereka yang yan g mempertuhan mempertu han 'Isa as. dan menudu h Mary Ma ryam am itu. men impaa merekapada waktu dan di tempat mereka Kecelakaan besar itu akan menimp menyaksikan menyaksikan hari yang besar, yakni Hari Kiamat nanti. Alangkah terangnya pendengaran mereka dan alangkah tajamnya penglihatan mereka pada hari mereka datang kepada Kami, yakni saat kematian kemati an mereka. Tetapi, orang-orang
yang zalim yang yan g menzalimi diri mereka sendiri karena enggan memanfaatkan memanfaa tkan
pendengaran dan penglihatan mereka pada hari ini, yakni di dunia ini, berada dalam kesesatan yang nyata sehingga, walaupun di hari Kemudian penglihatan
Rujuk volume 1 halaman 79
Kelompok
Ayat 37-38
Surah Maryam [19]
451
mereka tajam dan pendengaran mereka jelas, itu semua tidak lagi dapat bermanfaat. Firman-Nya: Ci
t j i ) lâkini azh-zhâlimûn/tetapi
orang-orang yang
zalim dst, bertujuan menafikan dugaan bahwa ketajaman pandangan mereka
di hari Kemudian Kemudi an dapat mengantar mengantar mereka ke jalan kebahagiaan. Kebahagiaan tidak akan mereka raih karena hari Kemudian adala hari penerimaan balasan dan ganjaran serta harinya orang-o ora ng-orang rang yang taat taat dan tulus, sedang seda ng mereka orang- orang zalim yang telah telah mendarah daging dagi ng kezaliman dalam diri adalah orang-orang mereka. Kata (
masyhad terambil dari kata ( J L g - i
syahida yang berarti
dapa t berart tempat kehadiran menyaksikan atau menghadiri. Kata masyhad dapat ataupenyaksian, dan dapat juga dalam arti waktu kesaksian atau kehadiran. Apabila Anda memahaminya dalam arti menyaksikan/kesaksian dan dalam
pengertian waktu, penggala peng galan n ayat ayat ini berart kesaksian ketika terjadi hariyang besar. Dan , bila Anda And a memahaminya memahaminya dalam arti tempat, itu berarti kesaksian di tempat terjadinya hari yang besar itu. Dapat juga ia diartikan sebagai kesaksian sehingga maknanya kesaksian pada hari itu, di mana anggota tubuh
manusia tampil menjadi saksi terhadap masing-masing orang. Apa pun makna yang Anda pilih, maksudnya adalah di Hari Kiamat nanti, ancaman ayat ini menimpa mereka pada waktu dan tempat dimaksud serta dalam keadaan mereka menyaksikan hari yang dahsyat itu. Kata
J-AJ'J
p4 £5^ ) asmi'bihim wa abshir, seperti terbaca di atas, adalah
redaksi redaksi yang mengand meng andung ung makna mak na kehera keheranan nan tentang ketajaman ketajaman pendengaran dan penglihatan mereka. Inilah pendapat pendapa t mayoritas ulama. Tentu saja, pelaku keheranan di sini bukan Allah swt., tetapi ia merupakan merupa kan ajakan kepada kepad a mitra bicara untuk menampakkan keheranan dan keajaiban atas ulah para pendurhaka itu. Betapa sikap mereka tidak mengundang keajaiban? Di dunia, mereka tidak menggunakan dengan baik mata dan telinga, bahkan mereka buta dan tuli, tetapi di akhirat mata dan telinga mereka terbuka lebar dan sangat tajam. memahaminya dalam arti perintah kepada Nabi Muhammad Ada juga yang memahaminya saw. untuk memperdengarkan dan memperlihatkan tentang keadaan mereka jika siksa Allah jatuh menimpa merekay semoga dengan penjelasan itu mereka insaf dan bertaubat.
45
Surah Maryam [19]
Kelompok II Ayat
A Y A T 39
"Dan berilah mereka peringatan tentang hari Penyesalan, ketika telah diputus
segala perkara. Sedang mereka dalam kelalaian dan mereka tidak beriman. "
Ap yang akan terjadi dan yang dilukiskan oleh ayat-ayat sebelum ini
sungguh sun gguh suatu sua tu peristiwa peristiwa yang sangat sanga t menakutkan. menakutk an. Karena itu, wahai wahai N bi Muhammad, ingatkanlah umatmu tentang peristiwa besar itu dan berilah merekaperingatan tentang hari Penyesalan, atas segala kelalaian, kelalaian, bahkan semua
waktu yang yan g berlalu berlalu tanpa mereka mereka manfaatkan dengan baik, di mana man a penyesal penyesalan an tidak berguna lagi karena ketika itu telah diputus segala perkara. Peringatan tersebut perlu engkau sampaikan. Betapa tidak, sedang mereka berada dalam wadah kelalaian lagi dilingkupi olehnya dan mereka terus-menerus tidak beriman.
Kata
ij~J-\
al-hasrah digunakan
untuk menggambarkan penyesalan
yang luar biasa dan yang tidak berguna lagi. Yang pasti, hari Penyesalan itu akan dirasakan oleh para pendurhaka. Tetapi, tidak mustahil semua orang akan menyesal ketika itu karena tidak menggunakan waktu dan tenaga semaksimal mungkin untuk meraih kebaikan. Memang, alangkah banyaknya
peluang untuk meraih sukses yang disia-siakan disia-siakan semua orang. Bukanka Bu kankah h walau sekadar sekali ucapan Subhâna Allah seseorang telah telah dapat memeroleh ganjaran? Bayangkanlah betapa banyak peluang untuk mengucapkannya yang
kita sia-siakan. Penye Penyesalan salan tersebut tersebut baru ba ru berakhir bagi penghuni penghu ni surga ketika mereka memasu mema suki ki surga, surg a, tetapi itu berlanjut berlanjut bagi penghu peng huni ni neraka. Banyak ulama memahami (
j~J-\ ^J J
yaum al-hasrah/hari Penyesalan
dalam arti hari Kekekalan. Ini berdasar sebuah sebua h hadits yang menyatakan menyatakan bahwa kelak, di hari Kemudia n, kematian kematian akan ditampilkan dal am bentuk domb dan dinyatakan bahwa inilah maut lalu ia disembelih sehingga sejak itu yang kekekalan. Penghuni surga s urga akan semakin bergembira dan penghuni penghu ni ada hanya kekekalan. neraka akan semakin menyesal. Ini disampaikan Nabi saw. sambil membaca ayat 29 di atas (HR. Bukhâri dan Muslim melalui Abu S a ' i d al-Khudri).
Kelompok
Surah Maryam [19]
Ayat 40
45
Thabâthabâ'i memahami ayat in sebagai memerintahkan Na bi Muhammad saw. mengingatkan para pendurhaka tentang hari di mana Allah memutuskan segala perkara dan ketika itu dijatuhkan putusan tentang siksa yang akan mereka alami sehingga, dengan demikian, mereka mengalami penyesalan yang tidak berguna lagi karena sewaktu mereka hidup di dunia mereka tidak menempuh ash-Shirâth Sayyidinâ Al i ra pernah berkata:
al-Mustaqîm.
antara penyesalan yang terbesar
pada Hari Kiamat adalah seorang yang memeroleh harta dengan cara yang
dilarang Allah, lalu harta it diwarisi oleh orang oran g lain yang yan g menafkahkannya dalam perbuatan perbuatan ketaatan ketaatan kepadakepa da-Nya. Nya. Mak a, yang in masuk mas uk surga karena harta yang diwarisinya,
yang it
masuk neraka karena harta yang
diwariskannya."
AYAT
"Sesungguhnya Kami mewarisi bumi dan semua yang ada di atasnya, dan hanya kepada Kami-lah Kami-lah mereka dikembalikan.
Selanjutnya, Allah mengingatkan semua pihak bahwa: Sesungguhnya sama sa ma sekali sekali bukan selain Kami, yang mewarisi bumi dan semua
Kami, yang ad
ya ng tersisa sedikit di atasnya sehingga tidak yang
dan hanya kepada Kami-lah Kami-lah
mereka dikembalikan
selain Kam untuk selain
untuk menghadapi
perhitungan. Thabâthabâ' Thabâ thabâ'ii menulis menulis bahwa ayat ini bagaikan pemantapan pemantap an dan semacam penjelasan bagi firman-Nya sebelum in yang menyatakan qudhiya al-amrl telah diputus
segala perkara seakan-akan ayat in menyatakan: "Pemutusan
perkara it sangat mudah mud ah bagi Ka Kami mi karena Kami Kam i mewarisi bumi dan mereka semua dan hanya kepada Kam i mereka kembali."
Pewarisan bumi yang dimaksud adalah akibat kematian semua penghuninya sehingga yang tinggal kekal kekal selama-lamanya selama-l amanya hanya hanya Allah swt. Kata
narits terambil dari kata
al-irts yang terdiri dari
huruf-huruf wauw, r^'dan tsa'. Maknanya berkisar pada peralihan sesuatu
Surah Maryam [19]
Kelompok
kepada sesuatu yang lain. Dar i sini, lahir lahir kata ka ta ( ti>
Ayat
waratsa, yakni mewarisi,
baik materi maupun selainnya, dan baik karena garis keturunan maupun sebab yang lain. Az-Zajjâj mengartikannya sebagai segala sesuatu yang tinggal setelah ada yang pergi.
Menarik untuk dikemukakan bahwa, ketika Allah swt. swt. menunjuk menunj uk dirinya sebagai pelaku pewarisan, al-Qur'an selalu menggunakan bentuk jamak,
bahkan tidak ditemukan kata wârits dalam bentuk tunggal dan semua kata yang menunjuk diri-Nya sebagai Penerima Wârits, selalu selalu dala
bentuk jamak.
Agaknya hal ini, u n t u k mengisyaratkan bahwa Allah swt. akan
mengembalikan (ganjaran) (ganjaran) apa yang diwarisi-Nya itu kepada ha mba-hamb mba- hambaaNya juga jika mereka berbuat baik, dan mengembalikan pula sanksi dari
yang diwari diwarisi-N si-Nya ya dari kejahatan-kejahatan kejahatan-kejahatan mereka. mereka. Ditutupnya Ditutu pnya kisah 'Is
dengan ayat yang yan g menguraikan menguraika n kewarisan kewarisan Allah
terhadap segala sesuatu sangat sesuai pula untuk membuktikan kemahasucian Allah dari kepemilikan anak karena anak didambakan antara lain agar dia
menjadi penerus ayahnya dan pengambil alih tugas-tugas serta harta bendanya. Nah, jika Allah adalah Pewaris segala sesuatu, tentu s a j a Dia tidak membutuhkan anak.
KELOMPOK 3
AYAT 41-50
45
Surah Maryam [19]
Surah Maryam [19]
Kelompok II Ayat 41
45
AYAT
"Dan ingatkanlah
yang terdapat
di dalam al-Kitâb
tentang
Ibrahim.
Sesungguhnya ia adalah seorangyang sangat benar lagi seorang Nabi.
Sementara ulama menghubungkan ayat ini dengan ayat-ayat yang lalu dengan menampil kan terleb terlebih ih dahulu dah ulu tema utama surah ini, yakni yakni penjelasan penjelasan tentang keesaan Allah, kenabian, dan keniscayaan hari Kebangkitan. Ada dua kelompok kelomp ok besar yang mempersekutukan mempersekutukan Allah. Pertama, mempersekutukandengan makhluk-Nya yang hidup da berakal, seperti kaum Nasrani yang mempersekutukan Allah dengan al-Masîh, sedang kedua adalah yang
mempersekutukan-Nya dengan makhluk-Nya yang tidak hidup da tidak berakal seperti bintang da
berhala-berhala. Kalau ayat yang lalu telah
mengecam mereka yang mempersekutukan Allah dengan siapa yang berakal dari makhluk-Nya, yakni mereka yang mempertuhan 'Isa as., kelompok ayat in menguraikan tentang mereka yang mempersekutukan-Nya dengan
berhala, yakni umat Nabi Ibrahim as Al-Biqâ'i menghubungkan ayat ini dengan ayat sebelumnya dari sisi
kandungan kandun gan makna mak na kewarisan, kewarisan, yang antara lain—menurutnya—tecermin dalam kemenangan para nabi da pengikut-pengikut mereka menghadapi
kebanyakan penghuni bumi, bu mi, yakni dengan dengan kembalinya penganut agama yang batil kepada para nabi itu.
karena Na bi Ibrahim as. adalah tokoh yang
memiliki anak cucu yang banyak, it berarti beliau merupakan orang yang seperti ti halnya N bi Zakariyyâ paling banyak mewarisi bumi. Di sisi lain, beliau seper awal surah ini) yang yan g menghara mengharapkan pkan serta serta dianugerahi dianugerahi ahli waris waris (anak) (baca awal ketika usianya telah lanjut da istrinya dinilai mandul. pun hubungan yang Anda pilih atau kemukakan, yang jelas setelah ayat-ayat ayat-ayat yang lalu memerintahkan memerintahkan Na bi Muh amma am ma
saw. menyampaikan
kisah Maryam as. da putra beliau, kini ayat-ayat di atas memerintahkan
bahwa: "Ceritakan dan ingatkanlah juga, wahai Nabi Muhammad, kisah yang terdapat di dalam al-Kitâb, yakni ayat-ayat al-Qur'an yang selama ini
engkau telah terima, tentangNabi Ibrahim a s . " Sesungguhnya ia adalah seorang
Surah Maryam [19]
45
Kelompok II Ayat 42
yang sangat benar sikap, ucapan, dan perbuatannya lagi seorang Nabi yang
mendapat wahyu dari Allah swt. Rujuklah kembali ke ayat 16 surah ini yang berbicara tentang Maryam
untuk memahami penyebutan kata al-Kitâb pada ayat ini. Kata
JJJU*
shidqlbenar.
shiddîq merupakan bentuk hiperbola dari kata (
J
Yakni seorang yang selalu benar dalam sikap, ucapan, dan
perbuatannya. Dia yang dengan pengertian apa pun selalu benar dan jujur,
tidak ternodai oleh kebatilan, tidak pula mengambil mengam bil sikap sika p yang yan g bertentangan dengan kebenaran, serta selalu tampak di pelupuk mata mereka yang haq. Shiddîq juga berarti berarti orang yang selalu membenarkan
tuntunan-tuntunan Ilahi,
pembenaran melalui ucapan dan pengamalannya. Selanjutnya, ayat ini menyifati N bi Ibra I brahim him as. dengan kata ( Çj nabiyyan, yakni manusia yang dipilih Allah untuk memeroleh bimbingan sekaligus ditugasi untuk menuntun manusia menuju kebenaran Ilahi. Ia yang
memiliki kesungguhan, amanat, kecerdasan, dan keterbukaan sehingga mereka menyampaikan segala sesuatu yang harus disamp aikan. aika n. Mereka Merek a adalah orangorang yang terpelihara identitas mereka sehingga tidak melakukan dosa atau pelanggaran apa pun. Kata ( Çj ) nabiyyan terambil teramb il dari kata ka ta ( Lj naba' yang berarti berita
Seora ng yang mendapat wahyu dari Allah dinamai demikian yang penting. Seorang karena ia mendapat berita penting dari Allah swt. Bisa dari kata ( « j ^ J \
kata nabiyy terambil
an-nubuwwah yang bermakna ketinggian. Ini karena
ketinggian derajatnya di sisi Allah swt. AYAT
Ketika ia berkata berkata kepada orangtuanya: "Wahai bapakku, mengapa engkau
menyembah sesuatu yang tidak mendengar dan tidak melihat serta tidak dapat menolongmu sedikit pun. "
Baca kembali halaman 424.
Kelompok II Ayat 42
Surah Maryam [19]
459
Ayat yang lalu memerintahka memerin tahkan n Na bi saw. saw. mengingatka mengin gatkan n tentang tenta ng ayataya t-
ayat ayat al-Qur' an yang berbicara berbicara tentang tentang N ab i Ibrahim
Ayat ini menyebut
secara khusus satu peristiwa yang berkaitan dengan beliau, yakni ketika ia
dengan lemah lembut berkata kepada orangtuanya sambil memanggilnya dengan panggilan mesra: "Wahai bapakku, mengapa engkau menyembah sesuatu, yakni berhala atau bintang-bintangjy ^Tzg- tidak dapat mendengar dan
tidak juga dapat melihat serta tidak dapat menolongmu atau mendatangkan
manfaat sedikit pun kepadamu dan tidak juga dapat menampik mudharat atasmu? Bukankah yang disembah adalah sesuatu yang jauh lebih tinggi
kedudukannya dan jauh lebih mampu daripada yang menyembahnya? " Kata ( «ut ) abihi penulis terjemahkan dengan orangtuanya. Ini serupa
dengan terjemahan penulis untuk ayat 74 surah al-An'âm. Di sana, antara lain penulis kemukakan bahwa berbeda-beda pendapat ulama menyangkut Azar yang disebut sebagai ^\
dia ayah kandun k andun ab Nabi Ibrahim as., apakah dia
beliau atau pamannya. Salah satu alasan yang menola men olak k memah m emahami ami kata ( < \ abihi dalam arti
bapak kandung adalah bahwa jika Azar adalah adalah bapak kandung N ab i Ibrahim as., itu berarti ada dari leluhur Nabi Muhamma
saw. yang musyrik karena
beliau adalah keturunan Nabi Ibrahim as. Ini ditolak oleh banyak ulama
dengan alasan bahwa sekian banyak riwayat yang yan g menyatakan kebersihan dan kesucian leluhur Na bi saw. saw. Beliau Beli au bersabda: "Aku "Aku dilahirkan dilahirkan melalui pernikahan bukan perzinaan sejak Adam hingga aku dilahirkan oleh bapak dan ibuku. Aku tidak disentuh sedikit pun oleh kekotoran Jahiliah" (HR. Ibn Adi dan ath-Thabarâni melalui Ali Ibn Abi Thâlib). Ini berarti bahwa tidak seorang pun dari leluhur beliau yang mempersekutukan Allah swt. dan, dengan demikian, demikian, jik a mema ng Azar yang membuat dan menyembah patung itu adalah adalah ayah kandung kandun g Nab N ab i Ibrahim as.—sedang Na bi Ibrahim Ibrahim as. adalah leluhur Nabi Muhammad saw.—maka itu berarti ada leluhur beliau
yang pernah mempersekutukan Allah swt. Terlepas dari perbedaan pendapat ulama menyangkut hal ini, apa yang
dikemuk aka n oleh penafsir penafsir Syi'ah, Tha bât ha bâ' i, sangat waja dipertimbangkan. Menurutnya, al-Qur'an menggunakan kata (
untuk makna "ayah kandung", sedang kata
untuk wâlid
ab digunakan al-Qur'an
Surah Maryam [19]
Kelompok II Ayat 42
untuk makna "kakek" atau "paman" dan lain-lain (baca antara lain QS. alBaqarah [2]: 133, QS Yûsuf [ 1 2 ] : 38).
Hemat Hem at penulis, apa yang dikemukakan di atas atas benar adanya—tetapi adany a—tetapi perlu dicatat—bahwa al-Qur'an menggunakan juga kata ab untuk menunjuk orangtua kandung, misalnya Yûsufu
Yûsuf [ 1 2 ] : 4:
J$ O J ~ » J J
lâ ] ) idzqâla
sisi lain, perlu juga dicatat bahwa, merujuk kepada al-
abîhi.
Qur'an, Nabi Ibrahim as. menggunakan kedua kata tersebut. Dalam QS. , beliau mengguna kan kata ( < i - U ( j ) wâlidayya untuk
Ibrahim [1 4]:
menunjuk kepada kepad a ibu bapaknya. Asy-Sya'râwi dalam tafsirnya setelah membuktikan bahwa kata ( U\ ab digunakan untuk menunjuk ayah kandung kan dung atau paman, pam an, ia mengemukakan
bahwa biasanya biasan ya bila kata ab dirangkaikan dengan namanya, yang dimak sud adalah selain ayah kandung. Kalau ada yang akan bertanya ke mana ayah kandung seseorang, cukup sudah jika ia bertanya: K e mana ma na ayahmu aya hmu?? Tetapi, yan g ditanyakan selain ayah kandung kan dung,, di d i sini pertanyaan harus harus disertakan kalau yang dengan nama na ma yang bersangkutan. Na h, ayat al-An'âm al-An' âm itu itu menggunakan kata ablayah sambil menyebut nama, yakni Azar. Dengan demikian, yang
bersangkutan bukan ayah kandung kand ung Na bi Ibrahim
Demikian Demi kian tulis tulis ulama
al-An 'âm.. Apaka Apa kah h ini berarti bahwa yang Mesir itu ketika menafsirkan ayat al-An'âm dimaksud dengan abîhi pada ayat surah Maryam ini adalah ayah kandung Nabi Ibrahim
karena kata tersebut tidak dirangkaikan dengan namanya—
seperti dalam surah al-An'âm—tidak jelas bagi penulis karena hingga penafsiran surah ini penulis siapkan, siap kan, tafsir tafsir asy-Sya'râwi untuk surah ini belum
terbit. Kata
abati terambil dari kata (
î
ab yang dirangkaikan dengan
huruf ta 'yang berfungsi sebagai pengganti huruf
yâ yang menunjukkan
makna kepemilikan. Sehingga, abati biasa diartikan ayahku/bapakku. Kata ini mengandung makna kelemahlembutan dan memberi kesan merengek
untuk meminta sesuatu kepada orangtua. Nabi Ibrahim
pada pa da ayat ini tidak secara tegas menyebut berhala-berhala
sebagai sembahan orangtuanya, tetapi menyebut sifatnya, yakni tidak dapat
mendengar dan melihat, sehingga, dengan demikian, beliau sekaligus membukti memb uktikan kan bahwa apa yang disembahnya disemb ahnya itu sama sam a sekali batil dan tidak
Surah Maryam [19]
Kelompok II Ayat
461
beralasan. Pertama, karena yang disembah mestinya adalah sesuatu yang keduduka nnya lebih lebih tinggi tinggi daripa da yang menyembahnya, menyembahnya, sedan g manusia jauh lebih lebih tinggi tinggi kedud ukann ya daripa da berhal berhala. a. Bukanka h manusia yang memb uat berhala-berh berhala-berhala ala itu dan bukan kah apa yang disembah itu itu tidak dapat mendengar dan melihat?
sesuatu yang disembah a dalah yan
diharapkan dapat memenu hi kebutuhan yang menyembahnya, menden gar permohonannya, dan mel melihat ihat keadaannya. Apa yang disembah oleh orangtua Nabi Ibrahim itu sama sekali tid ak meme nuh i syarat kelayakan untuk disembah, sebagaimana ditegaskan oleh akhir ayat di atas.
AYAT
"Wahai bapakku, sesungguhnya telah datang kepadaku sebagian ilmu yang a kan menunjukkan ikutilah aku, niscaya aku akan
kepadamu, mak tidak datang kepadamu, kepadamu jalan yang lurus. "
Setelah
Na bi
Ibra him
as. men gi ng at ka n
ayahnya
tent ang
ketidakmampuan berhala, bahkan keadaannya yang justru lebih lemah daripada manusia karena ia tidak dapat melihat atau mendengar, kini ia berusaha meyakinkan ayahnya bahwa apa yang sedan g ia sampa ikan dan akan disampaikannya adalah kebenaran mutlak. Dengan mengulangi panggilan m e s r a n y a , wahai
bapakku,
Na bi Ibrahim as. melan jutkan
sambil
mengukuhkan ucapannya bahwa sesungguhnya telah datang kepadaku sebagian
ilmu yang tidak datang kepadamu, pen ge tahu an
yakni aku telah memeroleh ilmu
tent ang jala n yan g benar tan pa upaya dariku u n t u k
memerolehnya tetapi ia sendiri yang datang kepadaku melalui wahyu, dan itu—wahai bapakku—tidak engkau peroleh, maka karena itu ikutilah ak dengan sungguh-sungguh dan berimanlah kepada apa yang aku serukan kepadamu, niscaya aku akan menunjukkan kepadamu jalan yang lurus yang memba wamu kepada kebenaran kebenaran dan kebahagiaan. Ajakan Na bi Ibrahim Ibrahim
ini kelihatann ya setelah setelah beliau dia ngka t Allah
menjadi Nabi. Ini bukan saja diisyaratkan oleh ayat yan g lalu lalu yang yan g menegaska meneg aska
Surah Maryam [19]
62
Kelompok II Ayat
bahwa beliau adalah Nabi, tetapi juga pernyataannya bahwa beliau memeroleh ilmu bukan atas usaha beliau, tetapi ilmu itulah yang datang kepadanya. menafsirkan ayat 65 surah al-Kahf, penulis antara lain mengemukakan mengemuka kan Ketika menafsirkan bahwa setiap aksi pengetahuan memiliki dua faktor, yaitu subjek dan objek. Secara umu m, subjeklah subjeklah yang dituntut peranannya dalam rangka memahami
terkadang objek. Na mu n, pengala man ilmiah menunjukkan bahwa objek terkadang menampakkan dirinya kepada subjek tanpa usaha dari pihak subjek. Ada planet-planet yang y ang memasuki memasu ki cakrawala hanya sejenak sejenak dalam waktu waktu tertentu, Kom et Halley. Halley. Da Dala lam m contoh ini, alat-alat astronomi astr onomi berusaha berusa ha untuk misalnya Komet menangkapnya. Namun, yang lebih berperan adalah kehadiran comet itu sendiri kepada para ahli dan setelah kehadiran tersebut ia lenyap kembali. Hal yang terjadi di dunia ilmiah ini memberikan gambaran sekaligus bukti bahwa terkadang objek pengetahuan dapat mengunjungi manusia, dan memperkenal memperk enalkan kan diri kepadany kepa danyaa melalui izin dan restu Allah Alla h swt. Itulah wahyu atau ilham dan ilmu al-ladunnyy. Ajakan Nabi Ibrahim as. kepada bapaknya di atas agar mengikutinya
berdasar pengetahuan yang diperolehnya lagi tidak dimiliki bapaknya itu, di samping guna meyakinkan sang bapak tentang kebenaran ajakannya, juga
mengesankan bahwa yang tidak mengetahui, betapapun tinggi kedudukannya, berkewajiban mengikuti siapa yang mengetahui. Orangtua yang dihormati, dihorma ti, bahkan ayah kandun kan dung g sekali sekali pun, pun , berkewajiban berkewajiban mengikuti anak atau pembantunya jika sang anak atau pembantu memiliki pengetahuan melebihi pengetahuannya. Ini adalah sesuatu yang sangat logis, yang tidak dapat ditolak ditola k oleh siapa pun. AYAT
"Wahai bapakku, janganlah engkau menyembah setan. Sesungguhnya setan terhadap ar-Rahmân amat durhaka.
Selanjutnya, Nabi Ibrahim as. menjelaskan betapa tidak bermanfaat, bahkan berbahaya apa ap a yang yan g selama ini dilakukannya dilaku kannya.. B eliau berkata: berkata: "Wahai
Surah Maryam [19]
Kelompok II Ayat 45
463
bapakku, janganlah engkau menyembah setan, yakni berhala dan bintang-
bintang yang sebenarnya sebenarnya tidak tidak mempunyai memp unyai kemamp kem ampuan uan sedikit pun. Tetapi, setan yang memperindah penyembahannya dan, dengan demikian, menyembah menyemba h berhala berhala atau bintang dan
pun selain Allah berarti menyembah
setan. Sesungguhnya setan sejak dahulu terhadap ar-Rahmân Tuhan Yang Maha Pemurah amat durhaka. " ta'bud pada. ayat di atas bukan maksudnya menyembah,
Kata
tetapi mengikuti bisikan setan. Memang, boleh jadi orangtua dan masya rakat Nabi Ibrahim as. menyembah setan, jin, dan malaikat, tetapi semua penyemba peny embahan han itu i tu lahir lahir dari rayuan dan tipu daya setan setan yang diikuti oleh par pendurhaka sehingga pada pad a akhirnya lebih lebih tepat memahami memaha mi kata ta 'bud dalam
arti mengikuti bisikan setan. Kata ( OlT ) kâna pada ayat ini, di samping untuk menunjukkan
kedurhakaan setan yang telah terjadi terjadi sejak dahulu, juga untuk menunjukkan betapa mantap lagi mendarah daging kedurhakaan itu melekat pada kepribadiannya, kepribad iannya, sehingga tidak dapat diuba
lagi.
Rujuklah ke k e tafsir tafsir surah al-Fâti hah untuk memahami mema hami secara mendalam mendal am makna kata ar-Rahmân?* Agaknya, kata tersebut sengaja ditampilkan di sini da juga pada pa da ayat berikut—bukan beri kut—bukan kata Allah—kare All ah—karena na limpahan lim pahan rahmat dianugerahkan-Nya mengundan yang dianugerahkan-Nya
siapa pu
untuk mendekatkan diri
kepada-Nya, taat dan mencintai-Nya, serta menjauhkan diri dari segala
kedurhakaan kedurhakaan dan dari yang memba ngkang ngk ang perintah-Nya atau menghalangi kepa da setan. setan. manusia tunduk kepada-Nya, antara lain tunduk kepada
AYAT
"Wahai bapakku, sesungguhnya aku takut bahwa engkau akan ditimpa ditimpa azab dari Tuhan
Maha Pemurah, maka engkau
kembali volume 1 mulai halaman 40
bagi setan. "
Surah Maryam [19]
Kelompok II Ayat 46
Selanjutnya, Nabi Ibrâhîm as. memperingatkan orangtuanya dengan
berkata: "Wahai bapakku, sesungguhnya aku—terdo —terdoron rong g
oleh ole h cint ci ntak ak
kepadamu—takut bahwa bila engkau berlanjut berlanjut dala m penyembahan penyembaha n selai dit impa azab dari Tuhan Allah—tanpa bertaubat—jangan sampai engkau akan ditimpa YangMaha Pemurah dan yang selama ini terus-menerus melimpahkan rahmat
dan kasih sayang-Nya, maka engkau akibat siksa yang menimp a itu menjadi kawan bagi setan dalam neraka. "
Kata (
akhâfu, yakni takut, digunakan oleh Nabi Na bi Ibrâhîm
pada
ayat ini, di samping untuk menampakkan belas kasih dengan menyatakan
kekhawatirannya jangan sampai orangtuanya itu tersiksa, juga untuk menegaskan bahwa tidak seorang pun yang berhak memastikan jatuhnya
rah mat dan siksa adalah hak prerogatif Allah siksa kepada seseorang karena rahmat swt. Kata \S"
'adzâb pada ayat ini dapat berarti siksa di hari Kemudian,
bisa juga dalam arti siksa duniawi antara lain dengan dengan dicabutnya dicabu tnya rahmat Allah
bagi yang bersangkutan.
Rujuklah ke ayat 18 maksud kata ar-Rahmân.
dan ayat 8 8 - 9 1
surah ini untuk memahami
Penggunaan kata ar-Rahmân
pada ayat ini
mengesankan bahwa siksa yang dapat menimpa itu bukanlah disebabkan oleh kesewenangan Allah Alla h swt. karena Di a adalah adala h Pencurah rahmat, rah mat, tetapi siksa itu semata-mata merupakan buah dari kesalahan yang bersangkutan
sendiri. Di sisi lain, dengan kata itu juga Nabi Ibrâhîm as. mengingatkan orangtuanya tentang melimpahnya curahan rahmat Allah yang seharusnya mengantar setiap orang bersyukur dan taat kepada-Nya serta menghindari dilar ang-Nya Nya termasuk mengikuti setan segala yang dilarangAYAT
Di
berkata: "Bencikah engkau kepada tuhan-tuhanku, wahai Ibrâhîm? Jika
Rujuk kembali halaman 426. halaman 527-533.
Kelompok
Ayat
Surah Maryam [19]
465
engkau tidak berhenti, niscaya engkau akan kurajam dan tinggalkanlah tinggalkanlah aku
buat waktu yang lama. "
Walau demikian halus Nabi Ibrâhîm
menyampaikan pesan, bahkan
dengan merengek mengulang-ulangi memanggil dengan panggilan mesra 'ya sang ayah tetap menolak, bahkan mengancam, dia
abatilwahai bapakku,
berkata: "Bencikah engkau kepada tuhan-tuhanku, wahai Ibrâhîm, sehingga
engkau mengajak aku meninggalkan penyembahannya dan memintaku meminta ku hanya menyembah satu Tuhan Yang Esa? Jika engkau tidak berhenti mencela tuhan yang kusembah, niscaya aku bersumpah engkau akan kurajam, yakni kulempar dengan batu hingga mati. Karena itu, hati-hatilah dan tinggalkanlah aku buat waktu yang lama sampai reda amarahku dan engkau insaf lagi berhenti
mencela agamaku." agamak u." Sementara ulama berpendapat bahwa ayat-a ayat-ayat yat di atas disampaikan disampai kan kepada Nabi Ibrâhîm as. sebelum beliau menyampaikan ajakan dan kecamannya
al- An'âm, âm, yang dinilai dinilai oleh banyak ulama lebih yang tercantum dalam QS . al-An' tegas dibanding dengan ajakan ayat-ayat surah Maryam ini. Memang,
mustahil rasanya beliau beliau langsung lan gsung mengeca meng ecam m orangtuanya dengan denga n keras seperti seperti bunyi surah al-An'âm itu, sebelum ada ajakan yang lemah lembut seperti bunyi ayat-ayat di atas. Kata
iiUsrjS
l& arjumannaka terambil dari kata ( t»^ j
rajama yang
berarti melempar. Ad juga yang memahami kata tersebut dalam arti memaki. Kata
ijy^^J
wahjurnî
terambil tera mbil dari kata (
meninggalkan sesuatu karena kebencian kepadanya.
hajar
yaitu
Ini dapat terlaksana
dengan memutus hubungan hubunga n dalam bentuk bentuk tidak berbicara berbicara atau meninggalkan arena. Kata
maliyyan terambil dari kata (
amlâyang berarti mengulur
waktu, dari sini kata tersebut dipahami dalam arti waktu yang lama. Ad
juga yang memahaminya dalam arti selamat sehingga maknanya "Tinggalkan
aku, wahai Ibrahim, dalam keadaan engkau selamat tidak akan ditimpa diti mpa dariku suatu keburukan."
Surah Maryam [19]
Kelompok II Ayat 47-48
A Y A T 47-48
Dia berkata: "Salâmun alaika, aku akan beristighfar bagimu kepada Tuhanku.
Sesungguhnya Dia sangat baik kepadaku. Dan aku akan menjauhkan diri darimu dan apa yang kamu seru selain Allah, dan aku akan berdoa kepada
Tuhanku, mudah-mudahan
aku dengan berdoa kepada Tuhanku
tidak
kecewa. "
Kendati demikian tegas ancaman orangtua Nabi Ibrâhîm as., Nab i agun ini masih menjawab dengan halus dengan mengucapkan salam perpisahan. Di tidak membantah, apalagi menghardik; dia tidak membalas ancaman
dengan ancaman tetapi dia berkata: "Salâmun alaika" Selamat berpisah, semoga keselamatan dilimpahkan kepadamu, aku akan
beristighfar
bagimu kepada Tuhanku. Sesungguhnya Dia sangat baik kepadaku. Dan aku akan menjauhkan diri darimu, wahai orangtuaku, dan seluruh masyarakat penyembah berhala,
bahkan meninggalkan daerah pemukiman kalian, menuju ke tempat lain dan juga meninggalkan apa yang kamu semua seru selain Allah, dan aku akan berdoa kepada Tuhanku, mudah-mudahan
Tuhanku ak
aku dengan berdoa kepada
tidak menjadi kecewa sebagaimana kalian kelak akan kecewa
dan sengsara dengan penyembahan dan pengandaian kalian terhadap berhalaberhala. " tera mbill dari kata ( Kata ( Çb- ) hafiyyan terambi
hafiya.
Kata in
mempunyai mempun yai dua makna mak na yang populer. Pertama, berarti bertanya dan meneliti yang kemudian berkembang maknanya menjadi benar-benar mengetahui. Seorang yang sering bertanya dan melakukan penelitian menyangkut suatu masalah, tentu banyak mengetahui tentang objek penelitian atau masalah
yang ditanyakan. Dari Dar i sini, ia berarti berarti benar-benar mengetahui. Makna inilah yang dimaksud dimaks ud dengan dengan kata tersebut tersebut pada pa da
al-A'râf [7
187 yang berbicara
tentang waktu kedatangan Kiamat. Sedang makna kedua adalah hubungan harmonis da
keakraban yang
melahirkan aneka anugerah. Makna inilah yang dimaksud oleh ayat ini.
Kelompok II Ayat 47-48
Surah Maryam [19]
Ucapan Nabi Ibrâhîm as. ( dJLip fiL*
salâmun
'alaika
467
beliau
perhadapkan dengan ucapan orangtuanya yang berkata: Jika engkau tidak berhenti, sedang ucapannya aku akan menjauhkan diri darimu
beliau
perhadapkan dengan perintah bapaknya untuk meninggalkannya sekian lama. Nab i Ibrahim Janji Nabi
untuk beristighfar untuk bapaknya dipahami oleh
sementara ulama dalam arti memohon kiranya bapaknya itu memeroleh taufik dan hidayah sehingga beriman kepada Allah Tuhan Yang Maha Esa. Demikia Demi kian n pendapat pendapa t sementara ulama yang memperhadapkan memperhada pkan ayat ini dengan larangan beristighfar kepada orang-orang musyrik. Hemat penulis, tidak ada halangan mema m emahami hami kata istigh istighfar far pada pa da ayat ayat di atas atas dalam dal am arti memohonkan pengampunan Allah. Janji ini beliau ucapkan, bahkan beliau penuhi dala m QS. QS . asy-Syu'arâ' [26]: [26 ]:86 86 sebelum adanya sebagaimana termaktub dalam larangan Allah swt. Tetapi, setelah adanya larangan, beliau tidak lagi beristigh beristighfar far sebagaimana sebag aimana dinyatakan dalam Q . at-Taubah [9]: 114:
» 'k".
Ï-
"Dan bukanlah permohonan ampun Ibrâhîm untuk bapaknya kecuali hanyalah karena suatu janji yang telah diikrarkannya, maka tatkala telah jelas baginya bahwa dia adalah musuh Allah, dia berlepas diri darinya. "
Janji yang dimaksud ayat at-Taubah ini adalah janji yang disebut oleh
ayat 47 surah Maryam ini dan QS. al-Mumtahanah [60] 4. Istighfar Nabi Ibrahim as. ketika itu—menurut Thâhir Ibn 'Asyûr— karena ketika itu beliau menduga bahwa orangtuanya sedang bimbang menyangkut penyembahan berhala. Dugaan ini muncul ketika sang bapak berkata kepadanya: "Tinggalkanlah aku
waktu
lama"'atau beberapa
saat. Untuk jelasnya rujuklah QS. at-Taubah [9]: 114.
Tekad Nabi Ibrahim as. untuk meninggalkan kaumnya disertai pula
dengan penegasan bahwa beliau juga akan meninggalkan "Apayang kamu seru selain Allah". Kita dapat berkata bahwa inilah sebenarnya alasan utama
Rujuk volume 5 halaman 267.
Kelompok II Ayat 49-50
Surah Maryam [19]
keputusan keputusan Nab N abii Ibrâhîm
itu. Yakni bukan hanya karena bapaknya bapakny a seorang
yang menyembah berhala, tetapi karena semua anggota masyarakat telah diduga keras oleh Na bi Ibrâhîm as. bahwa mereka tidak akan beriman beri man
paling tidak ketik ketikaa itu. itu. Nam un demikian, Na bi Ibrâhîm
tidak berputus
asa, ini terbukti dengan lanjutan ucapannya di atas yang menyatakan akan berdoa kepada Tuhanku, mudah-mudahan
aku
aku dengan berdoa kepada
Tuhanku, aku tidak kecewa.
Ayat-ayat di atas menunjukkan betapa beta pa halus halus dan sopan sopa n ucapan N ab Ibrâhîm
kepada orangtuanya. Perhatikanl Perhatikanlah ah bagaiman baga imanaa beliau mengulang-
ulangi kata abatilbapakku untuk menunjukkan cinta dan kasih sayang sert penghormatan kepadanya. Perhatikan juga bagaim bag aimana ana beliau menunjukkan menunj ukkan kebatilan ajaran ajaran agama orangtuanya dalam bentuk pertanyaan. Itu dengan memulai memaparkan bukti yang bersifat indriawi (tidak mendengar dan tidak melihat) disusul dengan pembuktian lain yang lebih bersifat umum, yakni tidak dapat menolon meno longmu gmu sedikit pun (ayat (ayat 4 2 ) . Nabi Nab i Ibrâhîm Ibrâhîm
juga menekankan bahwa
apa yang disampaikannya disampaika nnya itu bukanlah bersumber ber sumber dari dirinya secara pribadi,
tetapi ia adalah anugerah yang diperolehnya. Demikian Nabi Ibrâhîm as. tidak menilai bodoh orangtuanya tidak juga mengaku bahwa ia pandai. Di
sisi lain, Nabi Ibrâhîm as. tidak mengaku memeroleh banyak ilmu yang diperolehnya—seperti terbaca terbaca di atas—hanyalah atas—hanyalah sebagian ilmu (ayat (ayat 43 ). Itu semua se mua berbeda dengan deng an sikap dan jawaban jawaba n orangtuanya yang sangat keras dan kasar, yang yan g menunjukk men unjukkan an betapa bet apa keras kepala kepal a dan bejat jiwanya.
A Y A T 49-50
"Maka, ketika ia telah menjauhkan diri dari mereka dan dari
yang mereka
sembah selain Allah, Kami anugerahkan kepadanya Ishâq dan Ya 'qûb. Dan masing-masing Kami angkat menjadi nabi. Dan Kami anugerahkan kepada mereka sebagian dari rahmat Kami dan Kami jadikan kata yang baik lagi tinggi.
mereka buah tutur
Surah Maryam [19]
Kelompok II Ayat 49-50
469
Setelah meminta izin secara baik-baik kepada orangtuanya dan
mengucapkan selamat tinggal tinggal serta serta mengharapkan yang baik-baik bagi dirinya dan mereka, Na i Ibr âhîm as. mela ksan akan ketetapannya untuk meninggalkan orangtuanya dan agama yang dianutnya. Maka, ketika ia telah menjauhkan diri dari mereka dan dari
yang mereka sembah selain Allah,
Kami memuliakan dan melimpahkan nikmat kepadanya antara lain Kami anugerahkan kepadanya Ishâq setelah sekian lama ia berharap, bahkan ketika
ia telah mencapai usia lanjut dan istrinya telah diyakininya mandul. Dan Kami anugerahkan juga kepadanya cucu yaitu Ya'qûb. Dan masing-masing
dari anak dan cucunya Kami angkat menjadi nabi. Dan bukan hanya terbatas di sana, tetapi Kami anugerahkan juga kepada mereka semua, sebagian dari rahmat Kami, yakni aneka kebaikan duniawi dan d an ukhrawi, dan Kami jadikan mereka buah tutur kata, yakni kenangan abadi yang baik lagi tinggi sehingga
semua pihak hormat dan mengagungkan beliau dan anak cucunya. Kata
lisan pada mulanya berarti lidah. Lidah adalah alat untuk
ucapan. Da Dari ri sini, kata tersebut tersebut berarti lisan itu disifati disifati dengan kata
JJU?
sesuatu yang terpuji, maka ( < J J U
yang diucapkan; selanjutnya karena
shidqlbenar, sedang kebenaran merupakan lisâna shidq diartikan buah tutur
khususnya penganut peng anut kata dan pujian yang diucapkan, yakni oleh banyak orang, khususnya agama-agama samawi.
atas tidak menyebut N ab i Ismâ'îl Ayat di atas
yang juga merupakan putra
Nabi Ibrâhîm as. Hal ini agaknya disebabkan Nabi Ibrâhîm as., ketika
meninggalkan kaumnya ini, belum dikaruniai anak dari Hâjar as. yang ditinggalnya di Mekkah. Ia meninggalkan kaumnya bersama istrinya Sârah
as., ibu Nabi Ishâq as. Ini berarti Sârah ikut berhijrah karena Allah dan suaminya sehingga anugerah yang disebut di sini adalah yang yan g berkaitan denga Nabi Ibrâhîm as. dan istrinya itu. Ayat ini tidak menyebut sesuatu yang,
boleh jadi, dapat mengeruhkan—sedi kit atau banyak—sala banyak —salah h seorang seoran g yan terlibat dalam hijrah itu, dalam hal ini termasuk Sârah
sisi lain, Ishâq
selalu bersama Nabi Ibrâhîm as., demikian juga cucu beliau, Ya'qû b as.; berbeda dengan Ismâ'îl
yang yan g ditinggal jauh dari ayahnya di Mekkah Mekk ah sana.
tempat lain, ditemukan juga uraian tentang Nabi Ismâ'îl as. secara terpisah dengan Na bi Ibrâhîm, Ishâq, serta Ya'qûb
Bacalah misalnya QS
70
Surah Maryam [19]
Shâd [38] 45 dan
B a c a juga
Kelompok II Ayat 49-50
al-An'âm [6] 84 dan 86 serta pandangan
al-Biqâ'i yang penulis uraikan ketika menafsirkannya.
Anugerah yang dipero diperoleh leh Nab N ab i Ibrâhîm
mencakup anugerah duniawi
dan ukhrawi antara lain keturunan yang saleh, kenabian dan bimbingan na ma baik bai k sepanjang masa. keagamaan, serta nama
KELOMPOK 4
AYAT 51-65
47
Surah Maryam [19]
s*
Kelompok
Surah Maryam [19]
Ayat 51-53
47
A Y A T 51-53
"Dan ingatkanlah di dalam al-Kitâb al-Kitâb tentang Mûsâ. Sesungguhnya ia adalah seorang yang dipilih
dan seorang Rasul dan Nabi.
memanggilnya memanggilnya
sebelah
dari
kanan
gunung
Dan Kami
Thûr dan Kami
telah telah
mendekatkannya kepada Kami Kami dengan munajat. munajat. Dan Kami telah anugerahkan kepadanya sebagian rahmat Kami yaitu saudaranya Hârûn Hârûn menjadi Nabi.
Setelah ayat yang lalu memerintahkan memeri ntahkan Na Nabi bi Muha Mu hamm mmad ad saw. untuk
mengingatkan tentang kisah Nabi Ibrahim
dan keturunannya, yakni Ishâq
dan Ya'qûb as., ayat ini memerintahkan beliau untuk menyinggung tentang Nabi Mûsâ
karena Mûsâ adalah Nabi yang paling mulia di antara
keturunan Nabi Ishâq
Ya'qûb as.
Ayat in berpesan kepada Nabi Muhammad saw. bahwa: Dan ingatkan
serta ceritakan-^?// juga, wahai wahai Nabi Muhamma d, kepada umatmu apa yang terdapat dalam al-Kitâb,
yakni al-Qur'an, tentang kisah Nabi Mûsâ.
Sesungguhnya ia adalah seorang yang dipilih oleh Allah lagi tulus hati
kepa da Bani Isrâ'îl, Isrâ'îl, dan Nabi yang jiwanya, dan seorang Rasul yang diutus kepada tinggi kedudukannya. Ia telah Kami pilih dan Kami telah memanggilnya dari sebelah kanan gunung Thûr dalam perjalanannya menuju
ketika itulah Kami angkat ia menjadi Nabi mendekatkannya
Rasul
Mesir dan Kami telah
kepada Kami, Kami, yakni memuliakannya, dengan
munajat,
yakni berbicara kepada Kam i tanpa perantara. Dan Kami telah anugerahkan kepadanya sesuai permintaannya sebagian rahmat Kami guna mendukungnya
dalam tugas-tugasnya yaitu saudaranya Hârûn yang jug a telah telah Kami Ka mi angkat menjadi seorang Nabi.
persamaan antara Nabi Ibrâhîm keadaannya pada ayat yang lalu
s. yang diceritakan sekelumit
Nabi Mûsâ as. Kedua Nabi tersebut
menghadapi penguasa masanya yang mengaku Tuhan serta bermaksud Nabi bi Mû â as. sungguh sung guh lebih ajaib ajaib karena penyelamatannya penyelamatann ya dari Keadaan Na pembunuhan Fir'aun justru dilakukan—tanpa dilakukan—tanp a disadari—oleh Fir'aun sendiri, sendiri,
474
Surah Maryam [19]
Kelompok
Ayat 51-53
yakni dengan memeliharanya di istana setelah dipungut oleh istrinya yang menemukan Mûsâ terapung. Kata
UaJb# mukhliskan atau dalam bacaan lain mukhlashan terambil
dari kata ( jp ^à-\
) al-khulush, yakni sesuatu yang murniyang tidak bercampur
dengan selainnya. Keikhlasan menyangkut sesuatu adalah melakukannya
dengan sempurna tidak bercampur dengan kekurangan sedikit pun. Dalam konteks ibadah adalah melakukannya karena Allah dan tidak bercampur dengan sesuatu motif mot if apa pun selain-Nya. selain -Nya. Seorang Seoran g yang dipilih Allah swt. swt. sehingga menjadi mukhlash adalah ia yang tidak ada sedikit pun dari niat,
aktivitas, dan dirinya untuk selain Allah swt. Ini disebabk diseb abkan an seluruh cintanya telah ia curahkan kep ada ad a Allah dan Allah pun mencurahka menc urahkan n aneka anek a nikma n ikma sehingga:
hubungan harmonis dengan Allah swt. melalui zikir, sambil menunaikan hak-hak-Nya. Ia memandang kepada-Nya dengan mata hati, maka tatkala berucap, berucap , den gan Allah ia, ia, tatkala berbicara, be rbicara, demi d emi Allah ia, tatkala bergerak, atas perintah Allah ia, ia, tatkala tatkala diam, dia m, bersama bers ama Allah ia Sungguh, dengan, demi, de mi,
dan bersama bers ama Allah ia selalu." Kata yang digunakan ayat ini ada yang membacanya mukhlasan, ad juga yang membacanya mukhliskan, yang pertama bermakna dipilih oleh
da n ini sejalan dengan den gan Allah swt. dan
firman firman-Ny -Nya: a:
"Wahai Mûsâ sesungguhnya Aku memilihmu (melebihkanmu dari manusia yanglain) untuk membawa membawa risalah-Ku risalah- Ku dan untuk berbicara langsungdenganKu, sebab itu berpegang teguhlah kepada apa yang Aku berikan kepadamu dan hendaklah engkau termasuk termasuk orang-orang yang bersyukur" (Q S. al-A'râf al-A'râf
144 ). Sedang bila bila dibaca mukhliskan, ia berma kna seorang yang ikhla dan tulus dalam ibadah dan ketaatannya kepada Allah swt. Kata
dari kata (
«LpU
nâdainâhu terambil dari kata (
) nâdâ yang terambil
an-nadâ yaitu suara yang jauh.
Dari sini, kata tersebut
diartikan dengan suara yang keras yang menjadikan orang yang jauh dapat mendengarnya. Maka dari sini lahir makna memanggil dengan suara yang
Kelompok
Ayat 51-53
Surah Maryam [19]
475
keras. Yang dimak di maksud sud oleh ayat ayat ini adalah firm firman an Allah All ah kepada kep ada Nab i Mû
dalam QS . al-A'râf 7] 144 yang telah telah dikutip di atas.
jjLh
Kata
ath-thûr adalah nama sebuah gunung yang juga dikenal
dengan nama Thûr Sinâ 'berlokasi antara wilayah Mesir dan Palestina. Kata
ùf.
percakapan
te ramb mbil il dari da ri kata ka ta ( najîyyan tera
\
al-munâjât
yaitu
b ahwa apa yang disampai dis ampaikan kan Allah rahasia. Ia mengilustrasikan bahwa
swt. swt. kepada Na Nabi bi Mû sâ
adalah sesuatu sesuatu yang tidak disampaika di sampaikan-Nya n-Nya kepad
selain Mûsâ, sama dengan sesuatu yang dirahasiakan oleh dua pihak yang sangat akrab. Dengan demikian, kata tersebut mengesankan keakraban dan
keharmonisan hubungan, layaknya dua pihak yang saling membisikkan rahasia kepada temannya. kisah Mûsâ Mû sâ Secara lebih terperinci kisah
dan munajat itu diuraikan al-Qur'an
antara lain dalam QS . al-Qashash. al-Qashas h. Nabi Mûsâ
bermohon bermo hon kepada kepa da Allah agar menjadikan Hârûn sebagai
yan g mendukung men dukung usahanya usahanya menyebarkan agama a gama (baca QS wazir (pembantu) yang Thâhâ [20]: 2 9 - 3 2 ) . Per mohonan mohon an tersebut dikab ulkan Allah, Alla h, lalu atas kehendak dan ketetapan-Nya, Yang Mahakuasa itu mengangkat Hârûn sebagai Nabi. Nab i. Pengangkat Pengangkatan an sebagai nabi itu bukanlah atas permintaan Nabi Mûsâ
karena beliau tidak bermohon ber mohon kecuali kecuali menjadikan menjadikan Hârûn sebagai
pemb antu. u. Na Nabi bi Mû â as. bermohon berm ohon kepada kepa da Allah swt. swt. agar wazir, yakni pembant Nabi bi Mû sâ beliau dibantu oleh Hârûn karena lidah Na Nabi Mûsâ
tidak sefasih Hârûn.
dibesarkan dalam lingkungan istana Fir'aun yang menggunakan
bahasa Mesir, sedang beliau diutus kepada Banî Isrâ'îl yang menggunakan bahasa Ibrani. Ini bukan berarti Nabi Mûsâ
tidak dapat berbahasa Ibrani,
hanya saja beliau tidak sefasih sefasih Hârû Hâ rûn. n. membeda kan antara rasul rasul dan nabi dengan berkata bahwa Banyak ulama membedakan rasul adalah seorang yang mendapat wahyu Ilahi dan bertugas menyampaikannya kepada masyarakat, masyarakat, sedang nabi adalah dia yang mendapat mendap at wahyu tetapi tidak berkewajiban menyampaikannya. Penggabungan kedua kata itu di sini—menurut sin i—menurut mereka—adal merek a—adal ah untuk menggambarkan betapa wahyu Ilahi dan penugasan-Nya demikian kukuh tersandang tersandan g bagi nabi dan rasul dimaksud.
Surah Maryam [19]
47
Kelompok
Ayat 54-55
A Y A T 54-55
"Dan ingatkanlah ingatkanlah di dalam al-Kitâb tentang Ismâ 'U Sesungguhnya ia adalah seorang yang benar janjinya, dan ia adalah seorang s eorang Rasul dan Nabi. Dan ia
menyuruh keluarganya shalat dan zakat, dan ia di sisi Tuhannya adalah seorang yang diridhai. "
ayat-ayat 41 50 yang lalu, telah telah disebutkan tentang Na Nabi bi Ibrâhîm Pada ayat-ayat bersama bers ama putranya, yakni Ishâq dan cucunya yaitu Ya'qûb, tanpa menyebut Ismâ'îl as. Nah, di sini Ismâ'îl disebut secara khusus, terpisah dari Nabi
Ibrâhîm as., untuk mengisyaratkan bahwa mereka dipisahkan tempat tinggalnya. Na Nabi bi Ibrâhîm
di Palestina Palestina sedang Na Nabi bi Ismâ'îl Is mâ'îl
di Mekkah.
dan sisi lain—tulis al-Biqâ' i—ada juga persamaan antara Nabi Ismâ'îl yaitu dalam hal bukti keagungan mereka di sisi Allah. Nabi Nabi Mûsâ telah dihanyutkan dan men m enga gapung pung di air air,, sedang Mûsâ as. selamat walau telah Nabi Ismâ'îl
selamat pula dengan memancar mem ancarnya nya melalui beliau air ZamZa m-
Zam. Ayat ini kembali melanjutkan perintah kepada Nabi Muhammad saw.
dengan menyatakan: Dan ingatkanlah serta ceritakan juga, wahai Nabi Muhammad, apa yang terdapat dalam al-Kitâb, yakni al-Qur'an, tentang Ibrâhîm. Sesungguhnya ia adalah seorangyang kisah Nabi Ismâ 'îl putra Na bi Ibrâhîm. benar anjinya, baik terhadap Allah maupun ma upun manusia man usia dan terhadap dirinya adalah seorang Rasul kepada kaumnya, yakni Jurhum yaitu sendiri, dan ia adalah
bert empat tinggal/beras tinggal /berasal al dari Yaman, dan ia juga salah satu suku Arab yang bertempat adalah seorang Nabi yang memiliki kedudukan yang y ang tinggi. Dan ia senantiasa menyuruh keluarganya melaksanakan shalat dan menunaikan zakat, dan ia
—karena na ketepatan janji dan keikhlasannya— keikhlasan nya— adalah seorang di sisi Tuhannya—kare yang diridhai oleh Allah swt. swt. dan manusia. manus ia.
Ad yang berpendapat bahwa yang dimaksud dengan Ismâ 'îl oleh ayat
ini bukanlah Nabi Ismâ'îl as. putra Nabi Ibrahim as., dengan alasan kalau meman g beliau yang dimaksud tentu penyebutannya tidak akan dipisahkan dengan uraian tentang ayah beliau, yakni Nabi Ibrâhîm as., yang pada pad a aya
Kelompok
Surah Maryam [19]
Ayat 54-55
477
dan 50 telah disebut secara khusus bersama bersa ma putra dan cucunya. Demikian antara lain tulis tulis Thab âthab â'i. â' i. U la ma beraliran beraliran Syi'ah Syi' ah itu men dukun pendapat penda pat yang yan g menyatakan bahwa Ismâ'îl yang dimaksud dima ksud oleh ayat ayat ini adalah Ismâ'îl Ibn Hazqîl, salah seorang Na Nabi bi Banî Isrâ'îl. Thabâthabâ'i menegaskan
bahwa hanya kedua ayat di atas yang berbicara tentang putra Hazqîl itu. atas, penulis telah telah kemukakan kemuka kan bahwa b ahwa pemisahan pemi sahan penyebutan nama na ma Ismâ 'îl as. dari Na bi Ibrahim Ib rahim as. adalah isyarat isyarat tentang keterpisahan Nabi Ismâ'îl tempat kediaman mereka; Nabi Ibrahim Nabi bi Ibrahim Ibrahim sisi lain, putra Na
di Palestina Palestina dan Ismâ'îl Ismâ'î l di Mekah.
itu dis inggung ing gung secara khusus oleh ayat ini
untuk menunjukkan keutamaan beliau, apalagi beliau adalah kakek dari satu umat besar, yakni orang-orang orang- orang Arab. Jika kita beralasan beralasan bahwa bahwa pemis p emisahannya ahannya adalah bukti bahwa yang dimaksud bukanlah Nabi Ismâ'îl as. putra Nabi Ibrahim as., itu bukan
hanya pad p adaa ayat ini ini
Hazqîl itu disebut—
seperti seperti tulis tulis Thabâthabâ' Thabâtha bâ'i—kar i—karena ena sekian ayat ayat yang lain yang menyebut nam Ismâ'îl terpisah dari ayahnya. Bacalah misalnya ayat-ayat 83 sampai dengan 86 dalam QS. al-An'âm. Di sini pun terjadi pemisahan. Setelah menyebut
nama na ma Na Nabi bi Ibrâhîm as., as ., Ishâq, dan Ya'qûb, Ya' qûb, dilanjutkan dengan menyebut nama sebelas orang nabi yang y ang lain, sebagian di antaranya sesudah masa Nab Ismâ'îl, baru setelah itu nama putra Nabi Ibrâhîm
yang nyaris disembelih
itu disebut. Sekali lagi, seandainya pemisahan penyebutan nama dijadikan bahwa Ismâ'îl Ismâ'î l yang dimaks ud bukan putra Nabi alasan untuk menyatakan bahwa Ibrâhîm as.—seperti tulis Thabâthabâ'i—tentu saja Ismâ'îl yang disebut Ibrâhîm as., padahal dalam surah al-An'âm itu pun bukan juga putra Nab i Ibrâhîm Thabâthabâ'i menyatakan bahwa hanya sekali Ismâ'îl putra Hazqîl yang disebut dalam al-Qur'an. a l-Qur'an. Nabi Ismâ'îl
dinamai oleh ayat di atas sebagai ( J I P J J I J à U ?
shâdiq
al-wa'di, yakni seseorang yang ciri utamanya adalah pemenuhan janji.
Ini
antara lain terlihat dalam kesungguhannya menepati janji untuk sabar dan tabah dalam melaksanakan perintah Allah, terutama dalam perintah-Nya kepada ayahnya agar ia disembelih. Yang berpendapat bahwa Ismâ'îl dimaksud adalah putra Hazqîl Hazq îl menyebut satu riwayat riwayat yang yan g menyatakan bahwa beliau
pernah berjanji berjanji bertemu deng an seseor ang di tempa
tertentu tanpa
menentukan waktu yang tepat sehingga Ismâ'îl putra Hazqîl itu terpaksa
Surah Maryam [19]
47
Kelompok
Ayat 56-57
menungg men unggu u setahun setahun lamanya sampai pertemuan itu terlaksana demi menepati janjinya.
Hal yang mirip pernah terjadi pada diri Nabi Muhammad saw. yang sepakat bertemu dengan beberapa orang di Ka'bah, tetapi yang dinantikan
tidak datang d atang sehingga beliau terpaksa menanti tiga hari lamanya sampai yang dinantikan datang dan meminta maa m aaff atas atas keterlambatannya. keterlambatannya. Mema ng, menepati janji dan tepat waktu merupakan salah satu ciri manusia beradab. pa da tempatnya, tempatnya, penghormatan penghor matan yang wa waja jarr terhadap wanita, serta Harga diri pada menepati janji adalah tiga ciri ciri utama dari seorang yang dinamai din amai gentle.
A Y A T 56-57
"Dan ingatkanlah di dalam al-Kitâb al-Kitâb tentang Idris. Sesungguhnya ia adalah shiddîq dan seorang Nabi. Dan Kami telah mengangkatnya ke martabat yang
tinggi.
mengurai kan tentang tenta ng Nabi Na bi Ismâ'îl as., kini diuraikan tentang Setelah menguraikan Nabi Idris
Al-Biqâ'i menggarisbawahi persamaan antara keduanya yaitu
bahwa Na bi Ismâ'îl
ditempatkan di tempat yang tertinggi di bumi yaitu
Mekkah. Beliau juga adalah adalah Na Nabi bi pertama yang menggunakan panah, pan ah, sedang Nabi Idrîs as. juga ditempatkan di tempat yang tinggi dan beliau adalah
orang pertama yang mengetahui tentang ilmu perbintangan, berhitung dan menulis, serta menjahit pakaian. Ayat di atas atas memerintahkan Nab i Muh am ma d saw. saw. bahwa: Dan ingatkanlah serta ceritakan jugalah, wahai wahai Nabi Muhammad, Muhamma d, kepada umatmu umat mu
ap yang terdapat di dalam al-Kitâb, yakni al-Qur'an, tentang kisah Nabi Idrîs. Sesungguhnya ia adalah seorang shiddîq dan seorang Nabi yang tinggi
kedudukannya. Dan Kami telah mengangkatnya ke martabat yang tinggi, yakni pasti akan menempatkanny menempatk annyaa di surga. Banyak ulama ulam a yang ya ng merujuk ke Perjanjian Perjanjian Lama menganggap mengangga p Nabi Idrîs
sebagai kakek dari ayah Na Nabi bi Nû h as. a s. Di sana, beliau beliau dinamai dina mai Henok Hen okh. h.
Kelompok
Ayat 56-57
Surah Maryam [19]
479
Nabi Nûh as., menurut Perjanjian Lama, adalah anak Lamekh, putra
Metusalah putra Hen okh (baca Kejadian V: 2 1 - 2 6 ) . Agaknya, orang-orang Arab atau al-Qur'an menamainya menamain ya ( j^ijil (
mengamb il dari kata Idris dengan mengambil
darasa/belajar. Boleh jadi karena beliau adalah orang pertama yang
mengenal tulisan atau orang yang banyak belajar belajar dan mengajar. mengajar. Kono Ko non, n, orangora ngorang Yunani dan orang Mesir menamainya menamainy a Hurmus, Hurm us, ada juga yang berkata bahwa bahwa orang Mesir menamainya menamain ya T t. Sayyid Quthub menduga Idrîs
adalah Uzuris, salah satu tokoh Mesir Mes ir
kuno. Penamaannya dengan Idrîs—menurut Idrî s—menurut dugaa Sayyid—adalah menurut lidah Arab, sama sa ma seperti halnya Yahya bagi Yohanes. Tokoh Tok oh Uzuris dipercaya sebagai tokoh yang naik ke langit dan hidup di sana. Namun demikian, Sayyid Quthub—yang menguraikan hal ini—tidak memastikan hal tersebut
dal am saat yang sama tidak menolaknya. menola knya. walau dalam Firman-Nya: ( Qp
\j\£j>
ataëj j
tua rafa'nahu makanan
'aliyyanIKami
telah mengangkatnya ke martabat yang tinggi dipahami dalam arti diangkat
ke kedudukan yang tinggi. Sementara ulama memahaminya dalam da lam arti hakiki, yakni Allah mengangkatnya ke langit, seperti keyakinan sementara mereka yang berpendapat bahwa 'Isa as. hingga kini hidup di langit. Pendapat menyangkut kehidupan Nabi Idrîs
di langit itu tidak memiliki dasar das ar yan
kuat. Ini agaknya bersumber dari Perjanjian Lama (Kejadian V: 24) 24 ) yan menyatakan bahwa: "Henokh hidup bergaul dengan Allah lalu ia tidak ada lagi sebab ia telah diangkat oleh Allah." Memang, ada juga riwayat yang
dikutip oleh al-Biqâ'i yang menyatakan menyatakan bahwa bahwa Nabi Na bi Idrîs
berteman dengan
malaikat maut. Beliau Bel iau meminta memin ta agar malaikat itu memperlihatkan kepadanya kepada nya surga dan neraka. Permintaannya dikabulkan. Idrîs pingsan ketika melihat
neraka, tetapi ketika ke tika melihat surga dan memasukin mema sukinya ya ia enggan engg an kelua keluar. r. Allah pun memperkenankannya untuk tidak keluar. keluar. Riwayat yang disinggung disin ggung oleh beberapa pakar tafsir ini, dan diriwayatkan oleh ath-Thabarâni melalui Ummu Salamah, nilainya sangat lemah. Dal D alam am rangkaian perawinya perawinya terdapat seorang
yang bernama Ibrâhîm Ibn Abdullâh al-Mashishi yang dinilai oleh ulama hadits hadits sebagai seorang pembo pem bohong hong dan yang ya ng riwaya riwayatnya tnya harus harus ditinggalkan. di tinggalkan.
48
Surah Maryam [19]
A Y A T 58
Kelompok IV Ayat 58
.
"Mereka itu adalah yang telah diberi nikmat oleh Allah, yaitu
para nabi
dari
Kami angkat bersama Nuh, dan keturunan Adam, dan dari orang-orang yang Kami dari keturunan Ibrâhîm dan Isrâ'îl, dan dari orang-orang yang telah Kami
tunjuki dan telah Kami Kami pilih. Apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat ay at-ayat ar-Rahmân mereka sujud dan menangis.
Setelah ayat-ayat yang yan g lalu menyebut menye but nama na ma sepuluh orang oran g tokoh toko h dengan deng an keistimewaan yang yan g beraneka ragam, raga m, ayat ini menunjuk tokoh-toko toko h-tokoh h tersebu dengan menyatakan bahwa mereka itu yang sungguh sungg uh tinggi kedudukanny di sisi Allah swt. adalah orang-orang yang telah diberi nikmat duniawi dan ukhrawi oleh Allah, yaitu para nabi dari keturunan Nabi Adam, yakni Nabi Idris, dan dari keturunan orang-orang yang Kami angkat, yakni selamatkan, bersama Nabi Nû
melalui bahtera yang dibuat dib uat oleh Na i Nuh ketika terjadi terjadi
topan dan banjir besar, yakni Ibrahim as., dan juga dari keturunan Nabi Ibrahim as., seperti Ismâ'îl, Ishâq, dan Ya'qûb, dan dari keturunan Isrâ'îl,
yakni Nab i Ya'qûb as., seperti seperti Mûsâ, Mûs â, Hârû n, Zakariyyâ, Yahyâ, Yahyâ, dan 'îsâ 'î sâ as., dan di antara orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah selain para
nabi itu adalah dari orang-orangyang telah Kami tunjuki, yakni mereka yang telah telah Allah anugerahi anugerahi kema mpuan melaksanakan kandungan petunjuk-Nya, melak sanakan an tugas-tugas suci, baik mereka itu dan telah Kami pilih untuk melaksanak termasuk kelompok shiddîqîn, seperti Maryam as., maupun syuhadâ' yang tidak terhitung banyaknya. Mereka itu semua apabila dibacakan kepada mereka atau apabila mereka mendengar ayat-ayat ar-Rahmân Allah Yang Maha
Pemurah, atau melihat tanda-tanda kebesaran-Nya, maka mereka menyungkur sujud tunduk lagi patuh dan menangis dengan penuh kekhusyukan serta
kerinduan kepada-Nya. Ketika menafsirkan ayat ketujuh surah al-Fâtihah tentang jalan orang-
orang yang Allah anugerahi nikmat, penulis antara lain mengemukakan bahwa: Ni'mah, yakni nikmat, adalah kesenangan hidup dan kenyamanan yang sesuai dengan diri manusia. Nikm at menghasilkan suatu kondisi yang
Kelompok
Surah Maryam [19]
Ayat
481
menyenangkan serta tidak mengakibatkan hal-hal yang negatif, baik material maupun immaterial. K a t a ini mencakup menca kup kebajikan dunia duniawi wi dan ukhrawi. Sementara Sementa ra ulama ul ama menyatakan menyata kan bahwa b ahwa pengertian pengerti an asalnya berarti "kelebihan" atau "pertambahan". Nikm Ni kmat at adalah sesuatu yang baik dan berlebih berlebih dari apa yang telah dimiliki sebelumnya. Nikma Ni kmat-n t-nik ikmat mat Allah beraneka ragam dan bertingkat-tingkat, baik dari dari segi kualitas maupun kuantitasnya. Ada yang memeroleh tambahan yang
banyak ada yang sedikit. Ada tambahan yang sangat bernilai ada pula yang relatif relatif kurang K a t a ni'mah yang dimaksud oleh ayat ini adalah nikmat yang paling pal ing bernilai, yang yan g tanpa tan pa nikmat itu nikmat-nik nikmat- nikmat mat lainnya tidak akan mempunyai nilai yang berarti, bahkan dapat menjadi niqmah, yakni bencana. Nikmat tersebut adalah "nikmat" memeroleh hidayah Allah serta ketaatan kepada Allah dan Rasul Ra sul -Nya. -Ny a. Nikma Ni kma t Islam Isl am dan penyerahan penyerahan diri kepadaNya.
Firman-Nya: ( l~»r-(j
UjOA
2)
mimman hadainâ wa ijtabainâ/dan dari
orang-orang yang telah Kami tunjuki da
telah Kami pilih mencakup tokoh-
tokoh selain para nabi, antara lain seperti Maryam as. yang disebut secara dal am rangkaian rangkai an ayat ini, serta serta para pahlawan pembela pemb ela kebenaran dan tegas dalam orang-orang orang-or ang yang menonjol kesaleh kesalehannya. annya. Dengan Deng an demikian, ayat ini bertemu dengan ayat dalam surah an-Nisâ'
69 yang menyebut secara tegas empat
kelompok kelomp ok manusia manusi a yang dianugerahi dianugerahi nikmat ole Allah. Yakni firman-Nya:
d L j j «ii^iijl
i%?&Z
"Dan barang siapa yang mentaati Allah dan Rasul (-Nya), mereka itu akan
bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu: para nabi, para shiddîqîn, para syuhada orang-orang saleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya"(Q .
an-Ni sâ' [4]: [4] : 69 ).
Ayat di atas membagi manusia yang dianugerahi nikmat oleh Allah
menjadi empat kelompok yaitu: (1) Dzurriyyah Adam/keturunan Bandingkan dengan tafsir QS al-Fâtihah [1]
dalam volume
Adam,
halaman 83-86.
Surah Maryam [19]
48
Kelompok
Ayat 58
Mimman hamalnâ hamalnâ ma'a Nuh/dari orang-orangyang Kami angkat bersama Nuh, (3) Dzurriyyah Ibrâhîmlketurunan
Ibrâhîm dan (4) Isrâ'îl/keturunan
Isrâ'U.
Timbul pertanyaan, mengapa pembagian di atas demikian padahal yang disebut pada kelompok empat telah masuk dalam kelompok ketiga, demikian juga yang disebut pada kelompok ketiga telah termasuk dalam kelompo kel ompok k kedua, kedua, demikian seterusnya. seterusnya. Bukankah keturunan keturunan Isrâ'îl termasuk dalam keturunan Nabi Ibrâhîm as., dan keturunan Nabi Ibrahim as. telah
as., sedang mereka yang berada dalam dala m perahu perahu itu adalah keturunan keturunan Na Nabi bi Adam Ad am as.?
masuk dalam siapa yang diangkat Allah dalam perahu Na bi N
Thabâthabâ Thabâ thabâ'i 'i menjawab pertanyaan pertanyaan di atas dengan menyatakan bahwa penyebutan empat kelomp kel ompok ok seperti seperti terbaca itu adalah untuk mengisyaratkan turunnya nikmat kebahagiaan dan berkat kenabian kepada umat manusia dalam empat tahap dan yang disebut oleh al-Qur'an di empat tempat, yaitu: Pertama:
al-Baqarah [2] 38, 38 , yang ditujukan ditujukan kepada kepa da semua manusi
melalui melalui Nabi Na bi Adam as., di mana ma na Allah berfirman:
"Turunlah kamu semua dari surga! Kemudian jika kepadamu, maka barang
datang
siapa mengikuti petunjuk-Ku,
petunjuk-Ku petunj uk-Ku
niscaya tidak ada
kekhawatiran atas mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati.
[11 ]: 48 . Ayat ini ini berbicara berbicara tentang tentang N abi N h as. Kedua: QS . Hû d [11]: setelah banjir besar surut. Di sana difirmankan:
"Wahai Nuh, turunlah dengan selamat sejahtera dan penuh keberkahan dari Kami atasmu dan atas umat-umat
(yang mukmin) dari orang-orang yang
bersamamu. " Ketiga: QS . al-Ha al -Hadi did d [57] [5 7]:: 26, 26 , yaitu
firm firman an-N -Nya ya
Kelompok
Surah Maryam [19]
Ayat 59-61
483
"Dan sesungguhnya Kami Kami telah mengutus Nûh dan Ibrahim dan Kami Kami jadikan kepada keturunan keduanya kenabian dan al-Kitâb, maka di antara mereka
ad yang menerima petunjuk dan banyak di
antara mereka fasik.
Keempat: QS . al-Jâtsiyah al-Jâtsiyah [45]: [45 ]: 16.
"Dan sesungguhnya telah Kami Kami berikan kepada Banî Isrâ 'îl al-Kitâb (Taurat), kekuasaan dan kenabian dan Kami Kami berikan kepada mereka
rezeki-rezekiyang
baik dan Kami Kami lebihkan mereka atas bangsa-bangsa (pada masanya). "
Demik Dem ikia ian n terlihat terlihat empat empa t kali kali ayat-ayat di atas berbicara tentang anugerah nikmat Allah berupa petunjuk petunjuk dan kenabian yang dilimpa dil impahkan-N hkan-Nya ya kepada umat manusia sebelum datangnya limpahan anugerah-Nya yang terbesar melalui Nabi Muhammad saw. Empat kelompok yang disebut oleh ayatayat yang dikutip ini sejalan dengan denga n empat e mpat kelo ke lompo mpok k yang yan g disebut diseb ut oleh ayat yang ditafsirkan di atas, yaitu: (1) Para nabi dari keturunan Adam, (2) Dari orang-orangyangKam orang-orangyan gKamii angkat bersama Nûh, (3) Dari keturunan Ibrâhîm
dan, (4) Dari keturunan Isrâ 'îl. yang dikemukakan ini mendukung apa yang penulis kemukakan di atas tentang makna yang telah diberi nikmat oleh Allah, yakni bahwa nikmat
dimak sud adalah nikmat bimbingan bimbi ngan agama sert sertaa ketaat ketaatan an kepada Allah yang dimaksud swt. Nabi Muhammad saw. melaksanakan, bahkan menganjurkan pembaca
atau pendengar ayat ini agar sujud sebagai pertanda tunduk dan patuh kepadasambil meneladani mereka yang yan g telah telah diberi nikmat nik mat oleh Allah itu.
A Y A T 59-61
"Maka datanglah sesudah mereka, pengganti yang menyia-nyiakan shalat da
memperturutkan hawa nafsu mereka, maka mereka kelak akan menemui kesesatan. Kecuali yang bertaubat dan beriman serta beramal saleh, maka mereka itu akan masuk surga dan tidak dianiaya sedikit pun. Adn yang telah dijanjikan sekalipun gaib. Sesungguhnya
oleh ar-Rahmân
kepada
ia pasti akan ditepati. "
Surga-surga
hamba-hamba-Nya,
48
Surah Maryam [19]
Kelompok
Ayat 59-61
yan g lalu memuji generasi terdahulu, ayat-ayat di atas Setelah ayat-ayat yang mengecam sekelompok generasi yang datang sesudah mereka. Ayat ini menyatakan menyata kan bahwa: Sesuda h kepergian toko h-tokoh pilihan itu maka datanglah sesudah mereka, pengganti, yakni generasi-generasi yang buruk
sejarah kemanusiaan, yang menyia-nyiakan ibadah shalat, yakni tidak melaksanakannya sesuai yang diajarkan Allah melalui para nabi dan memperturutkan secara sungguh-sungguh hawa nafsu mereka sehingga mereka
bergelimang dalam aneka dosa maka mereka kelak di akhirat nanti akan menemui balasan kesesatan yang yan g mereka lakukan dala m kehidupan dunia
ini. Kecuali siapa yang bertaubat, yakni menyesali dosa dos a dan meninggalkann meningg alkannya ya sambil memohon ampun, dan beriman dengan iman yang benar serta
membuktikan keimanan mereka dengan beramal saleh, maka mereka itu akan masuk surga dan mereka itu tidak dianiaya oleh siapa pun dan tidak
juga dirugikan sedikit pun. Surga yang mereka huni itu adalah surga-surga 'Adnyang telah dijanjikan oleh ar-Rahmân Tuhan Yang Maha Ma ha Pemurah Pemurah kepada hamba-hamba-Nya
yang taat. Mereka percaya adanya surga itu, sekalipun
surga itu ketika mereka hidup di dunia gaib tidak tampak dan tidak mereka
lihat dengan mata kepala. Sesungguhnya ia, yakni janji Allah itu, pasti akan ditepati.
Kata
lâm
anak atau keturunan, tetapi sering kali dipahami dip ahami dala generasi "yang buruk". Adapun kata ( oU>lâm maka ia diartikan pengganti,
anak-
arti anak-anak atau
khalaf dengan fathah pada huruf
baik anak maupun bukan, dan pada
umumnya umumny a digunakan dig unakan dalam konteks konteks pujian. Kata
JPU>I
adhâ'û pada pa da mulanya berart menghilangkan, selanjutnya
maknanya berkembang menjadi menyia-nyiakan. Ini serupa dengan sesuatu yang sangat berharga kemudian diabaikan begitu saja sehingga hilang.
Pengabaian Pengaba ian itu adalah penyia-nyia penyi a-nyiaan an sesuatu yang yan g seharusnya diperhatikan. diper hatikan. Mengabaikan dan menyia-nyiakan shalat, mencakup sekian banyak peringkat,
dimulai dengan tidak melaksanakannya secara teratur sampai pada peringkat memperolok-olokkan memperolok-olokka n dan menilainya sebagai sesuatu yang tidak bermanfaat. Kata
Çp.
ghayyan berarti kesesatan dan kecelakaan. Sementara ulama
memaha mem ahami mi kata tersebut di sini dala
arti suatu lembah di neraka Jahanam.
Kelompok
Ayat 62-63
Surah Maryam [19] * 485
juga yang memahaminya dalam arti kesesatan jalan sehingga mereka
yang menyia-nyiakan menyia-nyiakan shalat akan menemukan menemu kan jalan kesesat kesesatan an dan dan jalan itulah kecelakaan. Apa Ap a pun makna mak na yang Anda pilih, yang mengantarnya kepada kecelakaan. yang jelas ayat ini bermaksud menggambarkan akhir perjalanan seseorang yang mengabaikan shalat yaitu kesesatan dan kecelakaan A Y A T 62-63
"Mereka tidak mendengar di sana yang tak berguna tetapi salam. Bagi mereka di sana rezeki mereka setiap pagi dan petang Itulah surga yang akan Kami wariskan kepada hamba-hamba Kami yang selalu bertakwa. "
Setelah ayat yang lalu menegaskan tentang kepastian kehadiran janji Allah, yakni surga, ayat ini melukiskan sekelumit dari dari kenikmatan yang diraih penghuni surga dengan menyatakan bahwa
tidak berucap, tidak juga
bertindak dan mendengar di sana, yakni di surga, perkataan dan sikap yang tak berguna, tetapi yang mereka dengar dan lihat hanyalah ucapan dan
perbuatan perbuatan yang mengandun
salam dan damai. Bagi mereka di sana rezeki
yang telah ditetapkan Allah sebagai imbalan yan g akan
peroleh
pagi dan petang, bahkan secara terus-menerus sepanjang masa setiap saat
mereka inginkan. Itulah surga yang akan Kami wariskan kepada hambahamba Kami yang selalu bertakwa dan mantap takwanya.
Kata (
laghwan terambil teramb il dari dari kata ( ^
laghâ yang berarti batal
atau seharusnya tidak terjadi. Informasi yang yan g Anda An da dengar dengar atau Anda An da baca dapat merupakan merupa kan informasi yang benar, dan ini ada yang positif, negatif, serius, dan canda. Boleh jadi juga informasi yang Anda dengar itu salah, dan ini
yang disengaja (bohong)
atau ada juga yang tidak disengaja (keliru). Selanjutnya, ada lagi informasi yang dinamai omon kosong. Ini ada a da yang dimengerti tetapi tidak berfaedah berfaedah dan ada juga yang tidak dimengerti sama sekali. J i k a Anda berkat berkata, a, "Da la kotak ini ada empat musyqarat", kalimat yang mengandung informasi ini tidak dapat dinilai benar atau keliru, tidak juga bohong, tetapi ia dinamai
Surah Maryam [19]
Kelompok
Ayat 62-63
omong kosong/tidak ada artinya karena Anda dan aku tidak tahu ap arti musyqarat.
Bahkan, jika Anda berkata, "Manusia adalah panas yang
mempunyai dua sudut" kalimat ini pun omong kosong, karena tidak dapat dimengerti dimengerti maksudnya maks udnya walau walau setiap kata yang yan g menghimp meng himpun un kalimat tersebut tersebut dapat dimengerti. Kalimat itu menjadi omong kosong setelah kata demi kata terangkai terangkai dalam kalimat yang tidak tidak dimengerti dimengerti dan tidak tidak dapat dap at dinyatakan sebagai benar atau salah.
Selanjutnya, sekian banyak informasi yang dapat dimengerti (bukan omong kosong dalam pengertian di a t a s ) , tetapi karena ia tidak mempuny memp unyai ai manfaat untuk diketahui, ia pun seharusnya tidak perlu didengar atau ditanggapi, atau ia pun masuk dalam kategori omong kosong. Inilah salah satu dari apa yang dinama dinama laghw. Informasi tentang nasib yang Anda An da baca bac a di koran atau majalah, walau dapat Anda mengerti, adalah salah satu contoh omon om on g kosong kos ong dalam pengertian ini karena para peramal nasib berbohong, berboh ong, walau informasi mereka benar. Membicarakan atau mendengar berita tentang orang lain yang tidak ada manfaatnya (gosip) juga dapat dimasukkan dalam kelompok omong kosong atau laghw karena Nabi saw. bersabda: "Salah satu ciri ciri baiknya keislaman seseorang adalah (upayanya) meninggal meni nggalkan kan apa yang bukan urusannya." u rusannya." Bahkan, Bahk an, informasi informasi atau anjuran anjuran yang baik dan benar benar tetapi disampaikan dalam situasi yang tidak tepat pun dinamai oleh Rasul saw. laghw. Beliau bersabda: " J i k a Anda berkata kepada teman Anda pada
hari Jumat saat khatib berkhutbah: 'Diamlah', Anda telah melakukan laghw, dan siapa yang melakukan laghw, tiada (pahala) Jumat baginya." Dalam riwayat lain dinyatakan bahwa Nabi saw. bersabda: "Sesungguhnya Allah telah telah mewajibkan mewajibkan sekian kewajiban kewajiban maka mak a janganla jan ganlah h kamu kam u menyia-nyiakannya; menyia-nyiakannya; telah melarang sekian banyak hal yang haram maka janganlah kamu melanggar larangan itu; Di a menetapkan batas-batas maka ja nganla melampauinya; Dia juga diam tidak menguraikan mengurai kan sekian banyak hal—bukan hal— bukan karena lupa —mak a janganlah mencari-ca mencari-carinya, rinya, yakni janga n memaksa dir
untuk melakukannya. melakukannya. Karena Di a Mahakasih Mahakasi h kepada kamu kam u maka terimalah/ terimalah/ laksanakanlah tuntunannya" (H (HR. R. ad-Dâraquth ad-Dâraquthni ni melalu melaluii Abu Tsa'labah alKhusyani, juga ath-Thabrâni melalui melalui Abu Abu ad- Dar dâ')
Kelompok IV Ayat 64-65
Surah Maryam [19] : 487
Demikianlah, di hari Kemudian nanti, penghuni surga tidak akan mendengar laghw/omong kosong dan tidak juga kebohongan (QS. an-Naba'
[ 7 8 ] : 35). Penggunaan Pengg unaan kata (
nûrits/Kami wariskan dalam uraian tentang
janji perolehan surga mengisyaratkan bahwa perolehan surga bukanlah karena
amal dan usaha manusia, tetapi semata-mata anugerah rahmat Allah swt. Bukankah warisan diperoleh tanpa upaya ahli waris tetapi semata-mata karena ketetapan hukum? Memang, tidak ada seorang pun yang masuk ke surga karena karena amalnya. Demikian sabda Na Nabi bi saw. ketika salah seorang sahabat Nabi Na bi
saw. bertanya: "Walau engkau wahai Rasul Allah?" Beliau menjawab: "Walau aku kecuali jika Allah menganugerahkan ra hmat-Nya kepadaku."
A Y A T 64-65
"Dan tidaklah kami turun, kecuali dengan perintah Tuhanmu. lah ap
yang ada di hadapan kita dan
Milik-Nya-
ap yang ada di belakang kita dan apa
yang ada di antara keduanya, dan tidaklah Tuhanmu Pelupa. Tuhan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya, maka sembahlah Dia dan berteguh hatilah dalam beribadah kepada-Nya. Apakah engkau mengetahui bagi-Nya sesuatu yang serupa?"
Berbeda-beda pendapat penda pat ulama tentang hubungan kedua ayat ayat ini dengan
ayat-ayat sebelumnya. Banyak ulama menjadikannya kelompok tersendiri ayat-ayat yang lalu. Mereka Mer eka meruj uk yang tidak berhubungan langsung dengan ayat-ayat ke riwayat yang menyatakan bahwa suatu ketika malaikat Jibril as. tidak datang kepada Nabi Muhammad saw., padahal ketika itu beliau sangat menantikan kedatangannya. Nah, ketika malaikat itu datang, Nabi Muhammad saw. bersabda kepadanya: kepada nya: "Alangka "Alangkah h baiknya jika engkau datang lebih sering dari yang ya ng selama ini." Maka, Mak a, turunlah ayat di atas memerinta memer intahkan hkan kepada malaikat Jibril
untuk menyampaikan bahwa kedatangannya adalah
(H R. Bukhâri dan at-Tirmidzi at-Ti rmidzi melalui Ibn A b b â s ) . atas perintah Allah semata (HR.
48
Surah Maryam [19]
Kelompok
Ayat 64-65
Thâhir Ibn 'Âsyûr berpendapat bahwa sabda Nabi itu beliau sampaikan kepada malaikat Jibril
setelah selesainya kisah para par a nabi yang disebut diseb ut dalam
surah ini sehingga ayat-ayat di atas langsung lan gsung ditempatkan ditempa tkan di sini. Al-Biqâ'i mengaitkan ayat ini dengan kandungan surah al-Kahf
sebelumnya. Di D i sana telah dikemukakan bahwa ada pertanyaan yang ya ng diajukan kepada Nabi Muhammad saw. yang beliau berjanji akan menjawabnya
besok—tanpa mengucapkan mengucapkan insyâ'Allah—sehingga jawabannya ditunda Allah dua minggu min ggu atau sekitar sekitar itu, dan ada a da juga pertanyaan tentang ruh yang tidak dijawab sesuai harapan penanya. Itu semua membuktikan bahwa dengan alhaq Allah menurunkannya menurunkanny a dan dengan al-haq ia turun, dan bahwa tidak
terdapat dalam kitab suci al-Qur'an sedikit kebengkokan pun (baca awal Nah, h, dari sinil ah—tulis ah—tulis al- Biq â'i—a â' i—a yat di atas turun al-Kahf). Na mengomentari mengomentari ucapan Nabi Muhamma
saw. kepada Jibril
ketika beliau
"En gkau u telah telah lambat datang da tang kepadaku, kepada ku, wahai wahai Jibril, sampai-sampai bersabda: "Engka aku bersangka buruk" (H R. Ahma d melalui Ibn Abbâs Abb âs ra.) Ayat-ayat di atas menyatakan bahwa: Dan tidaklah kami, yakni malaikat perintah dan Jibril, turun dari saat ke saat memba me mba wa wahyu, kecuali dengan perintah
restu Tuhanmu Yang memelihara dan membimbingmu, wahai Nabi mulia. Milik-Nya-lah
apa, yakni segala sesuatuyang
di hadapan kita, baik tempat,
waktu atau apa pun, dan apa yang ada di belakang kita dari tempat dan waktu itu dan apa yang ada di antara keduanya termasuk diri kita semua, dan tidaklah Tuhanmu, wahai Nabi Muhammad, yang selalu memelihara
dan membimbingmu itu Pelupa, termasuk Dia tidak lupa untuk menyampaikan menyampai kan bimbing bi mbingan an dan jawaban terhadap terhadap pertanyaan-pertanya pertanyaan-pertanyaan an yang diajukan kepadamu. Tuhanmu itulah Tuhan Pencipta yang memiliki, s eluru jagad raya dan apa menguasai, dan mengatur langit dan bumi, yakni seluru yang ada di antara keduanya, keduany a, maka sembahlah Dia karena hanya Dia yang
wajar disembah dan bersabar dan berteguh hatilah, "bermujâhadah" sekuat tenaga dan dan pikiranmu pikir anmu dalam beribadah kepada-Nya. Karena, Karena , tidak ada ad a selai Di yang patut disembah dan diberi sifat dan nama seperti nama-nama-Nya
Yang Mahaindah. Apakah engkau mengetahui bagi-Nya sesuatu yang serupa
dan yang patut disembah. Pasti engkau tidak mengetahui karena memang 15
tidak ada yang sama dengannya.
Kelompok
Surah Maryam [19]
Ayat 64-65
489
sampi sam ping ng penafsiran penafsiran di atas, ada juga beberapa ulama, antara lain azZamakhsyari, demikian juga pengarang pengar ang tafsir tafsir al-Muntakhab,
yang disusun
oleh beberapa pakar tafsi tafsirr Mesir, berpendapat berpe ndapat bahwa ayat-ayat ayat-ayat di atas atas adalah ucapan para penghuni surga itu ketika mereka memasuki dan da n menetap di sana, yakni mereka berkata sambil memuji Allah bahwa, "Kami tidak akan
masuk mas uk ke surga dan tidak akan berpindah-pindah berpinda h-pindah di dalamnya dari dari satu tempat tem pat ke tempat temp at yang lain, kecuali dengan deng an perintah Allah All ah dan karuni kar unia-N a-Nya. ya. Sesungguhnya Allah adalah Maharaja dan Maha Pengatur lagi Maha Mengetahui masa depan dan masa lalu kami serta apa yang terjadi di antara keduanya. Allah tidak akan lupa dengan janji-Nya kepada hamba-hambayang bertakwa." juga ulama yang memahami kata ( Lujjî
dalam arti masa mendatang kami dan ( uil ^i lalu kami serta ( dUi j
lo mâ bayna aydînâ
mâ khalfanâ dalam arti masa
mâ bayna dzâlika dalam arti masa kini kami, atau
yang disebut pertama adalah sebelum wujud kami di pentas bumi, lalu yang kedua sesudah kematian kami hingga di akhirat kelak, dan yang antara keduanya adalah masa hidup di dunia. Ad juga yang berpendapat bahwa bayna aydînâ adalah langit, mâ khalfanâ adalah bumi, dan mâ bayna dzâlika adalah yang terdapat antara bumi dan langit.
Thahir Ibn 'Âsyûr memahami istilah-istilah di atas dengan sangat sederhana. Menurutnya, kata mâ bayna aydînâ dalam arti ap yang di hadapan kita da
mâ khalfanâ adalah yang di belakang kita, sedang mâ baina dzâlika
adalah yang di sebelah kanan dan kiri kita sehingga pada akhirnya ketiga kalimat yang disebut itu berarti seluruh penjuru, dan karena ayat tersebut menguraikan kepemilikan Allah, yang dimaksud adalah semua makhluk yang berada di seluruh penjuru.
Thabâthabâ'i tidak menyetujui pendapat-pendapat di atas. Menurut ulama ini, apa yang ada di hadapan seseorang adalah sesuatu yang dekat kepadanya, terkontrol olehnya, dan dia memiliki semacam penguasaan dan kemamp kem ampuan uan mengelolanya, se dang apa yang ada di belakang adalah yang gaib tidak terlihat bagi seseorang. Atas dasar itu, ulama ini memahami memaham i ucapan
malaikat itu dalam arti "Apayang ada di hadapan kita adalah apa yang kami k ami kuasai, kami saksikan, dan terbuka bagi kami, sedang se dang ap yang ad
di belakang
Surah Maryam [19]
Kelompok
Ayat 64-65
hal-hal yang yan g merupakan merup akan sebab seba b wujud mereka merek a yang yan g telah terjad kami adalah hal-hal sebelum wujud mereka, sedang apa yang ada di antara keduanya adalah eksistensi dan wujud mereka saat itu." menyetujui jui pendapat penda pat yang memahami memaha mi kalimat-kalimat Ulama ini tidak menyetu di atas dalam arti waktu atau tempat karena, menurutnya, jika kita memahaminya dalam arti tempat atau waktu, ia tidak mencakup semua tempat dan waktu. Tempat yang berada di hadapan seseorang tidak mencakup semua tempat. Demikian juga waktu. Kata
yan g digunakan diguna kan menunjuk siapa yang nasiyyan adalah kata yang
sering lupa atau sangatpelupa. Penutup ayat ini bagaikan bagai kan menyatakan menya takan bahwa
Allah swt. swt. tidak melupakan sesuatu apa pun menyangkut menyan gkut apa yang dimiliki dimili ki
dan dipelihara-Nya dan, dengan demikian, segala sesuatu terurus dengan baik dan tidak mengalami kekacauan. Ini juga berarti kehadiran malaikat Jibril penga turan-Nya. Nya. Jika ia hadir, itu adalah haq dan as adalah atas perintah dan pengaturanbenar, dan da n jika jik a ia tak hadir, hadir, itu pun haq dan da n benar, benar, sama s ama sekali bukan karena lupa atau lengah, dan semua sem ua itu termasuk dal am wadah pemeliharaan dan bimbingan-Nya. Sementara ulama memahami kata nasiyyan
di sini dalam arti
s ama sekali dan betap b etapapun apun lamanya lama nya tidak akan meninggalkan, yakni Tuhan sama meninggalkanmu, wahai Nabi Muhammad saw. Dengan demikian, ketidakhadiran Jibril
kepadamu kepada mu bukan bukan karena Dia meninggalkan mu. Ini
semakna semak na dengan denga n firm firman an-N -Nya ya dalam dal am QS . adh-D ad h-Dhuhâ huhâ [93]
3: 'i
'&'
meninggalkanmu dan tiada (pula) membenci. "Tuhanmu tiada meninggalkanmu
Anda jangan berkata bahwa kata sangat pelupa tidak menafikan sifat lupa sehingga redaksi tersebut tersebut memb m emb uka kemungki kem ungkinan nan bahwa Di a sekalijad i lupa. Meman Mem ang, g, biasanya jika jik a Anda An da menafikan banyaknya sekali boleh jadi sesuatu, dapat dipahami bahwa ia tidak banyak tetapi sedikit atau sekali-kali
dapat terjadi. Pengertian ini tidak dapat diterapkan pada ayat ini. Ini serupa dengan firman-Nya: ( jLdU ^jiUàj
Àl 5) ) innaAllâha laisa bi dzallâmin
lil abîdl sesungguhnya Allah tidaklah sangat berlaku aniaya terhadap hambahamba-Nya.
Kata
fjù> ) zhallâm
mengambil bentuk jamak dan
Kelompok
Surah Maryam [19]
Ayat 64-65
491
mengandung makna sangat banyak dan sering kali. Tetapi, penggunaan bentuk itu di sini adalah untuk penafian kezaliman itu dengan banyaknya hambahamba Allah. Dengan kata lain, karena kata 'abîdpada ayat di atas berbentuk jamak, zhallâm pu berbentuk jamak sehingga ayat itu seakan-akan berkata, "Allah tidak menganiaya setiap setiap hamba yang berdosa. Nah, pelupa pada ayat yang ditafsirkan di atas pun demikian. Allah swt. menangani segala sesuatu,
dari yang kecil kecil sampai kepada yang terb terbes esar. ar. N ah , penggu p enggunaan naan bentuk yang mengandung makna banyak itu adalah untuk menyesuaikan dengan banyaknya hal yang ditangani Allah swt. sehingga dengan demikian, tidak satu pun dari hal-hal itu yang Dia
Firman-Nya:
Jpji\j
lupakan.
oljU-l!l
) Rdbbu as-samâwâti wa al-ardhil
Tuhan Penciptayang memiliki menguasai dan mengatur langit dan bumi, di
samping mengisyaratkan banyaknya hal yang diatur oleh Allah swt. dan masing-masing tidak Dia lupakan, juga menjadi bukti tidak terlupakannya
hal-hal tersebut karena siapa yang mengatur dengan amat teliti alam raya dengan segala planet dan bintang-bintangnya serta bumi dengan segala rinciannya yang yan g terke terkecil cil sampai samp ai kepada kepa da rerumputan dalam keadaan menghijau dan layunya (baca Surah al-A'lâ [ 8 7 ] ) , tidak mungkin Dia melupakan sesuatu. Dalam sebuah hadits dinyatakan bahwa: "Apa yang dihalalkan Allah
dalam kitab-Nya maka itulah yang halal, dan apa yang diharamkan-Nya
diamka n maka ma ka itu adalah 'âfiyah maka itulah yang haram, dan apa yang Di a diamkan (kemurahan yang dianugera dianugerahkan-Ny hkan-Nya), a), maka terima terimalah lah anugerah-N anu gerah-Nya ya karena Allah sekali-kali tidak melupakan sesuatu." Lalu, Rasul saw. membaca ayat
di atas. Riwayat lain menyatakan bahwa Nabi saw. bersabda: "Sesungguhnya Allah telah mewajibkan sekian kewajiban, maka janganlah
kamu kam u menyia-nyiakannya; menyia-nyiakannya; Dia Di a telah telah melarang sekian sekian banyak hal yang haram, maka janganlah kamu melanggar larangan itu; Dia menetapkan batas-batas maka janganlah melampauinya; Dia juga diam tidak menguraikan sekian
banyak hal—bukan karena lupa—maka janganlah mencari-carinya, yakni melakukannya; karena karena Di a Mahakasih Mahaka sih kepada jangan memaksa diri untuk melakukannya; kamu, maka terimalah/laksanakanlah
(HR. ad-Dâraquthni
melalui Abu Tsa'labah al-Khusyani, juga ath-Thabarâni melalui Abu adDarda).
Surah Maryam [19]
Kelompok
Firman-Nya: ( jjk^>tè )fashthabirterambil terambil penambahan (
Ayat 64-65
dari kata kat a ( jw» jw » shabr dengan
th '. Dengan penambahan itu, ia mengandung makna
kesungguhan. Yakni bersabarlah secara bersungguh-sungguh.
Huruf lâm (li) pada kata ( 4ïiL
U 'ibâdatihi mengandung makna
kemantapan serta keteguhan. Dengan demikian, perintah tersebut bukan
saja
menuntut kesabaran/keteguhan hati serta kesungguhan kesungg uhan dalam dal am beribadah serta kemantapan dan kesinambungannya. Memang, kualitas dan motivasi beribadah bertingkat-tingkat. Boleh jadi ada yang mampu melakukan sesuatu yang sangat berkualitas tetapi dia tidak mamp ma mpu u mempertahankan memper tahankannya nya disertai dengan kemantapan dan kesinambungan. Ibadah yang tulus, walau sedikit tetapi tetapi mantap man tap dan berkesinambungan, berke sinambungan, lebih disukai disukai Allah daripada dari pada yang tidak berkesinambungan, walau banyak dan berkualitas berkualitas tinggi. Dal am konteks konteks ini, "Keb eragamaan maan yang paling pali ng disukai Allah Allah Nabi Muhammad saw. bersabda: "Keberaga adalah yang bersinambung dilakukan oleh hamba-Nya"(HR. Bukhâri dan Muslim melalui 'Aisyah ra.). Kesabaran dan keteguhan hati dalam
melaksanakan ibadah itu adalah "harga" dari kedudukan yang tinggi di sisi-
N y a . Itu adalah harga kelezatan ruhani yang diperoleh setelah berkali-kali berhasil berhasil mengalahkan nafsu yang yan g selalu mengajak mengaj ak kepada kepad a kemudahan kemud ahan dan kenikmatan jasmani. Perlu dicatat bahwa ibadah yang dimaksud bukan terbatas pada apa yang dinamai (~A*&£.
'ibadah mahdhahlibadah
murni, yakni yang telah
ditetapkan oleh Allah dan ata Rasul-Nya cara, kadar, dan waktunya—seperti shalat dan puasa—tetapi ia mencakup segala macam aktivitas manusia yang sejalan dengan tuntunan Ilahi serta yang dilakukan demi karena Allah swt.
Ibadah dalam Islam—tulis Sayyid Quthub)—buka Quthub)—bukan n sekadar sekad ar syiar-syiar ritual, ritual, tetapi ia mencak men cakup up semua s emua aktivitas, aktivitas, semua se mua gerak, semua se mua lintasan pikiran, pikir an,
niat dan arah. Memang, adalah sesuatu yang sulit bagi manusia untuk mengarahkan semua itu itu kepada Allah semata—bukan sema ta—bukan kepada kepad a selain-Nya. selai n-Nya. Kesulitan yang memerlukan kesungguhan dan keteguhan hati agar semua kegiatan di bumi mengarah ke "langit", suci murni dari segala kekeruhan bumi, syahwat syahwat nafsu, nafsu, dan kerendahan kerendahan duniawi. Demikian Demik ian lebih kurang Sayyid
Quthub.
Kelompok
Kata
Ayat 64-65
Çc
Surah Maryam [19] ? 493
musâmât dalam arti
samîyyan terambil dari kata (
keserupaan. Dengan Deng an demikian, firman-Nya: firman-Nya: (
^1*3
halta'lamu lahu
samiyyan berarti "Apakah engkau mengetahui ad sesuatu yang serupa dengan
dalam dal am keagungan sifat-sifat-Ny sifat-sifat-Ny sehingga ia—yang ia—y ang engkau ketahu itu—
patut disembah?" Ad j u g a yang memahaminya dalam atûyangdiberi
nama
sehingga
(Allah) atau Pencipta sesuatu yang berhak dinamai dengan nama-Nya, nama-Nya, yakni (Allah) dan Pengatur langit dan bumi? Atau apakah engkau mengetahui ada nama yang lebih agung dari dari nama-Nya Pertanyaan-pertanyaan yang men gan dung mak na sang gahan ini, kesemuanya kese muanya benar karena hanya Tuhan Yang Maha
yang wajib wujudnya
itu yang berhak menyandang nama tersebut, selain-Nya tidak ada, bahkan tidak boleh, dan hanya Dia j u g a yang berhak memeroleh keagungan dan kesempurnaan mutlak, sebagaimana tidak ada nama serta sifat yang lebih agung dari nama dan sifat-Nya.
K a t a ( iil
nam a Tuhan Tuhan Yang Maha Esa, memang memiliki Allah sebagai nama
keunikan dan kekhususan tersendiri. Ia adalah kata yang sempurna hurufhurufnya hu rufnya,, sempurn sem purnaa maknanya, makna nya, serta memiliki memilik i kekhususan berkaitan dengan den gan rahasianya sehingga sementara ulama menyatakan bahwa kata itulah yang dinamai "Ism Allah al-A'zham" (nama Allah yang paling mulia), yang bila diucapkan dalam dala m doa do a yang tulus, tulus, Allah akan mengabulkannya. mengabulkann ya. Dari segi lafadz terlihat keistimewaannya ketika dihapus huruf-hurufnya.
B a c a l a h kata (
Allah dengan menghapus huruf awalnya, akan berbunyi
Lillâh dalam arti milik/bagi Allah; kemudian hapus huruf awal dari
kata Lillâh itu akan terbaca ( 4] Lahu dalam arti bagi-Nya, selanjutnya hapus
lagi huruf awal awal dari Lahu, akan terdengar dalam ucapan ( j&
Hu yang berarti
Allah),
s u a r a - yang sepintas sepintas atau atau pada lahirnya lahirnya mengand men gandung ung makn keluhan, tetapi
Karen a itu pula pada hakikatnya adalah seruan permohonan kepada Allah. Karena sementara ulama ula ma berkata bahwa kata. Allah terucapkan oleh manusia manus ia sengaja atau tidak sengaja, suka atau tidak. Itulah salah satu bukti adanya Fithrah dalam diri manusia, sebagaimana seb agaimana diuraikan p ada ad a bagian awa awall tulisan tulisan ini.
Surah Maryam [19]
Kelompok
Ayat 64-65
Dari segi makna, makna , dapat dap at ditemukan bahwa kata Allah mencakup menca kup segala nama nam a dan sifat-sifat-Nya, bahkan bahkan Dia-lah Dia- lah yang menyandang menyand ang sifat-sifa sifat-sifatt tersebut. tersebut. Karena itu, jika Anda berkata
Allah, semua nama-nama/sifat-sifat-Nya
telah dicakup oleh kata tesebut. Di sisi lain, jika Anda berkata ar-Rahîm I An da maks m aksud ud adalah Allah, demikian Yang Maha Pengasih, sesungguhnya yang Anda
j u g a jika Anda berkata
al-Muntaqim/Yang al-Muntaqim/Yang
kandungan makna ar-Rahjm/Yang
Maha
membalas membalas kesalahan, Pengasih,
namun
tidak mencakup
pembalasan-Nya atau sifat-sifat-Nya yang lain. Itulah salah satu sebab mengapa meng apa
dalam bersyahadat seseorang harus menggunakan kata Allah ketika mengucapkan Asyhadu an lâ ilâha illâ Allah, dan tidak dibenarkan mengganti kata Allah tersebut tersebut dengan namanam a-nam namaa-Nya Nya yang lain, seperti seperti Asyhadu an lâ ilâha illâ ar-Rahmân atau ar-Rahîm.
Di sisi lain, tidak satu pun dapat dinamai Allah, baik secara hakiki maupun majazi, sedang nama-namanama- nama-Nya Nya yang lain—secara umum—dapa umum—da patt dikatakan
b i s a disandang oleh makhluk-makhluk-Nya. Bukankah kita dapat mena maka n si Ali yang pengasi h sebagai Rahim atau Ahmad yang berpengetahuan sebagai AlîniïSekian banyak ulama yang berpendapat bahwa
tertentu, tetapi ia adalah nama yang menunjuk menunj uk kepada kep ada Za Zatt yang yan g wajib wujud-Nya wujud- Nya,, yang menguasai menguas ai seluru s eluru hidup dan kehidupan, dan yang kepada-Nya-l kepada -Nya-lah ah seharusnya seharusnya seluruh seluruh makhluk mengabdi dan bermohon. Tidak ada j u g a yang wajar dinamai Rabb assamâwât wa al-ardh\ Kalaupun ada selain-Nya yang dinamai Rabb, ia harus disusul dengan denga n kata lain yang mengisyaratkan mengisy aratkan pembata pe mbatasan san atau keterbatasan pemeliharaannya. Seperti kata Rabbu ad-Dâr (pemilik rumah). kata Allah tidak terambil dari satu akar kata
Thabâthabâ'i memahami firman-Nya: ( washthabir
jjk«ilj
-Plâ
fa'budhu
'ibâdatihilmaka sembahlah Dia dan berteguh hatilah beribadah
kepada-Nya dan seterusnya
sebagai natîjah dari pernyataan sebelumnya, yakni
"Dan tidaklah kami turun, kecuali dengan perintah Tuhanmu" seakan-akan
ayat ini menyatakan: " K a l a u kami (Jibril dan para malaikat) tidak turun kecuali berdasar perintah Tuhanmu—wahai Tuhanmu—wahai Nab i Muhamma Muha mmad—d d—dan an kini kami turun membawa memb awa firman firman-fir -firma man-N n-Nya ya yang mengajak menga jakmu mu bersama bers ama umat manusia untuk beribadah kepada-Nya, maka sembahlah Dia dan berteguh hatilah beribadah kepada-Nya dan janganlah janganl ah mencari mencari tuhan yang lain karena
tidak ada satu pun yang serupa dengan-Nya.
KELOMPOK 5
AYAT 66-72
49
96
Surah Maryam [19]
Kelompok
Ayat 66-67
A Y A T 66-67
"Dan manusia berkata: 'Betulkah apabila aku telah mati, aku sungguh akan dikeluarkan
hidup kembali?' kembali?' Apakah manusia manusia itu tidak mengingat mengingat bahwa
sesungguhnya sesungguhnya Kami telah menciptakann menciptakannya ya dahulu sedang ia tidak ada sama sekali?"
Iman k epa da Allah dan hari Ke mud ia n merupaka n dua hal hal yan g sering sering mewakili kali dirang kaikan oleh al- Qur'a n sekaligus menjadikan keduan ya mewakili prinsip se mua rukun dan a spek keiman an. Na h, kalau ayat ayat yang lalu membuk tika n keesaan Allah dan sifat-sifat-Nya da
menuntut manusia agar
tekun dan be rsungguh-sunguh beribadah kepa da-Nya, da- Nya, ayat-ayat ayat-ayat ini berbicara berbicara tentang keniscayaan hari Kemudian sehingga, dengan demikian, bergabung ayat-ayat ini dan ayat-ayat ayat-ayat yang lalu ked ua prinsip p oko dalam rangkaian ayat-ayat akidah Islamiah itu. musyrik ik menyang kut Ayat-ayat di atas menguraikan pand ang an man usia musyr hari Kebang kitan sambil membukti kan kekeliruannya. kekeliruannya. Ayat ini menyata kan: Dan sungguh mengherankan manusia yang musyrik terus-menerus berkata: "Betulkah apabila aku telah mati, yakni terkubur dan menjadi tulang belulang, aku sungguh akan dikeluarkan oleh sesuatu dari kubur, yakni dibangkitkan
terjadi? Ini adalah sesuatu yang hidup kembali? Bag ai man a itu mung kin terjadi? mustahil. " Ayat 67 menyanggah dalih itu dengan menyatakan: Sungguh
mengherankan pertanyaan dan pengingkarannya itu, Apakah
kehidupan
kembali setelah setelah kematian wajar wajar dira gukan d an manusia manusia itu tidak menging mengingat at serta memikirkan bahwa sesungguhnya sesungguhnya Kami telah menciptakann menciptakannya ya
dahulu
sebelum ia berada di pentas bumi ini sedang ketika itu ia tidak ada sama
sada r pasti ia tahu bahwa Allah telah mencipt men ciptaka aka nnya nn ya dari sekali? J i k a ia sadar ketiadaan. J i k a demikian, mengapa ia heran dan mengingkari Kebangkitan. Bukan kah, menur menur ut logika, mencipt akan kembal i lebih mud ah d aripa da memulainya?
Kelompok
Kata
Surah Maryam [19] ; 497
Ayat 68-70
ùL.J)[l
al-insân/manusia
ada yang memahamin mema haminya ya menunjuk
kepada orang tertentu. Da Dala lam m suatu riwayat riwayat,, dia di a adalah tokoh musyrik musyri k Ubayy
Ibn Khalaf. Konon Kon on , dia mengam men gambi bill satu tulang yang ya ng telah rapuh dan menghancurkannya kemudian mengucapkan kalimat seperti bunyi ayat di atas. Pendapat lain tidak menentukan orang tertentu dan memahami kata manusia dalam arti jenis manusia yang mengingkari keniscayaan Kiamat.
Pendapat ini dikuatkan oleh ayat berikut yang menggunakan bentuk jamak (mengumpulkan
mereka). Bahkan, sementara ulama menetapkan bahwa
y ang dihiasi awalny semua kata al-insân dalam bentuk ma'rifah/definite, yakni yang oleh alif an lâm (al) tidaklah menunjuk kepada manusia tertentu.
A Y A T 68-70
"Maka demi Tuhanmu sesungguhnya sesun gguhnya Kami pasti akan mengumpulkan mengumpulkan mereka bersama setan-setan, kemudian Kami Kami pasti akan datangkan datangk an mereka ke sekeliling Jahanam
dengan berlutut. Kemudian, pasti akan Kami Kami cabut c abut dari setiap
golongan
siapa
di antara mereka yang sangat durhaka kepada
ar-Rahmân.
Kemudian pasti Kami lebih mengetahui mengetahui yang paling berhak dengannya, yakni kobarannya. "
Setelah menyanggah dengan pembuktian logika keraguan manusia akan
kebangkitannya hidup setelah kematian, melalui ayat ini Allah bersumpah dengan menyatakan, ji ka Kebangkitan Kebangk itan itu masih juga diingkari oleh mereka maka demi
yang menciptakan dan memelihara, wahai Nabi
Muhammad, sesungguhnya setelah kematian mereka nanti Kami pasti akan mengumpulkan
dan bangkitkan mereka bersama setan-setan yang kini
datangkan mereka ke memperdaya mereka, kemudian Kami juga pasti akan datangkan sekeliling Jahanam dengan berlutut akibat rasa takut serta kehinaan yang
meliputi jiwa mereka. Kemudian, pasti akan Kami cabut, yakni tarik dengan kasar, dari setiap golongan siapa di antara mereka yang sangat durhaka da sombong kepada ar-Rahmân Tuhan Yang Maha Pemurah yang selama ini
Surah Maryam [19]
Kelompok
Ayat 68-70
telah mencurahkan kepada semua makhluk limpahan karunia. Setelah mengumpulkan mereka dan memilih yang paling durhaka, yang paling durhaka dari setiap golongan itu akan Kami masukkan terlebih dahulu ke neraka Jahanam, Kemudian pasti pula Kami lebih mengetahui daripada siapa pun tentang siapa yang paling berhak dengannya, yakni yang paling wajar masuk terlebih terlebih dahulu ke Jahan Ja han am untuk merasakan kobarannya. Kata (»-gJj~»o>cJ
lanahsyurannahum terambil dari kata ( jJ*?-
hasyara,
yang dari segi bahasa berarti mengumpulkan. Yang dima ksud di sini adalah Kebangkitan setelah kematia
dihi mpun di Padang Mahsyar dalam untuk dihimpun
perhitung an dan pertang gungjawab gungj awaban an setiap pribad pri badii atas amal rangka perhitungan perbuatan mereka. Kata j u s U U l
asy-syayâthîn adalah bentuk jamak dari ( ù l k - i
syaithân.
pen dapat at ulama tentang akar katanya. Ada Ad a yang yan g berpendapat berpen dapat Berbeda-beda pendap dari dari kata kata (
à
syathana yang berarti jauh karena setan menjauh dari
kebenaran dan kebaikan atau dari rahmat Allah; boleh jadi juga dari kata dibak ar di neraka J s L i syâtha, yakni terbakar atau kebatilan karena ia akan dibakar akibat kebatilan yang dilakukannya. Banyak ulama menyimpulkan bahwa dimak sud dengan syaithânlsetan adalah semua pembangkan pemban gkang—bai g—baik k dari dari yang dimaksud jenis manusia maupun jin—yang mengajak pihak lain untuk melakukan
kedurhakaan. Dalam buku Yang Tersembunyi, penulis menguraikan bahwa diperoleh kesan dari penggunaan peng gunaan al-Qur' a l-Qur'an an dan hadits tentang kata ini bahwa tercela,, baik pekerjaan ia digunakan untuk menunjuk sesuatu yang buruk dan tercela maupun ma upun pelaku. Karena Karen a itu, setan setan adalah lamba la mbang ng kejahatan dan keburukan. Kata
0^.
jitsiyyan terambil dari kata (
J\ST jâtsa, yakni yang duduk
atas kedua lututnya ax.au yang berdiripada ujungjari-jarinya. Ini adalah kiasan
tentang ketakutan yang mencekam atau sikap rendah diri dan kehinaan. juga ulama yang memahami kata tersebut sebagai bentuk jamak dari kata ( o jzr
jatswah yaitu tumpukan tanah atau batu sehingga ayat tersebut
bermakna mereka akan dihadirkan sekitar neraka untuk disiksa dan ketika itu mereka berkelompok bertumpuk satu di atas yang lain, bagaikan batubatu yang ditumpuk.
Kelompok
Surah Maryam [19]
Ayat 71-72
499
71-72
"Dan tidak ada seorangpun dari kamu melainkan akan mendatanginya. itu bagi Tuhanmu adalah suatu ketentuan yang sudah ditetapkan.
Hal
Kemudian, Kemudian,
Kami akan menyelamatkan orang-orangyang bertakwa dan membiarkan orangorang zalim di dalam neraka dalam keadaan berlutut.
Setelah ayat yang lalu mengancam orang-orang kafir, kini Allah swt. melalui ayat-ayat di atas memperin mempe ringatk gatkan an semua sem ua manusia man usia dengan deng an firm firman an bahwa: Dan tidak ada seorang pun dari kamu, wahai semua manusia atau wahai orang-ora oran g-orang ng kafir, kafir, melainkan akan mendatanginya atau memasuki neraka itu. Hal itu, yakni mendatangkan atau memasukkan memasukka n manusia ke neraka, neraka, adalah suatu ketentuan yang sudah ditetapkan.
bagi
Kemudian, Kemudian,
Kami akan melimpahka meli mpahkan n anugerah kasih sayang dan menyelamatkan orangorang yang bertakwa bertak wa dan membiarkan membiarkan
orang-orang orang-or ang zalim yang mantap
kezalimannya di dalam neraka dalam keadaan berlutut tidak dapat bergerak dan sangat tersiksa. Ayat ini diperselisihkan oleh ulama akibat perbedaan pendapa pend apatt tentang makna kata (
serta siapa yang menjadi mitra bicara ayat
)
ini. Ada dua kemungkinan untuk mitra bicara. Pertama untuk seluruh manusia dan kedua untuk para pendurhaka yang merupakan konteks ayat ini. Sedang, kata wâriduhâ secara umum umu m dapat dap at diartik diartikan an memasuki dan dapat juga dalam arti hadir ke suatu tempat atau melewatinya. Kata
Ciji
wâriduhâ pada mulanya berarti
ke sumber air.
berk embang sehingga ia digunakan juga untuk arti masuk Lalu, makn a itu berkembang atau melewati, atau hadir da
mendatangi
sesuatu, atau datang ke sana
mendahului selainnya. Terdapat beberapa ayat al-Qur'an yang menggunakan
kata tersebut dalam da lam arti masuk antara lain lain pad
al-Anbiyâ' [21] 99 yaitu
firman-Nya:
t£_/^È
<<#i
Kelompok
Surah Maryam [19]
Ayat 71-72
"Sesungguhnya kamu dan apa yang kamu sembah selain Allah adalah kayu bakar Jahanam,
kamu pasti masuk ke dalamnya, dalamnya, " atau dalam redaksi ayat
lain (
fù\
antum lahâ wâridûn.
Tetapi, ada juga ayat yang
menggunakan kata tersebut yang terasa kurang tepat bila dipahami dalam
arti masuk, seperti firman-Nya yang melukiskan tindakan Fir'aun terhadap masyarakatnya (baca fa auwradahum an-nâr,
[ 1 1 ] : 98 . Di sana, dinyatakan ( Û\ pkijjù ) tentu saja tidak tepat jika penggalan ayat itu dipahami
dalam arti Fir'aun memasukkan mereka ke neraka, tetapi lebih tepat
memahaminya dalam arti dia mengantar mereka menuju ke neraka. Yang memahami ayat di atas sebagai ditujukan kepada seluruh manusia,
dan memahami kata wâriduhâ dalam arti memasukinya, otomatis memahami penggalan ayat itu berarti: "Seluruh manusia man usia—bai —baik k mukmi muk min n maupun ma upun kafir—
akan masuk ke neraka." Tentu saja, yang memahaminya demikian menambahkan bahwa masuknya orang-orang mukmin ke neraka adalah dalam waktu yang sangat singkat sehingga mereka tidak merasakan
kepe dihan nya. Pakar tafsir tafsir,, Fak hruddî n ar -Râzi , yan g c ende rung memahaminya memahami nya demikian, berdalih bahwa semua manusia berdosa—kecuali para nabi sehingga semua yang berdosa harus harus dibersihkan—karena di bersihkan—karena seseorang
tidak meraih kebahagiaan hakiki kecuali setelah dibersihkan dari kotoran dosa. Nah, pembersihan itu melalui api. Memang, ada ayat-ayat yang
menyatakan bahwa:
"Sesungguhnya orang-orang yang telah ada untuk mereka ketetapan yang baik dari Kami, mereka itu dijauhkan dari neraka, mereka mereka tidak mendengar sedikit
suara
api neraka, dan mereka kekal dalam menikmati apa yang mereka
inginkan"
( Q S . al-Anbiyâ' [21]: 101-102). Tetapi, ini tidak berarti mereka
pun
tidak memasukiny memas ukinyaa karena ketika itu—kendati mereka memasukin memas ukinya— ya— mereka tidak tida k tersiksa, tidak juga kepanasan, kepanas an, sebab Allah telah telah menjadikan api tersebut dingin dan selamat buat mereka. Demikian antara lain pandangan
kel ompok omp ok pertama, di sampin samp ing g beberapa riwaya riwayatt yang mereka kemukakan. kem ukakan.
Kelompok
Ayat 71-72
Surah Maryam [19]
501
Pendapat yan g menyatakan menyataka n bahwa mitra bicara pada pa da ayat ini bukanla ditujukan kepada manusia seluruhnya, tetapi kepada orang-orang kafir, mengemukakan sekian banyak alasan. Antara lain: Kalau ayat ini berbicara
tentang seluruh manusia, itu berarti manusia mukmin dan kafir digabung pula ke neraka. neraka. Kebersamaan Keber samaan itu bersama-sama lagi digiring bersama- sama pula tidaklah tidaklah pada pad a tempatnya. Rasanya, penghormatan yang diraih orang-o rang beriman tidak sejalan dengan menghimpun mereka bersama orang-orang kafir dan setan-setan, bahkan beberapa ayat secara tegas tegas membedaka membe dakan n mereka. Bacalah misalnya ayat-ayat 85-86 surah ini: "(Ingatlah) hari (ketika) Kami mengumpulkan orang-orang bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Pemurah sebagai perutusan yang terhormat, dan Kami akan menghalau orang-orang
yang durhaka ke neraka Jahanam dalam keadaan dahaga.
Atas dasar itu, sementara ulama memahami ayat ini sebagai kelanjutan
uraian ayat yang yan g lalu. Seakan-ak Seaka n-akan an ayat ini menyatakan: menyatakan : "Tid "T idak ak seorang seor ang pun p un di antara antara kamu, wahai wahai kelompok-k kelomp ok-kelom elompok pok pendurhaka, yang ya ng darinya darinya Kami cabut pemimpinny pemimp innyaa yang paling durhaka—tidak seorang pun—kecuali akan masuk juga neraka. neraka. Jan gan seorang pun di antara antara kalian menduga mend uga bahwa jika para pemimpin kalian yang Kami cabut dari kelompok kalian telah Kami masukkan ke neraka, jangan duga bahwa kalian akan selamat atau telah diwakili oleh pemim pe mimpi pin n kalian yang yan g menjerumuskan menje rumuskan kalian. Tidak! Tida k! Semua Se mua yang durhaka, durhaka, pemimp pe mimpin in dan d an yang dipimpin, dipi mpin, akan memasukinya. Ini Ini berarti ayat 71 di atas tidak ditujukan dit ujukan kepada kep ada semua manusia man usia tetapi hanya orangor angorang kafir. Pendapat ini dipilih antara lain oleh Thâhir Ibn 'Asyûr. juga yang berpendapat bahwa ayat di atas tidak berbicara tentang
kenyataan yang akan terjadi dan dialami oleh setiap orang tetapi berbicara
tentang apa yang mestinya dapat terjadi jika tidak ada pertolongan Allah. Semua orang berdosa. Tida Ti da k seorang pun yang waja wajarr masuk ke surga. Semua
mestinya masuk ke neraka, neraka, tetapi rahmat Allah demikian besar sehingga Di menyelamatkan sebagian manusia berdasar ketakwaan yang mereka miliki, walau sebenarnya ketakwaan mereka itu tidak cukup untuk menyelamatkan mereka dari neraka jika jik a tidak disertai oleh rahmat dan penyel p enyelamatan amatan Allah. merek a, sejalan denga de ngan n firma firman-N n-Nya: ya: Ayat ini, menurut mereka,
Surah Maryam [19]
Kelompok
Ayat 71-72
"Wahai orang-orangyang beriman, janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan. Barang
siapa mengikuti langkah-langkah setan, maka sesungguhnya setan
itu menyuruh mengerjakan perbuatan yang keji dan yang munkar. Sekiranya tidaklah karena karunia Allah dan rahmat-Nya kepada kamu sekalian, niscaya tidak seorangpun dari kamu bersih (dariperbuatan-perbuatan (dariperbuatan-perbuatan keji dan munkar itu) selama-lamanya, tetapi Allah membersihkan
siapa yang
dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui' Meng etahui'
dikehendaki-Nya,
(QS. an-Nûr [24]:
ba ik, hanya saja ia kurang didukun d idukung g oleh penggalan terakh terakhir ir 2 1 ) . Pendapat ini baik, ayat 71 di atas yang menyatakan menyatak an bahwa wurûdyakni masuk atau lewat telah merupakan merupak an keniscayaan yang tidak dapat dielakkan. Penulis mendukung pendapat yang menyatakan bahwa ayat 71 di atas ditujukan kepada semua manusia, baik muslim maupun kafir. Ini antara lain dikuatkan oleh ayat berikutnya yang menyatakan, "Kemudian Kami akan
menyelamatkan o rang-orang yang bertakwa bertakwa dan membiarkan orang-oran dala m neraka dalam keadaan berlutut." zalim di dalam Hanya saja, penulis tidak memahami kata wâriduhâ memasukinya, tetapi mendatangi da
melewatinya.
dalam arti
Dalam buku Jalan
Keabadian, penulis antara lain melukiskan bahwa kelak di hari Kemudian
ada yang dinamai shirâthljalan. Sekian banyak riwayat mengilustrasikan shirâthljalan itu sebagai jembatan yang dilalui menuju ke surga. Semua orang
harus melewati shirath itu karena tidak tid ak ada jalan jal an menuju ke surga surg a kecuali melalui melalui jalan yang yan g merupakan merupak an jemba je mbatan tan itu. Di D i bawah jembat jem batan an itu, terdapat neraka. neraka. Jurang neraka yang terdalam terdapat p ada bagian bawah permulaan p ermulaan jemba je mbatan tan.. Itu berarti yang yan g terjatuh terjatuh pada pa da awal awal perjalanannya akan ak an memeroleh pedi h, sedang sedan g bagian bawah akhir akhir jembata jemb atan n adalah juran siksa yang paling pedih, neraka yang paling dangkal dangka l sehingga siksanya pun relatif relatif lebih lebih ringan dari yang sebelumnya.
Kelompok
Ayat 71-72
Surah Maryam [19]
503
manu sia melalu shirâth ini. Imam Muslim Bermacam-macam kecepatan manusia meriwayatkan bahwa ada yang melewatinya seperti kilat, ada yang seperti angin kencang, ada lagi seperti laju terbangnya burung, demikian seterusnya yan g melewatinya dengan merayap. meray ap. S a a t manusia melewati Shirâth sampai ada yang itu, lanjut riwayat Muslim, Nabi saw. berdiri di ujung shirâth melihat umatnya sambil berdoa: "Sallim.... Sallim". (Tuhanku, Selamatkanlah... Selamatkanlah). yan g berbicara tentang kaum kau m munafik, munafik, yang dapat dipahami dipaha mi juga ayat yang gamb aran n apa yang mereka alami ketika ketika melalui shirâth itu. Suasana Suasa na sebagai gambara gelap yang mencekam sedang mereka hadapi. Sekian banyak orang-orang
mukm mu kmin in yang tadinya mereka kenal di di dunia telah tiba dengan bah agia dan selamat di penghujung jalan, wajah mereka berseri-seri memancarkan cahaya, sedang orang-orang munafik, lelaki dan perempuan, dalam kegelapan. Mereka
memerlukan pelita, karena itu, "Pada hari itu orang-orang munafik, lelaki dan perempuan, berkata kepada orang-orang yang beriman: "Lihatlah (yakni
arahkanlah wajah kamu yang dipenuhi cahaya itu kepada kepa da kami atau tunggulah) tunggula h) kami supaya kami dapat mengambil sebagian dari cahaya kamu, yakni meraih
terang dengan pancaran pandangan wajah kamu. Permintaan mereka ditolak dan dikatakan kepada mereka: Kembalilah kamu ke belakang dan carilah sendiri cahaya. Lalu, diadakan buat mereka dinding yang mempunyai pintu. Di sebelah dalamnya ada rahmat dan di sebelah luarnya dari situ ada siksa"
( Q S . al-Hadîd [ 5 7 ]
13) sehingga akhirnya mereka tergelincir walau mereka
baru pada awal perjalanan, dan karena itu "orang-orang munafik berada pada peringkat terendah dan terburuk dari api neraka" (baca QS. an-Nisâ' [4]:
145).
yan g penulis penuli s ambil adalah ayat 71 di atas ditujukan dituju kan kepada kep ada Kesimpulan yang semua manusia, tetapi kata wâriduhâ bukan dalam arti memasuki neraka
tetapi menuju dan melewatinya. Ini terjadi karena—seperti penulis kemukakan di atas— ata s—semu semu a ingin ke surga sedang sedang tidak ada jalan jala n ke surga surg a kecuali jalan jal an yang berupa jembatan itu sehingga semua harus mendatangi dan melewatinya. Tidak seorang pun yang dapat mengelak. Nah, dalam perjalanan itu orang-
orang durhaka terjatuh di tempat yang yan g wajar wajar B a g i orang-orang orang-ora ng yang bertakwa baik sempurna ketakwaannya maupun tidak, akan melalui dan melewati
Surah Maryam [19]
Kelompok
Ayat 71-72
shirâth dengan selamat, baik mereka melaluinya dengan cepat bagaikan kilat
maup ma up un dengan merayap mera yap sepert sepertii informasi riwayat di atas Sahabat Nabi saw., Ibn Rawahah ra., suatu ketika menangis. Istrinya
pu
ikut menangis. menangis . Ketika ditanya oleh sua minya sebab tangis istrinya, istrinya, san
istri menjawab: "Aku melihatmu menangis, maka aku pun menangis." Beliau berkata: "Aku menangis karena aku tahu bahwa aku pasti akan melewati neraka, dan aku tidak tahu apakah aku akan selamat atau tidak." (Riwayat Ibn al-Mubârak dengan sanadyang shahih). Betapapun, orang-orang yang bertakwa, baik sempurna ketakwaannya maup ma upun un tidak, akan mele melewati wati shirâth dengan selamat, baik mereka melaluinya dengan cepat bagaikan kilat maupun dengan merayap seperti informasi riwayat di atas.
KELOMPOK
AYAT 73-80
t s i i !}xJb\ &
ÏM i j H J 9
M
i U -*
-M\"
505
Surah Maryam [19]
Surah Maryam [19] ' 507
Kelompok VI Ayat
AYAT
Dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat ayat-ayat Kami yang jelas niscaya orangorangyang kafir berkata kepada orang-orangyang orang-orangyang beriman: "Manakah di antara kedua golongan yang lebih baik tempat tinggalnya dan lebih indah tempat pertemuan (nya)?"
Kelompok ayat yang lalu menguraikan ucapan kaum musyrikin yang
mengingkari keniscayaan keniscayaan Kebangkitan Kebangki tan dan kehidupan sesudah mati, dan yang ya ng dilanjutkan dengan uraian tentang sanksi yang akan mereka mereka terima. terima. Kelompo Kelo mpo ayat ini kembali menguraikan tentang mereka, yakni ucapan dan pandanga panda nga mereka tentang ajaran Islam, Isla m, yang mereka nilai nilai tidak membawa membaw a kebahagiaan kebahagia an bagi pemeluknya, terbukti dari kemiskinan dan kedudukan sosial kaum
muslimin yang mereka nilai rendah, berbeda dengan keadaan mereka yang terpandang kaya dan hidup mewah. Demikian lebih kurang al-Biqâ'i dan Thabâthabâ'i. penut up ayat yang lalu menegaskan menegaskan sanksi Dapat juga dikatakan bahwa penutup terhadap orang-orang yang zalim. Nah, ayat ini menguraikan sekelumit dari sikap buruk mereka yaitu dengan menyatakan bahwa: Dan apabila dibacakan
oleh siapa pu
kepada mereka ayat-ayat Kami yangjelas maksud, kebenaran,
informasi serta petunjuk-petunjuknya, niscaya orang-orangyang kafir dengan angkuh dan bangga terhadap harta dan kelompok mereka berkata kepada orang-orangyang beriman
untuk mengalihkan pandangan dan pembicaraan
menyangkut ayat-ayat yang demikian jelas itu atau untuk menyesatkan dan menanamkan keraguan di hati kaum muslimin: "Manakah di antara kedua golongan di antara kita—-yang percaya atau yang mengingkari— yang lebih baik tempat tinggalnya dan lebih indah tempat pertemuan-nya?"
Tentulah
ini berarti Tuhan merestui merestui kami ka mi demikian juga kelak keadaan kami di akhirat. Kata
tjtf
tutlâ terambil dari kata
*A
tala
dalam arti membaca, tetapi
sering kali kali yang yan g menjadi obj eknya adalah sesuatu yang suci atau benar. Karena itu, objek kata tutlâ di sini adalah ayat-ayatAllah. Itu salah satu perbedaannya
Surah Maryam [19]
Kelompok VI Ayat
dengan kata qara'yang juga berarti membaca. Kata talâ juga berarti mengikuti, yakni yang datang sesudah. Dalam konteks membaca bacaan suci agaknya makna mak na ini mengisyaratkan mengisyaratkan bahwa hendaknya si pembac mengikutkan atau melakukan—s
lah lah
pembaca annya—l anny a—l angka h-l angka h penga mala n dan
penerapan pesan apa yang dibacanya itu. Agaknya, Nabi saw. atau kaum beriman sering kali memperdengarkan
ayat-ayat al-Qur'an al- Qur'an antara lain yang berbic berbicara ara tentang kepada kau m musyrikin ayat-ayat kebahagiaan hidup yang akan diraih oleh kaum beriman. Mendengar hal terseb tersebut, ut, kaum ka um musyrikin yang ya ng meragukan meraguka n informasi itu menyanggah dengan membandi ngka n keadaan mereka mereka di dunia yang jauh ja uh lebih baik—dari segi material—dengan keadaan kaum muslimin secara umum. Kata fa* ) maqâm terambil dari kata (
qâma yang berdiri. Maqâm
adalah tempat berdiri, yang dimaksu dima ksud d di di sini adalah adalah ketegaran dan kenyamanan hidup di dunia.
Kata
Ijjj
nadiyyan terambil dari kata ( j ^ j j
yang terambil dari kata (
nadiyy dan (
nady, yakni tempat berkumpul
bermusyawarah dan bercengkerama.
nâdin
untuk
da juga yang berpendapat ia terambil
dari kata ( (jjj ) nadan, yakni kemuliaan sehingga sehingg a kata tersebut tersebut bermakna berma kna tempat berkumpulnya orang-orang mulia dan terhormat. Yang dimaksud di
sini bukan saja tempat tetapi juga pengunjungnya. Ucapan para pendurhaka yang diuraikan al-Qur'an di atas adalah ucapan semua orang yang melupakan nilai-nilai Ilahi yang menjadikan nilai material
berada di atas segala nilai. Hingga kini yang serupa dengan mereka masih cukup banyak, tetapi kesudahan mereka nanti tidak akan jauh berbeda dengan kesudahan para pendurhaka yang disebut pada akhir surah ini. AYAT
"Dan berapa banyak telah Kami binasakan dari generasi sebelum mereka, sedang mereka lebih bagus perabot rumah tangganya dan dalam pandangan mata. "
Kelompok
Surah Maryam [19]
Ayat
509
Ucapan ora ng-ora ng- ora ng kafir kafir yang yan g su ngg uh ja uh dari kebenaran itu disanggah dan diluruskan oleh ayat 74 ini dengan menyatakan: "Sungguh,
tidak benar benar sangkaan san gkaan mereka itu. Melimpah Melimp ahnya nya rezek rezekii di dunia duni a bukanlah bukanl ah bukti cinta dan ridha Allah kepada seseorang. Kalau Kami menghendaki, Kami dapat membinasakan mereka dan harta kekayaan mereka, seperti yang
pernah pernah Kami Kam i lakukan, dan berapa banyak generasi yan telah Kami binasakan sebelum mereka, dari generasi yang lalu sedang mereka lebih bagus perabot
rumah tangganya dan keadaan serta penampilan mereka lebih indah terlihat dalam pandangan mata daripada dari pada mereka mereka yang berucap itu.
Kata Ciy
qarn terambil dari kata ( Ci jp
qarana
yang berarti bersama.
Orang-orang yang hidup bersama dan semasa dinamai qarn. Kata ini juga dipahami dalam arti manusia segenerasi. Kata (
) ) ri'yan terambil dari (
ra'â yang bermakna melihat. Itu
dipahami demikian karena adanya huruf hamzah setelah setelah huru râ
'. Dengan
demikian, makna kata tersebut adalah pandangan dan penampilan. Ad juga yang membaca kata tersebut ( tfj ) riyyan tanpa huruf hamzah setelah huruf râ ', dan ini dipahami oleh sementara ulama terambil dari kata ( l$j ) riyy
yang berarti puas karena banyaknya nikmat yang diperoleh. Dari akar kata yang sama lahir kata ( Citij ) rayyân yang berarti puas minum setelah
sebelumnya haus. AYAT75
-=•=-=-.
"Katakanlah barangsiapa
berada di dalam kesesatan, maka biarlah ar-Rahmân
memperpanjang baginya; sehingga apabila
mereka telah melihat apa yang
diancamkan kepada mereka, mereka, baik siksa maupun Kiamat, maka mereka akan
mengetahui siapa yang lebih jelek kedudukannya dan lebih lemah penolongpenolongnya. "
Ayat 73 menjelaskan bahwa ada orang-orang kafir yang membanggakan
harta dan kedudukann ya. Mereka telah telah diingatkan tentang kuasa k uasa Allah membina sakan sak an mereka mereka sebagaima sebag aimana na yang telah telah dilaku dil akukan kan-Ny -Nyaa terhadap
Surah Maryam [19]
Kelompok VI Ayat 75
generasi-generasi terdahulu yang justru jauh lebih hebat daripada mereka. Selanjutnya, ayat di atas memerintahk memerin tahkan: an:
ahai Rasul! Katakanlah kepada
mereka yang membanggakan diri itu: "Apa yang kalian duga sama sekali perolehan serupa s erupa di akhirat kelak karena telah telah menjadi sunnatullah sunnatulla h yang yan g sering kali dilakukan-Nya adalah barang siapa berada di dalam kesesatan, sehingga kesesatan itu melingkupi semua kegiatannya seperti keadaan kalian, maka
Tuha n yang selalu selalu melimpahkan melimpah kan aneka anugerah, anu gerah, biarlah ar-Rahmân, yakni Tuhan memperpanjang baginya umur dan kenikmatan duniawi yang menjadikan ia
bertambah sesat dan zalim; sehingga apabila mereka, yakni masing-masing dan dalam keadaan berkumpul untuk bantu membantu telah melihat apa dilakukan oleh orang- orang yang diancamkan kepada mereka, baik siksa yang dilakukan mukmin, seperti penawanan dan pembunuhan, maupun siksa kehinaan dan penderitaan Hari Kiamat, maka ketika itu mereka akan mengetahui siapa yang lebih jelek kedudukannya,
dan lebih
lemahpenolong-penolongnya, bahkan ketika itu mereka tidak memiliki seorang
penolong yang dapat membantu mereka, walaupun di dunia ini mereka membanggakan banyaknya pendukung mereka yang berkumpul di tempattempat megah mereka. Kata i J u J i
falyamdudpada. mulanya digunakan dalam arti mengulur
tali atau memanjangkannya.
Ia digunakan juga dalam arti menangguhkan.
Kata tersebut pada ayat ini, walaupun dalam bentuk kata kerja, maksudnya
adalah berita yang mengandung makna kepastian yakni hal tersebut telah
terbukti pada masa-masa lampau dan terus akan terbukti pada masa-mas datang. Demikian pendapat banyak ulama. Ada juga yang memahaminya dalam pengertian majazi yakni Allah memerintahkan diri -Ny a sendiri sendiri
pa da akhirnya akhirnya ini pun pu n menjadi sesuatu yang pasti karena pembicara, sehingga pada jika memerintahkan pihak lain melakukan sesuatu, tentu saja apa yang
diperintahkannya dikehendakinya untuk terlaksana. Dan karena Allah yang berfirman dan da n memerintah memerintahkan kan di sini maka mak a itu berarti berarti D a menghendakinya mengh endakinya sedangkan jika ji ka Allah menghendaki sesuatu mak a pastilah ia terjadi. terjadi. Sayyid
Quthub memahaminya dalam arti perintah perintah kepada Nabi Na bi Muh amma am mad d saw saw belah pihak— pih ak—mukmi mukmin n dan kafir—masinguntuk bermubahalah, yakni kedua belah
Kelompok
Surah Maryam [19]
Ayat
511
masing berdoa untuk dijatuhi sanksi bagi yang durhaka dan dibenci Allah
swt. "Mereka menduga lebih baik dan lebih lurus ajarannya dari pengikutpengikut pengikut Nabi Muh amma saw. karena mereka lebih kaya dan lebih megah. Biarlah mereka menduga demikian. Lalu, biarlah Nabi Muhammad saw.
berdoa kepada Tuhannya Tuhan nya agar mena mbah mba h kesesatan orang-o ora ng-orang rang yang sesat dari kedua belah pihak, dan menamba mena mbah h pula pu la petunjuk bagi orang-ora orang -orang ng yang selama ini telah memeroleh petunjuk. Nanti, apabila telah datang yang
dijanjikan bagi mereka—dan mereka —dan ini hanya satu dari dua—per dua— pertam tam siksa duniawi mereka yang sesat melalui orang-orang beriman dan kedua siksa yang n anti—ketik —ketikaa salah satu dari yang yan g dua itu terjadi, terjadi, sangat besar di akhirat nanti mereka akan mengetahui mengetahui siapakah lebih lebih jelek kedudukannya kedudukanny a dan lebih lemah penolong-penolongnya." Demikian lebih kurang Sayyid Quthub. AYAT
"Allah akan menambah petunjuk
kepada mereka yang telah
mendapat
petunjuk. Dan amal-amal saleh yang kekal itu lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu dan lebih baik kesudahannya. "
Setelah menyebut sanksi yang menanti orang-orang kafir yang
membanggakan diri serta menolak ayat-ayat yang dibacakan kepada mereka, ayat ini menyebut ganjaran orang-orang beriman dengan menyatakan: "dan adapun adapu n orang-or ora ng-orang ang yang beriman terhadap ayat-ayat ayat-ayat Allah serta mematuhinya ketika mereka mendengar ayat-ayat itu, maka Allah akan terus-menerus menambah petunjuk kepada mereka yang telah mendapat petunjuk sehingga
mereka semakin mampu melakukan kebajikan. Dan amal-amal saleh yang kekal itu lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu dan lebih baik kesudahannya.
Ketika menafsirkan ayat 6 dalam surah al-Fâtihah, penulis antara lain
mengemukaka mengemu kakan n bahwa hidayah Allah beraneka ragam dan bertingkat-tingkat serta tidak dapat dibatasi. Karena itu pula semua orang—walau Nabi Muhammad saw.—tetap diperintahkan untuk bermohon hidayah menuju
512
Surah Maryam [19]
Kelompok VI Ayat 77-80
ash-Shirâth al-Mustaqîm sebagaimana yang diajarkan dal am surah al-Fâtihah
dan da n yang yan g wajib diba d ibaca ca setiap shalat. Kata
ol^-CfiJt o l i U l ) al-bâqiyât ash-shâlihât telah penulis uraikan
maknanya ketika menafsirkan QS. al-Kahf [ 1 8 ] : 46. Rujuklah ke sana. Ayat 75 dan 7 6 di atas atas menetapkan menetapk an tolok ukur menyangkut makna dan
tujuan penganugerahan nikmat Ilahi kepada seseorang. J i k a nikmat itu digunakannya untuk kedurhakaan dan kesesatan, ia pada hakikatnya adalah diguna kan Allah untuk melengahkan seseorang yang istidrâj, yakni cara yang digunakan telah sedemikian sedemiki an bejat bejat sehingga kedurhakaannya kedurhakaann ya semakin semaki n bertambah ber tambah dan pada akhirnya ia akan binasa bin asa tanpa tan pa mereka sadari. Ini serupa dengan firman-
Nya:
"Apakah mereka mengira bahwa harta dan anak-anak yang Kami lapangkan buat mereka (berarti bahwa) Kami memberikan kebaikan-kebaikan buat mereka? Tidak! Sebenarnya mereka tidak sadar"
( Q S . al-Mu'minûn [23]: 5 5 - 5 6 ) .
Ada pun jika nikmat nik mat itu digunakan dig unakannya nya sesuai dengan petunjuk Ilahi, ia akan mendapatka menda patkan n dirinya selalu melakukan kebajikan dan harta benda bend a sert kenikmatan yang diperolehnya itu menjadi sarana kebaikan yang tidak pernah putus-putusnya. Kata
dljj x&
'inda Rabbikaldi
sisi Tuhanmu setelah menetapkan
baiknya al-bâqiyât ash-shâlihât dibandingkan dengan kenikmatan duniawi yang diraih para pendurhaka mengisyaratkan bahwa ketetapan tentang baiknya hal tersebut bersumber dari Allah Yang Maha Mengetahui sehingga ketetapan tersebut pastilah benar dan akan terlihat dengan nyata pada waktunya.
A Y A T 77-80
"Ldlu, apakah engkau telah melihat orang yang kafir kepada ayat-ayat Kami dan ia mengatakan pasti aku akan diberi harta dan anak. Apakah
Baca halaman 307.
ia
Kelompok VI Ayat 77-80
Surah Maryam [19]
513
mengetahui yang gaib atau ia telah membuat perjanjian di sisi ar-Rahmân? ar- Rahmân? Sekali-kali tidak! Kami akan menulis apa yang ia katakan dan benar-benar Kami akan memperpanjang untuknya siksa secara sempurna dan Kami akan mewarisi
yang ia katakan, dan ia akan datang datan g kepada Kami seorangdiri.
Ayat-ayat di atas meru pak an lanjutan uraian tentang kebur ukan kepercayaan kepercayaan dan sikap kau m musyrikin. musyriki n. Kata ( _i fa'/lalu pada pa da awal awal ayat ini berfungsi berfungsi menghubu mengh ubungk ngkan an ayat 7 dan seterusnya seterusnya dengan ayat yang yan g berbicara tentang ucapan dan keangkuhan kaum musyrikin dan pengingkarannya terhadap hari Kebangkitan (ayat 66 dan seterusnya), seakan-akan ayat ini menyatakan: Lalu, uraikan juga kisah sang kafir kafir yang sunggu sun gguh h mengheranka berikut ini. Apakah engkau telah melihat, yakni apakah engkau tidak heran orangyang kafir kepada ayat-ayat Kami, yakni tertipu oleh gemerlap melihat orangyang
kehidupan dunia sehingga mengingkari hari Kebangkitan, dan ia mengatakan dengan nada olok-olok dan penuh keangkuhan: "Aku "Aku bersumpah, bersump ah, di akhirat
nanti pasti aku akan diberi harta yang banyak dan anak-anak. yang kubanggakan." Ucapann Ucap annya ya itu disanggah disang gah oleh ayat ayat selanjutnya selanjutnya yang menyatakan: menyatakan: Apakah sehingg a ia berucap beruca p demikian ia yakni sang kafir itu mengetahui yang gaib sehingga atau ia telah membuat perjanjian
di sisi ar-Rahmân
Tuhan Yang Maha
Pemurah sehingga ia memastikan ucapannya itu? Sekali-kali tidak!'yakni ia tidak mengetahui yang gaib tidak juga ada perjanjiannya dengan Allah. Kalau ia tidak segera menghentikan kebohongannya, maka Kami akan menulis apa yang ia katakan, yakni Kami akan memperhitungkan memperhitungka n dan memintanya memintanya
untuk
mempertanggungjawabkannya dan tentu ia akan gagal dan dengan demikian benar-benar Kami akan memperpanjang
untuknya siksa secara
sempurna
baya ngka dan Kami akan mewarisi, yakni sampai batas yang tidak dapat ia bayangka ambil atau binasakan pa yang ia katakan, yakni harta dan anak yang yan g mereka banggakan bangga kan itu, akan diambi l kembali oleh Allah setel setelah ah ia sendiri sendiri dimatikan dimatik an oleh-Nya, dan ia akan datang kepada Kami setelah kematiannya nanti dalam keadaan hina dina lagi seorang diri tanpa harta, anak, kedudukan, potensi dan satu penolong pun.
Kelompok VI Ayat 77-80
Surah Maryam [19]
Imam Bukhâri meriwayatkan tentang sebab turunnya ayat ini melalui sahabat saha bat
bi saw., saw., Khub Kh ubbâ bâb, b, yang menceritakan bahwa ketika di Mekka
dia adalah seorang pandai besi yang membuatkan sebuah pedang untuk seorang
musyrik yang bernama al-'Ash Ibn Wâ'il. Ketika selesai, dia meminta upahnya, tetapi al-'Ash berkata: "Aku tidak akan membayarmu sebelum engkau kafir kepada Muhammad," al-Khubbâb menolak dan berkata kepadanya: "Aku tidak akan kufur kepada Muhammad sampai Allah mematikanmu lalu menghidupkanmu kembali." Dalam riwayat lain dinyatakan: "Sampai engkau mati dan dibangkitkan Allah," al-'Ash bertanya: "Apakah aku akan dibangkitkan setelah kematian?" Al-Khubbâb membenarkan, maka al-'Ash berkata: berkata: " J i k a demikian, biarlah aku mati lalu dibangkitkan karena ketika itu aku akan memeroleh harta yang banyak dan anak-anak, dan ketika itulah aku membayarmu." Maka, turunlah ayat ini. Kata
c-»îjâî
afardayta secara harfiah berarti apakah lalu engkau telah
melihatatau mengetahui. Pakar-pakar bahasa bahas a menyatakan bahwa pada pa da redaksi redaksi
ini ada kata yang yan g didahulukan didahul ukan padahal tempatnya temp atnya di belakang. Yang mereka maks ud adalah kata (
alapakah seharusnya bertempat bertempa t setelah setelah kata ( _s fa/
lalu dan dengan demikian redaksi tersebut harus dipahami dalam arti Lalu apakah engkau dst. Selanjutnya, para pakar bahasa juga menyatakan bahwa
redaksi ini dipahami juga dalam arti beritahulah aku yang pada hakikatnya tidak dimaksudkan sebagai perintah atau permintaan untuk diberitahu, tetapi mengandung makna keheranan terhadap ulah siapa atau apa yang yan g dilihat itu. Kata
oleh sementara sementara ulama bukan dalam waladan dipahami oleh
kata mengandung makna tunggal, tetapi ia adalah redaksi yang dimaksud dengannya jamak atau yang diistilahkan oleh pakar-pakar bahasa ismjama '. Pengertiannya Pengertiannya demikian, demikia n, dikukuhkan dikuku hkan oleh bacaan lain yang berbunyi berbunyi wuldan yang merupaka merupakan n bentuk ja mak dari kata walad, yakni anak-anak. Kata
iththalaa
terambil dari kata (
thala'a, yakni naik.
mengetahui atau menguasai sesuatu—lebih-lebih sesuatu—lebih-lebih yan Seseorang yang ingin mengetahui tersembunyi—biasanya mendaki ke puncak agar dia dapat melihat dengan serta mengua sai dari segala penjuru. Dari sini kata tersebut jelas dan leluasa serta dipahami juga dalam arti mengetahui.
Surah Maryam [19]
Kelompok VI Ayat 77-80
Huruf sanaktubulKami
biasany a diterjemahkan akan pada kata ( sin yang biasanya
515
I^ S & J * ,
akan menulis dipahami oleh sementara ulama berfungsi
sebagai pengukuhan penulisan itu karena semua mengetahui bahwa sejak
kini Allah swt. telah memerintahkan memerintahka n para malaikat malai kat (yang dinamai din amai oleh sementara ulama Raqîb da 'Atid) untuk menulis semua aktivitas manusia. juga yang memahami maksud kata tersebut adalah Kami akan
menampakk mena mpakk an kepadanya bahwa selama ini Kam i telah telah menulis. Kata (
waritsa yang biasa
diterjemahkan mewarisi. Kata tersebut pada ayat ini dipahami dalam arti majazi,
yakni mencabuti mengambil
mengandung makna kematian da
kembali atau membinasakan.
In
kebinasaan sang kafir yang merasa
"memiliki" anak dan harta yang dia banggakan itu. Pewarisan harta dalam arti kehancuran dan kebinasaannya atau pengalihannya kepada pihak lain, sedang pewarisan anak, dalam arti menjadikan anak
kafir itu meninggalkan orangtuanya dan memeluk agama
Islam. Dalam konteks ayat ini, anak-anak sang kafir yang menurut sabab
Wâ'il , anak-anaknya memeluk Islam dan dikenal nuzûlayax adalah al-'Ash Ibn Wâ'il, sangat taat beragama. Dua putranya yang populer adalah Amr dan Hisyâm. Yang pertama melahirkan tokoh 'Abdullâh Ibn Amr yang merupakan satu
dari tujuh orang oran g tokoh yang yan g bernam ber namaa 'Abdullâh (al-'Abâdillah as-Sab'ah). Hi syam m adalah salah seorang sahabat sahabat Nabi Na bi yang ya ng gugur dal am salah Sedang Hisya satu peperangan membela agama.
KELOMPOK 7
AYAT 81-98
f 517
Surah Maryam [19]
Kelompok VI Ayat 81-82
Surah Maryam [19]
519
A Y A T 81-82
"Dan mereka telah mengambil sembahan-sembahan selain Allah agar mereka
menjadi pembela
buat mereka.
mengingkari penyembahan
Sekali-kali
tidak! Kelak mereka
mereka (orang-orang kafir) terhadap
akan mereka
(sembahan-sembahan selain Allah) dan mereka akan menjadi musuh bagi mereka (orang-orang kafir). "
Setelah kelompok kelomp ok ayat ayat yang lalu menjelaskan menjelaskan pandangan kaum ka um musyrikin
tentang pengikut-pengikut Nabi Muhammad saw. dan menjelaskan dampak buruk buru k yang akan mereka alami, kelomp kel ompok ok ayat ini masih mas ih melanju melanjutkan tkan uraian tentang mereka, yakni tentang kepercayaan syirik yang mereka anut serta kesudahan mereka. Ayat yang lalu menjelaskan menjelaskan bahwa kelak di hari Kemudian mereka akan
dibangkitkan dalam keadaan hina dina dan sendirian, ayat ini menjelaskan kekecewaan mereka terhadap sembahan-sembahan mereka. Al-Biqâ'i menjadikan kata ( j ) wa/dan pada awal ayat di atas sebagai
penghubung dari apa yang diuraikan tentang ucapan orang-orang kafir sebelum ini (ayat 66). Memang, di sana digunakan kata tunggal, yakni alinsân, sedang di sini berbentuk amak am ak (mereka). Ha Hall ini menurutnya
untuk
mengisyaratkan bahwa kendati mereka bersama-sama, tetap saja mereka tidak meraih kecuali kekecewaan dan kehinaan. Memang menafikan sesuatu bagi ja di tidak menafikannya bagi yang lain, tetapi menafikan seseorang boleh jadi bagi semua atau satu kelompok pasti menafikannya bagi setiap anggota
kelompok itu. Ayat di atas menyatakan bahwa dan mereka, yakni orang-orang kafir, telah mengambil, yakni percaya dan menyembah, sembahan-sembahan selain
yan g seharusnya mereka mereka sembah, mereka menyembah Allah, padahal Allah saja yang berhala-berhala itu agar mereka, yakni sembahan-sembahan itu, menjadi pembela mereka atau pemberi syafaat buat mereka. Sekali-kali tidak. Harapan
mereka tidak mungkin akan terjadi sebab kelak mereka, yakni sembahanmengingkari penyembahan mereka, yakni orang-orang sembahan itu, akan mengingkari
Surah Maryam [19]
Kelompok II Ayat 81-82
kafir, terhadap mereka. Sembahan-sembahan itu akan berkata kepada para penyembahnya: penyemba hnya: Kalian Kali an sama sa ma sekali tidak pernah menyemb men yembah ah kami ka mi (baca
Yunus [10]: 28), dan mereka, yakni sembahan-sembahan itu, akan menjadi musuh bagi mereka dan menuntut agar Allah menyiksa mereka.
Kata
JJLA 5\ ittakhadzu terambil dari kata (
akhadza yang pada
mulanya berarti mengambil. Yang dimaksud di sini mengambilnya untuk dipertuhan, dari sini kata tersebut tersebut dipahami dip ahami dalam d alam arti dipercaya sebagai tuhan.
Huruf
3 tâ
g menyertai kata itu mengandung makna upaya sungguh-
sungguh/pemaksaan.
Hal ini untuk mengisyaratkan bahwa mempertuhan
sembahansemb ahan-semb sembahan ahan itu adalah sesuatu yang yan g bertentangan dengan fitra fitra manusia sehingga ia—pa ia —pada da mulanya sebelum sebel um seseorang terbiasa—amat terbiasa —amat sulit diterima diter ima oleh yang yan g bersangkutan bersa ngkutan sehingga ia harus bersungguh-s bersun gguh-sungguh ungguh dan memaksakan diri untuk mengingkari keesaan Allah swt. Di sisi lain penggunaan istilah istilah (
) min dûni Allah/selain Allah mengisyaratkan
bahwa semestinya yang mereka sembah se mbah dan percayai adalah Allah swt.
K a t a ( Ijp ) 'izzan dari segi bahasa antara lain berarti sesuatu yang tidak ada/jarang samanya, j u g a yang dapat menundukkan pihak lain. K a t a ini j u g a berarti kuat. Dari sini, ia biasa diterjemahkan dengan kemuliaan. Kata
*jS ) kallâ digunakan untuk menafikan sesuatu, sebagaimana
digunakan j u g a untuk mewanti-wanti atau mengancam dan j u g a sebagai pembuka kata untuk menarik perhatian mitra bicara. Konteks ayatlah yang
menentukan mana di antara ketiga makna di atas yang tepat. Pada ayat ini, kata tersebut digunakan untuk menafikan perkiraan orang-orang kafir itu. Di sisi lain, para ulama al-Qur'an menjadikan ayat-ayat al-Qur'an yang dalam
redaksinya terdapat kata kallâ—menjadikannya—sebagai tanda turunnya ayat tersebut sebelum sebel um Nab i saw saw.. berhijrah. berhijrah. Ini setelah mereka menemukan menem ukan kata kallâ sebanyak tiga puluh tiga kali dalam lima lim a belas belas surah pada pad a paruh kedua
al-Qur'an dan kesemuanya turun sebelum sebelum Nabi Muhammad Muhamm ad saw. berhijrah ke Madinah.
Kata
|JL£>
dhiddanlmusuh dipahami oleh sementara ulama sebagai
berbentuk tunggal. Dari Dar i sini, mereka mempertanyakan mempertanyakan mengapa meng apa bentuk tunggal yang digunakan ayat ini, padahal sembahan-sembahan yang dinilai musuh itu banyak (berbentuk j a m a k ) . Dengan demikian, berdasar kaidah
Kelompok II Ayat 83-84
Surah Maryam [19] : 521
kebahasaan, kata yang berarti musuh pun mestinya berbentuk jamak pula,
yakni ( s\X&\
adhdâd. Agaknya, pemilihan bentuk tunggal itu untuk
mengisyaratkan bahwa walaupun sembahan-sembahan tersebut banyak dan beraneka ragam, mereka semua mengambil satu sikap yang sama, yakni mus uh bagi penyembah-pen penye mbah-penyembahny yembahnya. a. Pakar masing-masing menjadi musuh bahasa, al-Akh al-Akhfasy, fasy, berpendap berp endapat at bahwa kata dhiddan dapat digunakan digunakan dalam dal am
arti tunggal dan jamak. B i l a dipahami demikian, pertanyaan yang muncul di atas, tidak perlu ada.
A Y A T 83-84
"Tidakkah engkau melihat bahwa sesungguhnya Kami telah mengirim setansetan kepada orang-orang kafir untuk menghasung mereka dengan sungguhsungguh? Maka janganlah tergesa-gesa atas mereka karena sesungguhnya Kami hanya menghitung buat mereka dengan perhitungan yang teliti.
Thâhir Ibn 'Âsyûr menilai ayat ini merupakan jawaban atas satu pertanyaan yang muncul di benak Rasul saw. menyangkut uraian ayat-ayat yang lalu, yakni kekufura kekufuran n dan kesesatan kesesatan yang sedemikian dalam yang terdapat
musyri kin—baik aik secara individu individ u maup un kolektif—serta pada jiwa kaum musyrikin—b akibat-akibat akibat-akiba t dari sikap mereka itu Yakni, mulai dari ucapan kaum musyrikin: "Apakah aku akan dibangkitkan setelah kematian" (ayat 66) sampai dengan
penundaan siksa yang dijanjikan Allah swt. swt. Sekaligus ayat-ayat di atas—lanjut atas—lan jut Ibn 'Asyû r—merupakan r—merupaka n kesimpula k esimpulan n dari uraian ayat ayat yang lalu dan hiburan bagi Rasul Ras ul saw Al-Biqâ'i berpendapat bahwa kaum musyrikin menilai apa yang
dikemukakan dikemukak an ayat sebelumnya tentang akan terputusnya terputusnya hubungan antara para penyembah dan yang mereka sembah adalah sesuatu yang sangat disangsikan. Maka Ma ka,, (ayat 83) 83 ) di atas atas mengajak untuk memerhatikan kelakuan
kaum ka um musyrikin itu i tu yang sungguh sung guh bertentangan dengan akal sehat dan nurani yang suci.
Surah Maryam [19]
Ap
Kelompok
II Ayat 83-84
pun hubungannya, yang jelas ayat di atas lebih kurang berkata:
Tidakkah engkau, wahai Rasul atau siapa saja yang berakal, melihat bahwa sesungguhnya Kami telah mengirim setan-setan kepada orang-orang kafir yang
telah mendarah daging kekufurannya untuk
berbuat
maksiat dengan bersungguh-sungguh. J i k a yang demikian itu yang merupakan kebijkasanaan Kami, maka anganlah—wahai Nabi Muhammad—kekufuran mereka itu membuat hatimu gelisah atau berputus
sehingga engkau tergesa-
gesa meminta jatuhnya siksa atas mereka karena sesungguhnya Kami memang
membiar kan mereka demikian demikian hingga hin gga batas batas waktu tertentu dan Kami hanya perhitu ngan yang menghitung datangnya datangn ya batas waktu itu buat mereka dengan perhitungan
teliti dan bila waktunya tiba pasti mereka akan mendapatkan mendapatk an sanksi kekufuran kekufuran
itu. Kata
J>
melihat juga digunakan untuk
jl' )
menampakkan keheranan agar mendorong mitra bicara memerhatikan ap
yang dipertanyakan itu, dalam konteks ayat ini adalah melihat sehingga pada akhirnya redaksi semacam sema cam ini bermakna: bermakn a: Apakah engkau tidak memerhatikan, yakni "perhatikanlah". Kata
p*}j>
menggerakkan
ta'uzzuhum terambil dari kata ( "y
azza yang berarti
sesuatu atau mendorong dengan keras. Biasanya, kata ini
digunakan untuk gerak dan dorongan internal (dari dalam) dal am) . Air mendidi yang terdapat dalam satu wadah sehingga terdengar suara mendidihnya dilukiskan dengan kata ini. Penambahan kata azzan setelah kata ta'uzzuhum lebih lebih memperkua lagi doronga doro ngan n setan tersebut. Yang dimaks dima ksud ud di sini adalah menguatkan pengaruh setan terhadap orang-orang kafir sehingga ia dapat menentan g kebenaran. Almenguasai jiwa mereka dan mendor ong mereka menentang Biqâ'i memeroleh kesan dari kata yang digunakan ayat ini yang juga
digunakan untuk menggambarkan periuk yang berisi air dan diletakkan di —ul ama itu memeroleh memeroleh kesan —bahwa keadaan atas api sehingga mendidih —ulama para pendurhaka pendurhak a itu dalam ketidakseimbangan dan ketidakmantap ketidakmantapan an hidup, mereka adalah bagaik an air air yang sedang mendidih mendi dih itu, dan seperti seperti percikan beterbangan yang sungg uh jau h, berbeda dengan dengan sifat tanah yang api yang beterbangan merupakan asal kejadian kejadian manusia, manusia , yakni sifa sifatt kemantapan, dan sungguh sun gguh mirip
Kelompok II Ayat 85-87
Surah Maryam [19]
523
ketidakstabilan orang-ora orang -orang ng kafir kafir dengan deng an sifat api yang selalu bergejolak da yang merupakan asal kejadian makhluk—yang dalam hal ini adalah setan-
setan yang menghasung menghas ung dan mendo me ndoron rong g mereka melakukan kegiatan-kegiatan
buruk itu. Anda janga ja ngan n berkata bahwa ayat ayat ini menunjukkan menunjukk an bahwa justru justr u Alla
swt. swt. yang menjerumuskan manusia manusi a dan menyesatkannya karena Di a yang mengirim setan-setan itu untuk menggoda manusia. Jangan Jan gan berkata berkata demikian. Perhatikanlah ayat di atas. Redaksinya Redaksiny a menyatakan bahwa b ahwa pengiriman pengir iman setansetan itu tertuju kepada kepad a orang-ora orang -orang ng kaf kafir ir yang telah telah mendarah mendar ah daging dagi ng dan membud mem buday ayaa kekufurannya, kekufurannya, bukan kepad ke padaa manusia manus ia yang yan g masih masi h suci jiwany atau yang memiliki kesadaran keagamaan. Pengiriman setan-setan untuk menggoda itu justru sangat dikehendaki dan disukai oleh orang-orang kafir
tersebut karena rayuan rayuan dan godaa go daan n setan sejalan dengan kepribadianny keprib adiannya. a. Kata l*
nauddu/Kami hitung mengesankan menges ankan singkatnya waktu tersebut
karena biasanya bi asanya sesuatu yang yan g dapat dihitung adalah sesuatu yang yan g jumlahnya juml ahnya terbatas atau sedikit. Firman-Nya: (
£^
lâtajal 'alaihimljanganlah tergesa-gesa atas
mereka, mengisyaratkan betapa tinggi kedudukan Nabi Muhammad
saw. di
be rada di tangan beliau. sisi Allah sehingga seakan-akan kebinasaan mereka berada jan gan tergesa-gesa menjatuhkan menjatuhkan sanksi atas atas mereka. Tetapi, karena Yakni jangan sanksi dimaks dim aksud ud pasti datangnya dari Allah swt., swt., larangan ini berarti jangan tergesa-gesa berdoa kepada Allah guna jatuhnya siksa atas mereka karena
engkau adalah ada lah kekasih Allah sehingga Yang Mahakuasa Mahakuas a itu akan akan mengabulkan doamu—jika engkau yang berdoa
A Y A T 85-87
"Hari Kami mengumpulkan orang-orang bertakwa menuju ar-Rahmân sebagai perutusan yang terhormat. Da
menghalau orang-orangyang Kami menghalau
durhaka
ke neraka Jahanam dalam keadaan dahaga. Mereka tidak memiliki syafaat
tetapi siapa yang menjalin dengan ar-Rahmân suatu perjanjian.
Surah Maryam [19]
Kelompok VII Ayat 85-87
Setelah menjelaskan ancaman terhadap para pendurhaka, ayat ini
menjelaskan masa datangnya puncak anugerah dan siksa bagi semua se mua pihak. Ayat ini memerintahkan Rasul saw. agar "mengingat dan mengi ngatkan hari
ketika Kami melalui malaikat-malaikat yang sangat ramah mengumpulkan orang-orang bertakwa menuju ke surga sebagai ganjaran yang telah disiapkan
oleh ar-Rahmân Tuhan Yang Ma ha Pemurah, serta melayani melayani mereka sebagai perutusan yang terhormatyang disuguhi aneka jamuan ja muan "selamat "selamat datang" yang y ang
memuaskan, dan pada hari itu juga Kami melalui malaikat-malaikat yang kejam dan kasar menghalau bagaikan binatang orang-orang yang durhaka
dengan aneka kedurhakaan menuju ke neraka Jahanam menghadapi siksa yang telah telah disiapkan dis iapkan Tuhan Yang Mahaperkasa Mahaperka sa tanpa disuguhi jamuan ja muan sehingga mereka ketika itu dalam keadaan dahaga. Pada hari itu, mereka tidak memiliki hak dan kemampuan memberi dan memeroleh syafaat tetapi siapa yang menjalin secara bersungguh-sungguh dengan ar-Rahmân suatu perjanjian yaitu
dengan mengucapkan dua kalimat syahadat serta memenuhi syarat-syarat lain yang ditetapkan diteta pkan-Nya, -Nya, mereka itulah itulah yang yan g memiliki memili ki hak hak dan kemamp kem ampuan uan memberi dan memeroleh syafaat. ma k dari kata ( Kata ( loâj ) wafdan adalah bentuk ja mak
wâfid yang
berarti utusan. Kata itu digunakan untuk menunjuk rombongan yang datang menemui tokoh terhormat atau majelis/pertemuan mulia. Sementara ulama ulama menjelaskan bahwa maksud kata tersebut adalah berkendaraan. Ini di samping
untuk memperhadapkan kata tersebut dengan kata yang digunakan melukiskan kedatangan para pendurhaka—juga berdasar beberapa riwayat yang melukiskan kehadiran orang-orang bertakwa ke surga dengan menggunakan
Kata
kendaraan. nasûqu terambil dari kata (
Jj^>
sauq yang pada mulanya
berarti berada di belakanguntuk menghalau binatang menuju menuju tempat tertentu. Kata (
j ) wirdan adalah bentuk ja mak ma k dari kata (
seseorangyang berjalan menuju sumber air. Tentu
wârid yaitu
saja, yang menuju ke sana
adalah yang yan g membutuhk mem butuhk an air, air, yakni kehausan. Dar D arii sini, kata wirdan dipahami sebagai rombongan manusia yang berjalan dalam keadaan kehausan. Kata ( Spbtà ) syafâ 'ah terambil dari akar kata yang berarti genap. Ketika
menafsirkan
al-Baqarah [2]:
, penulis antara lain lain mengemukakan menge mukakan bahwa
Kelompok
II Ayat 85-87
Surah Maryam [19]
tidak semua orang mam pu meraih sendiri sendiri apa yang dia harapkan. harapkan. Ketika itu banyak cara yan g da pat dia lakukan. Antara Antara lain lain memint a bantuan oran
lain.
yang diharapkan seseorang terdapat pad a pihak lain, yang ditakuti
atau disegani, dia dapat menuju kepadanya dengan menggenapkan dirinya den gan ora ng lain lain itu untuk bersama -sama memo hon kepad a yan g d itakuti dan disegan i itu. Ora ng lain itulah itulah yang mengajukan permoho nan . Di a yang menjadi penghubung untuk meraih apa yang diharapkan itu. Upaya melakukan hal tersebut dinamai syafaat. Dalam kehidupan dunia, syafaat tidak jarang dilakukan untuk tujuan
membenarkan yang salah serta menyalahi hukum dan peraturan. Yang membe ri syafaat biasan ya membe ri karena takut,
atau segan, atau
mengharapkan imbalan. Di akhirat, hal demikian tidak ada karena Allah yang kepada-Nya diajukan diajukan permohonan, tidak butuh, tidak takut, tidak pula melakukan sesuatu yang batil. akhirat, yan g meng ajukan per mohon an syafaat harus men da pat izi terlebih dahulu dari Allah untuk memohonkan syafaat dan izin itu baru diberikan setelah setelah Allah menilai bahwa yang yan g me memoho moho n dan yan g dimohon dim ohon kan wajar untuk memberi dan mendapat syafaat, dan tentu saja apa yang dimohon kan adalah sesuatu yang tidak bertentangan bertentangan deng an haq. ulama yan g memahami ayat ini dan semacamn ya sebagai berbicara tenta ng o ran g kafir kafir sehingg a pembe laa n da n syafaat syafaat yan g dinafikan ada lah yang bersumber dari orang-orang kafir kepada orang kafir. Ada lagi yang berpenda pat bahwa pembela an da n pemberian syafaat syafaat yang dinafikan dinafikan adalah dari siapa pun, walau dari seorang mukmin, tetapi yang ditujukan orang kafir. Ada lagi pen da pat yang menafikan secara mutlak a dan ya pembelaan dan syafaat secara mutlak dari siapa pun dan untuk siapa pun. Pendapat terakhir ini, walau pun sepintas terlihat did ukun g oleh sekian sekian ayat ayat yang berbicara tenta ng syafaat, ad a pula ayat-ayat lain yan g meng isyaratka adanya syafaat, bahkan tidak sedikit hadits-hadits shahih yang menegaskan adanya syafaat. Salah satu sat u ayat di ma ksud ks ud adala ad ala h
firman firman-N -Nya: ya:
"s Surah Maryam [19]
"Dan sembahan-sembahan sembahan-sembahan
Kelompok II Ayat 85-87
yang mereka sembah selain Allah tidak dapat
memberi syafaat; akan tetapi orang yang dapat memberi syafaat ialah orang yang mengakui yang Haq, yakni keesaan Allah dan mereka meyakininya"
(QS.
az-Zukhruf [43] 86 . Demik Dem ikia ian n jug a firma firman-N n-Nya ya
"Tiadalah berguna syafaat di sisi Allah melainkan melainkan
diizinkan-Nya
memeroleh syafaat itu sehingga
bagi orang yang telah
apabila
telah
dihilangkan
ketakutan dari hati mereka, mereka berkata: Apakah Apakah yang telah difirmanka
oleh Tuhan-mu?' Mereka menjawab: menjawab: 'Putusanyang benar', dan Dia-lah Dia-lah Yang Mahatinggi lagi Mahabesar"
( Q S . S a b a [34]: 23).
Memang, syafaat ala dunia tidak akan terjadi di hari Kemudian, dan
itulah yang dinafikan oleh sekian ayat. Para ulama ulama hampir sepakat tentang adanya syafaat syafaat bagi mereka yang taat dalam rangka meningkatkan meningk atkan derajat mereka serta serta bagi mereka yang bertaubat,
tetapi sementara ulama dari kelompok Mu'tazilah menolak adanya syafaat bagi mereka yang melakukan dos a besar. besar. Sekian banyak ayat—menurut
mereka—yang secara tegas menafikan adanya syafaat syafaat seperti firman-Nya firman-Nya dalam dal am al-Mu'min [40]: [40 ]: 18:
^Û^^Li^j *-i£~iri.
a^jiiU^C»
"Orang-orangyang zalim tidak mempunyai teman setia seorangpun dan tidak
(pula) mempunyai seorang pemberi syafaat yang diterima syafaatnya. "Atau
firman-Nya:
"Maka, tidak berguna lagi bagi mereka syafaat dari orang-orang memberikan
yang
syafaat''(QS. al-Muddatstsir [74]: 48). Kelompok Ahlas-Sunnah
berpendapat bahwa kendati ada ayat-ayat yang kelihatannya menafikan syafaat secara umum, tetapi terdapat juga sekian ayat dan hadits-hadits Nabi saw.
Kelompok II Ayat 88-89
Surah Maryam [19]
527
yang membatasi keumuman tersebut. Ayat-ayat dimaksud antara lain adalah
firman-Nya:
"Allah mengetahui segala sesuatu yang di hadapan mereka (malaikat)
dan
yang di belakang mereka, dan mereka tiada memberi syafaat melainkan kepada orang yang diridhai Allah, dan mereka itu selalu berhati-hati karena takut
demikian juga kepada-Nya" (QS. al-Anbiyâ' [ 2 1 ] : 28 ), demikian
S a b a [ 3 4 ] : 23 di
atas.
Memang, harus dicatat bahwa tidak semua dapat menerima, bahkan bahk an
memberi syafaat. Memberi dan menerima syafaat haruslah atas izin Allah dan keputusannya pun p un adalah keputusan keputusan yang ya ng haq dan bijaksana sebagaimana ditegaskan oleh ayat di atas. A Y A T 88-89
"Dan mereka berkata: 'ar-Rahmân mengambil anak. ' Sesungguhnya Sesungguhnya kamu
telah mendatangkan suatu perkara yang sangat munkar.
Setelah ayat lalu mengingkari adanya yang dapat memberi syafaat syafaat bagi
orang-orang kafir, sedang anak biasanya dapat didengar rengekannya oleh orangtuanya, dalam konteks mengukuhkan penafian adanya yang dapat memberi member i syafaat itu, itu, sekaligus membuktikan kekeliruan keyakinan sementara kaum kafir, ayat ini menegaskan bahwa Allah sama sekali tidak memiliki dan tidak mengangkat seorang anak pun. Dan mereka, yakni orang-orang Yahudi, Nasrani, dan sementara orang-
orang Arab, berkata: "ar-Rahmân Tuhan Yang Maha Pemurah mengambil, yakni mempunyai anak, yakni Uzair kata orang Yahudi, Isa Isa kata Nas rani, ran i, dan malaikat malaika t kata yang lain." Katakanla h, wahai wahai semu a orang yang beriman kepada mereka, Aku bersumpah demi keagungan-Ku, sesungguhnya kamu
wahai kaum kafir, dengan ucapan itu telah mendatangkan suatu perkara yang
Surah Maryam [19]
Kelompok VII Ayat 88-89
yan g tidak dapat dapa t diterima oleh akal yang sehat sehat dan nurani sangat munkar, yang yang jernih. Kaum musyrikin Mekkah tidak mengenal kata ar-Rahmân
yang
menunjuk kepada Allah swt. swt. QS . al-Furqân al-Fu rqân [ 2 5 ] : 60 menegaskan bahwa:
Apabila diperintahkan
kepada mereka sujudlah kepada ar-Rahmân
mereka
berkata (bertanya): "Siapakah ar-Rahmân itu? Apakah kami bersujud kepada sesuatu yang engkau perintahkan
kepada kami?" Perintah ini
menambah
mereka enggan (menjauhkan diri) dari keimanan.
Demikian juga ketika terjadi perjanjian Hudaibiyah, Nabi saw. memerintahkan menulis Bas mala h, tetapi tetapi pemi mpi n delegasi delegasi musyrik Mekkah—Suh ail Ibn Amr —menola —men ola k kalimat terse tersebut but dengan dengan alasan: Kami tidak mengetahui Bismillâhirrahmânirrahîm, Allâhumma
(dengan nama-Mu
tetapi tulislah
Bismika
Allah).
Begitu juga ketika orang-orang musyrik Mekkah mendengar kaum
muslimin musl imin mengucapkan mengucap kan Basmalah—-d Basmalah—-dii man a terdapat terdapat kata
ar-Rahmân—
mereka berkata kami tidak mengenal ar-Rahmân kecuali Musailamah, yakni pad a masa Rasul Rasu l saw. saw. dan menama men amakan kan dirinya seorang yang mengak u nabi pada ar-Rahmân.
Al-Qur'an melukiskan sikap kaum musyrikin dan penjelasan Allah tentang ar-Rahmân bahwa:
"Demikianlah Kami telah mengutus engkau kepada suatu umat yang telah
mendahului mereka umat-umat (lainnya) supaya engkau membacakan kepada mereka yang Kami wahyukan kepadamu, padahal mereka ingkar kepada arRahmân.
Katakanlah:
Dia Tuhanku, tidak ada tuhan kecuali Dia hanya
kepada-Nya aku berserah diri dan hanya kepada-Nya tempat kembali" ( Q S .
ar-Ra'd[13]:30).
Kelompok VI Ayat 90-91
Surah Maryam [19]
529
dasar itu, itu, kita dapat berkata bahwa ucapan yang diabadikan diabadikan al-Qur'an al- Qur'an Atas dasar di atas adalah makna dari ucapan mereka. Bahwa ayat ini memilih kata arseperti dikemukak dikemu kakan an sebelum ini, naunga nau ngan n atau bayangbaya ngRahmân karena, seperti bayang yang paling menonjol dalam surah ini adalah tentang rahmat Ilahi, keridhaan, dan hubungan harmonis dengan-Nya. A Y A T 90-91
"Hampir-hampir
langit pecah karenanya, dan bumi terbelah, dan gunung-
gunung runtuh karena mereka menyatakan bahwa ar-Rahmân
mempunyai
anak. "
yan g lalu menegaskan keburukan keburuka n kepercayaan kepercayaan tentang adanya Setelah ayat yang anak bagi Tuhan, ayat ini menggambarkan dampak yang sangat mengerikan dari kepercayaan itu. Ayat ini menyatakan hampir-hampir saja terjadi bencana yang besar di alam ala m raya, yakni langitya.ng demikian kukuh dan berlapis-lapis itu,pecah karenanya, yakni karena kepercayaan itu, dan hampir-hampir juga bumi tempat mereka berpijak menjadi
runtuh
jatuh berkeping-keping berkeping-keping karena mereka menyatakan bahwa ar-Rahmân Allah Yang Mah a Pemurah Pemurah mempunyai anak. Kata ar-Rahmân terulang dalam surah ini sebanyak enam belas kali.
Sementara ulama berpendapat berpendapat bahwa kata ar-Rahmân tidak memiliki akar kata. Penganut paham ini melanjutkan bahwa kata tersebut terambil dari itu—lanj ut mereka— dala bahasa Ibrani, dan karena itu—lanjut
Basmalah dan dalam
surah al Fatihah ia disusul dengan kata ar-Rahîm untuk memperjelas maknanya. Pada umumnya umu mnya,, ulama ul ama berpendapat berpendapat bahwa ba hwa keduanya keduanya terambil terambil dari aka
kata rahmah dengan alasan bahwa wazan (timbangan) kata tersebut dikenal dalam bahasa Arab, Rahman setimbang dengan- ' l â n dan Rahim dengan fa'îl. T i m b a n g a n ' l â n biasanya menunjukkan kepada kesempurnaan dan
atau kesementaraan, kesementaraan, sedang s edang timbang timbangan anfa 'U menunjuk kepada kesinambungan dan kemantapa keman tapa n. Itu salah sala h satu sebab sehingga tidak ada bentuk jamak dari
Kelompok
Surah Maryam [19]
II Ayat 90-91
kata Rahman karena kesempurnaannya itu, dan tidak juga ada yang wajar dinamai Rahman kecuali Allah swt., berbeda berbe da dengan de ngan kata Rahim yang dapat seba gaimana mana ia dapat dap at menjadi sifat sifat Allah dan juga dijamak dengan Ruhamâ ', sebagai dal am hal hal ini antara lain Na Nabi bi Muha mmad mm ad saw. B a c a sifat makhluk, dalam
at-
Taubah [9]: 128. Ar-Rahmân, seperti dikemukakan di atas, tidak dapat disandang kecuali
oleh Allah swt. karena itu pula ditemukan ayat al-Qur'an yang mengajak manusia menyembah-Nya dengan menggunakan kata tersebut, sebagai ganti kata Allah atau menyebut kedua kata tersebut sejajar dan bersamaan. Perhatikan firman-Nya berikut ini:
Katakanlah:
mana
"Serulah Allah atau serulah ar-Rahmân.
Dengan nama yang
saja kamu seru, Dia mempunyai al-Asmâ'al-Husnâ (nama-nama yang
terbaik)"'(QS.
al-Isra [17]: 110).
"Dan tanyakanlah kepada rasul-rasu Kami yang telah Kami utus sebelum
kamu: Adakah Kami menentukan tuhan-tuhan untuk disembah selain arRahmân (Allah Yang Maha Pemurah)?'"'(QS.
az-Zukhruf [43] 45).
Penulis cenderung menguatkan pendapat yang menyatakan baik arRahmân maupun ar-Rahîm terambil di akar kata rahmahlrahmat.
Dalam
Qu ds i dinyatakan dinyatak an bahwa Allah Alla h berfirman: berfi rman: "Aku adalah adal ah ararsalah satu hadits Quds Rahmân, Aku menciptakan rahim, Ku-ambilkan untuknya nama yang berakar dari nama-Ku, siapa yang menyambungnya (bersilaturahim) akan Kusambung (rahmat-Ku) untuknya dan siapa yang memutuskannya Ku putuskan (rahmat-Ku baginya)" (HR. Abu Dâûd dan at-Tirmidzi melalui Abdurrahman Ibn Auf). Menurut Men urut para pakar bahasa, semua sem ua kata yang terdiri dari huruf-huruf Râ', Hâ', dan Mi
mengandung makna kelemahlembutan,
kasih sayang,
dan kehalusan. Rahmat, jika disanda dis andang ng oleh manusia, manusi a, ia menunjukkan menunj ukkan kelembutan hati yang mendorongnya mendoro ngnya berbuat baik.
Surah Maryam [19] : 531
Kelompok VI Ayat 90-91
Rahmatlahir dan tampak ta mpak di permukaan permukaa n bila ada sesuatu yang dirahmati,
dan setiap yang dirahmati pastilah sesuatu yang butuh. Karena itu, yang butuh pada hakikatnya tidak dapat dinamai Rahim.
sisi lain, siapa yang
bermaksu berma ksud d memenuhi kebutuhan kebutuh an pihak lain tetapi tetapi secara faktual faktual dia tidak melaksanakannya, ia juga tidak dapat dinamai rahim. Bila itu tidak terlaksana karena karena ketidakmampuannya, ketidakmampua nnya, boleh jadi dia dinamai rahim, ditinjau dari segi kelemahlembuta n, kasih sayang, dan kehalusan yang menyentuh hatinya, tetapi tetapi yang yan g demikian ini adalah sesuatu yang tidak sempurna. sempurn a. Pemilik rahmat yang ya ng sempu rna adalah Di a yang yan g menghendaki dan melimpahkan kebajikan bagi yang butuh serta memelihar memeliharaa mereka, sedang Pemilik Pemilik rahmat yang menyeluruh menyeluruh adalah yang mencurahkan mencurahkan rahmat kepada yang wajar wajar mau pun pu n yang ya ng tidak wajar wajar menerimanya.
Rahmat Allah bersifat menyeluruh karena, setiap Dia menghendaki tercurahnya rahmat, sekitar itu juga rahmat tercurah. Rahmat-Nya pun bersifat menyeluruh karena ia mencakup yang berhak maupun yang tidak berhak serta serta mencakup menca kup pul p ulaa aneka maca ma cam m rahmat yang ya ng tidak dapat dihitung atau dinilai. rahmah/rahmat dapat dipahami sebagai sifat Zat dan ketika
Kata
itu Rahman dan Rahim merupakan merupa kan sifat Zat Za t Allah swt., swt., dapat juga dipahami dalam arti sesuatu yang yan g dicurahkan, dicura hkan, dan bila bil a demikian rahmah menjadi sifat
perbuatan-Nya. Ketika Anda berdoa seperti yang diajarkan QS. Ali 'Imrân [ 3 ] : 8: (
dJbaJ
(Anugerahkanlah
Î
wa hab lanâ
min
ladunka
rahmatan
bagi kami dari sisi-Mu rahmat), kata rahmatan di sini
merupakan sesuatu yang dicurahkan Allah, bukan merupakan sifat sifat Zat-N Zat -Nya, ya, karena sifat Zat Za t tidak dapat dianugerahka dianug erahkan. n. Apakah sama makna Rahman dan Rahim?
yang mempersamakannya,
namun pandangan ini tidak banyak didukung oleh ulama. Dua kata yang seakar, bila berbeda timbangan, pasti mempunyai perbedaan makna, dan bila salah satunya memiliki memiliki hur uf berlebih berlebih ma ka biasanya kelebihan kelebihan huruf hur uf
menunjukkan menunju kkan kelebihan kelebihan makna. makna . Ini berdasar berdasar kaidah tata tata bahasa Arab yang menyatakan: Ziyâdatul mabnâyadullu perbedaan antara Rahman da pertanyaan ini.
alâ ziyâdatil ma'nâ. J i k a demikian,
Rahim? Banyak jawaban terhadap
Surah Maryam [19]
Kelompok
II Ayat 90-91
Imam Im am Ghazâli dalam bukunya, al-Maqshadal-A'lâ, setelah menjelaskan bahwa kata Rahman merupakan kata khusus yang menunjuk kepada Allah, dan kata Rahim bisa disandang oleh Allah dan selain-Nya, berdasarkan pembedaan itu Hujjatul Islam ini berpendapat bahwa rahmat yang dikandung oleh kata Rahman seyogianya merupakan rahmat yang yan g khusus dan yang tidak dapat diberikan oleh makhluk, yakni yang berkaitan dengan kebahagiaan
ukhrawi sehingga ar-Rahmân adalah Tuhan Yang Maha Kasih terhadap hambaham ba- hambaha mba- Nya , pertama dengan penciptaan, kedua dengan petunjuk hidayah meraih iman dan sebab-sebab kebahagiaan, selanjutnya ketiga kebahagiaan ukhrawi yang yan g dinikmati kelak, kelak, serta serta keempat adalah adala h kenikmatan memanda ng wajah-Nya (d hari Kemudia Kemu dia n). n) . Pendapat Ima m Ghazâli di atas tidak memuaskan karena, dengan demikian, makhluk-makhluk lain yang tidak dibebani taklif atau katakanlah tumbuh-tumbuhan dan binatang sama oleh rahmat-Nya rah mat-Nya yang dikandung oleh kata ar-Rahmân. sekali tidak tersentuh oleh Bukankah makhluk-makhluk itu tidak akan meraih surga apalagi memandang wajah-Nya kelak? Pendapat lain dikemu kakan kak an oleh mereka yang ya ng melakukan melaku kan tinjauan kebahasaan. Seperti dikemukakan sebelum ini, timbangan fa 'lân biasanya menunjukk an kepada kesempurna an dan atau kesementaraan, kesementaraan, sedang timbanganfa'ilmenu menunj njuk uk
kepada kesinamb kesi nambunga ungan n dan kemantapan. kemanta pan. Karen
itu, Syaikh Muhammad Abduh berpendapat bahwa ar-Rahmân adalah Allah Pencurah Rahmat yang sempurna,
tetapi sifatnya sementara, dan yang
dicurahkan-Nya kepada semua makhluk. Kata ini dalam pandangan Abdu
menunju adalah kata yang menunju
antara lain dapat sifat fi 'U (perbuatan Tuhan) . Ini antara
mencura hkan rahmat rahma t yang yan g sempurna sempu rna dan menyeluruh, menyeluruh, berarti bahwa Allah mencurahkan tetapi tidak langgeng lan ggeng dan terus-menerus. terus-menerus . Ra hmat hm at menyeluruh tersebut
menyentuh semua manusia—mukmin atau kafir—bahkan menyentuh seluruh makhluk di alam raya, tetapi karena ketidaklanggengan/bersifat sementara, sementara, ia hanya berupa berup a rahmat rahma t di duni saja. Bukankah rahmat di dunia
menyentuh semua makhluk, tetapi dunia itu sendiri, begitu juga rahmat yang diraih di dunia, tidak bersifat abadi? Adapun kata ar-Rahîm yang patronnya menunjukkan kemantapan dan kesinambungan, ia menujuk kepada sifat Za t Allah atau menunjukkan kepada kesinambunga n dan
Kelompok
II Ayat 92-93
Surah Maryam [19]
533
kemantapan nikmatnya. Kemantapan dan kesinambungan hanya dapat berwujud di akhirat kelak, di sisi lain rahmat ukhrawi hanya diraih oleh orang taat dan bertakwa. Dalam konteks ini Allah berfirman:
Katakanlah: "Siapakah yang mengharamkan perhiasan dari Allah yang telah
dikeluarkan-Nya
untuk hamba-hamba-Nya
mengharamkan) rezeki yang baik?" Katakanlah:
dan (siapa pulakah
yang
"Semuanya "Semuanya itu (disediakan)
bagi orang-orangyang beriman dalam kehidupan dunia, khusus (untuk mereka saja) di Hari Kiamat. Demikianlah Kami menjelaskan ayat-ayat itu bagi orangorang-
orangyang mengetahui" ( Q S . al-A'râf [ 7 ] : 32).
juga yang berpendapat bahwa kata ar-Rahmân menunjuk kepada
Allah dari sudut pandang bahwa Dia mencurahkan rahmat secara faktual,
y ang disandang disan dang dan yang melekat pada pa da diri-Ny diri -Nyaa menjadikan menja dikan sedang rahmat yang berhak menyandang sifat ar-Rahim sehingga dengan gabu ngan kedua kata itu tergambarlah di dalam benak bahwa Allah adalah ar-Rahmân, yakni Pencurah Pencurah rahmat kepada k epada seluruh makhluk makh luk-Ny -Nyaa karena Dia Di a adalah ar-Rahîm, yakni Di a adalah wuj ud/Za Yang memiliki sifat rahmat. A Y A T 92-93
"Dan tidak mungkin bagi ar-Rahmân mengambil anak. ana k. Tidak ada satu pun di langit dan di bumi, kecuali akan datang kepada ar-Rahmân selaku seorang hamba. "
Ayat ini merupakan uraian tentang ketiadaan anak dan sekutu bagi Allah. Ayat ini menegaskan bahwa dan atau padahal tidak mungkin bagi ar-Rahmân,
yakni tidak terjadi dalam kenyataan dan tidak dapat terlintas dalam benak bahwa Tuhan Pencurah rahmat itu mengambil anak atau mengangkat anak. mempu nyaii anak, pastilah itu cerminan kebutuhan, sedang Karena, jika Di a mempunya
Surah Maryam [19]
Kelompok
II Ayat 94-95
tidak dapat da pat dibayangkan diba yangkan bahwa Tuhan Yang Mahakaya membutuhkan sesuatu sesuatu dan jika Dia Di a mempunyai anak, anak, pastilah anak-Nya anak- Nya serupa serupa dengan-Nya dengan- Nya sedang tiada sesuatu pun yang serupa serupa dengan-N denga n-Nya. ya. Selanjutnya, Allah mengukuhkan ketidakbutuhan-Nya kepada sesuatu ap pun dengan menyatakan bahwa: Tidak ada satu pun yang wujud dan
berakal di langit dan di bumi, yakni di jagad raya ini, baik yang mereka akui sebagai anak maupun selainnya, kecuali akan datang menghadap kepada arRahmân selaku seorang hamba yang dimiliki oleh-Nya sehingga dia pasti
datang dalam keadaan patuh dan tunduk, suka atau tidak suka. Kata ^f^ii
) lâyanbaghî pada ayat ini kurang kura ng tepat bila diterjemahkan diterjema hkan
seb agaimana mana diterjemahkan dalam dal am beberapa beber apa tidak layak atau tidak patut, sebagai buku. Terjemah Terjemahan an demikian demiki an mengesankan mengesa nkan bahwa itu dapat saja terjadi, hanya ia tidak patut, padahal tidaklah demikian hakikatnya. Ketiadaan anak bagi
Allah adalah sesuatu yan pasti. Mustahil bagi-Nya kepemilikan anak. Kodrat
kekuasaan-Nya kekuasaa n-Nya yang tidak terbatas terbatas pun mustahil dapat mewujudkan baginya anak karena kodratkodr at-Nya Nya itu tidak menyentuh sesuatu yang mustahil mustahil menurut akal. Kata ar-Rahmân, seperti dikemukakan di atas, adalah Penganugerah rahmat yang menyeluruh dan sempurna. Itu berarti semua maujud (yang
ada/makhluk) mendapat limpahan rahmat, dan ini pada gilirannya berarti semua maujud adalah hamba-Nya. Seandainya ada di antara yang maujud
itu yang merupakan anak-Nya atau ada yang menjadi sekutu dalam ketuhanan-Nya, tentu saja anak dan sekutu itu tidak memerlukan memerluka n rahmatdan, jika demikian, tidaklah tepat penyifatan Allah dengan ar-Rahmân, bukankah bukank ah sifat itu berarti limpahan rahmat r ahmat yang menyentuh semua sem ua maujud?. Demikian lebih kurang uraian Ibn 'Asyûr.
A Y A T 94-95
"Sesungguhnya Dia telah mengetahui mereka dengan terperinci dan telah
menghitung mereka dengan hitungan yang teliti. Dan setiap mereka akan datang kepada Allah pada Hari Kiamat Kiamat sendiri-sendiri. "
Kelompok
Surah Maryam [19]
II Ayat 96
535
dug a pertanyaan ayat di atas bahwa semua s emua yang ada di jagad raya Jangan duga patuh kepadanya, jangan ja ngan duga bahwa pernyataan pernyataan itu hanya perkiraan atau secara umum, Tidak! Sesungguhnya demi keagungan Allah, Dia Yang Maha
itu telah mengetahui keadaan, kebutuhan, dan keinginan mereka dengan terperinci baik sebelum hadir di pentas jagad raya dan telah menghitung mereka dengan hitungan yang teliti sehingga semua Di penuhi kebutuhannya. Dan
Allah pada
dalam keadaan hina dina tanpa anak, harta, dan pembantu, bahkan tanpa busana yang menutupi aurat mereka. Kata
p&\~osA
ahshâhum/mengetahui
dengan terperinci terambil dari
akar kata yang terdiri dari dari huruf-huru hâ ', shâd, dnnyâ
',
yang mengandung
tiga makna asal, yaitu, a) menghalangi, melarang, b) menghitung (dengan teliti) da
mampu, dari sini lahir makna mengetahui, mencatat,
da
memelihara, c) sesuatu yang merupakan bagian dari tanah, dari sini lahir kata hashâ yang bermakna batu.
diluk iska sebagai Allah swt. oleh ayat di atas dilukiska
ahshâhum, atau
dalam istilah hadits Asmâ al-Husnâ adalah al-Muhshi, dipahami oleh banyak
peristiwa dan perinciannya, ulama sebagai " D i a yang mengetahui kadar setiap peristiwa baik apa yang terjangkau oleh makhluk maupun yang mereka tidak dapat jangkau, seperti embusan napas, perincian perolehan rezeki dan kadarnya
untuk masa kini dan mendatang." Alhasil, Allah adalah Dia yang mengetahui mengetahui dengan amat teliti perincian segala sesuatu dari segi jumlah dan kadarnya, ja uh dan dekatnya, tempat dan da n waktunya, kadar cahaya panjang dan lebarnya, jauh dan gelapnya, sebelum, sedang/ketika, dan saat wujudnya, dan lain-lain sebagainya. AYAT
"Sesungguhnya orang-orangyang beriman dan beramal saleh, ar-Rahmân akan menjadikan bagi mereka cinta.
Surah Maryam [19]
Kelompok VII Ayat
menegas kan bahwa semua makhluk berakal tanpa kecuali kecuali Ayat yang lalu menegaskan akan datang sendiri-sendiri kepada Allah dalam keadaan hina dina. Pernyataan ini tentu saja meni mbulkan mbulk an rasa cemas bagi hambahamb a-hamb hambaa Allah yang taat Karena itu, ayat 96 di atas atas segera menghibur menghib ur mereka dengan deng an menyatakan orang-orangyan g beriman dengan iman yang benar bahwa: Sesungguhnya orang-orangyang dan membuktikan membuktik an ketulusan ketulusan iman mereka dengan beramal saleh, hendaknya
mereka tidak perlu terlalu cemas karena ar-Rahmân sebentar lagi akan menjadikan bagi mereka rasa cinta. Sedang, orang yang tidak beriman dan
beramal saleh, Allah akan menjadikan bagi mereka kebencian. Menurut Men urut Ibn 'Asyûr, ayat yang lalu menyatakan menyata kan bahwa kaum ka um musyrikin dan pendurhaka akan datang sendiri-sendiri, dan ini mengesankan bahwa mereka datang datan g ke satu arena di mana para pendata pen datang ng itu mengharapka menghar apka dukungan, padahal mereka bukanlah orang-orang yang disenangi—bahkan mereka—adalah orang-or oran g-orangy angyang ang dibenci. Na Nah, h, ayat ini menguraikan keadaan orang-orang beriman yang taat. Keadaan mereka bertolak belakang dengan keadaan kaum musyrikin. Mereka Merek a berada dalam posisi terhormat lagi dicintai. Ar-Rahmân
akan menyiapkan bagi mereka malaikat-malaikat yang ramah
serta menjalin antar-mereka rasa kasih sayang. Ini—menurut Ibn 'Asyûr— sama dengan firman Allah yang menjelaskan ucapan para malaikat kepada
kaum mukminin:
"Kami adalah pelindung-pelindung akhirat"
kamu dalam kehidupan dunia
dan
QS . Fushshilat [4 1] : 31 , dan firm firman an-N -Nya ya yang melukisk an
hubungan kasih sayang antar-sesama kaum beriman: t-
>>•>--
Kami telah mencabut apa yang berada di dalam dada-dada "Dan Kami dari semua kedengkian"
s*-".-'
mereka
( Q S . al-A'râf [7]: 43).
Kata ( j ) wudd terambil dari akar kata yang terdiri dari huruf-huruf
yang mengandung mengandung arti cinta dan harapan. Menurut wauw dan ^/ be rg an da , yang al-Biqâ'i, rangkaian huruf tersebut mengandung juga arti kelapangan dan kekosongan. Ia adalah kelapangan dada da
kekosongan jiwa dari kehendak
Kelompok
II Ayat 97-98
Surah Maryam [19]
537
Buka nkah h yang sekadar mencintai mencinta i sesekali sesekali hatinya mendon men dongko gko buruk. Bukanka terhadap kekasih atau kesal kepada yang dicintainya? Memang, kata ini menga ndung makna makn a cinta, cinta, tetapi ia cinta plus. Ia—tulis Ia—tulis al-Biqâ al- Biqâ'i—a 'i—adala dala cinta yang tampak buahnya dalam sikap dan perlakuan, serupa dengan kepatuhan kepa tuhan yang yan g lahir dari hasil hasil rasa kagum ka gum kepada kepa da seseorang. seseor ang. Sementara Sementar a ulama memaham mem ahamii makna firma firman-N n-Nya ya:: ( tà J*""^ p& J**»*sayaj'alu lahum ar-rahmân wuddan/akan menjadikan buat mereka rasa cinta,
yakni menanamkan menyangkut diri mereka "rasa cinta yang mendalam p ada
hati manusia sehingga mereka akan dicintai tanpa harus berpayah-payah berusaha menarik menari k simpati simp ati dan cinta mereka". Da am sebuah hadits dinyatakan bahwa: "Jika Allah mencintai seorang hamba, Dia akan menyeru malaikat dan berfirman: 'Wahai 'Wahai Jibril, sesungguhnya Aku mencintai si Anu, mak cintailah cintailah dia, maka Jibril pun mencintainya. Kemudian, Jibril berseru kepada penghuni langit: 'Sesungguhnya Allah mencintai
Anu, maka cintailah dia,'
maka mak a penghuni pen ghuni langit pun mencinta inya, lalu l alu dijadi kanlah untuknya penerimaan baik (simpati) di bumi (demikian juga sebaliknya jika jik a seseorang dibenci Allah)" HR HR.. Bukhâri dan Musli Mus lim m melalui Abu Hurairah). Hurai rah). Thâhir Ibn 'Asyûr 'Asyûr memahami kata (
j
wuddan dalam arti jamak
sehingga kata itu diartikannya dengan ( b jî ) audâ 'yang, menurutnya seperti fr
dikemukakan di atas, adalah para malaikat dan sesama mukmin.
A Y A T 97-98
"Maka, sesungguhnya Kami telah memudahkannya memudahkannya
dengan bahasamu agar
engkau dapat memberi berita gembira dengannya kepada orang-orang bertakwa b ertakwa dan agar engkau memberi peringatan dengannya kepada kaum pembangkang. Dan berapa banyak yang telah Kami Kami binasakan dari generasi sebelum mereka.
Adakah engkau melihat seorang pun dari mereka atau engkau dengar mereka walau
suara
samar-samar?"
Simpati dan cinta yang diraih oleh orang beriman dan beramal saleh
yang dijanjikan oleh ayat yang lalu, tidak lain kecuali karena penerapan
Surah Maryam [19]
Kelompok II Ayat
tuntunan Ilahi yang disampaik disam paikan an oleh Rasul saw. saw. Maka, karena itu, wahai Muhammad sampaikanlah tuntunan-tuntunan Ilahi yang diwahyukan kepadamu itu karena sesungguhnya Kami telah memudahkannya, yakni alQur'an ini, dengan bahasamu agar engkau dapat memberi berita gembira dengannya berupa perkenan dan nikmat Allah kepada orang-orang bertakwa
yang mengikuti perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya dan agar engkau memberi peringatan dengannya berupa murka Allah dan siksa-Nya kepada
kaum pembangkang.
Wahai Wahai Rasul, janganlah janga nlah kedurhakaan mereka membuatm memb uatm u bersedih karena mereka pasti mendapat mend apat balasan sebagai mana mereka yang taat pasti meraih janji-janji-Nya. Dan berapa banyak generasi yang lalu yang telah Kam anugerahi hidup bahagia dan nama harum hingga kini dan berapa banyak Kami binasakan dari generasi sebelum mereka. Adakah engkau pula yang telah Kami melihat seorang pun dari mereka atau engkau dengar
suara
mereka walau
samar-samari Pasti tidak!
luddan adalah bentuk jamak dari (
Kata
oJ
aladd, yakni seorang
yang sangat senang bertengkar dan membantah lagi menolak menolak kebenaran, walau sudah demikian jelas. Penggunaan kata (
f»jâ qaumlkaum menunjuk mereka,
mengesankan mengesa nkan bahwa sifat sifat buruk tersebut telah membud mem budaya aya pada pa da masyarakat mereka. Kata
ijTj
rikzan adalah
suara yang
halus lagi remang-remang. Kalau
yang remang-remang saja sudah tidak mereka miliki, yakni tidak terdengar, apalagi suara yang keras. Penggalan terakhir ayat ini mengandung makna
bahwa mereka itu tidak lagi memiliki kekuatan; jumlah mereka sudah amat sedikit sehingga sehingga suaranya yang remang-remang remang-rema ng p un tidak lagi terdengar. awal surah Yûsuf, Yûsuf, penulis penulis antara lain mengemuka meng emukakan kan Ketika menafsirkan awal bahwa: Dipilihnya bahasa Arab untuk menjelaskan petunjuk Allah swt. swt. dalam dal am perta ma yang ya ng ditemui al -Qur'an adalah al-Kitab ini disebabkan masyarakat pertama masyarakat berbahasa Arab. Ti dak da k ada satu ide yang yan g bersifat bersifat universal sekali sekali pun kecuali menggunakan bahasa masyarakat pertama yang ditemuinya. Demikian juga dengan al-Qur'an. Selanjutnya—dan ini tidak kurang pentingnya pentin gnya dari sebab pertama, perta ma, kalau enggan engga n berkata justru justr u lebih pentin pen ting— g—
Kelompok II Ayat 97-98
Surah Maryam [19]
adalah pemilihan bahasa tersebut disebabkan oleh keunikan dan keistimewaan bahasa Arab dibandin dib anding g dengan den gan bahasa-bahasa bahasa-bahasa yang lain. Bahasa Arab termasuk rumpun bahasa Semit, sama dengan bahasa Ibrani,
ramai, Suryani Kaldea, dan Babilonia. Kata-kata bahasaArab pada umumnya berdasar tiga huruf mati yang dapat dibentuk dengan berbagai bentukan. Pakar bahasa Arab, 'Uts mân Ibn Jinnî (932-1002 M. ), menekankan menekankan bahw pemilihan huruf-huruf kosa kata Arab buka n suatu kebetulan, tetapi mengadung falsafah bahasa yang unik. Misalnya, dari ketiga huruf yang membentuk kata (
ï
qâla, yaitu ( _j )
qâf, ( j
wauw, dan (
J
lâm,
dapat dibentuk enam bentuk kata yang kesemuanya mempunyai makn berbeda-beda. Namun kesemuanya—betapapun ada huruf yang didahulukan atau dibelak dib elakangka angkan—meng n—mengandung andung mak na dasar yang menghimpunnya. menghimp unnya. (Beberapa contoh tentang hal ini penulis kemukakan dalam tafsir ayat 23
surah ini). Dari sini, bahasa Arab mempunyai kemampuan luar biasa untuk melahirkan makna m akna-makn -maknaa baru dari akar kata yang dimilikinya. D i samping sampi ng itu, bahasa Arab sangat kaya. Ini bukan saja terlihat pada pa da "jenis kelamin" atau pada bilangan yang ditunjuknya—tunggal, ditunjuknya—tunggal, jamak, jam ak, dan dual—atau pada pad a aneka masa yang digunakannya—kini, lampau, lampa u, akan datang, berkesinambung, berkesinambung, dan
sebagainya—tetapi juga pada kosakata dan sinonimnya. Kata yang bermakna tinggi, misalnya, mempunyai enam puluh sinonim. Kata yang bermakna "singa" ditemukan sebanyak tidak kurang dari lima ratus kata, "ular" dua
ratus kata. Menurut pengarang kamus al-Muhîth terdapat delapan puluh kata yang bermakna berma kna ma du, sedang seda ng kata yang yan g menunjuk menunj uk aneka pedang ped ang tidak ti dak kurang dari seribu kata. Sementara itu, itu, D ' Hemmaer Hemma er mengemukak men gemukakan an bahwa terdapat 5.644 kata yang menunjuk kepada unta dan aneka macam dan keadaannya. Sementara pakar berpendapat bahwa terdapat sekitar dua puluh bahasa Arab. Ini tentunya sangat memban lima juta kosakata bahasaArab. mem bantu tu demi kejelasan kejelasan
pesan yang ingin disamp aikan. J i k a kosakata suatu bahasa terbatas, makna yang dimaksud dimaks ud pastilah pastilah tidak dapat d itampung ita mpung olehnya. olehnya. Alhasil, menjadikan firman-firman-Nya yang disampaikan oleh Nabi Muhammad saw. dalam bahasa Arab benar-benar benar-benar sangat tepat agar pesan-pesan pesan- pesan-Nya -Nya dapat dapa t dimengerti
bukan saja oleh masyarakat pertama per tama yang ditemuinya, tetapi untuk seluruh manusia, apa pun bahasa ibunya.
Surah Maryam [19]
Kelompok VII Ayat 97-98
Dari uraian kedua ayat di atas terlihat dengan jelas betapa uraian awal surah ini bertemu denga n uraian akhirnya. Awalnya, menyebut huruf-h huru f-huruf uruf Kâf,Hâ',
Yâ', 'Ain, Shâd, merupakan bagian dari huruf-huruf yang merangkai
ayat-ayat al-Qur'an dan yang juga mereka kenal dan merangkai percakapan sehari-hari masyarakat pertama yang ditemuinya. Bagian akhir surah pun berbicara tentang al-Qur a l-Qur'a 'an. n. Selanjutnya, dalam surah ini berkali-kali berkali-kali disebut tentang para nabi yang dicurahi rahmat dan kasih sayang oleh Allah swt. sebagai imbalan hubungan harmonis yang terjadi antar-mereka. Nabi pertama
yang disebut adalah Zakariyyâ as., yang hubu hu bunga ngan n beliau dengan Allah terasa terasa demikian mesra sehingga dianugerahi dianugerahi anak pada masa tuanya. tuanya. Hubu Hu bu ngan ng an selain para nabi itu mesra dan anugerah Allah dapat juga dicurahkan kepada selain melaksana kan nilai-nilai nilai-nilai Ilahi yang tercantum dalam dala m kitab selama seseorang melaksanakan suci ini. Itulah yang dijanjikan-Nya pada akhir surah ini sebagaimana Dia
buktikan pada awal awal surah. Demiki an—sekal an— sekalii lagi—bertemu lagi— bertemu awal surah ini dengan akhirnya. Semoga mawadda maw addah h dan kasih sayang Ilahi tercurah tercurah pul kepada kita sekalian. Amin. WalAllah A'lam.