Apresiasi Sastra Indonesia
Membaca
Menulis
Mementaskan
Menikmati
•Puisi •Prosa •Drama
Apresiasi Sastra Indonesia
Membaca
Menulis
Mementaskan
Menikmati •Puisi •Prosa •Drama
Oleh E. Kosasih
Apresiasi Sastra Indonesia
/disusun oleh E. Kosasih; editor, Priska Rezki Y, et al, Jakarta, Nobel Edumedia, 2008 1jil.; 14,5 x 21 cm.
ISBN 978-602-8219-57-0
Apresiasi Sastra Indonesia
E. Kosasih
120
Apresiasi Sastra Indonesia
ak Cipta © 2008 pada Penerbit Nobel Edumedia Penyusun
: E. Kosasih
Editor
: Priska Rezki Y. dan Nurhasanah
Grafis
: Ferdigi
esain Cover
: Aswin Hidayat
Cetakan Pertama
: 2008
Percetakan
: PT Perca
Dilarang keras mengutip, menjiplak, atau memfotokopi baik sebagian atau seluruh isi buku serta memperjualbelikannya tanpa izin tertulis dari Penerbit Nobel Edumedia.
© HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG iv
KATA PENGANTAR
K
ita harus bangga atas prestasi Pramoedya Ananta Toer (Pram) a am
ang sastra. Ia men a nom nator pener ma peng argaan
No e a am
uar neger pun
ang sastra se a 1981. Ber aga peng argaan ar
ter manya. Semua tu a a a
m as atas pener ema an
nove -nove nya— terutama nove tetra og Buru yang ter r atas Bumi
Manusia Anak Semua Bangsa Jejak Langkah dan Rumah Kaca— ke e
ar 40 a asa
un a. Karya- arya Pram memang pa ng e r
ar
di dunia sastra internasional jika dibandingkan karya sastra Indonesia a nnya. Namun, t a
erart
arya sastrawan In ones a a nnya sep
ar
apresiasi dan penghargaan. Ronggeng Dukuh Paruk, misalnya, adalah nove
arya A ma To ar yang wa
s a T mur
sa a satu un vers tas
aca o e ma as swa Jurusan Be an a.
Set a nya, sastra In ones a turut memper a In ones a
nama
mata un a nternas ona . Sastra In ones a mem
angsa se ara
yang panjang. Berbagai pengaruh dari daerah dan luar negeri turut enyum ang an warna tersen r . Itu a sa a satu a yang
a as
dalam buku ini. Selain itu, tentu saja dibahas pula definisi, jenis-jenis, e erapa conto , an cara mengapres as
arya sastra. A
rnya semoga
buku ini bermanfaat bagi kalian, termasuk memberikan inspirasi untuk enc pta an arya sastra.
v
DAFTAR ISI Kata Pengantar .............................................................................. Daftar Isi .........................................................................................
v vi
I. KESUSASTRAAN...................................................................... A. Pengertian ................................................................................. B. Sastra Sebagai Seni dan Sebagai Ilmu ......................................
1 1 1
C. Fungsi Sastra............................................................................. D. Jenis- enis Karya Sastra ............................................................
5
II. SEJARAH SASTRA INDONESIA.......................................... . Sastra Lama .............................................................................. B. Sastra Baru ...............................................................................
21
III. PUISI ........................................................................................ A. Pengert an ................................................................................. B. Unsur-unsur Pu s ..................................................................... C. Jen s- en s Pu s ........................................................................ D. Pema naan Pu s ....................................................................... E. Mem aca Pu s .......................................................................... F. Menulis Puisi ............................................................................
31 31 32 40 42 47 50
IV. PROSA ...................................................................................... A. Pengertian ................................................................................. B. Jenis-jenis Prosa........................................................................ C. Memahami Nilai-nilai dalam Novel/Cerpen ............................ D. Mengapres as Cer ta Ter ema an ............................................ E. Mem uat Resens Nove Cerpen .............................................. F. Menu s Cer ta ..........................................................................
51 51 51 64
V. DRAMA ...................................................................................... A. Pengertian .................................................................................
81 81
B. C. D. E. F. G.
Perkembangan Seni Drama....................................................... Unsur-unsur Drama................................................................... Jenis-jenis Drama...................................................................... Para Pelaku dan Fasilitas Pementasan ...................................... Pemahaman terhadap Naskah Drama ....................................... Pementasan Drama ...................................................................
82 84 86 87 90 93
Daftar Pustaka ...............................................................................
114
vi
7
Kesusastraan A. Pengertian
Berdasarkan asal-usulnya, istilah kesusastraan berasal dari bahasa ansekerta, yakni susastra. u berarti ‘bagus’ atau ‘indah’, sedangkan sastra erart ‘ u u’, ‘tu san’, atau ‘ uruf’. Ber asar an e ua ata itu, susastra diartikan sebagai tulisan atau teks yang bagus atau tulisan yang n a . Ist a terse ut emu an menga am p er em angan. Kesusastraan tidak hanya berupa tulisan. Ada pula yang berbentuk lisan. Karya semacam tu nama an sastra san. O e arena tu, se arang esusastraan meliputi karya lisan dan tulisan dengan ciri khas pada e n a an a asanya. Pengert an yang e uas apat ta temu an dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1994) bahwa yang dimaksud dengan kesusastraan adalah sebagai berikut: 1. 2. 3. 4.
sen me nc pta suatu arya tu s yang n a a asanya; karangan-karangan yang berupa karya sastra; pengetahuan yang bertalian dengan seni sastra; buku-buku yang termasuk lingkungan seni sastra.
B. Sastra sebagai Seni dan Ilmu
Berdasarkan pengertian yang dikemukakan dalam KBBI, istilah sastra enca up ua a , ya n sastra se aga sen an sastra se aga mu atau pengetahuan. Seni Sastra Seni Drama
Seni Lukis Bidang-bidang Seni
eni Musik
Seni Tari
1.
Seni Sastra Sastra merupakan salah satu cabang seni di samping seni lukis, seni tari, dan seni musik. Sebagaimana karya-karya seni lainnya, sastra merupakan produk budaya yang mengutamakan keindahan. Bedanya, ila seni lukis bermediumkan gambar, seni tari dengan gerakan, dan sen mus engan uny - uny an, sen sastra me umnya erupa bahasa.
Lukisan karya Basuki Abdullah Sumber: galeri-nasional.or.id
Gamelan Sumber: hants.gov.uk
Ber asar an ura an
SENDRATARI – Tari Beksan Dwi Rasa Tunggal Sumber: sinarharapan.co.id
Teater Gandrik Sumber: sinarharapan.co.id
atas, c r -c r s astra a a a mengguna an
a asa se aga me umnya an gaya penya annya ” n a ” atau tertata engan a se ngga men m u an aya tar an er esan di hati pembacanya. Di samping itu, ada pula yang memberikan ciri ahwa seni sastra bersifat imajinatif, yakni hasil renungan, khayalan, an perasaan yang wu u an a am ata- ata yang men m u an pesona tertentu bagi pembacanya. Perhatikanlah puisi berikut.
2
Apresiasi Sastra
Tukang Sapu
Oleh Dina Oktavian di hujan itu kau membayangkan matahari gelincir ke tanah seperti kenangan seperti langkah patah-patah kadang kulihat kau dimengumpulkan dalamnya duduk membungkuk cuaca juga daun-daun yang lupa tersipu semuanya telah kau rampas tinggal aku menggelar tubuh di atas runtuh
Te s atas ategor an se aga arya sastra se a te a memenuhi ciri-ciri pokoknya, yaitu menggunakan bahasa sebagai mediumnya dan penyajiannya ditata secara khusus, baik dalam isi ataupun entu nya: gaya a asa, p an ata, r ma, atau formatnya. Perhatikan teks berikut ini.
Hari gini sekolah berasrama? Masih zamannya, yah? Mungkin yang pertama kali terlintas di benak kita pada rea tas e upan asrama a a a s p n an peraturan etat, pendamping asrama yang galak, perjuangan hidup matimatian, juga bakal cupu (culun punya) sama yang namanya per em angan g o a sas an te no og . Anggapan itu salah besar jika kamu melihat atau malah merasa an angsung aga mana se ua proses asrama a an menuntut kamu untuk berkembang dalam kemandirian. Ja , engga a a yang namanya merenge m nta to ong mama, papa, atau sering-sering nyuruh pembantu di rumah. Fungs utama up se o a erasrama a a a peru a an dalam diri untuk berkembang jadi mandiri dan kedewasaan up Kompas, 10 Agustus 2007) Karya di atas juga bermediumkan bahasa. Akan tetapi, tidak digolongkan ke dalam bentuk karya sastra karena tidak ada penataan
Kesusastraan
3
khusus di dalamnya, baik soal gaya bahasa, pilihan kata, rima, maupun ormatnya. Satu a y ang e utama a g a a a arya terse ut t a menimbulkan ”kepuasan batin” bagi para pembacanya. Hal yang sampa annya a a a nformas atau pengeta uan. Sementara tu, karya sastra lebih kepada unsur kenikmatan rohani, baik berupa esenangan, ese an, e ecewaan, maupun ung apan-ung apan lainnya sebagaimana yang terasa muncul dari karya seni.
2.
Ilmu Sastra
Ilmu sastra a a a pengeta uan yang menye secara s stemat s an logis mengenai berbagai hal yang berkaitan dengan karya sastra. Dengan adanya ilmu sastra, seseorang dapat mempelajari dan menelaah suatu karya sastra secara baik dan dapat dipertanggungjawabkan. I mu sastra ter ag men a empat ca ang, ya n teor sastra, se ara sastra, kritik sastra, dan filologi. a. Teori sastra adalah cabang ilmu sastra yang mempelajari prinsipprinsip dasar sastra, seperti sifat, struktur, dan jenis karya sas ra. . Se ara sastra a a a ca ang mu sastra yang menye sastra c.
.
sejak ada hingga perkembangannya yang terakhir. Kritik sastra adalah cabang ilmu sastra yang mempelajari karya sastra dengan memberikan pertimbangan dan penilaian atas a - uru nya, e uatan, a n e ema an a rya sastra. Filologi adalah cabang ilmu sastra yang mempela ari aspe kebudayaan untuk mengenal tata nilai, sikap hidup, dan alam p ran suatu masyara at yang me a r an arya sastra.
C. Fungsi Sastra
A a ua fungs atau manfaat mem aca arya sastra, ya tu fungs re reat dan 1. fungsi Fungsididaktif. Rekreatif (Delectare) Dengan membaca karya sastra, seseorang dapat memperoleh esenangan atau uran, ya tu sa mengem ara, ere reas , an memperoleh suguhan kisah dan imajinasi pengarang mengenai berbagai kehidupan manusia. Dari sana, seseorang dapat merasa terhibur, puas, dan memperoleh pengalaman batin tentang tafsir up an e upan manus a yang sa an o e pengarang. 4
Apresiasi Sastra
2.
Fungsi Didaktif (Decore) Dengan membaca karya sastra, seseorang dapat memperoleh pengetahuan tentang seluk-beluk kehidupan manusia dan pelajaran tentang n a -n a e enaran an e a an yang a a a amnya. Dari sana, orang tersebut terbangkitkan kreativitas dan emosinya untu er uat sesuatu, a untu r nya sen r ataupun untu orang lain. Da am enyataannya, set ap arya sastra mem an ungan fungsi yang tidak sama di antara keduanya. Ada karya sastra yang con ong epa a aspe urannya. A a pu a yang e tertu u pada aspek didaktis. Karya sastra yang lebih mengutamakan aspe hiburannya, disebut sebagai sastra populer an arya sastra yang menitikberatkan pada fungsi didaktisnya disebut sastra serius.
. Jenis- enis Kar ya Sas tra
Ber asar an entu nya, sastra ter ag men a t ga en s, ya n prosa, puisi, dan drama. 1. Prosa a a a arya sastra yang penyampa annya erupa narat atau cerita. Prosa disebut juga sebagai karya cangkokan karena di a amnya tersa mono og atau a og. Da am prosa ter apat seorang juru bicara (tukang cerita) yang mewakilkan pula pembicaraannya epa a pe a u-pe a u a am cer ta yang awa annya. 2. Puisi adalah karya sastra yang disajikan dengan bahasa singkat, pa at, an n a . Pu s pa a umumnya erupa mono og. Da am pu s hanya ada seorang yang berperan sebagai uru bicara. 3. Drama adalah karya sastra yang pada umumnya berupa dialog. Dalam drama terdapat berbagai pelaku yang berbicara.
Kesusastraan
5
Sejarah Sastra Indonesia elah kita pelajari pada bab I bahwa sejarah sastra merupakan bagian ilmu sastra, di samping teori, kritik, dan filologi. Sebagaimana produk-produk budaya lainnya, seperti ilmu pengetahuan dan a at te no og , arya sastra pun menga am per em angan, a a am bentuk maupun isinya. Perkembangan karya sastra, khususnya yang terjadi di Indonesia dipengaruhi oleh banyak faktor, di antaranya adalah adat istiadat, agama, ideologi, politik, dan ekonomi. Secara garis besar, per a anan se ara sastra In ones a ter ag men a ua per o e, ya n per o e sastra In ones a ama an per o e sastra In ones a aru atau odern.
T
A. Sastra Lama
Kesusastraan ama se ut uga esusastraan as atau esusastraan tradisional. Zaman perkembangan kesusastraan klasik ialah sebelum asuknya pengaruh Barat ke Indonesia. Bentuk-bentuk kesusastraan yang berkembang pada zaman ini adalah dongeng, mantra, pantun, syair, dan sejenisnya. 1.
Ciri-ciri Sastra Lama Berikut ini adalah ciri-ciri karya sastra klasik. a. Nama penciptanya tidak diketahui (anonim). . Pra og s atau cer ta-cer tanya anya warna o e a ga . c. Banyak menggunakan kata-kata yang baku, seperti alkisah, sahibul hikayat, menurut empunya cerita, konon dan se en snya. . Peristiwa yang dikisahkan berupa kehidupan istana, raja-raja, ewa- ewa, para pa awan, atau to o -to o mu a a nnya. e. Karena belum ada media cetak dan elektronik, sastra klasik er em ang secara san.
Ciri-ciri Karya Sastra Indonesia Lama
Anonim
2.
Kata-kata baku
stana sentris
er em ang secara lisan
Jenis-jenis Sastra Lama Jenis-jenis karya sastra lama adalah mantra, pantun, pantun berkait, talibun, pantun kilat, gurindam, syair, peribahasa, teka-teki, fabel, legenda, dan hikayat. a.
Mantra Mantra merupakan karya sastra lama yang berisi puji-pujian terhadap sesuatu yang gaib atau yang dikeramatkan, seperti ewa, ro , an natang. Mantra asanya ucap an o e pawang atau dukun sewaktu upacara keagamaan atau berdoa. Berikut ini adalah contoh-contoh mantra. 1) Mantra menua pa ar M nang a au Hai si lansari - bagindo sar s ansar - sar aga un engkau banamo - banyak namo si lansari - ka aku tunai Urang Kinari - pai barama Urang Sung ara - pa man u ang Hai si lansari - bagindo sar marilah kita - pulang ke rumah serta engan ra a - ra a eng au yang berbaju - hadun tumadun
2)
8
Pralogis
Mantra dari Riau Kan ung semangat Aku tahu asal kau jad A am awa men a an eng au Asal engkau menjadi tanah-tanah ibu engkau Air asal urat engkau Ap a sa ara eng au
Apresiasi Sastra
Angin asal napas engkau Dara mera ar u Darah merah dari ibu Sem an ar an ung apa Sembilan bulan dikandung ibu Bs m a rra manr ra m Wal akhirah dendam bunda Eng au u u em an tem ang Engkau duduk teruyoh-uyoh Engkau berdiri tergoyong-goyong Hr o n mat Panggilkan aku Nur Muhamma Tumbuk padi ngindang antah Ngindang kepada niru Ber e a at er nang ara pa a u Berkat aku memakai doa kandung semangat Kusemangat engkau…. Insan anggota tujuh tapak berimban. .
antun
Pantun merupakan puisi lama yang terdiri atas empat baris dalam satu baitnya. Setiap barisnya terdiri atas 8–12 suku kata. Baris pertama dan kedua merupakan sampiran, sedangkan baris et ga an eempatnya a a a s . Buny tera r pa a a matkalimatnya berpola a-b-a-b. Dengan demikian, bunyi akhir pada kalimat pertama sama dengan pada kalimat ketiga dan bunyi a r a mat e ua sama e ngan u ny a r pa a a mat keempat. Itu tanda bahwa pantun mementingkan rima. Ber ut n a a a conto -conto pantun. 1) Pantun Jenaka Sunggu e o asam e m ng Tumbuh dekat limau lungga Sunggu eo er rsum ng Walaupun marah tertawa juga Po on pa aunnya t p s Pohon nangka berbiji lonjong Kalau Budi suka menangis Kalau tertawa giginya ompong
Kesusastraan Sejarah Sastra Indonesia
9
2)
Pantun Persahabatan Ka au a a em ang yang aru bunga kenanga dikupas jangan Ka au a a sa a at yang aru sahabat lama dibuang jangan Asam pauh dari seberang D muat orang a am pe at Badan jauh dirantau orang kalau sakit siapa mengobat
3)
Pantun Percintaan Berlayar masuk muara kedah Patah tiang timpa kemudi Se untum unga ter a u n a Sekalian sumbang asyik beran Kalau tuan mandi ke hulu Ambillah saya bunga kemboja Ka au tuan mat a u u Nantikan saya di pintu sorga
)
Pantun Nasihat Kemumu a am sema Ditaruh melayang selaranya Meski ilmu setinggi tegak T a sem a yang apa gunanya Asam an s asam ge ugur Ketiga asam riang-riang Menang s mayat p ntu u ur Teringat badan tak sembahyang
5)
10
Pantun Teka-teki Taruhlah puan di atas pati Benang sutra pat angan Kalu tuan bijak bestar Binatang apa susu delapan
Apresiasi Sastra
Bunga enau kembang belukar Bunga ma u penu er ur Kalu kamu memang pintar Bua apa u tnya er ur c.
Pantun Berkait Pantun berkait disebut uga pantun beranta atau seloka. Pantun er a t a a a pantun yang ter r atas e erapa a t. Antara
bait yang satu dengan bait yang lainnya sambung-menyambung. Baris kedua dan keempat dari bait pertama dipakai kembali pada ar s pertama ar et ga pa a a t e ua. Dem an a pu a ubungan antara bait kedua dan ketiga, ketiga dan keempat, dan se erusnya.
Contoh: Sarang garuda di pohon beringin Buah kemuning di dalam puan Sepucuk surat dilayangkan angin Putih kuning sambutlah Tuan
Buah kemuning di dalam puan Dibawa dari Indragiri Putih kuning sambutlah Tuan Sambutlah dengan si tangan kiri Dibawa dari Indragiri Kabu-kabu dalam perahu. Sambutlah dengan si tangan kiri Seorang mahluk janganlah tahu.
d.
Talibun Ta un a a a pantun yang susunannya ter r atas enam, delapan, atau sepuluh baris. Pembagian baitnya sama dengan pantun biasa, yakni terdiri atas sampiran dan isi. Jika talibun tu enam ar s, t ga ar s pertama merupa an samp ran an t ga aris berikutnya merupakan isi. Berikut ini adalah contoh talibun.
Kesusastraan Sejarah Sastra Indonesia
11
1)
Talibun enam baris Se as r m a Jam Rotan ditarik orang pau Putus a arnya eram Kasih pun baru dimulai Tuan awa er a an au Itu menghina hati kam Men a u t tempurung Menurun ke tanjung lalang Membawa rotan dua lembar Kam men engar er ta urung Bunga larangan sudah menghilang Kumbang mana yang mengambilnya
2) Ta un e apan ar s Kalau anak pergi ke pekan Yu beli belanak beli Ikan panjang beli dahulu Kalau anak pergi berjalan I u car sana pun car Induk semang cari dahulu Pasir bulan dalam perahu Berlabuh tentang batu bara Ber awan a u e tep an Ketika menghadap kemudinya Kasih tuan hambalah tahu Baga orang menggenggam ara Rasa hangat dilepaskan Beg tu enar ma a ranya 3) Ta un sepu u ar s Ditatah sarat bunga konda Bert am er u u ga ng Terang bertirai sutra Bersulam bersuji manik Ren a er ertura Kebesaran basa nan empat bala Tuan Pagi di padang ganting Tuan Indomo di Suroso
12
Apresiasi Sastra
Datuk Machudun di Si Manik Ben a ara sunga Tara e.
Pantun Kilat Pantun kilat atau karmina ialah pantun yang terdiri atas dua baris. Bar s pertama merupa an samp ran an ar s e ua s nya.
Contoh:
Gendang gendut, tali kecapi Kenyang perut, senanglah hati Pinggan takretak, nasi takingin Tuan takhendak, kami takingin Sudah gaharu, cendana pula Sudah tahu, bertanya pula f.
Gurindam Gurindam atau sajak peribahasa merupakan puisi yang erc r an se aga er ut:
1) terdiri atas dua baris; 2) rumus rima akhirnya /aa/; 3) berisikan ajaran, budi pekerti, atau nasihat keagamaan; ) Bar s pertama merupa an syarat, se ang an ar s e ua berisi akibat atas apa yang disebutkan pada baris pertama. Gur n am yang ter ena a a umpu an gur n am arangan pujangga Melayu klasik Raja Ali Haji dengan nama “Gurindam Dua Be as”. Gur n am terse ut ter r atas ua e as pasa an berisi kurang lebih 64 buah gurindam.
Contoh: a. Awa ngat a r t a Alamat badan akan rusak b. Barang siapa mengenal dua Ta u a a arang terpe aya c. Mengumpat dan memuji hendaklah pikir Di situlah banyak orang tergelincir d. Barang siapa meninggalkan sembahyang Sepert ruma ta ert ang
Kesusastraan Sejarah Sastra Indonesia
13
e. .
h.
Jika hendak mengenal orang berbangsa L at epa a u an a asa Apabila anak tidak dilati J a esar u- apa nya et
Syair Syair merupakan bentuk puisi klasik yang merupakan pengaruh kebudayaan Arab. Syair memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1) terdiri atas empat aris; 2) tiap baris terdiri atas 8 sampai 10 suku kata; 3) t a mem samp ran an s semuanya merupa an si); ) berima akhir a-a-a-a
Contoh: a. La u a er a an Ken Tam u an diiringkan penglipur dengan tadahan Lemah lembut berjalan perlahan-lahan lakunya manis memberi kasihan. . Tun u menang s sega a puter
c.
.
i.
14
Masing-masing berkata sama sendiri Jahatnya perangai permaisuri Lakunya seperti jin dan peri. Punggu angsawan en a men t r t a er a an asatr Adinda jangan tuan bersyair a au tuan guru an pet r. Inilah taman orang bahar Punggu , wa a angan tuan emar Bukannya tidak kakanda beri a au tuan go a per .
Peribahasa Peribahasa adalah kalimat atau kelompok perkataan yang tetap susunannya dan biasanya mengiaskan maksud tertentu. Dalam azana sastra as , per a asa merupa an sa a satu e n s karya sastra yang masih dapat dijumpai dalam kehidupan masyarakat sekarang, takseperti mantra, pantun, atau gurindam yang nyaris terlupakan. Berdasarkan isinya, peribahasa dapat as as men a nas at, s n ran, an pu an.
Apresiasi Sastra
1)
Nasihat Is nya erupa masu an-masu an pos t f atau saran. Diharapkan dengan peribahasa, orang yang dinasihati dapat meng ntrospe s r se ngga mengu a t ng a a unya dengan tidak merasa tersinggung.
Contoh: a) Nasihat kepada orang yang bersengketa untuk segera
b)
c)
berdamai, yaitu “Kalah jadi abu, menang jadi arang. yang artinya ‘baik yang kalah maupun yang menang a an tetap men apat esusa an’. O e arena tu, e baik berdamai saja. Nasihat kepada orang lain yang akan tinggal di daerah lain agar bisa menyesuaikan diri dan bisa menghormati a at- st a at yang er a u masyara at yang tempat nya, ya tu “D mana tana na s tu ang t dijunjung, di sana adat dipakai” atau “Lain ladang lain belalang, lain lubuk lain ikannya”. Nasihat kepada orang yang suka menceritakan aib atau e e e an orang a n ata an “menepu a r u ang,
terpercik muka sendiri” atau “merobek baju di dada”. Dengan peribahasa itu, dinasihatkan agar seseorang embali sadar bahwa menghina atau menjelekkan orang a n sesunggu nya menun u an e e e an r sen r . ) Nas at epa a orang agar t a menyom ong an r , yaitu “seperti ilmu padi, makin berisi makin merunduk”. Orang yang p ntar atau orang yang aya se arusnya ebih rendah hati sebagaimana padi yang makin berisi ma n merun u . 2) S n ran Sindiran pun bertujuan mengingatkan untuk menyadarkan seseorang engan cara yang t a me u a at nya. J a dibandingkan dengan nasihat, nasihat diungkapkan secara jelas, yakni dengan “bagaimana seharusnya”, sedangkan s n rant a .
Contoh: a) Sindiran kepada orang yang tidak tetap pendiriannya, ya tu “ aga a r aun ta as” .
Kesusastraan Sejarah Sastra Indonesia
15
b)
c)
3)
Sindiran bagi orang yang suka mencaci-maki tanpa pert m angan yang a am, emu an memu nya ag . Dalam hal ini orang yang seperti itu dikatakan “menjilat ar u a ”. Sindiran bagi orang yang banyak bicara adalah “Tong osong nyar ng uny nya”. Se aga mana aya nya tong yang kosong, bunyinya nyaring karena di dalamnya tidak berisi apa-apa.
Pujian Per a asa ternyata t a se a u erupa r t atau nas at. Tidak sedikit pula yang berisi pujian. Pernyataan memuji dengan peribahasa dipandang lebih halus, enak didengar, dan diplomatis daripada dinyatakan secara langsung yang ma a er esan gom a atau car mu a.
Contoh: a) Pujian kepada dua sahabat yang selalu akur adalah “bagai aur dengan tebing, bagai gala dengan manisnya”, atau “sepert Rama engan S nta”. b) c)
.
Pujian kepada orang yang sama rupa dan tingkahnya adalah “bagai pinang dibelah dua”. Pujian kepada gadis yang rupawan adalah “cantik bagai a ar turun ar ayangan” atau “secant u an Purnama”.
Teka-tek Teka-teki adalah cerita pendek yang menuntut jawaban. Teka-teki amp r sama engan soa cer ta. Hanya sa a, a am te a-te , peranan nalar sering kali diabaikan. Hal yang dipentingkan a a a emampuan s pene a a am mema am art asan atau ibarat yang dikemukakan dalam cerita. Ciri lainnya adalah a am penyusunan te a-te arus a memer at an e n a an bahasanya. Dengan karakteristiknya yang seperti itulah, teka-teki bisa digolongkan ke dalam jenis sastra.
Contoh teka-teki: 1) Dari kecil berbaju hijau, sudah besar baju merah. Luarnya surga, dalamnya neraka. Jawabannya: cabe.
16
Apresiasi Sastra
2)
Hitam legam seperti hantu, tapi putih hatinya. Kecil berbaju mera , esar er a u au. Apa a en a mat er a u merah. Jawabannya: manggis. 3) Ta a a o e er ar , t a a e or oe er a an, t a a kepala boleh memandang. Jawabannya: ular, katak, dan ep t ng. ) Ada padang takberumput. Jawabannya: laut. 5) Dahulu parang, sekarang besi. Artinya: dahulu sayang, 6) 7)
sekarang benci. “Gendang gendut, tali kecapi” artinya ‘kenyang perut, senang a at ’. Pinggan takretak, nasi takdingin. Artinya: engkau takhendak, kami takingin.
Contoh teka-teki nomor 5–7 itulah yang dimaksud dengan teka-teki yang bernilai sastra. Tampak bahwa ketiga contoh te a-te atas susunannya er entu arm na pantun at). Baris ke satu merupakan sampiran, sedangkan baris kedua adalah artinya. Teka-teki ada pula yang berbentuk syair. Perhatikan contoh ut n kejadian . 1)er Satu harinalah kita Tiada berlidah, pandai berkata Mulut setempat bersama mata Perkataannya jauh didengari nyata Jawa annya: pena, a at untu menu s. 2)
Bukannya buntal, atau pari Tetapi kuat, penuh berdur Du u tetap se ar - ar . Jarang berjalan ke sana ke mari. Pan a meman at, u annya tupa Kerap di atas, duduk terhampa D ganya senta se ngga epa . Hajat yang dimaksud baharulah sampai Jenis hewan ia nan bukan Tetap a nya sea an-a an Sifatnya menghampiri seperti ikan
Kesusastraan Sejarah Sastra Indonesia
17
Disuapi orang apabila makan. Jawa annya: parut. D s amp ng er entu pu s , te a-te a a pu a yang erupa prosa.
Contoh: A a satu macam ar pa a tong at
mat. Ia mempunya empat
tiang, lengkap genap dengan haluan kemudi, serta teguh kuatnya. Dapat pula ia melalui laut dan darat tiada memakai layar. Maka, tat a a ter r nya t angnya tu t a a semena-mena. Sau nya pun terlabuhlah tiada bertali. Maka, pada ketika itu tetaplah ia berhenti perjalanannya. Tiada bergerak ke mana-mana, melainkan apabila tongkang itu hendak membongkar, sauhnya sekonyong-konyong ter e o a a an t angnya tu pun ter u am a e awa , menjadi seolah-olah dayang pula. Baharulah dapat ia berlayar dengan lanjunya. Jawabannya: kura-kura. .
a e
Fabel atau cerita binatang adalah cerita yang tokoh-tokohnya binatang dengan peran layaknya manusia. Binatang-binatang itu apat bicara, makan, minum, dan berkeluarga seperti manusia. Fa e ers fat un versa , a am art t a anya ena o e masyarakat Nusantara, tetapi hampir seluruh masyarakat dunia. Pelaku populer fabel di masyarakat Melayu adalah kancil, di Jawa Barat a a a era, Eropa a a a s er ga a, a n Kam o a adalah kelinci. Kancil sebagai tokoh utama fabel Melayu antara a n apat erperan se aga a) hakim yang mengadili perkara, persengketaan di antara natang a n; ) penipu yang licik dan jahat; c) natang yang som ong; d) penguasa seluruh binatang dan menyebut dirinya sebagai Syah Alam di Rimba Raya. l.
18
Legenda Secara garis besar cerita asal-usul terbagi menjadi tiga jenis, yakni cerita asal-usul dunia tumbuh-tumbuhan, asal-usul dunia natang, an asa -usu ter a nya suatu tempat.
Apresiasi Sastra
a.
Cerita asal-usul dunia tumbuh-tumbuhan Contoh: 1) Padi bermula dari kuburan Dewi Sri. 2) Ga ung eracun arena pana o e po on agung dengan menggunakan anak panah yang beracun. 3) Tan an agung e r u ang a rena tom a o e po on gadung. 4) Po on mata em u sepert rusa u tnya onon arena melihat pertarungan antara pohon jagung dan pohon gadung terlalu dekat.
.
Cerita asal-usul dunia binatang Contoh: 1) Sapi itu bergelambir karena sewaktu mandi bajunya tertu ar e ngan a u e r au yang e esar. 2) Kuda itu mulanya bertanduk, tapi dipinjamkan kepada rusa. Oleh karena itu, sampai sekarang kuda tidak lagi bertanduk. 3) Darah ikan mas memiliki warna seperti darah manusia arena asa nya a a a manus a. 4)
c.
Kucing dan anjing mulanya akur. Karena pada suatu ketika anjing merasa dikhianati kucing, akhirnya kedua binatang itu selalu bertengkar.
Cerita asal-usul terjadinya suatu tempat Contoh: 1) Nama Gunung Tengger onon am ar sepasang suami-istri yang bernama Rara Anteng dan Joko Seger. 2) N ama Sunga Pera Ma ays a am ar warna susu seekor ikan maruan. Suatu ketika di sungai tu menga r susu see or an maruan yang tenga menyusui anaknya. Warna susu ikan tersebut berwarna put sepert pera . 3) Gunung Tangkuban Perahu di Bandung Utara mirip perahu tertelungkup karena gunung itu pada mulanya a a a pera u m Sang ur ang. Karena mara marah, ia menendang perahunya sampai tertelungkup dan berubahlah perahu itu seketika menjadi gunung yang kemudian dikenal sebagai Gunung Tangkuban Perahu.
Kesusastraan Sejarah Sastra Indonesia
19
m. Hikayat Istilah hikayat erasa ar a asa Ara , ya n haka yang berarti menceritakan atau bercerita. Hikayat kemudian diartikan sebagai karya yang berupa cerita dengan tokohto o atau per st wa yang mem u ungan engan per st wa se ara . Hikayat terbagi menjadi enam macam, yakni 1) cerita rakyat, seperti Hikayat Si Miskin dan Hikayat
Malin Dewa; 2) epos ar In a, sepert Hikayat Sri Rama; 3) dongeng-dongeng dari Jawa, seperti Hikayat Pandawa Lima dan Hikayat Panji Semirang; 4) cerita-cerita Islam, seperti Hikayat Nabi Bercukur an Hikayat Raja Khaibar; 5) se arah dan biografi, misalnya Hikayat Raja-Raja Pasai dan Hikayat Abdullah; 6) cer ta er ng a , m sa nya Hikayat Bakhtiar an Hikayat Maharaja Ali. Secara garis besar hikayat mengandung unsur-unsur er ut n . 1) Unsur dalam Hikayat Jenis Rekaan Ber ut n a a a u nsur-unsur a am ayat en s rekaan. a) Istana dan kehidupannya menduduki peranan yang sangat pent ng a am stru tur pencer taan. b) Tujuan utama penceritaan adalah untuk menghibur, membawa para pembaca ke alam impian yang serbaindah dan megah. c) To o -to o utamanya se a u m en apat kemenangan dan kebahagiaan happy ending) yang a ang- a ang ser a t a ter uga. d) Menekankan segi pentingnya ajaran moral yang alam hal ini digambarkan oleh pola berikut ini. 1) K ear fan menga a an e c an. (2) Kesederhanaan mengalahkan keserakahan. (3) Keadilan mengalahkan kezaliman, sedangkan keberanian mengalahkan ketakutan. e) Po a cer ta se a u ers fat stereot p, antara a n,
20
Apresiasi Sastra
peperangan antarkerajaan, keajaiban dan kekuatan ga , serta perc ntaan antara to o -to o stana. 2) Unsur a am H ayat Jen s Se ara Berikut ini adalah unsur-unsur dalam hikayat jenis se ara . a) Ada penyebutan nama-nama tempat yang memang a a a am peta geogra s sesunggu nya. Pa a
b)
c)
d)
umumnya tempat yang disebutkan adalah tempat yang memiliki citra agung dan nama besar, seperti Me a , Ma na , Ma apa t, an Neger C na. Tokoh-tokohnya adalah tokoh-tokoh kerajaan yang kemudian dikait-kaitkan dengan tokohokoh lainnya yang punya nama besar, seperti Na Mu amma , A n A T a , Na A am, Iskandar Zulkarnain, Gajah Mada, dan Sultan Mansur Syah. Kandungan cerita umumnya berupa silsilah suatu inasti. Hal itu terutama sangat tampak dalam Sejarah Melayu, Hikayat Raja-raja Pasai, Hikayat
Banjar, an Silsilah Kutai. Dipenuhi oleh unsur cerita-cerita fiktif.
3) Unsur a am H ayat Jen s B ogra Berikut ini adalah unsur-unsur dalam hikayat jenis biografi. a) Per st wa se ara atau per st wa-per st wa yang pernah terjadi menjadi latar belakangnya. ) Pencer taan erpusat pa a e e an to o yang diceritakan, misalnya dalam hal kegagahan, mora tas, an munya. c) Tidak lepas dari unsur-unsur fiktif. B. Sastra Baru
Tonggak sastra baru Indonesia dimulai pada zaman ’20-an. Berbeda engan se e umnya, arya sastra pa a masa n erc r -c r er ut n . 1) Temanya tentang kehidupan masyarakat sehari-hari (masyarakat sentr s), m sa nya tentang a at, pe er aan, an persoa an ruma angga.
Kesusastraan Sejarah Sastra Indonesia
21
2) 3)
Telah mendapat pengaruh dari kesusastraan Barat. Hal ini tampak pa a tema an to o -to o nya. Pengarangnya dinyatakan dengan jelas.
Sastra aru In ones a terus er em ang se r ng engan per a anan waktu dan dinamika kehidupan masyarakatnya. Dari rentang waktu mulai ahun ’20-an hingga sekarang, para ahli menggolongkannya menjadi e erapa ang atan er ut n . 1.
Angkatan ’20-an atau Angkatan Balai Pustaka Karya sastra yang lahir pada periode 1920–1930-an sering disebut se aga arya sastra Ang atan ‘20-an atau Ang atan Ba a Pusta a. Disebut Angkatan ’20-an karena novel yang pertama kali terbit adalah pa a 1920, ya n nove Azab dan Sengsara arya Merar S regar. Karya-karya yang lahir pada periode itu disebut pula Angkatan Balai Pustaka karena banyak yang diterbitkan oleh Penerbit Balai Pustaka. Se a n se ut Ang atan Ba a P usta a, Ang atan ’20 se ut pu a Angkatan Siti Nurbaya karena novel yang paling laris dan digemari oleh masyarakat pada masa itu adalah novelSiti Nurbaya karangan Marah Rusli.
Peran Ba asastra P ustaIndonesia a a am sangat meng besar. up an an mema u an perkembangan Terbitan pertamanya adalah Azab dan Sengsara, kemudian berpuluh-puluh novel lain, termasuk buku-buku sastra daerah. Secara umum, karya-karya yang iterbitkan oleh Balai Pustaka bertemakan sosial, sepert a. eset aan str epa a suam atau orang tua; b. kepatuhan kepada adat; c. hasrat dan pentingnya belajar; . rasa sayang dan hormat kepada sesama manusia. 2.
Angkatan ’30-an atau Angkatan Pujangga Baru Istilah Angkatan Pujangga Baru untuk karya-karya yang lahir sekitar
‘30–40-an am ar m a a a sastra yang ter t pa a 1933. Ma a a itu bernama Pujangga Baroe yang kepengurusannya dipimpin oleh Sutan Ta r A sya ana, Am r Hamza , Sanus Pane, an Arm n Pane. Angkatan Pujanga Baru disebut juga Angkatan ’30-an sebab ang atan n a r pa a ta un 1930-an. Karya sastra yang lahir pada angkatan ini berbeda dengan karya sastra ang atan se e umnya. Karya- arya pa a per o e n mu a memancarkan jiwa yang dinamis, individualistis, dan tidak lagi 22
Apresiasi Sastra
mempersoalkan tradisi sebagai tema sentralnya. Hal semacam itu t m u arena para pengarang ususnya su a mem pan angan yang jauh lebih maju dan sudah mengenal budaya-budaya yang e mo ern. D samp ng tu, semangat nas ona sme mere a su a semakin tinggi sehingga isu-isu yang diangkat dalam karya mereka t a ag enta engan warna e aera an. Layar Terkembang merupakan salah satu karya terpenting pada angkatan ini. Novel tersebut merupakan buah karya Sutan Takdir Alisyahbana (STA). Dalam novel tersebut, STA menyampaikan pendapat dan pandangan-pandangannya tentang peranan wanita an aum mu a a am pem angunan angsa. Nove a nnya yang monumental pada angkatan ini adalahBelenggu arya Armijn Pane. Belenggu merupakan novel yang menarik karena mengangkat kehidupan nyata, seperti perselingkuhan yang sebelumnya sem uny an e a ang n ng- n ng esopanan. Nove n uga u an anya menggam ar an gera -ger a r to o -to o nya, tetapi pergolakan batin mereka. Daya tarik lainnya adalah Armijn Pane tidak menyelesaikan ceritanya seperti kebiasaan para pengarang sebelumnya, tetapi membiarkan pembaca menyelesaikannya sesuai engan angan-angan mas ng-mas ng. Angkatan Pujangga Baru juga diwarnai oleh puisi-puisi Amir Hamzah (1911–1946) yang memiliki ciri khas tersendiri sekaligus sebagai ikon angkatan tersebut. Puisi-puisi Amir Hamzah dibukukan a am Nyanyi Sunyi 1937) an Buah Rindu 941). P u s -pu s A m r Hamza pa a umumnya erna a romant s sme: er n uan an rasa sedih. Kesedihan itu menyebabkan timbulnya rasa sunyi, berpasrah r . Se a n Am r Hamza , penya r yang tergo ong Ang atan Pu angga Baru adalah J.E. Tatengkeng (1907–1968) yang puisi-puisinya ter umpu a am Rindu Dendam. J.E. Tateng eng anya me a r an puisi-puisi religius. Ada pula Asmara Hadir yang sebagian besar pu s nya penu engan romant s sme an ese an. 3.
Angkatan ’45 Angkatan’45 disebut juga sebagai Angkatan Chairil Anwar karena perjuangan Chairil Anwar sangat besar dalam melahirkan angkatan n . D a pu a yang anggap se aga pe opor Ang atan ’45. Ang atan ’45 disebut juga Angkatan Kemerdekaan sebab dilahirkan ketika Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya.
Kesusastraan Sejarah Sastra Indonesia
23
Karya-karya yang lahir pada masa Angkatan’45 sangat berbeda engan arya sastra masa se e umnya. C r -c r nya a a a se aga erikut: a. e as; b. individualistis; c. un versa tas; . realistik. Sikap hidup dan sikap dalam berkarya para pengarang dan sastrawan Ang atan ’45 sangat tegas. Mere a mengumum an s ap hidup mereka melalui majalah Siasat dalam rubrik Gelanggang. S ap mere mere a er nama Surat Kepercayaan Ge anggang yang iumumkan pada 1950 dalam majalah Siasat. Pengarang yang ter ena pa a wa tu tu, antara a n a a a , Indrus, Usmar Ismail, Rosihan Anwar, El Hakim, dan Amir Hamzah. Pa a per o e n uga muncu penya r ter ena C a r Anwar. Dua karya yang terkenal adalah Atheis karya Achadiat Kartamihar a dan Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma arya Idrus. 4.
Angkatan ‘66
Nama Ang atan ’66 cetus o e H.B. Jass nbersamaan me a u u unya yang berjudul Angkatan ’66. an Angkatan ini lahir dengan kondisi politik Indonesia yang tengah mengalami kekacauan akibat teror dan merajalelanya paham komunis. PKI hendak mengambil a e uasaan negara an menggant an eo og Pancas a engan eo og omun s. O e arena tu, arya sastra yang a r pa a periode ini lebih banyak berwarna protes terhadap keadaan sosial dan politik pemerintah pada masa itu. Pengarang yang produktif pada masa itu antara lain Taufik Isma , Mansur Sam n, an Bur Rasuanto. Conto ua arya yang iterbitkan oleh angkatan ini adalah Pagar Kawat Berduri karya Toha Mohtar dan Tirani (kumpulan puisi) karya Taufik Ismail. 5.
24
Angkatan 70-an Se tar ta un ‘70-an, muncu arya- arya sastra yang a n engan karya sebelumnya. Kebanyakan karya-karya itu tidak menekankan ma na ata. Para r t us sastra menggo ong an arya- arya terse ut ke dalam jenis sastra kontemporer. Kemunculan sastra semacam ini pe opor o e Sutar Ca zoum Bac r . Ber ut n a a a se ua contoh puisi kontemporer karya Sutardji Calzoum Bachri.
Apresiasi Sastra
Tragedi Winka & Sihka
kawin aw n kawin kawin aw n ka win ka wn ka win ka win a winka winka winka s a sihka sihka s ka s
Sutardji Calzoum Bachri Sumber: www.ukzn.ac.za
ka s ka s ka sih a sih
sih sih s si s ka u
Kesusastraan Sejarah Sastra Indonesia
25
Dengan karya-karyanya yang seperti itu, Sutardji sering disebut se aga pe opor pu s ontemporer. C r umum pu s Sutar a a a ikesampingkannya unsur makna. Unsur permainan bunyi dan bentu gra s e te an annya. Pu s -pu s Sutar ter umpu a am sebuah buku yang berjudul , Amuk, Kapak yang diterbitkan pada 1981. Ke ontemporeran tampa pu a pa a pu s -pu s Leon Agusta alam kumpulan puisinya yang berjudul Hukla (1979), Hamid Jabar a am Wajah Kita 1981), F. Ra ar a am Catatan Sang Koruptor (1985), Rahim Qahhar dalam Blong, dan Ibrahim Sattah dalam Dandandik 1975). Beberapa sastrawan lainnya dalam angkatan ini adalah mar Kayam Ikranegara Arifin C. Noer, Akhudiat, armanto atman, Ar ef Bu man Goenawan Mo ama Bu Darma, Hamsad Rangkuti, Putu Wijaya, Wisran Hadi Wing Kardjo, Taufik Ismail, Motinggo Busye Purnawan Tjondronegoro D am Su erman Bur Rasuanto Sapar Djoko Damono Satyagraha Hoerip Soeprobo, dan termasuk paus sastra H.B. Jassin Sumber: tokohindonesia.com In ones a, H.B. Jass n. emangat avant-garde sangat menon o a am pu s -pu s angkatan ini. Aliran yang digunakan dalam karya sastra angkatan ini sangat beragam, yakni dengan munculnya karya sastra beraliran surealis, arus kesadaran, arketip, absurd, dan sebagainya. Penerbit Pusta a Jaya sangat mem antu a am mener t an arya- arya sastra pada masa angkatan ini. Sementara itu, pada prosanya banya yang menyuarakan sastra daerah meskipun tema pokoknya belum menunjukkan pergeseran. Novel-novel yang ter t pa a paru pertama ngga pertenga an 1970-an menampilkan serentetan gejala o a me u s an tatanan se ar - ar , sepert keluarga, kepercayaan, ritual, dan kebiasaan se ua omun tas. Ha n sa te usur , antara a n, a am nove Upacara 1978) karya Korrie Layun Rampan, Khotbah di Atas Bukit (1976), cerpen “Suluk AwangUwung” (1975), dan Makrifat Daun, Daun Makrifat 1977) arya Kuntow oyo. 26
Kuntowijoyo Sumber: geocities.com
Apresiasi Sastra
6.
Angkatan 80-an Memasuki dasawarsa pertama 1980-an, suara lokal dalam sastra Indonesia masih berkutat pada persoalan nilai tradisional dan modern. Untuk menyebut beberapa contoh, novel tetralogi Pulau Buru karya Pramoe ya Ananta Toer, Burung-burung Manyar 1981) an Ikanikan Hiu, Ido, Homa 1983) arya Y.B. Mangunw aya, Bako 1983) karya Darman Moenir, trilogi Ronggeng Dukuh Paruk (1982) karya Ahmad Tohari masih berkutat pada persoalan ritual, agama, dan
ekerabatan.
Pramoedya Ananta Toer Sumber: upload.wikimedia.org
Y.B Mangunwijaya Sumber: petromaks.files.wordpress.com
Karya sastra Indonesia pada masa angkatan 80-an tersebar luas er aga m a a a an pener t umum. Satu a yang ut menan a angkatan 80-an adalah banyaknya roman perc ntaan. Sastrawan wan ta yang menonjol pada masa itu adalah Marga T.. Be erapa sastrawan a nnya yang dapat mewakili Angkatan 80an antara a n a a a Remy Sy a o, Yudistira Ardinugraha, Noorca Ma en ra, Seno Gum ra A arma, dan Kurniawan Junaidi.
Remi Sylado Sumber: tokoh.okezone.com
M ra W. an Marga T. a a a ua sastrawan wan ta In ones a yang menon ol dengan fiksi romantis yang men adi ciri-ciri novel mereka. Pada umumnya, tokoh utama dalam novel mereka adalah wanita. Bertolak belakang dengan novel-novel Balai Pustaka
Kesusastraan Sejarah Sastra Indonesia
27
yang masih dipengaruhi oleh sastra Eropa abad ke-19 yang tokoh utamanya se a u mat an untu menon o an rasa romant s sme an idealisme, karya-karya pada era 80-an pun pada umumnya se a u menga a an peran antagon snya. Namun, hal yang takboleh dilupakan adalah pada era 80-an juga tumbuh sastra yang beraliran pop remaja, yaitu dengan a rnya se um a nove popu er yang ipelopori oleh Hilman dengan serial Lupus-nya. Justru dari kemasan yang ngepop inilah diyakini tumbuh generasi gemar baca yang kemudian tertari mem aca arya- arya yang e “ erat”. Hilman penulis novel popular “Lupus” Sumber: indosinema.com
7.
Angkatan Reformasi Seiring dengan jatuhnya kekuasaan pemerintahan Orde Baru, muncu a wacana tentang Sastrawan Ang atan Reformas . Munculnya angkatan ini ditandai oleh maraknya karya-karya sastra, pu s , cerpen, an nove yang ertema sos a -po t , ususnya seputar reformas . D ru r sastra Har an Repu a, m sa nya, selama berbulan-bulan dibuka rubrik sajak-sajak peduli bangsa atau sajak-sajak reformasi. Berbagai pentas pembacaan sajak dan penerbitan buku antologi puisi juga didominasi sajak-sajak bertema sosa -po t . Sastrawan Angkatan Reformas merefleksi keadaan sosial dan politik yang terjadi pada akhir 1990-an. Proses reformasi politik yang dimulai pada 1998 banyak melatarbelakangi kelahiran karyaarya sastra— pu s , cerpen, an nove — pa a saat tu. Ba an, penya r-penya r yang semu a au ar tema-tema sos a po t , seperti Sutardji Calzoum Bachri, Ahmadun Yosi Herfanda, dan Acep Zamzam Noer, ikut meramaikan suasana dengan sajak-sajak sosialpolitik mereka.
8.
Angkatan 2000 Wacana tentang lahirnya Sastrawan Angkatan Reformasi muncul, tetapi tidak berhasil dikukuhkan karena tidak memiliki ‘juru bicara’. amun, Korr e Layun Rampan pa a ta un 2002 me empar wacana tentang lahirnya Sastrawan Angkatan 2000. Sebuah buku tebal tentang Angkatan 2000 yang disusunnya diterbitkan oleh Gramedia,
28
Apresiasi Sastra
Jakarta, pada 2002. Seratus lebih penyair, cerpenis, novelis, eseis, dan r t us sastra masu an Korr e e a am Ang atan 2000, termasu mereka yang sudah mulai menulis sejak 1980-an, seperti Afrizal Ma na A ma un Yos Herfan a, an Seno Gum ra A arma, ser a yang muncul pada akhir 1990-an, seperti Ayu Utami dan Dorothea Rosa Her any. Angkatan 2000 ditandai pula oleh karya-karya yang cenderung eran an vu gar, sepert arya Ayu Utam Saman. Gaya penu san Ayu Utami yang terbuka, bahkan vulgar, membuat Ayu Utami lebih menonjol daripada pengarang-pengarang yang lain. Novel lain yang tu snya a a a Larung yang merupa an an utan aman. Se aga pengimbang atas maraknya karya-karya yang vulgar dan novel-novel teenlit yang mengadopsi begitu saja moral pergaulan yang serbabebas ala remaja Amerika, masih dalam angkatan ini bermunculan fiksis s am . Fiksi islami hadir menyusul berkembangnya ‘fiksi sekuler’ ataupun ‘fiksi seksual’ Saman atau novel semacam de untuk Leopold Von Sacher Masoch karya Dinar Rahayu dan cerpencerpen Djenar Maesa Ayu. Gerakan fiksi Islami seakan-akan sengaja mem er an wacana a ternat f agar un a s In ones a t a anya idominasi oleh fiksi-fiksi seksual. Oleh karena itu, fiksi Islami kemudian didefinisikan sebagai karya sastra berbentuk fiksi yang itulis dengan pendekatan islami, baik dalam pengeksploran tema persoa an yang ang at) maupun a am pengemasannya e a am arya. Pada umumnya, bahasanya santun dan bersih dari citraancitraan yang erotis dan vulgar. Satu a yang menar a a a a t v s gera an s s am idominasi oleh para perempuan penulis seperti fiksi sekuler yang uga om nas o e perempuan penu s. Dua e ompo main stream sastra yang berbeda ‘ideologi’ itu seakan saling berebut pengaruh an pem aca a am per em angan sastra In ones a ontemporer. Kehadiran sastra islami sebenarnya tidak spontan. Sejak paruh tera r asawarsa 1990-an, azana sastra In ones a se enarnya sudah disemaraki oleh kehadiran fiksi Islami yang menawarkan semacam ‘wacana baru’ sebagai wacana sastra alternatif bagi masyara at pec nta s In ones a ontemporer. Tra s penu san fiksi islami kemudian berkembang sangat marak, terutama sejak awal dasawarsa 2000-an. Banyak penulis ternama lahir dari fenomena fiksi Islami itu, seperti Helvy Tiana Rosa, Asma Nadia, Fahri Aziza, Pipiet Sen a, an Ha urra man E S y raz .
Kesusastraan Sejarah Sastra Indonesia
29
Puisi A. Pengertian
Puisi a a a entu arya sastra yang tersa secara mono og, enggunakan kata-kata yang indah dan kaya akan makna. Keindahan puisi ditentukan oleh diksi, majas, rima, dan iramanya. Adapun kekayaan akna yang terkandung dalam puisi disebabkan oleh pemadatan segala unsur a asa. Ba asa yang guna an a am pu s er e a engan yang digunakan sehari-hari. Puisi menggunakan bahasa yang ringkas, tetapi aknanya sangat kaya. Kata yang digunakannya adalah kata konotatif yang mengandung banyak penafsiran dan pengertian. Semangka Musthofa Aldo
i kebun milik ayahku u at a nya ua s emang a kuambil satu lalu membelahnya aku pun berdoa tuhan! er a a u ga ra semerah daging semangka Teks di atas merupakan karya monolog. Pengarang berbicara langsung tentang penga aman pilihan an kata arapanPenga amannya diungkapkan melalui yangarapan tertata danr nya. susunan katanya yang armon s. Per at an sa a pasangan-pasangan ata er ut: kebun – ayahku, semangka – membelanya, berdoa – tuhan, semerah – semangka. Kata-kata itu ringkas, tetapi kaya akan makna. Sebuah gairah cukup diumpamakannya dengan merahnya semangka. Tidak banyak kata tetapi dengan satu atau dua kata pun cukuplah baginya untuk menyatakan arapan- arapannya tu.
Perhatikan pula puisi berikut. Mimbar Tau q Isma
Dar m m ar n te a cara an Pikiran-pikiran dunia Suara-suara kebebasan Tanpa ketakutan Dar m m ar n putar ag Sejarah kemanusiaan Pengembangan teknologi Tanpa ketakutan D ampus n Telah dipahatkan Kemerdekaan Sega a espot an t ran Tidak bisa dirobohkan Mimbar kami Ke n a an pu s atas apat e as an. Buny ata mimbar tampa armon s engan ata telah an ibicarakan. Ket ga ata tu sama-sama enggunakan bunyi /a/. Kata mimbar dan ibicarakan juga sama-sama engguna an uny . Perma nan uny arus a per at an a am penulisan puisi di samping ketepatan dan kepadatan maknanya. B. Unsur-unsur Puisi
ecara garis besar, unsur-unsur puisi terbagi menjadi dua macam, yakni tru tur s an stru tur at n. Ber ut n a a a ura annya yang anya penulis petik dari Teori dan Apresiasi Puisi arya Herman J. Waluyo 1995). 1.
32
Unsur Fisik Unsur fisik meliputi hal-hal berikut ini.
Apresiasi Sastra
a.
Diksi (Pemilihan Kata) Kata-kata yang digunakan dalam puisi merupakan hasil pemilihan yang sangat cermat. Kata-katanya merupakan hasil pertimbangan, baik makna, susunan bunyinya, maupun hubungan kata dengan kata-kata lain dalam baris dan baitnya. Kata-kata mem e u u an yang sangat pent ng a am pu s . Kata- ata dalam puisi bersifat konotatif. Makna kata-kata itu mungkin lebih dari satu. Kata-kata yang dipilih hendaknya bersifat puitis
yang mempunyai efek keindahan. Bunyinya harus indah dan mem e armon san engan ata- ata a nnya. b.
Pengimajian
Pengimajinasian apat e n s an se aga ata atau susunan kata yang dapat menimbulkan khayalan atau imajinasi. Dengan aya ma nas terse ut, pem aca seo a -o a merasa, men engar atau melihat sesuatu yang diungkapkan penyair. Perhatikan cup an pu s er ut. Kehilangan Mestika
Sepoi berhembus angin menyejuk diri Kelana termenung merenung air lincah bermain ditimpa sinar Hanya sebuah bintang kelap kemilau tercampak di langit tidak berteman Hatiku, hatiku belum juga sejuk dibuai bayu girang beriak mencontoh air atau laksana bintang biarpun sunyi tetap bersinar berbinar-binar petunjuk nelayan di samudera lautan (karya Aoh Kartahadimadja)
Kesusastraan Puisi
33
Perhatikanlah kata-kata berikut ini. 1) Kata- ata lincah bermain, ditimpa sinar, kelap kemilau, girang beriak, laksana bintang, bersinar berbinar-binar mem ang t an m a nas m e a u n ra peng atan. 2) Kata berhembus membangkitkan imajinasi melalui indra pen engaran. 3) Kata sejuk an dibuai membangkitkan imajinasi perabaan. Secara keseluruhan, penyair dalam puisi itu menggambarkan gera a am, sepert em usan ang n, perma nan a r, an ntang bersinar. Dengan penggambaran yang cukup jelas itu, pembaca sea an-a an ut menya s an g rang an em aunya suasana alam itu dan keadaan hati Kelana yang tengah bersedih. c.
Kata Konkret Untu mem ang t an ma nas pem aca, ata- ata arus iperkonkret atau diper elas. Jika penyair mahir memperkonkret kata, pembaca seolah-olah melihat, mendengar, atau merasakan apa yang dilukiskan oleh penyair. Pembaca dapat membayangkan secara jelas peristiwa atau keadaan yang dilukiskan oleh
penya Per at an, m di sa bawah nya, cup “Gadisr.Peminta-minta” ini. an pu s yang
er u u
Setiap kita bertemu, gadis kecil berkaleng kecil Senyummu terlalu kekal untuk kenal duka Tengadah padaku, pada bulan merah jambu Tapi kotaku jadi hilang, tanpa jiwa Ingin aku ikut, gadis kecil berkaleng kecil Pulang ke bawah jembatan yang melulur sosok Hidup dari kehidupan angan-angan yang gemerlapan Gembira dari kemayaan riang Duniamu yang lebih tinggi dari menara katedral Melintas-lintas di atas air kotor, tapi yang begitu kauhafal Jiwa begitu murni, terlalu murni Untuk bisa membagi dukaku Untu me u s an a wa ga s tu enar- enar seorang pengemis gembel, penyair menggunakan frasa gadis kecil 34
Apresiasi Sastra
berkaleng kecil. Lukisan itu lebih konkret daripada dengan begitu sa a menggunakan adis peminta-minta atau gadis miskin. Untuk me u s an tempat t ur pengap awa em atan yang anya apat untu mene entang an tu u , penya r menu s pulang ke bawah jembatan yang melulur sosok. Untuk memperkonkret un a pengem s yang penu emayaan, penya r menu s : hidup ari kehidupan angan-angan yang gemerlapan dan gembira ari kemayaan riang. Untu memper on ret gam aran tentang martabat gadis itu yang sama tingginya dengan martabat manusia a nnya, penya r menu s duniamu yang lebih tinggi dari menara katedral. d.
Bahasa Figuratif (Majas) gurative language) adalah bahasa yang digunakan Majas oe penya r untu mengata an sesuatu engan cara membandingkannya dengan benda atau kata lain. Majas meng as an atau menyama an sesuatu engan a a n. Maksudnya, agar gambaran benda yang dibandingkan itu lebih e as, m sa nya, untu menggam ar an ea aan om a penya r menggunakan ma as personifikasi berikut ini.
Risik risau ombak memecah di pantai landai buih berderai Dalam cuplikan puisi tersebut, ombak digambarkan seolaholah manusia yang bisa berisik dan memiliki rasa risau. Selain itu, ma as men a an suatu pu s e n a . Per at an, m sa nya, untaian kata-kata i pantai landai/buih berderai. Kata-kata itu tampak indah (puitis) dengan digunakannya persamaan bunyi /a/ dan /i/. Perhatikan pula puisi berikut ini. Hujan Bulan Juni oleh Sapardi Djoko Damono
tak ada yang lebih taba ar u an u an un ra as a annya r nt r n unya kepada pohon berbunga itu
Kesusastraan Puisi
35
tak ada yang lebih bijak ar u an u an un dihapusnya jejak-jejak kakinya yang ragu-ragu a an tu ta a ayang e ar dari hujan bulan jun ar annya yang ta terucap an diserap akar pohon bunga itu Ter apat ua ma as yang om nan a am pu s atas, ya tu majas personifikasi dan majas paralelisme. 1) Majas personifikasiadalah majas yang membandingkan benda tidak bernyawa dengan sifat manusia sehingga seolah-olah en a terse ut mem s fat sepert manus a. Ben a yang dibandingkan dalam puisi itu adalah hujan. Hujan memiliki sikap tabah, bijak, dan arif. Sifat-sifat itu biasanya dimiliki oleh manusia. 2) Majas paralelismea a a ma as peru angan yang tersusun a am ar s yang er e a. Kata yang menga am pengulangan dalam puisi itu adalah tak ada yang lebih. Kata-kata itu berulang pada setiap baitnya.
36
e.
Rima/Ritma Rima adalah pengulangan bunyi dalam puisi. Dengan adanya rima, suatu puisi menjadi indah. Makna yang ditimbulkannya Dan angin a pun e uat, sepert pet an sa a er ut n : mendesah/mengeluh mendesah. Di samping rima, dikenal pula st a ritma yang art an se aga pengu angan ata, frase, atau kalimat dalam bait-bait puisi.
f.
Tata Wajah (Tipografi) T pogra merupa an pem e a yang pent ng antara pu s , prosa, dan drama. Larik-larik puisi tidak berbentuk paragraf, tetapi bait. Dalam puisi kontemporer seperti puisi-puisi Sutardji Calzoum Bac r , t pogra pan ang sangat pent ng se ngga e u u an makna kata-kata tergeser.
Apresiasi Sastra
2.
Unsur Batin Ada empat unsur batin puisi, yakni tema sense), perasaan penyair eeling), nada atau sikap penyair terhadap pembaca (tone), dan amanat ( ntention). a.
Tema Tema puisi merupakan gagasan utama penyair dalam puisinya. Gagasan penyair cenderung tidak selalu sama dan besar
kemungkinan untuk berbeda-beda. Oleh karena itu, tema puisi yang as annya pun a an er a nan. Herman J. Wa uyo (1987) dalam bukunya, Teori dan Apresiasi Puisi, mengkasifikasi tema puisi menjadi lima kelompok—mengikuti isi Pancasila, yaitu tema ketuhanan, kemanusiaan, patriotisme/kebangsaan, e au atan ra yat, an ea an sos a . 1)
Tema Ketuhanan Pu s engan tema etu anan antara a n menggam ar an pengalaman batin, keyakinan, atau sikap penyair terhadap Tu an. N a -n a etu anan a am pu s a an tampa pada pilihan kata, ungkapan, atau lambang. Contohnya pu s “Doa” arya Am r Hamza , “Nyany an Angsa” an “Khotbah” karya W.S. Rendra, dan “Sorga” karya Chairil Anwar.
2)
Tema Kemanusiaan Pu s ertema emanus aan mengung ap an t ngg nya martabat manusia dan bermaksud meyakinkan pembaca bahwa setiap manusia memiliki harkat dan martabat yang sama. Perbedaan kekayaan, pangkat, dan kedudukan tidak o e men a se a a anya per e aan per a uan. Dua contoh puisi bertema kemanusiaan adalah “Gadis Pemintam nta” arya Toto Su arto Bac t ar an “Bersatu a Pelacur-pelacur Kota Jakarta” karya W.S. Rendra.
3) Tema Patr ot sme Ke angsaan Puisi bertema patriotisme/kebangsaan antara lain melukiskan perjuangan merebut kemerdekaan atau mengisahkan riwayat pahlawan yang berjuang melawan penjajah. Tema e angsaan sa pu a erwu u pesan-pesan penya r a am
Kesusastraan Puisi
37
membina persatuan bangsa atau rasa cinta akan tanah air. Pu s C a r Anwar yang er u u “Krawang-Be as ” dan “Diponegoro” merupakan puisi yang memiliki tema patr ot sme. Pu s -pu s se en s a nnya a a a “Pr angan S Jelita” karya Ramadhan K.H., “Ibukota Senja” Toto Sudarto Bac t ar, an “Can Men ut” serta “Terata ” arya Sanus Pane. )
Tema Kedaulatan Rakyat Puisi ini biasanya mengungkapkan penindasan dan esewenang-weenangan ter a ap ra yat. Sa a “Kem s Pagi” karya Taufik Ismail merupakan salah satu contoh puisi bertema kedaulatan rakyat. Puisi lainnya berjudul “Rakyat” karya Hartoyo Andangjaya.
5)
Tema Keadilan Sosia Puisi bertema keadilan sosial lebih menyuarakan penderitaan, kemiskinan, atau kesenjangan sosial. Puisipuisi demonstrasi yang terbit sekitar 1966 lebih banya menyuara an ea an sos a . Conto umpu an pu s y ang bertema keadilan sosial adala Potret Pembangunan dalam Puisi karya Rendra. Selain tema-tema itu, mungkin saja kita mengklasifikasi puisi ke dalam tema-tema lainnya. Tema-tema tu, m sa nya, tentang persa a atan, e uarga, pendidikan, politik, moral, hukum, atau lingkungan hidup. Ketuhanan Keadilan sosial
Kemanusiaan
Tema-tema Puisi Kedaulatan rakyat
.
38
Patriotisme/ e angsaan
erasaan Pu s merupa an arya sastra yang pa ng mewa e spres perasaan penyair. Ekspresi dapat berupa kerinduan, kegelisahan,
Apresiasi Sastra
atau pengagungan kekasih, alam, atau Sang Khalik. Jika penyair en a mengagung an e n a an a am, se aga sarana ekspresinya ia akan memanfaatkan majas dan diksi yang mewa an memancar an ma na e n a an a am. J a ekspresi berupa kegelisahan dan kerinduan kepada Sang Khalik, a asa yang guna annya cen erung ers fat perenungan a an eksistensinya dan hakikat keberadaan dirinya sebagai hamba Tu an. Per at an ua a t pu s er ut n .
Hanyut aku Tuhanku Dalam lautan kasih-Mu Tuhan, bawalah aku Meninggi ke langit ruhani. Lar - ar atas am ar pu s yang erjudul “Tuhan” karya Bahrum Rangkuti. Puisi tersebut merupakan pengejawantahan kerinduan dan kegelisahan penyair untuk bertemu dengan Sang Khalik. Kerinduan dan kegelisahannya diekspresikannya melalui kata hanyut, kasih, meninggi, an langit ruhani. c.
3.
Nada dan Suasana Dalam menulis puisi, penyair mempunyai sikap tertentu ter a ap pem aca, antara a n mengguru , menas at , menge e , menyindir, atau bersikap lugas hanya menceritakan sesuatu kepada pembaca. Sikap penyair kepada pembaca disebut nada puisi. A apun suasana a a a ea aan wa pem aca sete a membaca puisi. Suasana adalah akibat yang ditimbulkan oleh pu s ter a ap wa pem aca. Nada dan suasana puisi saling berhubungan. Nada puisi men m u an suasana tertentu ter a ap pem acanya. Na a uka yang diciptakan oleh penyair dapat menimbulkan suasana a at pem aca. Na a r t yang er an penya r apat menimbulkan suasana penuh pemberontakan bagi pembaca. Nada religius dapat menimbulkan suasana khusyuk.
Amanat Amanat yang hendak disampaikan oleh penyair dapat ditelaah setelah kita memahami tema, rasa, dan nada puisi. Tujuan/amanat merupakan
Kesusastraan Puisi
39
hal yang mendorong penyair untuk menciptakan puisinya. Amanat ters rat a ata- ata yang susun an tema yang ung ap an. Amanat yang hendak disampaikan oleh penyair mungkin secara sa ar era a a am p ran penya r, tetap e anya penya r t a sadar akan amanat yang diberikannya. C. Jenis-jenis Puisi
Puisi memiliki beberapa aspek. Berdasarkan kurun waktunya, kamu telah empe a ar nya u u, ya n a wa pu s ter ag men a pu s ama an puisi baru. Puisi lama terbagi menjadi beberapa jenis. Dua di antaranya a a a pantun an sya r. Da am pe a aran n , amu a an mempe a ar enis puisi lainnya, yakni berdasarkan cara penyair mengungkapkan isi atau gagasannya. Da am aspe n , pu s ter ag men a t ga en s: pu s naratif, puisi lirik, dan puisi deskriptif. 1.
Puisi Naratif Puisi naratif mengungkapkan cerita atau penjelasan pe nyair. Puisi ini terbagi menjadi beberapa macam, yaknibalada dan romansa. Balada adalah puisi yang berisi cerita tentang orang-orang perkasa ataukoh to
pu aan. Conto arya nya WS a a Rendra a Balada Orang-orang Tercinta an Blues untuk Bonnie . Romansa adalah jenis puisi cerita yang menggunakan bahasa romantis yang berisi kisah percintaan yang diselingi oleh perkelahian dan petualangan. Rendra juga banyak menulis romansa. K r omu o menu s romansa yang er s sa petua angan engan u u “Romance Per a anan”. K sa c nta n apat uga erart cinta tanah kelahiran, seperti dalam puisi-puisi Ramadhan K.H. 2.
Puisi Lirik Pu s r ter ag m en a t ga macam, ya tu elegi, ode, an serenada. Elegi adalah puisi yang mengungkapkan perasaan duka, misalnya “Elegi Jakarta” karya Asrul Sani yang mengungkapkan perasaan
uka penyair di Kota Jakarta. Serenada adalah sajak percintaan yang apat nyany an. Kata “serena a” erart nyany an yang tepat nyany an pa a wa tu sen a. Ren ra a nya menc pta an serenada dalam Empat Kumpulan Sajak, di antaranya “Serenada H tam”, “Serena a B ru”, “Serena a Mera Jam u”, “Serena a Ungu”, dan “Serenada Kelabu”. Warna-warna di belakang serenada tu me am ang an s fat nyany an c nta: a a yang a ag a, se , kecewa, dan sebagainya. 40
Apresiasi Sastra
de adalah puisi yang berisi pemujaan terhadap seseorang, suatu hal, atau suatu keadaan. Pemu aan yang banyak ditulis ialah pemu aan ter a apto o - to o yang agum . “Terata ” arya Sanus Pane), “D ponegoro” arya C a r Anwar), an “O e Buat Pro amator” (karya Leon Agusta) merupakan contoh ode yang bagus. Ber ut n conto nya. Ode Buat Proklamator
Bertahun setelah kepergiannya kurindukan dia kembali Dengan gelombang semangat halilintar dilahirkan sebuah negeri; alam lumpur dan lumut, dengan api menyapu kelam menjadi untaian permata hijau di bentangan cahaya abadi; yang senantiasa membuatnya tak pernah berhenti bermimpi menguak kabut mendung, menerjang benteng demi benteng membalikkan arah topan, menjelmakan impian demi impian Dengan seorang sahabatnya, mereka tandatangani naskah itu Mereka memancang tiang bendera, merobah nama dan peta, berjaga membacakan sejarah, mengganti bahasa pada buku. Lalu dia meniup terompet dengan selaksa noda kebangkitan sukma Kini kita ikut membubuhkan nama di atas bengkalainya; meruntuhkan sambil mencari, daftar mimpi membelit bulan perang saudara mengundang musnah, dendam tidur di hutan hutan, di sawah terbuka yang sakti Kata berpasir di bibir pantai hitam dan oh, lidahku yang teriepit, buih lenyap di laut biru derap suara yang gempita cuma bertahan atau menerkam Ya, walau tak mudah, kurindukan semangatnya menyanyi kembali bersama gemuruh cinta yang membangunkan sejuta rajawali Tak mengelak dalam bercumbu, biar berbisa perih dirabu Berlapis cemas menggunung sesal mutiara matanya yang pudar Bagi negeriku, bermimpi di bawah bayangan burung garuda.
Kesusastraan Puisi
41
Dalam puisi ini dapat diungkapkan rasa kagum penyair epa a sang pro amator. Ung apan-ung apan rasa agum tu sangat mengena dan tidak bersifat klise. Kerinduan penyair untu men engar an ara semangat yang t up an ewat p ato-p ato yang berapi-api dapat kita hayati sejak enam baris terakhir. 3.
Puisi Deskriptif Da am en s pu s es r pt f, penya r ert n a se aga pem er esan
terhadap keadaan/peristiwa, benda, atau suasana yang dipandang menarik perhatiannya. Puisi yang termasuk puisi deskriptif adalah satire, pu s yang ers fat kritik sosial an pu s impresionistik. Satire adalah puisi yang mengungkapkan perasaan tidak puas penyair terhadap suatu keadaan, tetapi dengan cara menyindir atau menyatakan keadaan sebaliknya. Puisi kritik sosial adalah puisi yang uga menyata an et a senangan penya r ter a ap ea aan atau iri seseorang, tetapi dengan cara membeberkan kepincangan atau ketidakberesan keadaan/orang tersebut. Kesan penyair juga dapat kita hayati dalam puisi-puisi impresionistik yang mengungkapkan kesan (impresi) penyair terhadap suatu hal. D. Pemaknaan Puisi
Untuk memaknai puisi, kamu dapat melakukannya dengan langkahlangkah berikut ini. 1. Pa am entu p u s , a t- a t, a n r - r . Se a n tu, secara g o a pa am tema yang emu a an o e penya r a am pu s tu. 2. Untuk melengkapi pemahaman global terhadap puisi, kita perlu menelaah penyair dan latar belakang penciptaan puisi. Dengan kedua ata tersebut, totalitas makna puisi akan lebih mudah ditafsirkan. 3. Te aa unsur-unsur stru tur s an stru tur at n pu s . Ke ua struktur itu harus mempunyai kepaduan dan mendukung totalitas makna puisi. Telaah ini berfokus pada penafsiran makna puisi hingga
4.
42
unsur yang sekecil-kecilnya. Telaah pula cara penggunaan struktur s untu mengung ap an stru tur at n an pengemu aan stru tur at n. Te aa yang em an a an meng as an pema aman pu s secara mendalam. Sete a mene aa an men a am stru tur pu s ngga unsurunsurnya, kita merumuskan simpulannya. Simpulan tersebut bisa erupa awa an atas pertanyaan-pertanyaan sepert conto er ut n . a. Apakah amanat (pesan) yang disampaikan oleh penyair?
Apresiasi Sastra
b. c. . e.
Mengapa penyair menggunakan bahasa yang demikian u ungannya engan perasaan an na a)? Apakah arti puisi bagi pembaca? Baga mana s ap ta ter a ap apa yang emu a an o e penyair? Baga mana penya r a am menc pta an pu s nya tu? Apa a cukup mahir?
Berikut dikemukakan contoh telahan atas puisi yang berjudul “Senja Pe a u an Kec ” arya C a r Anwar yang ut p ar u u Herman J. Walujo (1987). Untu tu, aca an em a pu s nya o e sa a seorang temanmu. Bersamaan dengan itu, catatlah bagian-bagian menarik puisi tersebut.
Senja di Pelabuhan Kecil Buat Sri Ayati
Ini kali tidak ada yang mencari cinta di antara gudang, rumah tua, pada cerita tiang serta temali. Kapal, perahu tidak berlaut, menghembus diri dalam mempercaya mau berpaut. Gerimis mempercepat kelam. Ada juga kelepak elang menyinggung muram, desir hari lari berenang menemu bujuk pangkal akanan. Tidak bergerak dan kini tanah dan air tidur, hilang ombak. Tiada lagi. Aku sendiri. Berjalan menyisir semenanjung, masih pengap harap sekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalan dari pantai keempat, sedu penghabisan bisa terdekap Chairil Anwar) Pu s “ Sen a Pe a u an Kec ” termasu pu s m o ern. Ha tu dapat kita lihat dari struktur baris dan baitnya. Adanya tanda titik di tengah ar s menun u an per e aan pu s t erse ut ar p u s ama an pu s baru. Puisi di atas terdiri atas tiga bait dan tiap-tiap bait dibentuk oleh empat ar s. Se uru a t an ar s mengung ap an tema e u aan atas cinta. Tema tersebut, antara lain, tampak pada penggunaan bahasanya.
Kesusastraan Puisi
43
Kata-kata, penggambaran alam, dan suasana yang dilukiskan oleh penyair em antu pengung apan tema tu. Chairil Anwar termasuk penyair Angkatan 45. Angkatan tersebut anya mengung ap an a ran rea sme an e spres on sme. E spres iwa penyair lebih utama dari kesan-kesan. Judul puisi “Senja di Pelabuhan Kecil” tidak mengungkapkan kesan penyair terhadap suatu pe a u an ec , tetap anya wa ea aan wa C a r pa a wa tu puisi itu diciptakan. Kalau demikian, senja merupakan lambang ekspresi jiwa. Demikian pula dengan pelabuhan kecil. Jadi, dalam hal ini kita berhubungan dengan “sen a” an “pe a u an” yang “ ec ”. Sen a me am ang an suasana perpisahan atau pergantian antara siang dan malam. Pelabuhan adalah empat bermula dan berakhirnya suatu perjalanan. Pelabuhan dapat juga elambangkan impian seseorang. Di sini pelabuhan dapat ditafsirkan ebagai impian, cita-cita, atau harapan. Harapan itu kecil karena pelabuhan yang gam ar an o e penya r tu pun ec . Penya r merasa a wa harapan cintanya itu kecil, malah kemudian berpisah dengan harapan itu ehingga ia berduka karenanya. Pernyataan “Buat Sri Ayati” harus dihubungkan dengan aliran rea sme yang anut o e penya r. C a r ser ng menye ut nama-nama wanita yang terlibat cinta dengan dirinya. Kalau demikian, Sri Ayati bukan ekadar nama indah untuk melengkapi puisinya, tetapi nama gadis yang enar- enar erurusan engan penya r. C a r menaru arapan epa a gadis itu hingga suatu saat ia menyatakan cintanya. Namun, cintanya tida en apat sam utan arena sang ga s te a mem ca on suam yang bahkan dikenal oleh penyair. Jadi, jelaslah bahwa puisi di atas bertema e u aan arena egaga an c nta penya r ter a ap Sr Ayat . Diksi yang digunakan oleh penyair adalah kata-kata yang bernada uram. D s tentang emuraman tu pantu an o e ata senja erimis, pantai, gudang, rumah tua, tiang temali, kapal perahu, laut elam, kelepak elang tanah air tidur , an hilang ombak. Se a n tampa a am p an ata, emuraman atau e u aan penya r tampa pu a dalam gaya bahasanya. Ungkapan ari pantai keempat sedu penghabisan bisa terdekap, misalnya, memberikan gambaran yang jelas mengenai kedukaan penyair yang sangat mendalam. R ma pu s atas mas meng ut po a ama. R ma a r t ap a t adalah /aabb/, /aabb/, dan /abab/. Pola itu memiliki kesamaan dengan pola yang digunakan dalam syair, pantun, dan puisi baru. Namun, karena truktur rima tidak sama, kita tidak bisa mengelompokkan puisi di atas e aga p u s ama atau pu s aru. 44
Apresiasi Sastra
Tipografi pusi “Senja di Pelabuhan Kecil” termasuk tipografi puisi onvens ona . Pu s susun o e a t- a t an a t- a t terse ut ter ag agi dalam larik-larik dalam jumlah yang sama. Secara sep ntas te a tafs r an a wa pu s atas ertema an kedukaan karena kegagalan cinta. Hal ini, antara lain, telah kita buktikan etelah kita menelaah struktur fisik puisi yang menggambarkan kedukaan penya r. Namun, untu mengeta u tema tu secara men a am, er ut ini disajikan penafsiran atas tema setiap baitnya. Bait Pertama Karena c ntanya epa a Sr Ayat gaga , penya r merasa an e ampaan dalam hatinya. Cintanya sudah hilang, kisah-kisah masa lalunya yang indah (rumah tua pada cerita) yang sebelumnya dipenuhi oleh hubungan cintanya dengan sang kekasih (pada cerita tiang serta temali) kini tiada agi. Kenangan tentang cintanya itu (gudang) sangat memukul hatinya. Hat nya t a ag penu o e ecer aan, arapan, an uran (menghembus diri) bagaikan perahu yang tidak mempunyai laut. Penyair kehilangan kepercayaan kepada cinta (dalam mempercaya mau berpaut). Hatinya beku seperti mati, tanpa harapan, karena orang yang dicintainya te a men ngga an r penya r apa yang t a er aut sepert a nya
hidup yang tidak berarti). Bait Kedua Duka hati penyair menambah kelemahan dalam jiwanya. Karena sepi an e am tu, suara e epa e ang apat engarnya. Suara tu e emperdalam kedukaannya, membuat hatinya lebih muram. Harapanarapan untu apat er umpa engan e as t m u tengge am sepert hari lari berenang, tetapi kemudian muncul bujukan pangkal akanan. Penya r mas om ang-am ng an o e perasaan antara muncu nya kembali harapan untuk bercinta dengan sang kekasih dan putusnya arapan tu. Namun, emu an sa ar a wa arapan yang t m u an tengge am tu a rus upa an arena e as nya t a a an e m a ag tanah, air tidur, hilang ombak). Jika pada bait pertama perahu kehilangan laut, kini tanah dan air di pantai itu kehilangan ombak. Cinta penyair tinggal bertepuk sebelah tangan bagaikan pelabuhan yang airnya tidur arena om a . C nta yang ertepu se e a tangan a an men m u an edukaan yang sangat dalam. Pada bait kedua, perhatian penyair menyempit pada suasana alam di pantai. Pada bait pertama perhatian penyair lebih luas tertuju pada angunan- angunan yang nampa remang-remang panta tu.
Kesusastraan Puisi
45
Bait Ketiga Penyair merefleksi diri. Semua kejadian itu kemudian dipantulkan kepada dirinya sendiri. Aku liris sudah muncul secara eksplisit. Kekelaman dan rasa mencekam karena cintanya yang gagal direnunginya sendiri. Dia as ser ng meng arap an c ntanya a an em a pa anya. Da am esen r an an e ampaan tu, a merasa suatu et a sang e as a an enemaninya (pengap harap). Namun, setelah mendengar jawaban Sri Ayati bahwa dia sudah punya calon suami, kembalilah harapan penyair itu
usnah. Bahkan, hilangnya harapan itu dipertegas dengan sekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalan. K n penya r t a ag menggam ar an hilangnya harapan itu dengan perahu yang tidak berlaut atau tanah, air tidur, hilang ombak, tetapi dengan lebih tegas: sekalian selamat jalan. Kalau “selamat alan” sudah diucapkan, itu berarti tidak diharapkan lagi. Dengan em an, ese an penya r n au e men a am. Ratap tangis yang diderita dalam hati menggema sampai auh, bahkan ari pantai keempat, sedu penghabisan bisa terdekap. Sangat mendalam duka penya r tu arena e angan orang yang c nta . Orang tu mem er an harapan-harapan yang kadang nyata kadang hilang, sehingga pelabuhan arapan tu se ut ec . Perasaan penyair pada waktu menciptakan puisi ini dapat kita rasakan uga sewa tu mem a as a t em a t: se , sep , an menyen r . Kesedihan itu kadang-kadang diselingi oleh tumbuhnya harapan akan atangnya sang e as untu memenu arapan c ntanya, tetap pada setiap akhir bait dinyatakan bahwa harapan itu musnah sehingga hatinya seperti mati, jiwanya terpukul, bahkan kemudian sedu tangisnya enguman ang ngga panta eempat. Ke u aan, esep an, an esendirian itu disebabkan oleh kegagalan cintanya dengan Sri Ayati. Harapan untuk mendapatkan Sri Ayati belum dikatakan positif. Karenanya, harapan itu disebutnya kecil dan diumpakan sebagai pelabuhan kecil. Na a pu s n a a a na a ercer ta sam meratap. Penya r enceritakan kegagalan cintanya disertai dengan ratapan yang sangat en a am, ya tu a wa arena egaga an tu at nya enar- enar ter u a dan sedu tangisnya benar-benar sangat kuat. Amanat puisi ini menyatakan bahwa penyair ingin mengungkapkan egaga an c ntanya yang menye a an at nya se an terce am. Kegagalan cinta itu menyebabkan seseorang seolah kehilangan segalagalanya. Cinta yang sungguh-sungguh dapat menyebabkan seseorang enghayati arti kegagalan itu secara total. Dar ura an tentang pu s “Sen a Pe a u an Kec ” terse ut, apat disimpulkan bahwa puisi ini mempunyai nilai literer yang tinggi. Penyair 46
Apresiasi Sastra
engungkapkan perasaan dukanya yang kuat melalui struktur bahasa dan tru tur at n yang se aras. Harmon antara stru tur a asa an stru tur batin itu tidak membuat pembaca sukar menafsirkan maknanya. Makna onotat f a am pu s nya mas apat e at o e p em aca, a an akna konotatif itu menyebabkan puisinya menjadi intens dan kaya akan a na. Penyair berhasil memberikan sugesti kepada pembaca tentang en a amnya e u aan penya r arena egaga an c ntanya. Penya r cakap mengonsentrasikan segala kekuatan bahasa untuk memperkuat pengalaman jiwanya. E. Membaca Puisi
Mem aca pu s pa a umumnya a u an engan nyar ng atau berdeklamasi. Deklamasi adalah pembacaan puisi yang disertai oleh gera an m m yang sesua . Da am erpu s , er e amas , pem aca tidak sekadar membunyikan kata-kata. Lebih dari itu, ia pun bertugas engekspresikan perasaan dan pesan penyair dalam puisinya. Membacakan puisi merupakan kegiatan membaca indah. Untuk itu, pembaca harus memerhatikan empat hal: lafal, tekanan, intonasi, dan e a. Tu uannya agar s pu s maksud apat tere spres andengan enganbaik. e as se ngga pendengar bisa memahami penyairnya 1.
Lafal
Lafal a a a cara seseorang atau se e ompo orang a am suatu masyara at a asa a am mengucap an uny a asa. A apun yang dimaksud dengan bunyi bahasa, antara lain adalah, [a], [c], [f], [h], dan [u]. Pelafalan seseorang dalam berbahasa sering kali berbeda dengan orang lain. Berdasarkan pelafalannya pula, kita bisa mengetahui asal aera seseorang arena memang e erapa e ompo masyara at memiliki warna pelafalan yang khas, misalnya orang Aceh dan orang Sunda berbeda dalam melafalkan bunyi [e]. Begitu pula dengan orang Jawa dan orang Madura dalam mengucapkan bunyi [d]. Meskipun em an, ter epas ar asa aera mu, me afa an uny a asa arus a e as. Buny - uny tu t a o e tertu ar engan uny bunyi bahasa lainnya, misalnya, bunyi [p] dengan [b], [k] dengan [ ], atau [o] engan [u]. Untu me at etepatan a am me afa an unyi bahasa, kamu harus melakukan olah vokal, misalnya dengan mengucap an uny - uny vo a atau onsonan secara cepat an bervariasi.
Kesusastraan Puisi
47
2.
Tekanan
Tekanan (nada) adalah keras-lunaknya pengucapan kata. Tekanan erfungs untu mem er an te anan usus pa a ata- ata tertentu. Kata yang ingin ditonjolkan pesannya perlu dibacakan dengan eras an ng an ata a nnya. T ngg -ren a nya te anan apat membedakan bagian kalimat yang satu dengan bagian lainnya yang t a pent ng. Contoh: a) Pa a u an Jun anya t er a u an u an pa a u an Apr atau bulan lainnya). b) Pada bulan Juni banyak terjadi hujan (bukan sedikit, bukan jarang). c) Pa a u an Jun anya t er a u an u an ongsor ataupun peristiwa lainnya) Perhatikanlah bait puisi berikut ini.
tak ada yang lebih tabah dari hujan bulan juni dirahasiakannya rintik rindunya kepada pohon berbunga itu Untu menentu an ata yang per u men apat te anan a am a t puisi di atas, kita perlu memahami maksud baitnya secara keseluruhan. Kamu bisa memperkirakan sendiri. Satu hal yang penting adalah maksud ata- ata tu apat sampa an engan e as epa a para pen engar. Sebagai contoh, kata yang perlu mendapat tekanan keras adala tak ada, bulan juni, rintik, an pohon. ete a tu, amu menggar s awa atakata itu sehingga kamu bisa membedakannya ketika membacanya. Contohnya seperti di bawah ini.
tak ada yang lebih tabah dari hujan bulan juni dirahasiakannya rintik rindunya kepada pohonberbunga itu 3.
Intonasi
Intonasi adalah naik-turunnya lagu kalimat. Perbedaan intonasi 48
Apresiasi Sastra
dapat menghasilkan jenis kalimat yang berbeda, yakni kalimat berita, a mat tanya, a mat per nta , atau a mat seru. Penggunaan intonasi dalam puisi sangat penting agar pembacaan tidak monoton se ngga pen engar pun e tertar . Intonas uga erguna a am memperjelas atau membedakan maksud/pesan setiap lariknya. Untu tu, se e um amu mem aca pu s , amu per u menan a nya, misalnya dengan memberikan garis yang menanjak atau menurun. Dengan cara em an, mu a a a am mem e a an ntonas ar setiap lariknya ketika kamu membaca puisi itu. Contoh: tak ada yang lebih bija dari hujan bulan juni dihapusnya jejak-jejak kakinya yang ragu-ragu a an tu 4.
Jeda
Jeda adalah hentian arus ujaran dalam pembacaan puisi yang itentukan oleh peralihan larik. Jeda berpengaruh pada jelast a nya ma su suatu ata atau ar . Da am penggunaannya, e a ikelompokkan menjadi tiga jenis, yaitu jeda pendek, jeda sedang, dan jeda panjang. a. Jeda pendek igunakan pada bagian antarkata dalam suatu ar . . Jeda sedang digunakan pada bagian-bagian larik yang bertanda koma atau di antara frasa-frasa. . Jeda panjang guna an pa a per ant an ar . Keterangan: Contoh: = jeda sedang tak ada/ yang lebih arif// = e a pan ang ar u an u an un ibiarkannya /yang tak terucapkan/ serap a ar po on unga tu
Kesusastraan Puisi
49
F.
Menulis Puisi
Ber ut n a a a 1.
a - a yang per u per at an a am menu s pu s .
Puisi diciptakan dalam suasana perasaan yang intens yang menutut pengucapan jiwa yang spontan dan padat. Dalam puisi, seseorang er cara an mengung ap an r nya sen r secara e spres f. Hal itu berbeda dengan prosa yang pengarangnya tidak selalu mengungkapkan dirinya sendiri, tetapi bisa juga berbicara tentang orang lain dan dunianya yang lain. a) Sebuah protes sosial dalam puisi harus kamu bedakan dengan protes sos a a am esa , er ta, p ato, atau pam et. b) Hal yang sama juga berlaku untuk sajak cinta yang harus kamu e a an engan surat c nta atau rayuan seorang e as taman di belakang sekolah atau rayuan berbusa dari seorang e a a a am te enove a. c) Tema-tema ketuhanan yang diangkat dalam puisi berbeda dengan khotbah atau doa-doa keagamaan yang dilantunkan oleh pem nta-m nta a am us atau term na .
2.
Puisi mendasarkan masalah atau berbagai hal yang menyentuh kesadaran kamu sendiri. Tema yang kamu tulis berangkat dari nsp ras r sen r yang as, se ec an sese er ana apapun inspirasi itu.
3.
Dalam menulis puisi kamu perlu memikirkan cara penyampaiannya. Cara penyampa an e atau perasaan a am erpu s se ut gaya a asa atau ma as. a) Gaya bahasa adalah perkataan yang terungkap karena perasaan yang timbul atau hidup dalam hatimu dan mampu menimbulkan perasaan tertentu dalam hati pembaca. a) Gaya a asa mem uat a mat- a mat a am pu s men a idup, bergerak, dan merangsang pembaca untuk memberikan reaksi tertentu dan berkontemplasi atas apa yang dikemukakan oleh penyair.
50
Apresiasi Sastra
Prosa A. Pengertian
Prosa a a a arya sastra yang susun a am entu cer ta atau naras . Prosa pada umumnya merupakan cangkokan dari bentuk monolog dan a og. O e arena tu, prosa se ut pu a se aga te s pencang o an. Dalam teks pencangkokan, pencerita (pengarang) mencangkokkan p rannya e a am p ran-p ran to o se ngga t m u a a og di antara tokoh-tokohnya itu, padahal dialog-dialog itu adalah cetusan pikiran pengarangnya. B. Jenis-jenis Prosa
ecara umum, prosa ter ag men a ua en s, ya n prosa nonsastra an prosa sastra. Karangan yang termasuk prosa nonsastra adalah karanganarangan yang asa se ut se aga arya m a , sepert aporan pene t an, ma a a , an art e . A apun prosa sastra ter ag men a dua jenis, yakni prosa fiksi dan prosa nonfiksi. Prosa fiksi meliputi dongeng, cerpen, dan novel, sedangkan prosa nonfiksi meliputi biografi, autobiografi, dan esai.
Kesusastraan
51
Berikut ini adalah uraian tentang beberapa jenis prosa fiksi, yakni ongeng, cerpen, an nove . 1.
Dongeng Dongeng adalah sebuah cerita yang biasanya dibumbui dengan a - a y ang t a masu a a a tau t a mung n ter a ecua alam khayalan, misalnya orang yang dapat menjelma berganti rupa, natang yang apat er ata- ata sepert manus a, an orang
yang dapat menghilang atau terbang. Dongeng berkembang dalam masyarakat lama. Walaupun demikian, kisah-kisahnya banyak yang re evan engan masa se arang, m sa nya ongeng Ma n Kun ang. Dongeng tersebut berkisah tentang perlunya seorang anak berbakti kepada orang tuanya. Bakti seorang anak tidak hanya berlaku pada zaman dulu, tetapi juga pada zaman sekarang. Dongeng Ma n Kun ang a a a conto ongeng Me ayu yang sangat terkenal. Temanya tentang seorang anak miskin, Malin Kundang, yang pergi merantau, kemudian menjadi kaya. Pada suatu hari dia kembali ke kampungnya sebagai nahkoda sebuah kapal yang esar dan indah. Isi kapal itu bermacam-macam barang dagangan yang ma a -ma a . Sete a men engar Ma n Kun ang atang, unya yang sudah tua dan uzur ingin sekali bertemu dengan anaknya. Dia rindu kepada anaknya karena sudah sangat lama anaknya merantau. Namun, Malin Kundang tidak mau mengakui perempuan tua itu se aga unya. D a ma u. O e arena tu, unya mengutu Ma n Kundang. Ketika Malin Kundang berlayar lagi, kapalnya dihantam oleh ombak dan badai, lalu karam. Malin Kundang si anak durhaka a rnya mat an utu men a atu arena ur a a epa a ibunya. Dongeng memang menar . Daya tar nya ter eta pa a a - a berikut: 1. to o nya yang ucu an meng ur; 2. jalan ceritanya yang menegangkan; 3. temanya yang aru; 4. tempat dan waktu kejadian yang berkesan. Namun, dongeng tidak hanya untuk hiburan. Dongeng juga erfungs se aga me a pen an arena mengan ung pesanpesan yang berguna dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai contoh a a a pesan ar ongeng “B r - r an Buaya”. Wa aupun to o tokohnya binatang, kita dapat mengambil pelajaran bahwa kita 52
Apresiasi Sastra
harus pintar. Kepintaran dapat menyelamatkan kita dan membantu menye amat an orang a n ar suatu a aya. Pelajaran yang dapat kita petik dari dongeng disebut pesan atau amanat. Pesan a a a arapan atau ma su yang en a sampa an dalam dongeng kepada pendengar atau pembacanya. DongengMalin Kundang, m sa nya, erpesan agar ta se a u memu a an orang tua agaimanapun keadaannya, baik dalam keadaan miskin atau kaya. Per a e a uan Ma n Ku ang yang u r a a e pa a unya a pat diungkapkan dengan peribahasa kacang lupa kulitnya. Artinya, seseorang yang tidak tahu diri melupakan begitu saja orang yang telah er asa esar epa anya. Per a u Ma n Ku ang sesua pu a engan ungkapan tinggi hati a au besar kepala yang artinya ‘sombong’ atau ‘angkuh’. Dongeng Malin Kundang tetap dikenal oleh masyarakat karena amanatnya yang sangat menyentu set ap orang. Ba wa seorang ana tidak boleh menyia-nyiakan ibu ataupun orang tuanya merupakan amanat yang berlaku sepanjang zaman, bukan? Demikian pula dengan Si Kabayan, dongeng asal Jawa Barat. Daya tariknya terletak pada tokohnya yang lugu tetapi lucu. Karena daya tariknya itu, Si Kabayan t a anya su a o e orang Jawa Barat, tetap uga o e masyarakat Indonesa lainnya. Dongeng Si Kabayan bahkan pernah difilmkan seperti halnya cerita Malin Kundang. Setiap dongeng pasti memiliki tema. Tema adalah poko p ran atau asar cer ta yang pa a se aga asar o e pengarang alam menggambarkan ceritanya. Walaupun tema dongeng bersifat khayalan, peristiwa atau kelakuan para tokohnya bisa saja terjadi a am e upan se ar - ar . 2.
Cerpen dan Novel Cerita pendek (cerpen) adalah cerita yang menurut wujud fisiknya er entu pen e . U uran pan ang-pen e nya suatu cer ta memang relatif. Namun, pada umumnya cerita pendek merupakan cerita yang a s aca se tar sepu u men t atau setenga am. Jum a katanya sekitar 500–5.000 kata. Oleh karena itu, cerita pendek sering diungkapkan sebagai cerita yang dapat dibaca dalam sekali duduk. Cer ta pen e pa a umumnya ertema se er ana. Jum a tokohnya terbatas. Jalan ceritanya sederhana dan latarnya meliputi ruang lingkup yang terbatas. Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa cerpen memiliki ciri-ciri berikut ini.
Kesusastraan Prosa
53
a. . c. d.
Alur lebih sederhana. To o yang muncu an anya e erapa orang. Latar yang dilukiskan hanya sesaat dan dalam lingkungan yang re at f ter atas. Tema dan nilai-nilai kehidupan yang disampaikan relatif sederhana.
Novel erasa ar a asa Ita a, ya tu novella yang erart ‘sebuah barang baru yang kecil’. Dalam perkembangannya, novel art an se aga se ua arya sastra a am entu prosa. Nove adalah karya imajinatif yang mengisahkan sisi utuh problematika e upan seseorang atau e erapa orang to o . K sa nove erawa ari kemunculan persoalan yang dialami oleh tokoh hingga tahap penyelesaiannya. Tingkat kedalaman dan keluasan cerita juga menjadikan perbedaan kompleksitas antara latar yang digunakan dalam novel an cerpen. E sp oras cer ta a am cerpen cen erung e a am, penggalian secara intensif, sedangkan dalam novel lebih kepada eksplorasi ekstensif (horizontal). Akibatnya, novel memerlukan tempat yang lebih beragam dan waktu yang lebih lama. Dalam cerpen tu yang guna uanper sesaat anantara sepengga an tempat umumnya yang sempwa t. Untu mengeta e aan cerpenag an novel, perhatikan tabel di bawah ini. o
erpen
ove
1.
Alur lebih sederhana.
Alur lebih rumit dan lebih panjang. Ditandai oleh perubahan nasib pada r sang to o .
2.
Tokoh yang dimunculkan anya e erapa orang.
Tokohnya lebih er aga ara ter.
3.
Latar yang dilukiskan anya se entar an sangat terbatas.
Latar meliputi wilayah geogra yang uas an a am wa tu yang lebih lama.
Tema mengupas masa a yang relatif sederhana.
Tema e omp e s, tan a o e adanya tema-tema bawahan.
.
Stu tur nove atau cerpen mem oleh unsur-unsur berikut ini.
54
banyak
esamaan, ya n
Apresiasi Sastra
dalam
entu
1.
Tema
Tema a a a gagasan yang men a n stru tur s cer ta. Tema cerita menyangkut segala persoalan, yaitu persoalan kemanusiaan, e uasaan, as sayang, ecem uruan, an se aga nya. Untu mengetahui tema suatu cerita, diperlukan apresiasi menyeluruh ter a ap er aga u nsur arangan. B sa sa a tema “ t t p an” a am unsur penokohan, alur, atau latar. Tema jarang dituliskan secara tersurat oleh pengarangnya. Untuk dapat merumuskan tema cerita fiksi, seorang pembaca harus mengena unsur-unsur ntr ns yang pa a o e pengarang untu mengembangkan cerita fiksinya. a.
Perkembangan Tema-tema Cerita Tema-tema karya sastra banyak dipengaruhi oleh kehidupan zamannya. Karya sastra yang a r se e um emer e aan, misalnya, lebih banyak bicara tentang persoalan adat dan romant sme u aya. Sementara tu, pa a zaman emer e aan, karya-karya sastra lebih mempersoalkan masalah kebebasan an n v ua tas. Se arang pa a era reformas , tema-tema karya sastra memiliki kecenderungan yang lain lagi. Tema-
tema sosial, HAM, dan demokrasi pada era sekarang ini tampa sangat uat. Pada awal kelahiran sastra Indonesia modern, selalu ada pergeseran penting yang terjadi dalam tema penciptaannya. Paling tidak, jejaknya bisa ditelusuri dari novel Azab dan Sengsara arya Merar S regar. Nove terse ut menya an c tra aru dengan meninggalkan tema-tema sebelumnya yang istana sentris. Novel tersebut bertema penggalian terhadap perjuangan komunitas manusia dalam realitas sehari-hari dan bukan realitas ongeng. Dalam perkembangan selanjutnya, muncullah tematema n v ua sme. Belenggu arya Arm n Pane merupa an contoh novel yang memperbarui tema karya-karya sebelumnya. Akan tetapi, pembaruan yang paling radikal dilakukan oleh Chairil Anwar dalam bidang puisi. Chairil Anwar membawa n v ua sme yang t a ter atas pa a tema, tetap uga pa a seluruh aspek penciptaannya, baik diksi maupun bentuknya. Pada periode berikutnya, yaitu periode yang disebut Angkatan 66, karya-karya sastra banyak memperlihatkan tematema tentang perlawanan atas tirani dan ketidakadilan sosial,
Kesusastraan Prosa
55
seperti pada sajak-sajak Taufiq Ismail dan W.S. Rendra serta cerpen-cerpen Bur Rasuanto an B. Soe arto. Dengan membandingkan tema-temanya, kecenderungan aru te a muncu pu a pa a era reformas . Masa a -masa a sosial-global, HAM, dan demokrasi tampak lebih mendominasi. Kenyataan n apat pa am . Era reformas memang te a mendukung eksplorasi-eksplorasi tema yang sebelumnya anggap ter arang arena a asan po t an ro ras ; e um lagi perkembangan informasi dan budaya global yang besar pula pengaruhnya. b.
Cara-cara Penemuan Tema Ada empat unsur intrinsik yang digunakan oleh pengarang untuk menyalurkan tema ceritanya, yaitu alur, penokohan, bahasa, dan s m o -s m o yang pa a o e pengarang.
1)
Melalui Alur Cerita Alur cerita kerap kali dipakai oleh pengarang untuk membimbing pembaca dalam mengenali tema dalam cer ta yang tu snya. J a men aftar per st wa yang ada dalam cerita yang kita baca, kita akan menemukan peristiwa-peristiwa yang diurutkan atas dasar sebab-akibat, yaitu peristiwa A mengakibatkan peristiwa B, peristiwa B merupa an a at per st wa A. Rang a an per st wa a am suatu cerita yang berhubungan atas dasar sebab dan akibat disebut alur.
2)
56
Melalui Tokoh Cerita Se a n a ur, peno o an uga asa pa a o e pengarang untuk menyalurkan tema. Penokohan meliputi peran dan s fat-s fat to o yang c pta o e pengarang, m sa nya Midun, tokoh utama Sengsara Membawa Nikmat. Untuk mencapa tema esengsaraan yang ter ma engan sa ar dan tawakal sehingga membawa tokoh utama ke kehidupan yang berbahagia, Merari Siregar menjadikan Midun sebagai to o engan s fat sa ar, te un, an sunggu -sunggu a am melaksanakan tugas, jujur, dan setia. Dengan sifat-sifat itu, Midun diberi peran sebagai orang hukuman, pedagang, pesuruh, dan akhirnya mendapatkan kepercayaan menjadi
Apresiasi Sastra
penguasa daerah. Pengarang mengarahkan pembacanya untu merumus an tema cer ta a wa orang yang te un, sabar, dan jujur dalam menjalani hidup akan mencapai e er as an an a rnya up a ag a. Tokoh cerita dengan bermacam-macam sifat dan wata nya senga a c pta o e pengarang untu muat tema. Tokoh jahat (antagonis) biasanya dipertentangkan engan to o a protagon s). J a pengarang en a menunjukkan kepada pembaca bahwa kebaikan tidak selamanya benar, pengarang dapat saja mengalahkan pemain engan wata a . A an tetap , a pengarang ertu uan menyatakan bahwa kejahatan pasti punah, pengarang tentu akan memenangkan tokoh protagonis. 3) Me a u Ba asa yang D guna an o e Pengarang Pernyataan bahasa dapat dipakai untuk menemukan tema. Melalui dialog yang diucapkan oleh tokoh-tokoh cerita dan komentar pengarang terhadap peristiwa-peristiwa, pengarang dapat menyampaikan pernyataan-pernyataan yang apat ta a an rumusan tema. Se aga conto , pada bagian penutup novelnya yang berjudul Para Priyayi, Umar Kayam menulis berikut ini.
Maafkanlah bila saya salah dan khilaf menyampaikan pemahaman makna darma dari orang yang sangat kami cintai dan hormati ini. Angkatan kami adalah angkatan yang dibesarkan oleh berbagai tanda perubahan zaman. Kemelut demi kemelut, bahkan hingga hari ini, silih berganti menempa kami untuk arif membaca sasmita, tanda-tanda yang dipancarkan oleh Allah Subhanahu wataala. Pelajaran membaca sasmita alangkah sulitnya. Namun demikian, pelajaran itu tidak berhenti karena ia adalah semacam perjalanan juga. Tidak ada lain jalan kecuali harus meneruskannya. J a tema nove tu rumus an, rumusannya a a a bahwa generasi tua harus tanggap terhadap tanda-tanda perubahan zaman.
Kesusastraan Prosa
57
2.
Alur Alur merupakan pola pengembangan cerita yang terbentuk oleh hubungan sebab-akibat. Pola pengembangan cerita cerpen atau novel tidaklah seragam. Jalan cerita suatu novel kadang-kadang er e t- e t an penu e utan, tap a ang- a ang se er ana. Hanya sa a, aga manapun se er ananya a ur suatu nove , t a a an sesederhana jalan cerita dalam cerpen. Novel akan memiliki jalan cerita yang lebih panjang. Itu karena tema cerita yang dikisahkannya
lebih kompleks dengan persoalan para tokohnya yang juga lebih rum t. Secara umum jalan cerita terbentuk atas bagian-bagian berikut ini. a. Pengenalan situasi cerita exposition) Da am ag an n , pengarang memper ena an para to o serta menata adegan dan hubungan antartokoh. .
c.
Menu u pada adanya konflik rising action) Ter a pen ng atan per at an egem raan, e e o an, ataupun keterlibatan berbagai situasi yang menyebabkan bertambahnya kesukaran tokoh.
.
Puncak konflik turning point) Bagian ini disebut pula sebagai klimaks. Inilah bagian cerita yang paling besar dan mendebarkan. Pada bagian ini pula tentu annya peru a an nas e erapa to o nya, m sa nya erhasil-tidaknya menyelesaikan masalah.
e.
58
Pengung apan per st wa complication) Dalam bagian ini disajikan peristiwa awal yang menimbulkan er aga masa a , pertentangan, ataupun esu aran- esu aran bagi para tokohnya.
Penyelesaian (ending) Sebagai akhir cerita, bagian ini berisi penjelasan tentang nasibnas yang a am o e to o sete a menga am p er st wa puncak. Namun, ada pula novel yang penyelesaian akhir ceritanya diserahkan kepada imajinasi pembaca. Jadi, akhir cerita dibiarkan menggantung, tanpa ada penyelesaian.
Apresiasi Sastra
Bagian-bagian alur tersebut tidaklah seragam. Kadang-kadang susunannya angsung e penye esa an, a u em a pa a ag an pengenalan. Ada pula novel yang diawali dengan pengungkapan per st wa, a u pengena an, penye esa an per st wa, an punca konflik. Kon merupa an nt a ur cer ta. J a t a a a on , tidak akan ada cerita. Demikian ungkapan yang sering dilontarkan er enaan engan pent ngnya on a am cer ta, termasu a am cerpen. Hal itu memang masuk akal karena cerpen yang tidak memiliki konflik adalah cerpen yang tidak menarik. Konflik dalam cerpen bentuknya bisa bermacam-macam, yakn 1. konflik manusia dengan dirinya sendiri (konflik batin); 2. konflik manusia dengan sesamanya; 3. on manus a engan ng ungannya, a ng ungan ekonomi, politik, sosial, dan budaya; 4. konflik manusia dengan Tuhan atau keyakinannya. Perhatikan kembali cerpen “Lelaki Masjid” di bawah ini. Lelaki itu berusaha mundur, tapi tak bisa. Napasnya sesak. Ia melolong minta pertolongan. Perutnya serasa mau meledak, tubuhnya gemetar. Da am tungan et , ruangan tu penu anya orang. “Ada apa Pak?” tanya seorang pegawai. “Dia hendak membunuhku,” bisiknya. “D a.... s apa?” tanya pegawa yang a n. Berpasang-pasang mata menatapnya, mengharap jawaban. “Ya, a...” Lelaki itu menoleh ke kanan kiri. Si sekretaris berdiri di samp ngnya, tetap erparas man s. Aroma parfum em ut terc um ari arah lehernya. Tak ada taring menyembul, tak ada mata melotot. Le a tu mu a menya ar a yang ane . Per a an, raut wa a nya memerah. Ia menegakkan leher. “Aku mau keluar,” katanya. Sambil menahan rasa nyeri yang ertu -tu , a me ang a e uar ruangan ut tatapan penu anya. Apa yang terjadi sebenarnya? Ia bertanya-tanya. Ini gawat, wibawanya bisa jatuh kalau peristiwa seperti tadi terjadi lagi di
Kesusastraan Prosa
59
kantor. Ya, bisa jadi gosip hangat yang menyebar dari mulut ke mu ut. Menger an. Memang, ia bukan lelaki sembarangan. Tubuh tegap, paras umayan, pa ng t a untu e a seus anya. Ja atan antor pun menggiurkan banyak orang. Semua pegawai menghormatinya. Tapi, e a an ta mu a m em cu rasa t a percaya r . A u n enapa? Batinnya. Sakitlah? Atau...... jangan-jangan aku mulai gila? O, tidak, tu ta mung n. Itu ta o e ter a . Lag pu a orang ter ormat seperti dirinya tak mungkin gila. Ia melangkah ke tempat parkir kendaraan. “S a an Pa ...” sop r pr a nya mem u a an p ntu mo , penuh hormat. Konflik batin merupakan jenis konflik dalam cuplikan di atas. To o a - a tu menga am sesuatu yang ane a am r nya sehingga kemudian ia merasa perlu berkonsultasi dengan psikiater. Konflik batin lainnya berupa kekhawatiran di dalam dirinya, lelaki itu khawatir keadaan dirinya dapat merebakkan gosip, kemudian menjatuhkan wibawanya sebagai pejabat di kantornya. 3.
Latar Latar termasuk unsur intrinsik karya sastra. Latar meliputi latar tempat dan latar waktu. Tempat dan waktu yang dirujuk dalam cerita sa merupa an sesuatu yang fa tua atau ma ner.
Perhatikan penggalan cerita berikut ini. Pelayan rumah minum itu menuangkan sepirtus ke dalam mangkok penampungnya di bawah kaos lampu petromak. Dia menyent an geretan an menyun ut sep rtus a am ampu petromak itu. Kemudian dia pergi membiarkan sepirtus itu membakar kaos lampu itu untuk menjadikan minyak tanah di alam selang-selangnya berubah menjadi gas. Kemudian dia datang ag an memompa ampu petroma tu. Sete a a merasa su a cu up u ara yang esa annya e a am ampu petroma tu a menyangkutkannya di tempatnya dan cahayanya menerangi seluruh u . Anak-anak muda itu baru menyadari bahwa hari telah gelap. “A u ng n pu ang se arang. Berapa semuanya?” tanya Munaw r memanggil pelayan rumah minum itu. 60
Apresiasi Sastra
“Tidak sampai jauh malam?” tanya pelayan rumah minum itu “Se e um Ma am”, Hamsa Rang ut ). Dar pengga an cer ta terse ut eta u a wa atar tempatnya adalah rumah minum (bar) pada waktu malam hari. Latar wa tu maupun tempat t a a se a u apat eta u pada setiap penggalan cerita. Dalam paragraf berikut, keterangan mengena atar t a a nyata an. Memang sudah bertahun-tahun pertanyaan sejenis tak pernah me onggar an e at ra as a yang ters mpan at nnya. B a ihadang lagi dengan pertanyaan semacam itu, biasanya ia mengelak. Wajahnya langsung memerah dengan kerutan di dahi yang berlapislapis. Ia tiba-tiba jadi marah besar untuk menutupi setiap tudingan yang menyu ut an e era aannya. 4.
Penokohan
Penokohan merupakan salah satu unsur intrinsik karya sastra, di samping tema, alur, latar, sudut pandang, dan amanat. Penokohan a arakter a a cara pengarangdalam a am cerita. menggam ar menggambarkan an an mengem ang an tokoh-tokoh Untuk karakter tokoh, pengarang dapat menggunakan teknik berikut ini. a)
Penggam aran Langsung o e Pengarang Dulu, sebelum rumahnya direnovasi, Pak Cokro dan istrinya sangat ramah dan menjaga hubungan baik dengan para tetangganya, terlebih dengan keluarga Bu Marni yang rumahnya persis di depan rumah Pak Cokro. (Pak Cokro dan istrinya erwata rama an a ter a ap para tetangganya)
b)
Penggambaran Fisik atau Perilaku Tokoh
Segera Bu Marni meletakkan sapunya. Tapi, ketika ia bergegas melangkah menghampiri rumah Pak Cokro, dengan tergesa dan menghentak Pak Cokro menutup pintu pagar depan rumahnya. Bu Marni yang sudah terlanjur dibakar api kemarahan, dengan sedikit kasar mengetuk-ketuk pagar yang ditutupi fiberglas itu.... (Bu Marni berwatak emosional, Pak Cokro berwatak angkuh)
Kesusastraan Prosa
61
5.
c)
Penggambaran Lingkungan Kehidupan Tokoh Rumah Pak Cokro yang sekarang bertingkat dua dan megah bak istana itu berpagar tinggi. Jangan lagi untuk menjenguk ke dalam rumah yang megah itu, untuk melihat teras depannya saja sekarang Bu Marni tidak bisa. Karena pagar depan rumah yang tinggi itu ditutup pula dengan fiberglas warna biru tua (Pak Cokro berwatak tertutup terhadap para tetangganya).
d)
Penggambaran Tata Kebahasaan Tokoh “Ya, ya, saya mau, Bu,” ucap Bu Marni sumringah, bungah. “Tapi maaf, Bu. Kalau boleh saya tahu, hotel prodeo itu apa?” (Bu Marni berwatak santun, polos, kurang wawasan)
e)
Pengungkapan Jalan Pikiran Tokoh …. Tapi, belakangan Bu Marni mulai curiga, ketika mulai ramai isiarkan di beberapa stasiun TV, bahwa di departemen tempat Pak Cokro bekerja telah terbongkar sebuah mega korupsi. Apakah Pak Cokro terlibat di dalamnya?.... (Bu Marni berwatak mudah curiga, suka berprasangka buruk kepada orang lain)
)
Penggambaran oleh Tokoh Lain Sepeninggal Bu Marni, Pak Cokro menutup pintu pagar rumahnya sambil bergumam, “Huh, dasar miskin. Ada orang ngomong sedikit keras aja tersinggung!” Bu Marn tu orang miskin dan wataknya mudah tersinggung).
Point of View atau Sudut Pandang Point of view adalah posisi pengarang dalam membawakan cerita. Pos s pengarang ter r atas ua macam, ya tu erperan angsung sebagai orang pertama dan hanya sebagai orang ketiga yang berperan se aga pengamat. a.
62
Berperan Langsung se aga Orang Pertama se aga To o yang Terlibat dalam Cerita yang Bersangkutan) Contoh: Keinginanku tiada mati. Betul aku ingin menyaksikan sendiri eburan ombak Purus yang telah banyak diceritakan dalam ongeng baik-baik ataupun tiada bernilai. Tadi siang baru saja kapal KPM mengantarku ke pelabuhan
Apresiasi Sastra
Teluk Bayur dalam rangka perjalanan ke Medan. Dan karena tarikan ombak Purus aku bermukim di sini, menurut istilah agama. Setelah makan nasi rames yang sangat terkenal itu aku pergi ke pasar keliling pasar dan terus menuju jalan ke Gunung Padang. Monyet-monyet dan jambu yang terkenal menurut dongeng Marah Rusli tiada kutemui di remang begini. Dan mungkin tiada sama sekali. Dari sini aku mulai perjalanan di pasir pantai— menuju arah Purus. Pengarang memakai istilah aku dalam ceritanya, ia men adi tokoh di dalam cerita tersebut. Jadi, dalam hal ini, pengarang men a to o utamanya. Da am a n a mengguna an su ut pandang atau cara bercerita orang pertama. To o aku a au saya mung n mencer ta an se ag an pengalamannya yang dapat ditonjolkan sebagai bahan cerpen atau anya merupa an angan-angannya e a a. Dapat uga pengarangnya memakai istilah aku atau saya, tetapi ia bukan tokoh utama, melainkan tokoh pembantu atau hanya memegang peranan ec . b.
Hanya sebagai Orang Ketiga yang Berperan sebagai Pengamat. Contoh: Pak Soleh mengumpulkan pakaian anak-anak. Pakaian itu iangkut ke balik pintu mesjid. la sembunyi mengintip. Dari sana ia dapat melihat segerombol anak-anak bersuka ria mandi i kolam.
Muli, Barita, Pogang, dan tujuh anak lainnya masih sibuk mandi. Mereka sembur-semburan air. Ada yang menyela jungkir balik. Ada pula yang mengapung berhanyut-hanyut. Mereka tertawa sambil bersorak-sorak. Tak ada yang tahu pakaiannya sudah pindah tempat. Dalam cerita itu ia memakai sudut pandang orang ketiga atau cara ercer ta orang et ga. Pengarang mengguna an ata a, ia, atau memakai nama orang. Pengarang seakan-akan berdiri di luar pagar. Pengarang tidak memegang peranan apa pun. Ia hanya menceritakan apa yang terjadi di antara tokoh-tokoh cer ta yang arangnya.
Kesusastraan Prosa
63
6.
Amanat Amanat merupa an a aran mora atau pesan a t s yang en a disampaikan oleh pengarang kepada pembaca melalui karyanya. T a au er e a engan entu cer ta a nnya, amanat a am cerpen akan disimpan rapi dan disembunyikan pengarangnya dalam ese uru an s cer ta. O e arena t u, untu menemu annya, t a cukup dengan membaca dua atau tiga paragraf, melainkan harus menghabiskannya sampai tuntas.
7.
Gaya Bahasa Dalam cerita, penggunaan bahasa berfungsi untuk mencipta nada atau suasana persuasif dan merumuskan dialog yang mampu memper at an u ungan an ntera s antarto o . Kemampuan sang penulis dalam menggunakan bahasa secara cermat dapat men e ma an suasana yang erterus-terang atau sat r s, s mpat atau menjengkelkan, dan objektif atau emosional. Bahasa dapat men m u an suasana yang tepat guna ag a egan yang seram, adegan cinta, peperangan, keputusasaan, atau harapan. Sepert yang te a emu a an atas, a asa apat pu a digunakan pengarang adalah untuk menandai karakter tokoh.
Karakter jahat dan bijak dapat digambarkan dengan jelas melalui ata- ata yang guna annya. To o ana -ana an ewasa apat pula dicerminkan dari kosakata dan struktur kalimat yang digunakan oleh tokoh-tokoh yang bersangkutan. C.
Memahami Nilai-nilai dalam Novel/Cerpen
et ap arya sastra t a sa terc pta tanpa me at an unsur-unsur ebudayaan. Semua karya sastra akan terkait dan melibatkan dinamika uatu kehidupan masyarakat yang punya adat dan tradisi tertentu. Sebagai contoh, unsur-unsur budaya yang ada dalam sebuah puisi yang dicipta o e orang Sun a se t anya a an er e a engan pu s yang c pta oleh orang Padang. Dalam puisi orang Sunda, misalnya, dijumpai istilah kesundaan atau sebutan-sebutan nama geografis yang hanya ada di daerah unda. Demikian pula dengan puisi orang Padang. Muncu nya unsur-unsur e str ns semacam tu a am arya sastra emang sangatlah masuk akal karena karya sastra dicipta atas dasar ekayaan rohani, imajinasi, dan pengalaman pengarang. Sementara itu, pengarang dipengaruhi oleh struktur kehidupan, kebiasaan, dan sejarah asyarakat dan budayanya. Karya-karya sastra, baik yang berbentu 64
Apresiasi Sastra
puisi, prosa, maupun drama, tidak lepas dari nilai-nilai budaya, sosial, atau mora . 1. Nilai-nilai budaya berkaitan dengan pemikiran, kebiasaan, dan hasil arya c pta manus a. 2. Nilai-nilai sosial berkaitan dengan tata laku hubungan antara sesama manusia (kemasyarakatan). 3. N a -n a mora er a tan e ngan per uatan a an u ru y ang menjadi dasar kehidupan manusia dan masyarakatnya. Hanya saja kadang-kadang kita tidak mudah untuk menggalinya. Agar er as mengga nya, arya- arya semacam tu per u ta ayat enarbenar. Untuk menafsirkan nilai-nilai tertentu, kita dapat melakukannya dengan jalan mengajukan sejumlah pertanyaan, misalnya mengapa pengarang membuat jalan cerita seperti itu atau mengapa seorang tokoh dimatikan sementara yang lain tidak. Penafsiran-penafsiran itu akan em awa epa a s mpu an a an n a t ertentu yang sa an o e pengarang. D. Mengapresiasi Cerita Terjemahan
Mem ng an uanove yang ta erasasa armempero u ayayang er e atentunya angat an menar . Set a nya, e wawasan tentang berbagai cara penyajian novel di samping pengetahuan tentang sikap atau nilai kehidupan yang berlaku di bangsa lain. Jadi, banyak hal yang dapat ita bandingkan antara novel Indonesia dan novel terjemahan. Set ap masyara at mem u aya yang er e a- e a. Per e aanperbedaan itu antara lain terdapat pada bahasa, adat istiadat, serta kebudayaan-kebudayaan lainnya. Baca cuplikan cerita berikut ini. Dengan se a pu u an, o ter tu men atu an a wannya. Potter er ar untu menye amat an awannya. Ia ergerumu engan o ter yang dengan mudah mengalahkannya. Akan tetapi, ketika dokter beranjak angun, s In an menusu nya engan se e a p sau. Tom dan Huck ketakutan ketika melihat kejadian itu. Mereka berlari e encang- encangnya. Semoga si Indian tidak melihat mereka! Kalau dokter Robinson mati, para an t tu a an u um gantung. Ia past t a a an mem ar an aksi itu hidup. “Aku pikir, satu-satunya yang dapat kita lakukan adalah ta arus tutup mu ut,” ata Huc .
Kesusastraan Prosa
65
“Tetapi, Huck, berarti kita membiarkan penjahat itu bebas,” jawab om. “Bapak Sherrif pun tidak akan mempercayai kita lagi. Indian itu a an menyem uny an r . Ia a an mem unu ta pa a esempatan pertama!” kata Huck. “Tom Sawyer an Harta Karun”, arya M.J. Maury-Hemma) Da am cup
an cer ta
atas ter apat e erapa a yang t a
ena
dalam budaya dan perbendaharaan bahasa Indonesia, misalnya tentang orang Indian, hukum gantung, dan Sherrif. Ketiga hal di atas dapat emper uas ca rawa a erp r ta tentang orang Amer a eserta ebudayaannya. Setelah membaca danmemahami cerita itu hingga tuntas kita dapat memperoleh sejumlah hal-hal baru yang dapat memperkaya wawasan kita tentang budaya bangsa lain. e enarnya, unsur-unsur pem entu cer ta ter ema aan sama engan unsur-unsur yang terdapat dalam cerita Indonesia atau daerah. Pembedanya adalah isi cerita dan peristilahannya, terutama pada unsur latar, penokohan, dan nilai-nilai budayanya. Dalam cerita-cerita cerita erjemahan, kita akan mendapatkan banyak hal asing berkaitan dengan aspe -aspe terse ut. Perhatikanlah cuplikan cerita berikut. “Kau su a mus as ?” tanya u pa anya. “Yah, ... Lebih daripada yan g lainnya. Aku juga punya k oleksi lengkap PH dari Frankie Laine.” “D a a penyany awa an yang esar,” a u memu . Kulanjutkan memeriksa bersamanya. Ia suka buku, sepak bola, u u e at a g an e pan os op, t ur e ngan en e a- en e a terutup, anjing, kucing, ikan mas, ikan tun a, sandwich, ikan salami, pa a an se er an a, mem er an es ep a a an a -an a ana am nyatanya), tinggal di pinggiran kota, museum seni, .. . Ia menun u an, “Rupanya esu aan ta anya yang sama.” “Persis sama,” tegasku. Aku membaca tulisan yang berjudul “Psycholo gy”. Ia tampak a u, meng n ar pertanyaan, tanpa ata terucap, t pe seorang u yang baik. Aku suka kau tidak merokok atau tidak minum,” ujarnya. “Tidak. Aku tidak menyukainya. Hanya sesekali aku minum bir.” “Itu
66
Apresiasi Sastra
tidak bisa dikatakan jelek.” “Ya , mung n a u u pa meng ent annya.” A u er arap a t a emikirkan hal itu. Kam mem aca a s catatan satu sama a n. “K ta anya esamaan,” katanya. Sem an ta un su a n , a u anA ce men a . T ga ana telah kami miliki, dua laki-laki dan seorang perempuan. Kami tinggal p ngg ran o ta, a n a nya m en engar an mus as an PH-nya Frankie Laine. Penghabisan kali kami mempertengkarkan, bahwa terlalu jauh untuk mengingat-ingat. Kami sepakat hampir dalam setiap hal. D a a a a seorang str yang a an, a a u o e mengata annya uga, aku pun seorang suami yang baik. Perkawinan kami begitu empurna. Kami akan bercerai bulan depan. Aku tak kuasa menahannya. Perfect (Sumber: Horison/XXIV/427-428, ”Jodoh yang Sempurna” The [ Match] arya Step en Ma er , ter ema an o e Sumarsono) Dalam cuplikan cerita di atas terdapat nama Frankie Laine danAlice. Nama-nama itu tidak lazim bagi nama-nama orang Indonesia. Hal tersebut termasuk kebiasaan-kebiasaannya, seperti makan sandwich, ikan salami, an m num r. Ke asaan- e asaan terse ut uga merupa an a a s ng atau bahkan jarang dilakukan oleh kita pada umumnya. Berikut ini adalah beberapa cerita terjemahan lainnya yang layak kita baca. 1. Amarah arya Jo n Ste n ec Karya ini mengantarkan pengarangnya menjadi pemenang Nobel Sastra pada tahun 1962. Melalui novel ini, Steinbeck memotret peru a an sos a yang a syat yang er angsung Amer a semasa 1930-an. 2. Kejahatan dan Hukuman arya Fy or Dostoyevs y Novel ini bercerita tentang seorang anak manusia yang kesepian, menga am epa tan up, eme aratan, an c nta. 3. Pangeran Selalu Bahagia karya Oscar Wilde Sem an cer ta yang ter apat a am u u n uat o e Oscar untu kedua putranya. Dongeng-dongeng yang disajikan dalam buku ini terasa aneh dan kadang-kadang menyedihkan. Daya tarik dongengongeng terse ut a a pa a pu s an mantra yang ter an ung alamnya. 4. Salju Kilimanjar karya Ernest Hemingway Buku ini merupakan kumpulan cerita pendek yang kebanyakan
Kesusastraan Prosa
67
berlatar di Afrika sebelum Perang Dunia II. Gaya ceritanya yang ramat s an o ye t f mem er an esempatan epa a pem aca untuk menafsirkan sendiri permainan emosi dan pergolakan batin ar a mat an t n a an to o -to o nya. Se aga conto resensi erikut ini.
omentar ter a ap nove ter ema an, per at an
Judul buku : Winnetou I, Kepala Suku Apache Pengarang : Karl May Pener t : Pusta a Pr matama Ja arta Terbit : Oktober 2003 cetakan 2) Tebal : 498 dan xi halaman Jangan terlalu sempit memandang hidup. Buka mata, buka telinga e ar- e ar ter a ap semua a . Se a , e um tentu e enaran yang ta yakini benar pula menurut orang lain. Begitu pula jangan terlalu cepat puas dengan apa yang kita miliki dan kita capai. Karena hal itu hanya elahirkan kesombongan. Penuhi hati dengan kejujuran, cinta dan kasih, aka kebaikan akan melingkupi kita pula. Beg tu a Kar May erusa a mengg r ng para pem acanya a am Winnetou I, Kepala Suku Apache. Sebuah usaha yang layak diacungi empol. Meski ditulis pada 1893, tetapi nilai-nilai moral dalam kisah petualangan Old Shutterhand ini terasa tetap up to date untuk masa-masa e arang. Boleh saja mereka yang kontra Karl May menuding buku ini hanya ebuah dongeng fiksi. Sebab pada kenyataannya si pengarang bertualang ewat u u- u u petua ang se e umnya, ens ope a, amus, u u geografi dan etnografi, peta, serta jurnal-jurnal mutakhir di zamannya. A an tetap , tetap sa a sa tentang W nnetou n mas mem at s apa pun yang membacanya. T a anya para generas tua yang sempat men mat tu san Kar May -- ketika masih dalam bentuk naskah berbahasa Belanda-- yang atu c nta pa a u u n , namun uga para a angan mu a. Se a u u ini seolah-olah mengajak angan dan pikiran kita turut mengembara, berkelana di antara kedalaman belantara Wild West. Lewat hijaunya e aunan, pa ang rumput yang ter entang uas, ngga gemr c a r ungai yang mengalir jernih. Itu tidak terlepas dari kepiawaian Karl May meramu kisah petualangan di bukunya dengan pemilihan karakter tokoh-tokohnya
68
Apresiasi Sastra
yang sangat cermat. Demikian pula unsur kemanusiaan setiap tokohnya ampu ton o an. A a yang eg tu er semangat menyongsong up dan berjuang untuk sesuatu yang mereka yakini benar. Tidak hanya untu r sen r , tap uga untu orang-orang se e ngnya. Namun a a pula yang memilih hidup untuk hidupnya sendiri, menutup mata terhadap pen er taan orang a n. Berlatar belakang kehidupan suku bangsa Indian serta gera peru a an Amer a Utara se r ng pem angunan a ur ereta ap yang elintas di kawasan itu --yang membawa korban suku Indian--, kisah petualangan Old Shutterhand bergulir. Old Shutterhand digambarkan e aga seorang ana mu a yang u et, atang ar Jerman e Amer a dengan segudang pengetahuan dari buku-buku yang dibacanya. Dari eorang guru pribadi di sebuah keluarga St. Louis, Old Shutterhand yang emula dijuluki Greenhorn lantaran dianggap masih “hijau” menjelma en a seorang petua ang tanggu . Men e a a W West se aga urveyor hingga kemudian bersahabat dengan Winnetou, seorang kepala uku Apache. Salah satu suku yang menentang rencana pembangunan rel kereta api di kawasan tersebut. Si-Greenhorn belajar sangat cepat tentang semua hal di sekitarnya. Mu a me nem a son, men erat mustang, sampa me m unu eruang. Padahal, dia tidak pernah melakukan itu sebelumnya. Menjelajah belantara Wild West pun baru pertama kali dia lakukan. Pada bagian inilah, terkadang terasa semua itu sesuatu yang mustahil terjadi. Begitu empurnanya O S utter an . T a anya tenaga an ota nya, namun uga kebaikannya. Adapun Winnetou, sosok yang mewakili suku Indian dengan karakter an s ap yang urang e sama engan O S utter an . T a anya bicara, Winnetou berjiwa ksatria, setia kawan, seperti halnya dengan Ol utter an . Bila Karl May membuat gambaran Old Shutterhand dan Winnetou e em ansempurnamewa s s a un a,ma ase aga e a annya ada Tangua, kepala Suku Kiowa yang sangat jahat, pengecut, culas, dan t a ta u erter ma as .Beg tupu aRatt er,re an er aO S utter an . ementara para tokoh lainnya, dengan berbagai karakter melengkapi sisi baik dan sisi buruk dunia dalam buku setebal 498 halaman ini. Se aga u u s s e ara , cu up te a memang. Namun, mem aca bab demi bab, lembar demi lembar, membuat kita tidak akan rela eninggalkannya hingga tamat. Sebab, tiap bab menyajikan kejutan dan ketegangan yang berbeda. Seperti ketika Winnetou, ayahnya dan adiknya
Kesusastraan Prosa
69
berniat melihat kota, menyertai Old Shutterhand. Tapi di tengah jalan, a r er ata a n. In a se enarnya awa p etua angan t u. Berbeda dengan novel pada umumnya, pada Winnetou I kita harus er asa engan catatan a yang anya ter apat t ap a aman. Namun, harus diakui catatan kaki ini dalam banyak hal banyak memberikan e ngan yang menyegar an se a gus mengun ang tawa. Se a n tu, arena kisah perjalanan Karl May ini berlatar belakang geografis, maka ata- ata as ng uga anya erte aran u u n . Be erapa antaranya emiliki kesalahan. Nah, itu pula yang bisa membuat kita beristirahat ebentar dan tersenyum membacanya (Sumber: Anita Susanti dalam Jawa Pos, 4 Fe ruar 2004). E. Membuat Resensi Novel/Cerpen
Resensi merupakan bentuk tulisan yang berisi tin auan terhadap kualitas buku. Resensi ditulis untuk menarik minat baca masyarakat agar mereka em aca u u yang a as. Gaya persuat f ser ng ton o an a am resensi. Persuatif merupakan cara penulis dalam mendorong timbulnya e ng nan para pem aca ter a ap u u tu . Resens uga erfungs se aga pemandu bagi pembaca dalam memahami buku itu. ebuah resensi haruslah mengemukakan hal-hal berikut: 1. ent tas u u; 2. kepengarangan; 3. ringkasan buku; 4. pen a an ter a ap e e an an e ema annya. Aspek yang dinilai menyangkut aspek organisasi dan isi penulisannya. Dalam novel, yang dimaksud organisasi dan isi adalah alur, penokohan, atar, tema, an amanatnya. Aspe er utnya a a a a asanya yang dinilai dari struktur kalimat, hubungan antarkalimat, serta pilihan kata. emuanya puladikemukakan gaya bahasa yang pakai. resensi dalam Aspek akan lain mencipta yang dapat oleh di penulis emberikan penilaiannya adalah masalah teknik. Sebuah buku yang bai arus pu a tamp an a am wa a yang a . “wa a yang a ” a am hal ini adalah segala sesuatu yang menyangkut perwajahan layout) dan pencetakannya. Kesalahan dalam mencetak kata atau menempatkan tanda baca akan sangat mengganggu para pembaca. Oleh karena itu, salah satu aspe yang t a a a pent ng a a a mem er an catatan mengena 70
Apresiasi Sastra
kesalahan-kesalahan pencetakan. Keempat aspek penilaian di atas tidak arus terap an secara se m ang. Penu s resens sa sa a mengu a urutan keempat sasaran penilaian di atas atau menekankan salah satu di an aranya. Ber ut n a a a ang a - ang a a am penu san resens . a. Membaca dan memahami isi karya Pema aman ter a ap arya a an menentu an ang a
.
c.
apres as
penulis. Jadi, penulis resensi seyogyanya memahami dulu karya yang telah dibacanya agar tanggapan terhadap karya itu tidak ngawur. Mem uat semacam resume, t sar, atau r ng asan engan menggunakan bahasa sendiri Pada saat melakukan itu, sebaiknya penulis tidak lagi membuka buku yang sudah dibaca. Tujuannya agar apa yang dituangkan dan apa yang tu s or s na a asa penu s. R ng asannya sen r t a perlu terperinci. Jangan pula diungkapkan semuanya karena mustahil itu dilakukan dalam resensi yang hanya memerlukan tiga atau lima halaman kuarto. Cukup berupa cuplikan secara umum. Membuat penilaian dengan disertai alasan dan contoh atas kelebihan an e ema an. Untu tu, penafs ran pent ng art nya a am proses ini. Semuanya diungkapkan secara sepintas, takperlu mendalam dan terlalu teknis. Yang penting, penulis mewartakan gambaran umum isi uku beserta kelebihan dan kekurangannya. Itu saja, dan ini berlaku, a untu pu s , prosa, atau rama.
Untuk menambah wawasan dalam menulis resensi novel, berikut sa an conto nya. Resens er ut n m erupa an pemenang o m a enulis resensi novel yang diselenggarakan oleh Penerbit Mizan (Kaifa For Teens). M ster Burung Mera Sukses dengan novelnya yang berjudul Perjalanan Dua Purnama, aron Creec menco a untu menc pta an nove er utnya yang t a kalah dengan judul Misteri Burung Merah. Dalam novelnya kali ini haron Creech menghadirkan perpaduan yang indah antara humor, kasih ayang, an oso se er ana. Misteri Burung Merah karya Sharon Creech ini menceritakan tentang petualangan seorang remaja bernama Zinnia Taylor, 14 tahun, yang memiliki keluarga besar. Mereka terdiri dari ayah-ibu, 3 saudara
Kesusastraan Prosa
71
perempuan--Gretchen, May dan Bonnie, 3 saudara laki-laki--Will, Ben an Sam, serta Paman Nate an B Jess e-- arena ram utnya yang erah maka Pam Nate menjulukinya si Burung Merah. Zinnia Taylor en a e e at engan e uarga Paman Nate an ng an engan keluarganya sendiri sejak Rose--anak tunggal Paman Nate meninggal pa a us a 4 ta un arena men er ta atu re an. Mere a t ngga se ua ota bernama Bybanks yang sebagian besar berupa daerah pertanian. Pa a suatu mus m sem , Z nny--pangg an ar Z nn a Tay or-enemukan jalan setapak di belakang rumahnya. Pada saat pertama kali inny menemukan jalan setapak itu, Paman Nate dan Bibi Jessie terlihat eo a mengeta u sesuatu tentang a an menu u per u tan tu an ereka tak ingin orang lain menemukannya. Zinny pun berusaha untu embersihkan jalan setapak yang telah ditumbuhi rumput dan semak liar itu setelah ia mempelajari di museum bahwa jalan ini adalah jalur By an s-C octon ratusan ta un yang a u. Nama-nama tempat yang a u oleh jalan setapak itu pada peta di museum terdengar menakjubkan dan aneh seperti Jalan Dara, Lembah Gagak, Bukit Jari Bayi, Bukit Berunang Ngantuk, bahkan Lembah Hantu dan Bukit Bayangan Kematian justru erdengar menakutkan. M ster a am nove n mu a et a t a saat emat an B Jess e yang terjadi setelah Zinny memperlihatkan sebuah medali dan ular yang ditemukannya pada jalan setapak. Seluruh keluarga Zinny, terlebih lagi Paman Nate merasa sangat kehilangan atas kematian Bibi Jessie. Zinny erasa sangat ersa a arena t a se arusnya a memper at an u ar yang ditemukannya pada Bibi Jessie karena Bibi Jessie sangat takut pada ular--meskipun dokter mengatakan bahwa kematiannya karena diabetes. Se a saat t u pu a Paman Nate mem e asaan ane , er e aran, emotret, berbicara pada diri sendiri dan kepada orang tak tampak. Salah atunya a a a B Jess e, S Burung Mera nya, an a meng a s an ebagian besar waktunya untuk mencoba menangkapnya. Terkadang ia er at er e aran e ara pa ang rumput serta per u tan se tar a an etapak sambil membawa sebatang tongkat untuk memukul apa saja yang r p engan u ar-- arena B Jess e pa ng ta ut ter a ap u ar. Z nny pun bertekad menyingkap seluruh jalan setapaknya untuk mengungkap isteri di balik jalan setapak itu yang mungkin berhubungan dengan Si Burung Mera , B Jess e. Meskipun novel ini termasuk dalam kategori fiksi misteri, namun bahasa yang digunakan dalam novel ini terkesan ringan dan mudah untuk dinikmati--terlepas dari kesan serius yang biasa dibangun pada novel-
72
Apresiasi Sastra
novel misteri detektif. Bahkan, novel ini dipenuhi dengan humor-humor r ngan yang men a ucu arena s ap yang am o e pe a unya adalah apa adanya. Ha yang menar a a a pertanyaan yang se a u a u an peng un Bybanks setiap kali bertemu keluarga Taylor, “Kamu Taylor yang mana?” Pertanyaan terse ut erap a muncu arena ara us a antara Z nny an audara-saudaranya terlalu dekat sehingga membuat mereka sulit untu e a an. Sampa -sampa seseorang menyaran an u Z nny untu elakukan KB. Lama kelamaan Zinny dan saudara-saudaranya menjadi bosan untu men e as an Tay or yang mana mere a pa a set ap orang, ter e pada ayah ibu mereka. Mereka pun mencari cara agar orang lain dapat embedakan mereka dengan mudah dan tepat. Gretchen pun selalu emakai baju hijau (Green), May menggunakan pita multiwarna, Zinny e u s an unga z nn a pa a semua pa a annya, Bonn e mengena an pita warna biru (Blue), Will hanya memakan makanan serba putih (White), Ben menjadikan buncis (Bean) sebagai menu tetapnya, dan Sam emilih sop. Namun usaha-usaha ini terkadang sia-sia karena masih saja ada orang yang salah dalam membedakan mereka. Ha menar a nnya uga ter at pa a usa a eras Ja e untu endekati Zinny yang selalu disalahartikan oleh Zinny sebagai usaha Jake mendekati May dengan perantara Zinny. Pikiran itu muncul karena inny merasa bahwa ia sudah sering kali ditipu oleh cowok-cowok yang enyuapnya engan anya a a anya untu men apat an May. Selain penuh dengan humor, novel ini juga dilengkapi dengan filosofilosofi sederhana seperti “Hidup adalah semangkuk spageti, di dalamnya eng au sa men apat an a so ag ng” serta “Ba an monyetpun sa atuh dari pohon” yang disulam oleh Bibi Jessie sebagai hiasan dinding. Se aga nove yang uga meng a r an sentu an as sayang dalam keluarga dalam kisahnya, agaknya novel ini sangat cocok untuk n mat ana -ana ngga rema a a an o e ewasa se a pun. Nove ini sendiri dibagi dalam 46 bagian, di mana setiap bagiannya memiliki u u se ngga t a a an terasa mem osan an et a mem acanya. Keluarga besar Taylor dalam novel ini diciptakan oleh Sharon Creech karena terilhami oleh keluarganya sendiri yang juga merupakan keluarga esar. Se ang an By an s tu sen r ter nsp ras ar ota Qu ncy, Kentucky, tempat sepupu Sharon Creech tinggal di sebuah pertanian. Kekuatan novel ini sekaun terletak pada pembentukan karakter tokohnya yang kuat, juga terletak pada penggunaan bahasanya yang
Kesusastraan Prosa
73
impel namun padat. Sebagai novel terjemahan, hasil penerjemahan novel n e a am a asa In ones a uga patut acung empo arena mampu empertahankan kekuatan pemilihan kata dalam bahasa Indonesia yang asa e erte e-te e a am a asa Inggr s O e Pretty H mmatunn sa dalam Mizan Online). Ber ut n a a a conto resens
u u umpu an cerpen.
KUMPULAN CERITA PENDEK ANTON CHEKOV
Ju u u u Judul Asli Penulis Penerbit
: Kumpu an Cer ta Pen e : Chekov The Early Stories : Anton Chekov : PT Pantja Simpati – Jakarta, 1986
In u u ama an e etu an sa a saya menemu annya perpusta aan Batu Api. Satu alasan kenapa buku ini aku resensi, adalah karena kisahkisah yang dipaparkannya sangat menarik sekali. Buku ini kudapatkan dari sebuah perpustakaan lokal yang masih banyak menyimpan koleksi u u- u u sastra ama. Ja , a au a a antara pem aca ng n mem aca buku ini, cari saja di tukang buku bekas atau di perpustakaan. Buku setebal 332 halaman ini mendokumentasikan 37 cerita pendek arya C e ov. Semua cerpennya yang terca up a amnya anya a edikit dari puluhan karya-karya Chekov yang jadi inspirasi. Seluruh aryanya a a a potret ar ea aan sos a m asyara at se ar - ar negeri Russia pada jaman era akhir abad 19 dan awal abad 20. Kebayang an aga mana s tuas sana pa a masa terse ut? Ya. Itu masa yang e at dengan pergolakan sosial Revolusi Russia 1917. Jadi, tidak perlu heran apa a Anton C e ov n uga ena engan Max m Gor . Ke e atan ini bisa dilihat dalam tulisan pertama di buku ini. Gorki menceritakan dan emapar an aga mana ese ar an C e ov a am pan angan Gor . Bu u n tampa sema nmenar saatC e ov anya menge epan an atir-satir keseharian orang-orang biasa di Russia yang pada saat itu kehidupannya begitu tertekan dan dilanda kemiskinan bertingkah laku. eperti yang diceritakan dalam cerpen berjudul ‘Kejutan’, diceritakan aga mana seorang ra yat e ata asa eg tu ang ganya arena r nya ercantum di koran-koran. Begitu bangganya ia sehingga hampir seluruh anggota keluarganya diberi tahu dan disuruh membaca koran yang dia bawa tersebut. Tapi setelah diteliti, ternyata dirinya memang tercantum
74
Apresiasi Sastra
di koran, tetapi bukan sebagai tokoh liputan utama, melainkan hanya arena a a se ua ece a aan yang or an se amat a a a r nya. Hanya ebuah nama, tetapi dia begitu bangga karena namanya tercantum di e a terse ut. B asa a , s n rom mau tenar yang u ga anya temu di Indonesia. Begitulah, hampir semua cerpen dalam buku ini bertema sosial. Ka au a a yang mengata an a wa u u n s e aga arya yang rea sme osialis, ya boleh juga. Tapi yang penting kan bukan labelnya, melainkan karyanya itu sendiri. Seperti yang dikatakan oleh Tolstoy tentang Chekov, “Dia seorang yang mengagumkan.” Rasanya ata- ata t u su a cu up untu men es r ps an soa Chekov dan karyanya ini? (bakar_batas]
F.
Menulis Cerita
a a satu te n menu s cer ta a a a mere ayasa rang a an cer ta enjadi unik, baru, dan tentu saja tidak ada duanya. Kedengarannya ulit sekali. Memang betul, tidak ada yang baru lagi di atas dunia ini. kan tetapi, bukankah senantiasa ada perbedaan? Serupa, tapi taksama! Bu t nya, se ase auuua angga orang anya m enu untu s sa t entang c nta. Namun, sa a a nmenar ar a amnya aca. Dari satu objek yang sama, pasti ada sudut-sudut yang unik yang dapat kita tulis. Kita dapat membumbui kisah-kisah itu dengan fantasi dan pengalaman pribadi kita yang tentunya tidak akan sama dengan penga aman yang m o e orang a n. 1.
Paragraf Pertama yang Mengesankan Selain judul, paragraf pertama adalah etalase sebuah cerita. Paragra pertama tu unc , unc pem u a, ususnya untu cerpen. Karena merupa an arangan pen e , mest nya paragraf pertama angsung masuk ke pokok persoalan, bukannya melantur pada hal-hal yang
se, apa ag a emu an ter esan mengguru . Ha terse ut tentunya hanya menghadirkan kebosanan dan rasa apatis bagi pem acanya. 2.
Pertimbangkan Pembaca dengan Baik Pembaca adalah konsumen, sedangkan pengarang adalah produsen. Pro usen arus senant asa mempert m ang an mutu pro u nya agar bisa dipasarkan, apalagi mengingat persaingan pasar yang semakin
Kesusastraan Prosa
75
tajam. Pembaca sebagai konsumen jelas memerlukan bacaan yang aru, segar, un , menar , an menyentu rasa emanus aw an. Apakah tema cinta masih laku dijual? Mengapa tidak? Yang pent ng a a a cara mencer ta annya an t a gampang te a akhir ceritanya. Untuk mendapatkan hasil yang baik, perlu dipelajari te n -te n , at- at atau tr -tr untu meny asat a ur ngga takgampang ditebak. 3.
Menggali Suasana Melukiskan suasana latar kadang-kadang memerlukan detail yang ap an reat f. Penggam aran suasana yang asa- asa yang su a ikenal umum sehingga tidak akan begitu menarik bagi pembaca. Jika pengarang melukiskan keadaan Kota Jakarta, misalnya, tentang gedung-gedung yang tinggi, kesemrawutan lalu lintas, dan keramaian otanya, erart a am pengam aran t u t a a a yang aru. A an tetapi, ketika seorang pengarang sekilas melukiskan keadaan Kota Jakarta dengan mengaitkannya dengan suasana hati tokoh ceritanya, penggambaran itu menjadi begitu menyentuh.
Per at an conto
er ut n .
“Lampu-lampu yang berkilau terasa menusuk-nusuk matanya, sedangkan kebisingan kota menyayat-nyayat hatinya. Samar-samar ia sadari bahwa dia telah kehilangan adiknya: Paijo tercinta! Pa Po ng yang ma ang menatap ota engan en am a am hati. Jakarta, kesibukannya, Bina Graha, gedung-gedung itu....” (Sumber: “Jakarta”, Totilawati Tj.) 4.
76
Menggunakan Kalimat Efektif Ka mat- a mat a am se ua cer ta er ategor a mat efe t f. Kalimat efektif adalah kalimat yang berdaya guna yang langsung mem er an e san e pa a pem aca. Ka mat e m a mat, a alam dialog maupun narasi, disusun seefektif mungkin sehingga pem aca merasa mu a untu menang ap ma su set ap ag an cerita hingga tamat. Di samping terampil menggunakan kalimat efektif, kita dituntut pula untuk memiliki kekayaan kosakata dan gaya a asa agar cer ta menga r engan ancar an t a er ng serta membosankan.
Apresiasi Sastra
5.
Menggerakkan Tokoh (Karakter) Dalam cerita mestilah ada tokoh. Tokoh-tokoh yang hadir senantiasa bergerak secara fisik atau psikis hingga terlukis kehidupan sebagaimana wajarnya dalam kehidupan sehari-hari.
Per at an cup an e r ut n . Lelaki berkaca mata itu membuka kancing baju kemejanya bagian atas. Ia kelihatan gelisah, berkeringat, meski ia sedang berada
di dalam ruangan yang berpendingin. Akan tetapi, ketika seorang perempuan cantik muncul dari balik koridor menuju tempat lelaki berkacamata itu menunggu, wajahnya berubah menjadi berseri-seri. Seakan lelaki itu begitu pandai menyimpan kegelisahannya. “Sudah lama?” tanya perempuan cantik itu sambil melempar senyum. “Baru setengah jam,” jawabnya setengah bergurau. Gera -ger to o , ent tasnya er acamata) serta s tuas ejiwaannya jelas tergambar dalam cuplikan di atas. Karakter tokoh enar- enar up sesua engan on s an ea aan cer ta yang dialaminya. 6.
Fokus Cerita Pa a asarnya a am se ua cerpen anya a a satu persoa an pokok. Persoalan-persoalan lain di dalamnya berfungsi sebagai pendukung. Dalam cerpen, segala persoalan yang ada terfokus pada satu persoa an po o sepert arya foto. J a fo usnya a ur atau objeknya tenggelam dalam objek sekelilingnya, karya foto itu bukan merupakan karya foto yang bagus. Foto yang bagus adalah foto yang fokusnya tajam. Hal-hal lain yang tergambar dalam foto itu hanya merupa an fa tor pen u ung o e utama yang tampa wa ar an artistik.
7.
Sentakan Akhir Cerita harus diakhiri ketika persoalan sudah dianggap selesai. Kecen erungan cer ta-cer ta muta r a a a senta an a r yang menyarankan dan membuat pembaca ternganga dan penasaran. Mestinya cerita tersebut masih ada lanjutannya, tetapi lanjutannya hanya berada dalam pikiran pembaca sendiri. Terserah, bagaimana pem aca menafs r an a r cer ta. Yang e as, te s cerpen su a
Kesusastraan Prosa
77
berakhir sebagaimana dikehendaki oleh pengarangnya. Pendek kata, a r cer ta merupa an senta an yang mem uat pem aca ter esan. Kesan yang ditimbulkannya mungkin bermacam-macam, senyumsenyum, menar napas pan ang atau merenung a am arena ter aru tanpa harus menuliskan kata-kata sedih. Kuncinya, dari semua itu a a pa a senta an a r a am paraf penutup cer ta tu. Untuk memperkaya wawasanmu mengenai cara menulis cerita, aca a penga aman seorang cerpen s on ang Kuntow oyo, yang penulis angkat dari Harian Umum Republika. Sebelumnya, ia menerima Kuntowijoyo Menulis Tanpa Formula Khusus South East Asia Write Award ar pemerintah Thailand. Penghargaan tersebut diserahkan oleh Putra Ma ota Kera aan T a an , Pangeran Maha Vajiralongkorn di Royal Ballroom Orient Hotel, Bang o ,T a an . Selain Kuntowijoyo, penghargaan ini juga diberikan kepada sembilan penulis sastra
C
erpenis Kuntowijoyo (56) menambah lagi koleksi penghargaan yang pernah diterimanya. Awal bulan Oktober 1999 ini, Kuntowijoyo mendapat anugrah Penghargaan Sastra 1999 dari Pusat Bahasa di Rawamangun, Jakarta. Penghargaan yang berupa ertifikat ini i erikan alam rangka bulan bahasa. Peng argaan n merupa an pelengkap bagi sejumlah penghargaan yang telah diperoleh e e umnya. Kuntow oyo enggan berkomentar atas penghargaan yang diperolehnya. “Tidak ada omentar,” ucap Kuntow oyo eperti ditirukan anaknya, Punang Amaripuja, kepada Republika d Yogya arta, Se asa 19 10). 78
lainnya dari Brunei Darussalam, Kamboja, Laos, Malaysia, Myanmar, Filipina, Singapura, Thailand, dan Vietnam. Penghargaan ini diberikan pemerintah Thailand kepada penulis sastra dari negara-negara Asia Tenggara, sejak tahun 1979. D e as an Kuntow oyo ahwa menulis karya sastra tida menggunakan formula apapun. Tetap a sangat mengan a an pada intuisi. Artinya cerita rekaan begitu saja keluar secara langsung, a am a , an se er ana. Cerita, lanjut Kuntowijoyo, selalu mulai dengan gagasan yang sangat se er ana. Ga gasan cer ta telah mengendap beberapa lama, menjadi satu dengan pikiran saya, kemu an menggo a untu tu s an.
Apresiasi Sastra
Gagasan-gagasan cerita timbul tengge am a am ena nya a am waktu yang lama sehingga banya cerita yang sudah terpikirkan dua pu u ta un yang a u atau e tua lagi, baru dituliskan kemudian. Misalnya, cerita Anjing-anjing Menyerbu Kuburan yang er sa tentang orang yang mencari jimat dengan menggigit telinga orang yang men ngga un a pa a ar elasa Kliwon. Tulisan ini berasal dari gagasan cerita pada pertengahan pertama dasawarsa tahun 1960-an. Setelah dipikir-pikir, ia ragu-ragu untuk menuliskannya. ebab jangan-jangan gagasan tersebut tidak lagi realistis. Baru pertengahan tahun 1990-an, dituliskannya ketika para tukang yang bekerja padanya minta cut untu men aga u ur orang yang meninggal pada hari Selasa Kliwon. Peristiwa tersebut mengguga ena nya a wa gagasan tentang jimat itu masih hidup di pedesaan pada tahun 90-an. Meny mpan gagasan cer ta emang dapat menjadi beban. palagi kalau cerita-cerita itu enumpu an a a emung nan lupa. Namun Kuntowijoyo, empunyai cara tersendiri, yaitu
meskipun cukup lama “pensiun.” Ter u t a mampu menu s kembali setelah lebih dari dua puluh tahun 1973-1993) tidak menulis. Ba an pa a masa “pens un” t a ada satu cerpen pun yang berhasil itulisnya. Bag Kuntow oyo, mengendapkan gagasan dalam waktu “beberapa lama,” ada segi pos t f an negat fnya. Pos t fnya, gagasan itu sudah benar-benar masak dan ada perasaan ingin menuliskannya. Lagi pula, tampak ahwa karya sastra lahir dari lubu jiwa yang terdalam, terasa suasana antik dan abadinya. Negatifnya, ia dinilai tida isa menulis cerita berdasarkan peristiwa-peristiwa yang aktual sehingga terkesan konservatif, ketinggalan jaman dan sepertinya t a erpart s pas a am se ara yang sedang terjadi. “Untuk menghibur diri, saya erpen apat a wa memang seorang pengarang adalah sastrawan dan bukan jurnalis. Ke etu an sa ya uga e a ar sejarah sehingga “beberapa lama” itu tidak menggelisahkan,” ungkap Kuntow oyo. Ia memang cenderung mengendapkan gagasan cerita
em uat s nops s cer ta“Catatan a am buku yang disebut Kecil” sejak tahun 1962 sehingga gagasan itu tidak menjadi beban ingatannya. Selain itu, “Catatan Kecil” embuatnya optimis bahwa dirinya masih mampu menulis
untu e erapa cerita ama,” itu sampa yakin “bahwa ada harganya untuk diketahui orang lain. Maka menoleh ke belakang terhadap pekerjaannya, ternyata juga menggunakan formula tetapi tidak wantah begitu saja.
Kesusastraan Prosa
79
Ia cenderung menunggu gagasan sampa matang etu . “Matang” berarti bahwa semua unsur cerita menjadi lengkap, namun tetap terasa spontan, wa ar, dan tanpa beban. Kelengkapan unsur-unsur cerita dapat diruus an se aga three in one aitu strukturalisasi pengalaman, trukturalisasi imajinasi, dan tru tura sas n a . Pertama, karya sastra adalah trukturalisasi pengalaman. Pengalaman pribadi, pengalaman orang lain, pengalaman kolektif, pengalaman hasil riset. Ia sendiri belum pernah menulis berdasarkan hasil riset karena selama ini rasanya sudah cukup sibuk dengan pengalaman sendiri, orang lain, an kolektif. Pengalaman menjadi bahan asar suatu cer ta tu ersera an, erletak di sana-sini, tidak pernah utuh, dan selalu sepotong-poong. T a perna ter a satu pengalaman yang menghasilkan atu cerita. Pengalaman yang utu —yang se ut satuan kajian—lalu diberi struktur, hanya ungkin dalam tulisan ilmiah, epert se ara , sos o og , po t , dan psilkologi. Kedua, karya sastra adalah
tentang bentuk rumah. Dem an pu a engan seorang pengarang harus mempunyai imajinasi mengenai struktur cer ta yang a an uatnya. Da am cerpen “Dilarang Mencintai Bunga-bunga”, Kuntowijoyo mem ayang an a anya seorang tua, pagar tembok, anak laki-laki usia sekolah, ibu yang bijaksana, an aya yang su a er a eras. Dengan imajinasi saya melengkapi, mengubah, merangkai, merekat, dan menyulap pengalaman itu menjadi sebuah satuan yang mempunyai makna. Ketiga, karya sastra adalah strukturalisasi nilai. Nilai dapat erasal dari agama, filsafat, ilmu, kata-kata mutiara, kebijaksanaan sehari-hari, peribahasa, atau dari mana saja. Secara kebetulan di un vers tas, a se ang e a ar tentang Max Weber. Weber di antaranya membedakan as et s sme surgaw an as et sisme duniawi. Tokoh orang tua adalah dari tipe asketisisme surgawi mengutama an etenangan wa dan kebahagiaan batin) dan tokoh ayah dari tipe asketisisme duniawi er a, er a). Ana a - a tu terjepit di tengah-tengah. Jadi, dalam cerita itu diambil
tru tura sas ma nas .Pengarang dapat diibaratkan seperti tukang batu. Ia dihadapkan pada batu bata, pasir, semen, kayu-kayu, genteng anah yang harus dibuat menjadi ebuah rumah. Dengan sendirinya, dia harus mempunyai imajinasi
ar sos o og as . Jangan sampai nilai itu membebani karya sastra, membuat pengarang lupa akan pentingnya strukturalisasi. Sebaliknya, jadikan nilai-nilai tersebut sebagai nilai tambah pada sebuah karya sastra. (Republika)
80
Apresiasi Sastra
Drama A. Pengertian
Drama adalah bentuk karya sastra yang ertu uan menggam ar an ehidupan dengan menyampaikan pert a an an emos me a u lakuan dan dialog. Lakuan an a og a am rama t a au er e a engan a uan dan dialog yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Drama erupakan penciptaan kembali e upan nyata atau menurut istilah Aristoteles adalah peniruan gerak yang memanfaatkan unsurunsur aktivitas nyata. Ba asa men a unsur utama dalam drama. Namun demikian, asih ada unsur lain yang tidak kalah pentingnya, yakni gerak, posisi, isyarat, dan ekspresi wa a . Da am rama, a asa harus dioptimalkan dengan sebaik-baiknya, tidak hanya berkenaan engan ata- ata tu sen r , me a n an uga ntonas an tempo a mat, pelafalan, volume suara, tekanan, serta aspek-aspek kebahasaan lain agar pesan dapat tersampaikan secara sempuma. Drama merupakan bentuk sastra yang digemari oleh masyarakat luas. Hampir setiap kelompok masyarakat di berbagai pelosok dunia sejak dulu a ra engan entu sastra n se aga mana tampa pa a s t a - st a “kedramaan” yang melekat erat dengan ciri budaya setempat.
B. Perkembangan Seni Drama 1.
Berawal dari Upacara Keagamaan Cikal bakal seni drama ditemukan pada dinding piramida Mesir, 3500 SM. Di situ terlukis seorang pendeta berdiri di antara para jemaah. Wajahnya bertopeng. Sementara itu, tubuhnya berayun sepert tenga mencer ta an sesuatu. Rupanya pen eta Mes r Kuno itu sedang melukiskan keagungan Sang Pencipta Langit dan Bumi.
Ia memanfaatkan seni peran dalam menyampaikan ajarannya. Pertun u an rama yang eng ap temu an pertama a i Yunani pada 534 SM. Sebagai penghormatan kepada Dewa D on s us, angsa Yunan mem uat upacara eagamaan yang erupa seni pertunjukan. Pemerannya hanya seorang. Sang aktor berakting an memeran an e erapa ara ter se a gus. Ia amp ng o e grup paduan suara sekitar 50 orang. Sesekali, sang aktor melakukan a og engan mere a. Upacara eagamaan sepert tu a u men a tradisi. Seni drama di Yunani berkembang pesat. Cerita yang terkenal ngga se arang, sa a satunya, a a a Oedipus. Pa a zaman Romaw , cerita yang populer adalah cerita-cerita komedi. Mereka biasa mementaskannya di hari-hari libur atau hari besar. Para aktor dan aktrisnya taklain adalah budak-budak. Para aktor bertanggungjawab kepada ma an yang mem er mere a peran. Ta anya era t ng, mere a juga menyanyi dan menari, serta menceritakan cerita komedi. Pa a 1776 a tor an penu s rama Pranc s, P erre e Beaumarchais, menulis Le Mariage de Figaro (Perkawinan Figaro). Drama komedi ini penuh dengan kritik-kritik tajam: mengulas e e aman para ang sawan ter a ap ra yatnya. Banya rama lainnya yang ditentang oleh Raja Louis XVI, kemudian menjadi picu penggerak Revolusi Prancis (1789-1799). Drama-drama sosial mulai tumbuh pada abad ke-19. Seni drama ta ag m para ang sawan atau go ongan menenga atas, tetap juga rakyat kecil. Cerita yang diceritakan pun mengacu kepada nasib si miskin. Di dalam negeri, seni drama menjadi wadah untuk mengungkapkan kritik kepada penguasa. Takhanya grup drama tradisional dan profesional, tetapi juga grup-grup di kampus-kampus. Sen rama tra s ona , ususnya, er em ang amp r se uru pelosok daerah dengan beragam variasi dan bentuk. Namanya pun berbeda-berbeda menurut daerah asal seni itu, di antaranya adalah 82
Apresiasi Sastra
wayang dan ketoprak dari Jawa Tengah, Lenong dari Jakarta, dan Ran a ar Sumatera Barat. 2.
Beberapa Nama Pertunjukan Drama di Dunia a. Ketoprak Ketopra erasa ar Jawa. Pementasannya pa a mu anya ilakukan dengan cara berkeliling dari satu kota ke kota a n a am ang a wa tu tertentu. Cer ta etopra asanya
merupakan kisah raja-raja Jawa. Agar lebih variatif, mereka menampilkan cerita dari Timur Tengah, seperti Aladin dan Lampu Ajaib, atau cer ta oror popu er, sepert Beranak dalam Kubur. Seserius apapun cerita yang dimainkan, dalam Ketopra selalu ada babak dagelan atau lawakan. Gelak tawa penonton selalu menyertai babak ini. b.
Noh dan Kabuki Seni peran ini berasal dari negeri sakura, Jepang. Noh berkembang pada abad ke-14. Pada awalnya, noh dikhususkan untuk tontonan para pejuang atau samura . Penataan panggungnya sederhana. Para pema nnya mengena an topeng an ostum gaya uno.
Mereka bergerak dengan lambat sambil mengalunkan lagu. Sementara itu, kabuki berkembang pada abad ke-17. Bahasa yang ipakai adalah bahasa Jepang kuno. Kabuki kaya akan adegan yang ramat s engan anya gera an. Un nya, semua pema n kabuki adalah laki-laki. Meski begitu, mereka luwes dalam memerankan tokoh wanita. Pertunjukan kabuki berlangsung cu up ama, ya tu empat sampa ma am. O e arena tu a ada jeda waktu bagi penonton untuk makan dan beristirahat. c.
Opera Beijing Opera e ng muncu se tar 200 tahun yang lalu. Seni pertunjukan ini merupa an ga ungan antara a ro at dan nyanyian. Cerita yang diceritakan berupa sejarah atau legenda, misalnya egen a S U ar Put . Riasan wajah pemain opera beijing mencerminkan ciri kepribadian. Kuning dan putih menyimbolkan
Drama
83
kecerdikan dan kelicikan. Warna merah mewakili kejujuran dan eset aan. H tam untu eran an e a sanaan. B ru an au mengibarkan semangat. Sementara itu, warna emas dan pera a a a s m o e uatan mag s. .
a et ropa Balet merupakan gabungan drama tanpa dialog dengan tari an mus a am pementasan se ua cer ta. Ba et a r pa a
abad ke-17 sebagai hiburan keluarga bangsawan di Eropa. Langkah-langkah pada balet mengutamakan keseimbangan dan eanggunan gera a . Raja Prancis, Louis XIV, adalah salah satu bangsawan yang menggemari balet. Pada masa kekuasaannya (1670-an), seni balet berkembang pesat. Karya besar teater balet di masanya a a a Le Bourgeois Gentilhomme arya Mo ere. C. Unsur-unsur Drama
Unsur-unsur drama adalah plot, penokohan, dan dialog. 1.
Plot Seperti bentuk-bentuk sastra lainnya, cerita drama pun harus bergera dari permulaan, melalui bagian tengah, dan menuju akhir. Dalam drama, bagian-bagian ini dikenal sebagai eksposisi, komplikasi, dan reso us denouement).
a.
.
84
Eksposisi Eksposisi cerita menentukan aksi dalam waktu dan tempat, memperkenalkan para tokoh, menyatakan situasi suatu cerita, menga u an on yang a an em ang an a am ag an utama cerita tersebut, dan ada kalanya membayangkan resolusi yang akan dibuat dalam cerita itu. Komplikasi Komp as atau ag an tenga cer ta mengem ang an on . Sang pahlawan atau pelaku utama menemukan rintanganr ntangan antara a an tu uannya. D a menga am ane a kesalahpahaman dalam perjuangan untuk menanggulangi r ntangan-r ntangan n .
Apresiasi Sastra
Pengarang dapat menggunakan teknik flash-back a au soro ali untuk memperkenalkan kepada penonton tentang masa lalu sang pahlawan, menjelaskan situasi, atau memberikan motivasi ag a s -a s nya. .
Resolusi atau Denouement Resolusi endaklah muncul secara logis dari apa-apa yang te a men a u u nya a am omp as . T t atas yang memisahkan komplikasi dan resolusi biasanya disebut klimaks turning point). Pa a ma s ter a peru a an pent ng mengenai nasib sang tokoh. Kepuasan para penonton terhadap cerita bergantung kepada sesuai-tidaknya perubahan itu dengan harapan mereka.
2.
Penokohan Tokoh-tokoh dalam drama diklasifikasi menjadi empat kelompo er ut n .
a.
To o Gaga a tau To o Ba ut The Foil) Tokoh ini mempunyai pendirian yang bertentangan dengan tokoh lain. Kehadirannya berfungsi untuk menegaskan tokoh lain.
. To o I aman The Type Character) Tokoh ini berperan sebagai pahlawan dengan karakternya yang gagah, adil, atau terpuji.
3.
c.
To o Stat s The Static Character) Tokoh ini memiliki peran yang tetap sama, tanpa perubahan, mulai dari awal hingga akhir cerita.
.
Tokoh yang Berkembang To o n menga am per em angan se ama cer ta er angsung. Sebagai contoh, tokoh Macbeth yang pada awal cerita sangat setia secara cepat berkembang dan berubah menjadi tidak setia, ahkan menjadi pengkhianat pada akhir cerita.
Dialog Dalam drama, percakapan atau dialog haruslah memenuhi dua
Drama
85
tuntutan. Pertama, dialog harus turut menunjang gerak laku tokohnya. D a og arus a guna an untu mencerm n an apa yang te a terjadi sebelum cerita itu, apa yang sedang terjadi di luar panggung se ama cer ta er angsung, an apat mengung ap an p ran pikiran serta perasaan-perasaan para tokoh yang turut berperan di atas pentas. Ke ua, a og yang ucap an atas pentas arus e ta am dan tertib daripada u aran sehari-hari. Tidak ada kata yang arus ter uang eg tu sa a. Para to o arus er cara engan e as dan tepat sasaran. Dialog itu disampaikan secara wajar dan alamiah. Selain unsur-unsur yang telah dibincangkan di atas, masih ter apat se um a sarana esastraan serta e ramaan a nnya yang turut menunjang kesuksesan suatu pementasan drama. D. Jenis-jenis Drama 1.
Tragedi Tragedi umumnya memunculkan kisah yang sangat menyedihkan yang dialami oleh seorang insan yang mulia, kaum bangsawan yang mempertaruhkan dirinya dengan menentang rintangan-rintangan yang tidak seimbang dengan kekuatannya. Ciri-ciri tragedi adala
a.. menamp an serius; s a se ; cerita bersifat c. memunculkan rasa kasihan dan ketakutan; d. menampilkan tokoh yang bersifat kepahlawanan. 2.
Komedi Komedi mempunyai ciri-ciri berikut ini. a. Pada umumnya komedi menampilkan cerita-cerita yang ringan. Drama ini mungkin pula memunculkan kisah serius, tetapi engan per a uan na a yang r ngan. . Cerita ini mengenai peristiwa-peristiwa yang kemungkinan terjadi.
c. Kelucuan muncul dari tokoh, bukan dari situasi. . Ge a t awa yang t m u an e rs fat “ a sana”. 3.
86
Melodrama Me o rama mempunya c r -c r se aga er ut: a. mengetengahkan serta menampilkan kisah yang serius; . anya memuncu an e a an yang ers fat e etu an; c. memunculkan rasa kasihan yang sifatnya sentimental.
Apresiasi Sastra
4.
Farce/Pertunjukan
Jenaka Suatu farce mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: a. menimbulkan kelucuan yang tidak karuan; b. bersifat episodik, memerlukan kepercayaan yang sesaat. c. Kelucuan-kelucuan timbul dari situasi, bukan dari tokoh.
E. Para Pelaku dan Fasilitas-fasilitas Pementasan 1. Para Pelaku Pementasan Suatu pementasan ter a r er at er a sama yang a . R u rendahnya tepuk tangan penonton bukan untuk satu orang saja karena di balik pementasan terdapat para pekerja seni yang piawai angnya. a.
Penulis Naskah Pertunjukan drama dimainkan berdasarkan naskah. Naskah rama t a anya menon o an sen peran, tetap uga sarat akan pesan. Idenya murni pemikiran sang penulis naskah. Namun em an, apat pu a am ar nas a orang a n maupun kisah-kisah klasik. Biasanya penulis menafsirkan ulang
sa terse ut se ngga anya ter a peru a an, a a am a su ut pan a ng, to o , atau atarnya. Peru a an tu sa -sa saja asal cerita takmelenceng dari pakem aslinya. Naskah drama seperti itu disebut karya adaptasi. Penulis yang naskahnya banyak diadaptasi, di antaranya, adalah William Shakespeare ar Inggr s an Mo ere ar Pranc s. b.
Sutradara Sutradara adalah orang yang paling bertanggung jawab dalam suatu pementasan. I arat negara, sutra ara a a a pres ennya. Ia yang memutus an peran, mengara an pema n, menuang an de artistik panggung, bahkan memikirkan biaya produksi. Semua komando ada di bawah sang sutradara.
c.
arator Narator bisa juga disebut dalang. Tugasnya menceritakan kepada penonton mengenai isi cerita. Meskipun berakting i atas panggung, seorang narator berada di luar alur cerita. Pemuncu annya untu mem u a an menutup suatu cer ta. D
Drama
87
tengah-tengah alur cerita, ia biasa muncul untuk mengomentari cer ta yang se ang ma n an. Ke a ran narator mem uat suasana lebih komunikatif, bahkan sering memancing gela tawa. O e arena tu a , seorang narator arus mempunya kekuatan akting yang maksimal. d.
Pemain Pema n
rama
se ut
uga a tor atau a tr s. Pema n
mendapatkan peran sesuai dengan kemampuan beraktingnya. Setiap orang berhak mengikuti casting pem an peran) an ar s tu a sutra ara mem yang ter a ar mere a. Saat casting, selalu dipilih dua orang sekaligus untuk satu peran. Satu untuk pemain utama, sedangkan satunya lagi sebagai cadangan. Setelah menerima peran, mereka menghafal naskah. Mereka uga me a u an s us engan a wan ma n. Ta arang mere a melakukan observasi mengenai peran yang akan dimainkannya. e.
Penata Artisfik Penata artistik menyampaikan ide-ide panggungnya kepada sutra ara. Dengan s us , a an a r esepa atan tentang
ekorasi panggung, tata cahaya, tata suara, dan sebagainya.
88
f.
Penata Rias R asan wa a sa memper uat ara ter yang ma n an oleh aktor atau aktris. Tampilan muka seorang pemain dapat membedakan tokoh yang jahat dan yang baik. Karakter, ostum, ca aya, an a n- a n meru pa an fa tor yang sangat iperhitungkan penata rias dalam merias wajah para pemain.
g.
Penata Kostum Penata ostum mener ema an ara ter peran e a am rancangan busananya. Kostum yang dibuat haruslah sesuai dan men u ung nas a cer ta. Ka au per u, seorang pena ta ostum melakukan pengamatan satu per satu terhadap peran para pemain. Gerakan-gerakan yang dilakukan oleh pemain menjadi pert m angan a am pem an a an an mo e ostum.
Apresiasi Sastra
2. Fasilitas-fasilitas Pementasan a. Panggung Hidrolik Sebuah bidang panggung dapat dinaikturunkan sampai kedalaman empat meter. Cara kerjanya mirip dengan elevator, yaitu engan sistem hidrolik yang memanfaatkan tekanan untu menggera an tuas. Dorongan n a yang menye a an panggung bisa dinaikturunkan, bahkan dimiringkan sampai derajat tertentu. Sistem operasi panggung hidrolik dilengkapi
engan TV monitor. Walau operator berada di bawah panggung, a apat me at ea aan atas panggung. b.
Kontrol Cahaya Penca ayaan panggung a u an o e penata ca aya. Ia mendapat skrip naskah yang menyertakan keterangan cahaya a egan per a egan. Dar nas a tu a a mengeta u apan lampu harus menyala atau padam. Pengoperasian tata cahaya apat pu a mengguna an s s tem omputer sas . Dengan antuan alat status cue, penata cahaya memprogram data cahaya ke se ua e. Dengan a at n , saat per tun u an er ang sung, seorang pengatur cahaya tinggal mengklik tombol yang ada
pa a ayar omputer. c.
Kontrol Suara Dalam pementasan, suara yang keluar dari atas panggung tidak langsung terdengar oleh penonton, tapi ditangkap oleh alat pener ma ge om ang atau receiver. Dar rece ver, suara rm ke alat penyeimbang suara, yaitu mixer. Alat penyeimbang tersebut berguna supaya takada suara yang terlalu keras atau terlalu lemah sehingga penonton dapat menikmati teater dengan nyaman. Sete a o a , mixer meng r m suara-suara terse ut epa a penonton me a u penge ras suara. Proses menang ap, mengolah, dan mengirim suara tersebut berlangsung dalam bilangan sepersekian detik saja sehingga mimik muka dan suara bisa diterima oleh pancaindra penonton pada saat yang ersamaan.
d.
Ruang Gantung Layar pada panggung memang bisa diganti-ganti sesuai dengan tuntutan cer ta. Layar- ayar tu tergantung atas panggung.
Drama
89
Ruang gantung tempat menyimpan set dekor ini disebut flybar. Cara ker anya manual, yaitu dengan sistem katrol. Takhanya dari arah atas ke bawah saja, flybar uga punya as tas sling yang menggera an e n a a r r e a nan. Untu m er ngan an beban, pada pengait yang lain diberi pemberat penyeimbang. Ist a nya counter weight. et e or yang tergantung atas takhanya layar berbahan kain atau kertas, tapi bisa juga potongan n ng. e.
istem Akustik Ada banyak teknologi yang bisa dipakai untuk sebuah gedung pertunjukan, tapi ada satu hal yang wajib dimiliki, yaitu akusti yang baik. Gedung pertunjukan selayaknya mempunyai kekedapan suara yang tinggi. Fungsinya, agar suara-suara dari luar t a masu e ruangan. Buny u an, eru en araan, an lain-lain tidak seharusnya terdengar dari ruangan. Hal ini akan mengganggu pemen asan. Gedung Kesenian Jakarta (dibangun tahun 1883) adalah sa a satu ge ung yang mempunya s stem a ust ter agus. Sekeliling dinding ruangan terdapat peredam. Suara yang ‘lari’
ke atas diredam dan dipantulkan kembali ke arah penonton. Sedemikian bagusnya akustik, sampai-sampai, bunyi gemerisik ungkus permen pun bisa terdengar. Itulah mengapa, saat pertun u an er angsung, t a per enan an untu ma an, minum, dan memotret. .
Pemahaman terhadap Naskah Drama
Untuk memainkan sebuah drama, diperlukan beberapa hal. Pemain harus apat meresap engan enar s an wa cer ta. Untu tu, yang per u diperhatikan bukan hanya petunjuk yang ditulis oleh pengarang (mengenai uasana dan gerak tokoh), tetapi juga kalimat yang diucapkan oleh tokoh cerita. Kalimat-kalimat yang diucapkan oleh tokoh harus diekspresikan engan serta afa , ntonas , an na a yang menggam ar an ara ter tokoh yang dimainkan. Dalam hal inilah diperlukan kemampuan meniruniru tingkah laku tokoh. Seorang pemain drama yang baik adalah orang yang dapat menirukan tokoh yang diperankannya dengan wa ar, apa adanya. Untu men ru an seorang to o , tentu sa a ta arus mengamat okoh dengan secermat-cermatnya. Kita perlu mengamati cara berpakaian, 90
Apresiasi Sastra
cara bicara, dan kebiasaan-kebiasaannya yang lain. Memerankan tokoh erart er uat sepert t o o yang ma n an. K ta me a u an per uatan atau kebiasaan dari tokoh yang diperankan, misalnya berperan sebagai to o pro amator: Soe arno an Mo . Hatta. Ha tu erart gaya cara, penampilan, dan gerak-gerik kita harus seperti tokoh-tokoh tersebut. Per a u ta arus tampa a am sesua to o yang peran an. 1. Penggunaan bahasa, baik cara pelafalan maupun ntonas arus re evan. Logat yang ucap an en a nya
2.
3.
disesuaikan dengan asal suku atau daerah, usia, dan status sosial tokoh yang diperankan. Umpamanya, melalui lafal dan logatnya, seorang pemeran o ter arus memeran an r nya secara tota sebagai dokter dan jangan mengesankan seorang pengusaha. Ekspresi tubuh dan mimik muka harus disesuikan dengan dialog. Bila dialog menyatakan kemarahan, misalnya, ekspresi tubuh dan m m mu a p un arus menun u an rasa mara . Untuk lebih menghidupkan suasana dan men adikan dialog lebih wajar dan alamiah, para pemain diharapkan untuk berimprovisasi di luar naskah. Ha a nnya yang pent ng untu
ta per at an a am mem aca an
dialog drama adalah watak pelaku atau tokoh yang dimainkan. Tokoh yang berwatak pendiam akan lain cara berdialognya dengan tokoh yang berwatak urakan. Cara berdialog tokoh yang berwatak bijaksana akan er e a pu a engan to o yang pemara . Per e aan-per e aan terse ut harus kita hidupkan melalui intonasi kalimat. Dialog hendaknya disertai pula dengan nada pengucapan yang benar. Iringi pula dengan ekspresi u a an gera an tu u yang sesua . Namun sebelum itu, kita perlu mengawalinya dengan pengenalan dan pema aman ter a ap to o yang a an ma n an. K ta arus mene usur tokoh itu ditinjau dari berbagai aspek, misalnya 1. us a; 2. jenis kelamin; 3. status sos a ; 4. latar belakang budaya; 5. pendidikan; 6. pe er aan. Kelima aspek itulah yang berpengaruh terhadap watak seorang tokoh. Oleh karena itu, aspek-aspek itu harus dipertimbangkan ketika
Drama
91
endialogkan sebuah naskah drama. Kamu ingin berperan sebagai Bung Hatta? Untu tu, ayat an wa a e upan to o tu. Bayang an a bahwa dirimu adalah Hatta, seorang tokoh nasional yang penuh w awa. Gayamu se aga seorang rema a atau seorang s swa en a nya ditanggalkan. Agar penghayatanmu lebih mendalam, pelajari pula e upan an e a per uangan Bung Hatta. Car a ogra nya serta omentar-komentar orang lain tentang sifat dan kepribadiannya. Hal ini pent ng a u an agar perma nan peranmu etu - etu ter wa . Untuk mementaskannya, terlebih dahulu kita perlu memahami isi naskah drama dengan baik, terutama isi dialog beserta watak-watak para o o nya. U ntu mema am te s tu, per at an a penuturan para to o berikut ini. Perempuan : ”... aku selalu cemas-cemas harap. ” Penya r : ”... Itu a yang men a an a u agum.” Penyair : ”... aku sendiri sebenarnya, tidak begitu peduli tentang keselamatanku.” Penyair : ”... pernyataanmu tadi mengandung unsur-unsur rasa kasih sayang yang begitu murni.” Penya r : ”... aru pertama a n a u merasa a wa a a seseorang yang menaruh perhatian terhadap keselamatan diriku.” Itulah pokok-pokok penuturan kedua tokohnya. Dari sana dapat kita eta u a wa rama tu er s per at an seorang perempuan ter a ap eselamatan diri seorang penyair. Penyair sendiri mengatakan pula bahwa perhatian itu merupakan pertanda kasih sayang yang begitu murni dan aru pertama a a rasa an. Dalam teks drama, watak para tokoh hanya dapat diketahui melalui penuturannya mas ng-mas ng. D a am pengga an rama terse ut ter apat dua orang tokoh, yakni penyair dan perempuan. Berikut ini adalah watak as ng-mas ng to o terse ut. 1.
92
Perempuan 1) Kalau Bung keluar, aku selalu cemas-cemas harap. Siapa tahu, Bung ditimpa malang. 2) Lalu apa yang bung kagumi? 3) Aku tidak mengerti. Coba jelaskan. 4) Apa itu pu-i-tis? 5) Apa tidak dapat bung menjelaskan dengan cara-cara yang sederhana saja?
Apresiasi Sastra
6)
Kan Bung sekarang sedang jauh dari anak istri. Jadi, sudah wajar kalau Bung lalu dijangkiti rasa kesepian. Bukan maksudku merendahkan martabat lelaki, tetapi naluri lelaki begitulah pada umumnya.”
Dar penuturan-penuturannya, tampa a wa perempuan tu adalah tokoh yang memiliki perhatian dan pemahaman yang bai tentang ea aan orang a n. Ia pun po os an erp r se er ana. 2.
Penyair 1) Itulah yang menjadikan aku kagum. 2) Aku sendiri sebenarnya, tidak begitu peduli tentang kesela-
3) 4) 5) 6)
7)
matanku. Hikmahnya terasa begitu puitis. Hem, bagaimana caraku untuk menjelaskan. Pernyataanmu tadi mengandung unsur-unsur rasa kasih sayang yang begitu murni. Baru pertama kali ini aku merasa bahwa ada seseorang yang menaruh perhatian terhadap, keselamatan diriku. Dan yang memperhatikan, adalah seorang wanita. Tapi bagiku tidak. Pernyataanku barusan tadi adalah kata hati yang tulus. Bukan omong iseng.
Dar penuturannya, tampa a wa penya r a a a seorang to o yang mudah mengagumi seseorang, pandai mengambil hikmah dari suatu peristiwa, pandai pula merayu orang lain. Cara berpikirnya selalui dikait-kaitkan dengan profesinya sebagai seorang penyair. G. Pementasan Drama
Dalam kegiatan berikut, kamu akan mementaskan drama dengan naskah yang sudah tersedia di bawah ini. Untuk itu, lakukanlah langkah-langkah berikut. 1. Lakukan pembedahan naskah drama yang akan dipentaskan secara bersama-sama. Tujuannya agar semua calon pemain memahami isi naskah yang akan dimainkan. 2. Reading. Calon pemain membaca keseluruhan naskah sehingga dapat mengena mas ng-mas ng peran. 3. Casting. Me a u an pem an peran. Tu uannya agar peran yang akan dimainkan sesuai dengan kemampuan akting pemain.
Drama
93
.
5.
6. . 8.
Mendalami peran yang akan dimainkan. Pendalaman peran dilakukan engan mengadakan pengamatan di lapangan. Kalau peran itu sebagai seorang tukang jamu, lakukanlah pengamatan terhadap kebiasaan an cara up para tu ang amu. Blocking. utradara mengatur teknik pentas, yakni dengan cara mengara an an mengatur pos s pema n, m sa nya ar mana pemain harus muncul dan dari mana mereka berada ketika dialog ma n an. Running. Pemain menjalani latihan secara lengkap, mulai dari dialog sampa pengaturan pentas. Gladiresik atau atihan terakhir sebelum pentas. Semua bermain dari awal sampai akhir pementasan tanpa ada kesalahan lagi. Pementasan. emua pemain sudah siap dengan kostumnya. Dekorasi panggung sudah lengkap.
Untuk itu, persiapkan pula properti atau perlengkapannya, seperti ostum, tata suara, penca ayaaan, an tata panggungnya agar perge aran drama yang kamu lakukan menyerupai pementasan yang sesungguhnya.
(Sumber: Orbit) Aktor berakting dalam sebuah pementasan drama.
Conto nas a
rama:
Naskah 1 Cuplikan Drama ”Panembahan Reso” karya W.S. Rendra PARA ARYO MENGHADAP PENEMBAHAN
Di rumah Panembahan Reso. Pagi hari. Aryo Lembu, Aryo Jambu, Aryo Bambu, Aryo Sumbu, Aryo Sekti, Ratu Dara, dan Panembahan Reso.
94
Apresiasi Sastra
ekti Panem a an Reso, a saya atang e mar untu mengantar teman teman Aryo, yang dulu diutus oleh almarhum Sri Baginda Raja Tua untuk e ng a paten- a paten, meng a ap epa a An a. Reso e amat atang, para Aryo. Ke atangan An a u ota sangat am nantikan. Terutama oleh Sri Baginda Mahara a. Lembu ebelum menghadap Sri Baginda Raja. ekt Maaf, Ma ara a, u an Ra a. Lembu h, ya! Ampun seribu ampun! Sebelum kami menghadap Sri Baginda Maharaja, kami lebih dahulu menghadap Anda dan juga Sri .... Ratu Dara? e t Ya, betul! Sri Ratu Dara! Lembu Oh! Kami lebih dahulu menghadap Anda dan Sri Ratu Dara, untuk lebih eya n an r a wa am t a a an mem uat esa a an yang sama ekali tidak kami maksudkan.
Bambu elama kami pergi bertugas, telah banyak terjadi perubahan dengan enurut cara yang sa . Kam a an menyesua an r engan peru a an n. Jambu Pen e nya, am m enga u e au atan Sr B ag n a Ma ara a Ga a Jenar dan tunduk kepada semua keputusan yang telah difirmankan oleh r Bag n a. Sumbu Kam te a men a an an tugas yang ustru am anggap pent ng untu empertahankan keutuhan kerajaan. Sekarang kami tetap patuh dan erse a untu mem e a eutu an era aan awa naungan Sr Bag n a Maharaja Gajah Jenar. Reso Bagus! Bagus! Dengan cepat saya sa meny mpu an a wa An a berempat abdi Raja yang tahu diri dan tahu akan kewajiban. Bagus. Bagus. Sri Baginda pasti akan puas menerima bakti Anda semua. Jambu
Drama
95
yukurlah kalau begitu. Kami juga sangat berterima kasih kepada Sri Bag n a arena e au te a mem er an per at an esar epa a para isteri kami. Bagaimanakah keadaan mereka? Saya sendiri sudah merasa angat angen engan ster saya, sete a se an ama p sa an o e ugas demi kerajaan. eso Jangan khawatir. Keadaan mereka sangat mewah dan se ahtera. Mereka dibawa ke istana demi keamanan mereka sendiri. Jangan sampai mereka enjadi korban dari pancaroba perubahan. Nanti setelah Anda menghadap Maharaja, pasti isteri Anda akan diantar ke rumah. kembali. - Sri Ratu Dara an Sr Ratu Kenar se a u erma n-ma n engan mere a. Dara Kami sering bermain bersama sampai agak larut malam. Kami saling bercerita tentang pengalaman hidup masing-masing. Jam u unggu am sangat er utang u untu e a an at semacam tu. Reso Jadi, kerajaan dalam keadaan kurang lebih utuh! Lembu Beg tu a . Kecua ea aan Tega wurung! Pan T um a er as ditawan oleh Pangeran Kembar. Kepalanya dipenggal. Pangeran Bindi enduduki seluruh Kadipaten Tegalwurung dan menyatakan menentang edaulatan Maharaja kita. Berita menobatkan dirinya sendiri menjadi Ra a. Pangeran Kem ar men u ungnya. Reso Hm! Ini bukan persoalan remeh. ara a bukan putra tertua dari almarhum Sri Baginda Raja yang dulu. Reso Atas dasar kekuatan! Setiap orang yang merasa dirinya kuat boleh saja eno at an r nya men a Ra a. Sepert uga Ra a yang u u men r an Kerajaan ini. Tinggal soalnya apakah ia akan bisa membuktikan bahwa r nya enar- enar yang ter uat se uru negara. B sa t a a enundukkan semua tandingan yang ada. Dara Ja a menantang e uasaan Ma ara a ta! Reso anggupkah Maharaja kita menyingkirkan dia atau sanggupkah dia enyingkirkan Maharaja kita? Itu saja persoalannya. 96
Apresiasi Sastra
Bambu Dengan u ungan An a se aga pemang u, Ma ara a ta past a an sa enumpas tandingannya, di Tegalwurung! Jam u Besar kepercayaan kami kepada Anda untuk bisa mengatasi keadaan ini, Panem a an. Lem u Dari sejak masih tinggal di istana, Pangeran Bindi sangat mengerikan tingkah lakunya. Tanpa ragu-ragu saya akan membantu Anda untuk embela Maharaja kita. eso ryo Sumbu, apakah Anda juga mempunyai kemantapan seperti itu? umbu Jelas dan tegas: ya, Panembahan! eso ete a An a semua er st ra at e erapa ar , antu a Sr Bag n a untu emerangi para pemberontak. Anda semua mempunyai pengalaman yang luas di dalam pertempuran. Lembu D awa p mp nan An a am s emua patu an set a. Reso ilakan pulang dulu dan nanti sore menghadap Maharaja di Istana.
Keempat ARYO mohon diri lalu keluar. e t Pengaruh Anda terhadap para Aryo, para Panji, dan para Senapati sungguh angat esar. Memang anya An a yang sa menye a mat an era aan dari bencana-perpecahan. Sekarang saya pamit dulu, Panembahan. Di ruma saya a a tamu yang meng nap. Sete a m num op sore ar dengan tamu itu, saya akan menghadap Maharaja ke Istana. eso pakah kamu itu akan tinggal lama di rumah Anda? e t eperti biasanya, agak lama juga. Salam, Ratu Dara. Salam, Panembahan (pergi). ara nakku seorang diri tak akan bisa mempertahankan tahtanya. Reso Itulah sebabnya kita harus membantu Baginda.
Drama
97
Dara Ma ara a, one a t u mu a m emua an saya. eso T a a er ata e g tu sementara Bag n a a a ara ag ngmu endiri. ara Panembahan suamiku, ternyata Anda begitu kuat dan kuasa, kenapa Anda a ng n men a Ra a? Reso Hahahaha! Apa kurang enaknya menjadi orangtua dan Pemangku Sum er: Horison Sastra Indonesia 4, Kitab Drama, 2002)
Naskah 2 ABU
Para pelaku Tuan X : Usia 48 tahun Nyonya X : Wanita manis usia 25 tahun Ruh Romusya : Lelaki usia 30 tahun Do ter : Us a 36 ta un Pelayan
Ru TuanX Ruh TuanX Ruh
98
: Wanita usia 27 tahun Romusa-romusa yang tanpa kubur, tanpa nama bagi deritamu, pengorbananmu, kenangan ini kurekamkan: salam kasih sungkawa dan kutuk menghantu bagi yang tega korup atas nama arwahmu, turunanmu atas abu darah siksamu. (Tuan X tersentak kaget melihat kehadiran Ruh. Mulutnya gemetar sambil melangkah mundur. Ia hendak teriak ketakutan, tapi suaranya tertahan di tenggorokan. Ruh menatap tenang sambil meringis) Menyesa se a , e a ran u yang ta ter uga sangat mengganggu, mengagetkan Tuan.” : ”Han ... tu ....” : ”Aku ini ruh. Ruh insan malang. Tepatnya, ruh insan yang pernah Tuan malangkan.” : ”T a ! A u e um perna merasa mem unu orang!” : ”Secara langsung, memang belum. Akan tetapi, akibat tindakanmu di suatu waktu dalam masa lampau, beratus manusia tanpa dosa harus mati kelaparan; atau dimakan
Apresiasi Sastra
TuanX Ruh
kuman-kuman penyakit; atau mati di ujung pancungan pe ang, ayonet, an tem usan pe or, nam t. A u a ruh dari sekian arwah insan malang itu.” : ”Bo ong! Bo ong!” : (Meringis) ”Ruh tidak bisa berdusta. Untuk mengingat Tuan, at a gam aran wu u ayat u n . Ingat, Tuan? Semasa kekuasaan tentara fasis merajalela menindas angsa Tuan engan menga u se aga ‘sau ara tua’.
TuanX Ru
Sebagian besar bangsa Tuan yang sudah kelaparan masih dipaksa untuk menjadi ‘pekerja sukarela’ dalam jumlah er u. Tuan er as mempersem a an eratus orang, termasuk aku, untuk kepentingan sang saudara tua sebagai ‘romusa’. : ”Romusa?” : ”Romusa, pa awan tana a r, pra ur t tanpa sen ata. Berjuang sebagai satria bersama saudara tua. Pekerja sukarela yang gagah perwira. Rela korbankan jiwa-raga demi nusa bangsa. Demi kebebasan bangsa-bangsa Asia dari cengkeraman imperialis. Demi kemakmuran Asia T mur raga! Ingat? Betapa Tuan mengge ora an a mat-
Ruh
Tuan X Ruh
kalimat nan indah merdu itu hingga kami terbius dan serentak teriak: setuju!” Ruh ketawa kecil maju selangkah sehingga Tuan X dengan gemetar ketakutan melangkah mundur dan sapu tangan dalam genggamannya jatuh terlepas. Bibirnya bergerak gemetar, hendak bicara tapi ditimpa suara ruh) : ”Lalu kami baru sadar tertipu propaganda palsu setelah am a erang a up sepert gam aran wu u hayatku. Kami diperlakukan lebih nista ketimbang e e a tua. A an tetap ter am at, mu ut am su a dibungkam derita yang tak mungkin dilukiskan dengan ata. Da am ceng eraman tangan es tentara fas s yang mengaku pembebas bangsa-bangsa terjajah, mengaku saudara tua. Kami mati nista, tanpa kubur, tanpa nisan, tanpa nama.” : ”Tidak! Itu bukan tanggung jawabku!” : ( Meringis) ”Ingat? Berapa banyak keluarga kami yang tumpas tanpa keturunan, tanpa bekas?”
Drama
99
Tuan X Ru
uan Ru
uan Ruh
Pelayan Tuan X Pelayan TuanX Pelayan
Ru TuanX Ruh 100
: ”Itu bukan tanggung jawabku!” ”Ingat? Betapa au a u er ta an pa a n u yang manis, bahwa aku telah “gugur pecah sebagai ratna” di neger rantau. Kemu an au am n u yang man s untuk pelepas nafsu. Lalu dengan segala dalih palsu kau empar a e pasar ‘gu a-gu a’ ser a u-ser a u fas s. Untuk kemudian musti mati di puncak segala kenistaan a at penya t otor. Apa a tu semua uga u an tanggung jawabmu?” : Itu salah dia sendiri.” : Tertawa parau) ”Su a tersurat, a an a am a a, mereka yang celaka akan masih mencoba lemparkan tanggung jawab diri pribadi pada orang lain. Tapi, Tuan, jangan takut. Aku bukan hendak menuntut tanggung a wa . A u sama se a t a er a untu tu. Kehadiranku cuma untuk mengingatkan ingatanmu.” (Ruh meringis maju selangkah lagi hingga Tuan X yang melangkah mundur membentur meja-meja. Tuan X tambah ketakutan, suaranya gugup, teriak) : ”Jangan ... angan ce a u!” : ”Jangan takut. Jangankan mencekik, menjamah jasa Tuan pun aku tidak kuasa melakukannya.” Mendengar teriakan, pelayan buru-buru masuk ke ruang kamar kerja. Pelayan kaget keheranan melihat sikap Tuan : ”Ada apa, Tuan?” To ong ... to ong ... a a antu!” : Tersentak, ikut ketakutan). ”Hantu! Ma ... mana ... mana antunya ...?” : ”Di mukaku, tolol! Tolong, usir dia! Setan ini mau bunuh a u.” : ”Setan!?! Tuan ... Tuan keranjingan setan?” Pelayan dengan ketakutan lari ke luar. Ruh yang menyaksikan adegan itu hanya meringis lebar. Begitu pelayan pergi, Ruh pun bicara) : ”Na sementara a m nta perto ongan, ta sa terus an pembicaraan ini.” : ”Cukup sudah, sekarang enyah kau! : ”Sayang sekali, aku masih enggan pergi sebab masih
Apresiasi Sastra
TuanX Ruh uan Ruh
Tuan X Ruh TuanX
Ruh
uan Ruh Tuan X Ruh Tuan X
Ruh Tuan X Ruh
ada hal yang mesti kusampaikan. Mengenai hal Tuan se arang yang sa up a am n mat emewa an yang gemilang.” : ”Itu u an urusanmu!” : ”Sayang sekali, aku justru ikut berkepentingan.” : ”Semua n ucapa er at usa a u sen r .” : ”Tapi ada segi yang menyangkut kami, arwah romusa, yang u u Tuan era an. Se a , u an a mo a berjuta untuk usaha niaga Tuan ini, Tuan peroleh dengan mempergunakan atas nama romusa korban perang dan e uarganya? Bu an a u t gant -rug yang sangat esar ini Tuan peroleh justru karena Tuan mengaku mewakili arwah kami dan keluarga kami?” : ”Kalau kau hendak menggugat, gugatlah pihak yang erwenang.” : ”Aku bukan hendak menggugat. Aku cuma mau mengingatkan ingatan Tuan.” : ( Mendadak memperoleh kekuatan menguasai diri dan mencoba tertawa) ”Oho, mengingatkan? Baik, baik. Ka au eg tu, ngat an a pemer nta .” :”Kami tidak lagi berurusan dengan pemerintah dan organisasi apa saja yang ada di alam fana. Itu urusan alian penghuni dunia.” : ”Ja , mengapa au en a uga erurusan engan a u, hah?” : ”Oo, itu perkara lain. Sebab, dengan Tuan, urusannya ers fat sangat pr a .” : ”Urusan pribadi katamu? Hoo, tidak. Aku tidak punya urusan pr a engan antu.” : ”Sulitnya, justru aku merasa punya urusan pribadi dengan Tuan. Ka au t a , uat apa e a ran u n ?” : ”Dengar, kau memamerkan dirimu di sini tanpa kuminta, tanpa uun ang. Ja , per setan engan urusanmu. sekarang, enyah kau!” : ”Bagaimanapun juga takkan dapat Tuan ingkari bahwa usus antara a u an Tuan mas a a urusan.” : ”Kalaupun ada, baik. Itu urusan, kelak kita rampungkan di alam baka.” : ”Kehadiranku bukan untuk merampungkan urusan itu.
Drama
101
uan Ru Tuan X Ru TuanX
Soal penyelesaian urusan itu, di luar kemampuanku.” Makin berani, mengacungkan telunjuk tangan kanannya ke arah Ruh, ia berseru ) ”Kau mau peras aku, ya?” : Tertawa kecil) : ”He, apa yang kau rasakan lucu, hah?” :”Tuan upa, a wa ru menganggap se uru arta un a fana sama sekali tak ada nilai dan manfaatnya.” : ”Lalu kau mau apa?”
Ruh Tuan X Ru
:”Duduklah,Tuan!” : (Dengan kesal menurut duduk) : ”Ingat? Tat a a Tuan en a mempero e u t gant -rug yang berjuta-juta jumlahnya, Tuan nyatakan janji bahwa semuanya adalah untuk kepentingan ‘kesejahteraan keluarga romusa’. Untuk memberikan tunjangan sosial pa a s sa e uarga am yang mas a a. Mem er eas swa pa a ana eturunan am yang mas ters sa. Dan berbagai dana sosial lainnya. Mengumpulkan tulangtulang kami yang tersebar di tanah air dan di rantau. Untuk lalu dikuburkan dengan upacara agama, dengan n san tugu enangan sega a.”
Tuan X
: Itu ... itu ... akan ... ya akan kupenuhi pada saatnya. Ya, itu aku ingat, dan akan ku penuhi ... ”Dalam janji?” : ”T a ! A an upenu an tu. A an ....” : ”A an? B a?” : ”Bila saatnya tiba.” : Tertawa kecil, parau) Ja mengapa se arang se uru ekayaan itu sudah Tuan nyatakan atas nama pribadi, se aga m pr a ?” : “Oo, itu cuma soal administratif. Ya, untuk sementara sa a up n am.” : ”Pinjam? Ya, ya, Semua harta yang ada di dunia fana ers fat sementara. Semua a a a p n aman. Soa nya bukan itu ... Soalnya aku hendak mengingatkan bahwa Tuan telah culas dan dusta. Tuan telah catut nama bahkan mayat s e ata untu mempero e arta er uta guna Tuan miliki dan nikmati sendiri. Sementara itu, Tuan masih tega, berlagak sebagai pembela si jelata yang malang. Tuan, masih banyak manusia menilai Tuan, yang sempat
Ruh uan Ru Ruh Ru
TuanX Ruh
102
Apresiasi Sastra
TuanX
Ruh TuanX Ruh
TuanX
Ruh
Tuan X
Ruh
TuanX
Nyonya X
Tuan X
nikmati harta haram, secara terhormat sampai saat mati. Tap se aga yang ter surat, ngat! Semua arta aram tu akan bicara sendiri. Dan, tidaklah mungkin bagi Tuan untu m enge a r .” : ”Harta haram!?! Jika benar begitu, aku sudah lama gulung t ar. Kenyataannya se a nya. Harta u ertam a . Namaku tambah dihormati. Semua orang tahu aku hartawan yang dermawan.” :”Tuan berpikir seperti bocah saja. Tidak kurang, insan yang menyimpan kejahatan malah beroleh kejayaan dan e ormatan a am fana.” : ”Kau ini memangnya hendak memberi khotbah, ya?” : ”Aku cuma mau mengingatkan ingatan Tuan dalam hubungannya dengan arwah kami. Selanjutnya, Tuanlah yang menentu an p an ang a Tuan sen r .” : Tertawa) ”Su a ! A u t a p eru an ot a mu. Akalku waras. Kalaupun aku sudah melangkah ke langkah sesat, itu bisa kuperbaiki kelak, dengan bertobat.” : “Bertobat? Ya, bahkan sudah tersurat, mereka yang ce a a, yang sesat, e a a rat a an mo on er esempatan sekali lagi hidup di alam fana, hanya untu bertobat.” (Bangkit dengan perasaan dongkol). ”Aku tadi bilang, a u a an erto at t a a rat. Tap sn, un a n , a am up u. Bu an a am mat u.” : ( Tertawa kecil, parau) “Adakah Tuan punya pengetahuan, yang apat memast an apan saat emat anmu t a? Oo, pikiran Tuan sudah tidak berakal lagi.” : “Setan, au tu u a u su a s nt ng, ya?” (Pada saat itu juga Nyonya X muncul diikuti pelayan. Kedua wanita itu keheranan melihat sikap Tuan X. Nyonya X tampak cemas sekali) : ”Mas, mas, a a apa ...?” (Tuan X terkejut melihat kehadiran istri dan pelayannya. Buru-buru is menghampiri istrinya. Kemudian menudingkan tangan kanannya ke arah Ruh yang tegak menatap ketiga manusia itu dengan sikap tenang) : ”Dinda, dia itu, setan celaka itu bilang, bahwa aku sudah sinting.”
Drama
103
Nyonya X Tuan X Nyonya X uan
Tuan X Pelayan Tuan X Ruh Tuan X Nyonya X Tuan X
Nyonya X
Tuan X Nyonya X Tuan X
Nyonya X Tuan X
Pelayan
Nyonya X
104
: (Tersentak dan tambah cemas, seraya menjerit kecil). ”Setan?!” : ”Ya setan, hantu. Itu dia ada di sana, lihat dia meringis. L at ....” : ”Aku cuma lihat tembok.” ”Ja au t a at a? Ooo ....” (Tuan X menghampiri pelayan yang dengan cemas ketakutan setengah bersembunyi di belakang Nyonya X) : ”Kau ... kau tentu lihat hantu itu, kan?” : Ti ... tidak, Tuan!” : ”Ce a a!” : ”Cuma Tuanlah yang bisa lihat dan dengar bicaraku.” : (Dengan sikap marah cepat membalikkan badannya, melotot ke arah Ruh sambil teriak) ”Tutup mulutmu!” : ”Mas! A u t a cara apa-apa!” : Kembali lagi, sambil mengembuskan keluhan panjang) ”Bukan kau, Dinda, yang kusuruh tutup mulut, tapi hantu celaka yang di sana itu!” : “Di sana mana? Mana? Aku cuma lihat tembok, Mas!” (Ruh ketawa kecil parau, yang menyebabkan Tuan X
dengan meradang membalik, maju beberapa langkah dengan tinju amarahnya ditujukan ke arah Ruh) : ”Kau tertawakan aku, ya?” : ”T a a a orang yang tertawa, Mas!” : Membalik lagi, menghampiri istrinya dengan kesal). ”Ya aku tahu bukan kalian yang tertawa, tapi setan jahanam tu!” Dengan amarah, dan berteriak). ”Enya a au, enyah!” : ”Mas, au mengus r a u, Mas?” : (Tambah kesal, namun cepat ia layani istrinya yang tampa cemas) ”Tentu u an au, D n a, u an au. Ooo, celaka kalau begini!” (Kesal lesu terus menuju ke kursi, memijiti dahinya sambil menggerutu sendiri) ”Sendai aku jadinya.” : (Cepat menghadap Nyonya X, berkata dengan suara ketakutan) ”Nyonya su a at sen r ea aan Tuan. Pasti keranjingan setan atau kena tenung sihir.” : (Mengangguk-angguk dan dengan masih dipenuhi kecemasan ia terus memandang suaminya yang karena
Apresiasi Sastra
Tuan X Ru Tuan X yonya Tuan X Nyonya X Tuan X Nyonya X Tuan X
Tuan X Ru Tuan X Ruh
Ruh
Tuan X
mendengar suara pelayan lalu menghardik) ”Apa kau bilang tadi?” : ”Keran ngan setan!” : Menghantamkan tinjunya ke alas meja sambil teriak ke arah Ruh) ”Tutup mulut!” : A ut a cara apa-apa, Mas!” : ”Ooo, bukan kau, Dinda, bukan kau!” : ”Mas mung n se a au ena guna-guna a at.” : ”Tidak! Aku ketamuan ruh. Ruh seorang romusa celaka. : ”Ru apa, Mas?” : ”Ruh romusa. Tapi, ah, apa perlunya semua ini kukatakan. Wa tu tu us amu mung n aru sepu u ta un. Kau belum tahu apa itu romusa. Sekarang yang penting, lekas tolong aku. Bawa kemari, dukun atau kiai atau siapa saja untu mengus r antu tu. Le as, D n a, pa a mo . Lekas!” Nyonya X mengangguk, terus cepat-cepat keluar diikuti pelayan. Begitu kedua wanita itu pergi, Ruh ketawa kecil parau) : ”Kau mau apa lagi? Mau apa lagi?” : ”Cuma mau pam t. K ta erp sa untu sementara waktu.” : ”Apa maksudmu dengan sementara waktu, hah? Kau mau em a ganggu a u sepert s e arang n , eg tu?” : ”Tidak usah Tuan khawatirkan. Kita mungkin masih akan saling berjumpa lagi, di alam baka kelak. Itu yang umaksudkan dengan perpisahan sementara waktu. (Ruh melangkah ke pintu ruang tamu. Di ambang pintu Ruh berhenti sesaat, sambil meringis lebar ke arah Tuan X yang sudah lesu) : ”Selamat berpisah.” Ruh terus keluar. Tuan X memijiti dahinya sambil terkulai di kursi. Tanpa menghiraukan kepergian Ruh, Tuan X memberi isyarat dengan tangan kirinya. Isyarat mengusir) : ”Pergilah! Pergilah!” Tuan X menutupi muka dengan kedua genggaman tangannya. Lalu ia ketawa sendiri, seperti orang geli. Pada saat itu juga Nyonya X muncul diikuti dokter yang
Drama
105
membawa tas dokter. Kedua orang itu menatap Tuan X yang masih belum mengetahui kehadiran mereka. Tuan X terus ketawa geli) Dokter cepat memberi isyarat kepada Nyonya X agar tidak melayani suaminya, yang dibalas dengan anggukan oleh Nyonya X. Bersamaan dengan gerak menengadah, memandang kedatangan istrinya dan dokter, Tuan X melempar senyum ke arah istrinya) TuanX
Tuan X
Nyonya X Do ter Tuan X
: “Syukurlah, sekarang ini si hantu celaka itu sudah pergi. Barusan a u ang ‘perg a ’, ma su u meny a an s hantu pergi. Karena dia sudah memohon diri. Tapi siapa e a yang au awa n ? Untu seorang u un, a , a terlalu modern potongannya.” : ”Oo, ini dokter, Mas. Dokter ahli penyakit jiwa.” : Tersentak, tajam pandangannya menatap dokter). Dokter penyakit jiwa? Tidak, Tuan, aku bukan orang s nt ng. A u t a per u an Tuan Do ter. E , rupanya istriku salah alamat ambil Tuan Dokter. Sekali lagi, Tuan t a er a apan engan pas en s n t ng. Ja , se a nya, Tuan Dokter pulang sa a. Selamat malam. Tertawa kecil
sambil merogoh saku celana) ”Tunggu u u. E , ter ma dulu sekadar ongkos perjalanan Tuan.” Tuan X mengeluarkan lembaran-lembaran uang besar dan menghitungnya. Melihat gelagat suaminya, Nyonya X menghampiri dokter dengan ramah) : ”Maafkan, Dokter, dia tidak bermaksud menghina Dokter. : ”Oo, ya-ya. A u su a asa meng a ap orang-orang yang bersikap aneh. Aku maklum, Nyonya.” : ( Sambil ketawa kecil menyodorkan uang kepada dokter ) ”Istriku benar. Aku tidak bermaksud menghina Tuan. Terimalah ini semua. Eh, sekadar ganti-rugi ...”
(Sumber: B. Soelarto, Lima Drama, dengan beberapa penyesuaian).
106
Apresiasi Sastra
Naskah 3 Sampek Engtay
ekolah Yayasan Putra Bangsa di Betawi, pagi Guru tengah meluapkan kemarahan kepada murid-muridnya. Memukul bel berkali-kali dan baru berhenti ketika murid-murid sudah berkumpul semua. Dia menatap muridnya satu demi satu) Guru antara a an yang enc ng sam er r ? Muri -muri (Semua mengacungkan tangan kecuali Engtay) Guru e a apan a an enc ng sam er r ? Muri -muri ejak kami kecil, Guru. uru Itu menyalahi peraturan. Apa bunyi peraturan tentang kencing? Mur I eingat saya, sekolah kita tidak pernah membuat peraturan tentang kencing, apa
Guru. Yang a a anya peraturan yang uny nya: Jaga Ke ers an. Guru Membentak) Jaga Ke ers an! Jaga Ke ers an! Buny peraturan tu bisa berlaku untuk segala perkara, termasuk perkara kencing dan berak. Paham? Mur -mur Ketakutan) Paham, Guru. Guru Tapi coba lihat sekarang di tembok WC dan kamar mandi. Hitam nya, otornya. Baga mana cara a an men aga e ers an? Dengan cara engotorinya? Itu akibat kalian kencing sambil berdiri. Engtay (Mengacungkan tangan) Guru Kenapa Engtay? Mau omong apa? Guru Kamu satu-satunya yang tadi tidak tergolong kepada para kencing berdiriwan ini. Apa kamu kencing sambil jongkok? Atau sambil tiduran?
Drama
107
Engtay Menahan senyum) Maaf, Guru. Saya kencing sambil jongkok sejak saya kecil. Sudah e asaan. Kenc ng sam er r , u an sa a menya a peraturan ekolah kita, tapi juga melanggar ujar-ujar kitab yang bunyinya: “Jong o a Wa tu Buang A r Kec an Besar, supaya Kotoran T a akan Berceceran”. Guru Itulah yang ingin kuutarakan pagi ini. Otakmu encer sekali, Engtay, dan ungguh tahu aturan. Kamu betul-betul kutu buku. Apa lagi kalimata mat a am ta yang a mu aca per a enc ng? Kata an, ar awan-kawanmu yang bebal ini mendengar. Engtay (Berlagak menghapal) “Yang Ke uar Saat Buang A r Kec Harus A r. Ka au Dara , Itu Pertan a Kita Sakit. Segeralah ke Dokter”. Guru Bagus. Apa lagi? Apa lagi? ngtay “Ter a u Ser ng Kenc ng, Beser Namanya. Susa Kenc ng, Mung n Kena akit Kencing Batu. Segeralah Berobat. Jangan Punya Hobi Menahan Kencing. Sebab Kencing Alamiah Sifatnya. Dan Harus Dikeluarkan.” Engtay “Dengan Kata La n, Semua Kotoran Harus Segera uang”. Guru Bagus, bagus. Sejak saat ini, dengar bunyi peraturan dari kitab-kitab tu. Dan patu ! Ka an yang me anggar a an a u suru u um pukul tongkat tujuh kali. Hafalkan peraturannya, terutama mengenai enc ng sam ong o tu ta . Se arang, a an a u u um embersihkan WC dan kamar mandi. Semuanya kecuali Engtay! Mur -mur Kami patuh, Guru. Guru ekian pelajaran tentang kencing. Hukuman harus segera dilaksana kan ekarang juga! (Pergi) Musik terdengar, Masuk dalang, omong sama penonton) Dalang Para pemirsa, tahu ‘kan siapa biang-keladi perkara ini? Tidak lain dan idak bukan Engtay sendiri. Paham kan menggapa ia berbuat demikian? 108
Apresiasi Sastra
Engtay tidak ingin rahasianya terbuka. Ya, kan? Mana mungkin eorang perempuan sanggup enc ng sam er r tanpa erceceran? Kalau kawan-kawannya memergoki bagaimana cara Engtay kencing, aga mana? Kan mere a sa cur ga? Ja , Engtay pun erp r eras, encari akal bagaimana agar kencing sambil jongkok dijadikan peraturan e oa Dalang La u am nya t nta a an s ram annya e tem o -tem o WC. Tuh, jadi kotor, kan? Engtay berhasil. Cerdik sekali anak itu. Selanjutnya ada apa ini, ada apa ini? Adegan apa? Oo, iya, adegan Pasar Malam! Lampu berubah Pasar malam di Gambir-Betawi. Malam. (Murid-murid sekolah putra bangsa menonton tonil-pasar berbaur dengan para penonton lainnya. Sampek dan Engtay juga ada) Da ang (Yang juga bertindak sebagai pembawa acara) Terang bulan terang di kali Buaya timbul disangkanya mati Malam ini kita jumpa lagi Dalam lakon cinta kasih sejati
Pohon-pohon dikasih dupa Daunnya rimbun kuat akarnya. Ini lakon cinta kasih dari Eropa Asmara Romeo pada Yuliet-nya (Panggung rakyat digelar) (Pertama, disajikan kisah cinta Romeo dan Yulieo omeo (Muncul bersama Yuliet) I arat unga, mawar ataupun enanga, a au a arum, nama ta ag penting adanya. Yuliet, dikau ibarat bunga. Berganti nama sejuta kali pun, asa au a a a Yu et sepert yang u ena se arang n , u a , au tetap kucinta.... Yu et (manja) Ah, ah.... Dalang top, tunggu u u, angan an ut an u u! (Membaca) Has pengumpulan pendapat dari para penonton, malam ini tidak dibutuhkan lakon tragedi. Ternyata penonton kita lebih suka komedi. Tapi kami belum iap bikin lakon baru. Apa boleh buat, lakon Yuliet dan Romeo, terpaksa
Drama
109
dibikin jadi komedi. Ya, mulai! Go! omeo (Bersuit) .... Yu et (Mendekat) Yeah? omeo (Bersuit lebih keras) .... Yu et Yeah, yeah....
Romeo-Yuliet
(Berduet) Romeo-Yuliet
Romeo dan Yuliet Dunia baru Berlomba-lomba kita bergerak maju Romeo dan Yuliet Bermerek baru Mundur dan maju, Tergantung situ! (Genderang Baris Berbaris) (Tema percintaan disajikan secara parodikal. Romeo dan Yuliet mempertontonkan kepiawaian mereka dalam olahraga baris berbaris dan cara kasih hormat. Adegan usai, mereka masuk ke balik layar. Para penonton pun bertepuk dengan kedua belah tangan) Dalang Luar biasa. Sekarang giliran: Roromendut dan Pronocitro! (Masuk seorang lelaki berblangkon, menghisap sepuluh batang rokok ang memenuhi antara jari-jari tangannya. Diikuti oleh seorang perempuan yang berjualan rokok) Roromendut Ro o , ro o , ro o . Semua a a, pan ang, pen e , ec - esar, asem anis, legit. Rasa baru, rasa coklat-jeruk-apel, dan tomat. Pronoc tro Rokoknya lagi, Mbakyu! Yang rasa bawang. Roromendut u a p unya o m nta. Mau taru mana ag ? Pronocitro Masih ada kaki. Mana?
110
Apresiasi Sastra
Roromendut N ! A u as t ga. Dua pen e , satu pan ang. (Menadak, dengan heboh, masuk seorang lelaki gempal mengusung poster antirokok, bunyinya: nikotin no! Poligami yes!) Dalang pat W raguna. (Pronocitro berperang melawan Adipati. Pronocito kalah. Lalu, Roromendut bunuh diri) Dalang Rupanya, kisah cinta Pronocitro dan Roromendut tak lebih sebagai perang n ot n. Ma a, wa tu W raguna menang, mero o pun arang manaana. Tembakau dianggap racun. Jadi, begitu Pronocitro dan Roromendut ati, seluruh petani tembakau dan pabrik rokok juga ikut mati. Pengangguran meningkat tajam, dan pajak negara berkurang pemau annya. Kese atan warga ertam a ma u, tap para o ter me nge u arena kekurangan pasien. Hukum sebab akibat. Dilarang itu, muncul begini. Dilarang ini, muncul begitu. Repot! (Semua menyanyi.) Melarang dan larangan Bisa panjang resikonya Jangan itu jangan ini
Harus bagaimana lagi? lbarat gedung bagus Megah indah Tapi tak punya pintu dan jendela Lampu berubah (Terang pada Sampek-Engtay) ngtay Kekal dan abadikah cinta Romeo-Yuliet? Sampe Hanya maut yang bisa memisahkan mereka. Kesetiaan Romeo pada Yu etnya, eg tu uga se a nya, tetap a a sampa se arang. ngtay ang a n a nya a au ta er ua sa eg tu. Sampek pa katamu? ngtay Jika Kakak mau jadi Romeo, aku mau jadi Yulietnya. Sampek Kamu ini bagaimana? Kita berdua sama-sama lelaki. Gila apa? Jangan
Drama
111
berpikir seperti itu. Kita ini orang-orang normal. Bagaimana bisa kamu a Yu et. I aratnya, ta er ua a a a a u. Dan anya umpang yang harus kita cari. Engtay (Tertawa terbahak-bahak) Ka a etu . Tap uga sa a . A u t a per u u mpang a g . Su a punya. Sampe
(Menghela napas) Yah, kamu memang orang kaya, tentu sudah ditunangkan oleh orang uamu se a amu ec . A u t a eg tu. Ta a a yang mau n a ahasiswa miskin macam aku ini. Aku memang harus berusaha keras mencari pangkat dan kekayaan dulu, baru para calon isteri mau endekatiku, seperti laron mendekati cahaya lampu. ngtay Ke ayaan u an u uran untu seorang perempuan. Yang pa ng pent ng adalah hati bersih dan jujur dan bersedia bekerja keras. Pada Kakak, aku lihat semua sifat baik itu. Pasti akan ada perempuan yang bersedia jadi pendamping. Sampe Mudah-mudahan. Sekarang marilah kita pergi. Engtay Mencari lumpang? Sampe Husss. Kem a e ge ung se o a . (Engtay tertawa manis sekali) Lampu berubah (Sampek Engtay semakin intim. Ke mana pun pergi, selalu berdua. Dan pelajaran di sekolah semakin meningkat pula) Guru (Menyanyi) Merah dicampur kuning Muri -muri (Menyanyi) jadi warna jingga Guru Putih dicampur hitam Murid-muri Berubah kelabu muda (Sambil menyanyi guru dan murid-murid bersilat) 112
Apresiasi Sastra
Engtay
(Menyanyi) Burung berpasangan Laut banyak asinnya Manusia berjodohan Keong ada rumahnya Dalang
(Menyanyi) Bagai lidah dan rasa Bagai pohon dan tanah Bagai bulan dan matahari Sampek-Engtay duet serasi Engtay- Sampe (Berduet) Tali persahabatan Tersimpul abadi epanjang zaman Di bumi atau langit Guru Dilukai. Mur -mur Bangkit lagi.
Guru
Digencet, dihajar. Mur -mur Tetap tegar. Guru uc
an,
uang, s sa. Murid-muri
Ma n uat per asa. Guru Jangan upa, tu wata utama. Muri -muri Yea , yea ....
Lampu berubah. Sumber: N. Riantiarno, ampek Engtay, Pustaka Jaya, Jakarta, 1999).
Drama
113
DAFTAR PUSTAKA
Badudu, J.S. 1981). Sari Kesusastraan Indonesia. Bandung: Pustaka Pr ma Fananie, Zainuddin 2000). Telaah Sastra. Surakarta: Muhammadiyah Un vers ty Press Iskandar, Eddy D. (2000). Menulis Skenario. Bandung: Rosda Karya Kosas , E. 2001). Kompetensi Ketatabahasaan dan Kesusastraan, Cermat Berbahasa Indonesia. Bandung: Yrama Widya Luxemburg, Jan van (1987). Tentang Sastra. Jakarta: Intermasa Rahmanto, B. (1988). Metode Pengajaran Sastra. Yogyakarta: Kanisius Redana, Bre 1999). Dongeng untuk Seorang Wanita. Yogyakarta: Bentang Rosidi, Ajip (2000). Ikhtisar Sejarah Sastra Indonesia. Bandung: Putra A ar in ayuti, Sumito A. (1997). Apresiasi Prosa Fiksi. Jakarta: Depdikbu T a ar, Harr s Effen Angkasa
1999). Kiat Menulis Cerita Pendek. Ban ung:
Wa uyo, Herman J. 1995). Teori dan Apresiasi Puisi. Ja arta: Er angga ulfahnur dkk. (1997). Teori Sastra. Jakarta: Depdikbud
Daftar Pustaka